Anda di halaman 1dari 8

Volume / No.

, 22 Juli 2019 Jurnal Perspektif Arsitektur

PALANGKA RAYA CREATIVE HUB


Teguh Arifin1

Abstraksi

Dalam Industri kreatif terdapat beberapa aktor penggerak ekonomi kreatif, menurut
BEKRAF aktor dalam pengembangan kegiatan ekonomi kreatif para pelaku disebut quadruple-
helix, terdiri dari pemerintah, komunitas, akademisi, bisnis. Beberapa tahun belakangan ini
komunitas kreatif di Palangka Raya sedang mengalami suatu perkembangan ke arah yang lebih
baik. Event-event atau kegiatan kreatifitas seperti exhibition, art market hingga workshop,
presentasi, tutorial class dan kegiatan lainnya rutin diadakan di kalangan komunitas kreatif.
Kreatifitas akan mendorong inovasi yang menciptakan nilai tambah yang lebih tinggi. Sebab
berbagai inovasi dan kreativitas yang dihasilkan pelaku industri kreatif memerlukan wadah untuk
mengekspresikan karyanya. “Palangka Raya Creative Hub” dapat menjadi alternatif untuk
mengikat sektor-sektor ekonomi kreatif yang ada di Palangka Raya. Creative hub berfokus pada
penyediaan ruang bagi pelaku kreatif untuk berkarya dan berkegiatan. Wadah industri kreatif
tentunya harus menampilkan ekspresi bentuk sebagai ruang kreatif. Penggunaan folding dalam
perancangan objek arsitektur, mendorong perancang untuk lebih kreatif dan bereksplorasi bentuk
dalam mendesain, karena dengan demikian dapat tercipta suatu bentukan yang ekspresif.

Kata kunci: Industri Kreatif, Komunitas kreatif, Creative Hub, Folding

LATAR BELAKANG
Memasuki era milenial, peluang industri kreatif semakin menemukan titik cerah. Besarnya
perhatian masyarakat akan industri kreatif yang dapat meningkatkan nilai ekonomi suatu poduk
fisik atau virtual, tentunya menjadi daya tarik tersendiri. Dimana pelaku industri kreatif muncul
dari komunitas-komunitas kreatif. Menurut Putu Rahayu Sitha Dewi (2016), komunitas kreatif
merupakan suatu organisasi yang terbentuk karena persamaan hobi dan ketertarikan atas sesuatu
yang bersifat kreatif. Orang-orang kreatif berkembang dalam lingkungan dimana ada sense of
place, adanya keragaman budaya dan adanya kesempatan untuk berkembang. Mereka akan
mendatangi tempat-tempat dimana kreatifitas mereka bisa diterima dan menginspirasikan dan
dimana banyaknya ekspresi kebudayaan (Less consumption place for more creative community
jurnal dan Vermont’s Creative Economy).

Saat ini terdapat beberapa komunitas kreatif di Palangka Raya, mulai dari komunitas seni, musik,
desain, fotografi, film hingga komunitas kreatif yang berbasis lingkungan. Komunitas dan
kreatifitas yang semakin beragam ini kemudian membutuhkan sebuah tempat yang bisa menjadi
wadah bagi para pelaku industri kreatif tersebut untuk bisa bekerja lebih produktif,
memperkenalkan dan mempromosikan karya kepada masyarakat luas, mengasah kemampuan,
serta saling mengembangkan hubungan dan relasi dengan komunitas lain sehingga dapat
menghasilkan karya-karya baru. Creative hub adalah tempat, baik fisik atau virtual yang
menyatukan komunitas atau pun orang-orang kreatif yang didalamnya memberi ruang dan
dukungan untuk komunitas, mengumpulkan, pengembangan bisnis, dan bidang lainnya seperti
sektor kreatif, budaya dan teknologi (Creative HubKit British Council Creative Economy,
2015:4).

Ruang-ruang antar sektor industri kreatif tentu memiliki perbedaan dari fungsi ruangnya. Keadaan
dimana arsitektur memiliki kemampuan untuk menjalankan serta melaksanakan berbagai fungsi
dikatakan sebagai multifungsionalitas Arsitektur, Josep Prijotomo (dalam Irawan Surasetja,

1
Mahasiswa Jurusan Arsitektur Universitas Palangka Raya
1
Volume / No. , 22 Juli 2019 Jurnal Perspektif Arsitektur

2007:2). Wadah industri kreatif tentunya harus menampilkan ekspresi bentuk sebagai ruang
kreatif. Apalagi creative hub ini merupakan wadah menyatukan komunitas atau pun orang-orang
kreatif. Dalam desain arsitektur, bentuk adalah satu unsur yang tertuju langsung pada mata, dan
bendanya merupakan suatu unsur yang tertuju pada akal budi manusia. Benda dan ukurannya
saling bekerja sama untuk menghasilkan nilai-nilai dan emosi. Selain itu, memberikan gambaran
bahwa bentuk pada suatu karya arsitektur dapat menyampaikan arti secara visual.

Penggunaan folding dalam perancangan objek arsitektur, mendorong perancang untuk lebih
kreatif dan bereksplorasi bentuk dalam mendesain. Folding dapat berupa sebuah atau serangkaian
perlakuan pada suatu benda seperti kertas yang mengakibatkan perubahan (bentuk, permukaan,
makna) pada objek benda tersebut. Biasanya diberikan pada sebuah kertas dengan tujuan mem-
Folding kertas melalui tahapan Fold, pleat, crease, press, score, cut, pull up, pull down, rotate,
twist, turn, wrap, enfold, pierce, hing, knot, weave, compress, balance, dan unfold. Perancang
dituntut untuk lebih berimajinasi dalam menghasilkan bentuk-bentuk yang eksploratif dan
berbeda. Proses yang dilalui folding dalam menyelesaikan masalah dapat dikategorikan sebagai
arsitektur. Karena dengan demikian dapat tercipta suatu bentukan yang eksploratif.

RUMUSAN MASALAH
Bagaimana kriteria desain Palangka Raya Creative Hub sebagai ekspresi bentuk ruang kreatif
melalui folding architecture?

TUJUAN
Mendapatkan kriteria desain Palangka Raya Creative Hub sebagai ekspresi bentuk ruang kreatif
melalui folding architecture.

METODOLOGI
Metode yang di gunakan dalam Penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian deskriptif
kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2010:4) mengemukakan bahwa penelitian
kualitatif adalah “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati”. Penelitian kualitatif
bertumpu pada latar belakang alamiah secara holistik (utuh), memposisikan manusia sebagai
alat penelitian, melakukan analisis data secara induktif, lebih mementingkan proses daripada
hasil penelitian yang dilakukan disepakati oleh peneliti dan subjek penelitian.

TINJAUAN PUSTAKA
Industri Kreatif di Indonesia seperti yang tertulis dalam Cetak Biru Pengembangan Ekonomi
Kreatif Nasional 2009-2015 (2008) adalah Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas,
ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan
melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.

Pengertian Creative Hub


Creative hub adalah tempat, baik fisik atau virtual yang menyatukan komunitas atau pun orang-
orang kreatif yang didalamnya memberi ruang dan dukungan untuk komunitas, mengumpulkan,
pengembangan bisnis, dan bidang lainnya seperti sektor kreatif, budaya dan teknologi (British
Council, 2015:4). Tujuan Creative Hub :
 Menyediakan fasilitas dan pelayanan untuk kegiatan dari pertemuan, diskusi, meeting
sebuah organisasi hingga pelatihan keterampilan dan peluang global baik dalam kurun
waktu jangka pendek ataupun jangka panjang.
 Untuk memfasilitasi kolaborasi antar komunitas.

2
Volume / No. , 22 Juli 2019 Jurnal Perspektif Arsitektur

 Sebagai fasilitator antara komunitas atau orang kreatif dengan lembaga pengembangan
dan institusi kreatif dan non-kreatif.
 Sebagai media komunikasi dan memperluas jaringan.
 Memberikan apresiasi pada komunitas atau orang yang telah berkarya dan berinovasi.

Subsektor Industri Kreatif di Palangka Raya


Subsektor industri kreatif yang ada di Palangka Raya antara lain: Arsitektur, Desain Interior,
Fotografi, Musik, Desain Komunikasi Visual, Film, Seni Rupa, Seni Pementasan, Kriya, dan
Fashion.

Ekspresi Bentuk
Menurut Smithies (dalam Irawan Surasetja, 2007:12), ekspresi adalah apa yang telah kita lihat
menurut pangaruh atau pengalaman sebelumnya. Oleh karena tiap orang memiliki keunikan latar
belakang dan pengalaman yang berbeda-beda, maka tanggapan terhadap ekspresi yang
dimunculkan oleh suatu obyek juga akan berbeda-beda. Ekspresi dapa dipengaruhi oleh beberapa
aspek, yakni : 1. Fungsi, dapat melahirkan bentuk yang ekspresif, 2. Struktur, penonjolan struktur
sebagai elemen estetis pada sebuah bangunan dapat melahirkan bentuk yang ekspresif pula. 3.
Budaya, misalnya pada bangunan tradisional ekspresi yang dimunculkan merupakan hasil
tampilan budaya.

Bentuk dapat dikenali karena ia memiliki ciri-ciri visual, yaitu (Ching, 1979) :
 Wujud adalah hasil konfigurasi tertentu dari permukaan-permukaan dan sisisisi bentuk.
 Dimensi dimensi suatu bentuk adalah panjang, lebar dan tinggi.
 Warna adalah corak, intensitas dan nada pada permukaan suatu bentuk.
 Tekstur adalah karakter permukaan suatu bentuk.
 Posisi adalah letak relatif suatu bentuk terhadap suatu lingkungan atau medan visual.
 Orientasi adalah posisi relatif suatu bentuk terhadap bidang dasar, arah mata angin atau
terhadap pandangan seseorang yang melihatnya.
 Inersia Visual adalah derajad konsentrasi dan stabilitas suatu bentuk.

Tinjauan Folding Arsitektur


Salah satu arsitek yang meneruskan paham dari gilles deleuze adalah Sophia vyzoviti (2003),
menurutnya folding arsitektur yaitu lipat sebagai suatu proses generative desain arsitektur yang
berdasarkan atas agnostic, nonlinear, dan bottom up. Ketertarikan terletak pada proses
morphogenetic, urutan transformasi yang mempengaruhi objek desain, yaitu:

Gambar 1. Transisi 1 Matter and Functions


(sumber: Sophia Vyzoviti, 2003, hal. 14 dan 28)

3
Volume / No. , 22 Juli 2019 Jurnal Perspektif Arsitektur

a. Generative sequence b. Conic section: wraping


Gambar 2. Tahap transisi 2 Algorithms
(sumber: Sophia Vyzoviti, 2003, hal. 48 dan 49)

Gambar 3. Transisi 3 Spatial, Structural, and Organizational Diagrams


(sumber: Sophia Vyzoviti, 2003, hal. 74)

Gambar 4. Tahap transisi 3 Spatial, Structural, and Organizational Diagrams entanglement –


connectivity (sumber: Sophia Vyzoviti, 2003, hal. 76 dan 77)

Gambar 2.43 Tahap transisi 4 Architectural Prototypes, warped surface series


(sumber: Sophia Vyzoviti, 2003, hal. 104 dan 105)

4
Volume / No. , 22 Juli 2019 Jurnal Perspektif Arsitektur

STUDI BANDING
Tabel 3.1 Kesimpulan Studi banding Bandung Creative Hub dan Jakarta Creative Hub
Bandung Creative Hub Jakarta Creative Hub

Sebagai wadah inkubator


industri kreatif di Bandung yang
Konsepnya bukan co-working
dilengkapi berbagai peralatan
Konsep Konsep space; tapi lebih ke
dan fasilitas untuk
penyediaan ruang dalam
mengakomodasi kebutuhan para
bentuk kelas-kelas
pelaku industri kreatif di kota
Bandung dan bakal menjadi
sebuah kekuatan, identitas.
- Ruang Amphitheatre - Makerspace
- Ruang Co-working Space - Co-Office
Fasilitas - Ruang Pameran Fasilitas - Classroom
- Ruang Perpustakaan - Ruang Pameran
- Ruang Bahasa - Ruang Perpustakaan
- Ruang Auditorium - Inspiration Corner

STUDI PRESEDEN
Variabel Penerapan Folding
Konsep desain
Pada desain Heydar Aliyev Center terdapat
sentuhan mem-Folding dengan tujuan seperti
Fold, press, score, cut, pull up, pull down, wrap,
balance. Rencana yang terarah dan penerapannya
dilakukan sebagai definisi dari algoritma, hal itu
bertujuan untuk mendapatkan bentuk yang
ekspresif. Bangunan ini juga menanggapi
topografi yang sebelumnya membagi situs menjadi
dua, proyek memperkenalkan lanskap bertingkat
tepat yang membangun koneksi alternatif dan rute
antara plaza publik, bangunan, dan parkir bawah
tanah. Hal ini menggambarkan
kemunculan/keberadaan ruang sebagai hasil dari
proximity (kedekatan); separation (pemisahan);
spatial succession (pergantian spasial); enclosure
(pembatasan); serta contiguity (keterhubungan).
Solusi ini menghindari penggalian dan
penimbunan tambahan, dan berhasil mengubah
kelemahan awal situs menjadi fitur desain utama.

5
Volume / No. , 22 Juli 2019 Jurnal Perspektif Arsitektur

Variabel Penerapan Folding

Heydar Aliyev Center pada prinsipnya terdiri dari dua sistem


yang berkolaborasi: struktur beton yang dikombinasikan
dengan sistem space frame. Untuk mencapai ruang bebas
Struktur kolom berskala besar yang memungkinkan pengunjung
mengalami fluiditas interior, elemen struktural vertikal diserap
oleh sistem dinding selubung dan tirai. Geometri permukaan
tertentu menumbuhkan solusi struktural yang tidak
konvensional, seperti pengenalan kolom boot melengkung
untuk mencapai kulit permukaan terbalik dari tanah ke barat
bangunan, dan penandaan pas balok-balok kantilever yang
mendukung amplop bangunan di sebelah Timur situs.
Bentukan geometris yang presisi, namun lebih ke bagaimana
mengakomodasi ruang dalam program-progam yang
diinginkan. Sebuah ruang yang halus, yang nantinya akan dapat
diperhitungkan lebih lanjut.

Material
Lapisan ini berasal dari proses merasionalisasi geometri
kompleks, penggunaan, dan estetika proyek. Glass Fiber
Reinforced Concrete (GFRC) dan Glass Fiber Reinforced
Polyester (GFRP) dipilih sebagai bahan cladding yang ideal,
karena memungkinkan plastisitas yang kuat dari desain
bangunan sambil menanggapi permintaan fungsional yang
sangat berbeda terkait dengan berbagai situasi: plaza, transisi
zona dan amplop.
Pencahayaan

Penggunaan kaca semi-reflektif memberikan kilasan


menggoda di dalam, membangkitkan keingintahuan tanpa
mengungkapkan lintasan cairan ruang di dalamnya.

Sirkulasi

Formasi rumit seperti undulasi, bifurkasi, dan lipatan


memodifikasi permukaan plaza ini menjadi lanskap arsitektur
yang mempunyai banyak fungsi: menyambut, merangkul, dan
mengarahkan pengunjung melalui berbagai tingkat interior.

6
Volume / No. , 22 Juli 2019 Jurnal Perspektif Arsitektur

HASIL PENELITIAN
Penerapan
Karakteristik Variabel Ide Desain
Folding Architecture

Melakukan beberapa
Wujud Penerapan lipatan dari metode lipatan dari metode folding
mem-folding untuk menghasilkan wujud
bentuk yang ekspresif
Perancangan bentuk yang
Dimensi yang dihasilkan dari
ekspresif dengan dimensi
Dimensi lipatan-lipatan dalam pencarian
bangunan yang tanggap
bentuk
dengan lingkungan
Menggunakan warna yang
Warna yang digunakan
Warna digunakan dapat
disesuaikan dengan fungsi
membangkitkan daya
bangunan
Ekspresi kreatifitas
Bentuk Penggunaan fasad
Tekstur Setiap lipatan memberikan bangunan dengan tekstur
tekstur berbeda pada bangunan yang dapat menyesuaikan
bentuk lipatan
Penempatan posisi bangunan Mengarahkan bagian
Orientasi
yang menyesuaikan dengan depan bangunan ke arah
kondisi lingkungan utara
Inersia visual suatu bentuk
Menyesuaikan dengan
Inersia tergantung pada geometri dan
lingkungan untuk
Visual orentasinya relative terhadap
meningkatkan konsetrasi
bidang dasar, dan garis pandang
dan stabilitas suatu bentuk
manusia
Ide yang dihasilkan pada
desain Creative Hub ini
Penerapan folding architecture pada
adalah:
karakteristik Creative Hub yaitu
Membangun hubungan tanpa
dengan dasar-dasar proses lipatan
batas dan menyamarkan
dalam segi bentuk, untuk
perbedaan antar sektor industri
melahirkan ekspresi bentuk sebagai
Fungsi kreatif dengan proses
fungsi ruang kreatif. Adapun
pengolahan bentuk geometri
kegiatan yang diwadahi antara lain
yang presisi dan merupakan
event, workshop, pameran, art
wujud dari mem-folding untuk
performance, presentasi, sharing,
menghasilkan bentuk yang
working space, tutorial class,
Creative Hub ekspresif.
meeting, dan kegiatan lainnya.

Penerapan folding architecture pada Ide yang dihasilkan pada


karakteristik Creative Hub yaitu desain Creative Hub ini
bentukan geometris yang abstrak, adalah:
lebih ke bagaimana mengakomodasi Prose penciptaan struktur
Struktur mengikuti bentuk yang
bentuk yang diinginkan, nantinya
akan dapat diperhitungkan sebagai dikembangkan untuk
sistem teknis yang disatukan dan menggabungkan hubungan
diintegrasikan berdasarkan yang fleksibel dengan kisi
fungsinya. kaku kerangka.

7
Volume / No. , 22 Juli 2019 Jurnal Perspektif Arsitektur

DAFTAR PUSTAKA

BPS Kota Palangka Raya, (2018), Kota Palangka Raya Dalam Angka 2018, PT. Azka Putra
Pratama, Palangka Raya.

Badan Ekonomi Kreatif, (2017), Kementerian Pariwasata dan Ekonomi Kreatif, UU No 7 Tahun
2016 tentang Perdagangan Produk berbasis ekonomi kreatif, Jakarta.

British Council, (2015), Creative HubKit, Hubs for Emerging Hubs, London.

Bogdan dan Taylor. 2012. Prosedur Penelitian. Dalam Moleong, Pendekatan Kualitatif. (hlm. 4).
Jakarta: Rineka Cipta.

Ching, Francis D.K, 2000, ARSITEKTUR:Bentuk, Ruang, dan Tatanan, Edisi kedua, Erlangga,
Jakarta.

Sophia Vyzoviti, (2003), Folding Architecture: Spatial, Structural, and Organizational


Diagrams, Star Standard Industries Ltd, Singapore.

Putu Rahayu Sitha Dewi, (2016), “Ketertarikan Publik terhadap Keberadaan Creative Space”.
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI, Program Studi Magister Arsitektur, Sekolah Arsitektur,
Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB. Hal. C 029.

Irawan Surasetja, (2007), “Pengantar Arsitektur : Fungsi, Ruang, Bentuk Dan Ekspresi Dalam”,
Program Studi Arsitektur Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan FPTK UPI. Hal 10-12.

Anda mungkin juga menyukai