Anda di halaman 1dari 167

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN

NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH

PROVINSI BANTEN TAHUN 2010-2030

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BANTEN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan pembangunan


sektoral yang terintegrasi di Provinsi Banten
diperlukan penataan ruang yang baik agar
terwujud pemanfaatan ruang yang tepat dan
berdayaguna dalam menunjang pertumbuhan
ekonomi daerah dan tercapainya kesejahteraan
masyarakat;

b. bahwa Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011


tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Banten Tahun 2010-2030 perlu dilakukan
penyesuaian sesuai dengan perkembangan
ekonomi dan kebijakan pembangunan pemerintah;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang Perubahan
Atas Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Banten Tahun 2010-2030
-2-

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan, sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun
1999 tentang Kehutanan;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang
Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4010);
4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
5. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5103);
-3-

8. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010


tentang Bentuk dan Tata Cara Peran serta
Masyarakat dalam Penataan Ruang;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013
tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2014
tentang Penataan Wilayah Pertahanan Negara;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional;
12. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional
Jabodetabekpunjur;
13. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Pulau Jawa dan Bali;
14. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2015-2019;
15. Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2017 Tentang
Perubahan Atas Nomor 4 Tahun 2016 tentang
Percepatan Pembangunan Infrastruktur
Ketenagalistrikan;
16. Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 3
Tahun 2016 tentang Proyek Strategis Nasional;
17. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten
Tahun 2010-2030 (Lembaran Daerah Provinsi
Banten Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi Banten Nomor 32).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI BANTEN

dan

GUBERNUR BANTEN
-4-

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI
BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN TAHUN
2010-2030.

Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten Tahun 2010 – 2030 (Lembaran
Daerah Provinsi Banten Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah
Provinsi Banten Nomor 32) diubah sebagai berikut :

1. Ketentuan Pasal 1 angka 2, angka 4, angka 8, angka 9, angka 10,


angka 11, angka 12, angka 13, angka 15, angka 18, angka 19, angka
20, angka 28, angka 29, angka 30, dan angka 39 diubah dan ditambah
20 (dua puluh) angka yakni angka 40, angka 41, angka 42, angka 43,
angka 44, angka 45, angka 46, angka 47, angka 48, angka 49, angka 50,
angka 51, angka 52, angka 53, angka 54, angka 55, angka 56, angka 57
, angka 58, dan angka 59 sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Provinsi Banten.


2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
3. Gubernur adalah Gubernur Banten.
4. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Pemerintah Kabupaten/Kota di
Daerah.
5. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,
tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan
memelihara kelangsungan hidupnya.
6. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
7. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan
-5-

berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.


8. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten selanjutnya disebut RTRW
Provinsi Banten adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari
wilayah provinsi, yang merupakan penjabaran dari Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional, dan yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan
ruang wilayah provinsi, rencana struktur ruang wilayah provinsi,
rencana pola ruang wilayah provinsi, penetapan Kawasan Strategis
Daerah, arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi, dan arahan
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi.
9. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut
RTRW Kabupaten/Kota adalah rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota di Provinsi Banten.
10. Kebijakan Penataan Ruang Daerah adalah arahan pengembangan
wilayah yang ditetapkan oleh Daerah guna mencapai tujuan penataan
ruang wilayah Daerah dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun.
11. Strategi Penataan Ruang Daerah adalah penjabaran kebijakan penataan
ruang ke dalam langkah-langkah pencapaian tindakan yang lebih nyata
yang menjadi dasar dalam penyusunan rencana struktur ruang dan
rencana pola ruang wilayah Daerah.
12. Rencana Struktur Ruang Daerah adalah rencana yang mencakup
rencana sistem perkotaan yang berkaitan dengan kawasan perdesaan
dalam wilayah pelayanannya, dan rencana sistem prasarana yang
mengintegrasikan wilayah Daerah serta melayani kegiatan skala
provinsi, yang akan dituju sampai dengan akhir masa perencanaan 20
(dua puluh) tahun.
13. Kawasan Perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
14. Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
15. Rencana Sistem Prasarana Daerah adalah rencana susunan prasarana
wilayah yang dikembangkan untuk menunjang keterkaitan antarkota
atau perkotaan dalam wilayah Daerah dan memberikan layanan
kegiatan yang memiliki cakupan wilayah layanan prasarana lebih dari
-6-

satu kabupaten/kota.
16. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disingkat PKN adalah
kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
internasional, nasional, atau beberapa provinsi.
17. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disingkat PKW adalah
kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
provinsi atau beberapa kabupaten/kota.
18. Pusat Kegiatan Wilayah promosi yang selanjutnya disingkat PKWp
adalah pusat kegiatan yang dipromosikan untuk dikemudian hari dapat
ditetapkan sebagai PKW.
19. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disingkat PKL adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.
20. Wilayah Kerja Pembangunan yang selanjutnya disingkat WKP adalah
suatu strategi perangkaan perwilayahan dalam rangka mewujudkan
tujuan dan sasaran pembangunan daerah jangka panjang melalui
pengembangan potensi unggulan daerah secara menyeluruh, terarah,
dan terpadu, yang memungkinkan terjadinya penyebarluasan
pembangunan dan hasil-hasilnya keseluruh pelosok Daerah.
21. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki
hubungan fungsional.
22. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah
yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan
ruang untuk fungsi budidaya.
23. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
24. Penyelenggaraan Penataan Ruang adalah kegiatan yang meliputi
pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.
25. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan
struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan
penetapan rencana tata ruang.
26. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang
dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan
dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
27. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan
-7-

tertib tata ruang.


28. Rencana Pola Ruang adalah rencana distribusi peruntukan ruang
wilayah Daerah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung
dan budidaya sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW Provinsi
Banten yang memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah Daerah
hingga 20 (dua puluh) tahun mendatang.
29. Kawasan Lindung Daerah adalah Kawasan Lindung yang secara ekologis
merupakan satu ekosistem yang terletak lebih dari satu wilayah
kabupaten/kota, atau Kawasan Lindung dalam wilayah suatu
kabupaten/kota yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya yang terletak di wilayah kabupaten/kota lain, atau
kawasan-Kawasan Lindung lain yang berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, pengelolaannya merupakan
kewenangan Pemerintah Daerah.
30. Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber
daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
31. Kawasan Strategis Provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam
lingkup Daerah terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
lingkungan.
32. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau
budidaya.
33. Kawasan andalan adalah bagian dari kawasan budidaya, baik di ruang
darat maupun ruang laut yang pengembangannya diarahkan untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasan
di sekitarnya.
34. Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara
nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan
negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk
wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.
35. Kawasan Peruntukan Pertambangan adalah wilayah yang memiliki
potensi sumber daya bahan tambang yang berwujud padat, cair, atau
gas berdasarkan peta/data geologi dan merupakan tempat dilakukannya
seluruh tahapan kegiatan pertambangan yang meliputi penyelidikan
umum, eksplorasi, operasi produksi dan pasca tambang, baik di wilayah
-8-

daratan maupun perairan, serta tidak dibatasi oleh penggunaan lahan,


baik Kawasan Budidaya maupun Kawasan Lindung.
36. Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut
yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.
37. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk
masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan
non pemerintah lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.
38. Peran Masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam proses
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
39. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disingkat
BKPRD adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk membantu
pelaksanaan tugas Gubernur dalam koordinasi penataan ruang di
Daerah.
40. Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Cianjur yang
selanjutnya disebut Kawasan Perkotaan Jabodetabek-Punjur adalah
wilayah pembangunan yang meliputi Daerah Khusus Ibukota Jakarta,
Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Cianjur.
41. Pembangkit Tenaga Listrik Tenaga Uap yang selanjutnya disingkat PLTU
adalah pembangkit yang mengandalkan energi kinetik dari uap untuk
menghasilkan energi listrik.
42. Pembangkit Tenaga Listrik Panas Bumi yang selanjutnya disebut dengan
PLTP adalah pembangkit listrik yang menggunakan energi panas bumi.
43. Cekungan Air Tanah yang selanjutnya disingkat CAT adalah adalah
suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua
kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan
pelepasan air tanah berlangsung.
44. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air
untuk menunjang pertanian.
45. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu yang selanjutnya disingkat TPST
adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan,
penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan
akhir.
46. Tempat Pemrosesan Akhir Sampah yang selanjutnya disingkat TPAS
adalah tempat untuk memroses dan mengembalikan sampah ke media
lingkungan.
47. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah area
-9-

memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih


bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara
alamiah maupun yang sengaja ditanam.
48. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang selanjutnya disingkat LP2B
adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan
dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi
kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional.
49. Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan
hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara
terpadu.
50. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat
dipisahkan.
51. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau
ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya
sebagai hutan tetap.
52. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan.
53. Hutan rakyat adalah hutan pada tanah yang diakui sebagai milik rakyat
baik bersama maupun perorangan.
54. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata
air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut,
dan memelihara kesuburan tanah.
55. Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang
mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan
satwa serta ekosistemnya.
56. Kawasan hutan suaka alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu,
yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang juga
berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan.
57. Kawasan hutan pelestarian alam adalah hutan dengan ciri khas
tertentu, yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga
kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa,
serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya.
- 10 -

58. Hutan Adat adalah hutan yang berada dalam wilayah masyarakat
hukum adat.
59. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala daerah dan DPRD
dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah.

2. Ketentuan Pasal 3 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 3
Tujuan Penataan Ruang Wilayah Provinsi Banten adalah Mewujudkan Ruang
Wilayah Banten sebagai Simpul Penyebaran Primer Nasional-Internasional
yang Strategis, Aman, Nyaman, Produktif dan Berkelanjutan melalui
Pengembangan Pusat-Pusat Pertumbuhan yang mendukung Ketahanan
Sumber Daya Alam, Industri, dan Pariwisata.

3. Ketentuan Pasal 6 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 6
(1) Lingkup Wilayah RTRW Provinsi Banten merupakan wilayah Daerah
seluas 966.292,00 (sembilan ratus enam puluh enam ribu dua ratus
sembilan puluh dua nol nol) hektar yang terdiri atas :
a. WKP I meliputi Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota
Tangerang Selatan;
b. WKP II meliputi Kabupaten Serang, Kota Serang, dan Kota Cilegon;
dan
c. WKP III meliputi Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak.
(2) Arahan fungsi dan peranan WKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. WKP I diarahkan untuk pengembangan kegiatan industri, jasa,
perdagangan, pertanian, permukiman atau perumahan, dan
pendidikan;
b. WKP II diarahkan untuk pengembangan kegiatan pemerintahan,
pendidikan, kehutanan, pertanian, industri, pariwisata, jasa,
perdagangan, dan pertambangan; dan
c. WKP III diarahkan untuk pengembangan kegiatan kehutanan,
pertanian, pertambangan, pariwisata, kelautan, perikanan, industri
dan perkebunan.
- 11 -

(3) Batas wilayah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda;
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta
dan Provinsi Jawa Barat;
c. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa; dan
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia.

4. Ketentuan Pasal 7 ayat (1), ayat (2) diubah dan ayat (3) dihapus,
sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 7
(1) RTRW Provinsi Banten berjangka waktu 20 (dua puluh) tahun, mulai
dari Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2030 dan dapat ditinjau kembali
1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(2) Peninjauan kembali rencana tata ruang dapat dilakukan lebih dari 1
(satu) kali dalam 5 (lima) tahun apabila:
a. Terjadi bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan
peraturan perundang-undangan;
b. Perubahan batas teritorial negara ditetapkan dengan undang-
undang; dan
c. Adanya perubahan batas wilayah daerah yang ditetapkan dengan
undang-undang.
(3) Dihapus.

5. Ketentuan Pasal 15 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) dan ayat (4) diubah dan
diantara ayat (3) dan ayat (4) disisipkan 4 (empat) ayat yakni ayat (3a),
ayat (3b), ayat (3c), dan ayat (3d), sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 15
(1) Rencana sistem perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf
a didasarkan atas cakupan wilayah pelayanan.
(2) Rencana sistem perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. PKN;
b. PKW;
c. PKWp; dan
d. PKL.
- 12 -

(3) PKN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi :


a. Kawasan Perkotaan Jabodetabek-Punjur meliputi Kawasan
Perkotaan Kabupaten Tangerang, Kawasan Perkotaan Kota
Tangerang, dan Kawasan Perkotaan Kota Tangerang Selatan;
b. Kawasan Perkotaan Serang dan Kawasan Perkotaan Kabupaten
Serang; dan
c. Kawasan Perkotaan Cilegon.
(3a) PKW sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi
KawasanPerkotaan Pandeglang dan Kawasan Perkotaan Rangkasbitung;
(3b) PKWp sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi Kawasan
Panimbang, Kawasan Bayah, dan Kawasan Maja;
(3c) PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d meliputi Kawasan
Labuan, Kawasan Cibaliung, Kawasan Malingping, Kawasan Anyar,
Kawasan Baros, Kawasan Ciruas, Kawasan Kronjo, Kawasan Tigaraksa,
Kawasan Pagedangan, Kawasan Pontang, Kawasan Cipanas, dan
Kawasan Cikeuruh Wetan;
(3d) Penambahan pusat kegiatan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (6)
dapat dilakukan apabila terdapat usulan Pemerintah Kabupaten/Kota
dan/atau kajian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(4) Pusat Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (3a) sampai
dengan ayat (3c) digambarkan dalam Peta Rencana Struktur Ruang
dengan tingkat ketelitian 1:250.000 (satu berbanding dua ratus lima
puluh ribu) sebagaimana tercantum dalam lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

6. Ketentuan Pasal 16 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 16
Rencana sistem prasarana utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
huruf b merupakan sistem jaringan transportasi meliputi :
a. rencana pengembangan sistem jaringan transportasi darat;
b. rencana pengembangan sistem jaringan transportasi laut;
c. rencana pengembangan sistem jaringan transportasi udara;

7. Ketentuan Pasal 17 huruf e diubah dan ditambah 1 (satu) huruf yaitu


huruf f sehingga berbunyi sebagai berikut:
- 13 -

Pasal 17
Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi darat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 huruf a meliputi:
a. Pengembangan jaringan jalan nasional;
b. Pengembangan jaringan jalan provinsi;
c. Pengembangan terminal;
d. Pengembangan jaringan kereta api;
e. Pengembangan jaringan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan;
dan
f. Pembangunan dan pengembangan jaringan penghubung daratan dengan
pulau dan/atau antar pulau.

8. Ketentuan Pasal 18 huruf a sampai dengan huruf e diubah dan


ditambah 6 (enam) huruf, yakni huruf f, huruf g, huruf h, huruf I, huruf
j dan huruf k sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 18
Pengembangan jaringan jalan nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17 ayat (1) meliputi jaringan jalan arteri primer, kolektor primer, dan jalan tol
melalui :
a. Pembangunan dan Peningkatan kapasitas dan kualitas jaringan jalan
arteri primer di Daerah meliputi : Jln. Raya Merak (Cilegon), Jln. Raya
Cilegon (Cilegon), Jln. Raya Serang (Cilegon), Jln. Raya Cilegon (Serang),
Jln. Letnan Jidun (Serang), Jln. Tb. Suwandi (Serang), Jln. Abdul Hadi
(Serang), Jln Kh. Abdul Fatah Hasan (Serang), Jln. Sudirman (Serang),
Jln. Raya Serang (Tangerang), Jln. Otista (Tangerang), Jln. Ks. Tubun
(Tangerang), Jln. Daan Mogot (Tangerang - Bts. DKI)
b. Peningkatan kapasitas dan kualitas jaringan jalan kolektor primer di
Daerah meliputi Jln. Raya Anyer (Cilegon), Pasauran – Labuhan, Jl. A.
Yani (Labuhan), Labuhan - Sp. Labuhan, Simp. Labuhan – Saketi,
Cigadung - Cipacung Jln. By Pass Rangkasbitung (Jln. Soekarno Hatta
Rangkasbitung), Jln. Raya Cipanas (Rangkasbitung) , Sp Labuan –
Cibaliung, Cibaliung - Cikeusik - Muara Binuangen, Muara Binuangeun
– Simpang, Simpang – Bayah, Bayah - Cibarenok - Bts. Prov. Jabar, Jln.
Raya Pandeglang (Serang) Jln. Raya Serang (Pandeglang), Bts.DKI
Banten - Gandaria/Bts.Depok/ Tangerang (Ciputat - Bogor), Jln.
- 14 -

Rambutan (Ciputat), Jln. Otista (Ciputat) Jln. Akses Tol Merak, Cikande
– Rangkasbitung, Jln. Raya Cikande (Jln. Otto Iskandardinata
Rangkasbitung), Cibaliung - Sumur, Citereup - Tanjung Lesung, Serdang
- Bojonegara – Merak.
c. Pembangunan dan Pengembangan jaringan jalan bebas hambatan dalam
kota di Daerah meliputi:
1. Jakarta – Tangerang dan Jakarta – Tangerang II Elevated;
2. Prof. Dr. Sedyatmo dan Prof. Dr. Sedyatmo Elevated;
3. Pondok Aren – Serpong;
4. Pondok Aren – Ulujami;
5. Serpong – Balaraja;
6. Semanan – Sunter;
7. Sunter – Rawa Buaya – Batu Ceper;
8. Jakarta Outer Ring Road II yang meliputi Cengkareng – Batu Ceper
– Kunciran, Kunciran – Serpong, Serpong – Cinere; dan
9. Bojong Gede – Balaraja.
d. Pembangunan dan Pengembangan jaringan jalan bebas hambatan antar
kota di Daerah meliputi:
1. Tangerang – Merak;
2. Cilegon – Bojonegara;
3. Serang – Panimbang;
4. Semanan – Rajeg – Balaraja; dan
5. Kamal – Teluk Naga – Rajeg.
e. Rencana Pengembangan jalan nasional Bayah – Cibarenok – Batas
Provinsi Jawa Barat, Teluknaga – Bandara Soekarno Hatta, Serang –
Pandeglang, Pangarangan – Bayah – batas Provinsi Jawa Barat,
Simpang 3 (tiga) Cilegon, Simpang 3 (tiga) Labuan, Simpang 3 (tiga)
Tarogong, Merak – Suralaya – Pulo Ampel Bojonegara – Cilegon,
Tangerang – Bandara Soekarno Hatta, Labuan – Saketi – Pandeglang –
Rangkasbitung – Cipanas – batas Provinsi Jawa Barat;
f. Rencana Pembangunan jalan nasional Cikande – Rangkasbitung, Jalan
Cikande – Serang – Cilegon, Cipanas - Warung banten- Bayah, Jalan
Tanjung Lesung – Sumur, dan jalan lintas selatan Banten
g. Pengawasan dan pengendalian jalan nasional berupa jembatan timbang
berlokasi di:
1. Cikande Kabupaten Serang; dan
2. Cimanuk Kabupaten Pandeglang.
- 15 -

h. Rencana Pengembangan sistem jaringan transportasi angkutan massal


cepat terpadu berbasis jalan di seluruh Wilayah Provinsi Banten;
i. Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi angkutan massal
berbasis jalan dari dan menuju Bandara Soekarno-Hatta; dan
j. Rencana pembangunan jalan prospektif di wilayah Provionsi Banten.
9. Ketentuan Pasal 19 diubah menjadi 4 (empat) ayat, yakni ayat (1), ayat
(2), ayat (3) dan ayat (4) sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 19
(1) Pengembangan jaringan jalan provinsi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 huruf b meliputi:
a. Peningkatan kapasitas dan kualitas jaringan jalan provinsi meliputi
: Pakupatan – Palima, Palima - Pasang Teneng, Ciruas - Petir -
Wr.Gunung, Lopang - Banten Lama, Jl. Akses Pelabuhan Karang
Hantu, Jl. Trip Jamaksari, Jl. Ayip Usman, Jl. A. Yani (Serang), Jl.
Veteran, Jl. KH. Syam'un, Jl. Mayor Safei (Serang), Jl. Raya Cilegon
(Serang), Jl. TB. A Katib (Serang), Jl. Yusuf Martadilaga (Serang),
Sempu - Dukuh Kawung, Simpang Taktakan - Gn. Sari, Gn. Sari -
Mancak – Anyer, Kramatwatu – Tonjong, Ciruas – Pontang, Parigi –
Sukamanah, Ciomas – Mandalawangi, Jalan Yasin Beji, Jalan Raya
Industri, Terate - Banten Lama, Banten Lama – Pontang, Pontang –
Kronjo, Kronjo – Mauk, Mauk - Teluk Naga, Teluk Naga – Dadap,
Citeras – Tigaraksa, Tigaraksa – Malangnengah, Sp. Bitung – Curug,
Curug - Legok - Parung Panjang, Cisauk – Jaha, Jl. Beringin Raya,
Jl. Raya By Pass Tangerang (Jl. Sudirman), Jl. M.H. Thamrin Kota
Tangerang, Jl. Raden Fatah (Ciledug), Jl.Raya Cipondoh (Jl. Hasyim
Ashari), Jl.Raya Ciledug (Jl. Hos Cokroaminoto), Jl. Serpong Raya,
Jl. Pahlawan Seribu, Jl. Serpong Parung, Jl. Aria Putra ( Ciputat),
Jl. Raya Jombang, Jl. Otto Iskandardinata (Ciputat), Jl. H. Usman
(Ciputat), Jl. Pajajaran (Ciputat), Jl. Siliwangi, Jl. Puspitek Raya, Jl.
Surya Kencana - Simpang Dr. Setiabudi, Jl. Cabe Raya - Cireundeu
Raya, Jl. Serang - Pandeglang (Pandeglang), Jl. A. Yani
(Pandeglang), Jl. Tb. Asnawi (Pandeglang), Jl. Abdul Rahim
(Pandeglang), Jl. Raya Labuan (Pandeglang), Jl. Widagdo
(Pandeglang), Jl. Pandeglang - Rangkasbitung (Pandeglang), Tanjung
Lesung – Sumur, Mengger - Mandalawangi-Caringin, Saketi –
Ciandur, Picung – Munjul, Munjul - Panimbang, Cisekeut - Sobang
- 16 -

– Tela, Munjul – Cikaludan - Cikeusik, Jl. Sudirman (Labuan), Jl.


Desa Teluk (Akses PPP Labuan), Maja – Koleang, Saketi - Malingping
- Simpang, Cipanas - Warung Banten, Bayah – Cikotok, Cikotok -
Bts Jabar, Gunung Madur - Pulau Manuk, Jl. A. Yani
(Rangkasbitung), Jl. Sunan Kalijaga (Rangkasbitung), Sp. Gading
Serpong - Serenade - Kebon Nanas.
b. Rencana pembangunan jalan dari Gerbang Tol Serang Timur –
Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten;
c. Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi angkutan
massal berbasis jalan dari dan menuju Bandara Udara Soekarno
Hatta; dan
d. Rencana pembangunan sistem jaringan transportasi angkutan
massal cepat terpadu berbasis jalan di seluruh wilayah Provinsi
Banten;
(2) Jaringan jalan provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
jaringan jalan kolektor primer yang menghubungkan antara PKN dengan
PKW dan antar PKW;
(3) Rencana pembangunan akses tol/interchange, jalan lingkar, simpang
sebidang, underpass, flyover, frontage yang berada di jalan kewenangan
provinsi diatur lebih lanjut sesuai dengan ketentuan perundangan yang
berlaku; dan
(4) Pembangunan, peningkatan dan penetapan status untuk menjadi jalan
provinsi diatur sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.

10. Ketentuan Pasal 20 diubah menjadi 2 (dua) ayat, yakni ayat (1) dan ayat
(2) sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 20
(1) Pengembangan terminal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf c
meliputi terminal penumpang tipe A dan B dalam wilayah provinsi;
(2) Pengembangan terminal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. Peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan terminal penumpang
tipe A meliputi:
1. Terminal Merak yaitu Kawasan Terminal Terpadu Merak - Kota
Cilegon;
2. Terminal Pakupatan di Kota Serang;
3. Terminal Poris Plawad di Kota Tangerang;
- 17 -

4. Terminal Kadubanen di Kabupaten Pandeglang;


5. Terminal Kadu Agung Mandala/Mandala di Kabupaten Lebak;
6. Terminal Balaraja di Kabupaten Tangerang;
7. Terminal Pondok Cabe di Kota Tangerang Selatan;
8. Terminal Labuan di Kabupaten Pandeglang; dan
9. Terminal Malingping di Kabupaten Lebak.
b. Rencana pembangunan terminal penumpang tipe A, meliputi:
1. Terminal Cikande di Kabupaten Serang; dan
2. Terminal Cikupa di Kabupaten Tangerang.
c. Pengembangan terminal penumpang tipe B untuk melayani
angkutan antar kota dalam provinsi dan angkutan kota/pedesaan
meliputi:
1. Terminal Pasar Badak Pandeglang di Kabupaten Pandeglang;
2. Terminal Bayah di Kabupaten Lebak;
3. Terminal Ciputat di Kota Tangerang Selatan;
4. Terminal Cadas, Jatiuwung di Kota Tangerang;
5. Terminal Ciledug di Kota Tangerang;
6. Terminal Cibeber/Seruni di Kota Cilegon; dan
7. Terminal Tanara di Kabupaten Serang.
d. Rencana pembangunan terminal tipe B di Palima Kota Serang;

11. Ketentuan Pasal 21 diubah menjadi 2 (dua) ayat, yakni ayat (1) dan ayat
(2) sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 21
(1) Pengembangan jaringan kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17 huruf d meliputi jaringan jalur kereta api umum, jaringan jalur
kereta api khusus, serta stasiun kereta api.
(2) Pengembangan jaringan kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. Pengembangan jaringan prasarana kereta api yang menghubungkan
kawasan-kawasan industri, simpul-simpul transportasi utama yaitu
pembangunan jaringan prasarana baru pada lintas:
1. Tonjong Baru – Pelabuhan Bojonegara;
2. Serpong – Tangerang – Bandara Soekarno Hatta;
3. Serang – Cikande – Cikupa – Serpong;
4. Manggarai – Bandara Soekarno Hatta;
- 18 -

5. Bandara Soekarno Hatta – Pluit – Kota; dan


6. Rencana pembangunan jalur kereta api Bojonegara – Pantura –
Tanjung Priuk.
b. Pembangunan jaringan prasarana kereta api baru pada Lintas
Parung Panjang – Serpong – Citayam – Nambo – Cikarang; Lintas
Serang – sepadan tol – Balaraja, Lintas Balaraja – Jakarta –
Cikarang;
c. Pengembangan angkutan perkotaan terutama pada Lintas
Tangerang – Duri, dan Lintas Merak – Cilegon – Serang –
Rangkasbitung – Serpong – Tanah Abang;
d. Pengembangan jalur ganda kereta api Jakarta – Kota Tangerang;
e. Pengembangan trayek kereta api khusus lintas Tanah Abang –
Cilegon, Tanah Abang - Cigading dan jaringan jalur kereta api
khusus pada kawasan industri;
f. Pengembangan stasiun kereta api terpadu pada kawasan Terminal
Merak, kawasan Bojonegara, kawasan Bandara Soekarno-Hatta,
Kawasan Bandar Udara Banten Selatan, dan Kawasan Bumi
Serpong Damai;
g. Pembangunan jalur ganda dan elektrifikasi antara Maja –
Rangkasbitung – Merak;
h. Pembangunan lintas baru Cilegon – Anyer Kidul – Labuan –
Panimbang;
i. Pembangunan infrastruktur kereta api dalam kota yaitu Kereta Api
Express SHIA jalur Soekarno Hatta – Sudirman;
j. Peningkatan akses jaringan prasarana dan pelayanan di kawasan
perkotaan jalur kereta api lintas Cilegon – Serang – Pandeglang –
Rangkasbitung;
k. Peningkatan kapasitas dan kualitas jaringan prasarana kereta api
pada lintas Merak – Cilegon – Serang – Tangerang – Jakarta;
l. Peningkatan kapasitas dan kualitas jaringan prasarana kereta api
yang padat melayani transportasi perkotaan antara lain pada lintas
Rangkasbitung – Serpong – Tanah Abang, dan Lintas Tangerang –
Duri;
m. Peningkatan aspek keselamatan transportasi kereta api dengan
pengembangan penyediaan sarana dan prasarana keselamatan
terutama perlintasan sebidang pada ruas jalan provinsi yang
kepadatan lalu lintas kendaraannya tinggi;
- 19 -

n. Peningkatan pelayanan sarana dan prasarana untuk Stasiun Merak


di Kota Cilegon, Stasiun Krenceng, di Kota Cilegon, Stasiun Serang
di Kota Serang, Stasiun Rangkasbitung di Kabupaten Lebak,
Stasiun Pasar Anyar di Kota Tangerang, Stasiun Serpong di Kota
Tangerang Selatan dan Stasiun Maja di Kabupaten Lebak;
o. Rencana pengembangan dan pembangunan stasiun kereta api
diatur sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
p. Pengaktifan kembali jalur kereta api lintas Ciwandan – Anyer Kidul,
Rangkasbitung – Saketi – Labuan, Saketi – Malingping – Bayah;
q. Perbaikan jaringan kereta api Rangkasbitung – Saketi – Malingping
– Bayah dan jaringan kereta api Saketi – Labuan;
r. Rencana Pengembangan Jalur KA lintasan Panimbang – Cibaliung –
Malingping;
s. Rencana pembangunan jalur KA Merak – Bandara Soekarno Hatta;
t. Rencana pembangunan Dryport di Kecamatan Jambe Kabupaten
Tangerang;
u. Pengembangan angkutan massal cepat terpadu berbasis rel Cilegon
– Serang – Pandeglang – Rangkasbitung dan Jalur MRT lintas
Batuceper-Serpong;
v. Pembangunan angkutan massal cepat terpadu berbasis rel dari
wilayah timur ke wilayah barat yaitu Cikarang – Jakarta – Balaraja
– Serang;
w. Pengembangan transportasi cepat terpadu berbasis rel di Kota
Tangerang dan Kota Tangerang Selatan;
x. Rencana pembangunan Transit Oriented Development /TOD di
seluruh Provinsi Banten;
y. Rencana pengembangan angkutan massal berbasis rel dari dan
menuju Bandara Udara Soekarno Hatta; dan
z. Rencana pembangunan sistem transportasi massal berbasis rel di
seluruh Provinsi Banten.

12. Ketentuan Pasal 22 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 22
Pengembangan jaringan angkutan sungai, danau dan penyeberangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf e meliputi:
a. Rencana pengembangan pelayanan angkutan penyeberangan yang
- 20 -

melayani pulau-pulau berpenghuni, yaitu:


1. Cituis – Kepulauan Seribu, Tanjungkait – Kepulauan Seribu,
Tanjungpasir – Kepulauan Seribu, Dadap – Kepulauan Seribu;
2. Karangantu – Pulau Tunda, Grenjang – Pulau Panjang;
3. Sumur – Pulau Panaitan, Muarabinuangeun – Pulau Deli;
4. Labuan – Pulau Sangiang; dan
5. Merak – Kepulauan Anak Gunung Krakatau.
b. Rencana Pembangunan/Pengembangan Dermaga Penyeberangan Merak;
c. Rencana Pengembangan Pelabuhan Penyebrangan Merak sebagai
Pelabuhan Kelas I;
d. Rencana pembangunan Pelabuhan Penyeberangan Margagiri sebagai
Pelabuhan Kelas I;
e. Rencana Pengembangan angkutan sungai pada sungai-sungai yang
berpotensi dan memenuhi persyaratan;
f. Rencana Pengembangan angkutan danau/waduk pada danau/waduk
yang berpotensi dan memenuhi persyaratan;
g. Rencana pembangunan sarana dan prasarana penunjang angkutan
sungai, danau dan penyeberangan;
h. Rencana pengembangan angkutan perintis pada daerah terpencil dan
atau terisolir;
i. Rencana Pembangunan Pelabuhan Sungai dan Danau sebagai
Pelabuhan Pengumpan yang meliputi : Pelabuhan Panimbang,
Bojongmanik, Pontang, Tirtayasa, Carenang, Kragilan, Cikande,
Kasemen, Cihara, Pakuhaji dan Sepatan.

13. Ketentuan Pasal 23 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 23
Rencana pengembangan sistem jaringan jalan nasional, pengembangan
sistem jaringan jalan Provinsi, dan pengembangan jaringan kereta api
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf a, b, c, d, e dan f tercantum
dalam Lampiran I Peta Rencana Struktur Ruang yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

14. Ketentuan Pasal 24 diubah menjadi 2 (dua) ayat, yakni ayat (1) dan ayat
(2) sehingga berbunyi sebagai berikut:
- 21 -

Pasal 24
(1) Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi laut sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 huruf b meliputi:
a. Rencana Pengembangan Pelabuhan Utama Banten/Ciwandan di
Kota Cilegon;
b. Rencana Pengembangan dan pembangunan Pelabuhan Utama,
Pelabuhan Pengumpul dan Pelabuhan Peti Kemas Bojonegara di
Kabupaten Serang;
c. Rencana pengembangan Pelabuhan Merak Mas untuk
dikembangkan menjadi pelabuhan utama;
d. Rencana Pengembangan Pelabuhan Pengumpul yaitu Pelabuhan
Merak dan Pelabuhan Warnasari di Kota Cilegon;
e. Rencana Pengembangan Pelabuhan Karangantu sebagai Pelabuhan
Pengumpan Regional dan Pelabuhan Pengumpul;
f. Rencana Pengembangan Pelabuhan Pengumpan Regional yaitu
Pelabuhan Anyer Lor, dan Pelabuhan Labuan;
g. Rencana lokasi Pelabuhan Pengumpan Lokal antara lain Pelabuhan
Bayah, Muarabinuangeun, Panimbang, Genyang-Puloampel,
Pasauran, Pulopanjang-Puloampel, Tanjung Leneng, Terate,
Pulotunda-Tirtayasa, Lontar-Pontang, Muara Dadap;
h. Rencana Pengembangan Lokasi Wilayah Kerja Pelabuhan
Pengumpan Lokal di Cituis dan Kresek/Kronjo;
i. Rencana pengembangan Pelabuhan Cigading sebagai Terminal
Umum Multipurpose KBS Cigading dan sebagai pelabuhan
pengumpul di Kota Cilegon;
j. Rencana Pengembangan terminal khusus di Kabupaten Lebak,
Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang
untuk mendukung potensi industri, pariwisata, pertanian, dan
pertambangan;
k. Rencana Pengembangan pelayanan sarana dan prasarana
pelabuhan laut dan penyeberangan perintis yang melayani pulau-
pulau kecil dan terisolir;
l. Rencana pembangunan pelabuhan regional multifungsi di
Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak dan Kecamatan Panimbang
Kabupaten Pandeglang.
(2) Rencana Pelabuhan Provinsi Banten tercantum dalam Lampiran I Peta
Rencana Struktur Ruang yang merupakan bagian tidak terpisahkan
- 22 -

dari Peraturan Daerah ini.

15. Ketentuan Pasal 25 diubah menjadi 2 (dua) ayat, yakni ayat (1) dan ayat
(2) sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 25
(1) Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi udara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf c meliputi :
a. Rencana pembangunan terminal 3 dan pengembangan Bandara
Udara Soekarno Hatta sesuai dengan hierarkinya sebagai bandara
pengumpul primer;
b. Rencana pengembangan Bandara Udara Budiarto di Kabupaten
Tangerang sebagai bandar udara yang diperuntukan khusus
sebagai pusat pendidikan dan latihan penerbangan di Indonesia;
c. Rencana pengembangan kawasan Lapangan Terbang Pondok Cabe
di Kota Tangerang Selatan;
d. Rencana pengembangan Bandara Udara Gorda di Kabupaten
Serang sebagai bandar udara khusus untuk kepentingan
pertahanan dan sipil;
e. Rencana pembangunan Bandar Udara Banten Selatan di Kabupaten
Pandeglang sebagai bandara pengumpul tersier;
f. Rencana pengembangan bandara udara khusus untuk mendukung
pertumbuhan kebutuhan pelayanan angkutan barang ekspor impor;
g. Rencana pembangunan, pengembangan dan memantapkan jaringan
pelayanan angkutan udara pada rute-rute penerbangan domestik
dan internasional;
h. Rencana peningkatan pengawasan dan pengendalian kegiatan
pembangunan pada Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan;
dan
i. Rencana pembangunan Bandara Udara Panggarangan/Cihara dan
Maja di Kabupaten Lebak.
(2) Rencana bandar udara Provinsi Banten tercantum dalam Lampiran I
Peta Rencana Struktur Ruang yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
- 23 -

16. Ketentuan Pasal 26 dihapus :

Pasal 26
Dihapus

17. Ketentuan Pasal 29 huruf a diubah huruf b, huruf c, huruf d dan huruf
e dihapus serta ditambah 9 (sembilan) huruf yakni huruf f, huruf g,
huruf h, huruf i, huruf j, huruf k, huruf l, huruf m, dan huruf n
sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 29
Rencana pengembangan pembangkit tenaga listrik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 huruf a meliputi :
a. Rencana Pengembangan dan Pembangunan PLTU meliputi :
1. PLTU Labuan 1-2 di Kabupaten Pandeglang
2. PLTU Suralaya 1-8 di Kota Cilegon
3. PLTU Lontar 1-3 di Kabupaten Tangerang
4. PLTU Banten di Kabupaten Serang
5. PLTU Jawa-7 di Kramatwatu Kabupaten Serang
6. PLTU Lontar #4 di Kabupaten Tangerang
7. PLTU Jawa 9 di Kabupaten Serang
8. PLTU Jawa 6 atau indikasi lokasi di PLTU Suralaya #9,10
9. PLTU Jawa-5 di Kabupaten Tangerang
b. Dihapus.
c. Dihapus.
d. Dihapus.
e. Dihapus.
f. Rencana Pengembangan PLTM meliputi:
1. PLTM Cikotok di Kabupaten Lebak
2. PLTM Bojong Cisono di Kabupaten Lebak
3. PLTM Bulakan di Kabupaten Serang
4. PLTM Cisimeut di Kabupaten Lebak
5. PLTM Cidanau di Kabupaten Serang
6. PLTM Cikidang di Kabupaten Lebak
7. PLTM Cisungsang II di Kabupaten Lebak
8. PLTM Karang Ropong (Cibareno 1) di Kabupaten Lebak
- 24 -

9. PLTM Cibareno di Kabupaten Lebak


10. PLTM Pasundan di Kabupaten Lebak
11. PLTM Cisiih Mandiri di Kabupaten Lebak
12. PLTM Cisiih Leutik di Kabupaten Lebak
13. PLTM Nagajaya di Kabupaten Lebak
g. Rencana Pengembangan PLTB meliputi :
1. PLTB Pandeglang di Kabupaten Pandeglang
2. PLTB Lebak di Kabupaten Lebak
h. Rencana Pengembangan PLTGU meliputi :
1. PLTGU/MG Jawa-Bali 3 di Kabupaten Serang
2. PLTGU Jawa-4 Bojonegara di Kabupaten Serang
3. PLTGU Cilegon di Kota Cilegon
i. Rencana Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dalam
melayani kebutuhan listrik bagi masyarakat di daerah terpencil di PLTD
Pulau Panjang dan PLTD Pulau Tunda;
j. Rencana Pengembangan PLTP Rawa Danau di Kabupaten Serang dan
Kabupaten Pandeglang dan PLTP di G. Endut Kabupaten Lebak;
k. Rencana pengembangan Energi Baru Terbarukan/EBT berupa Energi
Hidro dan Biomassa di Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang dan
Kabupaten Lebak.
l. Rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di
wilayah Provinsi Banten
m. Rencana pembangunan tenaga listrik tenaga matahari di seluruh
wilayah Provinsi Banten; dan
n. Rencana pembangunan dan pengembangan pembangkit listrik lainnya
diatur sesuai dengan kebijakan pemerintah yang ditetapkan oleh
peraturan perundang-undangan.

18. Ketentuan Pasal 30 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 30
Rencana pengembangan jaringan pipa minyak dan gas bumi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 huruf b meliputi rencana pembangunan jaringan
gas bumi untuk rumah tangga di Provinsi Banten, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
- 25 -

19. Ketentuan Pasal 31 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 31
Rencana pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf c di seluruh wilayah Provinsi
Banten meliputi :
a. Rencana pengembangan jaringan Saluran Udara Tegangan Ekstra
Tinggi (SUTET) dan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT);
b. Rencana pengembangan sistem distribusi jaringan tegangan rendah;
c. Rencana pengembangan Gardu Induk dan Gardu Induk Tegangan
Ekstra Tinggi; dan
d. Rencana pengembangan Transmisi Interkoneksi Sumatera-Jawa

20. Ketentuan Pasal 34 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 34
Arahan rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33, yaitu pengembangan sistem jaringan
telekomunikasi hingga mencapai pelosok wilayah, yang meliputi:
a. Rencana Pembangunan serat optik antar kabupaten/kota; dan
b. Rencana Pengembangan transmisi penyiaran.

21. Ketentuan Pasal 35 diubah menjadi 2 (dua) ayat yakni ayat (1) dan ayat
(2) sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 35
(1) Selain rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, juga dilakukan pengendalian
pembangunan menara Base Transceiver Station untuk keterpaduan
penggunaan tower bersama;
(2) Pengendalian pembangunan menara Base Transceiver Station
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

22. Ketentuan Pasal 36 ayat (1) dan ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c, huruf
d, huruf e, huruf f, huruf g, huruf h, huruf i, huruf j, huruf k, huruf l,
huruf m, huruf n, huruf o, dan huruf p diubah dan ditambah 6 (enam)
- 26 -

huruf, yakni huruf q, huruf r, huruf s, huruf t, huruf u, dan huruf v


sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 36
(1) Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 huruf c diarahkan untuk mendukung air
baku dengan mengoptimalkan peruntukan sumber air permukaan dan
sumber air tanah.
(2) Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. Rencana pembangunan Bendungan Karian di Kabupaten Lebak;
b. Rencana pembangunan Bendungan Sindangheula di Kabupaten
Serang dan Kota Serang;
c. Rencana pengembangan Bendungan Cidanau di Kabupaten Serang;
d. Rencana pengembangan Bendungan Pasir Kopo di Kabupaten
Pandeglang;
e. Rencana pengembangan Bendung Ciliman di Kabupaten
Pandeglang;
f. Rencana pengembangan Bendung Cibaliung di Kabupaten
Pandeglang;
g. Rencana pengembangan Bendung Pamarayan di Kabupaten Serang;
h. Rencana pengembangan Bendung Ranca Sumur di Kabupaten
Tangerang;
i. Rencana pengembangan Bendung Pasar Baru di Kota Tangerang;
j. Rencana pengembangan Bendung Cisadane Pintu Sepuluh di Kota
Tangerang;
k. Rencana pemeliharaan CAT Rawa Danau di Serang-Pandeglang;
l. Rencana pemeliharaan CAT Serang-Tangerang;
m. Rencana pemeliharaan CAT Labuan di Kabupaten Pandeglang ;
n. Rencana pemeliharaan CAT Malingping di Kabupaten Lebak;
o. Rencana pemeliharaan CAT Jakarta di Kabupaten Tangerang, Kota
Tangerang dan Kota Tangerang selatan;
p. Rencana pengendalian pemanfaatan ruang situ, waduk, danau, dan
rawa yang terdapat di Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang,
Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kota
Tangerang Selatan, Kota Cilegon dan Kota Serang sebagai kolam
penyimpanan;
- 27 -

q. Rencana pengembangan Bendungan eks Teluk Lada di Kabupaten


Pandeglang
r. Rencana pengembangan Bendungan Citeluk di Kabupaten
Pandeglang
s. Rencana pengembangan sumber air baku dari aliran sungai di
Daerah dengan mempertimbangkan daya dukung sumberdaya air;
t. Rencana pembangunan Saluran Pembawa Air Baku Waduk Karian
u. Rencana pembangunan infrastruktur pengendalian banjir di
wilayah Provinsi Banten; dan
v. Rencana pemanfaatan air laut sebagai sumber air bersih di seluruh
wilayah Provinsi Banten.

23. Ketentuan Pasal 37 ayat (1) diubah dan ayat (2) dihapus serta ditambah
4 (empat) ayat yakni ayat (3), ayat (4), ayat (5) dan ayat (6) sehingga
berbunyi sebagai berikut :

Pasal 37
(1) Pengelolaan daerah irigasi di Daerah diarahkan untuk kebutuhan
pertanian di wilayah Provinsi Banten;
(2) Dihapus.
(3) Rencana Pembangunan atau peningkatan Jaringan Irigasi yang dilintasi
Sungai Cisadane Ciliman dan Cibaliung;
(4) Rencana Peningkatan, Pemeliharaan dan Rehabilitasi jaringan Irigasi
Eks Teluk Lada di Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang;
(5) Rehabilitasi Daerah Irigasi yang dilintasi Sungai Ciujung, Cisadane dan
Cidurian; dan
(6) Rencana Pembangunan Irigasi yang dilintasi Sungai Ciseukueut,
Cikaduan, Cipatujah Caringin.

24. Ketentuan Pasal 38 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 38
Pengelolaan sumberdaya air lintas batas administrasi Daerah dan
pemerintah kabupaten, meliputi:
a. Wilayah sungai lintas provinsi yang meliputi:
1. Cidanau – Ciujung – Cidurian; dan
2. Ciliwung – Cisadane;
- 28 -

b. Wilayah sungai lintas kabupaten yang meliputi:


1. Ciliman – Cibungur; dan
2. Cibaliung – Cisawarna.

25. Ketentuan Pasal 39 ayat (1), ayat (2) diubah, ayat (3), ayat (4), ayat (5)
ayat (6) dan ayat (7) dihapus ditambah 2 (dua) ayat yakni ayat (8) dan
ayat (9) sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 39
(1) Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Lainnya
meliputi :
a. Tempat pengolahan sisa hasil produksi yang ramah lingkungan
b. Rencana pembangunan Pusat Distribusi Provinsi/Regional
(2) Tempat pengolahan sisa hasil produksi yang ramah lingkungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat dikembangkan
menjadi tempat pengolahan sisa hasil produksi yang ramah lingkungan,
yang berada di:
a. Kabupaten Tangerang untuk melayani WKP I;
b. Kabupaten Serang untuk melayani WKP II; dan
c. Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak untuk melayani WKP
III
(3) Dihapus;
(4) Dihapus;
(5) Dihapus;
(6) Dihapus;
(7) Dihapus;
(8) Pemerintah Kabupaten/Kota wajib menyediakan ruang untuk tempat
pengolahan sisa hasil produksi yang ramah lingkungan
(9) Rencana pembangunan Pusat Distribusi Provinsi/Regional di Kecamatan
Jayanti Kabupaten Tangerang, Kecamatan Petir Kabupaten Serang dan
Kecamatan Maja di Kabupaten Lebak.

26. Di antara Pasal 39 dan Pasal 40 disisipkan 1 (satu) Pasal, yakni


Pasal 39A sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 39A
(1) Pemerintah Daerah mendukung percepatan pelaksanaan proyek
- 29 -

strategis nasional di bidang pengolahan sampah; dan


(2) Percepatan pelaksanaan proyek strategis nasional sebagaimana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pembangunan
infrastruktur energi asal sampah di seluruh kabupaten/kota.

27. Ketentuan Pasal 41 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 41
(1). Pola ruang kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40
huruf a seluas lebih kurang 200.208,45 (dua ratus ribu dua ratus
delapan empat lima) hektar meliputi:
a. kawasan hutan lindung;
b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya;
c. kawasan perlindungan setempat;
d. kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam dan cagar budaya;
dan
e. kawasan rawan bencana.
(2). Rencana Pola Ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40
digambarkan dalam Peta Rencana Pola Ruang dengan tingkat ketelitian
1:250.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

28. Ketentuan Pasal 42 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 42
Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1)
huruf a seluas lebih kurang 10.387,29 (sepuluh ribu tiga ratus delapan
puluh tujuh dua sembilan ) hektar berada di Kabupaten Serang, Kabupaten
Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, dan Kota Cilegon.

29. Ketentuan ayat (2) Pasal 43 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 43
(1). Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) huruf b
adalah kawasan resapan air.
- 30 -

(2). Kawasan resapan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada pada:
a. Kabupaten Serang;
b. Kabupaten Pandeglang; dan
c. Kabupaten Lebak.

30. Ketentuan ayat (1) ditambah 2 (dua) huruf yakni huruf e dan huruf f,
ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) Pasal 44 diubah, serta ditambah 2 (dua)
ayat yakni ayat (6) dan ayat (7) sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 44
(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41
ayat (1) huruf c, meliputi:
a. Sempadan pantai;
b. Sempadan sungai;
c. Kawasan sekitar danau atau waduk;
d. Kawasan sekitar mata air;
e. Kawasan lindung geologi dan;
f. RTH Perkotaan
(2) Sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a seluas
lebih kurang 3.326,36 (tiga ribu tiga ratus dua puluh enam tiga enam)
hektar berada di:
a. Kabupaten Serang;
b. Kota Serang;
c. Kabupaten Tangerang;
d. Kabupaten Pandeglang;
e. Kabupaten lebak; dan
f. Kota Cilegon.
(3) Sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, seluas
lebih kurang 27.504,48 (dua puluh tujuh ribu lima ratus empat empat
delapan) hektar dan kawasan hutan untuk DAS paling sedikit
ditetapkan 30 (tiga puluh) persen meliputi:
a. DAS Ciujung;
b. DAS Cidurian;
c. DAS Cilemer;
d. DAS Ciliman;
e. DAS Cibanten;
f. DAS Cidanau;
- 31 -

g. DAS Cimanceuri;
h. DAS Cisadane;
i. DAS Cibinuangeun;
j. DAS Cihara;
k. DAS Cimadur; dan
l. DAS Cibareno.
(4) Kawasan sekitar danau atau waduk sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c seluas lebih kurang 555,59 (lima ratus lima puluh lima lima
sembilan) hektar berada di:
a. Kabupaten Serang;
b. Kabupaten Tangerang;
c. Kota Tangerang;
d. Kota Tangerang Selatan;
e. Kabupaten Pandeglang;
f. Kabupaten Lebak; dan
g. Kota Cilegon.
(5) Kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
yang berada di:
a. Kabupaten Lebak;
b. Kabupaten Pandeglang; dan
c. Kabupaten Serang.
(6) Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
seluas lebih kurang 1.961,49 (seribu sembilan ratus enam puluh satu
empat sembilan) hektar di Kabupaten Lebak.
(7) RTH Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f tersebar di
kabupaten atau kota.

31. Ketentuan Pasal 45 ayat (1) huruf d diubah, ayat (2), ayat (3), ayat (4),
ayat (5), dan ayat (6) huruf a diubah, huruf b dan huruf c dihapus serta
ayat (6) ditambah 5 huruf yakni huruf d, huruf e, huruf f, huruf g dan
huruf h, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 45
(1) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) huruf d meliputi kawasan:
a. Cagar alam;
b. taman nasional;
- 32 -

c. taman hutan raya Banten;


d. taman wisata alam; dan
e. cagar budaya dan ilmu pengetahuan .
(2) Kawasan cagar alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi :
a. Cagar Alam Rawa Danau seluas lebih kurang 3.542,43 (tiga ribu
lima ratus empat puluh dua empat tiga) hektar yang terdapat di
Kabupaten Serang;
b. Cagar Alam Gunung Tukung Gede seluas lebih kurang 1.521,01
(seribu lima ratus dua puluh satu nol satu) hektar yang terdapat di
Kabupaten Serang; dan
c. Cagar Alam Pulau Dua seluas lebih kurang 34,52 (tiga puluh
empat lima dua) hektar yang terdapat di Kota Serang.
(3) Kawasan Taman Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. Taman Nasional Ujung Kulon seluas lebih kurang 61.363,05
(enam puluh satu ribu tiga ratus enam puluh tiga nol lima) hektar
yang termasuk daratan terdapat di Kabupaten Pandeglang; dan
b. Taman Nasional Gunung Halimun-Salak seluas lebih kurang
31.978,63 (tiga puluh satu ribu Sembilan ratus tujuh puluh
delapan enam tiga) hektar yang terdapat di Kabupaten Lebak.
(4) Kawasan Taman Hutan Raya Banten sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c yaitu Gunung Aseupan Kabupaten Pandeglang seluas lebih
kurang 1.595,90 (seribu lima ratus sembilan puluh lima sembilan nol)
hektar;
(5) Kawasan Taman Wisata Alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d yaitu Taman Wisata Pulau Sangiang seluas lebih kurang 558,64
(lima ratus lima puluh delapan enam empat) hektar terdapat di
Kabupaten Serang;
(6) Kawasan cagar budaya dan Ilmu Pengetahuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf e, meliputi:
a. Kawasan Hak Ulayat Masyarakat Baduy seluas lebih kurang 4.564,
12 (empat ribu lima ratus enam puluh empat satu dua) hektar yang
terdapat di Kabupaten Lebak;
b. Dihapus.
c. Dihapus.
d. Pelestarian bangunan gedung dan / atau lingkungan cagar budaya di
- 33 -

Provinsi Banten yang ditetapkan oleh peraturan perundang-


undangan
e. Kawasan Kasepuhan Cisitu yang terdapat di Kabupaten Lebak;
f. Kawasan masyarakat hukum adat kasepuhan yang ditetapkan oleh
peraturan perundang-undangan;
g. Kawasan cagar budaya di Provinsi Banten yang ditetapkan oleh
peraturan perundangan; dan
h. Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Carita seluas
1.505,65 (seribu lima ratus lima enam lima) hektar diarahkan pada
Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang.

32. Ketentuan Pasal 46 ayat (1) huruf a dan ayat (2) dihapus, ayat (1)
ditambah 4 (empat) huruf yakni huruf e, huruf f, huruf g dan huruf h,
ayat (3) dan ayat (5) diubah serta ditambah 7 (tujuh) ayat yakni ayat
(6), ayat (7), ayat (8), ayat (9), ayat (10) dan ayat (11), sehingga berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 46
(1) Kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1)
huruf e, meliputi:
a. dihapus;
b. Rawan banjir;
c. Rawan tsunami;
d. Rawan gempa bumi;
e. Rawan kebakaran hutan dan lahan;
f. Rawan Cuaca Ekstrim, Angin Topan dan Puting Beliung;
g. Rawan tanah longsor;
h. Rawan kekeringan; dan
i. Rawan gagal teknologi
(2) Dihapus.
(3) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. Kawasan sekitar DAS Cisadane, DAS Pasanggrahan, DAS Cirarab –
Kali Sabi, DAS Cimanceuri dan DAS Cidurian di Kabupaten
Tangerang;
b. Kawasan sekitar DAS Cisadane di Kota Tangerang;
c. Kawasan sekitar DAS Ciliman dan DAS Cilemer di Kabupaten
- 34 -

Pandeglang;
d. Kawasan sekitar DAS Ciujung dan DAS Cibinuangeun di
Kabupaten Lebak; dan
e. Kawasan sekitar DAS Ciujung di Kabupaten Serang.
(4) Kawasan rawan tsunami sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
terdapat di pesisir pantai, yang meliputi:
a. Pantai Utara (Kabupaten Serang, Kota Serang, dan Kabupaten
Tangerang);
b. Pantai Selatan (Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak);
c. Pantai Barat (Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, dan Kota
Cilegon).
(5) Kawasan rawan gempa bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
d, meliputi :
a. Kabupaten Pandeglang
b. Kabupaten Lebak;
c. Kabupaten Serang;
d. Kabupaten Tangerang; dan
e. Kota Serang.
(6) Kawasan rawan kebakaran hutan dan lahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf e, meliputi:
a. Kabupaten Pandeglang;
b. Kabupaten Lebak;
c. Kabupaten Serang;
d. Kabupaten Tangerang;
e. Kota Serang; dan
f. Kota Cilegon.
(7) Kawasan rawan Cuaca Ekstrim, Angin Topan dan Puting Beliung
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, meliputi:
a. Kabupaten Pandeglang;
b. Kabupaten Lebak;
c. Kabupaten Serang;
d. Kabupaten Tangerang;
e. Kota Serang;
f. Kota Cilegon;
g. Kota Tangerang; dan
h. Kota Tangerang Selatan.
- 35 -

(8) Kawasan rawan tanah longsor sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf g, meliputi:
a. Kabupaten Pandeglang
b. Kabupaten Lebak; dan
c. Kabupaten Serang
(9) Kawasan rawan bencana kekeringan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf h berada di seluruh wilayah Provinsi Banten;
(10) Kawasan rawan bencana gagal teknologi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf i, meliputi;
a. Kabupaten Serang;
b. Kabupaten Tangerang;
c. Kota Serang;
d. Kota Cilegon;
e. Kota Tangerang; dan
f. Kota Tangerang Selatan
(11) Rehabilitasi Buffer Zone rawan bencana melalui RTH sebesar 30%; dan
(12) Penetapan lokasi jalur evakuasi, shelter, Sistem Peringatan Dini
Bencana dan infastruktur kebencanaan yang terintergrasi diarahkan
tersebar di wilayah rawan bencana di Provinsi Banten.

33. Ketentuan Pasal 47 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 47
Pola ruang kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf
b dengan luas lebih kurang 779.800,93 (tujuh ratus tujuh puluh sembilan
ribu delapan ratus sembilan tiga) hektar, meliputi :
a. Kawasan peruntukan hutan produksi
b. Kawasan peruntukan pertanian;
c. Kawasan peruntukan perikanan
d. Kawasan peruntukan perkebunan;
e. Kawasan peruntukan pertambangan;
f. Kawasan peruntukan industri;
g. Kawasan peruntukan pariwisata;
h. Kawasan peruntukan permukiman; dan
i. Kawasan peruntukan lainnya.
- 36 -

34. Ketentuan Pasal 48 diubah menjadi 3 (tiga) ayat yakni ayat (1), ayat (2)
dan ayat (3) sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 48
(1) Pola ruang kawasan peruntukan hutan produksi seluas lebih kurang
84.217,45 (delapan puluh empat ribu dua ratus tujuh belas empat
empat lima) hektar
(2) Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 47 ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. Hutan produksi terbatas seluas lebih kurang 39.008,40 (tiga puluh
sembilan ribu delapan empat nol) hektar; dan
b. Hutan produksi tetap seluas lebih kurang 45.209,04 (empat puluh
lima ribu dua ratus sembilan nol empat ) hektar .
(3) Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diarahkan di wilayah:
a. Kabupaten Serang;
b. Kabupaten Pandeglang;
c. Kabupaten Lebak; dan
d. Kota Cilegon.

35. Ketentuan Pasal 49 diubah menjadi 7 (tujuh) ayat, yakni ayat (1), ayat
(2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6) dan ayat (7) sehingga berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 49
Pola ruang kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 47 ayat (1) huruf b meliputi;
(1). Kawasan peruntukan pertanian meliputi pertanian lahan basah dan
pertanian lahan kering seluas lebih kurang 196.000,10 (seratus
sembilan puluh enam ribu satu nol) hektar
a. Kawasan peruntukan pertanian lahan basah seluas lebih kurang
124.263,54 (seratus dua puluh empat ribu dua ratus enam puluh
tiga lima empat) hektar;
b. Kawasan budidaya pertanian lahan kering seluas lebih kurang
71.736,56 (tujuh puluh satu ribu tujuh ratus tiga puluh enam lima
enam) hektar;
- 37 -

c. Kawasan peruntukan pertanian diarahkan di Kabupaten


Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang, Kabupaten
Tangerang, Kota Serang, dan Kota Cilegon.
(2). Kawasan budidaya hortikultura diarahkan di wilayah:
a. Kabupaten Serang;
b. Kabupaten Tangerang;
c. Kabupaten Pandeglang;
d. Kabupaten Lebak; dan
e. Kota Tangerang Selatan.
(3). Kawasan budidaya peternakan diarahkan di wilayah:
a. Kabupaten Serang;
b. Kabupaten Tangerang;
c. Kabupaten Pandeglang;
d. Kabupaten Lebak; dan
e. Kota Serang;
(4). Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B) seluas lebih kurang
196.012,28 (seratus sembilan puluh enam ribu dua belas dua delapan)
hektar terdiri dari Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) dan
lahan cadangan di daerah.
(5). Ketentuan lebih rinci mengenai Kawasan Lahan Pertanian Pagan
Berkelanjutan (KP2B) diatur sesuai ketentuan perundang-undangan;
(6). kawasan agropolitan diarahkan di wilayah:
a. Kabupaten Serang;
b. Kabupaten Pandeglang;
c. Kabupaten Lebak; dan
d. Kabupaten Tangerang.
(7). Kawasan Sistem Pertanian Terpadu diarahkan di wilayah Kota Serang.

36. Ketentuan Pasal 50 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 50
Kawasan peruntukan perkebunan seluas lebih kurang 191.065,09 (seratus
sembilan puluh satu ribu enam puluh lima nol sembilan) hektar yang
diarahkan di wilayah:
a. Kabupaten Serang;
b. Kota Serang;
c. Kabupaten Pandeglang; dan
d. Kabupaten Lebak;
- 38 -

37. Ketentuan Pasal 51 diubah menjadi 3 (tiga) ayat, yakni ayat (1). Ayat (2)
dan ayat (3), sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 51
(1) Pola ruang kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 47 ayat (1) huruf d diarahkan untuk pengembangan
perikanan tangkap, kawasan budidaya perikanan, dan kawasan
pengolahan ikan seluas lebih kurang 1.620,02 (seribu enam ratus dua
puluh nol dua) hektar seluruh wilayah Provinsi Banten.
(2) Mengembangkan kawasan minapolitan di wilayah:
a. Kabupaten Serang;
b. Kabupaten Tangerang;
c. Kabupaten Lebak;
d. Kabupaten Pandeglang; dan
e. Kota Serang.
(3) Prasarana Pelabuhan Perikanan meliputi:
a. Peningkatan Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu sebagai
Pelabuhan Nusantara di Kota Serang.
b. Pangkalan Pendaratan Ikan Cilegon di Kota Cilegon;
c. Pangkalan Pendaratan Ikan Banyuasih, Carita, Cikeusik, Citerep,
Panimbang, Sidamukti, Sukanegara, Sumur, Tamanjaya di
Kabupaten Pandeglang;
d. Pangkalan Pendaratan Ikan Anyer, Domas, Kepuh, Lontar,
Pasauran, Pulau Panjang, Pulokali, Tengkurak, Terate, Wadas di
Kabupaten Serang;
e. Pangkalan Pendaratan Ikan Bayah, Binuangeun, Cibareno,
Panyaungan, Pulomanuk, Sawarna, Situreger, Sukahujan,
Tanjungpanto di Kabupaten Lebak;
f. Pangkalan Pendaratan Ikan Cituis, Dadap, Ketapang, Kronjo, Mauk
Barat, Tanjung Pasir di Kabupaten Tangerang;
g. Pelabuhan Perikanan Pantai Labuan di Kabupaten Pandeglang;
h. Pelabuhan Perikanan Pantai Binuangeun di Kabupaten Lebak; dan
i. Rencana Pembangunan pelabuhan perikanan Citarate Kecamatan
Cilograng Kabupaten Lebak.
- 39 -

38. Ketentuan Pasal 52 huruf c diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 52
Pola ruang kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 47 huruf e, meliputi:
a. Kawasan peruntukan pertambangan mineral;
b. Kawasan peruntukan pertambangan batubara;
c. Kawasan peruntukan pemanfaatan panas bumi; dan
d. Kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi.

39. Ketentuan Pasal 53 diubah menjadi 3 (tiga) ayat, yakni ayat (1), ayat (2)
dan ayat (3), sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 53
(1) Pola ruang kawasan peruntukan pertambangan mineral sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 52 huruf a meliputi kawasan peruntukan
pertambangan mineral logam, mineral bukan logam dan batuan.
(2) Kawasan peruntukan pertambangan mineral logam diatur dalam
peraturan dan perundangan yang berlaku dengan memperhatikan
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten/kota
(3) Kawasan peruntukan pertambangan mineral bukan logam dan batuan
diatur dalam peraturan dan perundangan yang berlaku dengan
memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan
Kabupaten/kota.

40. Ketentuan Pasal 54 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 54
Pola ruang kawasan peruntukan pertambangan batu bara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 52 huruf b, diatur dalam peraturan dan perundangan
yang berlaku dengan memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
dan Kabupaten/kota.

41. Ketentuan Pasal 55 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:


- 40 -

Pasal 55
Pola ruang kawasan peruntukan pemanfaatan panas bumi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 52 huruf c, diatur dalam peraturan dan perundangan
yang berlaku dengan memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
dan Kabupaten/kota.

42. Ketentuan Pasal 56 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 56
Pola ruang kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi
sebagaimana dimaksud Pasal 52 huruf d, diatur dalam peraturan dan
perundangan yang berlaku dengan memperhatikan Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi dan Kabupaten/kota.

43. Ketentuan Pasal 57 diubah menjadi 2 (dua) ayat, yakni ayat (1) dan ayat
(2), sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 57
(1) Pola ruang kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 47 ayat (1) huruf f, seluas lebih kurang 54.459,93 (lima puluh
empat ribu empat ratus lima puluh sembilan sembilan tiga) hektar
tersebar di seluruh wilayah Provinsi Banten.
(2) Rencana Pembangunan Kawasan Industri Prioritas di Kawasan Industri
Wilmar Serang.

44. Ketentuan Pasal 58 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 58
Pola ruang kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 47 ayat (1) huruf g seluas lebih kurang 2.598,05 (dua ribu lima ratus
sembilan puluh delapan nol lima) hektar diarahkan di wilayah:
a. Kawasan pariwisata Pantai Barat dan KEK Tanjung Lesung:
b. Kawasan pariwisata Pantai Utara ;
c. Kawasan pariwisata Budaya Banten Lama;
d. Kawasan pariwisata Pantai Selatan;
e. Kawasan pariwisata Budaya Permukiman Baduy;
f. Kawasan pariwisata Alam Taman Nasional Ujung Kulon;
- 41 -

g. Kawasan pariwisata Wisata Alam Taman Nasional Gunung Halimun –


Gunung Salak;
h. Kawasan pariwisata Geopark; dan
i. Kawasan pariwisata Agro.

45. Ketentuan Pasal 59 diubah menjadi 4 (empat) ayat yakni ayat (1), ayat
(2), ayat (3) dan ayat (4), sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 59
(1). Pola ruang kawasan peruntukan permukiman di Daerah sebagaimana
dimaksud Pasal 47 ayat (1) huruf h seluas lebih kurang 249.840,27 (dua
ratus empat puluh sembilan ribu delapan ratus empat puluh dua tujuh)
hektar;
(2). Kawasan peruntukan permukiman perdesaan dan permukiman
perkotaan tersebar di seluruh wilayah Provinsi Banten;
(3). Rencana pengembangan Kota Baru Publik Maja; dan
(4). Rencana peningkatan kualitas terhadap permukiman kumuh di Provinsi
Banten.

46. Ketentuan Pasal 60 diubah menjadi 8 (delapan) ayat yakni ayat (1), ayat
(2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6), ayat (7) dan ayat (8), sehingga
berbunyi sebagai berikut:

Pasal 60
(1). Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud Pasal 47 ayat (1)
huruf i meliputi kawasan andalan nasional, Pertahanan keamanan,
kawasan untuk pelayanan umum dan kawasan lainnya;
(2). Kawasan Andalan Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi :
a. kawasan Bojonegara – Merak – Cilegon dengan sektor unggulan
industri, pariwisata, pertanian, perikanan pertambangan dan
panas bumi;
b. Kawasan Andalan Laut Krakatau dan sekitarnya dengan sektor
unggulan perikanan, pertambangan, dan pariwisata.
(3). Kawasan Pertahanan Keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di
wilayah Provinsi Banten dengan memperhatikan fungsi kawasan
meliputi :
- 42 -

a. Daerah Latihan Pertahanan Pantai;


b. Daerah Pertempuran;
c. Daerah Latihan Hambat;
d. Daerah Komunikasi;
e. Daerah Belakang; dan
f. Daerah Pangkal Perlawanan
(4). Kawasan untuk pelayanan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi:
a. Pelayanan kesehatan, diarahkan di seluruh wilayah Provinsi
Banten; dan
b. Pelayanan pendidikan, diarahkan di seluruh wilayah Provinsi
Banten.
(5) Rencana Pengembangan Kawasan pada sepanjang jalan tol dan
interchange jalan tol;
(6) Rencana pembangunan dan pengembangan budidaya peternakan di
seluruh wilayah Provinsi Banten;
(7) Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Cibaliung di
Kabupaten Pandeglang kawasan dengan potensi pertanian dan
perkebunan; dan
(8) Rencana pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di
Provinsi Banten.

47. Ketentuan Pasal 61 ayat (1) huruf d diubah, ayat (2) dihapus dan ayat
(3) diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 61
(1) Kawasan strategis di wilayah provinsi ditetapkan berdasarkan
kepentingan:
a. pertahanan dan keamanan;
b. pertumbuhan ekonomi;
c. sosial dan budaya;
d. pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; dan
e. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
(2) Dihapus.
(3) Penetapan kawasan strategis provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) digambarkan dalam Peta Kawasan Strategis sebagaimana tercantum
dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
- 43 -

Peraturan Daerah ini.

48. Ketentuan Pasal 62 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 62
Penetapan kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan
keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1) huruf a
merupakan kewenangan pemerintah pusat dan Kawasan Strategis Nasional
(KSN) Kawasan perbatasan Negara di laut lepas;

49. Ketentuan Pasal 63 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 63
Penetapan kawasan strategis berdasarkan kepentingan pertumbuhan
ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1) huruf b diarahkan
di wilayah:
a. kawasan strategis nasional meliputi:
1. Kawasan Selat Sunda;
2. Kawasan perkotaan Jabodetabek-Punjur termasuk Kepulauan
Seribu.
b. Kawasan Strategis Provinsi meliputi:
1. Kawasan sekitar KP3B (Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi
Banten) di Kecamatan Curug, Kecamatan Cipocokjaya dan
Kecamatan Serang Kota Serang merupakan kawasan dengan
potensi permukiman, perdagangan dan jasa;
2. Kawasan Perkotaan Serang – Cilegon (Seragon) merupakan kawasan
dengan potensi permukiman dan infrastruktur wilayah;
3. Kawasan Serang Utara Terpadu terdiri dari Wilayah Utara Kota
Serang dan Kabupaten Serang dengan potensi perikanan,
pariwisata, pertanian dan industri;
4. Kawasan Pantai Selatan Terpadu meliputi Kecamatan Cikeusik
Kabupaten Pandeglang Kecamatan Bayah, Kecamatan Cibeber,
Kecamatan Cilograng, Kecamatan Panggarangan, Kecamatan
Malingping, Kecamatan Wanasalam, dan Kecamatan Cihara
Kabupaten Lebak kawasan dengan potensi perikanan,
pertambangan, pariwisata dan industri;
5. Kawasan perbatasan antar kabupaten/kota di Provinsi Banten
- 44 -

kawasan dengan potensi permukiman dan infrastruktur wilayah.

50. Ketentuan Pasal 64 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 64
Penetapan kawasan strategis berdasarkan kepentingan sosial dan budaya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1) huruf c meliputi Kawasan
Strategis Provinsi yang diarahkan di wilayah Kawasan Situs Banten Lama di
Kota Serang dan Kabupaten Serang.

51. Ketentuan Pasal 65 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 65
Penetapan kawasan strategis berdasarkan kepentingan pendayagunaan
sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 61 ayat (1) huruf d meliputi Kawasan Strategis Provinsi yang diarahkan
pada Bendungan Karian di Kecamatan Sajira, Kecamatan Cimarga, dan
Kecamatan Kalanyar Kabupaten Lebak.

52. Ketentuan Pasal 66 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 66
Penetapan kawasan strategis berdasarkan kepentingan fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1)
huruf e diarahkan di wilayah:
a. Kawasan Strategis Nasional meliputi sekitar Taman Nasional Ujung
Kulon di Kabupaten Pandeglang;
b. Kawasan Strategis Provinsi meliputi kawasan Penyangga Bandar Udara
Soekarno-Hatta.

53. Ketentuan Pasal 67 dihapus.

Pasal 67
Dihapus
- 45 -

54. Ketentuan Pasal 68 dihapus

Pasal 68
Dihapus

55. Ketentuan Pasal 70 ayat (2) diubah dan ditambah 1 (satu) ayat yakni
ayat (3) sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 70
(1) Arahan pemanfaatan ruang Daerah disusun berdasarkan:
a. perwujudan rencana struktur ruang;
b. perwujudan rencana pola ruang;
c. perwujudan kawasan strategis.
(2) Penyusunan dan pelaksanaan program arahan pemanfaatan ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Perangkat Daerah
berdasarkan indikasi program.
(3) Indikasi program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.

56. Ketentuan Pasal 92 ayat (1) dan ayat (2) diubah, serta ayat (3) sampai
dengan ayat (12) dihapus, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 92
(1) Indikasi arahan peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
91 huruf a berfungsi sebagai:
a. Pedoman pengendalian pemanfaatan ruang;
b. Penyeragaman arahan peraturan zonasi di seluruh wilayah Daerah
untuk peruntukan ruang yang sama;
c. Arahan peruntukan ruang yang diperbolehkan, diperbolehkan
dengan syarat, dan dilarang; dan
d. Arahan intensitas pemanfaatan ruang.
(2) Indikasi arahan peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. indikasi arahan peraturan zonasi sistem perkotaan;
b. indikasi arahan peraturan zonasi sistem jaringan transportasi;
c. indikasi arahan peraturan zonasi sistem jaringan energi;
- 46 -

d. indikasi arahan peraturan zonasi sistem jaringan telekomunikasi;


e. indikasi arahan peraturan zonasi sistem jaringan sumber daya air;
f. indikasi arahan peraturan zonasi prasarana lainnya;
g. indikasi arahan peraturan zonasi kawasan lindung;
h. indikasi arahan peraturan zonasi kawasan budidaya;
i. indikasi arahan peraturan zonasi kawasan strategis;
j. indikasi arahan peraturan zonasi kawasan perbatasan antar
kabupaten/kota di Daerah;
k. indikasi arahan peraturan zonasi kawasan peruntukan lain; dan
l. indikasi arahan ketentuan umum peraturan zonasi yang dapat
diterapkan.
(3) Dihapus.
(4) Dihapus.
(5) Dihapus.
(6) Dihapus.
(7) Dihapus.
(8) Dihapus.
(9) Dihapus.
(10) Dihapus.
(11) Dihapus.
(12) Dihapus.

57. Di antara Pasal 92 dan Pasal 93 disisipkan 12 (dua belas) Pasal, yakni
Pasal 92 A, Pasal 92B, Pasal 92C, Pasal 92D, Pasal 92E, Pasal 92F,
Pasal 92G, Pasal 92H, Pasal 92I, Pasal 92J,Pasal 92K dan Pasal 92L,
sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 92A
Indikasi arahan peraturan zonasi sistem perkotaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 92 ayat (2) huruf a meliputi:
a. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk PKN terdiri atas:
1. pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi perkotaan berskala
nasional dan internasional yang didukung dengan fasilitas dan
infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang
dilayaninya;
2. pengembangan fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat
permukiman dengan intensitas pemanfaatan ruang menengah
- 47 -

hingga tinggi yang kecenderungan pengembangan ruangnya ke arah


vertikal; dan
3. diperbolehkan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan.
b. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk PKW terdiri atas:
1. pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi perkotaan berskala
provinsi yang didukung dengan fasilitas dan infrastruktur
perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;
2. pengembangan fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat
permukiman dengan tingkat intensitas pemanfaatan ruang
menengah yang kecenderungan pengembangan ruangnya ke arah
horizontal dikendalikan; dan
3. diperbolehkan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan.
c. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk PKWp terdiri atas:
1. pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi perkotaan berskala
kabupaten/kota yang didukung dengan fasilitas dan infrastruktur
perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;
2. pengembangan fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat
permukiman dengan tingkat intensitas pemanfaatan ruang
menengah yang kecenderungan pengembangan ruangnya ke arah
horizontal; dan
3. diperbolehkan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan.
d. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk PKL terdiri atas:
1. pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi berskala
kabupaten/kota yang didukung dengan fasilitas dan infrastruktur
perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;
2. rencana detail dan strategis ruang untuk kegiatan ekonomi yang
menjelaskan kegiatan yang diperbolehkan pada setiap zona; dan
3. diperbolehkan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan.
- 48 -

Pasal 92B
Indikasi arahan peraturan zonasi sistem jaringan transportasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 92 ayat (2) huruf b meliputi:
a. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk jaringan jalan meliputi:
1. diizinkan untuk mengembangkan prasarana pelengkap jalan
dengan syarat sesuai dengan kondisi dan kelas jalan;
2. larangan perubahan fungsi lahan yang berfungsi lindung di
sepanjang sisi jalan;
3. larangan pemanfaatan pada zona inti, kecuali untuk pergerakan
orang, barang, dan/atau kendaraan;
4. larangan aktivitas pengembangan budidaya yang melampaui batas
ruang pengawasan jalan sesuai dengan kelas dan hierarki jalan;
5. pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jalan dengan tingkat intensitas
menengah hingga tinggi yang kecenderungan pengembangan
ruangnya dibatasi;
6. pembangunan prasarana transportasi darat sesuai standar
perencanaan;
7. penetapan garis sempadan bangunan di sisi jalan yang memenuhi
ketentuan ruang pengawasan jalan;
8. pembinaan dan pengawasan pembangunan prasarana transportasi
darat;
9. pembinaan dan pengendalian pemanfaatan ruang.
10. diizinkan untuk kegiatan angkutan masal dengan pemanfaatan
ruang jalan dan keselamatan berdasarkan ketentuan, peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku; dan
11. diperbolehkan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan.
b. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk pengembangan terminal
meliputi:
1. diizinkan untuk mengembangkan prasarana terminal untuk
terminal penumpang dan barang pada kawasan-kawasan strategis;
2. memperhatikan aspek lingkungan; dan
3. memperhatikan aspek mitigasi bencana.
c. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk jaringan jalur kereta api
meliputi:
- 49 -

1. larangan pemanfaatan ruang di sekitar pengawasan jalur kereta api


yang dapat mengganggu kepentingan operasi dan keselamatan
transportasi perkeretaapian;
2. pembatasan pemanfaatan ruang yang peka terhadap dampak
lingkungan akibat lalu lintas kereta api di sepanjang jalur kereta
api;
3. pembatasan jumlah perlintasan sebidang antara jaringan jalur
kereta api dan jalan;
4. penetapan garis sempadan bangunan di sisi jaringan jalur kereta
api dengan memperhatikan dampak lingkungan dan kebutuhan
pengembangan jaringan jalur kereta api;
5. pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jaringan jalur kereta api
dilakukan dengan tingkat intensitas menengah hingga tinggi yang
kecenderungan pengembangan ruangnya dibatasi;
6. diizinkan untuk kegiatan angkutan masal dengan pemanfaatan
ruang jalur kereta api dan keselamatan berdasarkan ketentuan,
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku; dan
7. diperbolehkan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan.
d. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk transportasi sungai, danau, dan
penyeberangan meliputi:
1. larangan kegiatan di ruang udara bebas di atas perairan yang
berdampak pada keberadaan alur pelayaran sungai, danau, dan
penyeberangan;
2. larangan kegiatan di bawah perairan yang berdampak pada
keberadaan alur pelayaran sungai, danau, dan penyeberangan;
3. pembatasan pemanfaatan perairan yang berdampak pada
keberadaan alur pelayaran sungai, danau, dan penyeberangan;
4. keselamatan dan keamanan pelayaran;
5. diizinkan untuk kegiatan angkutan masal dengan pemanfaatan
ruang perairan dan aspek keselamatan berdasarkan ketentuan,
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku; dan
6. diperbolehkan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan.
e. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk jaringan penghubung daratan
- 50 -

dengan pulau dan/atau antar pulau meliputi:


1. diizinkan kegiatan untuk jaringan penghubung daratan dengan
pulau dan/atau antar pulau dengan memperhatikan aspek sosial;
2. diizinkan kegiatan untuk jaringan penghubung daratan dengan
pulau dan/atau antar pulau dengan memperhatikan aspek
lingkungan;
3. larangan kegiatan untuk jaringan penghubung daratan dengan
pulau dan/atau antar pulau yang dapat merubah fungsi utama
kawasan; dan
4. memperhatikan aspek evakuasi dan mitigasi bencana.
f. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk pelabuhan umum meliputi:
1. larangan kegiatan di ruang udara bebas di atas badan air yang
berdampak pada keberadaan jalur transportasi laut;
2. pemanfaatan ruang untuk kebutuhan operasional dan
pengembangan kawasan pelabuhan;
3. pembatasan pemanfaatan ruang di dalam daerah lingkungan kerja
pelabuhan dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan harus
mendapatkan izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
4. pembangunan prasarana transportasi laut sesuai standar
perencanaan;
5. pembinaan dan pengawasan pembangunan prasarana transportasi
laut;
6. pembinaan dan pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan
pesisir dan laut;
7. reklamasi pantai; dan
8. diperbolehkan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan.
g. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk bandar udara umum meliputi:
1. pemanfaatan ruang untuk kebutuhan operasional bandar udara;
2. pemanfaatan ruang di sekitar bandar udara sesuai dengan
kebutuhan pengembangan bandar udara berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
3. penentuan batas kawasan keselamatan operasi penerbangan dan
batas kawasan kebisingan;
4. pembatasan pemanfaatan ruang udara yang digunakan untuk
- 51 -

penerbangan agar tidak mengganggu sistem operasional


penerbangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
perundangan yang berlaku;
5. penetapan kawasan keselamatan operasional penerbangan;
6. pembinaan dan pengawasan pembangunan prasarana transportasi
udara;
7. pengendalian pemanfaatan ruang; dan
8. diperbolehkan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan.

Pasal 92C
Indikasi arahan peraturan zonasi sistem jaringan energi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 92 ayat (2) huruf c meliputi:
a. diizinkan pengembangan pertanian dan RTH di luar zona inti;
b. diizinkan pengembangan perumahan, perdagangan, jasa, industri skala
kecil dan sedang, di luar zona penyangga;
c. larangan pemanfaatan pada zona inti;
d. penentuan radius utama zona inti sesuai dengan peraturan terkait;
e. pemanfaatan ruang di sekitar jaringan pipa minyak dan gas bumi
dengan memperhitungkan aspek keamanan dan keselamatan kawasan;
f. pemanfaatan ruang di sekitar pembangkit listrik harus memperhatikan
jarak aman dari kegiatan lain;
g. pelarangan pemanfaatan ruang bebas di sepanjang jalur transmisi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku;
h. pembuatan zona penyangga disekitar Pembangkit Tenaga Listrik Termal
(PLTU/PLTG/PLTUG/PLTD/PLTP);
i. pengendalian emisi sumber bergerak dan tidak bergerak disekitar
Pembangkit Tenaga Listrik Termal sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku;
j. konservasi hutan bakau di sekitar kawasan PLTU;
k. kemanfaatan pembinaan, dan pengendalian ruang kawasan Pembangkit
Tenaga Listrik;
l. diperbolehkan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan aspek
keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama kawasan; dan

m. diizinkan kegiatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan (PIK)


- 52 -

pada Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam sesuai


dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

Pasal 92D
Indikasi arahan peraturan zonasi sistem jaringan telekomunikasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (2) huruf d meliputi:
a. diizinkan pengembangan pertanian dan RTH di luar zona inti;
b. diizinkan pengembangan perumahan, perdangangan, jasa, industri
skala kecil dan sedang di luar zona penyangga;
c. larangan pemanfaatan pada zona inti;
d. pemanfaatan ruang untuk penempatan stasiun bumi dan menara
pemancar telekomunikasi dengan memperhitungkan aspek keamanan
dan keselamatan kawasan;
e. pengaturan jarak aman saluran primer pada zona inti meliputi:
1. jalan dan rel kereta 15 m (lima belas meter);
2. bangunan 15 m (lima belas meter);
3. pohon 8,5 m (delapan koma lima meter);
4. RTH 10-11 m (sepuluh sampai dengan sebelas meter);
5. jaringan telekomunikasi lainnya dan jembatan besi 8,5 m (delapan
koma lima meter); dan
f. diperbolehkan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan aspek
keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama kawasan.

Pasal 92E
Indikasi arahan peraturan zonasi sistem sumber daya air sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 92 ayat (2) huruf e meliputi:
a. diizinkan pengembangan pertanian dan RTH di luar zona inti;
b. diizinkan pengembangan perumahan, perdangangan, jasa, industri
skala kecil dan sedang di luar zona penyangga;
c. larangan pemanfaatan pada zona inti;
d. perlindungan mata air;
e. pemanfaatan ruang pada kawasan di sekitar wilayah sungai dengan
tetap menjaga kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan;
f. pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai lintas kabupaten/kota
harus selaras dengan pemanfaatan ruang pada wilayah sungai di
kabupaten/kota yang berbatasan;
g. penentuan radius utama zona inti sesuai dengan peraturan terkait;
- 53 -

h. pembuatan sumur resapan;


i. pembuatan lubang resapan bio pori;
j. rehabilitasi daerah tangkapan air; dan
k. diperbolehkan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan aspek
keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama kawasan.

Pasal 92F
Indikasi arahan peraturan zonasi Prasarana lainnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 92 ayat (2) huruf f meliputi:
a. diizinkan untuk kegiatan prasarana lainnya dengan memperhatikan
daya dukung dan daya tampung lingkungan;
b. diizinkan untuk kegiatan prasarana lainnya dengan memperhatikan
aspek lingkungan;
c. diizinkan untuk kegiatan prasarana lainnya dengan memperhatikan
aspek mitigasi bencana;
d. larangan kegiatan prasarana lainya yang dapat mengubah fungsi utama
kawasan; dan
e. diperbolehkan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan aspek
keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama kawasan.

Pasal 92G
Indikasi arahan peraturan zonasi Kawasan Lindung sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 92 ayat (2) huruf g meliputi:
a. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk hutan lindung meliputi:
1. diizinkan untuk wisata alam, kegiatan pendidikan, dan penelitian
dengan syarat tidak mengubah bentang alam;
2. larangan kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan
hutan;
3. larangan kegiatan yang berpotensi mengganggu bentang alam,
kesuburan dan keawetan tanah, fungsi hidrologi, kelestarian flora
dan fauna, dan kelestarian lingkungan hidup;
4. larangan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan dan
perusakan terhadap keutuhan kawasan dan ekosistemnya;
5. intensitas bangunan dengan tingkat kepadatan rendah;
6. pemanfaatan ruang untuk budidaya harus disertai pengawasan
ketat dari Pemerintah Daerah;
7. diperbolehkan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
- 54 -

aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama


kawasan;
8. ketentuan kegiatan. penggunaan lahan dan intensitas pemanfaatan
ruang untuk klasifikasi kawasan pertahanan keamanan dalam
kawasan hutan lindung diatur sesuai dengan peraturan
perundangan terkait; dan
9. Sempadan pantai dan sungai yang berada di kawasan hutan tidak
merubah fungsi kawasan hutan.
b. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan resapan air meliputi:
1. diizinkan untuk kegiatan hutan rakyat;
2. diizinkan terbatas untuk kegiatan budidaya tidak terbangun yang
memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan;
3. diizinkan untuk wisata alam, kegiatan pendidikan, dan penelitian
dengan syarat tidak mengubah bentang alam;
4. larangan untuk semua jenis kegiatan yang mengganggu fungsi
resapan air;
5. penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan terbangun
yang sudah ada;
6. diperbolehkan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan; dan
7. ketentuan kegiatan penggunaan lahan dan intensitas pemanfaatan
ruang untuk klasifikasi kawasan pertahanan keamanan dalam
kawasan resapan air diatur sesuai dengan peraturan perundangan
terkait.
c. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk sempadan pantai meliputi:
1. diizinkan penanaman hutan bakau dan aktivitas konservasi
lainnya;
2. larangan kegiatan yang mengurangi kualitas pantai pada area 100
(seratus) meter dari garis pasang tertinggi;
3. larangan kegiatan yang mengancam kerusakan pada pantai yang
memiliki ekosistem bakau, terumbu karang, padang lamun, dan
estuaria;
4. larangan kegiatan yang menurunkan luas, nilai ekologis, dan
estetika kawasan;
5. larangan kegiatan yang mengganggu bentang alam, kelestarian
fungsi pantai, dan akses terhadap kawasan sempadan pantai;
- 55 -

6. diizinkan pemanfaatan ruang sempadan pantai untuk pemenuhan


kebutuhan jalan dan infrastruktur penting lainnya;
7. diperbolehkan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan;
8. ketentuan kegiatan penggunaan lahan dan intensitas pemanfaatan
ruang untuk klasifikasi kawasan pertahanan keamanan dalam
sempadan pantai diatur sesuai dengan peraturan perundangan
terkait;
9. sempadan pantai yang berada di dalam kawasan hutan tidak
mengubah fungsi kawasan hutan dan pengaturan pemanfaatan
ruangnya mengacu kepada peraturan perundang-undangan di
bidang kehutanan serta peraturan perundang-undangan terkait
sempadan pantai;
10. ketentuan kegiatan penggunaan lahan dan intensitas pemanfaatan
ruang di wilayah pesisir pantai harus memperhatikan sempadan
dan harus sesuai dengan peraturan perundangan terkait; dan
11. larangan penguasaan sempadan pantai di wilayah pesisir
terkecuali :
1. untuk kepentingan pemerintah pusat dan kepentingan
pemerintah daerah
2. ketentuan ini berlaku kepada semua pihak yang belum
mendapatkan ijin.
d. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk sempadan sungai terdiri dari:
1. diizinkan untuk pemanfaatan sungai dengan syarat tidak
mengganggu kualitas air sungai;
2. larangan kegiatan dan bangunan pada kawasan sempadan sungai
sejauh 100 (seratus) meter di luar kawasan permukiman dan 50 m
(lima puluh meter) di kawasan permukiman;
3. larangan kegiatan dan bangunan yang mengancam kerusakan dan
menurunkan kualitas sungai;
4. diizinkan untuk aktivitas reboisasi lahan;
5. larangan kegiatan budidaya pada areal sepanjang 15 m (lima belas
meter) diambil dari titik sungai tertinggi;
6. larangan kegiatan yang menyebabkan perubahan fungsi lindung dan
perusakan kualitas air;
7. diperbolehkan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
- 56 -

aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama


kawasan;
8. ketentuan kegiatan penggunaan lahan dan intensitas pemanfaatan
ruang untuk klasifikasi kawasan pertahanan keamanan dalam
sempadan sungai diatur sesuai dengan peraturan perundangan
terkait; dan
9. sempadan sungai yang berada di dalam kawasan hutan tidak
mengubah fungsi kawasan hutan dan pengaturan pemanfaatan
ruangnya mengacu kepada peraturan perundang undangan di
bidang kehutanan serta peraturan perundang-undangan terkait
sempadan sungai.
e. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk sekitar mata air meliputi:
1. diizinkan untuk kegiatan budidaya lain dengan syarat tidak
menyebabkan kerusakan kualitas air;
2. diizinkan kegiatan preservasi dan konservasi seperti reboisasi
lahan;
3. larangan kegiatan yang menyebabkan pencemaran kualitas air,
kondisi fisik kawasan, dan daerah tangkapan air;
4. larangan kegiatan yang mengganggu bentang alam, kesuburan dan
keawetan tanah, fungsi hidrologi, dan fungsi lingkungan hidup;
5. larangan pemanfaatan hasil tegakan;
6. diperbolehkan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan
7. ketentuan kegiatan. penggunaan lahan dan intensitas pemanfaatan
ruang untuk klasifikasi kawasan pertahanan keamanan dalam
kawasan sekitar mata air diatur sesuai dengan peraturan
perundangan terkait; dan
8. sempadan pantai dan sungai yang berada di kawasan dimaksud
tidak merubah fungsi kawasan.
f. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk sekitar waduk/danau terdiri
dari:
1. diizinkan untuk kegiatan preservasi dan konservasi seperti reboisasi
lahan;
2. diizinkan untuk kegiatan pariwisata dan budidaya lain dengan
syarat tidak menyebabkan kerusakan kualitas air;
3. larangan kegiatan yang menyebabkan perubahan fungsi lindung
- 57 -

dan perusakan kualitas air;


4. intensitas bangunan dengan tingkat kepadatan rendah;
5. penyediaan prasarana bangunan konservasi waduk;
6. diperbolehkan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan; dan
7. ketentuan kegiatan penggunaan lahan dan intensitas pemanfaatan
ruang untuk klasifikasi kawasan pertahanan keamanan sekitar
waduk/danau diatur sesuai dengan peraturan perundangan terkait.
g. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan lindung geologi terdiri dari :
1. kawasan lindung geologi yang berada didalam kawasan hutan
diatur mengikuti peraturan perundangan yang berlaku
2. pemanfaatan ruang pada kawasan lindung geologi dengan tetap
menjaga kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan;
3. larangan kegiatan yang berpotensi mengganggu bentang alam dan
kelestarian lingkungan hidup; dan
4. diperbolehkan kegiatan sarana dan prasarana untuk kepentingan
umum dengan pengendalian pemanfaatan ruang secara ketat.
h. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk RTH terdiri dari:
1. diizinkan kegiatan untuk menambah RTH agar mencapai 30% (tiga
puluh per seratus) dari luas wilayah masing-masing kota;
2. larangan semua kegiatan yang bersifat perubahan fungsi RTH;
3. pengawasan ketat dari Pemerintah Kota terkait kegiatan budidaya
yang mempengaruhi atau menyebabkan perubahan fungsi RTH;
dan
4. diperbolehkan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan.
i. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk cagar alam meliputi:
1. diizinkan untuk kegiatan penelitian dan pendidikan;
2. larangan kegiatan wisata alam;
3. larangan terbatas kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam;
4. larangan kegiatan pemanfaatan biota yang dilindungi;
5. larangan kegiatan yang mengurangi daya dukung dan daya
tampung lingkungan;
6. larangan kegiatan yang mengubah bentang alam, ekosistem,
kelestarian flora fauna, dan keanekaragaman hayati;
- 58 -

7. diperbolehkan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan


aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan;
8. ketentuan kegiatan. penggunaan lahan dan intensitas pemanfaatan
ruang untuk klasifikasi kawasan pertahanan keamanan dalam
cagar alam diatur sesuai dengan peraturan perundangan terkait;
9. sempadan pantai dan sungai yang berada di kawasan dimaksud
tidak merubah fungsi kawasan; dan
10. diizinkan kegiatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan
(PIK) sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang
berlaku.
j. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk taman nasional terdiri dari:
1. diizinkan pemanfaatan ruang untuk budidaya hanya bagi penduduk
asli di zona penyangga dengan luasan tetap, tidak mengurangi
fungsi lindung dan di bawah pengawasan ketat;
2. larangan kegiatan pada zona inti dan zona rimba taman nasional;
3. larangan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona
pemanfaatan dan zona lain dari taman nasional;
4. larangan kegiatan yang mengubah bentang alam dan ekosistem,
mengganggu kelestarian flora fauna dan keanekaragaman hayati;
5. diperbolehkan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan;
6. ketentuan kegiatan penggunaan lahan dan intensitas pemanfaatan
ruang untuk klasifikasi kawasan pertahanan keamanan dalam
taman nasional diatur sesuai dengan peraturan perundangan
terkait;
7. sempadan pantai dan sungai yang berada di kawasan dimaksud
tidak merubah fungsi kawasan; dan
8. diizinkan kegiatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan
(PIK) sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang
berlaku.
k. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk taman hutan raya meliputi:
1. diizinkan terbatas aktivitas pendidikan, penelitian, dan wisata alam;
2. larangan kegiatan yang merusak atau mengganggu koleksi flora dan
fauna;
3. larangan kegiatan yang mengubah bentang alam dan ekosistem,
- 59 -

mengganggu kelestarian flora fauna serta keanekaragaman hayati;


4. diperbolehkan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan;
5. ketentuan kegiatan penggunaan lahan dan intensitas pemanfaatan
ruang untuk klasifikasi kawasan pertahanan keamanan dalam
taman hutan raya diatur sesuai dengan peraturan perundangan
terkait;
6. sempadan pantai dan sungai yang berada di kawasan dimaksud
tidak merubah fungsi kawasan; dan
7. diizinkan kegiatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan
(PIK) sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang
berlaku.
l. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk taman wisata alam meliputi:
1. diizinkan untuk kegiatan wisata alam;
2. diizinkan bersyarat pendirian bangunan yang menunjang kegiatan
wisata alam;
3. larangan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona
pemanfaatan dan zona lain dari taman wisata alam;
4. larangan kegiatan yang mengubah bentang alam ekosistem, dan
tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain dari
wisata alam;
5. diperbolehkan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan;
6. ketentuan kegiatan. penggunaan lahan dan intensitas pemanfaatan
ruang untuk klasifikasi kawasan pertahanan keamanan dalam
taman wisata alam diatur sesuai dengan peraturan perundangan
terkait;
7. sempadan pantai dan sungai yang berada di kawasan dimaksud
tidak merubah fungsi kawasan; dan
8. diizinkan kegiatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan
(PIK) sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang
berlaku.
m. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk cagar budaya dan ilmu
pengetahuan terdiri dari:
1. diizinkan kegiatan pendidikan, penelitian, dan wisata;
- 60 -

2. diizinkan bersyarat pendirian bangunan yang menunjang kegiatan


wisata alam;
3. larangan kegiatan yang mengganggu atau merusak kekayaan
budaya;
4. larangan kegiatan yang mengubah bentukan geologi tertentu yang
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan;
5. larangan kegiatan yang mengganggu kelestarian lingkungan di
sekitar peninggalan sejarah, bangunan arkeologi, monumen
nasional, dan wilayah dengan bentukan geologi tertentu; larangan
kegiatan yang mengganggu upaya pelestarian budaya masyarakat
setempat;
6. diperbolehkan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan;
7. ketentuan kegiatan. penggunaan lahan dan intensitas pemanfaatan
ruang untuk klasifikasi kawasan pertahanan keamanan dalam
cagar budaya dan ilmu pengetahuan diatur sesuai dengan
peraturan perundangan terkait; dan
8. diizinkan kegiatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan
(PIK) sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang
berlaku.
n. Indikasi arahan peraturan zonasi Untuk Kawasan Hutan Dengan Tujuan
Khusus (KHDTK), meliputi :
1. diperbolehkan kegiatan untuk pendidikan dan penelitian di
kawasan hutan dengan tidak mengubah dan merusak fungsi utama
kawasan;
2. larangan menlaksanakan kegiatan selain fungsi utama kawasan;
3. diizinkan mendirikan bangunan dengan syarat untuk kepentingan
umum;
4. diperbolehkan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan;
5. ketentuan kegiatan. penggunaan lahan dan intensitas pemanfaatan
ruang untuk klasifikasi kawasan pertahanan keamanan dalam
kawasan hutan dengan tujuan khusus diatur sesuai dengan
peraturan perundangan terkait;
- 61 -

6. sempadan pantai dan sungai yang berada di kawasan dimaksud


tidak merubah fungsi kawasan; dan
7. diizinkan kegiatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan
(PIK) sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang
berlaku.
o. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana
meliputi:
a. rawan bencana banjir, meliputi:
1. membangun dan mengembangkan sarana dan prasarana
untuk pencegahan bencana banjir untuk kawasan budidaya
lainnya;
2. mempersiapkan jalur evakuasi;
3. pengendalian pemanfaatan ruang atau penyerapan air;
4. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang berdampak
penurunan kualitas lingkungan
5. diizinkan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi
utama kawasan;
6. penataan daerah aliran sungai secara terpadu pada kawasan
sesuai dengan fungsi peruntukan lahannya;
7. larangan pembangunan bangunan di daerah-daerah aliran
sungai atau kawasan penyerapan air;
8. diizinkan reboisasi tanaman khususnya tanaman yang dapat
menyerap air dengan cepat baik di kawasan pertanian dan
kawasan perkebunan;
9. diizinkan menyediakan lahan terbuka untuk membuat lahan
hijau di kawasan peruntukan industri sebagai penyerapan air;
dan
10. ketentuan lebih lanjut kawasan rawan bencana dan
peruntukan ruangnya diatur dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/kota.
b. rawan bencana tsunami, meliputi:
1. membangun dan mengembangkan sarana dan prasarana
untuk pencegahan bencana tsunami untuk kawasan budidaya
lainnya;
2. mempersiapkan jalur evakuasi;
3. pengendalian pemanfaatan ruang atau penyerapan air;
- 62 -

4. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang berdampak


penurunan kualitas lingkungan;
5. diizinkan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi
utama kawasan;
6. diizinkan mendirikan bangunan sesuai dengan peraturan dan
perundangan yang berlaku tentang ketentuan syarat bangunan
pada kawasan bencana; dan
7. ketentuan lebih lanjut kawasan rawan bencana dan
peruntukan ruangnya diatur dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/kota.
c. rawan gempa bumi, meliputi:
1. membangun dan mengembangkan sarana dan prasarana
untuk pencegahan bencana tsunami untuk kawasan budidaya
lainnya;
2. mempersiapkan jalur evakuasi;
3. pengendalian pemanfaatan ruang atau penyerapan air;
4. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang berdampak
penurunan kualitas lingkungan;
5. diizinkan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi
utama kawasan;
6. diizinkan mendirikan bangunan sesuai dengan peraturan dan
perundangan yang berlaku tentang ketentuan syarat bangunan
pada kawasan bencana;
7. pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan
pemantauan ancaman bencana dan kepentingan umum; dan
8. ketentuan lebih lanjut kawasan rawan bencana dan
peruntukan ruangnya diatur dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/kota.
d. rawan kebakaran hutan dan lahan, meliputi:
1. membangun dan mengembangkan sarana dan prasarana
untuk pencegahan kebakaran hutan dan lahan untuk kawasan
budidaya lainnya;
2. mempersiapkan jalur evakuasi;
3. Pengendalian pemanfaatan ruang atau penyerapan air;
4. Tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang berdampak
- 63 -

penurunan kualitas lingkungan;


5. diizinkan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi
utama kawasan;
6. pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan
pemantauan ancaman bencana dan kepentingan umum; dan
7. ketentuan lebih lanjut kawasan rawan bencana dan
peruntukan ruangnya diatur dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/kota.
e. rawan Cuaca Ekstrim, Angin Topan dan Puting Beliung, meliputi:
1. membangun dan mengembangkan sarana dan prasarana
untuk pencegahan bencana angin topan dan puting beliung
untuk kawasan budidaya lainnya;
2. mempersiapkan jalur evakuasi;
3. pengendalian pemenfaatan ruang atau penyerapan air;
4. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang berdampak
penurunan kualitas lingkungan;
5. diizinkan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi
utama kawasan;
6. diizinkan mendirikan bangunan sesuai dengan peraturan dan
perundangan yang berlaku tentang ketentuan syarat bangunan
pada kawasan bencana; dan
7. ketentuan lebih lanjut kawasan rawan bencana dan
peruntukan ruangnya diatur dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/kota.
f. rawan tanah longsor, meliputi:
1. membangun dan mengembangkan sarana dan prasarana
untuk pencegahan bencana tanah longsor untuk kawasan
budidaya lainnya;
2. mempersiapkan jalur evakuasi;
3. pengendalian pemenfaatan ruang atau penyerapan air;
4. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang berdampak
penurunan kualitas lingkungan
5. diizinkan melaksanakan kegiatan penghijauan dengan
tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak tanam
yang tepat (khusus untuk lereng curam, dengan kemiringan
- 64 -

lebih dari 40 derajat atau sekitar 80% sebaiknya tanaman tidak


terlalu rapat serta diseling-selingi dengan tanaman yang lebih
pendek dan ringan, di bagian dasar ditanam rumput) pada
kawasan pertanian, perkebunan;
6. pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall);
7. diizinkan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi
utama kawasan;
8. terasering dengan sistem drainase yang tepat.(drainase pada
teras - teras dijaga jangan sampai menjadi jalan meresapkan
air ke dalam tanah kawasan industri, pariwisata dan
permukiman; dan
9. ketentuan lebih lanjut kawasan rawan bencana dan
peruntukan ruangnya diatur dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/kota.
g. rawan kekeringan, meliputi:
1. membangun dan mengembangkan sarana dan prasarana
untuk pencegahan bencana kekeringan untuk kawasan
budidaya lainnya;
2. pengendalian pemenfaatan ruang atau penyerapan air;
3. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang berdampak
penurunan kualitas lingkungan;
4. kegiatan penghijauan;
5. diizinkan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi
utama kawasan;
6. diizinkan reboisasi tanaman khususnya tanaman yang dapat
menyerap air yang dapat menyimpan air sebagai cadangan air
tanah;
7. diizinkan mendirikan bangunan sesuai dengan peraturan dan
perundangan yang berlaku tentang ketentuan syarat bangunan
pada kawasan bencana; dan
8. ketentuan lebih lanjut kawasan rawan bencana dan
peruntukan ruangnya diatur dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/kota.
h. rawan bencana gagal teknologi, meliputi:
1. membangun dan mengembangkan sarana dan prasarana
- 65 -

untuk pencegahan bencana gagal teknologi untuk kawasan


budidaya lainnya;
2. pengendalian pemanfaatan ruang atau penyerapan air;
3. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang berdampak
penurunan kualitas lingkungan;
4. diizinkan mendirikan bangunan sesuai dengan peraturan dan
perundangan yang berlaku tentang ketentuan syarat bangunan
pada kawasan bencana;
5. diizinkan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi
utama kawasan; dan
6. ketentuan lebih lanjut kawasan rawan bencana dan
peruntukan ruangnya diatur dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/kota.

Pasal 92H
Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan budidaya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 92 ayat (2) huruf h meliputi:
a. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk hutan produksi meliputi:
1. diizinkan untuk aktivitas pengembangan hutan;
2. diizinkan untuk aktivitas reboisasi dan rehabilitasi hutan;
3. larangan aktivitas pengembangan budidaya yang mengurangi luas
hutan;
4. diizinkan untuk kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan;
5. ketentuan kegiatan. penggunaan lahan dan intensitas pemanfaatan
ruang untuk klasifikasi kawasan pertahanan keamanan dalam
kawasan hutan produksi diatur sesuai dengan peraturan
perundangan terkait;
6. sempadan sungai yang berada di dalam kawasan hutan produksi
tidak mengubah fungsi kawasan hutan dan pengaturan pemanfaatan
ruangnya mengacu kepada peraturan perundang-undangan di bidang
kehutanan serta peraturan perundang undangan terkait sempadan
sungai; dan
7. sempadan pantai yang berada di dalam kawasan hutan produksi
tidak mengubah fungsi kawasan hutan dan pengaturan pemanfaatan
- 66 -

ruangnya mengacu kepada peraturan perundang-undangan di bidang


kehutanan serta peraturan perundang undangan terkait sempadan
pantai.
b. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertanian
meliputi:
1. larangan aktivitas budidaya yang dapat menyebabkan alih fungsi
lahan sehingga berkurangnya lahan pertanian melalui pengawasan
dan pengendalian yang ketat kecuali untuk pembangunan prasarana
utama dan kepentingan umum sesuai dengan peraturan peundang-
undangan;
2. diizinkan untuk aktivitas pendukung pertanian;
3. diizinkan untuk mendirikan rumah tunggal dengan syarat tidak
mengganggu fungsi pertanian dengan intensitas bangunan
berkepadatan rendah;
4. larangan mendirikan bangunan pada kawasan sawah irigasi yang
terkena saluran irigasi;
5. larangan aktivitas budidaya yang mengurangi luas kawasan sawah
irigasi, kecuali untuk jaringan prasarana utama dan kepentingan
umum sesuai dengan peraturan peundang-undangan;
6. larangan aktivitas budidaya yang mengurangi atau merusak fungsi
lahan dan kualitas tanah untuk pertanian;
7. penyelenggaraan bangunan pengolahan hasil pertanian, dan balai
pelatihan teknis nelayan;
8. pengembangan sarana dan prasarana pengembangan produk
pertanian;
9. pengembangan saluran irigasi;
10. pengembangan waduk dan embung;
11. pengembangan lumbung desa modern;
12. saluran irigasi tidak boleh disatukan dengan drainase dan tidak
boleh diputus;
13. diizinkan untuk kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan, dan
14. ketentuan kegiatan. Penggunaan lahan dan intensitas pemanfaatan
ruang untuk klasifikasi kawasan pertahanan keamanan dalam
kawasan peruntukan pertanian diatur sesuai dengan peraturan
perundangan terkait; dan
- 67 -

15. diizinkan pemanfaatan ruang untuk kegiatan hunian, industri,


rekreasi, perdagangan dan jasa dan kegiatan budidaya lainnya
dengan syarat tidak merupakan LP2B.
c. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan
perkebunan meliputi:
1. diizinkan untuk mendirikan perumahan dengan syarat tidak
mengganggu fungsi perkebunan;
2. diizinkan untuk aktivitas pendukung perkebunan, misalnya
penyelenggaraan aktivitas pembenihan;
3. larangan aktivitas budidaya yang mengurangi atau merusak fungsi
lahan dan kualitas tanah untuk perkebunan;
4. diizinkan kegiatan hutan rakyat dalam kawasan perkebunan
5. diizinkan untuk kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan; dan
6. ketentuan kegiatan. Penggunaan lahan dan intensitas pemanfaatan
ruang untuk klasifikasi kawasan pertahanan keamanan dalam
kawasan peruntukan perkebunan diatur sesuai dengan peraturan
perundangan terkait.
d. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan perikanan
dan peternakan meliputi:
1. diizinkan untuk aktivitas pendukung aktivitas peternakan dan
perikanan;
2. larangan aktivitas budidaya yang akan mengganggu kualitas air
sungai atau waduk untuk perikanan darat;
3. penyelenggaraan bangunan pengolahan hasil ikan, balai pelatihan
teknis nelayan, pengembangan sarana dan prasarna pengembangan
produk perikanan, dan pusat pembenihan ikan;
4. diizinkan untuk kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan;
5. ketentuan kegiatan. Penggunaan lahan dan intensitas pemanfaatan
ruang untuk klasifikasi kawasan rawan bencana dalam kawasan
peruntukan perikanan diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/kota; dan
6. ketentuan kegiatan penggunaan lahan dan intensitas pemanfaatan
ruang untuk klasifikasi kawasan pertahanan keamanan dalam
- 68 -

kawasan peruntukan perikanan diatur sesuai dengan peraturan


perundangan terkait.
e. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan
pertambangan meliputi:
1. diizinkan untuk mengembangkan industri terkait dengan pengolahan
bahan tambang di luar zona inti penambangan;
2. diizinkan untuk mengembangkan pelabuhan yang terkait dengan
kegiatan penambangan;
3. intensitas bangunan berkepadatan rendah;
4. larangan penambangan di daerah tikungan luar dan tebing sungai,
namun diarahkan ke daerah sedimentasi tikungan dalam, bagian
tertentu pada sungai dan daerah kantong pasir;
5. seluruh kegiatan budidaya dapat dilakukan pada kawasan
peruntukan pertambangan yang di dalamnya baru terdapat izin
usaha pertambangan eksplorasi;
6. wilayah dalam kawasan peruntukan pertambangan yang sudah
diberikan izin usaha pertambangan operasi produksi atau eksploitasi,
dapat melakukan kegiatan budidaya lain dengan ketentuan
menyesuaikan dengan rencana penambangan dan reklamasi, tidak
mendirikan bangunan permanen, tidak menjadi kendala dalam
aktivitas penambangan, dan memperhatikan ketentuan yang berlaku
dalam lingkungan kegiatan eksploitasi;
7. kegiatan penambangan harus terlebih dahulu memiliki kajian studi
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang dilengkapi dengan
Rencana pemantauan Lingkungan dan Rencana Pengelolaan
Lingkungan untuk yang berskala besar, atau Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup untuk
yang berskala kecil seperti tambang rakyat;
8. kegiatan pertambangan di area lahan non produktif diperbolehkan
setelah dilakukan kajian atau studi;
9. percampuran kegiatan penambangan dengan fungsi kawasan lain
diperbolehkan sejauh tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan;
10. reklamasi bekas area pertambangan;
11. pembinaan dan pengendalian menuju pertambangan ramah
lingkungan; dan
12. ketentuan kegiatan. Penggunaan lahan dan intensitas pemanfaatan
- 69 -

ruang untuk klasifikasi kawasan pertahanan keamanan dalam


kawasan peruntukan pertambangan diatur sesuai dengan peraturan
perundangan terkait.
f. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan industri
meliputi:
1. diizinkan untuk mengembangkan aktivitas pendukung kegiatan
industri;
2. diizinkan untuk mengembangkan aktivitas perumahan skala kecil di
luar zona penyangga peruntukan industri dengan intensitas
bangunan berkepadatan sedang;
3. diizinkan untuk mengembangkan aktivitas budidaya produktif lain
di luar zona penyangga peruntukan industri;
4. penyelenggaraan perumahan buruh/karyawan, fasilitas
umum/fasilitas khusus skala lokal sebagai pendukung kegiatan
industri;
5. penyelenggaraan instalasi pengolahan air limbah;
6. pembangunan instalasi pengolahan air limbah terpadu pada
kawasan
7. industri;
8. pemerintah memberi insentif bagi peningkatan integrasi kawasan
industri dengan kawasan budidaya produktif lain tanpa
mempengaruhi fungsi utama masing-masing kawasan;
9. pembinaan dan pengawasan pembangunan kawasan industri;
10. pengendalian pemanfaatan ruang disekitar kawasan industri;
11. pengendalian limbah bahan berbahaya dan beracun;
12. Industri yang dikembangkan berdasarkan potensi lokal;
13. diizinkan untuk kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan;
14. ketentuan kegiatan dalam kawasan rawan bencana tinggi harus
mengikuti persyaratan teknis yang adaptif sesuai dengan ketentuan
peraturan teknis yang berlaku;
15. ketentuan kegiatan. Penggunaan lahan dan intensitas pemanfaatan
ruang untuk klasifikasi kawasan rawan bencana dalam kawasan
peruntukan industri diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/kota,
16. ketentuan kegiatan. Penggunaan lahan dan intensitas pemanfaatan
- 70 -

ruang untuk klasifikasi kawasan pertahanan keamanan dalam


kawasan peruntukan industri diatur sesuai dengan peraturan
perundangan terkait;
17. ketentuan kegiatan penggunaan lahan dan intensitas pemanfaatan
ruang di wilayah pesisir pantai harus memperhatikan sempadan
dan harus sesuai dengan peraturan perundangan terkait;
18. diizinkan pemanfaatan ruang untuk hunian, rekreasi, dan
perdagangan jasa dengan syarat dan mengikuti ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku; dan
19. diizinkan pemanfaatan ruang kegiatan industri dengan syarat tidak
merupakan LP2B.
g. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pariwisata
meliputi:
1. diizinkan untuk mengembangkan aktivitas komersial sesuai dengan
skala daya tarik pariwisata;
2. diizinkan untuk mengembangkan aktivitas perumahan dan
permukiman dengan syarat di luar zona utama pariwisata dan tidak
mengganggu bentang alam daya tarik pariwisata;
3. larangan pengembangan aktivitas industri dan pertambangan skala
besar yang mengganggu fungsi daya tarik wisata;
4. intensitas bangunan atau besaran koefisien dasar bangunan dan
koefisien luas bangunan disesuaikan dengan jenis dan karakteristik
daya tarik wisata;
5. pengembangan sarana sistem informasi pariwisata;
6. pengembangan toko souvernir, kantin, restoran, rumah makan, dan
toko swalayan, sesuai skala daya tarik wisata;
7. diizinkan untuk kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan;
8. ketentuan kegiatan dalam kawasan rawan bencana tinggi harus
mengikuti persyaratan teknis yang adaptif sesuai dengan ketentuan
peraturan teknis yang berlaku;
9. ketentuan kegiatan. Penggunaan lahan dan intensitas pemanfaatan
ruang untuk klasifikasi kawasan rawan bencana dalam kawasan
peruntukan pariwisata diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/kota; dan
10. ketentuan kegiatan. Penggunaan lahan dan intensitas pemanfaatan
- 71 -

ruang untuk klasifikasi kawasan pertahanan keamanan dalam


kawasan peruntukan pariwisata diatur sesuai dengan peraturan
perundangan terkait.
h. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan
permukiman meliputi:
1. diizinkan untuk mengembangkan rumah tunggal, apartemen, dan
cluster perumahan;
2. diizinkan untuk mengembangkan perdagangan jasa dengan syarat
sesuai dengan skalanya;
3. diizinkan untuk mengembangkan fasilitas umum dan fasilitas sosial
sesuai skalanya;
4. intensitas bangunan berkepadatan sedang – tinggi;
5. zona perumahan harus terlayani oleh minimum satu moda sarana
umum angkutan massal pada kawasan berkepadatan sedang, dan
minimum dua moda sarana umum angkutan massal pada kawasan
berkepadatan tinggi;
6. larangan pengembangan budidaya lainnya;
7. pengendalian pemanfaatan ruang disekitar kawasan permukiman;
8. zonasi kawasan peruntukan permukiman harus memiliki RTH skala
lingkungan;
9. penerapan Reuse, Reduce, and Recycle di TPST Regional;
10. zonasi kawasan peruntukan permukiman perkotaan berbasis
teknologi informasi harus ditunjang dengan infastruktur penunjang;
11. zonasi kawasan peruntukan permukiman perkotaan berwawasan
lingkungan harus disertai pengendalian ketat;
12. diizinkan untuk kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan;
13. diizinkan membangun fasilitas dan utilitas kepentingan umum serta
kegiatan yang mendukung aktivitas bandara dengan memperhatikan
Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP);
14. ketentuan kegiatan dalam kawasan rawan bencana tinggi harus
mengikuti persyaratan teknis yang adaptif sesuai dengan ketentuan
peraturan teknis yang berlaku;
15. ketentuan kegiatan penggunaan lahan dan intensitas pemanfaatan
ruang untuk klasifikasi kawasan rawan bencana dalam kawasan
peruntukan permukiman diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
- 72 -

Kabupaten/kota;
16. ketentuan kegiatan penggunaan lahan dan intensitas pemanfaatan
ruang untuk klasifikasi kawasan pertahanan keamanan dalam
kawasan peruntukan permukiman diatur sesuai dengan peraturan
perundangan terkait;
17. diizinkan pemanfaatan ruang kegiatan permukiman pada kawasan
industri dengan syarat dan mengikuti ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku, dan
18. diizinkan pemanfaatan ruang kegiatan permukiman dengan syarat
tidak merupakan LP2B.

Pasal 92I
Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan strategis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 92 ayat (2) huruf i meliputi:
a. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk Kawasan Strategis Nasional
meliputi:
1. pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi perkotaan yang
berdaya saing, pertahanan, pusat promosi, investasi, dan
pemasaran, dan pintu gerbang internasional dengan fasilitas
kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan;
2. pemanfaatan untuk kegiatan kerjasama militer dengan negara lain
secara terbatas dengan memperhatikan kondisi fisik dan
lingkungan dan sosial budaya masyarakat; dan
3. diizinkan untuk kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan.
b. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan strategis berdasarkan
kepentingan ekonomi meliputi:
1. diizinkan perubahan kawasan strategis ekonomi selain pada zona
inti, untuk perdagangan, jasa, dan industri, dengan tetap
mendukung fungsi utama kawasan sebagai penggerak ekonomi dan
tanpa merubah fungsi zona utama yang telah ditetapkan;
2. diizinkan perubahan atau penambahan fungsi ruang tertentu pada
ruang terbuka dengan ketentuan masih dalam batas ambang
penyediaan ruang terbuka, tetapi tidak boleh untuk RTH kawasan
perkotaan;
3. larangan perubahan zona yang dinilai penting agar tidakmengubah
- 73 -

fungsi dasarnya;
4. kawasan penunjang ekonomi dalam skala besar berupa kawasan
perkotaan, yang memiliki fungsiperumahan, perdagangan, jasa,
industri, transportasi, dan berbagai peruntukan lainnya yang
menunjang ekonomi wilayah;
5. kawasan strategis ekonomi harus diupayakan untuk
mengefisienkan perubahan fungsi ruang untuk kawasan terbangun
melalui arahan bangunan vertikal sesuai kondisi kawasan masing-
masing;
6. kawasan strategis ekonomi harus dialokasikan ruang atau zona
secara khusus untuk industri, perdagangan, jasa, dan jasa wisata
perkotaan sehingga secara keseluruhan menjadi kawasan yang
menarik;
7. kawasan yang telah ditetapkan sebagai permukiman bila
didekatnya akan diubah menjadi fungsi lain yang kemungkinan
akan mengganggu permukiman, harus disediakan fungsi penyangga
sehingga fungsi zona tidak boleh bertentangan secara langsung
pada zona yang berdekatan;
8. pengendalian pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis
ekonomi;
9. pengendalian emisi sumber bergerak dan tidak bergerak;
10. pengendalian limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;
11. pembuatan sumur resapan;
12. pembuatan lubang resapan bio pori;
13. Instalasi Pengolahan Air Limbah terpadu pada kawasan strategis;
14. penerapan Reuse, Reduce, and Recycle dan TPAS kawasan strategis;
15. pengelolaan sumber daya air pada kawasan strategis;
16. menjaga kenyamanan dan keamanan pergerakan maka pada
kawasan terbangun tidak boleh melakukan kegiatan pembangunan
diluar area yang telah ditetapkan sebagai bagian dari Ruas Milik
Jalan atau Ruas Pengawasan Jalan, termasuk melebihi ketinggian
bangunan yang telah ditetapkan;
17. membuat zona penyangga cagar alam Pulau Dua;
18. konservasi hutan bakau di Kabupaten Tangerang;
19. program restorasi ekosistem pesisir sebagai program alternative
apabila mitigasi dipenuhi;
20. pembinaan dan pengawasan pembangunan kawasan permukiman
- 74 -

dan sarana olahraga; pembinaan dan pengendalian pembangunan


kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil;
21. diizinkan untuk kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan;
22. ketentuan kegiatan dalam kawasan rawan bencana tinggi harus
mengikuti persyaratan teknis yang adaptif sesuai dengan ketentuan
peraturan teknis yang berlaku;
23. ketentuan kegiatan. Penggunaan lahan dan intensitas pemanfaatan
ruang untuk klasifikasi kawasan rawan bencana kawasan strategis
berdasarkan kepentingan ekonomi diatur dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten/kota; dan
24. ketentuan kegiatan. Penggunaan lahan dan intensitas pemanfaatan
ruang untuk klasifikasi kawasan pertahanan keamanan dalam
kawasan strategis berdasarkan kepentingan ekonomi diatur sesuai
dengan peraturan perundangan terkait.
c. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan strategis pertahanan
keamanan meliputi:
1. diizinkan penambahan kegiatan pada kawasan penunjang
pertahanan keamanan dengan syarat tidak mengganggu fungsi
pertahanan keamanan;
2. larangan diadakan kegiatan yang menyebabkan terganggunya
fungsi pertahanan keamanan;
3. kawasan strategis pertahanan keamanan harus dilakukan dengan
mengamankan kawasan dimaksud sehingga tidak menarik kegiatan
masyarakat secara langsung khususnya yang memiliki intensitas
kegiatan tinggi;
4. kawasan strategis pertahanan keamanan harus mendapat sarana
dan prasarana lingkungan yang memadai; dan
5. diizinkan untuk kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan.
d. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan strategis berdasarkan
kepentingan sosial budaya meliputi:
1. diizinkan untuk menambahkan fungsi penunjang tanpa
menghilangkan identitas dan karakter kawasan;
- 75 -

2. larangan perubahan dalam bentuk peningkatan kegiatan atau


perubahan ruang disekitarnya yang dimungkinkan dapat
mengganggu fungsi dasarnya;
3. larangan penambahan fungsi tertentu pada suatu zona dengan
fungsi yang bertentangan;
4. kawasan sosiokultural yaitu kawasan peninggalan sejarah antara
laincagar budaya dan situs;
5. pembatasan pengembangan rumah yang telah ada;
6. diizinkan untuk kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan;
7. ketentuan kegiatan dalam kawasan rawan bencana tinggi harus
mengikuti persyaratan teknis yang adaptif sesuai dengan ketentuan
peraturan teknis yang berlaku;
8. ketentuan kegiatan dalam kawasan rawan bencana tinggi harus
mengikuti persyaratan teknis yang adaptif sesuai dengan ketentuan
peraturan teknis yang berlaku;
9. ketentuan kegiatan. Penggunaan lahan dan intensitas pemanfaatan
ruang untuk klasifikasi kawasan rawan bencana dalam kawasan
strategis berdasarkan kepentingan sosial budaya diatur dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/kota; dan
10. ketentuan kegiatan. Penggunaan lahan dan intensitas pemanfaatan
ruang untuk klasifikasi kawasan pertahanan keamanan dalam
kawasan strategis berdasarkan kepentingan sosial budaya diatur
sesuai dengan peraturan perundangan terkait.
e. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan strategis berdasarkan
kepentingan perlindungan lingkungan hidup meliputi:
1. diizinkan untuk melakukan kegiatan pariwisata alam sekaligus
menanamkan gerakan cinta alam;
2. diizinkan pembuatan sumur resapan;
3. diizinkan pemanfaatan buah pada kawasan hutan lindung yang
memiliki nilai ekonomi tinggi atau fungsi produksi tertentu;
4. larangan perubahan fungsi lahan yang mengganggu fungsi lindung;
5. larangan pengembangan zona inti dan/atau zona penunjang yang
telah digunakan untuk kegiatan budidaya tanaman semusim dan
permukiman;
- 76 -

6. zona inti pada kawasan harus dilindungi dan tidak boleh dilakukan
perubahan yang dapat mengganggu fungsi lindung;
7. kawasan pada zona inti dan/atau zona penunjang yang mengalami
kerusakan dan kawasan yang telah ditetapkan memiliki fungsi
lingkungan harus dilakukan pengembalian ke zona awal sehingga
kehidupan satwa langka dapat dilindungi;
8. percepatan rehabilitasi lahan dilakukan untuk menunjang
kelestarian dan mencegah kerusakan dalam jangka panjang;
9. pengalihfungsian zona lindung pada fuungsi awal bila telah terjadi
kesalahan dalam penggunaanya; dan
10. diizinkan untuk kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan.
f. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan strategis berdasarkan
kepentingan pendayagunaan dan/atau teknologi tinggi meliputi:
1. diizinkan penambahan kegiatan yang menunjang kawasan
penunjang pendayagunaan dan/atau teknologi tinggi dengan syarat
tidak mengganggu fungsi utama secara keseluruhan;
2. kawasan strategis pada kawasan pendayagunaan dan/atau
teknologi tinggi harus mendapat sarana dan prasarana lingkungan
yang memadai;
3. kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan pendayagunaan
dan/atau teknologi tinggi bila didekatnya akan diubah fungsi yang
akan mengganggu kegiatan, harus disediakan fungsi penyangga
sehingga fungsi zona selaras dengan zona yang berdekatan;
4. pembuatan zona penyangga disekitar PLTU;
5. pengendalian emisi sumber bergerak dan tidak bergerak;
6. pemanfaatan,pembinaan, dan pengendalian ruang kawasan sekitar;
7. pengembangan DAS terpadu;
8. diizinkan untuk kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan;
9. ketentuan kegiatan dalam kawasan rawan bencana tinggi harus
mengikuti persyaratan teknis yang adaptif sesuai dengan ketentuan
peraturan teknis yang berlaku; dan
10. ketentuan kegiatan penggunaan lahan dan intensitas pemanfaatan
ruang untuk klasifikasi kawasan pertahanan keamanan dalam
- 77 -

kawasan strategis berdasarkan kepentingan pendayagunaan


dan/atau teknologi tinggi diatur sesuai dengan peraturan
perundangan terkait.
g. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan strategis pengendalian
ketat meliputi:
1. diizinkan pengembangan jenis kegiatan berdasarkan pembagian
zonasi;
2. larangan pengembangan kegiatan budidaya yang mengganggu
fungsi utama kawasan;
3. penilaian dampak pengembangan kegiatan budidaya untuk
menentukan besaran skala kegiatan yang diperbolehkan; dan
4. diizinkan untuk kegiatan pertambangan dengan memperhatikan
aspek keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama
kawasan.

Pasal 92J
Indikasi arahan peraturan zonasi Kawasan perbatasan antar
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (2) huruf j
meliputi:
a. larangan pengembangan kegiatan budidaya yang mengganggu kegiatan
di wilayah yang berbatasan langsung;
b. pengembangan kegiatan budidaya pada kawasan perbatasan harus
memperhatikan pengembangan kegiatan di wilayah yang berbatasan
langsung;
c. pengembangan jenis-jenis kegiatan di kawasan perbatasan harus
didasari koordinasi dan keterpaduan perencanaan;
d. diizinkan untuk kegiatan pertambangan dengan memperhatikan aspek
keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama kawasan; dan
e. diizinkan pemanfaatan ruang untuk hunian, industri, rekreasi,
perdagangan jasa dan kegiatan budidaya lainnya dengan
memperhatikan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

Pasal 92K
Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan peruntukan lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 92 ayat (2) huruf k meliputi:
a. diizinkan untuk mengembangkan kawasan untuk kepentingan
pertahanan, olah raga, pertambangan, dan telekomunikasi;
- 78 -

b. diizinkan untuk mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa


dengan syarat sesuai dengan skalanya;
c. diizinkan untuk mengembangkan fasilitas umum dan fasilitas - 78 -ocial
sesuai skalanya;
d. diizinkan untuk kegiatan pertambangan dengan memperhatikan aspek
keselamatan dan tidak mengubah dominasi fungsi utama kawasan;
e. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang untuk klasifikasi kawasan
pertahanan keamanan diatur sesuai dengan peraturan perundangan
terkait;
f. dilarang menyelenggarakan kegiatan yang menyebabkan terganggunya
fungsi pertahanan keamanan seperti pengembangan industri yang
menyerap banyak tenaga kerja sehingga berpotensi mengganggu
mobilisasi kepentingan hankam;
g. ketentuan khusus untuk kawasan sekitar pertahanan dan keamanan
memperhatikan karakter, tingkat keamanan dan resiko konflik yang
ditimbulkan terhadap kegiatan budidaya lain di sekitarnya;
h. diizinkan pengembangan pemanfataan lahan terbangun yang dilengkapi
dengan struktur bangunan yang tahan terhadap resiko dan rawan
bencana berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang
bangunan tahan bencana;
i. diizinkan pengembangan pemanfaatan lahan terbangun dengan jarak
aman tertentu pada kawasan rawan bencana sesuai ketentuan dan
peraturan perundang-undangan; dan
j. dilarang mengubah bentang alam yang dapat meningkatkan resiko dan
kejadian bencana.

Pasal 92L
Indikasi arahan ketentuan umum peraturan zonasi yang dapat diterapkan
antara lain Pasal 92 ayat (2) huruf l meliputi:
a. pembagian zonasi;
b. ketentuan intensitas penggunaan lahan;
c. ketentuan aktivitas yang diijinkan, dilarang dan bersyarat; dan
d. ketentuan lebih lanjut mengenai Peraturan Zonasi diatur dengan
peraturan daerah.

58. Ketentuan Pasal 93 ayat (1) diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
- 79 -

Pasal 93
(1). Pemanfaatan kawasan untuk peruntukan lain selain sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 92A sampai dengan Pasal 92J dapat
dilaksanakan apabila tidak mengganggu fungsi kawasan yang
bersangkutan dan tidak melanggar Arahan Peraturan Zonasi Pola Ruang
sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini.
(2). Pemanfaatan kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilaksanakan setelah adanya kajian komperehensif dan setelah
mendapatkan rekomendasi dari badan atau pejabat yang tugasnya
mengkoordinasikan penataan ruang di Daerah.

59. Ketentuan Pasal 94 dihapus

Pasal 94
Dihapus

60. Ketentuan Pasal 95 ayat (1) dan ayat (2) diubah dan ditambah 1 (satu)
ayat yakni ayat (3), sehingga berbunyi sebagai berikut

Pasal 95
(1) Setiap kegiatan pengembangan wilayah terkait pemanfaatan ruang pada
lintas kabupaten/kota dan Kawasan Strategis Provinsi harus
dikonsultasikan dengan Pemerintah Provinsi Banten yang menangani
penataan ruang.
(2) Arahan konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan
dalam bentuk pertimbangan teknis tata ruang.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemanfaatan ruang lintas
kabupaten/kota dan kawasan strategis provinsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan.

61. Ketentuan Pasal 120 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 120
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka:
a. Pelaksanaan peraturan daerah yang berkaitan dengan Penataan Ruang
Daerah yang telah ada dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan Peraturan Daerah ini.
- 80 -

b. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi digambarkan dengan tingkat


ketelitian 1:250.000 (satu berbanding dua ratus lima puluh ribu) dan
tidak menggambarkan pemanfaatan/peruntukan ruang secara detail
sesuai pemanfaatan/peruntukan ruang wilayah kabupaten/kota.
c. Peraturan Daerah RTRW Kabupaten/Kota di Provinsi Banten wajib
menyesuaikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
bidang Penataan Ruang.
d. Penetapan peruntukan kawasan pada Peraturan Daerah ini tidak
menghalangi dan menggugurkan hak kepemilikan orang atau badan
terhadap hak atas tanah atau lahan dengan Pemanfaatan pada lahan
sebagaimana dimaksud tetap mengacu kepada rencana peruntukan
kawasan.
e. Izin pemanfaatan ruang pada masing-masing wilayah yang telah
dikeluarkan dan telah sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini tetap
berlaku sesuai dengan masa berlakunya;
f. Izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan
ketentuan Peraturan Daerah ini berlaku ketentuan:
1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin tersebut
disesuaikan dengan fungsi kawasan dalam rencana tata ruang yang
ditetapkan oleh pemerintah daerah berdasarkan Peraturan Daerah ini;
2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, pemanfaatan
ruang dilakukan dengan masa transisi selama 3 (tiga) tahun dan
dilakukan penyesuaian dengan menerapkan rekayasa teknis sesuai
dengan fungsi kawasan dalam rencana tata ruang dan peraturan
zonasi yang ditetapkan oleh pemerintah daerah; dan
3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak
memungkinkan untuk menerapkan rekayasa teknis sesuai dengan
fungsi kawasan dalam rencana tata ruang dan peraturan zonasi yang
ditetapkan oleh pemerintah daerah berdasarkan Peraturan Daerah ini,
izin yang telah diterbitkan dapat dibatalkan dan terhadap kerugian
yang timbul sebagai akibat pembatalan izin tersebut dapat diberikan
penggantian yang layak.
g. Penggantian yang layak sebagaimana dimaksud pada angka 3 di atas,
dengan memperhatikan indikator sebagai berikut:
1. Memperhatikan harga pasaran setempat;
2. Sesuai dengan NJOP; atau
3. Sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.
- 81 -

h. Pemanfaatan ruang yang izinnya sudah habis dan tidak sesuai dengan
Peraturan Daerah ini dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan
dalam rencana tata ruang dan peraturan zonasi yang ditetapkan
pemerintah daerah berdasarkan Peraturan Daerah ini;
i. pemanfaatan ruang di daerah yang diselenggarakan tanpa izin ditentukan
sebagai berikut:
1. yang bertentangan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini,
pemenfaatan ruang yang bersangkutan ditertibkan dan disesuaikan
dengan fungsi kawasan dalam rencana tata ruang dan peraturan
zonasi yang ditetapkan pemerintah daerah berdasarkan Peraturan
Daerah ini;
2. yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, dipercepat untuk
mendapatkan izin yang diperlukan.
j. Masyarakat yang menguasai tanahnya berdasarkan hak adat dan/atau
hak-hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, yang karena rencana tata ruang Provinsi Banten ini
pemanfaatannya tidak sesuai lagi, maka penyelesaiannya diatur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
k. Semua kegiatan pengembangan wilayah terkait pemanfaatan ruang dapat
dilakukan sepanjang tidak bertentangan dengan RTRW dan ketentuan
peraturan perundangan lainnya.

62. Diantara Pasal 121 dan Pasal 122 disisipkan 1 (satu) Pasal yakni Pasal
121A sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 121 A
(1) Pemerintah Daerah harus menyusun Rencana Rinci Ruang yang
menjadi prioritas Daerah paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak
Peraturan Daerah ini diundangkan.
(2) Dalam hal kelengkapan dokumen Rencana Rinci Ruang sesuai pedoman
peraturan perundang-undangan, maka Pemerintah Daerah wajib
mengusulkan Rencana Rinci Ruang menjadi Peraturan Daerah
- 82 -

Pasal II
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Banten.
- 83 -

PENJELASAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN

NOMOR 5 TAHUN 2017

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN

NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH


PROVINSI BANTEN TAHUN 2010-2030

I. UMUM

Untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman,


produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan
Ketahanan Nasional, serta sejalan dengan kebijakan otonomi daerah yang
nyata, luas, dan bertanggung jawab, Undang – Undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang menuntut kejelasan pendekatan dalam proses
perencanaannya demi menjaga keselarasan, keserasian, keseimbangan, dan
keterpaduan antar daerah, antara pusat dan daerah, antar sektor, dan antar
pemangku kepentingan. Penataan ruang tersebut didasarkan pada
pendekatan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah administratif, kegiatan
kawasan, dan nilai strategis kawasan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2017
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) memiliki
kedudukan untuk mewujudkan keterpaduan perencanaan tata ruang
wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. RTRWN menjadi pedoman
penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota dalam upaya
mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan
antar wilayah provinsi serta keserasian antar sektor.
Sedangkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) menjadi
pedoman penataan ruang wilayah kabupaten/kota dalam upaya
mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan
antar wilayah kabupaten/kota serta keserasian antar sektor. Adapun fungsi
RTRWP adalah sebagai Acuan dalam penyusunan RPJPD dan RPJMD; Acuan
dalam pemanfaatan ruang wilayah provinsi; Acuan untuk mewujudkan
keseimbangan pembangunan dalam wilayah provinsi; Acuan lokasi investasi
- 84 -

dalam wilayah provinsi yang dilakukan pemerintah, masyarakat, dan swasta;


Pedoman untuk penyusunan rencana tata ruang kawasan strategis provinsi;
Dasar pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah provinsi yang meliputi
indikasi arahan peraturan zonasi, arahan perizinan, arahan insentif dan
disinsentif, serta arahan sanksi; dan Acuan dalam administrasi pertanahan.

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah


Provinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota mencakup
ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi,
sebagai tempat masyarakat melakukan kegiatan dan memelihara
kelangsungan hidupnya, serta merupakan suatu sumber daya yang harus
ditingkatkan upaya pengelolaannya secara bijaksana. Dengan demikian
RTRW Provinsi Banten sangatlah strategis untuk menjadi pedoman dalam
penyelenggaraan penataan ruang, serta untuk menjaga kegiatan
pembangunan agar tetap sesuai dengan kaidah-kaidah pembangunan
berkelanjutan, sekaligus mampu mewujudkan ruang yang produktif dan
berdaya saing menuju Ruang Wilayah Banten sebagai Simpul Penyebaran
Primer Nasional-Internasional yang Aman, Nyaman, Produktif dan
Berkelanjutan. Untuk mewujudkan hal tersebut dapat dicapai melalui
memperkuat struktur internal tata ruang Provinsi Banten, yakni dengan
memperkuat sistem kota-kota yang telah ada. Hal ini dilakukan dengan
meningkatkan keterkaitan dan interaksi antar pusat-pusat pertumbuhan
utama Provinsi Banten. Peluang interaksi langsung dengan wilayah luar
tetap terbuka dan dimanfaatkan seoptimal mungkin. selain tetap
memperkuat struktur tata ruang internal, juga mulai memperkuat struktur
tata ruang eksternal. Hal ini dicapai dengan mengembangkan kegiatan
ekonomi wilayah yang diperkuat melalui pengembangan kegiatan industri
dan pariwisata, sebagai simpul keterkaitan dengan wilayah Provinsi Banten,
sehingga pada akhirnya dapat menciptakan keterkaitan (interaksi) ekonomi
di antara kawasan-kawasan di Provinsi Banten yang mengarah pada
integrasi ekonomi wilayah yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup Jelas
- 85 -

Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 6
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan Luas Wilayah Administrasi Provinsi Banten
adalah berdasarkan Permendagri No. 56 Tahun 2015 Tentang Kode
dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Dihapus.
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan PKN berdasarkan pada Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional.

PKN Kawasan Perkotaan Jakarta – Bogor – Depok – Tangerang -


Bekasi (Jabodetabek) berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 28
Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa- Bali.
Ayat (3a)
Yang dimaksud dengan PKW berdasarkan pada Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional
- 86 -

Ayat (3b)
Cukup Jelas
Ayat (3c)
Cukup Jelas
Ayat (3d)
Cukup Jelas.
Ayat 4
Cukup Jelas
Pasal 16
Cukup Jelas
Pasal 17
Huruf a
Cukup Jelas.
Huruf b
Cukup Jelas.
Huruf c
Cukup Jelas.
Huruf d
Cukup Jelas.
Huruf e
Cukup Jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan “pembangunan dan pengembangan jaringan
jembatan penghubung antar pulau” adalah Infrastruktur
penghubung atau jembatan antar pulau dan lainnya sesuai dengan
kajian dan peraturan yang berlaku.
Pasal 18
Huruf a
Yang dimaksud dengan peningkatan kapasitas dan kualitas
jaringan jalan arteri primer di Daerah yaitu berdasarkan SK
Menteri PUPR Nomor 290/KPTS/M/ 2015 Tentang Status Jalan
Nasional.

Yang dimaksud dengan Jalan arteri primer adalah jalan yang


menghubungkan secara berdaya guna antar Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) atau antar Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dengan
Pusat Kegiatan Wilayah (PKL).
- 87 -

Huruf b
Yang dimaksud dengan peningkatan kapasitas dan kualitas
jaringan jalan kolektor primer di Daerah yaitu berdasarkan SK
Menteri PUPR Nomor 290/KPTS/M/ 2015 Tentang Status Jalan
Nasional.

Yang dimaksud dengan Jalan kolektor primer adalah jalan yang


menghubungkan secara berdaya guna antar Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) dengan Pusat Kegiatan Lokal (PKL), antar Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW), atau antar Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
dengan Pusat Kegiatan Lokal (PKL).

Labuhan - Sp. Labuhan, Sp.Labuan – Cibaliung, Cibaliung -


Cikeusik - Muara Binuangen, Muara Binuangeun – Simpang,
Simpang – Bayah, Bayah - Cibarenok - Bts. Prov. Jabar merupakan
jalan lintas selatan Banten yang mengakomodir Perpres Nomor 2
Tahun 2015 Tentang RPJMN 2015-2019, Perpres Nomor 28 Tahun
2012 Tentang RTR Jawa-Bali dan SK Menteri PUPR Nomor
290/KPTS/M/ 2015 Tentang Status Jalan Nasional Sebagai
perwujudan konektivitas antara kota sedang dan kota kecil,antara
kota kecil dan desa, serta antar pulau dengan meningkatkan
kapasitas dan kualitas jaringan jalan Lintas Selatan Pulau Jawa.
Huruf c
Pengembangan jaringan jalan bebas hambatan dalam kota di
Daerah berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun
2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan
Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Percepatan
Peleksanaan Proyek Strategis Nasional.
Angka 1
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
Angka 2
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
- 88 -

Angka 3
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
Angka 4
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
Angka 5
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

Berdasarkan Perpres No. 2 Tahun 2015 Tentang RPJMN


2015-2019
Berdasarkan Perpres No. 58 Tahun 2017 Tentang Perubahan
Atas Perpres No. 3 Tahun 2016 Tentang Percepatan
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
Angka 6
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Angka 7
Cukup Jelas
Angka 8
Yang dimaksud dengan “Jakarta Outer Ring Road II” yang
meliputi Cengkareng – Batu Ceper – Kunciran, Kunciran –
Serpong, Serpong – Cinere, Cinere – Cimanggis, Cimanggis –
Cibitung, Cibitung – Cilincing merupakan nomenklatur dari
ruas Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Adapun ruas
jalan bebas hambatan yang termasuk dalam wilayah
administratif Provinsi Banten adalah Cengkareng – Batu
Ceper – Kunciran, Kunciran – Serpong, Serpong – Cinere,
sedangkan ruas-ruas jalan bebas hambatan yang lainnya
tidak termasuk dalam wilayah administrasi Provinsi Banten.
- 89 -

Berdasarkan Perpres No.58 Tahun 2017 Tentang Perubahan


Atas Perpres No. 3 Tahun 2016 Tentang Percepatan
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional
Angka 9
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Huruf d
Angka 1
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Angka 2
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Angka 3
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

Berdasarkan Perpres No.58 Tahun 2017 Tentang Perubahan


Atas Perpres No. 3 Tahun 2016 Tentang Percepatan
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
Angka 4
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional\
Angka 5
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Huruf e
Cukup Jelas
Huruf f
berdasarkan Perpres No. 2 Tahun 2015 Tentang RPJMN 2015-2019
- 90 -

Yang dimaksud dengan Rencana Pembangunan Jalan Nasional


Yang dimaksud dengan Rencana Pembangunan Cikande –
Rangkasbitung, Jalan Cikande – Serang – Cilegon, Cipanas -
Warung banten- Bayah, Jalan Tanjung Lesung – Sumur dan jalan
lintas selatan Banten” adalah berdasarkan Perpres No. 2 Tahun
2015 Tentang RPJMN 2015-2019. Ruas jalan tersebut juga
tercantum dalam Kepmen PUPR No. 290/KPTS/M/2015 Tentang
Penetapan Ruas Jalan menurut Statusnya sebagai Jalan Nasional

Adapun yang dimaksud jalan lintas selatan Banten berdasarkan


Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata
Ruang Pulau Jawa- Bali yaitu dalam meningkatkan kapasitas dan
kualitas jaringan jalan Lintas Selatan Pulau Jawa dan
pengembangan jaringan jalan arteri primer dan jaringan jalan
kolektor primer pada jaringan jalan lintas pantai selatan yang
meliputi ruas jalan Labuhan - Sp. Labuhan, Sp. Labuan –
Cibaliung, Cibaliung - Cikeusik - Muara Binuangen, Muara
Binuangeun – Simpang, Simpang – Bayah, Bayah - Cibarenok - Bts.
Provinsi Jabar.
Huruf g
Cukup Jelas
Huruf h
Berdasarkan Perpres No. 2 Tahun 2015 Tentang RPJMN 2015-2019
Huruf i
Yang dimaksud dengan Sistem transportasi massal adalah Mass
Rapid Transit (MRT/Metro), Monorail, Light Rapid Transit (LRT),
Bus Rapid Transit (BRT/Busway), Elevated Busway, dan lainnya
Berdasarkan Perpres No. 2 Tahun 2015 Tentang RPJMN 2015-2019
Huruf j
Yang dimaksud dengan jalan prospektif adalah rencana
pembangunan jalan baru, berdasarkan usulan atau kajian dan
mengikuti ketentuan, peraturan dan perundangan yang berlaku .
Pasal 19
Ayat (1)
Cukup Jelas.
- 91 -

Huruf a
Yang dimaksud dengan Peningkatan kapasitas dan
kualitas jaringan jalan provinsi adalah berdasarkan
Keputusan Gubernur Banten Nomor 620/Kep.420-
Huk/2016 tentang Penetapan Status Ruas-Ruas Jalan
Sebagai Jalan Provinsi.
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Yang dimaksud dengan pengembangan angkutan
massal cepat terpadu berbasis jalan adalah
berdasarkan Perpres No. 2 Tahun 2015 Tentang RPJMN
2015-2019
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengembangan angkutan
massal cepat terpadu berbasis jalan adalah
berdasarkan Perpres No. 2 Tahun 2015 Tentang RPJMN
2015-2019
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan pembangunan, peningkatan dan penetapan
status untuk menjadi jalan provinsi adalah pembangunan jalan
baru dan penambahan lajur pada ruas jalan provinsi berdasarkan
kajian dan mengikuti ketentuan, peraturan dan perundangan yang
berlaku .

Ketentuan pembangunan, peningkatan dan penetapan status untuk


menjadi jalan provinsi adalah ROW jalan provinsi di kawasan
perkotaan minimal 24 m dan non perkotaan minimal 9 m, dan atau
disesuaikan dengan kebutuhan yang akan dilebarkan.
Pasal 20
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan Penetapan terminal tipe A di Provinsi
Banten adalah berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal
- 92 -

Perhubungan Darat Nomor : SK.1361/AJ.106/DRJD/2003 tentang


Penetapan Simpul Jaringan Transportasi Jalan untuk Terminal
Penumpang Tipe A di Seluruh Indonesia.dan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah terkait
kewenangan pengelolaan terminal
Ayat (2)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah terkait kewenangan pengelolaan terminal.
Pasal 21
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Huruf a
Angka 1
Berdasarkan Perpres No. 2 Tahun 2015 Tentang RPJMN
2015-2019.
Angka 2
Cukup Jelas
Angka 3
Cukup Jelas
Angka 4`
Cukup Jelas
Angka 5
Cukup Jelas
Angka 6
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Cukup Jelas
Huruf d
Cukup Jelas
Huruf e
Cukup Jelas
Huruf f
Cukup Jelas
- 93 -

Huruf g
Yang dimaksud dengan Pembangunan jalur ganda dan
elektrifikasi antara Maja – Rangkasbitung – Merak
berdasarkan Perpres No. 2 Tahun 2015 Tentang RPJMN
2015-2019
Huruf h
Cukup Jelas
Huruf i
Yang dimaksud dengan Pembangunan infrastruktur kereta
api dalam kota yaitu Kereta Api Express SHIA jalur Soekarno
Hatta – Sudirman berdasarkan Perpres No. 58 Tahun 2017
Tentang Perubahan Atas Perpres No. 3 Tahun 2016 Tentang
Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
Huruf j
Cukup Jelas
Huruf k
Cukup Jelas
Huruf l
Cukup Jelas
Huruf m
Cukup Jelas
Huruf n
Cukup Jelas
Huruf o
Cukup Jelas
Huruf p
Yang dimaksud dengan pengaktifan kembali jalur kereta api
lintas Ciwandan – Anyer Kidul, Rangkasbitung – Saketi –
Labuan, Saketi – Malingping – Bayah berdasarkan Perpres
No. 2 Tahun 2015 Tentang RPJMN 2015-2019
Berdasarkan kajian pengaktifan kembali jalur kereta api
lintas Saketi – Malingping – Bayah di tambah trase sampai
dengan ke Sawarna dan Industri Bayah.
Huruf q
Berdasarkan Perpres No. 2 Tahun 2015 Tentang RPJMN
2015-2019
- 94 -

Huruf r
Cukup Jelas
Huruf s
Cukup Jelas
Huruf t
Cukup Jelas
Huruf u
Cukup Jelas
Huruf v
Perpres Nomor 54 Tahun 2008 Tentang Penataan Ruang
Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak,
Cianjur yaitu pengembangan sistem jaringan transportasi
masal yang menghubungkan Daerah Khusus Ibukota Jakarta
dengan pusat-pusat kegiatan di sekitarnya dan
pengembangan sistem transportasi masal cepat yang
terintegrasi dengan bus yang diprioritaskan, perkeretaapian
monorel, dan moda transportasi lainnya
Huruf w
Perpres Nomor 54 Tahun 2008 Tentang Penataan Ruang
Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak,
Cianjur (Jabodetabek-Punjur)
Huruf x
Cukup Jelas
Huruf y
Perpres Nomor 54 Tahun 2008 Tentang Penataan Ruang
Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak
Cianjur (Jabodetabek-Punjur)
Huruf z
Cukup Jelas
Pasal 22
Huruf a
Cukup Jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan pengembangan Dermaga Penyeberangan
Merak adalah Pengembangan Dermaga Penyeberangan Merak pada
Dermaga 4 dan Dermaga 7 berdasarkan Perpres No. 2 Tahun 2015
Tentang RPJMN 2015-2019.
- 95 -

Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 901 Tahun


2016 tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional mengganti
Keputusan Menteri Perhubungan KP 414 Tahun 2013 tentang
Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional.
Huruf c
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

Berdasarkan Perpres No. 58 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas


Perpres No. 3 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 901 Tahun
2016 tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional
Huruf d
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
Huruf e
Cukup Jelas.
Huruf f
Cukup Jelas.
Huruf g
Cukup Jelas
Huruf h
Cukup Jelas
Huruf i
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 901 Tahun
2016 tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional
Pasal 23
Cukup Jelas.
Pasal 24
Ayat (1)
Cukup Jelas
Huruf a
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017
- 96 -

Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26


Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

Rencana Pengembangan Pelabuhan Pengumpul Berdasarkan


Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 901 Tahun 2016
tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional.
Huruf b
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

Rencana pembangunan Pelabuhan Peti kemas berdasarkan


Perpres No. 2 Tahun 2015 Tetang RPJMN 2015-2019.

Rencana Pengembangan Pelabuhan Pengumpul Berdasarkan


Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 901 Tahun 2016
tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional.
Huruf c
Rencana Pengembangan Pelabuhan Utama merupakan
Usulan Pemerintah Daerah.
Huruf d
Cukup Jelas.
Huruf e
Pelabuhan Karangantu berdasarkan Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor 901 Tahun 2016 tentang Rencana Induk
Pelabuhan Nasional sebagai Pelabuhan Pengumpan Regional.

Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 Tentang


Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional sebagai
Pelabuhan Pengumpul
Huruf f
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 901
Tahun 2016 tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional
sebagai Pelabuhan Pengumpan Regional
Huruf g
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017
- 97 -

Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26


Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 901


Tahun 2016 tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional.

Dalam kondisi eksisting Pelabuhan Muara Dadap cakupan


pelayanan sudah lintas wilayah admininstrasi provinsi
sehingga diupayakan Rencana peningkatan dan
pengembangan Pelabuhan Muara Dadap untuk menjadi
Pelabuhan Pengumpan Regionai sebagai usulan pemerintah
daerah.
Huruf h
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 901


Tahun 2016 tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional.
Huruf i
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
sebagai Pelabuhan Pengumpul

Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 901


Tahun 2016 tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional.
Huruf j
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 901
Tahun 2016 tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional.
Huruf k
Cukup Jelas
Huruf l
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
- 98 -

Pasal 25
Ayat (1)
Cukup Jelas
Huruf a
- Sesuai dengan Perpres No. 2 Tahun 2015 Tentang
RPJMN 2015-2019 yaitu Pembangunan Terminal 3
dan Pengembangan Bandara Soekarno-Hatta
- Mengakomodir rencana pengembangan lainnya yang
mendukung Bandara Soekarno-Hatta.
Huruf b
Cukup Jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “Lapangan Terbang” adalah
lapangan udara kecil yang khusus digunakan untuk
melayani kepentingan sendiri dan menunjang kegiatan
usaha pokoknya

Lapangan Terbang Pondok Cabe akan dikembangkan


menjadi bandara komersial
Huruf d
Cukup Jelas.
Huruf e
Peraturan Daerah Nomor 36 tahun 2002 tentang RTRW
Provinsi Banten 2002-2017 yang menyebutkan adanya
rencana Pembangunan Lapangan Terbang yang
berlokasi antara Tanjung Lesung-Taman Nasional
Ujung Kulon diperlukan untuk mendukung
kepariwisataan di wilayah Banten Selatan.

Studi Kelayakan Pembangunan Lapangan Terbang di


Banten Selatan tahun 2005.

Dokumen Masterplan Bandar Udara Banten Selatan di


Kabupaten Pandeglang Pengembangan bandara akan
ditunjang dengan kawasan aerotropolis

Berdasarkan Perpres No. 2 Tahun 2015 Tentang RPJMN


- 99 -

2015-2019 dengan namenklatur Bandar Udara Banten


Selatan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun


2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional disebutkan dengan nomenklatur
Bandar Udara Panimbang.
Huruf f
Cukup Jelas.
Huruf g
Cukup Jelas.
Huruf h
Yang dimaksud dengan “Kawasan Keselamatan Operasi
Penerbangan (KKOP)” adalah wilayah daratan atau
perairan serta ruang udara di sekitar bandar yang
digunakan untuk kegiatan operasi penerbangan dalam
rangka menjamin keselamatan penerbangan.
Huruf i
Bandar udara Pangarangan/Cihara adalah merupakan
usulan / masukan Pemerintah Daerah Kabupaten
Lebak melalui Surat Bupati Lebak kepada Gubernur
Banten Nomor 050/23-Bapp/2016 Tertanggal 4
November 2016 Perihal Masukan terhadap Revisi RTRW
Provinsi Banten 2010-2030.

Bandar Udara Maja merupakan usulan / masukan


Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak melalui Surat
Bupati Lebak kepada Gubernur Banten Nomor
050/240-BPMPPT/2014 tanggal 27 Juni 2014 perihal
Permohonan Penetapan Rencana Pembangunan Bandar
Udara dalam Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
Nasional.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 26
Dihapus
- 100 -

Pasal 29
Huruf a
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No.1415 K/20/Mem/2017


Tanggal 29 Maret 2017 tentang Pengesahan Rencana Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero)
Tahun 2017 s/d 2026
Lokasi PLTU Jawa 5 Berdasarkan Perpres No. 2 Tahun 2015
Tentang RPJMN 2015-2019 adalah PLTU Jawa-5 2000 MW lokasi
berada di Balaraja Kabupaten Tangerang, dan Berdasarkan
Keputusan Menteri ESDM No.1415 K/20/Mem/2017 Tanggal 29
Maret 2017 tentang Pengesahan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Tahun 2017 s/d
2026 lokasi berada di Provinsi Jawa Barat.
Huruf b
Dihapus.
Huruf c
Dihapus.
Huruf d
Dihapus.
Huruf e
Dihapus.
Huruf f
Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No.1415 K/20/Mem/2017
Tanggal 29 Maret 2017 tentang Pengesahan Rencana Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero)
Tahun 2017 s/d 2026.
Huruf g
Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No.1415 K/20/Mem/2017
Tanggal 29 Maret 2017 tentang Pengesahan Rencana Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero)
Tahun 2017 s/d 2026.
Huruf h
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 Tentang
- 101 -

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008


Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No.1415 K/20/Mem/2017


Tanggal 29 Maret 2017 tentang Pengesahan Rencana Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero)
Tahun 2017 s/d 2026
Berdasarkan Perpres No. 2 Tahun 2015 Tentang RPJMN 2015-2019.
Huruf i
Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No.1415 K/20/Mem/2017
Tanggal 29 Maret 2017 tentang Pengesahan Rencana Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero)
Tahun 2017 s/d 2026
Huruf j
Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No.1415 K/20/Mem/2017
Tanggal 29 Maret 2017 tentang Pengesahan Rencana Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero)
Tahun 2017 s/d 2026
Huruf k
Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No.1415 K/20/Mem/2017
Tanggal 29 Maret 2017 tentang Pengesahan Rencana Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero)
Tahun 2017 s/d 2026
Huruf l
Berdasarkan Perpres No. 58 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas
Perpres No. 3 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional
Huruf m
Usulan Pemerintah Daerah Provinsi Banten
Huruf n
Cukup Jelas
Pasal 30
Berdasarkan Perpres No.58 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas
Perpres No.58 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Perpres No. 3
Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional
adalah Pembangunan jaringan gas bumi untuk rumah tangga berlokasi
di Pulau Jawa termasuk pengembangan transmisi, dan distribusi gas
- 102 -

yang diarahkan di seluruh wilayah Provinsi Banten.


Pasal 31
Huruf a
Mengikuti ketentuan Keputusan Menteri ESDM No.1415
K/20/Mem/2017 Tanggal 29 Maret 2017 tentang Pengesahan
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT. Perusahaan Listrik
Negara (Persero) Tahun 2017 s/d 2026
Huruf b
Mengikuti ketentuan Keputusan Menteri ESDM No.1415
K/20/Mem/2017 Tanggal 29 Maret 2017 tentang Pengesahan
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT. Perusahaan Listrik
Negara (Persero) Tahun 2017 s/d 2026
Huruf c
Mengikuti ketentuan Keputusan Menteri ESDM No.1415
K/20/Mem/2017 Tanggal 29 Maret 2017 tentang Pengesahan
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT. Perusahaan Listrik
Negara (Persero) Tahun 2017 s/d 2026
Huruf d
Mengikuti ketentuan Keputusan Menteri ESDM No.1415
K/20/Mem/2017 Tanggal 29 Maret 2017 tentang Pengesahan
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT. Perusahaan Listrik
Negara (Persero) Tahun 2017 s/d 2026
Pasal 34
Arahan rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi Provinsi
Banten mendukung kebijakan nasional program peningkatan jangkauan
broadband dan pengembangan infrastruktur IPTEK seperti
pembangunan teknopark dan satelit multifungsi berdasarkan Perpres
No.58 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Perpres No. 3 Tahun 2016
Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

Yang dimaksud dengan Pembangunan dan pengembangan infrastruktur


sistem jaringan diarahkan dengan sistem jaringan tertutup (dalam
tanah).
Huruf a
Berdasarkan Perpres No. 2 Tahun 2015 Tentang RPJMN 2015-2019
Huruf b
Berdasarkan Perpres No. 2 Tahun 2015 Tentang RPJMN 2015-2019
- 103 -

Pasal 35
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 36
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Huruf a
Berdasarkan Perpres No. 2 Tahun 2015 Tentang RPJMN
2015-2019.

Berdasarkan Perpres No.58 Tahun 2017 Tentang Perubahan


Atas Perpres No.58 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas
Perpres No. 3 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan
Proyek Strategis Nasional.
Huruf b
Berdasarkan Perpres No. 2 Tahun 2015 Tentang RPJMN
2015-2019

Berdasarkan Perpres No.58 Tahun 2017 Tentang Perubahan


Atas Perpres No.58 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas
Perpres No. 3 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan
Proyek Strategis Nasional.
Huruf c
Cukup Jelas.
Huruf d
Cukup Jelas.
Huruf e
Untuk memenuhi kebutuhan air baku di wilayah Kabupaten
Lebak, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kota
Tangerang Selatan, dan Kota Cilegon
Huruf f
Untuk memenuhi kebutuhan air baku di wilayah Kabupaten
Serang dan Kota Cilegon.
- 104 -

Huruf g
Untuk memenuhi kebutuhan air baku di wilayah Kabupaten
Serang dan Kota Cilegon.
Huruf h
Cukup Jelas
Huruf i
Berdasarkan Perpres No. 2 Tahun 2015 Tentang RPJMN
2015-2019.
Huruf j
Cukup Jelas.
Huruf k
Cukup Jelas.
Huruf l
Cukup Jelas.
Huruf m
Cukup Jelas.
Huruf n
Cukup Jelas.
Huruf o
Cukup Jelas.
Huruf p
Cukup Jelas.
Huruf q
Berdasarkan Perpres No. 2 Tahun 2015 Tentang RPJMN
2015-2019.
Huruf r
Cukup Jelas.
Huruf s
Cukup Jelas
Huruf t
Berdasarkan Perpres No. 2 Tahun 2015 Tentang RPJMN
2015-2019
Huruf u
- Rencana pembangunan infrastruktur pengendalian banjir
dimaksud adalah penanganan banjir yang diakibatkan
oleh luapan air sungai, abrasi pantai dan pasang air
- 105 -

laut/rob.
- Lokasi kegiatan berdasarkan hasil kajian dan di dukung
oleh ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
- Mengakomodir tanggul laut dan sistem polder.
- Ketentuan dan pemetaan tanggul laut diatur dalam
RZWP3K
Huruf v
Cukup Jelas
Pasal 37
Ayat (1)
Pengelolaan Daerah Irigasi di Daerah berdasarkan kepada
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2015
tentang Kriteria dan Penetapan Status Daerah Irigasi, yang
meliputi :
1. Daerah Irigasi Cicinta di Kabupaten Serang dan Kabupaten
Lebak;
2. Daerah Irigasi Cibanten di Kota Serang;
3. Daerah Irigasi Cipari/Ciwuni di Kabupaten Serang;
4. Daerah Irigasi Cisangu Atas di Kabupaten Serang dan
Kabupaten Lebak;
5. Daerah Irigasi Cisangu Bawah di Kabupaten Serang;
6. Daerah Irigasi Ciwaka Bawah di Kabupaten Serang dan Kota
Serang;
7. Daerah Irigasi Cisata di Kabupaten Pandeglang;
8. Daerah Irigasi Pasir Eurih di Kabupaten Pandeglang;
9. Daerah Irigasi Cilemer di Kabupaten Pandeglang dan
Kabupaten Lebak;
10. Daerah Irigasi Cibinuangeun di Kabupaten Lebak;
11. Daerah Irigasi Cikoncang di Kabupaten Lebak;
12. Daerah Irigasi Cilangkahan I di Kabupaten Lebak;
13. Daerah Irigasi Kadugenep di Kabupaten Pandeglang dan
Kabupaten Serang;
14. Daerah Irigasi Cikarang Udik di Kabupaten Serang dan Kota
Serang;
15. Daerah Irigasi Cihara di Kabupaten Lebak;
16. Daerah Irigasi Cikamunding I di Kabupaten Lebak;
17. Daerah Irigasi Cikamunding II di Kabupaten Lebak;
- 106 -

18. Daerah Irigasi Cimanyangray di Kabupaten Lebak;


19. Daerah Irigasi Cipalabuh di Kabupaten Lebak;
20. Daerah Irigasi Cisiih di Kabupaten Lebak;
21. Daerah Irigasi Cikalumpang di Kabupaten Serang.
Ayat (2)
Dihapus.
Ayat (3)
Berdasarkan Perpres No. 2 Tahun 2015 Tentang RPJMN 2015-2019
yaitu Pembangunan/Peningkatan Jaringan Irigasi D.I. Cisadane.
Ayat (4)
Berdasarkan Perpres No. 2 Tahun 2015 Tentang RPJMN 2015-2019
yaitu Rehabilitasi Jaringan Irigasi Teluk Lada.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Ayat (6)
Cukup Jelas.
Pasal 38
Yang dimaksud dengan Daerah Aliran Sungai merupakan kesatuan
wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah, dimana air meresap
dan/atau mengalir ke permukaan tanah melalui sungai, anak sungai
dalam wilayah tersebut sebagaimana Peraturan Menteri PUPR No.
04/PRT/M/2015 Tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai
Pasal 39
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Mendukung Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional terkait Proyek
Infrastruktur Energi Asal sampah.

Tempat pengolahan sisa hasil produksi yang ramah lingkungan


dimaksud adalah TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) yaitu
tempat dilaksanakannya pengumpulan, pemilahan, penggunaan
ulang, pendaur ulangan, dan pemrosesan akhir sampah (menurut
UU no 18 tahun 2008).
- 107 -

Huruf a
Yang dimaksud tempat pengolahan sisa hasil produksi yang
ramah lingkungan atau TPST di WKP I adalah TPST
Jatiwaringin, Kronjo dan Kresek di Kabupaten Tangerang
Huruf b
Yang dimaksud tempat pengolahan sisa hasil produksi yang
ramah lingkungan atau TPST di WKP II adalah TPST Bojong
Menteng dan Anyer di Kabupaten Serang.
Huruf c
Yang dimaksud tempat pengolahan sisa hasil produksi yang
ramah lingkungan atau TPST di WKP III adalah TPST Cigeulis
Kabupaten Pandeglang dan Maja Kabupaten Lebak.
Ayat (3)
Dihapus
Ayat (4)
Dihapus.
Ayat (5)
Dihapus.
Ayat (6)
Dihapus.
Ayat (7)
Dihapus.
Ayat (8)
Cukup Jelas
Ayat (9)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah dan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 26 Tahun 2012 Tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem
Logistik Nasional. Pusat Distribusi Regional berfungsi sebagai
cadangan penyangga nasional dan Pusat Distribusi Propinsi pada
setiap Propinsi yang dapat digunakan sebagai penyangga pada
setiap propinsi untuk memperlancar logistik komoditas pokok dan
strategis. Pusat Distribusi Propinsi akan menjadi penyangga bagi
jaringan Distribusi Kabupaten/Kota
Pasal 39A
Ayat (1)
Cukup Jelas.
- 108 -

Ayat (2)
Berdasarkan Perpres No.58 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas
Perpres No. 3 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional.
Pasal 41
Ayat (1)
- Pola ruang kawasan lindung seluas lebih kurang 200.201,62
(dua ratus ribu dua ratus satu enam dua) hektar terdiri dari :

Kawasan Hutan Lindung 10.387,29


Sempadan Pantai 3.326,36
Sempadan Sungai 27.504,48
Kawasan Sekitar Danau atau Waduk 555.59
Kawasan Sekitar Mata Air -
Kawasan Cagar Alam Rawa Danau 3.542,43
Kawasan Cagar Alam Tukung Gede 1.521,01
Kawasan Cagar Alam Pulau Dua 34,52
- KHDTK Penelitian Carita 1.505,65
Kawasan Hak Ulayat Masyarakat Baduy :
- Dalam kawasan TNGHS 568,75
- Diluar kawasan TNGHS 4.564,12
Taman Nasional
Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon 61.363,05
Kawasan Taman Nasional Laut Ujung 49.195,38
Kulon
Kawasan Taman Nasional Gunung 31.978,63
Halimun Salak
Taman Wisata Alam Laut P. Sangiang 616,34
Kawasan Taman Wisata Alam P. Sangiang 558,64
Kawasan Taman Hutan Raya Banten 1.595,90
Kawasan Cagar Alam Geologi 1.961,49
Kawasan Lindung Provinsi Banten 200.208,45

- Berdasarkan Permen PU Nomor 15 Tahun 2009 tentang


Pedoman Penyusuanan RTRW Provinsi, bahwa kawasan rawan
bencana termasuk dalam kawasan lindung
Ayat (2)
Cukup Jelas.
- 109 -

Pasal 42
Kawasan hutan lindung yang ada di Provinsi Banten mengacu pada
ketentuan, peraturan dan perundang-undangan di bidang kehutanan
Pasal 43
Ayat (1)
Kawasan resapan air merupakan daerah yang mempunyai
kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan, sehingga daerah
tersebut merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang
berguna sebagai sumber air.
Ayat (2)
Kabupaten Serang meliputi Kecamatan Cinangka, Kecamatan
Anyer, Kecamatan Waringinkurung, dan Rawa Danau;

Kabupaten Pandeglang meliputi Kecamatan Cigeulis, Kecamatan


Cimanggu, Kecamatan Sumur, Kecamatan Cibaliung, Kecamatan
Mandalawangi, dan Kecamatan Kaduhejo;

Kabupaten Lebak meliputi Kecamatan Cipanas dan Kecamatan


Cibeber.
Kawasan resapan air termasuk didalamnya Pegunungan Aseupan –
Karang – Pulosari (Akarsari) di Kabupaten Pandeglang dan
Kabupaten Serang
Pasal 44
Ayat (1)
Huruf a
- Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 51 Tahun 2016
Tentang Batas Sempadan Pantai.
- Sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang
lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik
pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke
arah darat.
Huruf b
Peraturan Menteri PUPR Nomor 28/PRT/M/2015 Tentang
Penetapan Garis Sempadan Sungai Dan Garis Sempadan
Danau.
- 110 -

Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan


sungai termasuk sungai buatan yang mempunyai manfaat
penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.

Ketentuan pengaturan pemanfaatan ruangnya sempadan


sungai mengacu kepada peraturan perundang-undangan di
bidang kehutanan serta peraturan perundang-undangan
terkait sempadan sungai.
Huruf c
Cukup Jelas.
Huruf d
Cukup Jelas.
Huruf e
Cukup Jelas.
Huruf f
Cukup Jelas
Ayat (2)
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 51 Tahun 2016 Tentang
Batas Sempadan Pantai

Berdasarkan hasil perhitungan GIS


Ayat (3)
Peraturan Menteri PUPR Nomor 28/PRT/M/2015 Tentang
Penetapan Garis Sempadan Sungai Dan Garis Sempadan Danau
Berdasarkan hasil perhitungan GIS
Ayat (4)
Peraturan Menteri PUPR Nomor 28/PRT/M/2015 Tentang
Penetapan Garis Sempadan Sungai Dan Garis Sempadan Danau

Berdasarkan hasil perhitungan GIS


Ayat (5)
Cukup Jelas.
Ayat (6)
Kawasan lindung geologi berupa kawasan bentang alam karst
diatur lebih lanjut dalam keputusan menteri.
Kawasan lindung geologi yang dimaksud adalah kawasan yang
diatur Rencana Tata Ruang wilayah berada diluar kawasan hutan.
- 111 -

Kawasan lindung geologi yang berada didalam kawasan hutan


diatur mengikuti peraturan perundangan yang berlaku
Ayat (7)
RTH Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih
lanjut Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota atau Rencana
Detail Tata Ruang di Kabupaten/Kota
Pasal 45
Termasuk di dalamnya Kawasan Keanekaragaman Hayati (Kehati) yang
diarahkan di seluruh wilayah Provinsi Banten Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 32 Tahuin 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
Ayat (1)
Huruf a
Kawasan cagar alam adalah kawasan suaka yang karena
keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa
dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu
dilindungi dan perkembangan berlangsung secara alami.
Huruf b
Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang
mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi
yang dimanfaatkan untuk keperluan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata
dan rekreasi.

Berdasarkan Permendagri No. 56 Tahun 2015 Tentang Kode


dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan Permendagri
Nomor 56 Tahun 2015 dan perhitungan GIS bahwa Taman
Nasional Gunung Halimun-Salak seluas lebih kurang
31.978,63 Ha.

Berdasarkan Surat Direktur Pengukuhan dan Penatagunaan


Kawasan Hutan, Ditjen Planologi Kehutanan dan Tata
Lingkungan, Kemen LHK Nomor :
S.316/KUH/PKHWI/PLA,2/7/2016 tanggal 15 Juli 2016
tentang Luas TNHGS dan Luas Perubahan Sebagian Kawasan
TNHGS adalah luas hutan konservasi ± 32.014 Ha.
- 112 -

Huruf c
Taman hutan raya adalah kawasan pelestarian alam untuk
tujuan koleksi tumbuhan atau satwa yang alami atau bukan
alami, jenis asli dan atau bukan jenis asli, yang dimanfaatkan
bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi.
Huruf d
Taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam dengan
tujuan utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan
pariwisata dan rekreasi alam.
Huruf e
Kawasan cagar budaya adalah kawasan dimana terdapat
benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak, yang
berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagian atau
sisa sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 tahun
atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya
sekurang-kurangnya 50 tahun, serta dianggap mempunyai
nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan; Benda alam yang dianggap mempunyai nilai
penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.
Huruf f
Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) adalah
kawasan hutan dengan fungsinya diperuntukan sebagai
kawasan untuk pendidikan dan penelitian.
Ayat (2)
Huruf a
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
terkait Pengembangan Pengelolaan Kawasan Lindung
Nasional.
Huruf b
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
terkait Pengembangan Pengelolaan Kawasan Lindung
Nasional.
- 113 -

Huruf c
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
terkait Pengembangan Pengelolaan Kawasan Lindung
Nasional
Ayat (3)
Huruf a
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
terkait Pengembangan Pengelolaan Kawasan Lindung
Nasional
Huruf b
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
terkait Pengembangan Pengelolaan Kawasan Lindung
Nasional
Ayat (4)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional terkait
Pengembangan Pengelolaan Kawasan Lindung Nasional.
Ayat (5)
- Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun
2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional terkait
Pengembangan Pengelolaan Kawasan Lindung Nasional
- Kawasan Taman Wisata Alam Pulau Sangiang, meliputi
Taman Wisata Alam Laut P. Sangiang 616,34 ha
Kawasan Taman Wisata Alam P. Sangiang 558,64 ha
Ayat (6)
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Dihapus.
- 114 -

Huruf c
Dihapus.
Huruf d
Pelestarian bangunan gedung dan/atau lingkungan cagar
budaya, meliputi :
1. Masjid Agung Banten Lama;
2. Keraton Surosowan;
3. Keraton Kaibon;
4. Vihara Avalokittesvara;
5. Benteng Speelwijk;
6. Masjid Pecinan Tinggi;
7. Pelabuhan Karangantu;
8. Rumah Benjol;
9. Jembatan Rante;
10. Masjid Koja;
11. Gedong Ijo;
12. Tasik Kardi;
13. Pangindelan Emas;
14. Pangindelan Putih;
15. Pangindelan Abang
16. Kawasan ex Kantor dan Rumah Tinggal Residen Gubels;
Stasiun Cilegon, Makam KH. Wasid, Masjid Sumpah; dan
Makam Syeh Jamaludin
Huruf e
Cukup Jelas
Huruf f
Cukup Jelas
Huruf g
Cukup Jelas
Huruf h
Berdasarkan perhitungan GIS Kawasan Hutan Dengan
Tujuan Khusus (KHDTK) Carita seluas 1.505,65 Ha

Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Carita


Berdasarkan Kepmenhut No: 290/Kpts-II/2003; Tgl. 26-08-
2003 (dalam SK tertulis 3.000 Ha, dan di dalam lampiran
gambar termasuk TWA Carita) Luas KHDTK setelah
- 115 -

di kurangi Luas Tahura Banten


Pasal 46
Ayat (1)
Kawasan rawan bencana alam merupakan kawasan yang sering
atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam.
Kawasan rawan bencana teknologi adalah semua
kejadian bencana yang diakibatkan oleh kesalahan desain,
pengoperasian, kelalaian dan kesengajaan manusia dalam
penggunaan teknologi dan/atau industri.
Kegagalan teknologi dapat menyebabkan pencemaran (udara, air
dan tanah), korban jiwa, kerusakan bangunan, dan kerusakan
lainnya.

Kawasan rawan bencana dalam skala detail selanjutnya dapat


dilihat pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota atau
Rencana Detail Tata Ruang di Kabupaten/Kota.
Huruf a
Dihapus.
Huruf b
Cukup Jelas.
Huruf c
Cukup Jelas.
Huruf d
Cukup Jelas.
Huruf e
Cukup Jelas.
Huruf f
Cukup Jelas.
Huruf g
Cukup Jelas.
Huruf i
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Dihapus.
Ayat (3)
Berdasarkan Kajian Risiko Bencana (KRB) Provinsi Banten Tahun
2016-2020secara luasan kelas bahaya banjir adalah tinggi. Kelas
- 116 -

bahaya banjir Provinsi Banten tersebut diidentifikasi berdasarkan


potensi bahaya seluruh kabupaten/kota
Ayat (4)
Berdasarkan Kajian Risiko Bencana (KRB) Provinsi Banten Tahun
2016-2020 secara luasan kelas bahaya tsunami adalah tinggi.
Kelas bahaya tsunami Provinsi Banten tersebut diidentifikasi
berdasarkan potensi bahaya seluruh kabupaten/kota
Ayat (5)
Berdasarkan Kajian Risiko Bencana (KRB) Provinsi Banten Tahun
2016-2020 secara luasan kelas bahaya gempa bumi adalah tinggi.
Kelas bahaya gempa bumi Provinsi Banten tersebut diidentifikasi
berdasarkan potensi bahaya seluruh kabupaten/kota.
Ayat (6)
Berdasarkan Kajian Risiko Bencana (KRB) Provinsi Banten Tahun
2016-2020 secara luasan kelas bahaya kebakaran hutan dan lahan
adalah tinggi. Kelas bahaya kebakaran hutan dan lahan Provinsi
Banten tersebut diidentifikasi berdasarkan potensi bahaya seluruh
kabupaten/kota.
Ayat (7)
Berdasarkan Kajian Risiko Bencana (KRB) Provinsi Banten Tahun
2016-2020 rawan cuaca ekstrim diartikan bahaya angin topan dan
puting beliung, secara luasan kelas bahaya cuaca eksitrim adalah
sedang. Kelas bahaya cuaca ekstrim Provinsi Banten tersebut
diidentifikasi berdasarkan potensi bahaya seluruh kabupaten/kota.
Ayat (8)
Berdasarkan Kajian Risiko Bencana (KRB) Provinsi Banten Tahun
2016-2020 secara luasan kelas bahaya tanah longsor adalah tinggi.
Kelas bahaya cuaca ekstrim Provinsi Banten tersebut diidentifikasi
berdasarkan potensi bahaya seluruh kabupaten/kota.
Ayat (9)
Berdasarkan Kajian Risiko Bencana (KRB) Provinsi Banten Tahun
2016-2020 secara luasan kelas bahaya kekeringan adalah sedang.
Kelas bahaya cuaca ekstrim Provinsi Banten tersebut diidentifikasi
berdasarkan potensi bahaya seluruh kabupaten/kota.
Ayat (10)
Kegagalan teknologi merupakan semua kejadian yang diakibatkan
oleh kesalahan desain, pengoperasian, kelalaian, dan kesengajaan
- 117 -

manusia dalam penggunaan teknologi dan/atau industri.

Pengelolaan teknologi tinggi yang tidak dikelola dengan baik akan


memberikan dampak kegagalan ataupun kecelakaan yang
berdampak bagi masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.
Pengkajian potensi bahaya kegagalan teknologi disusun
berdasarkan parameter-parameter sebagai alat ukurnya.
Perhitungan potensi bahaya kegagalan teknologi dilihat
berdasarkan parameter kapasitas industri dan jenis industri
manufaktur (logam) dan kimia.
Ayat (11)
Cukup Jelas.
Ayat (12)
Cukup Jelas.
Pasal 47
Cukup Jelas
Pasal 48
Ayat (1)
Luasan Hutan Produksi merupakan luasan yang sudah dikurangi
dengan sempadan sungai yang melintas di wilayah dimaksud
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Pasal 49
Ayat (1)
Berdasarkan Permen Pekerjaan Umum Nomor : 15/PRT/M/2009
Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi bahwa kawasan peruntukan pertanian meliputi pertanian
lahan basah dan pertanian lahan kering.
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Berdasarkan Undang-Undang No. 41 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

Pertanian Pangan Berkelanjutan terdiri dari Lahan Pertanian


- 118 -

Pangan Berkelanjutan (LP2B) berdasarkan Perda Provinsi Banten


No. 5 Tahun 2014 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan, dan lahan cadangan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor :


07/Permentan/OT. 140/2/2012 Tentang Pedoman Teknis Kriteria
Dan Persyaratan Kawasan, Lahan, Dan Lahan Cadangan Pertanian
Pangan Berkelanjutan, Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan
adalah wilayah budidaya pertanian terutama pada wilayah
perdesaan yang memiliki hamparan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan dan/atau hamparan Lahan Cadangan Pertanian
Pangan Berkelanjutan serta unsur penunjangnya dengan fungsi
utama untuk mendukung ketahanan, kemandirian dan kedaulatan
pangan nasional.

Secara rinci pengaturan terkait KP2B diatur dalam peraturan


daerah tersendiri. (Kawasan Budidaya LP2B di Daerah dengan luas
169.515,47 Ha (seratus enam puluh sembilan lima ratus lima belas
koma empat tujuh hektar);
Ayat (5)
Secara rinci pengaturan terkait KP2B diatur dalam peraturan
daerah tersendiri. (Kawasan Budidaya LP2B di Daerah dengan luas
169.515,47 Ha (seratus enam puluh sembilan lima ratus lima belas
koma empat tujuh hektar)
Ayat (6)
Berdasarkan Undang-undang No.26 tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu
atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem
produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu
yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki
keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.
Ayat (7)
Pertanian terpadu pengertiannya lebih menekankan pada tata
laksana memadukan komoditas (tunggal atau campuran spesies)
tanaman dengan tanaman lainnya atau tanaman dengan hewan
ternak pada suatu lahan sehingga menghasilkan keuntungan bagi
petani, lingkungannya, dan konsumen
- 119 -

Pasal 50
Cukup Jelas
Pasal 51
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia Nomor 35/Kepmen-KP/2013 tentang Penetapan Kawasan
Minapolitan
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 52
Kawasan peruntukan pertambangan berdasarkan pada Peraturan
Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral RI Nomor 37 Tahun 2013
Tentang Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Pertambangan.
Pasal 53
Cukup Jelas.
Pasal 54
Cukup Jelas.
Pasal 55
Cukup Jelas.
Pasal 56
Cukup Jelas.
Pasal 57
Ayat (1)
- kawasan peruntukan industri di Preovinsi Banten meliputi:
Industri besar diarahkan di Kabupaten Serang, Kabupaten
Tangerang, Kota Cilegon, Kota Tangerang, Kabupaten Pandeglang
dan Kabupaten Lebak. Untuk industri menengah dan Industri
kecil diarahkan di seluruh wilayah Provinsi Banten.
- Kriteria industri diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2009, Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35 Tahun
2010 tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri dan Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.
- Pengembangan kawasan industri diarahkan dengan
memperhatikan lingkungan dan tidak alih fungsi lahan seperti
lahan pertanian dan kawasan lindung lainnya
- 120 -

- Pengembangan industri Bayah di Kabupaten Lebak.


- Kawasan Industri industri di koridor ruas jalan Labuan –
Panimbang dan Banjarsari Kabupaten Pandeglang.
- Kawasan industri di Kecamatan Cisoka, Solear dan Pakuhaji di
Kabupaten Tangerang akan dikembangkan menjadi kawasan
industri, permukiman, perdagangan dan jasa.
Ayat (2)
Berdasarkan Kebijakan Nasional Perpres No. 58 Tahun 2017
Tentang Perubahan Atas Perpres No. 3 Tahun 2016 Tentang
Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional
Pasal 58
Mendukung kebijakan nasional percepatan infrstruktur transportasi,
listrik dan air bersih untuk kawasan strategis pariwisata nasional
(KSPN) prioritas Tanjung Lesung yang tercantum dalam Perpres No.58
Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Perpres No. 3 Tahun 2016 Tentang
Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
Kawasan peruntukan pariwisata meliputi salah satunya ekowisata
Huruf a
Kawasan pariwisata Pantai Barat dan KEK Tanjung Lesung
meliputi:
1. Anyer;
2. Carita;
3. KEK Tanjung Lesung;
4. Sumur.
5. Pulau Sangiang
Huruf b
Kawasan pariwisata. Pantai Utara meliputi:
1. Pantai Tanjung Kait; dan
2. Pantai Tanjung Pasir.
3. Pulau Tunda.
4. Pulau Cangkir
Huruf c
Cukup Jelas
Huruf d
Kawasan pariwisata Pantai Selatan yaitu sepanjang pantai selatan
Muara Binuangeun – Panggarangan – Bayah – Sawarna
- 121 -

Huruf e
Yang dimaksud dengan Kawasan pariwisata Budaya Permukiman
Baduy adalah kawasan di sekitar Kawasan Hak Ulayat Masyarakat
Baduy yang difungsikan untuk menunjang kegiatan pariwisata.

Kawasan Wisata Budaya Permukiman Baduy meliputi LLeuwidamar


dan Cimarga
Huruf f
Yang dimaksud dengan Kawasan pariwisata Wisata Alam Taman
Nasional Ujung Kulon adalah kawasan di sekitar Taman Nasional
Ujung Kulon yang difungsikan untuk menunjang kegiatan
pariwisata.

Kawasan Wisata Alam Taman Nasional Ujung Kulon meliputi:


1. Cigeulis;
2. Cimanggu;
3. Sumur;
4. Pulau Panaitan;
5. Pulau Handeuleum;
6. Pulau Peucang;
7. Taman Jaya;
8. Pantai Ciputih; dan
9. Gunung Honje
Huruf g
Yang dimaksud dengan Kawasan pariwisata Wisata Alam Taman
Nasional Gunung Halimun – Gunung Salak, adalah kawasan di
sekitar Taman Nasional Gunung Halimun – Gunung Salak yang
difungsikan untuk menunjang kegiatan pariwisata.
Huruf h
Kawasan pariwisata Geopark yang meliputi:
1. Cibaliung dan sekitarnya (kawasan penyangga Ujung Kulon);
2. Bayah dan sekitarnya; dan
3. Rawa Danau dan sekitarnya.
Huruf i
Kawasan pariwisata agro diarahkan di Kabupaten Serang,
Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, dan Kota Serang.
- 122 -

Pasal 59
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
- Berdasarkan dan mengikuti Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor : 15/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi.
- Arahan pengelolaan kawasan permukiman perdesaan meliputi:
1. pengelompokan lokasi permukiman perdesaan yang sudah ada;
2. pengembangan permukiman perdesaan sedapat mungkin
menghindari terjadinya alih fungsi lahan produktif; dan
3. penataan kawasan permukiman perdesaan melalui konsolidasi
tanah.
- Arahan pengelolaan kawasan permukiman perkotaan meliputi:
1. pengaturan perkembangan pembangunan permukiman
perkotaan baru;
2. pengembangan permukiman perkotaan dengan
memperhitungkan daya tampung perkembangan penduduk,
sarana, dan prasarana yang dibutuhkan;
3. penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan dapat
dilakukan melalui pembangunan rumah susun; dan
4. penataan kawasan permukiman perkotaan melalui konsolidasi
tanah.
- Pembangunan dan Pengembangan SPAM di Provinsi Banten
Ayat (3)
Kawasan Kota Baru Publik Maja di Kecamatan Maja Kabupaten
Lebak, Kecamatan Cisoka, Kecamatan Solear, Kecamatan
Tigaraksa, dan Kecamatan Jambe di Kabupaten Tangerang, dengan
potensi permukiman, perdagangan dan jasa. Diarahkan untuk
perumahan dan permukiman sebagai penyangga pertumbuhan
wilayah sekitar Maja dan Jabodetabek.

Sesuai Perpres No. 2 Tahun 2015 Tentang RPJMN 2015-2019, yaitu


Kota Maja sebagai pusat permukiman baru yang layak huni dan
didukung oleh fasilitas ekonomi dan sosial budaya yang lengkap
guna mencegah terjadinya permukiman tidak terkendali (urban
sprawl) akibat urbanisasi di kota otonom terdekatnya.
- 123 -

Ayat (4)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan
Permukiman
Pasal 60
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
kawasan andalan nasional merupakan kawasan yang memiliki nilai
strategis nasional sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13
Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Ayat (3)
Wilayah Pertahanan dan Keamanan harus memperhatikan
pemanfaatan ruang yang telah ditetapkan RTRW Provinsi,
kabupaten/kota.

Wilayah Pertahanan dan Keamanan akan diatur dalam peraturan


tersendiri
Ayat (4)
- Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah.
- Pembangunan dan pengembangan fasilitas kesehatan di Provinsi
Banten.
- Pembangunan dan pengembangan fasilitas pendidikan di
Provinsi Banten.
Ayat (5)
- Pengembangan kawasan pada sepanjang jalan tol dan
interchange jalan tol diarahkan dengan memperhatikan
lingkungan dan tidak alih fungsi lahan seperti lahan pertanian
dan kawasan lindung lainnya
- Pengembangan pusat pertumbuhan pada exit tol sepanjang ruas
tol yang lokasinya lintas kabupaten/kota menjadi kewenangan
pemerintah Daerah Provinsi
- Pengembangan kawasan ruas tol untuk interchange/exit tol
sepanjang ruas tol dituangkan berdasarkan kajian yang lebih
rinci.
- 124 -

Ayat (6)
- Rencana pembangunan dan pengembangan budidaya peternakan
yang dimaksud tersebar di seluruh wilayah Provinsi Banten dan
diatur lebih lanjut pada peraturan daerah RTRW
Kabupaten/Kota;
- Kawasan peternakan yang dimaksud dapat berupa pelestarian
fauna disesuaikan dengan habitatnya yang lokasinya tersebar di
seluruh wilayah Provinsi Banten.
Ayat (7)
Kawasan Cibaliung sebagai pusat pertumbuhan di wilayah selatan
Provinsi Banten diarahkan untuk mendorong percepatan
pertumbuhan ekonomi dengan potensi berbasisis pertanian dan
perkebunan sesuai Perpres No. 2 Tahun 2015 Tentang RPJMN
2015-2019 yaitu peningkatan keterkaitan desa-kota di Wilayah
Jawa-Bali diarahkan dengan memperkuat sedikitnya 4 pusat
pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) atau Pusat
Kegiatan Lokal (PKL), Kawasan ini mencakup kawasan agropolitan
dan minapolitan, serta kawasan pariwisata. Arah kebijakan dan
strategi peningkatan keterkaitan desa / kota di Wilayah Jawa-Bali.
Ayat (8)
- Rencana pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil
diatur melalui peraturan tersendiri atau menjadi bagian Rencana
Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
- Mengakomodir rencana reklamasi berdasarkan kajian dan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan.
Pasal 61
Ayat (1)
Penetapan kawasan strategis provinsi ditetapkan berdasarkan
kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah provinsi dan
kesepakatan para pemangku kepentingan berdasarkan kebijakan
yang ditetapkan.
Ayat (2)
Dihapus
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 62
Penetapan kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan
- 125 -

keamanan yang merupakan kewenangan pemerintah pusat yang


ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional yaitu sebagai Kawasan
Perbatasan Negara di Laut Lepas sesuai dengan PP Nomor 13 Tahun
2017 tentang Perubahan Atas PP Nomor 26 Tahun 2008 Tentang
Rencana Tata Ruang Nasional, berupa Pengembangan/Peningkatan
Kualitas Kawasan Strategis Nasional dari Sudut Kepentingan
Pertahanan dan Keamanan

Adapun untuk kawasan pertahanan keamanan lainnya yang berada di


provinsi Banten adalah :
1. kawasan TNI AU Bandara Gorda di Kabupaten Serang;
2. kawasan TNI AD KOPASUS di Taktakan Kota Serang;
3. kawasan TNI AD komando pendidikan latihan tempur di Kecamatan
Sajira Kabupaten Lebak;
4. kawasan TNI AL di Merak Kota Cilegon; dan
5. Lapangan Terbang Pondok Cabe di Kota Tangerang Selatan
Pasal 63
Huruf a
Yang dimaksud Kawasan Strategis Nasional Kawasan Selat Sunda
juga didalamnya mencakup Jembatan Selat Sunda.
Huruf b
Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam
lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
lingkungan.
Dalam pengembangan kawasan diupayakan dengan tidak
melakukan alih fungsi lahan pertanian yang ditetapkan dalam LP2B
berikut lokasi dan luasan serta memperhatikan aspek lingkungan
berkelanjutan.
Nomor 1
Kawasan sekitar KP3B (Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi
Banten) meliputi Kecamatan Curug dan Kecamatan
Cipocokjaya Kota Serang serta kawasan sport center yang
diarahkan sesuai dengan potensinya seperti permukiman,
perdagangan dan jasa;
Nomor 2
Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan
- 126 -

utama permukiman dan infrastruktur wilayah dengan


susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Kawasan Perkotaan Serang – Cilegon (Seragon) diarahkan
dalam penataan infrastruktur secara terpadu sesuai dengan
potensi masing-masing wilayah.
Nomor 3
Kawasan Serang Utara Terpadu yang dimaksud adalah
kewasan yang diprioritaskan di kawasan Serang Utara
dengan memperhatikan kondisi dan potensi serta
pemanfaatan ruang dari sudut kepentingan ekonomi yang
didalamnya mencakup kegiatan perikanan, pariwisata,
pertanian dan industri secara terpadu. Deliniasi kawasan
meliputi Kecamatan Bojonegara, Kramatwatu, Pontang,
Tirtayasa, Tanara, Kecamatan Kasemen.

Berdasarkan UU RI No. 3 Tahun 2014 tentang


Perindustrian:
Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang
mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber daya
industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai
tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri

Jasa industri adalah usaha jasa yang terkait dengan kegiatan


industri.
Industri Strategis adalah industri yang penting bagi negara
dan yang menguasai hajat hidup orang banyak,
meningkatkan atau menhasilkan nilai tambah sumberdaya
alam strategis, atau mempunyai kaitan dengan kepentingan
pertahanan serta keamanan dalam ragka pemenuhan tugas
pemerintah negara
Industri dibagi menjadi tiga bagian, yaitu primer (ekstraktif),
sekunder (manufaktur), dan tersier (jasa). Beberapa penulis
menambahkan sektor kuarterner (pengetahuan) atau bahkan
sektor kuinari (kultur, dan penelitian). Seiring berjalannya
waktu, perpecahan industri masyarakat pada masing-masing
- 127 -

sektor mengalami perubahan.


- Industri primer, adalah industri yang barang-barang
produksinya bukan hasil olahan langsung atau tanpa
diolah terlebih dahulu. Contohnya adalah hasil produksi
pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, dan
sebagainya;
- Industri sekunder, adalah industri sekunder adalah
industri yang bahan mentah diolah sehingga menghasilkan
barang-barang untuk diolah kembali. Misalnya pemintalan
benang sutra, komponen elektronik, daging kaleng, dan
sebagainya.
- Industri tersier, adalah industri yang produk atau
barangnya berupa layanan jasa. Contoh seperti
telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, dan
masih banyak lagi yang lainnya.
- Industri kuarterner, adalah industri yang mencakup
penelitian pengetahuan, dan teknologi serta berbagai tugas
berlevel tinggi lainnya. Misalnya adalah para peneliti,
dokter, dan pengacara.
- Industri kuinari, beberapa menganggapnya sebagai salah
satu cabang sektor kuarterner yang meliputi level tertinggi
pengambilan keputusan dalam masyarakat atau ekonomi.
Sektor ini meliputi eksekutif atau pegawai resmi dalam
bidang pemerintahan, pengetahuan, universitas, non-
profit, kesehatan, kultur, dan media.
Nomor 4
Kawasan Pantai Selatan Terpadu yang dimaksud adalah
kawasan yang diprioritaskan di Wilayah Bagian Selatan
Provinsi Banten yaitu Kawasan Pantai Selatan dengan
memperhatikan kondisi dan potensi serta pemanfaatan ruang
dari sudut kepentingan ekonomi dengan potensi perikanan,
pertambangan, pariwisata dan industri pertanian, perikanan,
industri, dan pariwisata secara terpadu.
Nomor 5
Cukup Jelas
Pasal 64
Cukup Jelas.
- 128 -

Pasal 65
Cukup Jelas.
Pasal 66
Cukup Jelas.
Pasal 67
Dihapus
Pasal 68
Dihapus
Pasal 70
Cukup Jelas.
Pasal 92
Cukup Jelas.
Pasal 92A
Cukup Jelas.
Pasal 92B
Cukup Jelas.
Pasal 92C
Cukup Jelas.
Pasal 92D
Cukup Jelas.
Pasal 92E
Cukup Jelas.
Pasal 92F
Cukup Jelas.
Pasal 92G
Cukup Jelas.
Pasal 92H
Cukup Jelas.
Pasal 92I
Cukup Jelas.
Pasal 92J
Cukup Jelas.
Pasal 92K
Cukup Jelas.
Pasal 92L
Cukup Jelas.
- 129 -

Pasal 93
Ayat (1)
Pemanfaatan kawasan peruntukan lainnya misalnya pemanfaatan
kawasan untuk kepentingan pertahanan, olah raga, pertambangan,
dan telekomunikasi.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Pasal 94
Dihapus
Pasal 95
Cukup Jelas.
Pasal 120
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Jika terdapat perbedaan peruntukan pada suatu kawasan antara
Peraturan Daerah RTRW Kabupaten/Kota dengan Peraturan Daerah
RTRW Provinsi maka pemanfaatan ruang mengacu pada Peraturan
Daerah RTRW Provinsi selama Peraturan Daerah RTRW
Kabupaten/Kota belum disesuaikan
Huruf d
Cukup Jelas
Huruf e
Cukup Jelas
Huruf f
Cukup Jelas
Huruf g
Cukup Jelas
Huruf h
Cukup Jelas
Huruf i
Cukup Jelas
Huruf j
Cukup Jelas
- 130 -

Huruf k
Cukup Jelas
Pasal 121 A
Cukup Jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN/DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2017 NOMOR 69


LAMPIRAN I PETA RENCANA STRUKTUR RUANG
PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN
NOMOR 5 TAHUN 2017
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH
PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2011
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH
PROVINSI BANTEN 2010-2030
LAMPIRAN II PETA RENCANA POLA RUANG
PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN
NOMOR 5 TAHUN 2017
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH
PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2011
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH
PROVINSI BANTEN 2010-2030
- 133 - LAMPIRAN III PETA RENCANA KAWASAN STRATEGIS
PROVINSI BANTEN
PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN
NOMOR 5 TAHUN 2017
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN
NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG
WILAYAH PROVINSI BANTEN 2010-2030
LAMPIRAN IV INDIKASI PROGRAM PEMANFAATAN
RUANG LIMA TAHUNAN
PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN
NOMOR 5 TAHUN 2017
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI
BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2010-2030

INDIKASI PROGRAM PEMANFAATAN RUANG LIMA TAHUNAN


1. PERWUJUDAN RENCANA STRUKTUR RUANG
WAKTU PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI 5 Tahun ke I 5 Tahun ke II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA 2021- 2026-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2025 2030
1. Rencana Sistem Perkotaan
1.1 Pengembangan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
a Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi
Kawasan Perkotaan APBD, APBN Pemda dan
Jabodetabek-Punjur Kementerian/Lembaga
meliputi :
Perkotaan Kota Tangerang,
Perkotaan Kota Tangerang
Selatan, dan Perkotaan
Kabupaten Tangerang
b. Revitalisasi dan Percepatan Kawasan Perkotaan APBD, APBN Pemda dan
pengembangan Kota-Kota pusat Serang (Kota Serang dan Kementerian/Lembaga
Pertumbuhan melalui peningkatan fungsi Kabupaten Serang)
Kawasan Perkotaan APBD, APBN Pemda dan
Cilegon Kementerian/Lembaga
1.2 Pengembangan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Mendorong Pengembangan Kota-Kota sentra Kawasan Perkotaan APBD, APBN Pemda dan
produksi Pandeglang Kementerian/Lembaga
Kawasan Perkotaan APBD, APBN Pemda dan
Rangkasbitung Kementerian/Lembaga
1.3 Pengembangan Pusat Kegiatan Wilayah promosi (PKWp)
Panimbang APBD, APBN Pemda dan
Kementerian/Lembaga
Bayah APBD, APBN Pemda dan
Kementerian/Lembaga
Maja APBD, APBN Pemda dan
Kementerian/Lembaga
1.4 Pengembangan Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
Labuan APBD Pemda
Cibaliung APBD Pemda
Malingping APBD Pemda
Tigaraksa APBD Pemda
Kronjo APBD Pemda
Anyar APBD Pemda
Baros APBD Pemda
Ciruas APBD Pemda
Pagedangan APBD Pemda
Pontang APBD Pemda
- 135 -

WAKTU PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI 5 Tahun ke I 5 Tahun ke II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA 2021- 2026-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2025 2030
Cipanas APBD Pemda
Cikeruh Wetan APBD Pemda
2. Rencana Sistem Prasarana Utama
. 2..1 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Darat;
2.1.1 Pengembangan jaringan jalan nasional
a. Peningkatan kapasitas dan
kualitas jaringan jalan arteri
primer di Daerah
JLRaya Merak (Cilegon), APBN Kementerian/ Lembaga
Jl. Raya Cilegon (Cilegon), APBN Kementerian/ Lembaga
Jl. Raya Serang (Cilegon) APBN Kementerian/ Lembaga
Jl. Raya Cilegon (Sereang), APBN Kementerian/ Lembaga
Jl. Letnan Jidun (Serang), APBN Kementerian/ Lembaga
Jl. TB. Suwandi (Serang), APBN Kementerian/ Lembaga
Jl. Abdul Hadi (Serang), APBN Kementerian/ Lembaga
Jl. KH. Abdul Fatah Hasan APBN Kementerian/ Lembaga
(Serang),
Jl. Sudirman (Serang), APBN Kementerian/ Lembaga
Jl. Raya Serang APBN Kementerian/ Lembaga
((Tangerang),
Jl Otista ((Tangerang), APBN Kementerian/ Lembaga
Jl. Ks. Tubun APBN Kementerian/ Lembaga
((Tangerang),
Jl. Daan Mogot (Tangerang APBN Kementerian/ Lembaga
– Batas DKI)
b. Peningkatan kapasitas dan
kualitas jaringan jalan kolektor
primer di Daerah
Jl Raya Anyer ((Cilegon), APBN Kementerian/ Lembaga
Pasauran - Labuhan, APBN Kementerian/ Lembaga
Jl. A. Yani (Labuan), APBN Kementerian/ Lembaga
Labuhan - SP. Labuhan, APBN Kementerian/ Lembaga
Simp. Labuhan – Saketi, APBN Kementerian/ Lembaga
Cigadung - Cipacung, APBN Kementerian/ Lembaga
Jl. By Pass Rangkasbitung APBN Kementerian/ Lembaga
(Jl. Soekarno Hatta
Rangkasbitung),
Jl. Raya Cipanas APBN Kementerian/ Lembaga
(Rangkasbitung),
SP. Labuan - Cibaliung, APBN Kementerian/ Lembaga
Cibaliung - Cikeusik - APBN Kementerian/ Lembaga
Muarabinuangeun,
Muarabinuangeun – APBN Kementerian/ Lembaga
Simpang,
Simpang – Bayah, APBN Kementerian/ Lembaga
Bayah – Cibarenok – Bts APBN Kementerian/ Lembaga
Prov. Jabar,
Jl. Raya Pandeglang APBN Kementerian/ Lembaga
(Serang),
Jl. Raya Serang APBN Kementerian/ Lembaga
- 136 -

WAKTU PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI 5 Tahun ke I 5 Tahun ke II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA 2021- 2026-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2025 2030
(Pandeglang),
Bts DKI Banten- Gandaria APBN Kementerian/ Lembaga
Bts Depok/ Tangerang
(Ciputat – Bogor),
Jl. Rambutan (Ciputat)), APBN Kementerian/ Lembaga
Jl. Otista (Ciputat), APBN Kementerian/ Lembaga
Jl. Akses Tol Merak APBN Kementerian/ Lembaga
Cikande – Rangkasbitung, APBN Kementerian/ Lembaga
Jl. Raya Cikande (Jl APBN Kementerian/ Lembaga
Otosikandardinata
Rangkasbitung)
Cibaliung – Sumur, APBN Kementerian/ Lembaga
Citereup - Tanjung APBN Kementerian/ Lembaga
Lesung,
Serdang – Bojonegara – APBN Kementerian/ Lembaga
Merak
c. Pembangunan dan
Pengembangan jaringan jalan
bebas hambatan dalam kota di
Daerah
Jakarta – Tangerang APBN, Kementerian/ Lembaga
BUMNSwasta BUMN, Swasta
Jakarta – Tangerang APBN, Kementerian/ Lembaga
Elevated BUMNSwasta BUMN, Swasta
Prof. Dr. Sedyatmo APBN, Kementerian/ Lembaga
BUMNSwasta BUMN, Swasta
Prof. Dr. Sedyatmo APBN, Kementerian/ Lembaga
Elevated BUMNSwasta BUMN, Swasta
Pondok Aren – Serpong APBN, Kementerian/ Lembaga
BUMNSwasta BUMN, Swasta
Pondok Aren – Ulujami APBN, Kementerian/ Lembaga
BUMNSwasta BUMN, Swasta
Serpong – Balaraja APBN, Kementerian/ Lembaga
BUMNSwasta BUMN, Swasta
Semanan – Sunter APBN, Kementerian/ Lembaga
BUMNSwasta BUMN, Swasta
Sunter – Rawa Buaya – APBN, Kementerian/ Lembaga
Batu Ceper BUMNSwasta BUMN, Swasta
Jakarta Outer Ring Road II APBN, Kementerian/ Lembaga
(Cengkareng – Batu Ceper BUMNSwasta BUMN, Swasta
– Kunciran)
Jakarta Outer Ring Road II APBN, Kementerian/ Lembaga
(Kunciran – Serpong, BUMNSwasta BUMN, Swasta
serpong –Cinere)
Jakarta Outer Ring Road I I APBN, Kementerian/ Lembaga
(, Serpong –Cinere) BUMNSwasta BUMN, Swasta
Bojong Gede – Balaraja APBN, Kementerian/ Lembaga
BUMNSwasta BUMN, Swasta
d. Pembangunan dan
Pengembangan jaringan jalan
- 137 -

WAKTU PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI 5 Tahun ke I 5 Tahun ke II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA 2021- 2026-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2025 2030
bebas hambatan antar kota di
Daerah
Tangerang – Merak APBN/APBD Kementerian/
BUMN, Lembaga. Pemda,
Swasta BUMN, Swasta
Cilegon – Bojonegara APBN/APBD Kementerian/
BUMN.Swasta Lembaga, Pemda,
BUMN, Swasta
Serang – Panimbang APBN/APBD Kementerian/
BUMN,Swasta Lembaga, Pemda,
BUMN, Swasta
Semanan – Rajeg – APBN/APBD Kementerian/
Balaraja BUMN, Lembaga, Pemda,
Swasta BUMN, Swasta
Kamal – Teluk Naga – APBN/APBD Kementerian/
Rajeg BUMN, Lembaga, Pemda,
Swasta BUMN, Swasta
e. Rencana pengembangan jalan
nasional
Bayah – Cibarenok – Batas APBN Kementerian/ Lembaga
Provinsi Jawa Barat
Teluknaga – Bandara APBN Kementerian/ Lembaga
Soekarno Hatta
Serang – Pandeglang APBN Kementerian/ Lembaga
Pangarangan – Bayah – APBN Kementerian/ Lembaga
Batas Provinsi Jawa Barat,
Simpang 3 (tiga) Cilegon, APBN Kementerian/ Lembaga
Simpang 3 (tiga) Labuan, APBN Kementerian/ Lembaga
Simpang 3 (tiga) Tarogong, APBN Kementerian/ Lembaga
Merak – Suralaya – Pulo APBN Kementerian/ Lembaga
Ampel Bojonegara –
Cilegon,
Tangerang – Bandara APBN Kementerian/ Lembaga
Soekarno Hatta,
Labuan – Saketi – APBN Kementerian/ Lembaga
Pandeglang –
Rangkasbitung – Cipanas
– Batas Provinsi Jawa
Barat
f. Rencana pembangunan jalan
nasional
Jalan Cikande – Serang – APBN Kementerian/ Lembaga
Cilegon
Cipanas Warung Banten- APBN Kementerian/ Lembaga
Bayah
Jalan Tanjung Lesung - APBN Kementerian/Lembaga,
Sumur
Jalan lintas selatan APBN Kementerian/ Lembaga
Banten
g. Pengawasan dan pengendalian
jalan nasional berupa jembatan
timbang berlokasi di:
Cikande Kabupaten APBN Kementerian/ Lembaga
- 138 -

WAKTU PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI 5 Tahun ke I 5 Tahun ke II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA 2021- 2026-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2025 2030
Serang;
Cimanuk Kabupaten APBN Kementerian/ Lembaga
Pandeglang
h. Rencana Pengembangan sistem Provinsi Banten APBN, APBD, Kementerian/
jaringan transportasi angkutan BUMN, Lembaga, Pemda,
massal cepat terpadu berbasis Swasta BUMN, Swasta
jalan di seluruh Wilayah Provinsi
Banten
i. Rencana pengembangan sistem Provinsi Banten APBN, APBD, Kementerian/
jaringan transportasi angkutan BUMN, Lembaga, Pemda,
massal berbasis jalan dari dan Swasta BUMN, Swasta
menuju Bandara Soekarno-Hatta
j. Rencana pembangunan jalan Provinsi Banten APBN, APBD, Kementerian/
prospektif BUMN, Lembaga, Pemda,
Swasta BUMN, Swasta
2.1.2 Pengembangan jaringan jalan provinsi
2.1.2.1 Pengembangan jaringan
jalan provinsi
a. Peningkatan kapasitas
dan kualitas jaringan
jalan provinsi
Pakupatan – Palima, APBD Pemda
Palima - Pasang Teneng,
Ciruas - Petir - APBD/APBN Pemda, Kementerian/
Wr.Gunung, Lembaga
Lopang - Banten Lama, APBD Pemda
Jl. Akses Pelabuhan APBD Pemda
Karang Hantu,
Jl. Trip Jamaksari, APBD Pemda
Jl. Ayip Usman, APBD Pemda
Jl. A. Yani (Serang), APBD Pemda
Jl. Veteran, APBD Pemda
Jl. KH. Syam'un, APBD Pemda
Jl. Mayor Safei (Serang), APBD Pemda
Jl. Raya Cilegon (Serang), APBD Pemda
Jl. TB. A Katib (Serang), APBD Pemda
Jl. Yusuf Martadilaga APBD Pemda
(Serang),
Sempu - Dukuh Kawung, APBD Pemda
Simpang Taktakan - Gn. APBD Pemda
Sari,
Gn. Sari - Mancak – Anyer, APBD Pemda
Kramatwatu – Tonjong, APBD Pemda
Ciruas – Pontang, APBD Pemda
Parigi – Sukamanah, APBD Pemda
Ciomas – Mandalawangi, APBD Pemda
Jalan Yasin Beji, APBD Pemda
Jalan Raya Industri, APBD Pemda
Terate - Banten Lama APBD Pemda
Banten Lama – Pontang, APBD Pemda
Pontang – Kronjo APBD Pemda
Kronjo – Mauk APBD Pemda
- 139 -

WAKTU PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI 5 Tahun ke I 5 Tahun ke II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA 2021- 2026-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2025 2030
Mauk - Teluk Naga APBD Pemda
Teluk Naga – Dadap APBD Pemda
Citeras – Tigaraksa, APBD Pemda
Tigaraksa – APBD Pemda
Malangnengah,
Sp.Bitung – Curug, APBD Pemda
Curug - Legok - Parung APBD Pemda
Panjang,
Cisauk – Jaha, APBD Pemda
Jl.Beringin Raya APBD Pemda
Jl. Raya By Pass APBD Pemda
Tangerang (Jl. Sudirman),
Jl. M.H. Thamrin Kota APBD Pemda
Tangerang,
Jl. Raden Fatah (Ciledug), APBD Pemda
Jl.Raya Cipondoh (Jl. APBD Pemda
Hasyim Ashari),
Jl.Raya Ciledug (Jl. Hos APBD Pemda
Cokroaminoto),
Jl. Serpong Raya, APBD Pemda
Jl. Pahlawan Seribu, APBD Pemda
Jl. Serpong Parung, APBD Pemda
Jl. Aria Putra ( Ciputat), APBD Pemda
Jl. Raya Jombang APBD Pemda
Jl. Otto Iskandardinata APBD Pemda
(Ciputat),
Jl. H. Usman APBD Pemda
(Ciputat),
Jl. Pajajaran (Ciputat), APBD Pemda
Jl. Siliwangi, APBD Pemda
Jl. Puspitek Raya, APBD Pemda
Jl. Surya Kencana - APBD Pemda
Simpang Dr. Setiabudi,
Jl. Cabe Raya - Cireundeu APBD Pemda
Raya,
Jl. Serang - Pandeglang APBD Pemda
(Pandeglang),
Jl. A. Yani (Pandeglang), APBD Pemda
Jl. Tb. Asnawi APBD Pemda
(Pandeglang),
Jl. Abdul Rahim APBD Pemda
(Pandeglang),
Jl. Raya Labuan APBD Pemda
(Pandeglang),
Jl. Widagdo (Pandeglang), APBD Pemda
Jl. Pandeglang - APBD Pemda
Rangkasbitung
(Pandeglang),
Tanjung Lesung – Sumur APBD Pemda
Mengger-Mandalawangi- APBD Pemda
Caringin,
Saketi – Ciandur, APBD Pemda
- 140 -

WAKTU PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI 5 Tahun ke I 5 Tahun ke II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA 2021- 2026-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2025 2030
Picung – Munjul, APBD Pemda
Munjul - Panimbang , APBD Pemda
Cisekeut - Sobang – Tela, APBD Pemda
Munjul-Cikaludan- APBD Pemda
Cikeusik,
Jl. Sudirman (Labuan), APBD Pemda
Jl. Desa Teluk (Akses PPP APBD Pemda
Labuan),
Maja – Koleang, APBD Pemda
Saketi - Malingping - APBD Pemda
Simpang ,
Cipanas - Warung Banten, APBD Pemda
Bayah – Cikotok, APBD Pemda
Cikotok - Bts Jabar APBD Pemda
Gunung Madur - Pulau APBD Pemda
Manuk,
Jl. A. Yani APBD Pemda
(Rangkasbitung),
Jl. Sunan Kalijaga APBD Pemda
(Rangkasbitung),
Sp. Gading Serpong - APBD Pemda
Serenade - Kebon Nanas
b. Rencana Pembangunan Kota Serang APBN, APBD, Kementerian/ Lembaga
Jalan dari Gerbang Tol BUMN Swasta , Pemda, BUMN,
Serang Timur – Kawasan Swasta
Pusat Pemerintahan
c. Rencana pengembangan Provinsi Banten APBN, APBD, Kementerian/ Lembaga
sistem jaringan BUMN Swasta , Pemda, BUMN,
transportasi angkutan Swasta
massal berbasis jalan
dari dan menuju
Bandara Udara
Soekarno Hatta
d. Rencana pembangunan Provinsi Banten APBN, APBD, Kementerian/ Lembaga
sistem jaringan BUMN Swasta , Pemda, BUMN,
transportasi angkutan Swasta
massal cepat terpadu
berbasis jalan di
seluruh wilayah Provinsi
Banten
2.1.2.2 Pengembangan jaringan Provinsi Banten APBN, APBD, Kementerian/ Lembaga
jalan kolektor primer yang BUMN,Swasta , Pemda, BUMN,
menghubungkan antara Swasta
PKN dengan PKW dan antar
PKW;
2.1.2.3 Rencana Pembangunan Provinsi Banten APBN, APBD, Kementerian/ Lembaga
Akses tol/interchange, jalan BUMN,Swasta , Pemda, BUMN,
lingkar, simpang sebidang, Swasta
underpass, flyover, frontage
2.1.2.4 Pembangunan, peningkatan Jalan Kewenangan APBD Pemda
dan penetapan status Provinsi di Provinsi Banten
menjadi jalan provinsi
- 141 -

WAKTU PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI 5 Tahun ke I 5 Tahun ke II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA 2021- 2026-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2025 2030
2.1.3 Pengembangan Terminal
a. Peningkatan kapasitas dan
kualitas pelayanan terminal
penumpang tipe A meliputi:
Terminal Merak yaitu APBN Kementerian/ Lembaga
Kawasan Terminal
Terpadu Merak - Kota
Cilegon;
Terminal Pakupatan di APBN Kementerian/ Lembaga
Kota Serang;
Terminal Poris Plawad di APBN Kementerian/ Lembaga
Kota Tangerang
Terminal Kadubanen di APBN Kementerian/ Lembaga
Kabupaten Pandeglang
Terminal Kadu Agung APBN Kementerian/ Lembaga
Mandala/Mandala di
Kabupaten Lebak;
Terminal Balaraja di APBN Kementerian/ Lembaga
Kabupaten Tangerang;
Terminal Pondok Cabe di APBN Kementerian/ Lembaga
Kota Tangerang Selatan;
Terminal Labuan di APBN Kementerian/ Lembaga
Kabupaten Pandeglang;
dan
Terminal Malingping di APBN Kementerian/ Lembaga
Kabupaten Lebak.
b. Rencana pembangunan terminal
tipe A
Terminal Cikande di APBN Kementerian/ Lembaga
Kabupaten Serang
Terminal Cikupa di APBN Kementerian/ Lembaga
Kabupaten Tangerang
c. Pengembangan terminal
penumpang tipe B untuk melayani
angkutan antar kota dalam
provinsi dan angkutan
kota/pedesaan
Terminal Pasar Badak APBD Pemda
Pandeglang di Kabupaten
Pandeglang
Terminal Pasar Badak APBD Pemda
Pandeglang di Kabupaten
Pandeglang;
Terminal Bayah di APBD Pemda
Kabupaten Lebak;
Terminal Ciputat di Kota APBD Pemda
Tangerang Selatan;
Terminal Cadas, APBD Pemda
Jatiuwung di Kota
Tangerang;
Terminal Ciledug di Kota APBD Pemda
Tangerang;
- 142 -

WAKTU PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI 5 Tahun ke I 5 Tahun ke II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA 2021- 2026-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2025 2030
Terminal Cibeber/Seruni APBD Pemda
di Kota Cilegon; dan
Terminal Tanara di APBD Pemda
Kabupaten Serang

d. Rencana pembangunan Terminal Palima Kota Serang APBD Pemda


tipe B
2.1.4 Pengembangan jaringan kereta api
a. Pengembangan jaringan
prasarana kereta api yang
menghubungkan kawasan-
kawasan industri, simpul-simpul
transportasi utama yaitu
pembangunan jaringan
prasarana baru pada lintas:
Tonjong Baru – Pelabuhan APBN, BUMN Kementerian/
Bojonegara Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
Serpong – Tangerang – APBN, BUMN Kementerian/
Bandara Soekarno Hatta Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
Serang – Cikande – Cikupa APBN, BUMN Kementerian/
– Serpong Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
Manggarai – Bandara APBN, BUMN Kementerian/
Soekarno Hatta Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
Bandara Soekarno Hatta – APBN, BUMN Kementerian/
Pluit – Kota Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
Bojonegara – Pantura –
Tanjung Priuk
b. Pembangunan jaringan prasarana
kereta api baru pada Lintas
Parung Panjang – Serpong APBN, BUMN Kementerian/
– Citayam – Nambo – Swasta Lembaga,
Cikarang BUMN, Swasta
Serang – sepadan tol – APBN, BUMN Kementerian/
Balaraja Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
Balaraja – Jakarta – APBN, BUMN Kementerian/
Cikarang Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
c. Pengembangan angkutan
perkotaan terutama pada Lintas
Tangerang – Duri APBN, BUMN Kementerian/
Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
Merak – Cilegon – Serang – APBN, BUMN Kementerian/
Rangkasbitung – Serpong Swasta Lembaga,
– Tanah Abang BUMN, Swasta
d. Pengembangan jalur ganda kereta Jakarta – Kota Tangerang APBN, BUMN Kementerian/
- 143 -

WAKTU PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI 5 Tahun ke I 5 Tahun ke II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA 2021- 2026-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2025 2030
api Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
e. Pengembangan trayek kereta api
khusus lintas
Lintas Tanah Abang – APBN, BUMN Kementerian/
Cilegon Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
Tanah Abang – Cigading APBN, BUMN Kementerian/
Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
Jaringan jalur kereta api APBN, BUMN Kementerian/
khusus pada kawasan Swasta Lembaga,
industri BUMN, Swasta
f. Pengembangan stasiun kereta api
terpadu pada
Kawasan Terminal Merak APBN, BUMN Kementerian/
Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
Kawasan Bojonegara APBN, BUMN Kementerian/
Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
kawasan Bandara APBN, BUMN Kementerian/
Soekarno-Hatta Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
Kawasan Bandar Udara APBN, BUMN Kementerian/
Banten Selatan Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
Kawasan Bumi Serpong APBN, BUMN Kementerian/
Damai Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
g. Pembangunan jalur ganda dan Maja – Rangkasbitung – APBN, BUMN Kementerian/
elektrifikasi Merak Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
h. Pembangunan lintas baru Cilegon – Anyer Kidul – APBN, BUMN Kementerian/
Labuan – Panimbang Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
i. Pembangunan infrastruktur Kereta Api Express SHIA APBN, BUMN Kementerian/
kereta api dalam kota jalur Soekarno Hatta – Swasta Lembaga,
Sudirman BUMN, Swasta
j. Peningkatan akses jaringan Cilegon – Serang – APBN, BUMN Kementerian/
prasarana dan pelayanan di Pandeglang – Swasta Lembaga,
kawasan perkotaan Rangkasbitung BUMN, Swasta
k. Peningkatan kapasitas dan Merak – Cilegon – Serang – APBN, BUMN Kementerian/
kualitas jaringan prasarana Tangerang – Jakarta Swasta Lembaga,
kereta api pada lintas BUMN, Swasta
l. Peningkatan kapasitas dan
kualitas jaringan prasarana
kereta api yang padat melayani
transportasi perkotaan
Rangkasbitung – Serpong APBN, BUMN Kementerian/
– Tanah Abang Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
Lintas Tangerang – Duri APBN, BUMN Kementerian/
- 144 -

WAKTU PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI 5 Tahun ke I 5 Tahun ke II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA 2021- 2026-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2025 2030
Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
m. Peningkatan aspek keselamatan Jalan Nasional, Jalan APBN, BUMN Kementerian/
transportas kereta api dengan Provinsi, Jalan Swasta Lembaga,
pengembangan penyediaan Kabupaten/Kota di BUMN, Swasta
sarana dan prasarana Provinsi Banten
keselamatan terutama
perlintasan sebidang pada ruas
jalan provinsi yang kepadatan
lalu lintas kendaraannya tinggi
n. Peningkatan pelayanan sarana
dan prasarana Stasiun
Stasiun Merak di Kota APBN, BUMN Kementerian/
Cilegon Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
Stasiun Krenceng di Kota APBN, BUMN Kementerian/
Cilegon Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
Stasiun Serang di Kota APBN, BUMN Kementerian/
Serang Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
Stasiun Rangkasbitung di APBN, BUMN Kementerian/
Kabupaten Lebak Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
Stasiun Pasar Anyar di APBN, BUMN Kementerian/
Kota Tangerang, Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
Stasiun Serpong di Kota APBN, BUMN Kementerian/
Tangerang Selatan Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
Stasiun Maja di APBN, BUMN Kementerian/
Kabupaten Lebak Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
o. Rencana pengembangan dan Provinsi Banten APBN, APBD, Kementerian/
pembangunan stasiun kereta api BUMN, Lembaga, Pemda,
diatur sesuai dengan ketentuan Swasta BUMN, Swasta
perundang-undangan yang
berlaku
p. Pengaktifan kembali jalur kereta
api lintas
Ciwandan – Anyer Kidul APBN, BUMN Kementerian/
Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
Rangkasbitung – Saketi – APBN, BUMN Kementerian/
Labuan Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
Saketi – Malingping – APBN, BUMN Kementerian/
Bayah Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
q. Perbaikan jaringan kereta api
Rangkasbitung – Saketi – APBN, BUMN Kementerian/
Malimping – Bayah Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
- 145 -

WAKTU PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI 5 Tahun ke I 5 Tahun ke II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA 2021- 2026-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2025 2030
Saketi – Labuan APBN, BUMN Kementerian/
Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
r. Rencana Pengembangan Jalur KA lintasan Panimbang –
Cibaliung – Malingping;
s. Rencana Pembangunan Jalur KA Merak – Bandara APBN, BUMN Kementerian/
Soekarno Hatta Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
t. Rencana pembangunan Terminal Kecamatan Jambe APBN Kementerian/ Lembaga
Terpadu/Dryport Kabupaten Tangerang
u. Pengembangan angkutan massal Cilegon – Serang – APBN, APBD, Kementerian/
cepat terpadu berbasis rel Pandeglang – BUMN, Lembaga, Pemda,
Rangkasbitung Swasta BUMN, Swasta
v. Pembangunan angkutan massal Cikarang – Jakarta – APBN, APBD, Kementerian/
cepat terpadu berbasis rel dari Balaraja – Serang BUMN, Lembaga, Pemda,
wilayah timur ke wilayah barat Swasta BUMN, Swasta
w. Pengembangan transportasi cepat
terpadu berbasis rel perkotaan
Kota Tangerang APBN, APBD, Kementerian/
BUMN, Lembaga, Pemda,
Swasta BUMN, Swasta
Kota Tangerang Selatan APBN, APBD, Kementerian/
BUMN, Lembaga, Pemda,
Swasta BUMN, Swasta
x. Rencana pembangunan Provinsi Banten APBN, APBD, Kementerian/
berorientasi angkutan masal BUMN, Lembaga, Pemda,
(Transit Oriented Development Swasta BUMN, Swasta
/TOD)
y. Rencana pengembangan Provinsi Banten APBN, APBD, Kementerian/
angkutan massal dari dan BUMN, Lembaga, Pemda,
menuju Bandara Udara Soekarno Swasta BUMN, Swasta
Hatta
z. Rencana pembangunan sistem Provinsi Banten APBN, APBD, Kementerian/
transportasi massal BUMN, Lembaga, Pemda,
Swasta BUMN, Swasta
2.1.5 Pengembangan jaringan angkutan sungai, danau dan penyeberangan
a. Rencana pengembangan
pelayanan angkutan
penyeberangan yang melayani
pulau-pulau berpenghuni
Cituis – Kepulauan Seribu APBD, APBN Pemda, Kementerian/
Lembaga, BUMN
Tanjungkait – Kepulauan APBD, APBN Pemda, Kementerian/
Seribu Lembaga, BUMN
Tanjungpasir – Kepulauan APBD, APBN Pemda, Kementerian/
Seribu Lembaga, BUMN
Dadap – Kepulauan Seribu APBD, APBN Pemda, Kementerian/
Lembaga, BUMN
Karangantu – Pulau Tunda APBD Pemda
Grenjang – Pulau Panjang APBD Pemda
Sumur – Pulau Panaitan APBD Pemda
Muarabinuangeun – Pulau APBD Pemda
Deli
- 146 -

WAKTU PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI 5 Tahun ke I 5 Tahun ke II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA 2021- 2026-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2025 2030
Labuan – Pulau Sangiang APBD Pemda
Merak – Kepulauan Anak APBD Pemda
Gunung Krakatau
b. Rencana Merak Kota Cilegon APBN Kementerian/
pembangunan/pengembangan Lembaga, BUMN
Dermaga Penyeberangan Merak
c. Rencana pengembangan Merak Kota Cilegon APBN Kementerian/
Pelabuhan Penyebrangan Merak Lembaga, BUMN
sebagai Pelabuhan Kelas I
d. Rencana pembangunan Kabupaten Serang APBN Kementerian/
Pelabuhan Penyebrangan Lembaga, BUMN
Margagiri sebagai Pelabuhan
Kelas I
e. Rencana Pengembangan Provinsi Banten APBN Kementerian/
angkutan sungai pada sungai- Lembaga, BUMN
sungai yang berpotensi dan
memenuhi persyaratan
f. Rencana Pengembangan Provinsi Banten APBN Kementerian/
angkutan danau/waduk pada Lembaga, BUMN
danau/waduk yang berpotensi
dan memenuhi persyaratan
g. Rencana pembangunan sarana Provinsi Banten APBN Kementerian/
dan prasarana penunjang Lembaga, BUMN
angkutan sungai, danau dan
penyeberangan.
h. Rencana pengembangan Provinsi Banten APBN Kementerian/
angkutan perintis pada daerah Lembaga, BUMN
terpencil dan atau terisolir
i. Rencana Pembangunan
Pelabuhan Sungai dan Danau
sebagai Pelabuhan Pengumpan
Pelabuhan Panimbang, APBN, APBD, Kementerian/
BUMN, Lembaga, Pemda,
Swasta BUMN, Swasta
Bojongmanik APBN, APBD, Kementerian/
BUMN, Lembaga, Pemda,
Swasta BUMN, Swasta
Pontang APBN, APBD, Kementerian/
BUMN, Lembaga, Pemda,
Swasta BUMN, Swasta
Tirtayasa APBN, APBD, Kementerian/
BUMN, Lembaga, Pemda,
Swasta BUMN, Swasta
Carenang, APBN, APBD, Kementerian/
BUMN, Lembaga, Pemda,
Swasta BUMN, Swasta
Kragilan, APBN, APBD, Kementerian/
BUMN, Lembaga, Pemda,
Swasta BUMN, Swasta
Cikande, APBN, APBD, Kementerian/
BUMN, Lembaga, Pemda,
Swasta BUMN, Swasta
Kasemen, APBN, APBD, Kementerian/
- 147 -

WAKTU PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI 5 Tahun ke I 5 Tahun ke II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA 2021- 2026-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2025 2030
BUMN, Lembaga, Pemda,
Swasta BUMN, Swasta
Cihara, APBN, APBD, Kementerian/
BUMN, Lembaga, Pemda,
Swasta BUMN, Swasta
Pakuhaji APBN, APBD, Kementerian/
BUMN, Lembaga, Pemda,
Swasta BUMN, Swasta
Sepatan APBN, APBD, Kementerian/
BUMN, Lembaga, Pemda,
Swasta BUMN, Swasta
2.2 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Laut
a. Pengembangan Pelabuhan Utama Kota Cilegon APBN, BUMN Kementerian/ Lembaga
Banten/Ciwandan Swasta BUMN, Swasta
b. Pengembangan dan pembangunan Bojonegara di Kabupaten APBN, BUMN Kementerian/ Lembaga
Pelabuhan Utama, Pelabuhan Serang Swasta BUMN, Swasta
Pengumpul dan Pelabuhan Peti Kemas
Bojonegara
c. Pengembangan Pelabuhan untuk
dikembangkan menjadi pelabuhan
utama
Merak Mas APBN, BUMN Kementerian/ Lembaga
Swasta BUMN, Swasta
d. Pengembangan Pelabuhan Pengumpul :
Pelabuhan Pengumpul APBN, BUMN Kementerian/ Lembaga
Merak Kota Cilegon Swasta BUMN, Swasta
Pelabuhan Pengumpul APBN, APBD Kementerian/
Warnasari Kota Cilegon BUMN, Lembaga, Pemda
Swasta BUMN, Swasta
e. Pengembangan Pelabuhan Pengumpan Karangantu APBN, APBD, Kementerian/
Regional dan Pelabuhan Pengumpul BUMN, Lembaga, Pemda,
Swasta BUMN, Swasta
f. Pengembangan Pelabuhan Pengumpan
Regional
Anyer Lor APBN, APBD, Kementerian/
BUMN, Lembaga, Pemda,
Swasta BUMN, Swasta
Labuan APBN, APBD, Kementerian/
BUMN, Lembaga, Pemda,
Swasta BUMN, Swasta
g. Rencana lokasi Pelabuhan Pengumpan
Lokal
Pelabuhan Bayah APBN, APBD, Kementerian/
BUMN, Lembaga, Pemda,
Swasta BUMN, Swasta
Muarabinuangeun APBN, APBD, Kementerian/
BUMN, Lembaga, Pemda,
Swasta BUMN, Swasta
Panimbang APBN, APBD, Kementerian/
BUMN, Lembaga, Pemda,
Swasta BUMN, Swasta
Genyang-Puloampel APBN, APBD, Kementerian/
BUMN, Lembaga, Pemda,
- 148 -

WAKTU PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI 5 Tahun ke I 5 Tahun ke II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA 2021- 2026-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2025 2030
Swasta BUMN, Swasta
Pasauran APBN, APBD, Kementerian/
BUMN, Lembaga, Pemda,
Swasta BUMN, Swasta
Pulopanjang-Puloampel APBN, APBD, Kementerian/
BUMN, Lembaga, Pemda,
Swasta BUMN, Swasta
Tanjung Leneng APBN, APBD, Kementerian/
BUMN, Lembaga, Pemda,
Swasta BUMN, Swasta
Terate APBN, APBD, Kementerian/
BUMN, Lembaga, Pemda,
Swasta BUMN, Swasta
Pulotunda-Tirtayasa APBN, APBD, Kementerian/
BUMN, Lembaga, Pemda,
Swasta BUMN, Swasta
Lontar-Pontang APBN, APBD, Kementerian/
BUMN, Lembaga, Pemda,
Swasta BUMN, Swasta
h. Pengembangan Lokasi Wilayah Kerja
Pelabuhan Pengumpan Lokal
Cituis APBN, APBD, Kementerian/
BUMN, Lembaga, Pemda,
Swasta BUMN, Swasta
Kresek/Kronjo APBN, APBD, Kementerian/
BUMN, Lembaga, Pemda,
Swasta BUMN, Swasta
Rencana lokasi Pelabuhan Pengumpan Lokal Muara Dadap Kabupaten APBN, APBD, Kementerian/
dan Peningkatan dan pengembangan untuk Tangerang BUMN, Lembaga, Pemda,
menjadi Pelabuhan Pengumpan Regional Swasta BUMN, Swasta
i. Pengembangan Pelabuhan Cigading Kota Cilegon APBN, APBD, Kementerian/
sebagai Terminal Umum Multipurpose BUMN, Lembaga, Pemda,
KBS Cigading dan sebagai pelabuhan Swasta BUMN, Swasta
pengumpul
j. Pengembangan terminal khusus untuk
mendukung potensi industri, pariwisata,
pertanian, dan pertambangan
Kabupaten Lebak BUMN, BUMN, Swasta
Swasta
Kabupaten Pandeglang, BUMN, BUMN, Swasta
Swasta
Kabupaten Serang BUMN, BUMN, Swasta
Swasta
Kabupaten Tangerang BUMN, BUMN, Swasta
Swasta
k. Pengembangan pelayanan sarana dan Provinsi Banten APBD Pemda
prasarana pelabuhan laut dan
penyeberangan perintis yang melayani
pulau-pulau kecil dan terisolir
l. Rencana pembangunan pelabuhan
regional multifungsi
Kecamatan Bayah APBN, BUMN Kementerian/ Lembaga
Kabupaten Lebak Swasta BUMN, Swasta
- 149 -

WAKTU PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI 5 Tahun ke I 5 Tahun ke II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA 2021- 2026-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2025 2030
Panimbang Kabupaten APBN, BUMN Kementerian/ Lembaga
Pandeglang Swasta BUMN, Swasta
2.3 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Udara
a. Rencana pembangunan terminal 3 dan Bandara Udara Soekarno - APBN, BUMN Kementerian/
pengembangan Bandara Udara Soekarno Hatta Swasta Lembaga,
Hatta sesuai dengan hierarkinya sebagai BUMN, Swasta
bandara pengumpul primer
b. Pengembangan bandar udara yang Bandara Udara Budiarto APBN, BUMN Kementerian/
diperuntukan khusus sebagai pusat di Kabupaten Tangerang Swasta Lembaga,
pendidikan dan latihan penerbangan di BUMN, Swasta
Indonesia
c. Pengembangan kawasan Lapangan Lapangan Terbang Pondok APBN, BUMN Kementerian/
Terbang Cabe di Kota Tangerang Swasta Lembaga,
Selatan BUMN, Swasta
d. Pengembangan bandar udara khusus Bandara Udara Gorda di APBN, BUMN Kementerian/
untuk kepentingan pertahanan dan sipil; Kabupaten Serang Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
e. Pembangunan Bandar Udara Banten Kabupaten Pandeglang APBN, BUMN Kementerian/
Selatan sebagai pengumpul Swasta Lembaga,
sekuder/tersier; BUMN, Swasta
f. Pengembangan bandara udara khusus Provinsi Banten APBN, BUMN Kementerian/
untuk mendukung pertumbuhan Swasta Lembaga,
kebutuhan pelayanan angkutan barang BUMN, Swasta
ekspor impor
g. Pembangunan, pengembangan dan Provinsi Banten APBN, BUMN Kementerian/
memantapkan jaringan pelayanan Swasta Lembaga,
angkutan udara pada rute-rute BUMN, Swasta
penerbangan domestik dan internasional
h. Peningkatan pengawasan dan Provinsi Banten APBN, BUMN Kementerian/
pengendalian kegiatan pembangunan Swasta Lembaga,
pada Kawasan Keselamatan Operasi BUMN, Swasta
Penerbangan
i. Rencana pembangunan Bandara Udara
Bandara Udara APBN, BUMN Kementerian/
Pangarangan/Cihara di Swasta Lembaga,
Kabupaten Lebak BUMN, Swasta
Bandara Udara Maja di APBN, BUMN Kementerian/
Kabupaten Lebak Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
3. Rencana Sistem Prasarana Lainnya
3.1 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Energi
3.1.1 Rencana pengembangan pembangkit
tenaga listrik
a. Rencana Pengembangan dan
Pembangunan PLTU meliputi
1) PLTU Labuan 1-2 Kabupaten Pandeglang; APBN, BUMN Kementerian/
Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
2) PLTU Suralaya 1-8 Kota Cilegon APBN, BUMN Kementerian/
Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
3) PLTU 1-3 Kabupaten Tangerang APBN, BUMN Kementerian/
Swasta Lembaga,
- 150 -

WAKTU PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI 5 Tahun ke I 5 Tahun ke II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA 2021- 2026-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2025 2030
BUMN, Swasta
4) PLTU Banten Kabupaten Serang APBN, BUMN Kementerian/
Swasta Lembaga,
BUMN, Swasta
5) PLTU Jawa 7 Kramatwatu Kabupaten APBN, BUMN Kementerian/Lembaga
Serang Swasta BUMN, Swasta
6) PLTU Lontar #4 Kabupaten Tangerang APBN, BUMN Kementerian/Lembaga
Swasta BUMN, Swasta
7) PLTU Jawa 9 Kabupaten Serang APBN, BUMN Kementerian/Lembaga
Swasta BUMN, Swasta
8) PLTU Jawa 6 atau indikasi Kabupaten Serang, Kota APBN, BUMN Kementerian/Lembaga
lokasi di PLTU Suralaya Cilegon Swasta BUMN, Swasta
#9,10
9) PLTU Jawa-5 Kabupaten Tangerang APBN, BUMN Kementerian/Lembaga
Swasta BUMN, Swasta
b. Rencana Pengembangan dan
Pembangunan PLTM meliputi
1) Cikotok Kabupaten Lebak ; APBN, APBD Kementerian/Lembaga,
BUMN, Pemda, BUMN, Swasta
Swasta
2) PLTM Bojong Cisono Kabupaten Lebak APBN, APBD Kementerian/Lembaga,
BUMN, Pemda, BUMN, Swasta
Swasta
3) PLTM Bulakan Kabupaten Serang APBN, APBD Kementerian/Lembaga,
BUMN, Pemda, BUMN, Swasta
Swasta
4) PLTM Cisimeut Kabupaten Lebak APBN, APBD Kementerian/Lembaga,
BUMN, Pemda, BUMN, Swasta
Swasta
5) PLTM Cidanau Kabupaten Serang APBN, APBD Kementerian/Lembaga,
BUMN, Pemda, BUMN, Swasta
Swasta
6) PLTM Cikidang Kabupaten Lebak APBN, APBD Kementerian/Lembaga,
BUMN, Pemda, BUMN, Swasta
Swasta
7) PLTM Cisungsang II Kabupaten Lebak APBN, APBD Kementerian/Lembaga,
BUMN, Pemda, BUMN, Swasta
Swasta
8) PLTM Karang Ropong Kabupaten Lebak APBN, APBD Kementerian/Lembaga,
(Cibareno 1) BUMN, Pemda, BUMN, Swasta
Swasta
9) PLTM Cibareno Kabupaten Lebak APBN, APBD Kementerian/Lembaga,
BUMN, Pemda, BUMN, Swasta
Swasta
10) PLTM Pasundan Kabupaten Lebak APBN, APBD Kementerian/Lembaga,
BUMN, Pemda, BUMN, Swasta
Swasta
11) PLTM Cisiih Mandiri Kabupaten Lebak APBN, APBD Kementerian/Lembaga,
BUMN, Pemda, BUMN, Swasta
Swasta
12) PLTM Cisiih Leutik Kabupaten Lebak APBN, BUMN Kementerian/Lembaga
Swasta BUMN, Swasta
- 151 -

WAKTU PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI 5 Tahun ke I 5 Tahun ke II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA 2021- 2026-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2025 2030
13) PLTM Nagajaya Kabupaten Lebak APBN, BUMN Kementerian/Lembaga
Swasta BUMN, Swasta
c. Rencana Pengembangan PLTB
meliputi :
1) PLTB Pandeglang Kabupaten Pandeglang APBN, BUMN Kementerian/Lembaga
Swasta BUMN, Swasta
2) PLTB Lebak Kabupaten Lebak APBN, BUMN Kementerian/Lembaga
Swasta BUMN, Swasta
d. Rencana Pengembangan PLTGU
meliputi :
1) PLTGU/MG Jawa-Bali 3 Kabupaten Serang APBN, BUMN Kementerian/Lembaga
Swasta BUMN, Swasta
2) PLTGU Jawa-4 Bojonegara Kabupaten Serang APBN, BUMN Kementerian/Lembaga
Swasta BUMN, Swasta
3) PLTGU Cilegon Kota Cilegon APBN, BUMN Kementerian/Lembaga
Swasta BUMN, Swasta
e. Rencana Pengembangan Kabupaten Serang APBN, BUMN Kementerian/Lembaga
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Swasta BUMN, Swasta
(PLTD) dalam melayani
kebutuhan listrik bagi
masyarakat di daerah terpencil di
PLTD Pulau Panjang dan PLTD
Pulau Tunda
f. Rencana Pengembangan PLTP,
meliputi :
1) PLTP Rawa Danau Kabupaten Serang dan APBN, BUMN Kementerian/Lembaga
Kabupaten Pandeglang Swasta BUMN, Swasta
2) PLTP di G. Endut Kabupaten Lebak APBN, BUMN Kementerian/Lembaga
Swasta BUMN, Swasta
g. Rencana pengembangan Energi
Baru Terbarukan/EBT berupa
Energi Hidro dan Biomassa
Kabupaten Pandeglang, APBN, APBD Kementerian/Lembaga,
BUMN, Pemda, BUMN, Swasta
Swasta
Kabupaten Serang APBN, APBD Kementerian/Lembaga,
BUMN, Pemda, BUMN, Swasta
Swasta
Kabupaten Lebak APBN, APBD Kementerian/Lembaga,
BUMN, Pemda, BUMN, Swasta
Swasta
h. Rencana pembangunan Provinsi Banten APBN, BUMN Kementerian/Lembaga
Pembangkit Listrik Tenaga Swasta BUMN, Swasta
Sampah (PLTSa)
i. Rencana pembangunan tenaga Provinsi Banten APBN, BUMN Kementerian/Lembaga
listrik tenaga matahari (PLTS) Swasta BUMN, Swasta
j. Rencana pembangunan dan Provinsi Banten APBN, BUMN Kementerian/Lembaga
pengembangan pembangkit listrik Swasta BUMN, Swasta
lainnya diatur sesuai dengan
kebijakan pemerintah yang
ditetapkan oleh peraturan
perundang-undangan
- 152 -

WAKTU PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI 5 Tahun ke I 5 Tahun ke II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA 2021- 2026-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2025 2030
3.1.2 Rencana pengembangan jaringan
pipa minyak dan gas bumi
Rencana pembangunan jaringan gas Provinsi Banten APBN, BUMN Kementerian/Lembaga
bumi untuk rumah tangga Swasta BUMN, Swasta
3.1.3 Rencana pengembangan jaringan
transmisi tenaga listrik
a. Saluran Udara Tegangan Ekstra Provinsi Banten APBN, BUMN Kementerian/Lembaga
Tinggi (SUTET) dan Saluran Swasta BUMN, Swasta
Udara Tegangan Tinggi (SUTT)
b. Sistem jaringan distribusi dan Provinsi Banten APBN, BUMN Kementerian/Lembaga
jaringan tegangan rendah Swasta BUMN, Swasta
c. Pembangunan Gardu Induk Provinsi Banten APBN, BUMN Kementerian/Lembaga
Tegangan Ekstra Tinggi Swasta BUMN, Swasta
d. Pembangunan Transmisi Provinsi Banten APBN, BUMN Kementerian/Lembaga
Interkoneksi Sumatera - Jawa Swasta BUMN, Swasta
3.2 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Telekomunikasi
3.2.1 Pembangunan serat optik antar Provinsi Banten APBN, BUMN Kementerian/Lembaga
kabupaten/kota Swasta BUMN, Swasta
3.2.2 Pengembangan transmisi penyiaran Provinsi Banten APBN, BUMN Kementerian/Lembaga
Swasta BUMN, Swasta
3.2.3 Pengembangan , pengendalian dan Provinsi Banten APBN, BUMN Kementerian/Lembaga
pembangunan menara Base Swasta BUMN, Swasta
Transceiver Station untuk
keterpaduan penggunaan tower
bersama.
3.3 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Sumber Daya Air
3.3.1 Rencana pengembangan sistem
jaringan sumber daya air :
a. Rencana pembangunan Kabupaten Lebak APBN, BUMN Kementerian/Lembaga,
Bendungan Karian BUMN
b. Rencana pembangunan Kabupaten Serang dan APBN,APBD, Kementerian/Lembaga,
Bendungan Sindangheula Kota Serang BUMN Pemda, BUMN
c. Pengembangan Bendungan Kabupaten Serang APBN, APBD, Kementerian/Lembaga,
Cidanau BUMN Pemda, BUMN
d. Pengembangan Bendungan Pasir Kabupaten Lebak APBN, BUMN Kementerian/Lembaga,
Kopo BUMN
e. Pengembangan Bendung Ciliman Kabupaten Lebak APBN, APBD, Kementerian/Lembaga,
BUMN Pemda, BUMN
f. Pengembangan Bendung Cibaliung di Kabupaten APBN, APBD, Kementerian/Lembaga,
Cibaliung Pandeglang BUMN Pemda, BUMN
g. Pen gembangan Bendung Pamarayan di Kabupaten APBN, APBD, Kementerian/Lembaga,
Pamarayan Serang BUMN Pemda, BUMN
h. Pengembangan Bendung Ranca Ranca Sumur di APBN, APBD, Kementerian/Lembaga,
Sumur Kabupaten Tangerang BUMN Pemda, BUMN
i. Pengembangan Bendung Pasar Pasar Baru di Kota APBN, APBD, Kementerian/Lembaga,
Baru Tangerang BUMN Pemda, BUMN
j. Pengembangan Bendung Cisadane Pintu Air APBN, APBD, Kementerian/Lembaga,
Cisadane Pintu air Sepuluh Sepuluh di Kota BUMN Pemda, BUMN
Tangerang
k. Pemeliharaan CAT Rawa Danau Rawa Danau di Serang – APBD Pemda
Pandeglang
l. Pemeliharaan CAT Serang- Serang – Tangerang APBD Pemda
Tangerang
- 153 -

WAKTU PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI 5 Tahun ke I 5 Tahun ke II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA 2021- 2026-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2025 2030
m. Pemeliharaan CAT Labuhan Labuhan Kabupaten APBD Pemda
Pandeglang
n. Pemeliharaan CAT Malimping Malingping Kabupaten APBD Pemda
Lebak
o. Pemeliharaan CAT Jakarta Kabupaten Tangerang, APBD Pemda
Kota Tangerang dan Kota
Tangerang selatan
p. Pemeliharaan situ, waduk,
danau, dan rawa untuk kolam
penyimpanan
Kabupaten Lebak APBN, APBD Kementerian/Lembaga,
Pemda
Kabupaten Pandeglang APBN, APBD Kementerian/Lembaga,
Pemda
Kabupaten Serang APBN, APBD Kementerian/Lembaga,
Pemda
Kabupaten Tangerang APBN, APBD Kementerian/Lembaga,
Pemda
Kota Tangerang APBN, APBD Kementerian/Lembaga,
Pemda
Kota Tangerang Selatan APBN, APBD Kementerian/Lembaga,
Pemda
Kota Cilegon APBN, APBD Kementerian/Lembaga,
Pemda
Kota Serang APBN, APBD Kementerian/Lembaga,
Pemda
q. Pengembangan Bendungan eks Kabupaten Pandeglang APBN, APBD Kementerian/Lembaga,
Teluk Lada Pemda
r. Pengembangan Bendungan Kabupaten Pandeglang APBN, APBD Kementerian/Lembaga,
Citeluk Pemda
s. Pengembangan sumber air baku Provinsi Banten APBN, APBD Kementerian/Lembaga,
dari aliran sungai di Daerah Pemda
dengan mempertimbangkan daya
dukung sumberdaya air
t. Pembangunan Saluran Pembawa Kabupaten Lebak APBN, APBD Kementerian/Lembaga,
Air Baku Waduk Karian Pemda

u. Pembangunan infrastruktur Provinsi Banten APBN, APBD Kementerian/Lembaga,


pengendalian banjir di wilayah Pemda
Provinsi Banten
v. Perencanaan Pembangunan Provinsi Banten APBN, APBD, Kementerian/Lembaga,
Pemanfaatan air laut sebagai BUMN, Pemda, BUMN, Swasta
sumber air bersih Swasta
3.3.2 Peningkatan Dan Pemeliharaan
Pengelolaan Daerah Irigasi (DI)
a. Daerah Irigasi Cicinta Kabupaten Serang dan APBD Pemda
Kabupaten Lebak,;
b. Daerah Irigasi Cibanten Kota Serang APBD Pemda
c. Daerah Irigasi Cipari/Ciwuni Kabupaten Serang; APBD Pemda
d. Daerah Irigasi Cisangu Atas Kabupaten Serang dan APBD Pemda
Kabupaten Lebak
e. Daerah Irigasi Cisangu Bawah Kabupaten Serang,; APBD Pemda
f. Daerah Irigasi Ciwaka Bawah Kabupaten Serang dan APBD Pemda
- 154 -

WAKTU PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI 5 Tahun ke I 5 Tahun ke II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA 2021- 2026-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2025 2030
Kota Serang,;
g. Daerah Irigasi Cisata Kabupaten Pandeglang; APBD Pemda
h. Daerah Irigasi Pasir Eurih Kabupaten Pandeglang; APBD Pemda
i. Daerah Irigasi Cilemer Kabupaten Pandeglang APBD Pemda
dan Kabupaten Lebak;
j. Daerah Irigasi Cibinuangeun Kabupaten Lebak APBD Pemda
k. Daerah Irigasi Cikoncang Kabupaten Lebak APBD Pemda
l. Daerah Irigasi Cilangkahan I Kabupaten Lebak; APBD Pemda
m. Daerah Irigasi Kadugenep Kabupaten Pandeglang APBD Pemda
dan Kabupaten Serang
n. Daerah Irigasi Cikarang Udik Kabupaten Serang dan APBD Pemda
Kota Serang,;
o. Daerah Irigasi Cihara Kabupaten Lebak APBD Pemda
p. Daerah Irigasi Cikamunding I Kabupaten Lebak; APBD Pemda
q. Daerah Irigasi Cikamunding II Kabupaten Lebak; APBD Pemda
r. Daerah Irigasi Cimanyangray Kabupaten Lebak; APBD Pemda
s. Daerah Irigasi Cipalabuh Kabupaten Lebak; APBD Pemda
t. Daerah Irigasi Cisiih di Kabupaten Lebak; APBD Pemda
Kabupaten Lebak;
u. Daerah Irigasi Cikalumpang Kabupaten Serang. APBD Pemda
3.3.3 Pembangunan atau peningkatan
jaringan Irigasi
D.I. Cisadane APBN, APBD Kementerian/Lembaga,
Pemda
DI .Cibaliung APBN, APBD Kementerian/Lembaga,
Pemda
DI Ciliman APBN, APBD Kementerian/Lembaga,
Pemda
3.3.4 Peningkatan dan Pemeliharaan Kabupaten Lebak dan APBN, APBD Kementerian/Lembaga,
Rehabilitasi jaringan Irigasi Eks Kabupaten Pandeglang Pemda
Teluk Lada
3.3.5 Rehabilitasi Daerah Irigasi
DI Ciujung APBN/APBD Kementerian/Lembaga,
Pemda
DI Cisadane APBN/APBD Kementerian/Lembaga,
Pemda
DI Cidurian APBN/APBD Kementerian/Lembaga,
Pemda
3.3.6 Pembangunan Irigasi

Di Ciseukeut APBD Pemda

DI Cikaduan APBD Pemda

DI Cipatujah APBD Pemda

DI Caringin APBD Pemda

3.3.7 Pengelolaan Wilayah Sungai


WS Cidanau – Ciujung – APBN/APBD Kementerian/Lembaga,
Cidurian Pemda
WS Ciliwung – Cisadane APBN/APBD Kementerian/Lembaga,
- 155 -

WAKTU PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI 5 Tahun ke I 5 Tahun ke II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA 2021- 2026-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2025 2030
Pemda
WS Ciliman – Cibungur APBN/APBD Kementerian/Lembaga,
Pemda
WS Cibaliung – Cisawarna APBN/APBD Kementerian/Lembaga,
Pemda
3.4 Perencanaan Dan Pembangunan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Lainnya
3.4.1 Pengembangan Tempat
pengolahan sisa hasil produksi
yang ramah lingkungan
Kabupaten Tangerang APBN/APBD Kementerian/Lembaga,
untuk melayani WKP I Pemda
Kabupaten Serang untuk APBN/APBD Kementerian/Lembaga,
melayani WKP II Pemda
Kabupaten Pandeglang APBN/APBD Kementerian/Lembaga,
dan Kabupaten Lebak Pemda
untuk melayani WKP III.
3.4.2 Rencana pembangunan Pusat Kecamatan Jayanti APBD Pemda
Distribusi Provinsi/Regional Kabupaten Tangerang
Kecamatan Petir APBD Pemda
Kabupaten Serang
- 156 - LAMPIRAN IV INDIKASI PROGRAM PEMANFAATAN
RUANG LIMA TAHUNAN
PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN
NOMOR 5 TAHUN 2017
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI
BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN
2. PERWUJUDAN RENCANA POLA RUANG 2010-2030

WAKTU PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI 5 Tahun ke I 5 Tahun Ke II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA 2021- 2026-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2025 2030
1 Rencana Pengendalian Kawasan Lindung
1.1 Rehabilitasi dan Perlindungan Kawasan Hutan Lindung
KabupatenSerang APBN Kementerian/Lembaga
KabupatenPandegl APBN Kementerian/Lembaga
ang
Kabupaten Lebak APBN Kementerian/Lembaga
Kabupaten APBN Kementerian/Lembaga
Tangerang
Kota Cilegon APBN Kementerian/Lembaga
1.2 Pengendalian Kawasan yang memberikan perlindungan t erhadap kawasan bawahannya
Rehabilitasi dan Perlindungan Kawasan resapan air
Kabupaten Serang APBN Kementerian/Lembaga
Kabupaten APBN Kementerian/Lembaga
Pandeglang
Kabupaten Lebak APBN Kementerian/Lembaga
1.3 Pengendalian Kawasan Perlindungan Setempat
1.3.1 Rehabilitasi dan Perlindungan Sempadan pantai
Kabupaten Serang APBN Kementerian/Lembaga
Kota Serang APBN Kementerian/Lembaga
Kabupaten APBN Kementerian/Lembaga
Tangerang
Kabupaten APBN Kementerian/Lembaga
Pandeglang
Kabupaten lebak APBN Kementerian/Lembaga
Kota Cilegon APBN Kementerian/Lembaga
1.3.2 Rehabilitasi dan Perlindungan Sempadan sungai
DAS Ciujung APBN, APBD Kementerian/Lembaga
, Pemda
DAS Cidurian APBN, APBD Kementerian/Lembaga
, Pemda
DAS Cilemer APBN, APBD Kementerian/Lembaga
, Pemda
DAS Ciliman APBN, APBD Kementerian/Lembaga
, Pemda
DAS Cibanten APBN, APBD Kementerian/Lembaga
, Pemda
DAS Cidanau APBN, APBD Kementerian/Lembaga
, Pemda
DAS Cimanceuri APBN, APBD Kementerian/Lembaga
, Pemda
DAS Cisadane APBN, APBD Kementerian/Lembaga
, Pemda
DAS Cibinuangeun APBN, APBD Kementerian/Lembaga
, Pemda
- 157 -

WAKTU PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI 5 Tahun ke I 5 Tahun Ke II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA 2021- 2026-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2025 2030
DAS Cihara APBN, APBD Kementerian/Lembaga
, Pemda
DAS Cimadur APBN, APBD Kementerian/Lembaga
, Pemda
DAS Cibareno APBN, APBD Kementerian/Lembaga
, Pemda

Kota Tangerang APBN, APBD Kementerian/Lembaga


Selatan , Pemda
Kabupaten APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Pandeglang , Pemda
Kabupaten Lebak APBN, APBD Kementerian/Lembaga
, Pemda
KotaCilegon APBN, APBD Kementerian/Lembaga
, Pemda
1.3.3 Rehabilitasi dan Perlindungan Kawasan sekitar mata air
Kabupaten Lebak APBN, APBD Kementerian/Lembaga
, Pemda
Kabupaten APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Pandeglang , Pemda
Kabupaten Serang APBN, APBD Kementerian/Lembaga
, Pemda
1.3.4 Rehabilitasi dan Perlindungan Kawasan Lindung Geologi Bentang Alam Karst
Kabupaten Lebak APBN, APBD Kementerian/Lembaga
, Pemda
1.4 Pengendalian Kawasan Suaka Alam, Kawasan PelestarianAlam dan Cagar Budaya
1.4.1 Rehabilitasi dan Perlindungan CagarAlam
a. Cagar Alam Rawa Danau Kabupaten Serang APBN Kementerian/Lembaga
b. Cagar Alam Gunung Tukung Gede Kabupaten Serang APBN Kementerian/Lembaga
c. Cagar Alam Pulau Dua Kota Serang APBN Kementerian/Lembaga
1.4.2 Rehabilitasi dan Perlindungan Taman Nasional
a. Taman Nasional Ujung Kulon Kabupaten APBN Kementerian/Lembaga
Pandeglang
b. Taman Nasional Gunung Kabupaten Lebak APBN Kementerian/Lembaga
Halimun-Salak
1.4.3 Rehabilitasi dan Perlindungan Gunung Aseupan APBN, APBD Pemda
Taman Hutan Raya Kabupaten Kementerian/Lembaga
Pandeglang
1.4.4 Rehabilitasi dan Perlindungan Taman Wisata Alam
a. Taman Wisata Alam Pulau Kabupaten Serang APBN Kementerian/Lembaga
Sangiang
1.4.5 Rehabilitasi Perlindungan Kawasan cagar budaya dan Ilmu Pengetahuan
a. Kawasan Hak Ulayat Masyarakat Kabupaten Lebak APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Baduy , Pemda
b. Pelestarian bangunan gedung dan Seluruh Provinsi APBN, APBD Kementerian/Lembaga
/ atau lingkungan cagar budaya Banten , Pemda
c. Kawasan Kasepuhan Cisitu Kabupaten Lebak APBN, APBD Kementerian/Lembaga
, Pemda
d. Kawasan Masyarakat Hukum Adat Provinsi Banten APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kasepuhan , Pemda
e. Rehabilitasi dan Perlindungan
Kawasan Hutan Dengan Tujuan
- 158 -

WAKTU PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI 5 Tahun ke I 5 Tahun Ke II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA 2021- 2026-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2025 2030
Khusus (KHDTK)
Kabupaten Serang; APBN, APBD Kementerian/Lembaga
, Pemda
Kabupaten APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Pandeglang , Pemda
1.5 Pengendalian Kawasan Rawan Bencana Alam
1.5.1 Adaptasi dan Mitigasi Kawasan Rawan Bencana Banjir
Kawasan sekitar APBN, APBD Kementerian/Lembaga
DAS Cisadane, , Pemda
DAS
Pasanggrahan,
DAS Cirarab – Kali
Sabi, DAS
Cimanceuri dan
DAS Cidurian di
Kabupaten
Tangerang
Kawasan sekitar APBN, APBD Kementerian/Lembaga
DAS Cisadane di , Pemda
Kota Tangerang
Kawasan sekitar APBN, APBD Kementerian/Lembaga
DAS Ciliman dan , Pemda
DAS Cilemer di
Kabupaten
Pandeglang
Kawasan sekitar APBN, APBD Kementerian/Lembaga
DAS Ciujung dan , Pemda
DAS Cibinuangeun
di Kabupaten
Lebak
Kawasan sekitar APBN, APBD Kementerian/Lembaga
DAS Ciujung di , Pemda
Kabupaten Serang
1.5.2 Adaptasi dan Mitigasi Kawasan Rawan Bencana Tsunami
a. Pantai Utara
Kabupaten Serang APBN, APBD Kementerian/Lembaga
, Pemda
Kota Serang APBN, APBD Kementerian/Lembaga
, Pemda
Kabupaten APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Tangerang , Pemda
b. Pantai Selatan
Kabupaten APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Pandeglang , Pemda
Kabupaten Lebak APBN, APBD Kementerian/Lembaga
, Pemda
c. Pantai Barat
Kabupaten APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Pandeglang , Pemda
Kabupaten Serang APBN, APBD Kementerian/Lembaga
, Pemda
Kota Cilegon APBN, APBD Kementerian/Lembaga
, Pemda
- 159 -

WAKTU PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI 5 Tahun ke I 5 Tahun Ke II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA 2021- 2026-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2025 2030
1.5.3 Adaptasi dan Mitigasi Kawasan Seluruh Provinsi APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Rawan Bencana Gempa Bumi Banten , Pemda
1.5.4 Adaptasi dan Mitigasi Kawasan Seluruh Provinsi APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Rawan Bencana Kebakaran Hutan Banten , Pemda
dan Lahan
1.5.5 Adaptasi dan Mitigasi Kawasan
Rawan Bencana Kebakaran Hutan
dan Lahan
Kabupaten APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Pandeglang , Pemda
Kabupaten Lebak APBN, APBD Kementerian/Lembaga
, Pemda
Kabupaten Serang APBN, APBD Kementerian/Lembaga
, Pemda
Kabupaten APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Tangerang , Pemda
Kota Serang APBN, APBD Kementerian/Lembaga
, Pemda
Kota Cilegon APBN, APBD Kementerian/Lembaga
, Pemda
1.5.6 Adaptasi dan Mitigasi Kawasan Provinsi Banten APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Rawan Bencana Cuaca Ekstrim, , Pemda
Angin Topan dan Puting Beliung
1.5.7 Adaptasi dan Mitigasi Kawasan Rawan Bencana Tanah Longsor
Kabupaten APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Pandeglang , Pemda
Kabupaten Lebak APBN, APBD Kementerian/Lembaga
, Pemda
Kabupaten Serang APBN, APBD Kementerian/Lembaga
, Pemda
1.5.8 Adaptasi dan Mitigasi Kawasan Provinsi Banten APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Rawan Bencana Kekeringan , Pemda
1.5.9 Adaptasi dan Mitigasi Kawasan
Rawan Bencana Gagal Teknologi
Kabupaten Serang; APBN, APBD Kementerian/Lembaga
, Pemda
Kabupaten APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Tangerang; , Pemda
Kota Serang; APBN, APBD Kementerian/Lembaga
, Pemda
Kota Cilegon; APBN, APBD Kementerian/Lembaga
, Pemda
Kota Tangerang; APBN, APBD Kementerian/Lembaga
dan , Pemda
Kota Tangerang APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Selatan , Pemda
1.5.10 Rehabilitasi Buffer Zone rawan Provinsi Banten APBN, APBD Kementerian/Lembaga
bencana melalui RTH sebesar 30% , Pemda
1.5.11 Penetapan lokasi jalur evakuasi, Provinsi Banten APBN, APBD Kementerian/Lembaga
shelter, Sistem Peringatan Dini , Pemda
Bencana dan infastruktur
kebencanaan yang terintergrasi

2 Pengembangan dan Pengendalian Kawasan Budidaya


- 160 -

WAKTU PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI 5 Tahun ke I 5 Tahun Ke II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA 2021- 2026-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2025 2030
2.1 Pengembangan Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
2.1.1 Pengembangan kawasan peruntukan hutan produksi
Kabupaten Serang APBN, APBD Kementerian/Lembaga
BUMN , Pemda, BUMN
Kabupaten APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Pandeglang BUMN , Pemda, BUMN
Kabupaten Lebak APBN, APBD Kementerian/Lembaga
BUMN , Pemda, BUMN
Kota Cilegon APBN, APBD Kementerian/Lembaga
BUMN , Pemda, BUMN
2.2 Pengembangan dan Perlindungan Kawasan Peruntukan Pertanian
2.2.1 Pengembangan Kawasan Budidaya Pertanian
Kawasan Budidaya Pertanian Lahan Basah Dan Lahan Kering
Kabupaten APBD, APBN Pemda,
Pandeglang Kementerian/Lembaga
Kabupaten Lebak APBD, APBN Pemda,
Kementerian/Lembaga
Kabupaten Serang APBD, APBN Pemda,
Kementerian/Lembaga
Kabupaten APBD, APBN Pemda,
Tangerang Kementerian/Lembaga
Kota Serang APBD, APBN Pemda,
Kementerian/Lembaga
Kota Cilegon APBD, APBN Pemda,
Kementerian/Lembaga
2.2.2 Pengembangan Kawasan Budidaya Hortikultura
Kabupaten Serang APBD, APBN Pemda,
Kementerian/Lembaga
Kabupaten APBD, APBN Pemda,
Tangerang Kementerian/Lembaga
Kabupaten APBD, APBN Pemda,
Pandeglang Kementerian/Lembaga
Kabupaten Lebak APBD, APBN Pemda,
Kementerian/Lembaga
Kota Tangerang APBD, APBN Pemda,
Selatan Kementerian/Lembaga
2.2.3 Pengembangan Kawasan Budidaya Peternakan
Kabupaten Serang APBD, APBN Pemda,
Kementerian/Lembaga
Kabupaten APBD, APBN Pemda,
Tangerang Kementerian/Lembaga
Kabupaten APBD, APBN Pemda,
Pandeglang Kementerian/Lembaga
Kabupaten Lebak APBD, APBN Pemda,
Kementerian/Lembaga
Kota Serang APBD, APBN Pemda,
Kementerian/Lembaga
2.2.4 Pengembangan dan Perlindungan Provinsi Banten APBD, APBN Pemda,
Kawasan Pertanian Pangan Kementerian/Lembaga
Berkelanjutan (P2B)
2.2.5 Pengembangan Kawasan Agropolitan
Kabupaten Serang APBD, APBN Pemda,
Kementerian/Lembaga
- 161 -

WAKTU PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI 5 Tahun ke I 5 Tahun Ke II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA 2021- 2026-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2025 2030
Kabupaten APBD, APBN Pemda,
Pandeglang Kementerian/Lembaga
Kabupaten Lebak APBD, APBN Pemda,
Kementerian/Lembaga
KabupatenTangera APBD, APBN Pemda,
ng Kementerian/Lembaga
2.2.6 Pengembangan dan Perlindungan Kota Serang APBD, APBN Pemda,
Kawasan Lahan Pertanian Terpadu Kementerian/Lembaga
2.3 Pengembangan Kawasan Peruntukan Perkebunan
Kabupaten Serang APBD, APBN Pemda,
Kementerian/Lembaga
Kota Serang APBD, APBN Pemda,
Kementerian/Lembaga
Kabupaten APBD, APBN Pemda,
Pandeglang Kementerian/Lembaga
Kabupaten Lebak APBD, APBN Pemda,
Kementerian/Lembaga
2.4 Pengembangan Kawasan Peruntukan Perikanan
2.4.1 Pengembangan Kawasan Perikanan Provinsi Banten APBD, APBN Pemda,
Tangkap, Kawasan Budidaya Kementerian/Lembaga
Perikanan, dan Kawasan Pengolahan
Ikan
2.4.2 Pengembangan Kawasan Minapolitan
Kabupaten Serang APBD, APBN Pemda,
Kementerian/Lembaga
Kabupaten APBD, APBN Pemda,
Tangerang Kementerian/Lembaga
Kabupaten Lebak APBD, APBN Pemda,
Kementerian/Lembaga
Kabupaten APBD, APBN Pemda,
Pandeglang Kementerian/Lembaga
Kota Serang APBD, APBN Pemda,
Kementerian/Lembaga
2.4.3 Peningkatan dan Pemeliharaan Pelabuhan Perikanan
a. Pengembangan Pelabuhan Karangantu di Kota APBN, BUMN Kementerian/Lembaga
Perikanan Nusantara Serang Swasta , BUMN Swasta
b. Pengembangan Pangkalan Pendaratan Ikan
Cilegon di Kota APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Cilegon , Pemda
Banyuasih di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten , Pemda
Pandeglang
Carita di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten , Pemda
Pandeglang
Cikeusik di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten , Pemda
Pandeglang
Citerep di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten , Pemda
Pandeglang
Panimbang di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten , Pemda
- 162 -

WAKTU PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI 5 Tahun ke I 5 Tahun Ke II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA 2021- 2026-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2025 2030
Pandeglang
Sidamukti di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten , Pemda
Pandeglang
Sukanegara di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten , Pemda
Pandeglang
Sumur di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten , Pemda
Pandeglang
Tamanjaya di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten , Pemda
Pandeglang
Anyer di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten Serang , Pemda
Domas di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten Serang , Pemda
Kepuh di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten Serang , Pemda
Lontar di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten Serang , Pemda
Pasauran di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten Serang , Pemda
Pulau Panjang di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten Serang , Pemda
Pulokali di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten Serang , Pemda
Tengkurak di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten Serang , Pemda
Terate di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten Serang , Pemda
Wadas di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten Serang , Pemda
Bayah di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten Lebak , Pemda
Binuangeun di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten Lebak , Pemda
Cibareno di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten Lebak , Pemda
Panyaungan di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten Lebak , Pemda
Pulomanuk di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten Lebak , Pemda
Sawarna di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten Lebak , Pemda
Situreger di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten Lebak , Pemda
Sukahujan di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten Lebak , Pemda
Tanjungpanto di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten Lebak , Pemda
Cituis di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten , Pemda
Tangerang
- 163 -

WAKTU PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI 5 Tahun ke I 5 Tahun Ke II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA 2021- 2026-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2025 2030
Dadap di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten , Pemda
Tangerang
Ketapang di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten , Pemda
Tangerang
Kronjo di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten , Pemda
Tangerang
Mauk Barat di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten , Pemda
Tangerang
Tanjungpasir di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten , Pemda
Tangerang
c. Pelabuhan Perikanan Pantai
Labuan di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten , Pemda
Pandeglang
Binuangeun di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kabupaten Lebak , Pemda
d. Rencana Pembangunan Citarate di APBN, APBD Kementerian/Lembaga
pelabuhan perikanan Pantai Kabupaten Lebak , Pemda
2.5 Pengendalian Kawasan Peruntukan Pertambangan
2.5.1 Pengendalian Pertambangan Mineral
a. Pertambangan Mineral Logam Provinsi Banten APBD, APBN Pemda,
Kementerian/Lembaga
b. Pertambangan Mineral Non Provinsi Banten APBD, APBN Pemda,
Logam Kementerian/Lembaga
c. Pertambangan Batuan Provinsi Banten APBD, APBN Pemda,
Kementerian/Lembaga
2.5.2 Pengendalian Pertambangan Provinsi Banten APBD, APBN Pemda,
Batubara Kementerian/Lembaga
2.5.3 Pengendalian Peruntukan Provinsi Banten APBD, APBN Pemda,
Pemanfaatan Pertambangan Panas Kementerian/Lembaga
Bumi
2.5.4 Pengendalian Peruntukan Provinsi Banten APBD, APBN Pemda,
Pemanfaatan Pertambangan Minyak Kementerian/Lembaga
dan Gas Bumi
2.6 Pengembangan dan Pengendalian Kawasan Peruntukan Industri
2.6.1 Pengembangan dan Pengendalian Provinsi Banten APBD, APBN Pemda, Swasta
Industri Swasta, BUMN, Kementerian/Lembaga
BUMD
2.6.2 Rencana Pembangunan Kawasan Kabupaten Serang APBN, Swasta, Swasta/Kementerian
Industri Prioritas di Kawasan BUMN, BUMD /Lembaga
Industri Wilmar Serang
2.7 Pengembangan Kawasan Peruntukan Pariwisata
2.7.1 Pengembangan Kawasan Pariwisata
Kawasan APBD, APBN Pemda,
Pariwisata Pantai Kementerian/Lembaga
Barat
KEK Tanjung APBD, APBN Pemda,
Lesung Kementerian/Lembaga
- 164 -

WAKTU PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI 5 Tahun ke I 5 Tahun Ke II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA 2021- 2026-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2025 2030
Kawasan APBD, APBN Pemda,
Pariwisata Pantai Kementerian/Lembaga
Utara
Kawasan APBD, APBN Pemda,
Pariwisata Budaya Kementerian/Lembaga
Banten Lama
Kawasan APBD, APBN Pemda,
Pariwisata Pantai Kementerian/Lembaga
Selatan
Kawasan APBD, APBN Pemda,
Pariwisata Budaya Kementerian/Lembaga
Permukiman
Baduy
Kawasan APBD, APBN Pemda,
Pariwisata Taman Kementerian/Lembaga
Nasional Ujung
Kulon
Kawasan APBD, APBN Pemda,
Pariwisata Taman Kementerian/Lembaga
Nasional Gunung
Halimun – Gunung
Salak;
Kawasan APBD, APBN Pemda,
Pariwisata Geopark Kementerian/Lembaga
Kawasan APBD, APBN Pemda,
Pariwisata Agro Kementerian/Lembaga
2.8 Pengembangan dan Pengendalian Kawasan Peruntukan Permukiman
2.8.1 Pengembangan Kawasan Provinsi Banten APBD, APBN, Pemda,
Peruntukan Permukiman Pedesaan Swasta, BUMN, SwastaKementerian
BUMD /Lembaga
2.8.2 Pengembangan Kawasan Provinsi Banten APBD, APBN, Pemda,
Peruntukan Permukiman Perkotaan Swasta, BUMN, SwastaKementerian
BUMD /Lembaga
2.8.3 Rencana pengembangan Kota Baru
Publik Maja
a. Kecamatan Maja Kabupaten Lebak APBD, APBN, Pemda,
Swasta, BUMN, SwastaKementerian
BUMD /Lembaga
b. Kecamatan Cisoka, Kecamatan Kabupaten APBD, APBN, Pemda,
Solear, Kecamatan Tigaraksa, Tangerang Swasta, BUMN, SwastaKementerian
Kecamatan Jambe BUMD /Lembaga
2.8.4 Rencana peningkatan kualitas Provinsi Banten APBD, APBN, Pemda,
terhadap permukiman kumuh Swasta, BUMN, SwastaKementerian
BUMD /Lembaga
2.9 Pengembangan dan Pengendalian Kawasan PeruntukanLainnya
2.9.1 Kawasan Andalan Nasional
a. sektor unggulan industri, kawasan APBD, APBN, Pemda,
pariwisata, pertanian, perikanan Bojonegara – Swasta, BUMN, SwastaKementerian
pertambangan dan panas bumi; Merak – Cilegon BUMD /Lembaga
b. sektor unggulan perikanan, Kawasan Andalan APBD, APBN, Pemda,
pertambangan, dan pariwisata Laut Krakatau dan Swasta, BUMN, SwastaKementerian
sekitarnya BUMD /Lembaga
2.9.2 Kawasan Pertahanan keamanan Provinsi Banten APBD, APBN Pemda,
Kementerian/Lembaga
- 165 -

WAKTU PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI 5 Tahun ke I 5 Tahun Ke II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA 2021- 2026-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2025 2030
2.9.3 Kawasan untuk pelayanan umum Provinsi Banten APBD, APBN Pemda,
Kementerian/Lembaga
2.9.4 Rencana pengembangan kawasan Provinsi Banten APBD, APBN, Pemda,
pada sepanjang ruas tol dan Swasta, BUMN, SwastaKementerian
interchange Tol BUMD /Lembaga
2.9.5 Rencana pembangunan dan Provinsi Banten APBD, APBN, Pemda, Swasta
pengembangan budidaya peternakan Swasta, BUMN, Kementerian/Lembaga
BUMD
2.9.6 Rencana Pembangunan dan Kabupaten APBD, APBN, Pemda, Swasta
Pengembangan Kawasan Cibaliung Pandeglang Swasta, BUMN, Kementerian/Lembaga
dengan potensi pertanian dan BUMD
perkebunan
2.9.7 Rencana pengembangan kawasan Provinsi Banten APBD, APBN, Pemda, Swasta
pesisir dan pulau-pulau kecil Swasta, BUMN, Kementerian/Lembaga
BUMD
- 166 -
LAMPIRAN IV INDIKASI PROGRAM PEMANFAATAN
RUANG LIMA TAHUNAN
PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN
NOMOR 5 TAHUN 2017
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI
BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI
BANTEN 2010-2030

3. PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

WAKTU PELAKSANAAN

SUMBER
USULAN PROGRAM UTAMA KAWASAN STRATEGIS LOKASI PELAKSANA 5 Tahun ke I 5 Tahun Ke II III IV
PENDANAAN
2021- 2026-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2025 2030
1. Rencana Pengembangan Kawasan Strategis Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi
1.1 Pengembangan Kawasan Strategis Provinsi
1.1.1 Pengembangan dan Pengendalian KP3B (Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten)
a. Penyusunan Rencana Rinci Kawasan Kota Serang APBN, APBD Kementerian/Lembaga
(Kecamatan Curug, Pemda
b. Penyusunan Perda Rencana Rinci Cipocokjaya dan
Kawasan Kecamatan Serang)

1.1.2 Pengembangan dan Pengendalian Kawasan Perkotaan Serang – Cilegon (Seragon)


a. Penyusunan Rencana Rinci Kawasan Kota Cilegon APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Kota Serang Pemda
b. Penyusunan Perda Rencana Rinci Kabupaten Serang
Kawasan
1.1.3 Pengembangan dan Pengendalian Kawasan Serang Utara Terpadu
a. Penyusunan Rencana Rinci Kawasan Kabupaten Serang APBN, APBD Kementerian/Lembaga
b. Penyusunan Perda Rencana Rinci (Kecamatan Pemda
Kawasan Bojonegara,
Kramatwatu,
Pontang, Tirtayasa,
Tanara)
Kota Serang
(Kecamatan
Kasemen)
1.1..4 Pengembangan dan Pengendalian Kawasan Pantai Selatan Terpadu
a. Penyusunan Rencana Rinci Kawasan Kabupaten APBN, APBD Kementerian/Lembaga
Pandeglang Pemda
(Kecamatan
Cikeusik )
Kabupaten Lebak
(Kecamatan
b. Penyusunan Perda Rencana Rinci Wanasalam,
Kawasan Malingping,
Cihara,
Panggarangan,
Bayah, Cilograng,
Cibeber)
1.1.5 Pengembangan dan Pengendalian Kawasan perbatasan antar kabupaten/kota
- 167 -

Anda mungkin juga menyukai