Anda di halaman 1dari 14

Pengembangan Four-tier multiple choice diagnostic test Untuk Mendeteksi

Pemahaman Konsep Kognitif Materi Katabolisme Pada Peserta Didik Kelas XII
SMA / MA

Umi Salamah1*, Nur Khasanah2, Nur Hayati2

1Mahasiswa Pendidikan Biologi UIN Walisongo Semarang,


2Dosen Pendidikan Biologi UIN Walisongo Semarang

Jalan Prof.Dr.Hamka KMm. 03-05 Ngaliyan, Kota Semarang, Indonesia


*email korespondensi : salamah26umi@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini mengembangkan Four-tier multiple choice diagnostic test (tes diagnostik
pilihan ganda empat tingkat) pada materi katabolisme. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan karakteristik butir soal instumen tes diagnostik empat tingkat, dan
mendeteksi pemahaman konsep kognitif yang dialami peserta didik pada materi katabolisme.
Jenis penelitian ini adalah Research and Development (R&D). Model penelitian R&D mengikuti
model penelitian Borg and Gall (2003) terdiri dari 10 tahap, namun penelitian hanya dilakukan
sampai tahap ke-7. Subjek uji coba adalah peserta didik kelas XII IPA 1 (uji coba skala kecil),
kelas XII IPA 2 dan kelas XII IPA 4 (uji coba skala besar) MAN 2 Semarang tahun ajaran
2018/2019. Metode pengambilan data yang digunakan adalah wawancara, tes, pengisian
angket, dan dokumentasi. Tes diagnostik terdiri dari empat tingkat, yaitu tingkat pertama
terdiri dari pertanyaan dengan satu kunci jawaban dan empat pengecoh, tingkat kedua terdiri
dari tingkat keyakinan jawaban, tingkat ketiga terdiri dari pilihan alasan, dan tingkat keempat
terdiri dari tingkat keyakinan alasan. Instrumen yang dihasilkan berupa kisi-kisi, petunjuk
pengerjaan soal, soal tes, kunci jawaban, petunjuk pengisian lembar jawaban, lembar jawaban,
pedoman penskoran, dan pedoman interpretasi hasil. Instumen soal ini layak digunakan
berdasarkan uji validasi oleh empat dosen yakni dua dosen ahli materi dan dua dosen ahli
evaluasi. Instrumen yang dikembangkan menunjukkan terdapat 37 butir soal valid, dan 3 butir
soal tidak valid dan semua reliabel. Reliabilitas butir soal yang dikembangkan masuk kategori
tinggi yaitu sebesar 0,894. Produk akhir butir soal yang dihasilkan mempunyai jumlah 37 butir
soal terdiri dari 4 butir soal mudah, 24 butir soal sedang, dan 9 butir soal susah. Butir soal yang
dikembangkan juga memiliki daya beda dengan kategori 4 butir soal cukup baik dan 33 butir
soal baik. sebanyak 18 indikator soal ditemukan mengalami miskonsepsi. Miskonsepsi tertinggi
ditemukan pada konsep analisis peran enzim. Miskonsepsi terendah ditemukan pada konsep
analisis peran ATP dan perubahan molekul saat transpor elektron dan fosforilasi oksidatif.

Kata kunci: four-tier multiple choice diagnostic test, pemahaman konsep kognitif, miskonsepsi,
katabolisme.

1
PENDAHULUAN materi-materi pelajaran yang disajikan
kepadanya (Syah, 2014). Peserta didik
Biologi merupakan cabang ilmu IPA
banyak yang terjerumus ke dalam
yang mempelajari konsep-konsep ilmiah
pemahaman mereka sendiri, apalagi dalam
mengenai kehidupan makhluk hidup, baik
bidang biologi yang didalamnya terdapat
interaksi antar makhluk hidup maupun
banyak istilah-istilah asing yang susah
proses yang terjadi dalam makhluk hidup
dipahami. Pemahaman mereka tentang
itu sendiri (Mustaqim et al., 2014).
biologi ini, biasa dikontruksi dari
Katabolisme adalah materi Biologi yang
pengalaman sehari-hari. Mereka
didalamnya memuat konsep dasar yang
menganggap pemahaman yang didapatkan
berhubungan dengan konsep materi Biologi
seolah-olah sudah benar secara konsep,
yang lain. Katabolisme menjadi dasar untuk
padahal pemahaman tersebut belum tentu
mempelajari materi yang lain, seperti dalam
benar secara konsep. Pemahaman yang
fisiologi hewan, fisiologi tumbuhan, dan
belum tentu benar secara konsep ini jika
bioteknologi, Materi ini agak sulit dipahami
dibiarkan akan dibawa ke jenjang
peserta didik, karena masih asing dan baru
pendidikan yang lebih tinggi dan
diajarkan oleh pendidik. Kesulitan tersebut
membentuk rantai panjang miskonsepsi
membuat kekhawatiran bagi pendidik,
yang semakin luas persebarannya (Tekkaya,
sehingga sebelum peserta didik memasuki
2002). Konsep awal yang tidak sesuai
ke jenjang yang lebih tinggi diharapkan
dengan konsep ilmiah ini disebut
sudah memiliki pengetahuan awal tentang
miskonsepsi (Suparno, 2005).
konsep katabolisme dengan baik
Hasil observasi dan wawancara yang
(Rahmatan dan Lilianasari, 2012).
telah dilakukan peneliti dengan guru
Pemahaman dan penguasaan konsep
pengampu mata pelajaran Biologi MAN 2
biologi sangat diperlukan untuk
Semarang tahun 2018, menunjukkkan
pengintegrasian alam dan teknologi dalam
bahwa guru menganggap sebagian besar
kehidupan sehari-hari. Dari pemahaman
peserta didik sudah memahami
dan penguasaan tersebut diharapkan
katabolisme, yang ditandai dengan nilai
peserta didik mampu mendeskripsikan dan
hasil belajar peserta didik yang berada
menghubungkan antar konsep untuk
diatas KKM. Hasil wawancara yang telah
menjelaskan peristiwa-peristiwa alam yang
dilakukan peneliti dengan beberapa peserta
terjadi dalam kehidupan sehari-hari
didik kelas XII IPA MAN 2 Semarang tahun
(Tambunan, 2015).
2018 menunjukkan hasil yang berbeda,
Pemahaman kognitif diperlukan
yakni banyak peserta didik memberikan
peserta didik untuk dapat berpikir. Tanpa
respon jawaban yang berbeda-beda dengan
kemampuan berpikir mustahil peserta didik
tingkat keyakinan yang berbeda pula.
dapat memahami dan meyakini faedah

2
Anggapan guru tentang pemahaman peserta masing-masing, seperti tes diagnostik
didik dengan hasil belajar peserta didik dan pilihan ganda tiga tingkat yang masih
respon jawaban peserta didik yang mempunyai kelemahan yaitu tidak dapat
berbeda-beda tersebut mempunyai mendeteksi tingkat keyakinan peserta didik
kemungkinan peserta didik tersebut yang berbeda dalam memilih pilihan
mengalami ketidaktahuan konsep bahkan jawaban dan pilihan alasan, sehingga belum
mengalami miskonsepsi yang belum bisa mengkategorikan mana peserta didik
diketahui oleh guru. Adanya kesalahan yang kurang pengetahuan, mana peserta
tulisan pada sumber belajar (buku LKS) didik yang tidak paham konsep, mana
yang dipakai oleh peserta didik dalam peserta didik yang paham konsep, dan
pembelajaran materi katabolisme juga mana peserta didik yang mengalami
mengungkapkan bahwa kemungkinan besar miskonsepsi (Gurel et al., 2015).
peserta didik tersebut mengalami Berdasarkan uraian tersebut
miskonsepsi yang belum diketahui oleh dirumuskan permasalahan dalam penelitian
guru. Kebanyakan guru cenderung tidak ini adalah bagaimana karakteristik four-tier
pernah melakukan tes untuk mendeteksi multiple choice diagnostic test materi
miskonsepsi yang terjadi pada peserta katabolisme untuk mendeteksi pemahaman
didik. Penyusunan instrumen tes untuk konsep kognitif pada peserta didik kelas XII
mendeteksi adanya miskonsepsi ini sangat SMA/MA dan apa saja miskonsepsi
penting, agar guru dapat mengidentifikasi pemahaman konsep kognitif yang
kesalahan konsep peserta didik dan dapat terdeteksi dengan four-tier multiple choice
mempermudah guru untuk memberikan diagnostic test materi katabolisme pada
treatment khusus untuk mengatasi peserta didik kelas XII SMA/MA.
miskonsepsi tersebut.
METODE
Cara-cara yang digunakan untuk
mendeteksi miskonsepsi siswa, antara lain: Metode penelitian yang digunakan
wawancara, peta konsep, tes esai, tes adalah metode Research and Development
pilihan ganda dengan alasan, diskusi di (R&D). Metode ini merupakan metode
kelas, dan praktikum (Suparno, 2005). penelitian yang digunakan untuk
Bentuk-bentuk tes diagnostik pilihan ganda menghasilkan produk tertentu, dan menguji
telah dikembangkan dengan berbagai kefektifan produk tersebut (Sugiyono,
tingkatan (tier), yaitu: tes diagnostik pilihan 2015). Selain menghasilkan produk,
ganda dua tingkat (two-tier), tiga tingkat penelitian R&D juga menyempurnakan
(three-tier), dan empat tingkat (four-tier). produk yang sudah ada (Sukmadinata
Macam-macam tes diagnostik tersebut dalam Haryati, 2012). Model
memiliki kelebihan dan kekurangan pengembangan yang digunakan yaitu model

3
pengembangan yang diadaptasi dari model diagnostik. Wawancara pasca riset hanya
pengembangan Borg & Gall (2003). dilakukan pada guru. Wawancara pasca
Tahapan model pengembangan ini terdiri riset bertujuan untuk mendapatkan
dari 10 langkah, yaitu penelitian dan tanggapan guru terhadap instrumen yang
pengumpulan informasi awal, perencanaan telah dikembangkan.
pembuatan produk, pengembangan produk Analisis produk dilakukan secara
awal, uji coba skala kecil, revisi produk, uji kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif
coba skala besar, revisi produk, uji coba dilakukan oleh validator ahli (ahli materi
lapangan, revisi produk akhir, diseminasi dan ahli evaluasi) dengan menelaah setiap
dan implementasi. Namun, peneliti hanya butir soal dari berbagai aspek, yaitu aspek
sampai pada langkah revisi produk setelah materi, konstruksi, bahasa, kunci jawaban,
uji coba skala besar, karena keterbatan dan pedoman penskoran. Secara kuantitatif
biaya dan waktu. Tahapan pengembangan dilakukan dengan menghitung nilai
produk awal dilakukan berdasarkan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran,
langkah Fariyani (2015), yaitu analisis KI daya pembeda, keberfungsian pengecoh,
(Kompetensi Inti) dan KD (Kompetensi analisis miskonsepsi dengan CDQ, dan
Dasar), penyusunan kisi-kisi soal tes, interpretasi hasil. Uji reliabilitas dihitung
penulisan butir soal, penelaahan butir soal dengan menggunakan rumus Alpha
dan revisi butir soal. Cronbach. Analisis miskonsepsi peserta
Subjek penelitian ini adalah 20 orang didik menggunakan persamaan CDQ
peserta didik kelas XII MIPA 1 MAN 2 (Confidence Discrimination Quotient), sama
Semarang pada uji coba skala kecil, dan 74 seperti yang digunakan oleh Caleon &
orang peserta didik pada uji coba skala Subramaniam (2010) pada soal four-tier
besar yang terdiri dari 36 orang peserta diagnostic test (FTDT) dengan
didik kelas XII MIPA 2 dan 38 orang peserta menggunakan rumus CDQ.
didik kelas XII MIPA 4 MAN 2 Semarang. CDQ =
Metode pengumpulan data dilakukan
melalui: wawancara, tes, pengisian angket
respon peserta didik, dan dokumentasi. CFC (Confidence correct) = rata-rata tingkat
Wawancara dilakukan sebanyak dua kali, keyakinan peserta
didik yang
yaitu pra riset dan pasca riset. Wawancara menjawab benar.
CFW (Confidence Wrong) = rata-rata tingkat
pra riset dilakukan pada peserta didik dan keyakinan peserta
guru. Wawancara pra riset berguna untuk didik yang
menjawab salah.
tahap analisis kebutuhan pengembangan
produk dan mengetahui tingkat Interpretasi hasil digunakan untuk
pengetahuan guru tentang instrumen menggolongkan peserta didik dalam

4
kategori paham, tidak paham, dan dibuat agar peserta didik mengetahui
miskonsepsi. langkah dan aturan yang jelas untuk
mengerjakan soal. terdapat 12 poin tentang
HASIL DAN PEMBAHASAN
cara mengerjakan soal, aturan dan larangan
Karakteristik four-tier multiple choice saat mengerjakan soal, dan cara
diagnostic test materi katabolisme pengumpulan lembar soal dan lembar
jawab agar tes dapat berjalan tertib.
Penelitian ini difokuskan pada
3) Soal four-tier multiple choice
pengembangan produk berupa instrumen
diagnostic test materi katabolisme. Soal
four-tier multiple choice diagnostic test
ditulis dengan berpedoman pada format
materi katabolisme kelas XII SMA / MA.
penulisan soal four-tier multiple choice
Produk instrumen yang dikembangkan
diagnostic test yang dikembangkan oleh
dapat digunakan sebagai alat evaluasi untuk
Caleon & Subramaniam (2010), yaitu
mendeteksi kesalahan pemahaman aspek
tersusun atas empat tingkatan. Tingkat
kognitif pada materi katabolisme kelas XII
pertama berupa pokok soal dan 5 pilihan
SMA/MA. Produk yang dihasilkan dari
jawaban, tingkat kedua berupa tingkat
penelitian ini meliputi kisi-kisi soal, soal
keyakinan jawaban, tingkat ketiga berupa
pilihan ganda dengan alasan semi terbuka,
pilihan alasan, dan tingkat keempat berupa
petunjuk pengerjaan soal, petunjuk
tingkat keyakinan alasan. Pokok soal berisi
pengisian lembar jawaban, lembar jawaban,
pertanyaan dengan 4 jawaban pengecoh
kunci jawaban, pedoman penskoran, dan
dan 1 jawaban benar. Pilhan alasan berisi 3
pedoman interpretasi hasil jawaban.
alasan pengecoh dan 1 alasan benar, serta 1
1) Kisi-kisi soal four-tier multiple
alasan terbuka. Tingkat keyakinan jawaban
choice diagnostic test materi katabolisme.
dan alasan terdiri dari 6 pilihan tingkatan
Kisi-kisi soal disusun dengan berpedoman
yaitu, (1) hanya menebak, (2) sangat tidak
pada Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi
yakin, (3) tidak yakin, (4) yakin, (5) sangat
Dasar (KD) kurikulum 2013. Kisi-kisi soal
yakin, (6) amat sangat yakin.
tes yang dikembangkan memuat
Produk awal soal four-tier multiple
Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar
choice diagnostic test materi katabolisme
(KD), indikator soal dan kategori kognitif
terdiri atas 50 butir soal meliputi 9 sub
soal (menggunakan taksonomi Bloom; C1,
pokok bahasan dengan 25 indikator.
C2,C3, dan C4), nomor soal, dan jumlah
Produk akhir soal four-tier multiple
butir soal.
choice diagnostic test materi katabolisme
2) Petunjuk pengerjaan soal four-tier
adalah 37 butir soal. reduksi soal tersebut
multiple choice diagnostic test materi
dilakukan setelah produk awal diuji
katabolisme. Petunjuk pengerjaan soal

5
cobakan pada skala kecil meliputi 9 pokok 7) Pedoman penskoran four-tier
sub bahasan dan 25 indikator butir soal. multiple choice diagnostic test materi
4) Kunci jawaban soal four-tier katabolisme. Pedoman penskoran four-tier
multiple choice diagnostic test materi multiple choice diagnostic test materi
katabolisme. Kunci jawaban dibuat untuk katabolisme dibuat untuk dijadikan acuan
mempermudah koreksi soal, digunakan dalam memberikan skor hasil tes yang telah
sebagai pedoman penskoran atas pilihan dikerjakan oleh peserta didik. Pedoman
jawaban peserta didik dan juga untuk penskoran yang telah dibuat digunakan
analisis hasil tes. untuk menentukan skor atas jawaban dan
5) Petunjuk pengisian lembar jawaban alasan yang dipilih peserta didik. Skor 1
Petunjuk pengisian lembar jawaban dibuat diberikan jika jawaban atau alasan yang
agar peserta didik mengetahui langkah- dipilih benar, sedangkan jika skor 0
langkah dalam mengisi jawaban pada diberikan jawaban atau alasan yang dipilih
lembar jawaban. Petunjuk pengisian lembar salah.
jawaban berisi judul, contoh tabel yang ada 8) Pedoman interpretasi hasil jawaban.
di lembar jawab soal, dan penjelasan tabel. Pedoman interpretasi hasil jawaban peserta
6) Lembar Jawab soal four-tier multiple didik dibuat untuk dijadikan acuan dalam
choice diagnostic test materi katabolisme. menggolongkan peserta didik. Pedoman
Lembar jawaban disusun untuk interpretasi hasil jawaban peserta didik
mempermudah peserta didik dalam yang telah dibuat digunakan dalam meng-
menuliska jawaban saat mengerjakan soal kategorikan peserta didik antara paham,
tes, dan juga mempermudah peneliti dalam tidak paham, atau miskonsepsi. Pedoman
menganalisis jawaban peserta didik. interpretasi hasil jawaban peserta didik
Lembar jawaban soal four-tier multiple tersusun atas judul, dan tabel yang teridri
choice diagnostic test materi katabolisme dari 5 kolom yaitu kolom jawaban, kolom
berisi judul, nama, nomor absen, kelas, dan tingkat keyakinan jawaban, kolom alasan,
tabel yang terdiri dari lima buah kolom, kolom tingkat keyakinan alasan, dan kolom
yaitu kolom nomor soal, kolom pilihan kategori. Tingkat keyakinan tergolong
jawaban, kolom pilihan tingkat keyakinan tinggi, jika dipilih dengan skala empat, lima,
jawaban, kolom pilihan alasan, dan kolom dan enam. Tingkat keyakinan tergolong
pilihan tingkat keyakinan alasan. Halaman rendah, jika dipilih dengan skala satu, dua,
khusus juga disediakan dibalik lembar dan tiga.
kolom, untuk menuliskan alasan terbuka
Sebelum diuji cobakan produk tersebut
apabila peserta didik merasa tidak ada
dilakukan validasi untuk mengetahui
pilihan alasan yang benar.
validitas produk tersebut. Validasi produk

6
dilakukan pada dua ahli materi dan dua ahli Karakteristik butir soal four-tier
evaluasi. Rekapitulasi hasil analisis validasi multiple choice diagnostic test materi
instrumen soal secara garis besar dapat katabolisme
dilihat pada tabel 4.1.
Karakteristik butir soal four-tier multiple
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Validasi choice diagnostic test materi katabolisme
Instrumen Soal Oleh Validator
yang dikembangkan meliputi validitas,
Persentase reliabilitas, tingkat kesukaran, daya beda,
Rata-
Jumlah Total
Validator rata Kriteria
Skor Rata-Rata dan keberfungsian pengecoh.
Skor
Skor
Ahli
1. Validitas butir soal
Materi I 4396 87,9 76,5 CV Dari 50 butir soal yang diuji
Ahli
Materi II 4814 96,3 83,7 CV cobakan pada skala kecil terdapat 40
Ahli butir soal valid dan 10 butir soal tidak
Evaluasi
I 4057 81,1 70,6 CV valid. Dari 40 butir soal yang diuji
Ahli
Evaluasi cobakan pada skala besar terdapat 37
II 4791 95,8 83,3 CV butir soal valid dan 3 butir soal tidak
Jumlah 18058 90,3 78,3 CV
valid.
Kriteria persentase kevalidan sebagai 2. Reliabilitas butir soal
berikut (Akbar, 2013): Hasil analisis reliabilitas butir
Persentase 85,01% - 100% = Sangat Valid soal menunjukkan soal tersebut
Persentase 70,01% - 85% = Cukup Valid reliabel dengan nilai Alpha Cronbach
Persentase 50,01% - 70% = Kurang Valid sebesar 0,942 pada uji coba skala kecil
Persentase 0,1% - 50% = Tidak Valid dan 0,894 pada uji coba skala besar
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan lebih besar dari rtabel.
bahwa instrumen soal four-tier multiple 3. Tingkat kesukaran butir soal
choice diagnostic test materi katabolisme Hasil analisis 50 butir soal pada
cukup valid untuk digunakan. Kevalidan ini uji coba skala kecil terdapat 4 butir
dilihat dari semua jumlah skor validator soal mudah, 34 butir soal sedang, dan
mendapatkan nilai 18.058, nilai rata-rata 12 butir soal sukar dengan angka
semua validator yang mendapat nilai 90,3, tingkat kesukaran sebesar 0,22 sampai
dan persentase total rata-rata skor semua 0,72. Hasil analisis 40 butir soal pada
validator yang mendapat nilai 78,3%. uji coba skala besar terdapat 4 butir
Kategori cukup valid ini berarti instrumen soal mudah, 26 butir soal sedang, dan
soal bisa digunakan dengan sedikit revisi. 10 butir soal sukar dengan angka
tingkat kesukaran sebesar 0,28 sampai
0,78. Secara gais besar soal yang

7
dikembangkan termasuk sedang. 5. Keberfungsian pengecoh
Menurut Wahidmurni dalam Wijaya, Pengecoh berfungsi baik jika
dkk (2013), taraf kesukaran untuk tes dipilih oleh subjek minimal sebanyak
diagnostik adalah sedang, maka tes 5% dari jumlah seluruh subjek.
diagnostik hasil pengembangan ini (Arikunto, 2013). Berdasarkan analisis
memenuhi syarat sebagai tes pada uji coba skala besar, dari 40 soal
diagnostik. terdapat 9 soal pada pilihan jawaban
4. Daya beda butir soal yang pengecohnya tidak berfungsi,
Hasil analisis daya beda uji coba karena dipilih kurang dari 5% seluruh
skala kecil mempunyai indeks daya peserta didik yang melaksanakan tes.
beda soal dari 0,2 sampai 0,5. Dari 50 Temuan Miskonsepsi
butir soal terdapat 1 butir soal yang Miskonsepsi yang terjadi pada
mempunyai nilai daya beda dengan peserta didik dapat ditemukan dengan
kategori jelek. 13 butir soal yang menganalisis hasil tes peserta didik melalui
mempunyai nilai daya beda cukup. 36 nilai CDQ (Confidence Diskrimination
butir soal yang mempunyai nilai daya Quotient). Jika nilai CDQ negatif, maka
beda baik. Hasil analisis daya beda uji peserta didik tidak dapat membedakan apa
skala besar mempunyai indeks daya yang mereka pahami dan tidak mereka
beda soal dari 0,29 sampai 0,69. 40 pahami atau peserta didik mengalami
butir soal terdapat 3 butir soal yang miskonsepsi (Fariyani, 2015). Nilai CDQ
mempunyai nilai daya beda cukup, dan diperoleh dari analisis pilihan jawaban,
36 butir soal yang mempunyai nilai alasan dan keduanya dalam 40 butir soal
daya beda baik. Indeks daya beda hasil yang dikerjakan oleh 74 peserta didik pada
analisis uji coba skala kecil dan skala uji coba skala besar. Nilai CDQ yang
besar yang mempunyai nilai positif diperoleh dari analisis data adalah sebesar -
menunjukkan bahwa butir soal dapat 4,84 sampai 2,4. Rekapitulasi hasil temuan
digunakan dalam instrumen tes miskonsepsi disajikan pada tabel 2.
diagnostik tersebut. Menurut Suwarto Berdasarkan tabel 2, menunjukkan
(2013), daya beda pada butir soal tes bahwa peserta didik terdeteksi mengalami
diagnostik digunakan untuk menjamin miskonsepsi pada 12 butir soal tingkat
tidak adanya daya beda negatif pada jawaban dan , 19 butir soal tingkat alasan,
butir tes. Butir soal yang mempunyai dan 17 butir soal keduanya (jawaban dan
daya beda negatif harus dieliminasi alasan), dan tidak mengalami miskonsepsi
dari sebuah tes. pada 28 butir soal tingkat jawaban, 21 butir
soal tingkat alasan, dan 23 butir soal
keduanya (jawaban dan alasan). Peserta

8
didik yang mengalami miskonsepsi dan tahan lama. Jika miskonsepsi tidak
ditunjukkan dengan nilai CDQ bernilai diatasi akan berdampak pada pembelajaran
negatif, sedangkan peserta didik yang tidak selanjutnya. Hasil analisis miskonsepsi
mengalami miskonsepsi ditunjukkan peserta didik dengan nilai CDQ secara garis
dengan nilai CDQ positif. Peserta didik yang besar juga disajikan dalam gambar 1.
tidak mengalami miskonsepsi mempunyai 80
dua kemungkinan, yaitu peserta didik 70

jumlah persentase
60
benar-benar paham konsep atau peserta 50
40 miskonsepsi
didik tidak paham konsep. 30
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Analisis 20 bukan
Miskonsepsi Peserta Didik Dengan CDQ 10 miskonsepsi
0
Nilai Nomor Soal
CDQ Jawaban Alasan Keduanya
CDQ<0 2,3,5,17, 1,2,3,4,10,13 2,3,4,5,10,
19,27,29, ,14,17,19,21, 13,14,17,
32,33,38, 23,24,25,26, 19,21,23,
39,40 27,28,30,34, 24,26,27, Gambar 1. Hasil Analisis Miskonsepsi
38 28,33,39 Peserta Didik Dengan CDQ
Jumlah 12 19 17
CDQ>0 1,4,6,7,8,9 5,6,7,8,9,11, 1,6,7,8,9, Berdasarkan gambar 1 menunjukkan
,10,11,12, 12,15,16,18, 11,12,15,
13,14,15, 20,22,29,31, 16,18,20,
bahwa miskonsepsi yang dialami peserta
16,18,20, 32,33,35,36, 22,25,29, didik paling banyak terjadi pada tingkat
21,22,23, 37 ,39,40 30,31,32,
24,25,26, 34,35,36, alasan yaitu sebesar 47,5% pada tingkat
28,30,31, 37,40
alasan. Miskonsepsi yang dialami peserta
34,35,36,
37 didik sedang terjadi pada tingkat keduanya
Jumlah 28 21 23
(jawaban dan alasan) yaitu sebesar 42,5%

Menurut Suwarna (2013) jumlah pada tingkat keduanya. Miskonsepsi yang

rata-rata tingkat miskonsepsi yang terjadi dialami peserta didik paling rendah terjadi

pada peserta didik dalam memilih jawaban, pada tingkat jawaban yaitu sebesar 30%

alasan atau keduanya tergolong sedang tingkat jawaban. Data tersebut menunjuk-

yaitu sebesar 40%, meskipun demikian kan rata-rata peserta didik menjawab salah

miskonsepsi harus segera diperbaiki, lebih yakin dibandingkan peserta didik

karena akan mempunyai efek pada yang menjawab dengan benar. Peserta didik

pembelajaran selanjutnya. Menurut cenderung tidak dapat membedakan apa

Tambunan (2015), peserta didik yang yang mereka pahami dan apa yang mereka

mengalami miskonsepsi akan tetap tidak pahami dengan benar.

bertahan pada konsep salah yang Miskonsepsi yang ditemukan dari

dianggapnya benar. Hal seperti itulah yang hasil jawaban peserta didik diantaranya:

menyebabkan miskonsepsi bersifat stabil gugus koenzim sebagai molekul organik

9
yang terikat kuat dan stabil dalam protein tiap butir soal. Persentase tertinggi
sehingga dapat membantu proses katalisis pemahaman konsep peserta didik terdapat
suatu reaksi enzimatis, enzim mempunyai pada butir soal nomor 35 sebesar 48,6%.
sifat sebagai biokatalisator, yaitu Persentase terendah pemahaman konsep
mempercepat reaksi kimia dengan peserta didik memahami konsep terendah
menaikkan energi aktivasi, ATP berperan terdapat pada butir soal nomor
sebagai sumber energi, fosfogliseraldehid 3,4,10,13,18,19,23, 27,29,38, dan 40 sebesar
merupakan molekul sederhana dari 0%. Persentase tertinggi ketidakpahaman
pemecahan lemak yang diproses dalam konsep peserta didik terdapat pada butir
siklus krebs, dan ATP sintase berperan soal nomor 24 sebesar 64,8%. Persentase
sebagai sumber energi yang digunakan terendah ketidakpahaman konsep peserta
dalam fosforilasi oksidatif. didik terdapat pada butir soal nomor 2,14,
Soal four-tier multiple choice dan 35 sebesar 12,2%. Persentase tertinggi
diagnostic test materi katabolisme yang miskonsepsi peserta didik terdapat pada
telah dikerjakan peserta didik pada uji coba butir soal nomor 4 sebesar 86,5%.
skala besar juga dilakukan analisis Persentase terendah miskonsepsi peserta
interpretasi hasil four-tier multiple choice didik terdapat pada butir soal nomor 9 dan
diagnostic test untuk mengkategorikan 31 sebesar 27%. Hasil analisis data
peserta didik dalam kategori paham, tidak interpretasi hasil four-tier mulitiple choice
paham atau miskonsepsi. Rekapitulasi hasil diagnostic test dapat dilihat pada gambar 2.
analisis data interpretasi hasil four-tier 80
Jumlah Persentase

mulitiple choice diagnostic test pada tiap 60


indikator soal disajikan dalam tabel 3. 40
Tinggi
20
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Analisis data Sedang
interpretasi hasil four-tier mulitiple choice 0
Rendah
diagnostic test

Tertinggi Terendah Rata-rata


Kategori
(%) (%) (%)
Gambar 2. Hasil analisis data interpretasi
48,6 0 11,3 hasil four-tier mulitiple choice diagnostic test
Paham
Berdasarkan gambar 2 menunjuk-
Tidak 64,8 12,2 29,3
Paham kan bahwa Peserta didik tergolong

Mis- 86,5 27 58,9 memahami konsep pada kategori tinggi


konsepsi sebesar 0%, hal ini menunjukkan bahwa
Berdasarkan tabel 3, menunjukkan tidak ada peserta didik yang benar-benar
bahwa peserta didik memahami konsep, memahami materi sub katabolisme. Peserta
tidak paham konsep dan miskonsepsi pada didik tergolong memahami konsep pada

10
kategori sedang sebesar 29,9%, dan rendah Hasil wawancara dengan peserta
sebesar 8,1%, hal ini menunjukkan sebagian didik saat pra riset, menunjukkan
besar peserta didik mempunyai miskonsepsi tersebut dikarenakan peserta
pemahaman rendah pada materi didik itu sendiri, konteks pembelajaran,
katabolisme. dan buku (sumber belajar) yang digunakan.
Peserta didik tergolong tidak Penelitian ini mengungkapkan terdapat 7
memahami konsep pada kategori tinggi sub pokok bahasan dan 18 indikator butir
sebesar 64,2%, sedang sebesar 37,7%, dan soal yang terdeteksi adanya miskonsepsi
tinggi sebesar 19,9%. Hal ini menunjukkan yang dialami peserta didik. Hasil penelitian
bahwa sebagian besar peserta didik belum ini dapat dijadikan sebagai pedoman guru
menguasai dengan baik materi sub untuk mengetahui kesulitan yang dialami
katabolisme pada butir soal yang diujikan. peserta didik dan memperbaiki
Peserta didik yang tidak memahami konsep pembelajaran, sehingga guru dapat
ini diketahui dari tingkat keyakinan rendah menanggulangi dan mengatasi miskonsepsi
yang diberikan peserta didik dalam yang dialami peserta didik.
memberikan jawaban dan alasan, yaitu
pada skala 1 (hanya menebak), skala 2 PENUTUP
(sangat tidak yakin), atau skala 3 (tidak A. Kesimpulan
yakin). Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
Peserta didik mengalami miskonsepsi dapat disimpulkan bahwa:
pada kategori tinggi sebesar 71,9%, sedang 1. Karakteristik instrumen soal four-
sebesar 48%, dan tinggi sebesar 27%. Hal tier multiple choice diagnostic test
ini menunjukkan bahwa sebagian besar materi katabolisme.
peserta didik mengalami miskonsepsi Produk akhir yang dihasilkan
sebesar 71,9% dari seluruh butir soal berupa instrumen soal tes pilihan
materi katabolisme yang diujikan. Peserta ganda empat tingkat dengan materi
didik juga mengalami miskonsepsi kategori katabolisme meliputi kisi-kisi,
sedang sebesar 48% dari jumlah butir soal naskah soal, petunjuk pengisian
yang diujikan. Peserta didik mempunyai soal, petunjuk pengisian lembar
tingkat kepercayaan yang sama pada suatu jawaban, lembar jawaban, kunci
konsep yang tidak sesuai dengan konsep jawaban, pedoman penskoran, dan
ilmuwan. Tingkat keyakinan mereka pedoman interpretasi hasil. Soal tes
semakin tinggi pada konsep yang salah terdiri dari empat tingkatan, yaitu
ketika teman-teman mereka juga sama- tingkat pertama berupa soal dengan
sama mempunyai tingkat keyakinan yang empat pilihan pengecoh dan satu
sama tingginya terhadap konsep tersebut. jawaban benar, tingkat kedua

11
berupa pilihan tingkat keyakinan yang terikat kuat dan stabil dalam
jawaban, tingkat ketiga berupa tiga protein sehingga dapat membantu
pilihan pengecoh dan satu alasan proses katalisis suatu reaksi
benar disertai satu alasan terbuka, enzimatis, (2) enzim mempunyai
tingkat keempat berupa pilihan sifat sebagai biokatalisator, yaitu
tingkat keyakinan alasan. Instrumen mempercepat reaksi kimia dengan
soal tes yang dihasilkan mempunyai menaikkan energi aktivasi, (6) ATP
produk akhir berjumlah 37 butir berperan sebagai sumber energi,
soal dan memiliki reliabilitas tinggi (7) fosfogliseraldehid merupakan
dengan nilai koefisien Alpha 0,894. molekul sederhana dari
Berdasarkan kategori tingkat pemecahan lemak yang diproses
kognitif yang berpedoman pada dalam siklus krebs, (15) ATP
taksonomi Bloom, dari 37 butir soal sintase berperan sebagai sumber
produk akhir terdapat 6 soal C-1, 7 energi yang digunakan dalam
soal C-2, 8 soal C-3 dan 16 soal C-4. fosforilasi oksidatif, (16) tidak
37 butir soal produk akhir adanya oksigen dalam transpor
mempunyai 4 butir soal mudah, 24 elektron membuat proses transpor
butir soal sedang dan 9 butir soal elektron berjalan tidak sempurna,
susah dengan daya beda baik (17) hasil transpor elektron
sebanyak 33 butir soal dan daya berupa 32 ATP dan H2O terbentuk
beda cukup sebanyak 4 butir soal. dari pelepasan dan penerimaan
Berdasarkan penilaian validator elektron oleh karbon, (18) oksidasi
instrumen soal tes yang ion oleh NADH terhadap asam
dikembangkan cukup valid piruvat terjadi di dalam fermentasi
digunakan dengan persentase skor alkohol saja. Miskonsepsi tertinggi
rata-rata 78,3 %. ditemukan pada pilihan alasan dan
2. Temuan miskonsepsi pemahaman miskonsepsi terendah ditemukan
konsep kogitif peserta didik pada pada pilihan jawaban.
materi katabolisme. B. Saran
Miskonsepsi (kesalahan dalam Berdasarkan hasil penelitian,
memahami konsep) yang saran yang diberikan adalah sebagai
ditemukan pada peserta didik berikut:
berdasarkan nilai CDQ terdapat 1. Diperlukan evaluasi untuk
pada 18 indikator soal, menyelidiki kemungkinan
diantaranya yaitu (1) gugus miskonsepsi yang dialami guru
koenzim sebagai molekul organik dikarenakan guru mengalami

12
kesulitan dalam menyampaikan Technology Education . 11(5): 989-
1008.
materi dalam proses pembelajaran.
2. Diperlukan tindak lanjut untuk Mustaqim, Tri Ade, dkk. 2014. Identifikasi
Miskonsepsi Siswa Dengan
mengatasi miskonsepsi yang terjadi, Menggunakan Metode Certainty Of
seperti guru melakukan Response Index (CRI) Pada Konsep
Fotosintesis Dan Respirasi
pembelajaran remidial pada sub Tumbuhan. Jurnal EDUSAINS. 4(2):
materi yang terdeteksi adanya 146–152.

miskonsepsi. Purwanto. 2010. Instrumen Penelitian Sosial


dan Pendidikan Pengembangan dan
3. Diperlukan pengecekan ulang
Pemanfaatan. Yogyakarta: Pustaka
penulisan yang ada pada buku atau Pelajar.
sumber belajar yang dipakai oleh Purwanto, M. Ngalim. 2002. Prinsip-Prinsip
peserta didik. Dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: Remaja Rosda Karya
4. Diperlukan pengembangan tes Offset.
diagnostik pada sub materi selain
Rahmatan, H & Liliasari. 2014. Pengetahuan
katabolisme. Awal Calon Guru Biologi Tentang
Konsep Katabolisme Karbohidrat
DAFTAR PUSTAKA (Respirasi Seluler). Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia.1(1): 91-
97.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Sugiyono. 2015. Metode Penelitian
Aksara. Pendidikan Pendekatan Kualitatif,
Kuantitati, dan R&D. Bandung:
Caleon, Imelda S. & Subramaniam, R. 2010.
Alfabeta.
Do Students Know What They Know
and What They Don’t Know? Using a Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011.
Four-Tier Diagnostic Test to Assess Landasan Psikologi Proses
the Nature of Students’ Alternative Pendidikan. Bandung: Rosdakarya
Conceptions. Research in Science Offset.
Education. 40(3): 313–337.
Suparno, Paul. 2005. Miskonsepsi &
Fariyani, Qisthi, dkk. 2015. Pengembangan Perubahan Konsep Dalam
Four-Tier Diagnostic Test Untuk Pendidikan Fisika. Jakarta:
Mengungkap Miskonsepsi Fisika Grramedia Widiasarana Indonesia.
Siswa SMA Kelas X. Journal of
Innovative Science Education .4(2): Suwarto. 2013. Pengembangan Tes
41-49. Diagnostik dalam Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Gall,M. D., Gall, J.P. & Borg, W.R. 2003.
Educational Research and Education Suwarto. 2010. Pengembangan The Two-
Sevent Edition. USA: Pearson Tier Diagnostic Tests Pada Bidang
Education Inc. Biologi Secara Terkomputerisasi.
Jurnal Penelitian dan Evaluasi
Gurel, Derya Kaltakci, dkk. 2015. A Review Pendidikan Th. 14 (2): 206-224.
and Comparison of Diagnostic
Instruments to Identify Students’ Suwarto. 2013. Pengembangan Tes
Misconceptions in Science. Eurasia Diagnostik. Jurnal Pendidikan. 22
Journal of Mathematics, Science & (2):187-202.

13
Syah, Muhibbin. 2014. Telaah Singkat Tekkaya, Ceren. 2002. Misconceptions As
Perkembangan Peserta Didik. Barrier To Understanding Biology.
Jakarta: Rajawali Pers. Journal of Universitas Hacettepe
Ankara. Edisi 23: 259-266.
Tambunan, Twentyna Junita. 2015. Analisis
miskonsepsi siswa pada materi Wijaya, Mujiman Hendri , dkk. 2013.
metabolisme di kelas XII IPA SMA Pengembangan Tes Diagnostik Mata
Swasta Nusantara Lubuk Pakam Pelajaran IPA SMP. Jurnal Penelitian
Tahun Pembelajaran 2014/2015. dan Evaluasi Pendidika Th. 17 (1).
Skripsi. Medan: Jurusan biologi.
FMIPA. Universitas Negri Medan.

14

Anda mungkin juga menyukai