54
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Bagan kerja penelitian
Daun Afrika
Dicuci dari pengotor sampai bersih
Ditiriskan lalu ditimbang berat basah
Dirajang dan dikeringkan
Sortasi kering
Ditimbang berat kering
Simplisia
Dihaluskan
Serbuk simplisia
Karakteristik simplisia
55
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. (Lanjutan)
Maserat I Ampas
Diremaserasi menggunakan
etanol 80%
Dibiarkan selama 2 hari
terlindung dari cahaya
Dienaptuangkan atau disaring
Maserat II
Skrining Fitokimia
Senyawa golongan:
- Alkaloid
- Glikosida
- Saponin
- Tanin
- Flavonoid
- Steroid/ Triterpenoid
56
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. (Lanjutan)
Biakan murni
Diambil 1 ose
dengan jarum ose steril
Ditanam pada media nutrient agar miring
Diinkubasi pada suhu 37OC selama 18-24 jam
Stok kultur
Diambil 1 ose
Disuspensikan ke dalam 10 ml nutrient broth
Diinkubasi selama 3 jam di dalam inkubator
Dibandingkan kekeruhan larutan dengan
suspensi standar Mc. Farland
Suspensi bakteri
Media padat
Hasil
57
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Gambar tumbuhan dan bagian makroskopik tumbuhan dari daun
Afrika (Vernonia amygdalina Delile.)
58
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Gambarsimplisia dan serbuk simplisia daun Afrika
59
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Perhitungan penetapan kadar air serbuk simplisia daun Afrika
Volumeakhir −volumeawal
Kadar air simplisia = x 100 %
Beratsampel
60
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Perhitungan penetapan kadar sari larut air serbuk simplisia daun
Afrika
No Berat sampel (g) Berat cawan kosong (g) Berat cawan sari (g)
1 5,0094 39,3980 39,6474
2 5,0504 36,9109 37,1645
3 5,0108 38,2524 38,5026
61
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Perhitungan penetapan kadar sari larut etanol serbuk simplisia daun
Afrika
No Berat sampel (g) Berat cawan kosong (g) Berat cawan sari (g)
1 5,0120 43,4473 43,6133
2 5,0446 45,2480 45,4082
3 5,0080 44,5926 44,7551
62
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Perhitungan penetapan kadar abu total serbuk simplisia daun Afrika
Beratabu
Kadar abu total = x 100%
Beratsampel
63
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Perhitungan penetapan kadar abu total tidak larut asam serbuk
simplisia daun Afrika
Beratabu
Kadar abu tidak larut asam = x 100%
Beratsampel
64
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Hasil identifikasi bakteri Staphylococcus aureus dengan
pengecatan Gram
65
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Gambar hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak terhadap bakteri
Staphylococcus aureus
500mg/ml 100mg/ml
400mg/ml 70mg/ml
200mg/ml 90mg/ml
300mg/ml 80mg/ml
60mg/ml
Blanko
50mg/ml
30mg/ml
20mg/ml 10mg/ml
40mg/ml
66
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. Gambar hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak terhadap bakteri
Streptococcus mutans
100mg/ml
500mg/ml
90mg/ml
200mg/ml 70mg/ml
400mg/ml
80mg/ml
300mg/ml
60mg/ml
Blanko
50mg/ml 30mg/ml
10mg/ml 20mg/ml
40mg/ml
67
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Hasil pengukuran diameter daerah hambatan oleh ekstrak etanol
daun Afrika
Keterangan :
D = Diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri
1,2,3 = Perlakuan
* = Rata- rata daerah hambatan pertumbuhan bakteri
- = Tidak terdapat daerah hambatan pertumbuhan bakteri
Lampiran 15. Gambar sediaan obat kumur ekstrak etanol daun Afrika
68
Universitas Sumatera Utara
9%
5% 7%
4%
2%
1% 3%
0%
0% 1% 5%
2% 3% 4% 7% 9%
Lampiran 16. Gambar hasil uji aktivitas antibakteri obat kumur terhadap
bakteri Staphylococcus aureus minggu ke-0
69
Universitas Sumatera Utara
0%
1% 3%
2%
4%
5%
9%
7%
Lampiran 17. Gambar hasil uji aktivitas antibakteri obat kumur terhadap
bakteri Streptococcus mutans minggu ke-0
70
Universitas Sumatera Utara
0%
1%
3%
2%
4%
5% 9%
7%
Lampiran 18. Gambar hasil uji aktivitas antibakteri obat kumur terhadap
bakteri Staphylococcus aureus minggu ke-12
71
Universitas Sumatera Utara
0%
1%
3%
2%
4%
9%
5%
7%
Lampiran 19. Gambar hasil uji aktivitas antibakteri obat kumur terhadap
bakteri Streptococcus mutans minggu ke-12
72
Universitas Sumatera Utara
0%
1%
3%
2%
4%
5%
9%
7%
Lampiran 20. Hasil pengukuran diameter daerah hambatan oleh obat kumur
ekstrak etanol daun Afrika minggu ke-0
73
Universitas Sumatera Utara
D1 D2 D3 D* D1 D2 D3 D*
1 - - - - - - - -
2 - - - - - - - -
3 6,20 6,30 6,30 6,26 6,20 6,20 6,30 6,23
4 6,50 6,50 6,60 6,53 6,40 6,30 6,50 6,40
5 6,70 6,80 6,80 6,76 6,60 6,50 6,60 6,56
7 7,20 7,40 7,50 7,36 7,30 7,20 7,20 7,23
9 8,40 8,50 8,20 8,36 8,30 8,20 8,40 8,30
Blanko
(Tanpa - - - - - - - -
ekstrak)
Keterangan :
D = Diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri
1,2,3 = Perlakuan
* = Rata- rata daerah hambatan pertumbuhan bakteri
- = Tidak terdapat daerah hambatan pertumbuhan bakteri
Lampiran 21. Hasil pengukuran diameter daerah hambatan oleh obat kumur
ekstrak etanol daun Afrika minggu ke-12
74
Universitas Sumatera Utara
1 - - - - - - - -
2 - - - - - - - -
3 6,20 6,30 6,20 6,23 6,10 6,30 6,20 6,20
4 6,50 6,50 6,50 6,50 6,40 6,30 6,30 6,33
5 6,60 6,60 6,70 6,63 6,50 6,50 6,40 6,46
7 7,10 7,40 7,30 7,26 7,20 7,20 7,10 7,16
9 8,30 8,40 8,20 8,30 8,20 8,20 8,10 8,16
Blanko
(Tanpa - - - - - - - -
ekstrak)
Keterangan :
D = Diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri
1,2,3 = Perlakuan
* = Rata- rata daerah hambatan pertumbuhan bakteri
- = Tidak terdapat daerah hambatan pertumbuhan bakteri
75
Universitas Sumatera Utara
Ke-0 Ke-12 Ke-0 Ke-12
1% - - - - - -
2% - - - - - -
3% 6,26 6,26 6,23 6,20 6,23 6,20
4% 6,53 6,53 6,50 6,33 6,40 6,33
5% 6,63 6,76 6,63 6,47 6,56 6,46
7% 7,30 7,36 7,26 7,16 7,23 7,16
9% 8,53 8,36 8,30 8,43 8,30 8,16
Blanko - - - - - -
76
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
50
Universitas Sumatera Utara
Farnsworth, N.R. (1966). Biologycal and Phytochemical Screening of Plants.
Journal of Pharmaceutical Science. 5(3): 225-276.
Fathi, L.N. (2010). Efektivitas ekstrak daun jambu biji daging buah putih
(Psidium guajava Linn) pada konsentrasi 5%, 10%, dan 15% terhadap
zona radikal bakteri Staphylococcus aureus. KTI Strata satu. Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2(3): 4
Flora, E. (2008). Tanaman Obat Indonesia Untuk Pengobatan. Diakses Tanggal:
10 Mei 2016. http://indonesian-herbal.blogspot.com/2008/11/tanaman
obat-indonesia-untuk-pengobatan.html.
Giday, M., Asfaw, Z., Elmqvist, T., dan Woldu, Z. (2003). An ethnobotanical
study of medicinal plants used by the Zay people in Ethiopia. Journal of
Ethnopharmacology. 4(1): 43–52.
Greenwood. (1995). Antibiotics Susceptibility (Sensitivity) Test, Antimicrobial
and Chemoterapy. Addison Westley Longman Inc. San Fransisco. USA:
8(1): 6.
Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia. Edisi II. Penerjemah: Kosasih
Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung: Penerbit ITB. Halaman
6, 49.
Ibrahim, G., Abdurahman, E.M., dan Katayal, U.A. (2004). Pharmacognostic
Studies On The Leaves Of Vernonia amygdalina Delile. (Asteraceae).
Nigeria Journal of Natural Products And Medicine. 8(1): 8-10.
Ijeh, I.I., dan Ejike, E.C. (2010). Current Perspectives on the Medical Potentials of
Vernonia amygdalina Delile. Journal of Medical Plants Research. 57:
1051-1061.
Jas, A. (2007). Perihal Obat Dengan Berbagai Jenis dan Bentuk Sediaannya.
Medan: USU Press. Halaman 47.
Jawetz, Melnick, dan Adenbergs. (2001). Mikrobiologi Kedokteran. Edisi I.
Jakarta: Salemba Medika. Halaman 196-198.
Kumar, S., Babu, R., Reddy, J., dan Uttam. (2011). Povidone iodine–revisited.
India Journal of Dental Advancements. 3(3): 617-619.
Lucida, H. (2006). Determination of the ionization constants and the stability of
catechin from gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb). Padang ASOPMS
12 International Conference. 4(1): 4.
Melani, S. (1988). Sintesis glukan oleh Glukosiltransferase Streptococcus mutans.
Mekanisme Pembentukan Plak Gigi. Jurnal FKG Universitas Trisakti
Jakarta. 5(2): 9, 14
Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Singapore: Elsevier Science. Halaman
483-487.
51
Universitas Sumatera Utara
Njan, A.A, Adza, B., Agaba, A.G., Byamgaba, D., Diaz, S., dan Bansberg,
D.R. (2008). The Analgesic and Antiplasmodial Activities and
Toxicology of Vernonia amygdalina. Journal Medicine and Food. 11(5):
81.
Nuria, C., Faizatun, A., dan Sumantri. (2009). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Etanol Daun Jarak Pagar (Jatropha Curcas L) Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus Atcc 25923, Escherichia coli Atcc 25922, dan
Salmonella typhi Atcc 1408. Jurnal Ilmu – ilmu Pertanian. 5(2): 26 – 37.
Parmar, G., Kaur, J., Varghesw, C., dan Rajan, K. (2007). Management of Dental
Caries in Selected Rural Areas of Gujarat Through Atraumatic Restorative
Technique (ART). Report. Gol-WHO Collaboration Program (2006-07).
Government Dental Collage and Hospital, Ahmedabad India.2(2): 10.
Peterson, D. (2011). Family Gentle Dental Care. Article. Diakses Tanggal: 2 Mei
2016. http:// www.dentalgentlecare.com/periguard.html
Pratiwi, S.T. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Jogjakarta: Erlangga. Halaman 17-
18,106-108.
Primalia, D.R., Yuliati, A., dan Soebagio. (2009). Perlekatan Streptococcus
mutans pada semen hibrid ionomer setelah direndam dalam larutan
antiseptik. Surabaya Material Dental Journal. 1(1): 1.
Rawlins, E.A. (2003). Bentleys of Pharmaceutics. Edisi XVIII. London: Baillierre
Tindall. Halaman 22, 35.
Robinson, T. (1995). The Organic Constituents of Hight Plant. Edisi IV. New
York: University of Massachusetts. Terjemahan: Kosasih Padmawinata.
Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi keempat. Bandung: ITB.
Halaman 191-193.
Roeslan, B.O. (2002). Imunologi karies. In: Imunologi oral kelainan di dalam
rongga mulut. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Halaman 139-141.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quinn M.E. (2009). Handbook of
Pharmaceutical Excipients. Lexi-Comp: American Pharmaceutical
Association, Inc. Halaman 418, 458, 685.
Setiawan, A. (2012). Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Afrika
(Vernonia amygdalina Del.) Terhadap Tikus Jantan Galur Wistar.
Skripsi. Medan: Falkutas Farmasi USU. Halaman 12.
Sagarin, E., dan Gerson, M.M.R. (1972). Cosmetics Science and Technology.
United States: Informa Health Care USA Inc. Halaman 679-684
Shahani, M.N., dan Reddy, V.V.S. (2011). Comparison of Antimicrobial
Substantivity of Root Canal Irrigants in Instrumented Root Canals up to 72
Hours: An Invitro Study. India Journal of Indian Soc. Pedod. Prev. Dent.
5(2): 29.
52
Universitas Sumatera Utara
Sharma, M.C., dan Smita, S. (2010). Pharmacognostic and Phytochemical
Screening of Vernonia amygdalina Linn Against Selected Bacterial
Strains. Middle East Journal of Scientific Research. 6(5): 440-444.
SNI 12-3524-1995. Obat Kumur. Jakarta: Dewan Standarisasi Nasional. Halaman
10.
Stanier, R.Y., Adelberg, E.A., dan Ingraham, J.L. (1982). Dunia Mikroba I.
Penerjemah: Agustin Wydia. Jakarta: Penerbit Bhratara Karya Aksara.
Halaman 23-25.
Sumono, A., dan Wulan, A. (2009). Kemampuan air rebusan daun salam
(Eugenia polyantha W) dalam menurunkan jumlah koloni bakteri
Streptococcus sp. Majalah Farmasi Indonesia. 20(3): 112-113.
Talaro, Kathleen P., dan Arthur, T. (1999). Foundations in microbiology: basic
principles. Edisi Ketiga. Boston: WCB/McGraw-Hill. Halaman 237-238.
Tortora, G.J., Funke, B.R., Case, C.L. (2004). Microbiology an Introduction.
Edisi XVIII. San Fransisco: Pearson Education Inc. Halaman 743.
Trease, E. (1983). Pharmacognosy. Edisi XII. London: Aldon Press. Halaman
135-136.
Vadas, E.B. (2000). Stability of Pharmaceutical products, in: Gennero, A.R., Ed.,
Remington The Science and Practice of Pharmacy. Edisi XX.,
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Halaman 52.
Victor, B.C., Indrawati R., Sidarningsih. (2013). Perbedaan daya hambat obat
kumur ekstrak teh hijau (Camellia sinensis) dan metil salisilat terhadap
pertumbuhan bakteri rongga mulut. Oral Biology Dental Journal.
Surabaya: Perpustakaan Universitas Airlangga. 3(2): 1.
Volk, W.A., dan Wheeler, M.F. (1993). Mikrobiologi Dasar. Jilid I. Alih Bahasa:
Markam. Jakarta: Erlangga. Halaman 33-40, 218-219, 266.
Wilbraham, A.C., dan Matta, M.S. (1992). Pengantar Kimia Organik dan Hayati.
Penerjemah: Suminar Achmadi. Bandung: ITB. Halaman 100-105.
World Health Organization. (1992). QualityControl Methods For Medicinal Plant
Material. Switherland: WHO. Halaman 19-25.
Yeap, K., Hoyong, W., Beh, K., Liang, S., Ky, H., Yousr, N., dan
Alitheen, B. (2010). Vernonia amygdalina, an Ethnoveterinary and
Etnomedical Used Green Vegetable with Multiple Bioactivity.
Journal of Medicinal Plants Research. 4(25): 87-112.
Zhang, B., Takatsu, F., Geng, S., Zhengxiang, Hong, J. (2005). Ornidazole
gargarisma and preparation method. Journal of Pharmaceutical Analysis.
5(2): 3.
53
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
dilakukan untuk melihat pengaruh ekstrak etanol daun Afrika dalam bentuk
aureus dan Streptococcus mutans. Ekstrak etanol daun Afrika dengan berbagai
selama 12 minggu pada penyimpanan suhu kamar, dan uji aktivitas antibakteri
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas, alat
maserasi, alat pemutar uap (Haake D), alat penetapan kadar air, aluminium foil,
otoklaf (Fison), botol kaca, benang wol, blender, lampu bunsen, cawan penguap
yang berdasar rata, cawan petri, inkubator (Memmert), jangka sorong, jarum ose,
kapas steril, kasa steril, kertas perkamen, laminar airflow cabinet (Astec HLF
1200 L), lemari pendingin (Toshiba), lemari pengering, mikroskop, mikro pipet
20
Universitas Sumatera Utara
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuades, daun Afrika,
etanol 96% (Merck), nutrient agar (Merck), nutrient broth (Merck), bakteri
dimetil sulfoksida (DMSO), larutan BaCl2 1,175%, larutan H2SO4 1%, gentian
violet, lugol, minyak emersi, safranin, sakarin, tween 80, peppermint oil, larutan
dapar asam pH 4,01 (Hanna), larutan dapar standar netral pH 7,01 (Hanna), bahan
kimia yang digunakan berkualitas pro analisa (berasal dari Merck), kecuali
dinyatakan lain: alfa naftol, asam klorida pekat, asam asetat anhidrida, asam nitrat
pekat, asam sulfat pekat, besi (III) klorida, bismut (III) nitrat pekat, n-heksan,
hidroksida, raksa (II) klorida, serbuk magnesium, timbal (II) asetat, amil alkohol,
dan toluen.
membandingkan dengan bahan yang sama dari daerah lain. Daun Afrika diambil
Sumatera Utara.
21
Universitas Sumatera Utara
3.3.3 Pembuatan simplisia
Bahan baku daun Afrika tua yang masih segar dikumpulkan, dicuci bersih
di bawah air mengalir, ditiriskan, dan ditimbang berat basahnya. Daun Afrika
sampai diperoleh serbuk simplisia, ditimbang berat keringnya dan disimpan dalam
jernih, encerkan dengan akuades hingga 100 ml (Ditjen POM RI, 1995).
22
Universitas Sumatera Utara
3.4.6 Pereaksi Liebermann-Burchard
dicampurkan, dan ditambahkan akuades hingga 100 ml (Ditjen POM RI, 1995).
penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut air, penetapan kadar sari larut
etanol, penetapan kadar abu total, dan penetapan kadar abu tidak larut asam
23
Universitas Sumatera Utara
3.5.2 Penetapan kadar air
a. Penjenuhan toluen
kemudian volume air dalam tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05 ml.
mendidih, kecepatan toluen diatur 2 tetes per detik sampai sebagian besar air
Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen.
suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna, volume air dibaca dengan
ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kadar air
yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen
(WHO, 1992).
dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, dibiarkan
dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara sampai
bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan
24
Universitas Sumatera Utara
3.5.4 Penetapan kadar sari larut dalam etanol
24 jam dalam 100 ml etanol 96% dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali
sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan
dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 1050C sampai bobot tetap. Kadar dalam
persen sari yang larut dalam etanol 96% dihitung terhadap bahan yang telah
dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian
pada suhu 600oC selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai
diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan
Abu yang telah diperoleh dalam penetapan kadar abu dididihkan dalam 25
ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam
kemudian didinginkan, dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam
25
Universitas Sumatera Utara
3.6 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Afrika
wadah tertutup, lalu dimaserasi dengan 3750 ml pelarut etanol 80% selama 5 hari
terlindung dari cahaya matahari sambil sering diaduk, lalu diserkai, diperas
dengan kain flanel. Lalu ampas ditambahkan cairan penyari secukupnya sehingga
diperoleh seluruh sari sebanyak 5000 ml, kemudian didiamkan selama 2 hari dan
dienap tuang. Maserat diuapkan dengan bantuan alat pemutar uap pada temperatur
tidak lebih 40°C dan diperoleh ekstrak kental (Ditjen POM RI, 1979).
Alkaloid disebut positif jika terjadi endapan atau kekeruhan paling sedikit
26
Universitas Sumatera Utara
3.7.2 Pemeriksaan glikosida
bagian volume etanol 96% dan 3 bagian volume akuades ditambah dengan 10 ml
bagian kloroform dan 2 isopropanol diulang sebanyak tiga kali, lalu diuapkan
pada temperatur tidak lebih dari 500C. Sisanya dilarutkan dalam 2 ml metanol.
Larutan sisa digunakan untuk percobaan berikut, yaitu 0,1 ml larutan sisa
sulfat pekat. Glikosida positif jika terbentuk cincin ungu (Depkes RI, 1995).
kuat selama 10 detik, timbul busa yang mantap tidak kurang dari 10 menit
setinggi 1-10 cm. Ditambahkan 1 tetes larutan asam klorida 2 N, bila buih tidak
Sebanyak 0,5 g ekstrak etanol daun Afrika ditambahkan 100 ml air panas,
dididihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas, filtrat yang
asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol, dikocok, dan dibiarkan memisah.
Flavonoid positif jika terjadi warna merah, kuning, jingga pada lapisan amil
27
Universitas Sumatera Utara
3.7.5 Pemeriksaan tanin
Diambil 2 ml larutan lalu ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi besi (III) klorida.
Terjadi warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin (Ditjen POM
RI, 1979).
selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa
ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrida dan 1 tetes asam sulfat pekat. Timbul
warna biru atau hijau menunjukkan adanya steroid dan timbul warna merah, pink
panas basah dengan otoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit dan sterilisasi alat-
alat gelas menggunakan metode sterilisasi panas kering dengan oven pada suhu
170°C selama 2 jam. Jarum ose dipijarkan dengan api bunsen (Pratiwi, 2008).
Komposisi: Peptone 5g
Meat extract 2 g
Agar-agar 12 g
Akuades ad 1L
28
Universitas Sumatera Utara
Cara pembuatan : Sebanyak 20 g serbuk NA dilarutkan dalam air suling
hingga 1 liter dengan bantuan pemanasan sampai semua bahan larut sempurna.
Komposisi : Peptone 5g
Meat extract 3 g
Akuades ad 1L
hingga 1 liter dengan bantuan pemanasan sampai semua bahan larut sempurna.
Objek gelas dicuci dengan alkohol lalu difiksasi. Teteskan satu tetes
akuades pada objek gelas lalu satu ose biakan koloni dihomogenkan atau
tetes gentian violet lalu tambahkan satu tetes larutan lugol, ratakan lalu keringkan
dengan cara fiksasi. Dicuci objek gelas dengan alkohol 70% sampai tetesan
terakhir tidak berwarna, keringkan. Kemudian tetesi satu tetes safranin, biarkan
15-30 detik, cuci larutan safranin dengan akuades steril, keringkan. Tetesi minyak
emersi (imersi oil). Lihat pada mikroskop dengan perbesaran 100 kali. Lihat
29
Universitas Sumatera Utara
warna dan bentuk dari bakteri (Pratiwi, 2008). Identifikasi ini dilakukan dengan
diambil dengan jarum ose steril lalu diinokulasikan pada permukaan media
nutrient agar miring, kemudian diinkubasikan pada suhu 35 ± 2oC selama 18 jam
dan dengan cara yang sama dibuat stok kultur bakteri Streptococcus mutans.
sampai homogen dan ditutup. Apabila kekeruhan hasil suspensi bakteri sama
dengan kekeruhan suspensi standar berarti konsentrasi bakteri 1,5 x 108 CFU/ml.
Cara kerja: Biakan bakteri Staphylococcus aureus diambil dari stok kultur
larutan nutrient broth steril lalu diinkubasikan pada suhu 35 ± 2oC hingga
diperoleh kekeruhan larutan dengan suspensi standar Mc. Farland yang berarti
konsentrasi suspensi bakteri adalah 1,5 x 108 CFU/ml, lalu dilakukan pengenceran
dengan memipet 0,1 ml biakan bakteri (1,5 x 108 CFU/ml), dimasukkan ke dalam
tabung reaksi steril yang berisi 9,9 ml larutan nutrient broth lalu kocok homogen,
maka diperoleh suspensi bakteri dengan konsentrasi 1,5 x 106 CFU/ml, dan
30
Universitas Sumatera Utara
3.11 Pembuatan Larutan Uji Ekstrak Etanol Daun Afrika
dengan konsentrasi 400 mg/ml; 300 mg/ml; 200 mg/ml; 100 mg/ml; 90 mg/ml; 80
mg/ml.
dariekstrak etanol daun Afrika. Pengujian ini dilakukan dengan metode difusi
agar.
dalam cawan petri steril, setelah itu dituang media nutrient agar sebanyak 15 ml
laminar airflow cabinet, agar media dan suspensi bakteri tercampur rata.
Selanjutnya pencadang kertas ditetesi dengan larutan uji ekstrak etanol daun
Afrika sebanyak 0,1 ml diletakkan pada permukaan media yang telah padat,
kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35 ± 2oC selama 18 jam, setelah
31
Universitas Sumatera Utara
iinokulasikan dengan terbentuknya zona bening di sekitar pencadang kertas yang
dalam cawan petri steril, setelah itu dituang media nutrient agar sebanyak 15 ml
laminar airflow cabinet, agar media dan suspensi bakteri tercampur rata.
Selanjutnya pencadang kertas ditetesi dengan larutan uji ekstrak etanol daun
Afrika sebanyak 0,1 ml diletakkan pada permukaan media yang telah padat,
kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35 ± 2oC selama 18 jam, setelah
dari Ornidazole 0,5% (bahan aktif), Tween 80 0,2% (surfaktan), mentol 0.02%
Bahan Blanko F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7
Ekstrak etanol daun 0% 1% 2% 3% 4% 5% 7% 9%
Afrika
Sakarin 0,1% 0,1% 0,1% 0,1% 0,1% 0,1% 0,1% 0,1%
Tween 80 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5%
Peppermint Oil 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1%
Akuades ad (ml) 50 50 50 50 50 50 50 50
32
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: F = Formula
penabahan tween 80. Lalu ditambahkan peppermint oil dan sakarin, diaduk
hingga homogen, dan diaduk hingga larut lalu ditambahkan akuades sampai
stabilitas sediaan dan penentuan pH. Evaluasi biologi meliputi penentuan aktivitas
antibakteri dari sediaan obat kumur ekstrak etanol daun Afrika terhadap bakteri
Meliputi bentuk, warna dan bau yang diamati secara visual (Ditjen POM
RI, 1995). Sediaan dinyatakan stabil apabila warna, bau, dan penampilan tidak
standar pH netral (pH 7,0) dan larutan dapar pH asam (pH 4,0) hingga alat
dikeringkan dengan kertas tisu. Elektroda dicelupkan dalam larutan obat kumur
33
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH konstan. Angka yang ditunjukkan
Uji ini digunakan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari sediaan obat
kumur ekstrak etanol daun Afrika dengan metode difusi agar, dengan cara
dicairkan dan ditunggu hingga suhu mencapai 45oC, dihomogenkan dan dibiarkan
sediaan obat kumur sebanyak 0,1 ml diletakkan pada permukaan media yang telah
padat, kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35 ± 2oC selama 18 jam,
setelah itu diukur diameter daerah hambatan (zona jernih) pertumbuhan di sekitar
kali. Dilakukan pengujian terhadap blanko (Ditjen POM RI, 1995), kemudian
34
Universitas Sumatera Utara
Cawan petri dimasukkan 0,1 ml inokulum bakteri Streptococcus mutans,
kemudian ditambahkan 15 ml media nutrient agar steril yang telah dicairkan dan
ditunggu hingga suhu mencapai 45oC, dihomogenkan dan dibiarkan sampai media
kumur sebanyak 0,1 ml diletakkan pada permukaan media yang telah padat,
kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35 ± 2oC selama 18 jam, setelah
kali. Dilakukan pengujian terhadap blanko (Ditjen POM RI, 1995), kemudian
35
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
halaman 54.
Hasil pemeriksaan makroskopik dari daun Afrika segar yaitu bentuk daun
oval-elips, ujung dan pangkal daun meruncing, susunan tulang daun menyirip,
tepi daun bergerigi dan kasar, permukaan berambut sangat halus, panjang 15 cm -
19 cm, lebar 5 cm - 8 cm, berwarna hijau muda dan rasanya pahit, dan diikuti rasa
Simplisia daun Afrika dicirikan dengan daun berwarna hijau kecoklatan, panjang
12 cm - 16 cm, lebar 3,5 cm - 5 cm, rasa pahit, dan berbau khas. Serbuk simplisia
berwarna hijau kecoklatan dan berbau khas. Gambar selengkapnya dapat dilihat
36
Universitas Sumatera Utara
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan kadar air, kadar sari larut air, kadar
sari larut etanol, kadar abu total, dan kadar abu yang tidak larut asam pada serbuk
No Parameter Simplisia
1 Kadar air (%) 7,87
2 Kadar sari yang larut dalam air (%) 24,99
3 Kadar sari yang larut dalam etanol (%) 16,22
4 Kadar abu total (%) 9,79
5 Kadar abu yang tidak larut dalam asam (%) 0,64
kadar air diperoleh lebih kecil dari 10% yaitu 7,87%. Persyaratan kadar air
simplisia daun Afrika tidak ditetapkan Materia Medika Indonesia. Namun, kadar
air yang melebihi 10% dapat menjadi media yang baik untuk pertumbuhan
Penetapan kadar sari dilakukan menggunakan dua pelarut, yaitu air dan etanol.
Penetapan kadar sari larut air adalah untuk mengetahui kadar senyawa kimia
bersifat polar yang terkandung di dalam simplisia, sedangkan kadar sari larut
dalam etanol dilakukan untuk mengetahui kadar senyawa larut dalam etanol, baik
larut dalam air sebesar 24,99%; sedangkan kadar sari yang larut dalam etanol
sebesar 16,22%. Kadar sari yang larut dalam air lebih besar dari kadar sari yang
larut dalam etanol karena senyawa bersifat polar lebih banyak larut di dalam
pelarut air dari etanol, dan senyawa yang tidak larut dalam pelarut air akan larut di
dalam pelarut etanol. Air dapat melarutkan zat lain yang tidak diperlukan seperti
37
Universitas Sumatera Utara
gom, pati, protein, lemak, lendir dan lain-lain, hal ini yang menyebabkan
tingginya kadar sari yang larut dalam air dari tanaman yang dilarutkan (Depkes
RI, 1995).
internal (abu fisiologis) yang berasal dari jaringan tanaman itu sendiri, dan
eksternal (abu non-fisiologis) yang merupakan residu dari luar seperti pasir dan
tanah yang terdapat di dalam sampel (Ditjen POM RI, 2000; WHO, 1992). Kadar
abu tidak larut asam untuk menunjukkan jumlah silikat, khususnya pasir yang ada
pada simplisia dengan cara melarutkan abu total dalam asam klorida (WHO,
1992).
Penetapan kadar abu pada simplisia daun Afrika menunjukkan kadar abu
total sebesar 9,79% dan kadar abu tidak larut dalam asam sebesar 0,64%. Kadar
abu total pada umumnya untuk masing-masing simplisia tidak sama. Umumnya
syarat kadar abu tidak larut dalam asam < 1%, dan memenuhi persyaratan.
karakteristik serbuk simplisia daun Afrika dapat terlihat pada Lampiran 5-9,
halaman 60-64.
38
Universitas Sumatera Utara
4.4 Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Afrika
Tabel 4.2 Data hasil skrining fitokimia ekstrak etanol daun Afrika
Pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun Afrika memiliki
etanol yang memiliki gugus hidroksil polar dan gugus alkil yang bersifat nonpolar
39
Universitas Sumatera Utara
pada konsentrasi tinggi mampu merusak membran sitoplasma dan mengendapkan
kokus ukurannya 0,8-1,0 µm dengan diameter 0,7-0,9 mikron. Bakteri ini tumbuh
motil (tidak bergerak), berdiameter 1-2 μm, bakteri anaerob fakultatif. Memiliki
bentuk bulat atau bulat telur, tersusun seperti rantai dan tidak membentuk spora.
40
Universitas Sumatera Utara
Perbedaan warna antara bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif disebabkan
oleh adanya perbedaan struktur pada dinding selnya. Dinding bakteri Gram positif
Hasil pengukuran diameter daerah hambat ekstrak etanol daun Afrika dapat dilihat
diameter daerah hambat yang semakin besar. Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode difusi agaryaitu mengukur diameter zona hambat
41
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan bakteri di sekitarpencadang kertas. Diameter zona hambat akan
dansteroid/triterpenoid.
karies gigi karena ekstrak etanol daun Afrka dengan konsentrasi 500 mg/ml
bagian mulut lainnya misalnya gusi, bibir dan lidah, maka dilakukan penurunan
dilakukan pada uji aktivitas bakteri pada konsentrasi 500, 400, 300, 200, 100, 90,
Pada konsentrasi 500, 400, 300, 200, 100, 90, 80, 70, 60, 50, 40, dan 30
mg/ml ekstrak etanol daun Afrika memiliki daya antibakteri dengan adanya zona
sangat kuat, daerah hambatan 10-20 mm berarti kuat, 5-10 mm berarti sedang dan
daerah hambatan 5 mm atau kurang berarti lemah. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa diameter hambat yang didapat dari hasil penelitian ini ekstrak etanol daun
Afrika termasuk dalam kategori kuat dan sedang. Penentuan daya antibakteri
42
Universitas Sumatera Utara
(Dzulkarnain, dkk., 1996). Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun
Ekstrak etanol daun Afrika dijadikan sebagai bahan aktif dalam formulasi
sediaan obat kumur sebab kemampuan dari ekstrak tersebut yang dapat
sediaan yang dihasilkan berbentuk suspensi yaitu sediaan cair yang mengandung
partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair dikarenakan ekstrak
etanol daun Afrika tidak larut sempurna dalam akuades. Formula sediaan
melarutkan kedua fase yaitu fase minyak dan fase air. Uji orientasi yang
digunakan pada formula sediaan obat kumur ekstrak etanol daun Afrika dengan
konsentrasi antara 0,1-1%. Pada hasil uji orientasi, konsentrasi 0,5% dari tween
suspensi yang tersebut dan tidak terjadi pemisahan antara fase air dan fase minyak
untuk menutupi rasa pahit dari ekstrak etanol daun Afrika. Dan penambahan
pemberi aroma yang digunakan untuk memberikan aroma mint pada sediaan.
tenggorokan.
43
Universitas Sumatera Utara
4.8 Hasil Evaluasi Sediaan
warna, dan bau sediaan dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini.
44
Universitas Sumatera Utara
p : putih
bp : bau peppermint oil
sediaan yang dibuat tetap stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar selama 12
minggu meliputi perubahan bentuk, warna, dan bau sediaan. Dari hasil
pengamatan, didapatkan hasil bahwa seluruh sediaan obat kumur yang didapat
memiliki bentuk dan konsistensi yang baik. Warna obat kumur yang dihasilkan
akan semakin pekat dengan kenaikan konsentrasi. Obat kumur dengan konsentrasi
memberikan warna hijau coklat muda, konsentrasi 3%, 4%, 5%, 7% memberikan
kehitaman. Bau yang dihasilkan dari seluruh sediaan obat kumur adalah bau khas
dari bahan tambahan yang digunakan yaitu bau peppermint oil. Bau sediaan tetap
stabil dalam penyimpanan selama 12 minggu pada suhu kamar. Hasil pemeriksaan
45
Universitas Sumatera Utara
Hasil pemeriksaan pH sediaan menunjukkan bahwa sediaan blanko tanpa
ekstrak etanol daun Afrika adalah 5,7-6,6 sedangkan sediaan yang dibuat dengan
menunjukkan pH yang cukup beragam mulai dari 4,8-7,0. Nilai pH sediaan untuk
mulut umumnya antara 4,5 hingga sekitar 9 atau 10 dan lebih baik sekitar 6,5
hingga 7,5 atau 8; sedangkan pH dari saliva bervariasi dimana pH normal antara
Sediaan yang disimpan dalam jangka waktu yang lama dapat mengalami
penguraian dan mengakibatkan hasil urai dari zat yang terdapat dalam ekstrak.
berada dalam rentang pH yang sesuai persyaratan pH sediaan obat kumur pada
Stabilitas produk obat dibagi menjadi stabilitas secara kimia dan stabilitas
secara fisika. Faktor-faktor fisika seperti panas, cahaya, dan kelembaban, mungkin
parameter lain yang harus diperhatikan. Data yang harus dikumpulkan untuk jenis
sediaan yang berbeda tidak sama, begitu juga untuk jenis sediaan sama tetapi cara
pemberiannya lain. Jadi sangat bervariasi tergantung pada jenis sediaan, cara
pemberian, stabilitas zat aktif, dan lain-lain (Attwood dan Florence, 1988).
46
Universitas Sumatera Utara
4.8.3 Hasil uji mikrobiologi sediaan
Uji mikrobiologi sediaan obat kumur ekstrak etanol daun Afrika dilakukan
aureus dan Streptococcus mutans. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6 Data hasil uji aktivitas antibakteri obat kumur ekstrak etanol daun
Afrika terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus
mutans
Pengujian sediaan obat kumur dari ekstrak etanol daun Afrika pada F1, F2,
F3, F4, F5, F6, dan F7 memberikan hasil diameter zona hambatan yang sama
Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans oleh ekstrak etanol daun Afrika.
Hal ini berarti setelah diformulasikan dengan menggunakan KHM sediaan obat
kumur dari ekstrak etanol daun Afrika masih memiliki aktivitas daya antibakteri.
47
Universitas Sumatera Utara
ditemukan di permukaan dinding sel bakteri yang menyebabkan bakteri ini lebih
antibakteri adalah daerah hambatan 20 mm atau lebih berarti sangat kuat, daerah
hambatan 10-20 mm berarti kuat, 5-10 mm berarti sedang dan daerah hambatan 5
mm atau kurang berarti lemah. Dari ketentuan tesebut, didapatlah bahwa sediaan
obat kumur dari ekstrak etanol daun Afrika memiliki kekuatan antibakteri yang
Data lengkap hasil uji aktivitas antibakteri obat kumur ekstrak etanol daun
Afrika dapat dilihat pada Lampiran 16-21, halaman 70-75 dan perbandingan
daerah hambatan ekstrak etanol daun Afrika dan obat kumur ekstrak etanol daun
48
Universitas Sumatera Utara
BAB V
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap ekstrak dan sediaan obat kumur
a. Ekstrak etanol daun Afrika dapat diformulasi menjadi sediaan obat kumur.
b. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun Afrika yang diformulasikan
menjadi sediaan obat kumur dengan nilai KHM sebagai parameter uji pada
c. Ekstrak etanol daun Afrika dan sediaan obat kumur dari ekstrak etanol daun
Streptococcus mutans.
5.2 Saran
antibakteri sediaan obat kumur dari ekstrak etanol daun Afrika dengan obat kumur
49
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Asteraceae dan biasanya disebut sebagai bitter leaf (daun pahit). Daun Afrika
banyak tumbuh di benua Afrika bagian barat terutama di Nigeria dan negara yang
ini dapat ditemukan di halaman rumah, sepanjang sungai dan danau, di tepi hutan,
morfologi sebagai berikut: Batang tegak, tinggi 1-3 m, bulat, berkayu, berwarna
coklat, daun majemuk, anak daun berhadapan, panjang 15-25 cm, lebar 5-8 cm,
tebal 7-10 mm, daun berbentuk seperti ujung tombak, tepi bergerigi, ujung
yang pahit, dan akar tunggang yang berwarna coklat kotor dengan bau yang khas
Daun Afrika memiliki nama lain di negara-negara lain seperti bitter leaf
Hausa Shiwaka (Ijeh, 2010), Nan Fei Shu di Cina, dan daun Kupu-kupu di
Malaysia (Anonim, 2010). Daun Afrika juga memiliki nama daerah tersendiri di
negara Indonesia seperti daun pahit di pulau Jawa dan daun insulin di kota Padang
(Anonim, 2010).
7
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Sistematika tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Asterales
Suku : Asteraceae
Marga : Vernonia
banyak mengandung nutrisi dan senyawa kimia, antara lain adalah sebagai
berikut: protein 9,7%, serat 16,8%, karbohidrat 68,4%, lemak 4,7%, asam
askorbat 166,5 mg/100 g, karotenoid 30 mg/100 g, kalsium 0,97 g/ 100 g, besi 7,5
dan selenium. Senyawa kimia yang terkandung dalam daun Afrika antara lain:
membunuh bakteri Gram positif dan Gram negatif. Penelitian terhadap aktivitas
antibakteri ekstrak daun Afrika yang dilakukan oleh Sharma dan Smita (2010)
8
Universitas Sumatera Utara
Streptococcus mutans, dan Lactobacillus acidophilus. Daun Afrika telah banyak
digunakan untuk obat-obatan dan telah banyak penelitian yang telah dilakukan
2.2 Ekstraksi
jaringan tumbuhan maupun hewan dengan pelarut yang sesuai. Sebelum ekstraksi
Hasil ekstraksi disebut ekstrak, yaitu sediaan kental atau cair yang
diperoleh dengan cara mengekstraksi zat aktif dengan pelarut yang sesuai
kemudian menguapkan semua atau hampir semua pelarut yang digunakan pada
sebanyak mungkin zat-zat yang memiliki khasiat pengobatan. Zat aktif yang
a. Cara dingin
1. Maserasi
9
Universitas Sumatera Utara
dilakukan pengadukan secara terus menerus disebut maserasi kinetik sedangkan
2. Perkolasi
dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang
umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap
b. Cara panas
1. Refluks
menggunakan alat dengan pendingin balik dalam waktu tertentu dimana pelarut
2. Digesti
lebih tinggi dari temperatur kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur
40-50°C.
3. Sokletasi
4. Infundasi
10
Universitas Sumatera Utara
5. Dekoktasi
Karies gigi adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya interaksi
antara bakteri plak, gigi dan lingkungan. Plak gigi merupakan suatu lapisan tipis
dan padat yang menutupi permukaan email gigi yang mengandung bebagai
macam kuman. Plak gigi berperan dalam etiologi kelainan utama di dalam rongga
mulut yaitu karies gigi. Bakteri yang mendominasi pada plak adalah
segera membentuk asam dari karbohidrat yang dapat diragikan. Bakteri ini dapat
tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi
ini terutama terdiri dari polimer glukosa yang menyebabkan matriks plak
satu sama lain. Plak makin lama makin tebal, sehingga terbentuk karies gigi.
Beberapa faktor yang dianggap faktor resiko adalah keturunan, ras, jenis kelamin,
Produk pembersih mulut dapat secara luas dibagi menjadi pasta gigi yang
menggunakan sikat gigi sewaktu digunakan dan obat kumur yang tidak
menggunakan sikat gigi sewaktu digunakan. Mouthwash juga disebut sebagai obat
kumur. Meskipun mirip dalam bentuk larutan cair pasta gigi, tetapi mouthwash
tidak digunakan dengan sikat gigi. Sejumlah mouthwash yang tepat diletakkan di
11
Universitas Sumatera Utara
dalam mulut untuk dikumur dan kemudian setelah itu dibuang. Obat kumur
terbagi menjadi 3 jenis yaitu: yang langsung digunakan, jenis terkonsentrasi, dan
jenis bubuk/kering meskipun jenis langsung digunakan adalah yang paling banyak
digunakan saat ini. Fungsi obat kumur dapat membersihkan bagian dalam mulut,
mencegah bau nafas yang tidak sedap, dan menyegarkan mulut. Obat kumur
mengandung zat antibakteri yang mencegah karies gigi dan penyakit periodontal
(Mitsui, 1997).
infeksi tenggorokan.
Menurut Sagarin dan Gerson (1972), secara garis besar, obat kumur dalam
1. Obat kumur untuk kosmetik terdiri atas air (dan biasanya alkohol), flavor, dan
2. Obat kumur yang mempunyai tujuan utama untuk menghilangkan bakteri yang
12
Universitas Sumatera Utara
3. Obat kumur yang bersifat sebagai astringent, dengan maksud memberi efek
langsung pada mukosa mulut, juga mengurangi flokulasi dan presipitasi protein
4. Obat kumur yang pekat yang penggunaannya perlu diencerkan terlebih dahulu.
mencegah karies gigi dan untuk meringankan kondisi patologis pada mulut,
2.5.1 Tween 80
merupakan cairan seperti minyak, jernih berwarna kuning muda hingga coklat
muda, bau khas lemah, rasa pahit, dan hangat (Rowe, dkk., 2009). Tween
merupakan surfaktan yang luas digunakan dalam farmasi, karena relatif aman,
tidak toksik dan tidak mengiritasi. Dalam formulasi, tween digunakan sebagai zat
13
Universitas Sumatera Utara
2.5.2 Sakarin
Sakarin merupakan serbuk atau hablur putih, tidak berbau atau berbau
aromatik lemah. Dalam bentuk larutan encer rasanya sangat manis (Ditjen POM,
1995). Sakarin merupakan salah satu bahan pemanis yang digunakan dalam
produk makanan dan minuman, produk kesehatan seperti obat kumur dan pasta
gigi. Bahan ini digunakan untuk melapisi berbagai karakteristik rasa yang kurang
tidak berbau atau bubuk kristal putih Dalam formulasi oral, sakarin digunakan
Peppermint oil adalah salah satu minyak yang paling popular dan banyak
digunakan karena sebagian besar dari komponen utamanya adalah mentol dan
digunakan untuk pemberi bau yang khas dalam sediaan oral di bidang farmasi
seperti dalam obat batuk, permen karet, permen, dan minuman beralkohol. Dan
juga digunakan dalam pembuatan sediaan pasta gigi dan obat kumur. Rasa dari
2.5.4 Akuades
formulasi dan pembuatan produk farmasi, bahan farmasi aktif dan reagen analitis.
Akuades digunakan sebagai pelarut produk obat dan sediaan farmaseutikal; tidak
cocok untuk digunakan dalam pembuatan produk parenteral (Rowe, dkk., 2009).
14
Universitas Sumatera Utara
2.6 Uraian Bakteri
biak dengan cara membelah diri, serta demikian kecilnya hanya dapat dilihat
atau kokus, berkelompok tidak teratur, diameter 0,8-1,0 µm, tidak membentuk
spora dan tidak bergerak (Jawetz, dkk., 2001). Bakteri ini menghasilkan pigmen
suhu 37OC, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25OC)
peradangan pada sudut mulut, dan peradangan pada gusi (Fathi, 2010).
berdiameter 1-2 µm berbentuk bulat atau bulat telur, tersusun dalam bentuk rantai,
tidak membentuk spora, tumbuh optimal pada suhu 18-40OC, biasanya ditemukan
15
Universitas Sumatera Utara
pada rongga mulut manusia dan menjadi yang paling kondusif menyebabkan bau
mampu tinggal pada lingkungan asam. Bakteri ini mampu menempel pada
permukaan gigi dan menghidrolisis sisa makanan menjadi komponen glukosa dan
diubah menjadi dekstran dan fruktan. Oleh karena kemampuan ini, Streptococcus
mutans dapat menyebabkan melekatnya bakteri dan sisa-sisa makanan pada email
gigi. Pada akhirnya terjadilah akumulasi bakteri, dekstran dan fruktan pada
permukaan email gigi sehingga membentuk plak sebagai pencetus karies gigi dan
metode difusi dan metode dilusi. Pada metode difusi termasuk didalamnya metode
disk duffusion (tes Kirby & Baeur), E-test, ditch-plate technique, dan cup-plate
technique. Sedangkan pada metode dilusi termasuk didalamnya metode dilusi cair
1. Metode disk diffusion (tes Kirby & Baeur) menggunakan piringan yang berisi
agen antibakteri, kemudian diletakkan pada media agar yang sebelumnya telah
ditanami bakteri sehingga agen antibakteri dapat berdifusi pada media agar
tersebut. Metode ini cukup sederhana dan menggunakan media selektif. Area
16
Universitas Sumatera Utara
2. Metode E-test digunakan untuk mengestimasi Konsentrasi Hambat Minimum
menghambat pertumbuhan bakteri. Pada metode ini digunakan strip plastik yang
mengandung agen antibakteri dari kadar terendah sampai tertinggi dan diletakkan
pada permukaan media agar yang telah ditanami bakteri sebelumnya. Pengamatan
dilakukan pada area jernih yang ditimbulkannya yang menunjukkan kadar agen
3. Ditch-plate technique. Pada metode ini sampel uji berupa agen antibakteri yang
diletakkan pada parit yang dibuat dengan cara memotong media agar dalam cawan
petri pada bagian tengah secara membujur dan bakteri uji (maksimum 6 macam)
4. Cup-plate technique. Metode ini serupa dengan disk diffusion dimana dibuat
sumur pada media agar yang telah ditanami dengan bakteri dan pada sumur
1. Metode dilusi cair/broth dilution test (serial dilution). Metode ini digunakan
Minimum (KBM). Cara yang dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran
agen antibakteri pada medium cair yang ditambahkan dengan bakteri uji. Larutan
uji agen antibakteri pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya
sebagai KHM tersebut selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa
penambahan bakteri uji ataupun agen antibakteri, dan diinkubasi selama 18-24
jam. Media cair yang tetap terlihat jernih setelah diinkubasi ditetapkan sebagai
KBM.
17
Universitas Sumatera Utara
2. Metode dilusi padat (solid dilution test). Metode ini serupa dengan metode
dilusi cair namun menggunakan media padat (solid). Keuntungan metode ini
adalah salah satu konsentrasi agen antibakteri yang diuji dapat digunakan untuk
Metode isolasi biakan bakteri dibagi atas 3 cara (Stanier, dkk., 1982),
yaitu:
1. Cara gores
2. Cara sebar
3. Cara tuang
Pengenceran inokulum yang berturut-turut diletakkan pada cawan petri steril dan
1. Fase lag.
Fase lag merupakan fase adaptasi, yaitu fase penyesuaian mikroorganisme pada
suatu lingkungan baru. Ciri fase ini adalah tidak adanya peningkatan jumlah sel,
yang ada hanyalah peningkatan ukuran sel. Lama fase lag tergantung pada kondisi
18
Universitas Sumatera Utara
2. Fase eksponensial (fase log).
Fase ini merupakan fase dimana mikroorganisme tumbuh dan membelah pada
kecepatan maksimum, tergantung pada genetika bakteri, sifat media, dan kondisi
pertumbuhan. Sel baru terbentuk dengan laju konstan dan massa yang bertambah
3. Fase stasioner.
Pertumbuhan bakteri berhenti pada fase ini dan terjadi keseimbangan antara
jumlah sel yang membelah dengan jumlah sel yang mati. Karena pada fase ini
4. Fase kematian.
Pada fase ini terjadi penurunan nutrisi yang diperlukan oleh bakteri sehingga
Wheeler, 1993).
19
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
tumbuh di benua Afrika bagian barat terutama di Nigeria (Ibrahim, et al., 2004).
Di Cina daun Afrika telah dikenal sejak dahulu oleh masyarakat sebagai tanaman
obat yang sangat mujarab yang digunakan di lingkungan kekaisaran sebagai obat
untuk berbagai penyakit. Di Jawa tanaman ini dikenal dengan nama daun pahit
dan di Padang dikenal dengan nama daun insulin. Tanaman ini mudah tumbuh
pada daerah yang mempunyai curah hujan cukup tinggi (Anonim, 2010).
bakteri Gram positif dan Gram negatif. Penelitian terhadap aktivitas antibakteri
ekstrak daun Afrika yang dilakukan oleh Sharma dan Smita (2010) menunjukkan
Karies gigi atau dikenal dengan gigi berlubang adalah salah satu penyakit
pada jaringan keras gigi yang sudah dikenal umum oleh masyarakat, paling
banyak ditemui di dalam rongga mulut, dapat mengenai semua populasi tanpa
memandang umur, jenis kelamin, ras, ataupun keadaan sosial ekonomi, dan
oleh paparan asam organik hasil fermentasi karbohidrat yang dilakukan oleh
1
Universitas Sumatera Utara
bakteri patogen dalam rongga mulut. Salah satu bakteri yang mampu
Ada banyak cara untuk mencegah karies gigi, salah satunya penggunaan
jumlah koloni bakteri patogen dalam rongga mulut, mengurangi terjadinya plak,
dan karies gigi (Sumono dan Wulan, 2009). Berbagai jenis obat kumur telah
beredar di masyarakat, salah satu yang banyak digunakan yaitu obat kumur
menyikat gigi pada waktu yang tepat dengan cara yang benar, sedangkan cara
tumbuhan sebagai obat kumur yang mengandung antiseptik (Shahani dan Reddy,
menimbulkan pewarnaan (staining) pada gigi, pada lidah juga dapat menganggu
rasa kecap setelah pemakaian meskipun tidak bersifat permanen (Peterson, 2011).
Formulasi obat kumur selain bahan aktif yang umum digunakan sebagai
2
Universitas Sumatera Utara
antibakteri juga digunakan bahan tambahan lain seperti surfaktan dan korigensia
(Mitsui, 1997; Jas, 2007). Berbagai efek samping yang ditimbulkan dari
pemakaian bahan kimia dalam obat kumur cukup banyak dan signifikan, sehingga
diperlukan alternatif lain sebagai bahan baku pembuatan obat kumur dengan efek
memenuhi syarat tersebut adalah tanaman obat atau tanaman yang berasal dari
alam yang berkhasiat sebagai obat dalam penyembuhan dan pencegahan suatu
Penggunaan tanaman obat yang digunakan pada penelitian ini adalah daun
Afrika yang akan ditentukan daya antibakteri dari ekstrak etanol daun Afrika
sediaan obat kumur dan ditentukan kembali daya antibakterinya terhadap bakteri
peradangan pada rongga mulut, seperti pembengkakan kelenjar liur disertai nyeri,
infeksi bakteri pada jaringan di sekitar amandel, dan infeksi jaringan periodontal
yang ada pada rongga mulut seperti gusi, lidah dan saliva yang sering
menimbulkan plak dan karies gigi, dan juga terdapat pada saluran nasofaring,
saluran genitalia wanita dan kulit (Talaro dan Arthur, 1999; Tortora, dkk., 2004).
3
Universitas Sumatera Utara
a. Apakah ekstrak etanol daun Afrika dapat diformulasikan menjadi sediaan
obat kumur?
b. Apakah sediaan obat kumur dari ekstrak etanol daun Afrika mempunyai
c. Apakah ekstrak etanol daun Afrika dan sediaan obat kumur ekstrak etanol
kumur.
b. Sediaan obat kumur dari ekstrak etanol daun Afrika mempunyai nilai
c. Ekstrak etanol daun Afrika dan sediaan obat kumur ekstrak etanol daun
obat kumur.
4
Universitas Sumatera Utara
b. Meneliti nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) sediaan obat kumur
c. Meneliti aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol daun Afrika dan sediaan
daun Afrika yang dapat dikembangkan menjadi sediaan obat kumur dalam
5
Universitas Sumatera Utara
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
6
Universitas Sumatera Utara
FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN OBAT KUMUR
EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA (Vernonia amygdalina Delile.)
SERTA UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI
ABSTRAK
Kata Kunci: Obat kumur, ekstrak etanol daun Afrika, uji aktivitas antibakteri,
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
vii
Universitas Sumatera Utara
FORMULATION AND EVALUATION OF MOUTHWASH ETHANOL
EXTRACT OF AFRICAN LEAVES (Vernonia amygdalina Delile.) AND
EVALUATION OF ANTIBACTERIAL ACTIVITY
ABSTRACT
viii
Universitas Sumatera Utara
FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN OBAT KUMUR
EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA (Vernonia amygdalina
Delile.) SERTA UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI
SKRIPSI
OLEH:
LENI
NIM 121501083
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
LENI
NIM 121501083
OLEH:
LENI
NIM 121501083
Disetujui oleh,
Pembimbing I, Panitia Penguji,
Panitia Penguji,
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunia dan
yang berjudul “Formulasi dan Evaluasi Sediaan Obat Kumur Ekstrak Etanol Daun
Afrika (Vernonia amygdalina Delile.) serta Uji Aktivitas Antibakteri”. Skripsi ini
diajukan sebagai salah satu syarat bagi penulis guna memperoleh gelar Sarjana
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat,
penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Suryanto M.Si., Apt., dan
Bapak Popi Patilaya S.Si., M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah
kesabaran selama penelitian dan penulisan skripsi. Kepada Ibu Dr. Masfria, M.S.,
Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah
selama masa pendidikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.
Anayanti Arianto, M.Si., Apt., Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., dan Bapak Drs.
Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan
arahan, kritik dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi
ini, serta kepada Bapak dan Ibu pengajar dan staf Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara yang telah mendidik selama masa perkuliahan dan membantu
Simatupang, Amd., Rina Monica Simatupang, untuk kasih sayang yang tidak
iv
Universitas Sumatera Utara
ternilai, dukung yang diberikan baik moral maupun materil, dan doa yang tulus.
stambuk, dan semua pihak yang telah menemani, memotivasi, dan memberikan
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis
menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis
berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Leni
NIM 121501083
v
Universitas Sumatera Utara
SURAT PERNYATAAN
Nama : Leni
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dari hasil
pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah di ajukan oleh orang lain
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat
karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam skripsi ini
ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima
sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.
Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat
digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.
Leni
NIM 121501083
vi
Universitas Sumatera Utara
FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN OBAT KUMUR
EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA (Vernonia amygdalina Delile.)
SERTA UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI
ABSTRAK
Kata Kunci: Obat kumur, ekstrak etanol daun Afrika, uji aktivitas antibakteri,
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
vii
Universitas Sumatera Utara
FORMULATION AND EVALUATION OF MOUTHWASH ETHANOL
EXTRACT OF AFRICAN LEAVES (Vernonia amygdalina Delile.) AND
EVALUATION OF ANTIBACTERIAL ACTIVITY
ABSTRACT
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ................................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN........................................................................ vi
ix
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Kandungan Tumbuhan ........................................ 8
x
Universitas Sumatera Utara
3.4.2 Pereaksi asam sulfat 2 N ..................................... 22
xi
Universitas Sumatera Utara
3.9 Pembuatan Media Untuk Bakteri Uji ............................. 28
xii
Universitas Sumatera Utara
4.2.2 Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia .......... 36
LAMPIRAN ........................................................................................... 54
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.2 Data hasil skrining fitokimia ekstrak etanol daun Afrika ........ 39
4.6 Data hasil uji aktivitas antibakteri obat kumur ekstrak etanol
daun Afrika terhadap bakteri Staphylococcus aureus
dan Streptococcus mutans ......................................................... 47
xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xvi
Universitas Sumatera Utara
17 Gambar hasil uji aktivitas antibakteri obat kumur terhadap
bakteri Streptococcus mutans minggu ke-0 ........................... 71
xvii
Universitas Sumatera Utara