Anda di halaman 1dari 252

Daftar Distribusi Perundangan dan Peraturan Update di tahun 2014

KLASIFIKASI PERATURAN /
NO NOMOR JUDUL
PERUNDANG-UNDANGAN

1 Undang - Undang No 05 Tahun 1960 Peraturan Dasar Pokok - Pokok Agraria

2 No 07 Tahun 1981 Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan

3 No 21 Tahun 2000 Serikat Pekerja/Serikat Buruh

4 No 29 Tahun 2000 Perlindungan Varietas Tanaman

5 No 02 Tahun 2004 Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

6 No 40 Tahun 2007 Perseroan Terbatas

7 No 08 Tahun 2008 Pengelolaan Sampah

8 No 24 Tahun 2011 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

9 No 07 Tahun 2012 Penanganan Konflik Sosial

10 Peraturan Pemerintah No 08 Tahun 1981 Perlindungan Upah

11 No 44 Tahun 1995 Pembenihan Tanaman

12 No 18 Tahun 2010 Usaha Budidaya Tanaman

14 No 37 Tahun 2012 Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

File: Hal 1 dari 252 Tgl Print:


Peraturan Pemerintah
Daftar Distribusi Perundangan dan Peraturan Update di tahun 2014

KLASIFIKASI PERATURAN /
NO NOMOR JUDUL
PERUNDANG-UNDANGAN

No 47 Tahun 2012 Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas


15

No 81 Tahun 2012 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis


16 Sampah Rumah Tangga
No 73 Tahun 2013 Rawa
17

File: Hal 2 dari 252 Tgl Print:


Daftar Distribusi Perundangan dan Peraturan Update di tahun 2014

KLASIFIKASI PERATURAN /
NO NOMOR JUDUL
PERUNDANG-UNDANGAN

Peraturan Presiden No 109 Tahun 2013 Penahapan Kepesertaan Program Jaminan Sosial
18
Instruksi Presiden No 01 Tahun 2006 Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel)
19 Sebagai Bahan Bakar Lain
No 06 Tahun 2013 Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata
20 Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut
22 Peraturan Menteri Tenaga No 04 Tahun 1993 Jaminan Kecelakaan Kerja
Kerja dan Transmigrasi
No 04 Tahun 1994 Tunjangan Hari Raya Keagamaan Bagi Pekerja di
23 Perusahaan
No 11 Tahun 2005 Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan dan
24 Peredaran Gelap Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
Lainnya di Tempat Kerja
25 No 07 Tahun 2008 Penempatan Tenaga Kerja
No 15 Tahun 2008 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di Tempat Kerja
26
No 32 Tahun 2008 Tata Cara Pembentukan dan Susunan Keanggotaan
27 Lembaga Kerjasama Bipartit
28 No 8 Tahun 2010 Alat Pelindung Diri (APD)
29 No 9 Tahun 2010 Operator Pesawat Angkat Dan Angkut

File: Hal 3 dari 252 Tgl Print:


Daftar Distribusi Perundangan dan Peraturan Update di tahun 2014

KLASIFIKASI PERATURAN /
NO NOMOR JUDUL
PERUNDANG-UNDANGAN

No 13 Tahun 2011 Nilai Ambang Batas ( NAB ) Faktor Kimia dan Fisika di
30 Tempat Kerja
No 16 Tahun 2011 Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan
31 Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian
Kerja Bersama
No 19 Tahun 2012 Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan
32 Kepada Perusahaan Lain
No 20 Tahun 2012 Perubahan Atas Permen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor per.12/Men/VI/2007 tentang Petunjuk Teknis
33 Pendaftaran Kepersertaan, Pembayaran Iuran, Pembayaran
Santunan dan Pelayanan Jamsostek

34 No 07 Tahun 2013 Upah Minimum


35 No 12 Tahun2013 Tata Cara Penggunaan Tenaga Asing

File: Hal 4 dari 252 Tgl Print:


Daftar Distribusi Perundangan dan Peraturan Update di tahun 2014

KLASIFIKASI PERATURAN /
NO NOMOR JUDUL
PERUNDANG-UNDANGAN

Peraturan Menteri Lingkungan No 02 Tahun 2008 Pemanfaatan Limbah B3


36 Hidup
No 11 Tahun 2008 Persyaratan Kompetensi Dalam Penyusunan Dokumen
37 Amdal dan Persyaratan Lembaga Pelatihan Kompetensi
Penyusun Dokumen Amdal
No 07 Tahun 2009 Ambang Batas Kebisingan Kendaraan Bermotor Tipe Baru
38

No 06 Tahun 2013 Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam


39 Pengelolaan Lingkungan Hidup

40 No 14 Tahun 2013 Simbol dan Label Limbah B3


Peraturan Menteri Pertanian No 38 Tahun 2006 Pemasukan dan Pengeluaran Benih
41

42 No 39 Tahun 2006 Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina


No 35 Tahun 2008 Persyaratan dan Penerapan Cara Pengolahan Hasil
43 Pertanian Asal Tumbuhan yang Baik (Good manufacturing
Practices)

44 No 17 Tahun 2010 Pedoman Untuk Menentukan harga FFB


Peraturan Menteri Kehutanan No 33 Tahun 2010 Tata Cara Pelepasan Kawasan Hutan Produksi yang dapat
47 di Konversi
File: Hal 5 dari 252 Tgl Print:
Daftar Distribusi Perundangan dan Peraturan Update di tahun 2014

KLASIFIKASI PERATURAN /
NO Peraturan Menteri Kehutanan NOMOR JUDUL
PERUNDANG-UNDANGAN

No 17 Tahun 2011 Perubahan Atas Permenhut No 33 Tahun 2010 Tentang Tata


48 Cara Pelepasan Kawasan Hutan Produksi yang dapat di
Konversi

Peraturan Menteri Agraria No 02 Tahun 1999 Izin Lokasi


49

File: Hal 6 dari 252 Tgl Print:


Daftar Distribusi Perundangan dan Peraturan Update di tahun 2014

KLASIFIKASI PERATURAN /
NO NOMOR JUDUL
PERUNDANG-UNDANGAN

Keputusan Menteri Tenaga No 16 Tahun 2001 Tata Cara Pencatatan Serikat Pekerja/Serikat Buruh
50 Kerja dan Transmigrasi

Keputusan Menteri Pertanian No 238 Tahun 2003 Pedoman Penggunaan Pupuk An-Organik
51

Keputusan Menteri Kehutanan No 7416 Tahun 2011 Penetapan Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru
Pemanfaatan Hutan, Penggunaan Kawasan Hutan dan
52 Perubahan Peruntukkan Kawasan Hutan dan Areal
Penggunaan Lain

No 376 Tahun 1998 Kriteria Penyediaan Areal Hutan Untuk Perkebunan


53 Budidaya Kelapa Sawit

Keputusan Bersama Menhut No 364 TahunKetentuan


1990, Mentan
Pelepasan
No 519Kawasan
Tahun 1990
Hutan
dandan
KepPemberian
BPN No 23Hak
Tahun 1990
Guna Usaha Untuk Pengembangan Usaha Pertanian

54

Kep Ka Bapedal No 03 Tahun 1995 Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah B3


55

File: Hal 7 dari 252 Tgl Print:


Daftar Distribusi Perundangan dan Peraturan Update di tahun 2014

KLASIFIKASI PERATURAN /
NO NOMOR JUDUL
PERUNDANG-UNDANGAN

Dibuat Oleh, Disetujui Oleh,

Jenny Verawati Siburian Yusi Rosalina


Compliance Asst Sust System & Cert Manager

File: Hal 8 dari 252 Tgl Print:


ahun 2014

UNIT TERKAIT

PLAS SEED INT HRS CAS SUS


KBN PKS CSR
MA PROD LAB DEPT DEPT DEPT

√ √

√ √ √ √ √

File: Hal 9 dari 252 Tgl Print:


ahun 2014

UNIT TERKAIT

PLAS SEED INT HRS CAS SUS


KBN PKS CSR
MA PROD LAB DEPT DEPT DEPT

√ √

√ √ √ √ √ √

File: Hal 10 dari 252 Tgl Print:


ahun 2014

UNIT TERKAIT

PLAS SEED INT HRS CAS SUS


KBN PKS CSR
MA PROD LAB DEPT DEPT DEPT


√ √ √ √ √ √


√ √ √ √ √ √

√ √ √ √ √
√ √

File: Hal 11 dari 252 Tgl Print:


ahun 2014

UNIT TERKAIT

PLAS SEED INT HRS CAS SUS


KBN PKS CSR
MA PROD LAB DEPT DEPT DEPT

√ √ √ √

√ √


File: Hal 12 dari 252 Tgl Print:


ahun 2014

UNIT TERKAIT

PLAS SEED INT HRS CAS SUS


KBN PKS CSR
MA PROD LAB DEPT DEPT DEPT

√ √ √ √ √

√ √ √

√ √

√ √ √ √ √

√ √

File: Hal 13 dari 252 Tgl Print:


ahun 2014

UNIT TERKAIT

PLAS SEED INT HRS CAS SUS


KBN PKS CSR
MA PROD LAB DEPT DEPT DEPT

√ √

File: Hal 14 dari 252 Tgl Print:


ahun 2014

UNIT TERKAIT

PLAS SEED INT HRS CAS SUS


KBN PKS CSR
MA PROD LAB DEPT DEPT DEPT

√ √

√ √ √ √

File: Hal 15 dari 252 Tgl Print:


ahun 2014

UNIT TERKAIT

PLAS SEED INT HRS CAS SUS


KBN PKS CSR
MA PROD LAB DEPT DEPT DEPT

Diketahui Oleh,

Yohanes Izmi Ryan


Head of Sustainability

File: Hal 16 dari 252 Tgl Print:


Analisa Pemenuhan UU & Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Kesesuaian
Lingkup
No Nama dan Judul Peraturan Ruang Lingkup Peraturan UU / Persyaratan Lain Terkait Kondisi terkini
Pelaksanaan
Ya Tidak

Undang-Undang No 1 Tahun Pemeriksaan saat


1970 Tentang Keselamatan Pasal 8 Pengurus berkewajiban untuk melakukan pemeriksaan perekrutan
Kerja (Perubahan Dari UU No 14 kesehatan badan, mental dan fisik calon karyawan yang akan Seluruh Unit Pemeriksaan
Tahun1969 Tentang Ketentuan- diterima maupun karyawan yang akan dipindahkan sesuai Kerja
√ berkala
Ketentuan Pokok Mengenai dengan sifat-sifat pekerjaan yang akan diterima. Pengurus Pemeriksaan
Tenaga Kerja) diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerjanya secara berkala khusus
Tersedia APD
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pasal 9 Pengurus berkewajiban untuk menjelaskan kepada tiap
berkala
khusus
tenaga kerja baru tentang kondisi & bahaya di tempat kerja, APD Rambu - Rambu K3
yang harus dikenakan, cara bersikap yang aman dalam Seluruh Unit

melaksanakan pekerjaan, dan pembinaan bagi seluruh tenaga Kerja
kerja dalam pencegahan kecelakaan dan kebakaran serta Ahli K3 dan P2K3
peningkatan K3 dan P3K
Rambu - Rambu
Setiap K3
kecelakaan
Pasal 11: Pengurus berkewajiban melapor jika terjadi kecelakaan HRS dan
√ dilaporkan kepada
kepada instansi yang ditunjuk menteri Sustainability
Jamsostek
Pasal 12: Kewajiban karyawan untuk memakai APD yang
diwajibkan, mentaati syarat-syarat K3, Setiap karyawan wajib
Seluruh Unit
√ menggunakan APD selama
Pasal 13: Kewajiban setiap orang untuk menaati semua petunjuk Kerja
bekerja
K3 dan memakai APD yang diwajibkan, saat memasuki tempat
kerja
Rambu - Rambu K3
Pasal 14: Kewajiban Pengurus untuk menempatkan di dalam
di tempat kerja
tempat kerja semua syarat / petunjuk / UU K3 ini secara tertulis,
memasang di tempat kerja gambar K3 dan semua bahan Seluruh Unit Distribusi dokumen

pembinaan lainnya pada tempat yang mudah dilihat dan terbaca Kerja Peraturan ke unit
sesuai petunjuk Ahli K3 dan menyediaakan APD di tempat kerja Distribusi
kerja APD
secara cuma-cuma ke seluruh karyawan

Pasal 15: Pelanggaran terhadap Peraturan ini dapat memberikan ancaman pidana
2 Undang - Undang No 07 Tahun
1981 Tentang Wajib Lapor Pasal 4: Pengusaha wajib melaporkan secara tertulis setiap
Ketenagakerjaan di Perusahaan mendirikan, menghentikan, menjalankan kembali, memindahkan
(Pengganti UU No 23 Tahun atau membubarkan perusahaan, mempunyai kantor cabang atau
1953) bagian yang berdiri sendiri kepada Menteri atau pejabat yang
ditunjuk (tidak lebih dari 30 hari) HRS √ Tersedia bukti pelaporan
(Pengganti UU No 23 Tahun
1953)
HRS √ Tersedia bukti pelaporan

Pasal 7: Setelahnya, pengusaha wajib melaporkan mengenai


ketenagakerjaan setiap tahun secara tertulis

Pasal 10: Pelanggaran terhadap Peraturan ini dapat memberikan ancaman pidana
Undang - Undang No 21 Tahun
2000 Tentang Serikat Pasal 29 Pengusaha harus memberi kesempatan kepada
Pekerja/Serikat Buruh pengurus dan/atau anggota serikat pekerja /serikat buruh untuk
menjalankan kegiatan serikat pekerja/serikat buruh dalam jam
kerja yang disepakati oleh kedua belah pihak dan/atau yang Seluruh Unit
√ Prosedur
diatur dalam perjanjian kerja bersama, berdasarkan: jenis Kerja
kegiatan yang diberikan kesempatan, tata cara pemberian
kesempatan dan pemberian kesempatan yang mendapat upah
dan yang tidak mendapat upah

UU No 13 Tahun 2003 Tentang


Ketenagakerjaan Pasal 12 Pengusaha bertanggung jawab atas peningkatan dan
Pelatihan internal maupun
atau pengembangan kompetensi pekerjaannya melalui pelatihan Seluruh Unit
√ eksternal, dan pelatihan
kerja. Setiap pekerja/buruh memiliki kesempatan yang sama Kerja
yang terjadwal
untuk mengikuti pelatihan kerja sesuai dengan bidang tugasnya

Pasal 13b dan 15 Pelatihan kerja dapat dilakukan di tempat


pelatihan kerja atau tempat kerja dengan persyaratan: tersedia
tenaga kepelatihan, adanya kurikulum yang sesuai dengan
HRS √ Training Centre
tingkat pelatihan, tersedianya sarana dan prasarana pelatihan
kerja, dan tersedianya dana bagi kelangsungan kegiatan
penyelenggaraan pelatihan kerja

Pasal 18 Tenaga kerja yang telah mengikuti pelatihan berhak


memperoleh pengakuan kompetensi kerja setelah mengikuti Seluruh Unit Tersedia Sertifikat

pelatihan kerja yang dilakukan melalui sertifikasi kompetensi Kerja Pelatihan
kerja

Pasal 21 - 23 Pelatihan kerja dapat diselenggarakan dengan


sistem pemagangan yang dilaksanakan atas dasar perjanjian
pemagangan antara peserta dengan pengusaha secara tertulis,
HRS √ Tersedia Surat Perjanjian
dan tenaga kerja yang telah mengikuti program pemagangan
berhak atas pengakuan kualifikasi kompetensi kerja dari
perusahaan atau lembaga sertifikasi
Pasal 35 Pemberi kerja yang memerlukan tenaga kerja dapat Rencana kebutuhan
merekrut sendiri tenaga kerja yang dibutuhkan atau melalui tenaga kerja berdasarkan
pelaksana penempatan tenaga kerja dan wajib memberikan analisa jabatan,
HRS √
perlindungan sejak rekrutmen sampai penempatan tenaga kerja menggunakan bursa
mencakup kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan baik kesempatan kerja pada
mental maupun fisik tenaga kerja kantor Disnaker

Pasal 42 Setiap pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga kerja


asing wajib memiliiki izin tertulis dari Menteri, memiliki rencana Semua tenaga kerja asing
penggunaan tenaga kerja asing yang disahkan oleh Menteri, dan HRS √ telah memiliki Kitas/Izin
dipekerjakan di Indonesia hanya dalam hubungan kerja untuk kerja
jabatan tertentu dan waktu tertentu

Pasal 52 Perjanjian kerja harus atas dasar kesepakatan kedua


belah pihak, kemampuan dan kecakapan melakukan perbuatan
hukum,adanya pekerjaan yang diperjanjikan, dan tidak Tersedia Surat Perjanjian
bertentangan dengan kesusilaan dan perundangan yang berlaku HRS √ Kerja yang dimiliki pekerja
dengan pengusaha

Pasal 54 Surat perjanjian kerja dibuat dua rangkap untuk


pengusaha dan pekerja

Pasal 66 Pemberi kerja tidak boleh mempekerjakan pekerja dari


penyedia jasa pekerja untuk melaksanakan kegiatan pokok / HRS √
proses produksi, kecuali untuk kegiatan penunjang

Pasal 76 Pengusaha dilarang mempekerjakan perempuan < 18


tahun & wanita hamil yang menurut dokter membahayakan pada
Jam kerja 07.00 - 16.00
pukul 23.00 - 07.00. Mempekerjakan perempuan pukul 23.00 -
HRS √ (istirahat 2 jam) atau 08.00
07.00 wajib memberikan makanan bergizi dan menjaga
- 16.00 (istirahat 1 jam)
kesusilaan & menyediakan jemputan (untuk yang bekerja pukul
23.00 - 05.00)

Pasal 77 Pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja:


7 jam sehari, dan 40 jam seminggu untuk 6 hari kerja seminggu,
8 jam sehari, dan 40 jam seminggu untuk 5 hari kerja seminggu. Waktu kerja 6 hari
Seluruh Unit
Untuk waktu kerja yang melebihi jam kerja, harus ada √ seminggu, dengan total 40
Kerja
persetujuan pekerja yang bersangkutan, waktu kerja lembur jam seminggu
hanya dapat dilakukan paling banyak 3 jam sehari dan 14 jam
seminggu

Pasal 79 istirahat kerja 1/2 jam setelah bekerja 4 jam terus-


Seluruh Unit
menerus, istirahat mingguan 1 hari untuk 6 hari kerja, cuti √
Kerja
tahunan 12 hari setelah bekerja 12 bulan terus-menerus
Pasal 80 Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang
Seluruh Unit
secukupnya kepada pekerja untuk melaksanakan ibadah yang √
Kerja
diwajibkan agama

Pasal 81 - 83 Pekerja wanita yang dalam masa haid merasakan


sakit tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua pada
waktu haid. Pekerja wanita berhak mendapat istirahat 1,5 bulan Seluruh Unit

sebelum dan sesudah melahirkan. Pekerja wanita yang anaknya Kerja
masih menyusu harus diberi kesempatan sepatutnya untuk
menyusui anaknya jika itu harus dilakukan selama bekerja

Pasal 85 Pengusaha wajib membayar upah kerja lembur bagi Seluruh Unit

pekerja yang diminta bekerja pada hari libur resmi Kerja

Pasal 90 Pengusaha dilarang untuk membayar upah lebih Seluruh Unit


√ Telah sesuai dengan UMP
rendah dari Upah minimum & Ketentuan pengupahan lainnya Kerja

Pasal 93 Pengusaha wajib membayar upah pekerja apabila:


pekerja sedang sakit, masah haid hari pertama dan kedua bagi
pekerja wanita, kepentingan lain pekerja (menikah/menikahkan,
Seluruh Unit
mengkhitankan/membaptis anak, istri melahirkan/keguguran, √
Kerja
anggota keluarga meninggal dunia), pekerja menjalankan ibadah,
melaksanakan hak istirahat, melaksanakan tugas serikat pekerja,
melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan

Pasal 106 Pengusaha wajib membentuk Lembaga kerjasama


bipartite untuk perusahaan yang mempekerjakan ≥ 50 orang

Pasal 108 Pengusaha wajib membuat peraturan perusahaan HRS √ Telah memiliki PKB
yang disahkan menteri / pejabat yang ditunjuk bila
mempekerjakan ≥ 10 orang (kecuali bagi perusahaan yang telah
memiliki perjanjian Kerja bersama)

Pasal 123 Masa berlakunya PKB paling lama 2 tahun, dapat diperpanjang 1 tahun

Pasal 126 Pengusaha, serikat pekerja dan pekerja wajib


melaksanakan ketentuan PKB. Pengusaha dan serikat pekerja
Setiap pekerja memperoleh
wajib memberitahukan isi PKB atau perubahannya kepada HRS √
buku saku PKB
pekerja. Pengusaha harus mencetak dan membagikan naskah
PKB kepada seluruh pekerja dengan biaya dari perusahaan

Pasal 129 Pengusaha dilarang menggantikan PKB dengan Peraturan Perusahaan selama di perusahaan masih ada serikat pekerja
Pasal 183 Pelanggaran terhadap peraturan ini dikenakan sanksi pidana penjara
Undang -Undang No 02 Tahun
2004 Tentang Penyelesaian Pasal 3 Perselisihan hubungan industrial wajib diupayakan
Perselisihan Hubungan penyelesaiannya terlebih dahulu melalui perundingan bipartit
Industrial secara musyawarah untuk mencapai mufakat (batas waktu 30
hari kerja sejak tanggal perundingan)

Pasal 7 Dalam hal musyawarah dapat mencapai kesepakatan Seluruh Unit


penyelesaian, maka dibuat Perjanjian Bersama, yang nantinya √ Perjanjian Bersama
Kerja
mengikat dan menjadi hukum serta wajib dilaksanakan oleh para
pihak

Pasal 7 Perjanjian Bersama wajib didaftarkan pada Pengadilan


Hubungan Industrial dan menerima akta bukti pedaftaran

3 Undang - Undang No 18 Tahun Pasal 4 Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan


2008 Tentang Pengelolaan Seluruh Unit
kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan
Sampah Kerja
sampah sebagai sumber daya

Pasal 12 Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga


dan sampah sejenis sampah rumah tangga wajib mengurangi Seluruh Unit
dan menangani sampah dengan cara yang berwawasan Kerja
lingkungan

Pasal 13 Pengelola kawasan industri wajib menyediakan fasilitas Seluruh Unit


pemilahan sampah Kerja

Pasal 19 Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah


Seluruh Unit
sejenis sampah rumah tangga terdiri atas: pengurangan sampah
Kerja
dan penanganan sampah

Pasal 20 Pengurangan sampah meliputi kegiatan: pembatasan


Seluruh Unit
timbulan sampah, pendauran ulang sampah, pemanfaatan
Kerja
kembali sampah

Pasal 22 Penanganan sampah meliputi kegiatan: pemilahan


sampah, pengumpulan di tempat penampungan sementara, Seluruh Unit
pengangkutan ke tempat pemprosesan akhir, pengolahan Kerja
sampah, pemprosesan akhir

Pasal 29 Setiap orang dilarang mencampur sampah dengan


limbah berbahaya dan beracun, mengelola sampah yang dapat Seluruh Unit
menyebabkan pencemaran atau perusakan lingkungan, Kerja
membuang sampah tidak pada tempatnya, membakar sampah
Undang - Undang No 24 Tahun Pasal 15 Kewajiban pengusaha secara bertahap mendaftarkan
2011 Tentang Badan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta BPJS dengan
Penyelenggaraan Jaminan memberikan data diri yang lengkap dan benar
Sosial (Pengganti UU No 03
Tahun 1992) Pasal 17 pemberi kerja yang tidak melakukan ketentuan dalam
peraturan ini dikenakan sanksi administrasi berupa teguran Seluruh Unit
tertulis, denda dan tidak mendapat pelayanan publik tertentu √
Kerja

Pasal 19 Kewajiban pengusaha untuk memungut iuran yang


menjadi beban peserta dari pekerjanya dan menyetorkannya
kepada BPJS

6 Peraturan Pemerintah No 8 Upah dibayarkan


Tahun 1981 tentang Pasal 3 Pengusaha dalam menetapkan upah tidak boleh
Seluruh Unit berdasarkan jabatan, dan
perlindungan upah mengadakan diskriminasi antara buruh laki-laki dan buruh wanita √
Kerja serendah-rendahnya
untuk pekerjaan yang sama nilainya
sesuai UMP

Pasal 5 Pengusaha wajib membayar upah jika buruh sakit dan


tidak dapat melakukan pekerjaan, untuk 3 bulan pertama dibayar
100% dari upah, untuk 3 bulan kedua dibayar 75% dari upah,
untuk 3 bulan ketiga dibayar 50% dari upah, untuk 3 bulan
keempat dibayar 25% dari upah
Seluruh Unit
√ Prosedur
Kerja
Pasal 5 Pengusaha wajib membayar upah jika buruh tidak masuk
kerja karena: buruh sendiri kawin dibayar untuk 2 hari,
menyunatkan anak dibayar 1 hari, membaptiskan anak dibayar 1
hari, mengawinkan anak dibayar 2 hari, anggota keluarga
meninggal dibayar 2 hari, istri melahirkan anak dibayar 1 hari

Pasal 31 Pengusaha yang melanggar ketentuan ini dikenakan hukuman pidana kurungan

Peraturan Pemerintah No 50
Pasal 4 Kebijakan nasional tentang SMK3 sebagai pedoman
Tahun 2012 Tentang Penerapan
perusahaan dalam menerapkan SMK3
Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Pasal 5 Perusahaan wajib menerapkan SMK3, karena:
a. memperkerjakan pekerja/buruh lebih dari
100 orang b. mempunyai tingkat Seluruh Unit

potensi bahaya tinggi Kerja

Pasal 6 SMK3 meliputi: penetapan kebijakan K3, perencanaan


K3, pelaksanaan rencana K3, pemantauan dan evaluasi kinerja
K3, peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3
Pasal 9d Pengusaha dalam menyusun rencana K3, harus
melibatkan Ahli K3, P2K3, wakil pekerja, dan pihak lain yang
terkait di perusahaan
Seluruh Unit

Pasal 9e Rencana K3 sedikitnya memuat: tujuan dan sasaran, Kerja
skala prioritas, upaya pengendalian bahaya, penetapan sumber
daya, jangka waktu pelaksanaan, indikator pencapaian, sistem
pertanggungjawaban

Pasal 10a-c Pelaksanaan rencana K3 dilakukan oleh pengusaha


berdasarkan rencana k3, dan didukung oleh sumber daya
Seluruh Unit Tersedia Sertifikat Ahli K3
manusia yang memiliki kompetensi yang disertai sertifikat dan √
Kerja dan Izin
kewenangan yang dibuktikan dengan surat izin dari instansi
berwenang
struktur organisasi
K3 di unit kerja
Pasal 10d Prasarana dan sarana paling sedikit terdiri dari: unit
yang bertanggung jawab di bidang K3, anggaran yang memadai, Seluruh Unit
√ prosedur kerja dan
prosedur kerja, informasi, pelaporan, dokumentasi dan instruksi Kerja
kerja instruksi kerja
bukti pelaporan

Pasal 13b Prosedur pelaporan terdiri atas pelaporan: terjadinya


kecelakaan di tempat kerja, ketidaksesuaian terhadap peraturan
Seluruh Unit
perundangan dan standar, kinerja K3, identifikasi sumber √ Prosedur Sustainability
Kerja
bahaya, dan yang diwajibkan berdasarkan ketentuan peraturan
perundangan

Pasal 13c Pendokumentasian sedikitnya dilakukan terhadap:


peraturan perundangan di bidang K3 dan standar di bidang K3;
indikator kinerja K3; izin kerja; hasil identifikasi; penilaian dan
pengendalian risiko; kegiatan pelatihan K3; kegiatan inspeksi, Seluruh Unit
√ Prosedur Sustainability
kalibrasi dan pemeliharaan; catatan pemantauan data; hasil Kerja
pengkajian kecelakaan di tempat kerja dan tindak lanjut;
identifikasi produk termasuk komposisinya, informasi mengenai
pemasok dan kontraktor; audit dan peninjauan ulang SMK3

Pasal 14 Pengusaha wajib melakukan pemantauan dan evaluasi


K3 melalui pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan audit
Seluruh Unit
internal SMK3 yang dilakukan oleh sumber daya manusia yang √ Pengujian HIPERKES
Kerja
kompeten. Hasil pemantauan dan evaluasi kerja K3 digunakan
untuk melakukan tindakan perbaikan
Pasal 15 Perbaikan dan peningkatan kinerja dapat dilaksanakan
dalam hal: terjadinya perubahan peraturan perundangan, adanya
tuntutan pasar dan pihak terkait lainnya, adanya perubahan
Sustainability √ Update Peraturan Berkala
produk dan kegiatan perusahaan, perubahan struktur organisasi
perusahaan, perkembangan IPTEK, hasil kajian kecelakaan di
tempat kerja, adanya pelaporan dan masukan dari pekerja

Peraturan Presiden No 109 Jaminan


Tahun 2013 Tentang Penahapan kecelakaan
Kepesertaan Program Jaminan Pasal 6 pemberi kerja selain penyelenggara Negara yang kerjal
Jaminan hari
Sosial memiliki usaha skala besar dan menengah wajib mendaftarkan tua
Seluruh Unit
pekerjanya kepada BPJS ketenagakerjaan secara bertahap Jaminan Kesehatan
Kerja Jaminan
dimulai tanggal 1 Juli 2015 untuk mengikuti program jaminan
kecelakaan kerja, hari tua, pensiun, kematian pensiun
Jaminan
kematian
32 Keputusan Presiden No 22 Pasal 1 Penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja Jaminan hari
Tahun 1993 Tentang Penyakit kematian
tua
yang Timbul karena Hubungan - Tenaga kerja yang menderita penyakit akibat kerja berhak
Kerja mendapat Jaminan Kecelakaan Kerja baik masih dalam
hubungan kerja atau sudah berakhir (terhitung 3 tahun sejak
hubungan kerja berakhir)
Seluruh Unit

Kerja
- Penyakit yang timbul karena hubungan kerja (31 penyakit):
pnemokoniosis, penyakit paru dan saluran pernapasan, asma,
kelainan pendengaran akibat kebisingan, penyakit yang
disebabkan oleh getaran mekanik, dll

Peraturan Menteri Perburuhan Pasal 2 -15 Persyaratan Bangunan:


No 7 Tahun 1964 tentang Syarat
Kesehatan, Kebersihan serta Pasal 2 Syarat bangunan harus menghindarkan terjadinya
Penerangan dalam Tempat Kerja kebakaran & kecelakaan, bahaya keracunan, penularan penyakit,
dll

Pasal 3 Sampah dan bahan terbuang lainnya harus terkumpul


pada suatu tempat yang rapi dan tertutup

Pasal 5 Luas tempat kerja minimal 2 m per orang untuk


mendapat ruang gerak yang cukup

Pasal 5 Dinding tidak boleh basah atau lembab Seluruh Unit



Kerja
Seluruh Unit

Kerja
Pasal 5 Alat dan bahan harus disusun dan disimpan rapi
sehingga tidak menimbulkan bahaya tertimpa

Pasal 6 WC harus terpisah untuk laki - laki dan perempuan

Pasal 6 Jumlah WC, 1-15 orang = 1, 16-30 orang=2…dst

Pasal 7 Di tempat kerja yang dianggap perlu harus diadakan


tempat mandi, tempat cuci muka dan tangan, dan tempat
pakaian menurut kepentingan masing - masing

Pasal 9 Pekerja yang bekerja duduk harus disediakan kursi Seluruh Unit

dengan sandaran untuk punggung Kerja

45 Peraturan Menteri Tenaga Kerja


dan Transmigrasi No 01 Tahun Pasal 1 Kewajiban Perusahahaan untuk mengirimkan setiap
1976 tentang Kewajiban Latihan dokter perusahaannya untuk mendapatkan latihan dalam bidang
Hyperkes Bagi Dokter Hygiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Perusahaan HRS
Pasal 2 Dokter perusahaan adalah dokter yang ditunjuk atau
bekerja di perusahaan yang bertugas atau bertanggung jawab
atas Hygiene Perusahaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pasal 6 Perusahaan yang tidak melaksanakan ketentuan dalam peraturan ini diancam dengan hukuman

46 Peraturan Menteri Tenaga Kerja


dan Transmigrasi No 01 Tahun Pasal 1 Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga Para
1979 tentang Kewajiban Latihan Medis diwajibkan untuk mengrimkan tenaga kerja tersebut ke
Hygiene Perusahaan Kesehatan Pusat dan Balai Bina Hygiene Perusahaan dan Keselamatan
Dan Keselamatan Kerja Bagi Kerja untuk mendapatkan latihan dalam bidang Hygiene
Tenaga Para Medis Perusahaan. Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Pasal 2 Tenaga Para Medis adalah para medis yang ditunjuk


untuk melaksanakan penyelenggaraan tugas hygiene
perusahaan dan K3 di perusahaan atas petunjuk dan bimbingan HRS
Dokter Perusahaan

Pasal 4 Setiap tenaga para medis yang telah dapat


menyelenggarakan latihan akan mendapat sertifikat dan
dianggap telah memenuhi syarat-syarat untuk menyelenggarakan
pelayanan hygiene perusahaan dan kesehatan kerja sesuai
dengan fungsinya
Pasal 6 Perusahaan yang tidak melaksanakan ketentuan dalam peraturan ini diancam dengan hukuman
Permenaker Trans No 02 Tahun
1980 Tentang Pemeriksaan Pasal 1 Dokter yang melakukan pemeriksaan adalah dokter yang
Kesehatan Tenaga Kerja dalam ditunjuk pengusaha dan telah memenuhi syarat sesuai Dokter
Penyelenggaraan Keselamatan Permenaker Transkop No. 01/Men/1976 - Bersertifikasi Hyperkes Perusahaan
Kerja

Pasal 2 Kewajiban pengusaha melakukan pemeriksaan


kesehatan sebelum kerja meliputi pemeriksaan fisik lengkap,
rontgen paru (jika diperlukan), lab rutin & lainnya yang dianggap HRS
perlu (jika 3 bulan sebelumnya dilakukan pemeriksaan oleh
dokter yang ditunjuk, tidak perlu dilakukan pemeriksaan)

Pasal 3 Kewajiban melakukan pemeriksaan kesehatan berkala


sekurang-kurangnya 1 tahun sekali meliputi pemeriksaan fisik
lengkap, rontgen paru (jika diperlukan), lab rutin & lainnya yang HRS
dianggap perlu. Jika ditemukan gangguan kesehatan, pengurus
wajib mengadakan tindak lanjut & memperbaiki sebab-sebabnya

Pasal 5 Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan pula terhadap


tenaga kerja yang mengalami kecelakaan / penyakit yang dirawat Seluruh Unit
> 2 minggu, tenaga kerja berusia di atas 40 tahun, atau sesuai Kerja
dengan kebutuhan

Pasal 6 Perusahaan diwajibkan membuat rencana pemeriksaan


sebelum bekerja, berkala dan khusus. Pengusaha wajib
membuat laporan dan menyampaikan selambat-lambatnya 2 HRS
bulan sesudah pemeriksaan dilakukan kepada Dirjen Bina-
Lindung Tenaga Kerja

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Pasal 3 Tabung APAR harus diisi sesuai dengan jenis dan konstruksinya:
dan Transmigrasi No 04 Tahun
1980 tentang Syarat-Syarat
Pemasangan & Pemeliharaan Pasal 4a Setiap satu atau kelompok APAR harus ditempatkan
Alat Pemadam Api Ringan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan √
diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan

Pasal 4c Tinggi pemberian tandan pemasangan adalah 125 cm


dari dasar lantai, tepat di atas APAR

Seluruh Unit
Kerja
Pasal 3e Penempatan antar APAR tidak boleh lebih dari 15
meter, kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja
Seluruh Unit
Kerja
Pasal 3f Semua APAR sebaiknya berwarna merah

Pasal 5 Dilarang memasang dan menggunakan APAR yang


didapati sudah berlubang atau cacat karena karat

Pasal 8 Pemasangan APAR berada pada ketinggian 1,2 meter


dari permukaan lantai kecuali jenis CO2 dan tepung kering tidak
kurang 15 cm dari permukaan lantai

Pasal 10 APAR yang ditempatkan di ruang terbuka harus


dilindungi dengan tutup pengaman

Pasal 11 Setiap APAR harus diperiksa 2 kali dalam setahun


a. Pemeriksaan jangka waktu 6 bulan

- Isi tabung, tekanan tabung, kondisi segi pengaman cartridge

- Cacat pada bagian luar tabung termasuk handel dan label

- kondisi mulut pancar dan pipa pancar

- Untuk APAR jenis cairan atau asam soda, diperiksa dengan


cara mencampur sedikit larutan sodium bicarbonat dan asam
keras di luar tabung, apabila reaksi cukup kuat, maka APAR
dapat dipasang kembali
Seluruh Unit
- Untuk APAR jenis busa, diperiksa dengan cara mencampur Kerja
sedikit larutan sodium bicarbonat dan alumunium sulfat di luar
tabung, apabila reaksi cukup kuat, maka APAR dapat dipasang
kembali

- Untuk APAR jenis hydrocarbon berhalogen kecuali jenis


tetrachlorida, diperiksa dengan cara menimbang, jika beratnya
sesuia dengn aslinya dapat dipasang kembali
- Untuk APAR jenis carbondioxida, harus diperiksa dengan cara
menimbang serta mencocokan beratnya dengan berat yang
tertera pada alat pemadam api, apabila terdapat kekurangan
berat sebesar 10%, tabung pemadam harus diisi kembali sesuai
dengan berat yang ditentukan

b. Pemeriksaan jangka waktu 12 bulan selain dilakukan pemeriksaan jangka waktu 6 bulan, juga dilakukan pemeriksaan berikut:

- Isi alat pemadam api harus sampai batas permukaan yang telah
ditentukan

- Kondisi pipa pelepas isi yang berada dalam tabung, saringan,


ulir tutup kepala, saluran penyemprotan, gelang tutup kepala,
lapisan pelindung dan tabung gas bertekanan dalam keadaan
baik

- Khusus jenis pompa tangan CTC (Carbon tetrachiorida),


peralatan pompa harus diteliti untuk memastikan dapat bekerja
dengan baik, tuas pompa dikembalikan pada kedudukan terkunci
seperti semula

Pasal 14 Petunjuk cara pemakaian APAR harus dapat dibaca Seluruh Unit
dengan jelas Kerja

Pasal 15 dan 17 Untuk setiap APAR dilakukan percobaan secara


berkala dengan jangka waktu tidak melebihi 5 tahun sekali.
Setelah dilakukan percobaan tekan terhadap setiap APAR,
tanggal percobaan tekan tersebut dicatat dengan cap di
selembar pelat logam pada badan tabung

Psal 18 Setiap tabung APAR harus diisi kembali dengan cara:


untuk asam soda, busa dan bahan kimia harus diisi setahun
sekali; untuk jenis cairan busa yang dicampur lebih dahulu harus
diisi 2 tahun sekali; untuk jenis tabung gas hydrocarbon
berhalogen harus diisi 3 tahun sekali; sedangkan jenis lainnya
diisi selambatnya 5 tahun sekali

Pasal 24 dan 25 Pengurus harus bertanggung jawab terhadap ditaatinya peraturan ini
Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No 01 Tahun Pasal 2 dan 3 Jika dalam pemeriksaan kesehatan bekerja dan
1981 tentang Kewajiban Melapor khusus ditemukan penyakit akibat kerja oleh tenaga kerja,
Penyakit Akibat Kerja pengurus & badan yang ditunjuk wajib melaporkan secara tertulis
kepada Dirjen Pembinaan Hubungan Perburuhan & Perlindungan
Tenaga Kerja paling lambat 2 x 24 jam setelah didiagnosa Penyediaan APD,
Seluruh Unit
√ Pemeriksaan berkala dan
Kerja
pemeriksaan khusus
Pasal 4 Pengurus wajib melakukan tindakan preventif agar
penyakit akibat kerja yang sama tidak berulang dan menyediakan
APD secara cuma - cuma untuk wajib dipakai oleh tenaga kerja

Pasal 8 Pengurus yang tidak mentaati ketentuan dalam peraturan ini, diancam dengan hukuman
Peraturan Menteri Tenaga Kerja
No 01 Tahun 1982 Tentang Pasal 6 Bejana tekanan harus disertai sertifikat asli bahan
Bejana Tekanan konstruksinya dan memenuhi syarat yang ditentukan dalam √
PKS Tersedia izin
dasar-dasar perhitungan kekuatan konstruksi Bejana tekan yang
dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk

Pasal 7

- Setiap botol baja harus dilengkapi dengan katub penutup yang


baik.
- Ulir penghubung botol baja dengan pipa pengisi harus ke
kiri, las lainnya mempunyai Ulir kanan

Pasal 17 Pengujian ulang dengan mengadakan pemeriksaan luar


dan dalam dengan sempurna sekurang - kurangnya harus
diadakan setiap 5 tahun sekali

Pasal 18 Setiap pengujian bejana tekanan yang menunjukkan


hasil baik, harus diberikan tanda baik pada bejana yang
bersangkutan dengan dibubuhi nomor kode wilayah, bulan dan
tahun pengujian PKS

Pasal 21 Biaya pemeriksaan dan pengujian dibebankan kepada


Pemeriksaan berkala 2
pengusaha yang memiliki bejana tekanan atau yang mengajukan
tahun sekali
permohonan
Pasal 23 Bejana tekanan yang digunakan:
untuk zat asam
harus dicat biru muda
untuk gas yang mudah terbakar dicat warna
merah
untuk gas yang beracun dicat warna kuning
untuk gas
yang beracun dan mudah terbakar harus dicat warna kuning dan
merah
Pengisian

Pasal 24 Sebelum diisi bejana tekanan harus dibersihkan dan


diperiksa dari karatan dan retakan yang dapat membahayakan

Pasal 30 Botol baja atau bejana transport untuk gas cair selama PKS
diisi harus ditimbang untuk menetapkan adanya pengisian
berlebihan, menggunakan timbangan kontrol yang diperiksa oleh
pengurus sekurang - kurangnya sebulan sekali

Penyimpanan

Pasal 35b Ruang penyimpanan botol - botol baja dan bejana


transport yang kosong harus mempunyai ventilasi cukup,
mempunyai pintu keluar / penyelamat

Pasal 35d Dilarang meletakkan di tangga, gang, di muka alat


pengangkat, pemasukan angin yang memungkinkan jatuh

PKS
Pasal 35e Dilarang menyimpan bersama-sama botol baja yang
berisi zat mudah terbakar

Pasal 35f Bejana tekan / botol baja yang berisi zat mudah
terbakar harus disimpan dalam ruang tahan api

- Harus dilindungi dari sumber panas & karat

Pengangkutan

Pasal 37 Dilarang mengangkat menggunakan magnit


pengangkat sling yang membelit pada bejana tekanan
PKS
PKS
Pasal 38 Bejana tekanan harus diangkut dengan alat pengangkut
yang sesuai untuk mencegah rebah dan terbentur

Pembuatan dan Pemakaian

Pasal 40 Pembuatan Bejana Tekanan harus memiliki


pengesahan tertulis dan sesuai dengan gambar rencana &
syarat-syarat teknis yang disahkan oleh pejabat yang terkait

Pasal 41 Dilarang mengisi & menggunakan Bejana Tekan yang PKS


tidak memiliki pengesahan dari pemakaian dari pejabat terkait

Pasal 42 Dilarang melakukan perubahan yang menyimpang dari


yang sudah disahkan

Pasal 45a-b Setiap pemohon diwajibkan membayar biaya


permohonan pengesahan gambar - gambar rencana pembuatan,
pemasangan, perbaikan, perubahan teknis, dan pengesahan
pemakaian bejana (biaya hanya dikenakan 1 x)
HRS

Pasal 45c Pengusaha yang memiliki bejana tekanan, diwajibkan


tiap - tiap tahun membayar biaya pengawasan kepada Negara

Peraturan Menteri Tenaga Kerja


Pasal 3a Juru Las dianggap terampil apabila telah menempuh
dan Transmigrasi No 02 Tahun
ujian las dengan hasil memuaskan dan mempunyai sertifikasi
1982 tentang Kualifikasi Juru
juru las
Las
Pasal 3b Dianggap tidak terampil jika selama 6 bulan terus-
menerus tidak melakukan pekerjaan las sesuai yang tercantum
dalam sertifikasi juru las
PKS dan
Bengkel
Pasal 4 Syarat - Syarat pekerja juru las: berbadan sehat fisik dan
mental, berumur sekurangnya 18 tahun, pernah mengikuti dan
lulus latihan las dasar

Pasal 31 Setiap 3 bulan sekali, Pengurus atau juru las harus


memperlihatkan buku kerja juru las kepada Pegawai Pengawas
setempat untuk dicatat dan diketahui

Pengurus wajib melaksanakan dan bertanggung jawab terhadap ditaatinya Peraturan ini
Peraturan Menteri tenaga Kerja
Tersedia puskesbun di unit
No 03 Tahun 1982 Tentang
kerja, ambulance dan
Pelayanan Kesehatan Tenaga Pasal 3 Pengurus wajib memberikan pelayanan kesehatan kerja
pelayanan kesehatan
Kerja
lainnya

Pasal 5 Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja dipimpin


dan dijalankan oleh seorang dokter yang ditunjuk Direktur Seluruh Unit

Kerja

Pasal 6 Pengurus wajib memberikan kebebasan profesional Laporan Dokter


kepada dokter yang menjalankan pelayanan kesehatan kerja Perusahaan

Pasal 7 Pengurus wajib menyampaikan laporan pelayanan


kesehatan kerja kepada Direktur
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Pasal 135 b dan c Pengujian pesawat tenaga & produksi minimal
dan Transmigrasi No 04 Tahun 5 tahun sekali & pemeriksaan berkala 1 tahun sekali yang
1985 tentang Pesawat Tenaga dilakukan oleh Pegawai Pengawas atau Ahli K3 kecuali
dan Produksi ditentukan lain PKS

Pasal 137 Biaya pemeriksaan dan pengujian dibebankan kepada


pengusaha

Pasal 139 Setiap perencanaan, pembuatan, peredaran, pemasangan, pemakaian, perubahan dan perbaikan harus mendapat pengesahan dari peja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Tansmigrasi No 05 Tahun Pasal 135 Setiap perencanaan, pembuatan, peredaran,
1985 tentang Pesawat Angkat & pemasangan, pemakaian, perubahan, perbaikan harus mendapat
Angkut pengesahan dari Pejabat yang ditunjuk

Pasal 138d Pemeriksaan & pengujian ulang pesawat angkat & Pemeriksaan berkala 2
angkut dilaksanakan min. 2 tahun setelah pengujian pertama & PKS √
tahun sekali
pemeriksaan pengujian ulang selanjutnya dilakukan 1 tahun
sekali (Forklift & Lift)

Pasal 139 Biaya pemeriksaan dan pengujian pesawat angkat dan


angkut dibebankan kepada pengusaha
Peraturan Menteri Tenaga Kerja
No 04 Tahun 1987 Tentang Pasal 2 Setiap tempat kerja dengan kriteria memperkerjakan 100
Panitia Pembina K3 serta Tata orang atau lebih, memperkerjakan kurang dari 100 orang tetapi Seluruh Unit telah ada P2K3 di masing -
Cara Penunjukkan Ahli K3 √
menggunakan bahan, proses dan instalasi yang mempunyai kerja masing unit kerja
resiko besar akan terjadinya kebakaran atau keracunan
Cara Penunjukkan Ahli K3

Pasal 3 Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan


pekerja yang susunannya terdiri dari Ketua, Sekretaris &
Anggota. Sekretaris P2K3 adalah AK3 dari perusahaan yang
bersangkutan Seluruh Unit telah ada P2K3 yang

kerja disahkan Disnaker
Pasal 4a Tugas P2K3 adalah memberikan saran dan
pertimbangan kepada pengusaha mengenai masalah K3

Pasal 4b Fungsi P2K3 adalah:

(1) Menghimpun dan mengolah data tentang K3 di tempat kerja

(2) Menjelaskan kepada pekerja tentang: berbagai faktor bahaya


di tempat kerja, APD bagi tenaga kerja, cara dan sikap yang
aman dan benar dalam melaksanakan pekerjaan

(3) Membantu pengusaha dalam: mengevaluasi cara


kerja/proses/lingkungan kerja, menentukan tindakan koreksi, Seluruh Unit
mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap K3, Kerja
mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat
kerja, memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja,
pelayanan kesehatan tenaga kerja

(4) Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijaksanaan


manajemen dan pedoman kerja dalam rangka meningkatkan
keselamatan kerja, hiegene perusahaan, kesehatan kerja,
ergonomi, gizi tenaga kerja

Pasal 5 Pengusaha atau pengurus yang akan mengangkat Ahli Seluruh Unit Telah ada Ahli K3 di masing
K3 mengajukan permohonan secara tertulis kepada Menteri Kerja - masing unit

Pasal 11 Keputusan penunjukan AK3 berlaku selama 3 tahun Seluruh Unit


dan dapat diperpanjang Kerja

Pasal 12 Minimal 3 bulan sekali, pengurus wajib menyampaikan


HRS Laporan triwulan
laporan kegiatan P2K3 kepada Depnaker setempat

Pasal 14 Pengusaha yang tidak memenuhi ketentuan dalam peraturan ini diancam dengan hukuman kurungan
52 Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Pasal 3a Kualifikasi operator kelas I: minimal lulusan SLTA
dan Transmigrasi No 01 Tahun
jurusan mekanik, listrik dan IPA; pengalaman dibidang pelayanan
1988 tentang Kualifikasi dan
pesawat uap sekurangnya 2 tahun; berkelakuan baik dari
Syarat-Syarat Operator Pesawat
kepolisian; berbadan sehat; umur sekurangnya 23 tahun; harus
Uap
lulus paket A1 dan A2; lulus ujian yang diselenggarakan
Depnaker
PKS
Pasal 3b Kualifikasi operator kelas II: minimal lulusan SLTP dan
diutamakan teknik mekanik atau listrik; pernah sebagai pembantu
operator selama 1 tahun; berkelakuan baik dari kepolisian, umur
sekurangnya 20 tahun; berbadan sehat; mengikuti kursus
operator paket A1; lulus ujian yang diselenggarakan Depnaker

58 Peraturan Menteri Tenaga Kerja


dan Transmigrasi No 02 Tahun Pasal 2 Bagian - bagian instalasi penyalur petir harus memiliki
1989 tentang Pengawasan tanda hasi pengujian dan sertifikat yang diakui
Instalasi Penyalur Petir
Pasal 6 Pemasangan Instalansi Penyalur Petir harus dilakukan
oleh instansi yang mendapat pengesahan dari Menteri / Pejabat
yang ditunjuk Pemasangan instalasi
Seluruh Unit
penyalur petir di gedung
Kerja
kantor dan gudang
Pasal 9 Tempat kerja yang perlu dipasang instalasi penyalur petir
adalah: bangunan terpencil dan tinggi (cerobong, silo, antena
pemancar), bangunan penyimpanan bahan yang mudah meledak
atau terbakar, bangunan yang menyimpan barang yang sukar
diganti (tempat penyimpanan arsip/kantor)

Pasal 50 Instalasi diperiksa dan diuji berkala setiap 2 tahun, atau


bila ada perubahan instalasi atau setelah ada kerusakan akibat
sambaran petir

Pasal 51 Pemeriksaan & pengujian dilakukan oleh pegawai Seluruh Unit


pengawas / jasa inspeksi yang ditunjuk Kerja

Pasal 55 Setiap perencanaan instalasi penyalur petir harus


dilengkapi dengan gambar rencana instalasi dan harus mendapat
pengesahan dari menteri / pejabat yang ditunjuk
Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No 02 Tahun Pasal 2 Kriteria tempat kerja yang memiliki Ak3 adalah suatu
1992 tentang Penunjukan dan tempat kerja yang mempekerjakan tenaga kerja lebih dari 100
Seluruh Unit
Wewenang, Serta Kewajiban orang atau kurang dari 100 orang tetapi menggunakan bahan, √
Kerja
Pegawai Pengawas proses, alat dan atau instalasi yang besar risiko bahaya terhadap
Keselamatan dan Kesehatan keselamatan dan kesehatan kerja
Kerja dan Ahli Keselamatan
Kerja (Perubahan Peraturan Pasal 3 Syarat Ahli K3: sarjana dengan pengalaman kerja sesuai
Menteri Tenaga Kerja dan dengan bidang keahlian sekurang - kurangnya 2 tahun, atau
Transmigrasi No 03 Tahun 1978) sarjana muda/sederajat dengan pengalaman kerja dengan
bidang keahlian sekurang - kurangnya 4 tahun Seluruh Unit

Kerja

Pasal 7 Keputusan penunjukkan Ahli K3 berlaku untuk jangka


waktu 3 tahun dan dapat diperpanjang

Pasal 9 Kewajiban Ahli K3

(1) Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan


K3 sesuai dengan bidang yang ditentukan dalam keputusan
penunjukkan
Seluruh Unit
√ Laporan triwulan
Kerja
(2) Memberikan laporan 1 x dalam 3 bulan kepada pejabat yang
ditunjuk, kecuali Ahli K3 di perusahaan yang memberikan jasa di
bidang K3, setiap saat setelah selesai melakukan kegiatan

Pasal 10 Kewenangan Ahli K3

- Memasuki tempat kerja sesuai dengan keputusan penunjukkan


dan meminta keterangan kepada pengurus & pekerja terkait
dengan K3

Seluruh Unit
√ Prosedur Kerja AK3
- Memonitor, memeriksa, menguji, menganalisa, mengevaluasi Kerja
dan memberikan persyaratan serta pembinaan K3 meliputi:
keadaan dan fasilitas tenaga kerja, keadaan mesin/pesawat/alat-
alat kerja/instalasi serta peralatan lainnya, penanganan bahan,
proses produksi, sifat pekerjaan, cara kerja dan lingkungan kerja

44 Permenakertrans No 04 Tahun
1993 Tentang Jaminan Pasal 5 Pengusaha wajib memberikan jaminan kecelakaan kerja
Kecelakaan Kerja kepada tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja
44 Permenakertrans No 04 Tahun
1993 Tentang Jaminan
Kecelakaan Kerja

Pasal 6 Pengusaha wajib membuat daftar perusahaan wajib


bayar jaminan kecelakaan kerja di perusahaan atau di bagian
perusahaan yang berdiri sendiri (Bentuk KK1) dan didaftarkan ke
Kantor Depnaker setempat

Pasal 8 Pengusaha wajib melaporkan secara tertulis kecelakaan


kerja yang menimpa tenaga kerja, dan penyakit yang timbul
karena hubungan kerja, dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam Seluruh Unit

kepada Kantor Depnaker setempat (tahap I Bentuk KK2) Kerja

Pasal 9 Pengusaha wajib mengirimkan laporan kecelakaan kerja


dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam setelah tenaga kerja yang
tertimpa kecelakaan kerja (Tahap II Bentuk KK3)

Pasal 10 Pengusaha wajib membayarkan upah tenaga kerja


yang tertimpa kecelakaan kerja sementara tidak mampu bekerja
sampai Dokter Pemeriksa menetapkan akibat kecelakaan yang
dideritanya
13 Permenakertrans No 04 Tahun
1994 Tentang Tunjangan Hari Pasal 2 Pengusaha wajib memberikan THR kepada pekerja yang
Seluruh Unit
Raya Keagamaan Bagi Pekerja telah mempunyai masa kerja 3 bulan secara terus - menerus Kerja
√ Telah ada Ketentuannya
di Perusahaan atau lebih dan diberikan satu kali dalam satu tahun

Pasal 3a Besarnya THR bagi pekerja yang telah mempunyai


masa kerja 12 bulan secara terus - menerus atau lebih sebesar 1
bulan upah (upah pokok ditambah tunjang tetap)

Pasal 3b Besarnya THR bagi pekerja yang mempunyai masa Seluruh Unit
√ Telah ada Ketentuannya
kerja 3 bulan secara terus - menerus tetapi kurang dari 12 bulan Kerja
diberikan secara proporsional dengan masa kerja

Pasal 4 Pembayaran THR wajib dibayarkan oleh pengusaha


selambat - lambatnya 7 hari sebelum Hari Raya Keagamaan
Pasal 6 Pekerja yang putus hubungan kerjanya terhitung sejak waktu 30 hari sebelum jatuh tempo Hari Raya Keagamaan berhak atas THR

Pasal 8 bagi pengusaha yang melanggar ketentuan dalam peraturan ini diancam dengan hukuman

43 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Pasal 1 Perusahaan yang menyelenggarakan sendiri pemeriksaan kesehatan dapat dengan cara: menyediakan sendiri atau bekerja sama dengan fa
No 01 Tahun 1998 Tentang kesehatan, bekerjasam dengan badan penyelenggara pemeliharaan kesehatan, atau bekerjasama dengan beberapa perusahaan yang menyelengga
Penyelenggaraan Pemeliharaan
Kesehatan dengan Manfaat
lebih baik dari Paket Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Dasar
Jaminan Sosial Tenaga Kerja
43 Peraturan Menteri Tenaga Kerja
No 01 Tahun 1998 Tentang
Penyelenggaraan Pemeliharaan
Kesehatan dengan Manfaat
lebih baik dari Paket Jaminan Pasal 3 Kepesertaan meliputi Tenaga kerja laki-laki, wanita &
Pemeliharaan Kesehatan Dasar keluarga yang terdiri atas suami-istri dan anak. Anak yang
Jaminan Sosial Tenaga Kerja dimaksud adalah anak kandung, anak angkat dan anak tiri yang
berusia sampai 21 tahun, belum bekerja, belum menikah dengan Rawat jalan tkt I dan
pembatasan jumlah sebanyak - banyaknya 3 orang anak lanjutan, rawat inap,
Seluruh Unit pemeriksaan kehamilan

Kerja dan persalinan, penunjang
Pasal 4 Paket jaminan pemeliharaan kesehatan dengan manfaat diagnostik, pelayanan
lebih baik dari jaminan kesehatan dasar Jaminan Sosial Tenaga khusus dan gawat darurat
Kerja (Jamsostek) sekurang-kurangnya meliputi: rawat jalan
tingkat I dan lanjutan, rawat inap, pemeriksaan kehamilan dan
persalinan, penunjang diagnostik, pelayanan khusus & gawat
darurat

Pasal 16 Perusahaan yang telah mendapat persetujuan untuk


menyelenggarakan sendiri program jaminan pemeliharaan
Seluruh Unit
kesehatan bagi tenaga kerja dan keluarganya, wajib membuat √ Tersedia Laporan Triwulan
Kerja
laporan 3 bulan sekali kepada Kepala kantor wilayah Depnaker
setempat

26 Permenakertrans No 11 Tahun
2005 Tentang Pencegahan dan Pasal 2 Pengusaha wajib melakukan upaya aktif pencegahan
Penanggulangan dan penanggulangan penyalahgunaan dan peredaran gelap
Penyalagunaan dan Peredaran Seluruh Unit
narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya di tempat kerja, √
Gelap Narkotika, Psikotropika Kerja
berupa penetapan kebijakan dan penyusunan dan pelaksanaan
dan Zat Adiktif Lainnya di program
Tempat Kerja

Pasal 4 Unit yang menangani program pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika dan zat adikt
merupakan unit tersendiri atau terintegrasi dengan P2K3 atau pelayanan kesehatan kerja

Pasal 8 Pengusaha atau pekerja harus segera melaporkan kepada Kepolisian apabila ditemukan seseorang atau lebih memiliki atau mengedarkan n
lainnya di tempat kerja

Permenakertrans No 07 Tahun
2008 Tentang Penempatan Pasal 28 Pemberi kerja yang membutuhkan tenaga kerja wajib Rencana kebutuhan
Tenaga Kerja menyampaikan informasi adanya lowongan pekerjaan, secara tenaga kerja berdasarkan
tertulis kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang analisa jabatan,
HRS √
ketenagakerjaan kabupaten/kota, yang berisi tentang: jumlah menggunakan bursa
tenaga kerja yang dibutuhkan, jenis pekerjaan, jabatan, dan kesempatan kerja pada
syarat- syarat jabatan kantor Disnaker

Peraturan Menteri Tenaga Kerja


dan Transmigrasi No 15 Tahun Pasal 2 Pengusaha wajib menyediakan petugas dan fasilititas Seluruh Unit
Kotak P3K di unit kerja
2008 Tentang Pertolongan P3K dan melaksanakan P3K di tempat kerja Kerja
Pertama Pada Kecelakaan
(P3K) di Tempat Kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No 15 Tahun
2008 Tentang Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan
(P3K) di Tempat Kerja
Pasal 3 Petugas P3K di tempat kerja harus memiliki lisensi dan
buku kegiatan P3K dari Kepala Instansi yang bertanggung jawab
di bidang ketenagakerjaan setempat (tidak dikenakan biaya)

Pasal 5 Petugas P3K harus tersedia pada tempat kerja dengan:


unit kerja tiap jarak 500 meter atau lebih sesuai jumlah pekerja Seluruh Unit Tersedia izin dan buku
dan potensi bahaya, setiap lantai yang berbeda di gedung Kerja kegiatan P3K
bertingkat, jadwal kerja shift

pasal 6 Tugas petugas P3K: melaksanakan tindakan P3K,


merawat fasilitas P3K, mencatat setiap kegiatan P3K dalam buku
kegiatan, dan melaporkan kegiatan P3K kepada pengurus

Pasal 7 Pengurus wajib memasang pemberitahuan nama dan


lokasi petugas P3K. Petugas P3K di tempat kerja dapat Seluruh Unit Terpasang Petunjuk yang
menggunakan tanda khusus yang mudah dikenal oleh Kerja memadai
pekerja/buruh yang membutuhkan pertolongan

Pasal 8 Fasilitas P3K berupa ruang P3K, kotak P3K dan isi, alat
evakuasi dan alat transportasi, fasilitas tambahan berupa APD
dan/atau peralatan khusus di tempat kerja yang memiliki potensi
bahaya yang bersifat khusus (dalam keadaan darurat) seperti
bodyshower dan eyeshower

Pasal 9a Pengusaha wajib menyediakan ruang P3K dalam hal


mempekerjakan pekerja 100 orang/lebih, atau kurang dari 100
orang dengan potensi bahaya tinggi

Pasal 9b Lokasi ruang P3K: dekat dengan toilet, dekat jalan


keluar, mudah dijangkau dari area kerja dan dekat dengan
tempat parkir kendaraan

- Luas minimal cukup untuk menampung 1 tempat tidur pasien


dan masih terdapat ruang gerak bagi seorang petugas P3K serta Seluruh Unit
penempatan fasilitas P3K lainnya Kerja

- Bersih dan terang, ventilasi baik, memiliki pintu dan jalan yang
cukup lebar untuk memindahkan korban, diberi tanda yang jelas,
dilengkapi dengan wastafel, tissue, kotak P3K dan isi, dll

Pasal 10 Kotak P3K terbuat dari bahan yang kuat dan mudah
dibawa, warna dasar putih dan lambang P3K berwarna hijau
- Penempatan kotak P3K pada tempat yang mudah dilihat dan
dijangkau; disesuaikan dengan jumlah pekerja, jenis dan jumlah
kotak

Pasal 11 Alat evakuasi dan transportasi berupa tandu dan


ambulance

Peraturan Menteri Tenaga Kerja


dan Transmigrasi no 32 tahun Pasal 5 Lembaga Kerja Sama (LKS) Bipartit dibentuk oleh unsur
2008 tentang tata cara pengusaha dan unsur pekerja dan serikat pekerja, dan dapat
pembentukan dan susunan dibentuk di setiap cabang perusahaan
keanggotaan lembaga kerja
sama bipartit Pasal 9 LKS Bipartit yang sudah terbentuk harus diberitahukan
untuk dicatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan selambat - lambatnya 14 hari setelah hari
pembentukan.

Pasal 11 dan 12 Masa kerja kepengurusan LKS Bipartit 3 tahun,


yang terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris dan anggota

Pasal 14 Tata kerja LKS Bipartit: mengadakan pertemuan


sekurang-kurangnya 1 x dalam sebulan, materi pertemuan dapat Seluruh Unit
√ Agenda Pertemuan
berasal dari unsur pengusaha, pekerja atau pengurus LKS Kerja
Bipartit, menetapkan agenda pertemuan secara periodik

Pasal 17 Pengurus LKS Bipartit melaporkan setiap kegiatan yang


dilakukan kepada pimpinan perusahaan dan pimpinan
perusahaan secara berkala setiap 6 bulan sekali melaporkan HRS √ Laporan Semester
kepada instansi yang bertanggungjawab di bidang
ketenagakerjaan kab/kota

Permenakertrans no 9 tahun
Pasal 3 Pengusaha atau pengurus dilarang memperkerjakan
2010 tentang Operator dan
operator/petugas pesawat angkat dan angkut yang tidak memiliki
petugas pesawat angkat dan
lisensi K3 dan buku kerja
angkut
PKS
Pasal 4 Jumlah operator pesawat angkat dan angkut yang
diperkerjakan oleh pengusaha harus memenuhi kualifikasi dan
jumlah sesuai dengan jenis dan kapasitas pesawat angkat dan
angkut (sesuai lampiran)
Pasal 7 Syarat minimal operator peralatan angkat Kelas I, II dan
III peralatan angkat: lulusan SLTA sederajat (I, II) SLTP (III),
pengalaman 5 tahun (I) 3 tahun (II) 1 tahun (III), sehat, umur PKS
sekurang - kurangnya 23 tahun (I) 21 tahun (II) 19 tahun (III),
memiliki lisensi K3 dan buku kerja

Pasal 10 Syarat minimal operator pita transport: lulusan SLTP


sederajat, pengalaman 2 tahun, sehat, umur 20 tahun memiliki PKS
Lisensi K3 dan buku kerja

Pasal 14 Syarat minimal operator forklift/lift truk kelas I dan II:


lulus SLTA (I) SLTP (II), pengalaman 3 tahun (I) 1 tahun (II),
PKS
sehat, umur 21 tahun (I) 19 tahun (II), memiliki lisensi K3 dan
buku kerja

Pasal 17 Syarat minimal operator alat angkutan jalan rel: lulusan


SLTA sederajat, pengalaman 1 tahun, sehat, umur 19 tahun dan PKS
memiliki lisensi K3 dan buku kerja

Pasal 19 Syarat minimal juru ikat (rigger): lulusan SLTP


sederajat, pengalaman 1 tahun, sehat, umur 19 tahun, memiliki PKS
lisensi K3 dan buku kerja

Pasal 20 Syarat minimal teknisi: lulusan SLTA sederajat,


pengalaman 3 tahun, sehat, umur 21 tahun, memiliki lisensi K3 PKS
dan buku kerja

Pasal 23 Lisensi K3 dan buku kerja berlaku untuk jangka waktu 5


PKS Lisensi K3 periode..
tahun dan dapat diperpanjang

Psal 25 Buku kerja operator atau petugas, harus diperiksa setiap


PKS
3 bulan oleh atasannya

Pasal 37 Pengusaha atau pengurus yang memperkerjakan operator atau petugas pesawat angkat angkut yang tidak memiliki lisensi K3 dan buku ke
jumlah, dikenakan sanksi
Permenakertrans No 16 Tahun
2011 Tentang Tata Cara 15/B/PKB/W7/II/2013
Pembuatan dan Pengesahan (Serikat Pekerja PT SA),
Peraturan Perusahaan serta 56/B/PKB/W7/II/2013
Pembuatan dan Pendaftaraan (Serikat Pekerja PT AT),
Pasal 14 Perusahaan yang tergabung dalam satu grup, maka
Perjanjian Kerja Bersama 57/B/PKB/W7/II/2013
Perjanjian Kerja Bersama dibuat oleh masing-masing pengusaha HRS √
(Serikat Pekerja PT MBJ),
dan serikat pekerja masing - masing perusahaan
59/B/PKB/W7/II/2013
(Serikat Pekerja PT GTA),
60/B/PKB/W7/II/2013
(Serikat Pekerja PT TH)

Pasal 22 PKB sekurang - kurangnya harus memuat:


- nama, tempat kedudukan dan alamat serikat pekerja
- nama, tempat kedudukan dan alamat
perusahaan - nomor serta tanggal
pencatatat serikat pekerja - hak dan
kewajiban pengusaha - hak dan
kewajiban serikat pekerja - jangka
waktu dan tanggal mulai berlaku PKB - PKB telah ada dan isinya
HRS √
tanda tangan para pihak pembuat PKB telah disesuaikan

Pasal 27 Pendaftaran PKB dilakukan pengusaha kepada yang


bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota
untuk perusahaan yang terdapat hanya dalam 1 wilayah
kabupaten/kota

Pasal 29 pengusaha, serikat pekerja dan pekerja wajib


melaksanakan ketentuan yang ada di PKB. Pengusaha dan
Seluruh Unit PKB didistribusikan kepada
serikat pekerja wajib memberitahukan isi PKB atau √
Kerja para pekerja
perubahannya kepada seluruh pekerja, dan wajib melaksanakan
ketentuan yang ada dalam PKB

Pasal 30 Barang siapa melanggar ketentuan dalam peraturan ini dikenakan sanksi
Permenakertrans No 19 Tahun
2012 tentang syarat - syarat Pasal 17 Perusahaan pemberi pekerjaan dapat menyerahkan
penyerahan sebagian sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan penyedia
pelaksanaan pekerjaan kepada jasa pekerja melalui perjanjian secara tertulis, dan merupakan
perusahaan lain kegiatan jasa penunjang,
HRS √ Tersedia perjanjian kerja
Pasal 20 Perjanjian penyediaan jasa pekerja antara perusahaan
pemberi pekerjaan dengan perusahaan penyedia jasa pekerja
harus didaftarkan kepada instansi yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan
Pasal 24 Syarat Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja: berbadan hukum PT, memiliki tanda daftar perusahaan, memiliki izin usaha, memiliki bukti wajib
operasional, mempunyai alamat kantor tetap, memiliki NPWP
Peraturan menteri tenaga Kerja
dan transmigrasi No 20 Tahun Pasal 1a Pengusaha wajib mendaftarkan dirinya dan tenaga
2012 Tentang Petunjuk teknis kerjanya dalam program jaminan sosial tenaga kerja kepada
pendaftaran kepesertaan, Badan Penyelenggara
pembayaran iuran, pembayaran HRS
santunan, dan pelayanan
jaminan sosial tenaga kerja Pasal 2 Setiap pengusaha yang mengajukan pendaftaraan
(Perubahan Permenakertrans kepesertaan program jaminan sosial tenaga kerja kepada Badan
No 12 Tahun 2007) Penyelenggara harus mengisi formulir Jamsostek 1, 1a dan 2a

Pasal 5 Pembayaran Iuran

(1) Pengusaha wajib membayar iuran pertama kali secara luas


untuk bulan mulainya menjadi peserta

Seluruh Unit
(2) Pengusaha wajib membayar iuran setiap bulan secara Kerja
berurutan dihitung berdasarkan upah bulan yang bersangkutan
yang diterima oleh tenaga kerja dan dibayarkan paling lambat
tanggal 15 bulan berikutnya

Peraturan Menteri tenaga Kerja


dan Transmigrasi no 7 tahun Upah dibayarkan
2013 tentang upah minimum Pasal 15 pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari Seluruh Unit
√ serendah-rendahnya
upah minimum yang telah ditetapkan Kerja
sesuai UMP

Peraturan Menteri Tenaga Kerja


dan Transmigrasi No 12 Tahun Pasal 5 dan 6 Pemberi kerja yang akan memperkerjakan TKA Seluruh Unit Tersedianya Formulir
harus memiliki Rencana Penggunaan TKA (RPTKA) yang √
2013 Tentang Tata Cara Kerja RPTKA
Penggunaan Tenaga Kerja Asing disahkan oleh Menteri atau pejabat yang berwenang

Pasal 34 Pemberi kerja yang akan melakukan perpanjangan


IMTA, harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada
Direktur atau Kepala Dinas Prov atau Kab.
Seluruh Unit Semua TKA telah memiliki

Pasal 37 IMTA dapat diperpanjang sesuai jangka waktu Kerja KITAS
berlakunya RPTKA dengan ketentuan setiap kali perpanjangan
paling lama 1 tahun. IMTA perpanjangan digunakan sebagai
dasar untuk memperpanjang KITAS
Pasal 49 Pemberi kerja TKA wajib melaporkan penggunaan TKA
dan laporan realisasi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
Seluruh Unit
tenaga kerja Indonesia pendamping di perusahaan secara √ Laporan semester
Kerja
periodik 6 bulan sekali kepada Direktur atau Kepala Dinas Prov
atau Kab

Pasal 51 Dalam hal pemberi kerja memperkerjakan TKA tidak sesuai dengan IMTA, maka IMTA dicabut

48 Keputusan Menteri Perindustrian Pasal 2 Untuk menghindari timbulnya dampak negatif sebagai akibat dipergunakannya Bahan Berbahaya dan Beracun mulai dari pengadaan di pabr
Nomor 148 Tahun 1985 tentang pengemasan, dan pengangkutan sampai di distributor
Pengamanan Bahan Beracun &
Berbahaya di Perusahaan Pasal 4 Dalam menjalankan usaha, perusahaan industri diwajibkan mengadakan usaha-usaha diantaranya:
Industri
a. Membentuk suatu unit kerja dalam organisasi perusahaan
industri yang khusus menangani pengamanan teknis (tahap
perencanaan, pengembangan dan operasi industri)

b. Membuat buku panduan tentang pengamanan Bahan


Berbahaya dan Beracun

c. Meningkatkan kewaspadaan, kesadaran, tanggung jawab,


Seluruh Unit
disiplin dan kesiap-siagaan karyawan/karyawati untuk mengikuti √
Kerja
serta melaksanankan ketentuan pada buku panduan tersebut
melalui pendidikan, penyuluhan dan latihan

d. Memberikan bimbingan dan penyuluhan teknis kepada


ekspeditur atau pihak ketiga lainnya yang bertanggung jawab
atau yang melaksanakan pengangkutan Bahan Berbahaya dan
Beracun dari pabrik ke distributor.

Pasal 8 Perusahaan industri yang melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan dalam keputusan ini, dikenakan sanksi pencabutan Iz
Keputusan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No 1135 Tahun Bentuk Segi Empat, Warna Putih, Ukuran 900x1350 mm,
1987 Tentang Bendera lambang dan logo terletak bolak-balik pada kedua muka bendera
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
Bentuk: palang dilingkari roda bergigi sebelas berwarna hijau
diatas dasar putih

Seluruh Unit
√ Terpasang di unit kerja
Kerja
Kerja

Arti Palang: bebas dari kecelakaan dan sakit kerja;


Arti roda gigi: bekerja dengan kesegaran
jasmani dan rohani; Arti warna putih: bersih, suci;
Arti warna hijau =
selamat, sehat dan sejahtera;
Arti sebelas gerigi roda = 11 bab dalam UU Keselamatan
Kerja Seluruh Unit
√ Terpasang di unit kerja
Kerja
Tata cara pemasangan: apabila berdampingan dengan bendera
nasional (merah - Putih) harus dipasang pada tiang sebelah kiri
daripada tiang bendera nasional; atau dipasang pada gerbang
masuk kehalaman perusahaan/pabrik tempat kerja; atau
dipasang pada pintu utama bangunan kantor dan/atau pabrik;
atau di depan kantor P2K3/Departemen Safety

Tinggi Tiang: tidak boleh lebih tinggi dari tiang bendera nasional

Waktu Pemasangan: Satu tiang penuh selama ada kegiatan di


tempat kerja

Keputusan Menteri Tenaga Kerja


No 333 Tahun 1989 Tentang Pasal 2 Dalam pemeriksaan kesehatan tenaga kerja harus
Diagnosis dan Pelaporan ditentukan apakah penyakit yang diderita tenaga kerja
Penyakit Akibat Kerja merupakan penyakit akibat kerja atau bukan, diagnosis
ditegakkan melalui serangkaian pemeriksaan klinis
Seluruh Unit Laporan Dokter

Kerja Perusahaan
Pasal 3 dan 4 Setelah ditegakkan diagnosis penyakit akibat
kerja, dokter pemeriksa wajib membuat laporan medik dan
pengurus wajib melaporkan kepada KaKanWil Depnaker dalam
waktu 2 x 24 jam
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Pasal 2 Kewajiban Pengurus atau perusahaan untuk mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran dan latihan penanggulangan kebakaran
dan Transmigrasi No 186 Tahun
1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di - Menyediakan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran &
Tempat Kerja sarana evakuasi

Tersedia unit
- Membentuk unit penanggulangan kebakaran Penanggulangan
Kebakaran

- Menyediakan pelatihan dan gladi penanggulangan kebakaran Pelatihan Personel


secara berkala Pemadam Kebakaran

Seluruh Unit
Kerja
Seluruh Unit
Kerja
- Memiliki buku rencana penanggulangan darurat kebakaran bagi
tempat kerja yang memperkerjakan lebih dari 50 orang tenaga
kerja atau tempat yang berpotensi bahaya kebakaran sedang
dan berat

Buku rencana AK3


Pasal 3 dan 5 Pembentukan Unit penanggulangan kebakaran Kebakaran
berdasarkan jumlah tenaga kerja dan tingkat potensi bahaya
kebakaran, yang terdiri dari: petugas peran kebakaran, regu
penanggulangan kebakaran, koordinator unit penanggulangan
kebakaran, Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran sebagai
penanggung jawab teknis

Keputusan Menteri Tenaga Kerja


dan Transmigrasi No 187 Tahun Pasal 2 Pengusaha/Pengurus yang menggunakan, menyimpan,
1999 tentang Pengendalian memakai, memproduksi dan mengangkut bahan kimia berbahaya
Bahan Kimia Berbahaya di di tempat kerja wajib mencegah terjadinya kecelakaan kerja & Tersedia LDKB dan label,
penyakit akibat kerja Seluruh Unit
Tempat Kerja √ petugas K3 Kimia di unit
Kerja
kerja
Pasal 3 Pengendalian meliputi: Penyediaan LDKB/MSDS dan
Label, Penunjukan petugas K3 Kimia & Ahli K3 Kimia

Pasal 4 LDKB meliputi keterangan: identitas bahan dan perusahaan, komposisi bahan, identifikasi bahaya, tindakan P3K, tindakan penanggulangan
kebocoran dan tumpahan, penyimpanan dan penanganan bahan, pengendalian pemajaman dan APD, sifat fisika dan kimia, stabilitas dan reaktifitas
ekologi, pembuangan limbah, pengangkutan limbah, informasi peraturan yang berlaku, dll

Pasal 5 Label meliputi: nama produk, identifikasi bahaya, tanda bahaya dan arti, uraian resiko dan penanggulangannya, tindakan pencegahan, instru
instruksi kebakaran, instruksi kebocoran dan tumpahan, instruksi pengisian dan penyimpanan, referensi, nama, alamat dan nomor telepon pabrik pem

Pasal 6 Peletakan LDKB dan Label harus mudah diketahui oleh Seluruh Unit
pekerja Kerja

Pasal 7 Pengusaha/Pengurus wajib menyampaikan Daftar Nama,


Seluruh Unit
Sifat & Kuantitas Bahan Kimia Berbahaya di tempat kerja kepada √ Tersedia laporan
Kerja
Disnaker setempat

Pasal 9 Kriteria bahan kimia berbahaya: bahan beracun dan sangat beracun, cairan mudah terbakar dan sangat mudah terbakar, gas mudah terbaka
bahan oksidator

Pasal 14 Nilai Ambang Kuantitas (NAK) bahan kimia: bahan kimia kriteria beracun (10 ton), bahan kimia sangat beracun (5 ton), bahan kimia reaktif (
ton), bahan kimia oksidator ( 10 ton), bahan kimia cairan mudah terbakar (200 ton), bahan kimia cairan sangat mudah terbakar (100 ton), bahan kimia

Pasal 15 Perusahaan yang mempergunakan bahan kimia


Seluruh Unit
berbahaya melebihi NAK seperti pada pasal 14 dikategorikan
Kerja
sebagai perusahaan yang mempunyai potensi bahaya besar
Pasal 16a Perusahaan dengan potensi bahaya besar wajib
mempekerjakan minimal 2 orang petugas K3 Kimia (5 orang jika
kerja shift) dan 1 orang AK3 Kimia yang melakukan pemeriksaan
dan pengujian faktor kimia minimal 6 bulan sekali, pemeriksaan
dan pengujian instalansi minimal 2 tahun sekali, pemeriksaan
kesehatan minimal 1 tahun sekali

Pasal 16a Membuat dokumen pengendalian potensi bahaya


besar dan melaporkan setiap perubahan nama bahan kimia dan
kuantitas bahan kimia, proses dan modifikasi instansi yang
digunakan Seluruh Unit

Kerja
Pasal 16b Pengujian faktor kimia dan instalasi dilakukan oleh
perusahaan jasa K3 atau instansi yang berwenang

Pasal 19 Dokumen pengendalian potensi bahaya besar memuat:


identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko; kegiatan
teknis, rancang bangun, konstruksi, pemilihan bahan kimia, serta
pengoperasian dan pemeliharaan instalasi; kegiatan pembinaan
tenaga kerja di tempat kerja; rencana dan prosedur
penanggulangan keadaan darurat; prosedur kerja aman

Pasal 22b Persyaratan petugas K3 Kimia: bekerja pada


perusahaan yang bersangkutan, tidak dalam masa percobaan, Seluruh Unit
hubungan kerja tidak didasarkan pada Perjanjian Kerja Waktu Kerja
Tertentu, dan telah mengikuti kursus teknik K3 Kimia

Pasal 22 c dan d Kursus teknis Petugas K3 dilaksanakan oleh


perusahaan sendiri, perusahaan jasa K3, atau instansi yang Seluruh Unit
berwenang. Perusahaan sebelum melakukan kursus harus Kerja
melaporkan rencana pelaksanaan kursus teknis kepada Disnaker

Pasal 23 Kewajiban AK3 Kimia: mengawasi pelaksanaan


peraturan K3 kimia, memberikan laporan kepada pejabat yang
ditunjuk mengenai hasil pelaksanaan tugas, menyusun program
Seluruh Unit
kerja pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja,
Kerja
melakukan identifikasi bahaya, mengusulkan pembuatan
prosedur kerja aman dan penanggulangan keadaan darurat
kepada pengusaha/pengurus
14 Kepmenakertrans No 16 Tahun Pasal 2 dan 3 Serikat pekerja yang telah terbentuk
2001 Tentang Tata Cara memberitahukan secara tertulis kepada instansi yang
Pencatatan Serikat bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota
Pekerja/Serikat Buruh berdasarkan domisili, dan akan menerima nomor bukti Telah tercatat di Disnaker
HRS √
pencatatan OKI Sumsel

Keputusan Menteri Tenaga Kerja


Pasal 2 Perencanaan, pemasangan, penggunaan, pemeriksaan
dan Transmigrasi No 75 tahun
& pengujian instalasi harus sesuai dengan SNI mengenai
2002 tentang Pemberlakuan
Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 di tempat kerja
Standar Nasional Indonesia No:
SNI-04-0225-2000 (PUIL 2000) PKS
di tempat kerja Pasal 3 Pengawasan terhadap pelaksanaan SNI di tempat kerja
dilakukan oleh Pegawai Pengawas atau Ahli Keselamatan Kerja
spesialis Bidang Listrik

Pasal 4 Pengurus yang tidak menaati ketentuan dalam Keputusan ini dikenakan sanksi
Kepmenakertrans No 49 Tahun Pasal 2 dan 3 Pengusaha menyusun struktur upah dan skala
2004 Tentang Ketentuan upah dalam penetapan upah pekerja/buruh di perusahaan
Tersedia Rekaman tentang
Struktur dan Skala Upah berdasarkan analisa jabatan, uraian jabatan, evaluasi jabatan Seluruh Unit
√ Struktur Upah berdasarkan
Kerja
Jabatan

16 Kepmenakertrans No 100 Tahun Pasal 3 Perjanjian kerja waktu tertentu terdiri dari pekerjaan yang sekali selesai atau sementara sifatnya yang penyelesaiannya paling lama 3 tahun,
2004 Tentang Ketentuan berhubungan dengan produk baru, dan juga perjanjian kerja harian atau lepas.
Pelaksanaan Perjanjian Kerja
Waktu tertentu Pasal 10 Perjanjian kerja harian lepas dilakukan dengan
ketentuan pekerja bekerja kurang dari 21 hari setiap bulan.
Dalam hal pekerja bekerja 21 hari atau lebih selama 3 tahun
berturut-turut atau lebih maka PKWT berubah menjadi PKWTT

Pasal 12 Pengusaha wajib membuat perjanjian kerja harian lepas Seluruh Unit Pengangkatan dari status
secara tertulis dengan para pekerja dengan membuat daftar Kerja KHL menjadi KHT
pekerja dan disampaikan kepada instansi yang bertanggung
jawab di bidang ketenagakerjaan. Isis perjanjian sekurangnya
memuat: nama/alamat perusahaan, nama/alamat pekerja, jenis
pekerjaan yang dilakukan, besarnya upah

17 Keputusan Menteri Tenaga Kerja


Pasal 3 Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak
dan Transmigrasi no 102 tahun
3 jam dalam 1 hari atau 14 jam dalam 1 minggu, dan tidak Seluruh Unit
2004 tentang waktu kerja lembur √
termasuk kerja lembur yang dilakukan pada waktu istirahat Kerja
dan upah kerja lembur
minggu atau hari libur resmi
2004 tentang waktu kerja lembur
dan upah kerja lembur

Pasal 4 Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebih


Kesepakatan Perjanjian
waktu kerja wajib membayar upah lembur, kecuali untuk Seluruh Unit
√ Kerja untuk jabatan
golongan jabatan tertentu dengan ketentuan mendapat upah Kerja
tertentu
yang lebih tinggi

Pasal 7 Perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruh selama


waktu kerja lembur berkewajiban: membayar upah kerja lembur,
Upah lembur dibayar
memberi kesempatan untuk istirahat secukupnya, dan memberi Seluruh Unit
√ bersamaan dengan upah
makan dan minuman sekurang-kurangnya 1400 kalori apabila Kerja
bulanan
kerja lembur dilakukan selama 3 jam atau lebih dan tidak boleh
diganti uang

19 Keputusan Menteri Tenaga Kerja


dan Transmigrasi No 261 tahun Pasal 2 Perusahaan yang wajib meningkatkan kompetensi
2004 tentang perusahaan yang pekerja/buruh melalui pelatihan kerja adalah perusahaan yang
Seluruh Unit Pelatihan internal maupun
wajib melaksanakan pelatihan mempekerjakan 100 orang pekerja/buruh atau lebih. Pelatihan √
Kerja eksternal
kerja kerja harus mencakup sekurang-kurangnya 5% dari seluruh
jumlah pekerja di perusahaan tersebut setiap tahun

Pasal 3 Perusahaan harus membuat perencanaan program


pelatihan kerja tahunan bagi pekerja/buruh yang sekurang- Seluruh Unit Tersedianya tempat

kurangnya meliputi pelatihan kerja, jangka waktu pelatihan kerja, Kerja pelatihan (Training Centre)
dan tempat pelatihan kerja

Pasal 7 Perusahaan atau lembaga yang menyelenggarakan


pelatihan kerja wajib memberikan surat tamat pelatihan kerja bagi HRS √ Tersedia Sertifikat
peserta yang dinyatakan lulus

Pasal 8 Perusahaan melaporkan pelaksanaan kegiatan pelatihan


kerja secara periodik (setiap tahun) sesuai UU No 07 Tahun HRS √ Pengiriman Laporan
1981, kepada pejabat yang ditunjuk

- Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan yang meliputi


persyaratan fisik, kimia, mikrobiologi dan radioaktif

- Pemeriksaan minimal 2 x /tahun pada musim kemarau &


penghujan

- Suhu ruangan 18 -28 derajat celcius dan kelembaban 40 - 60%

- Tersedia tempat sampah yang cukup (limbah padat/sampah) Seluruh Unit √


dan terpisah antara sampah kering dan basah Kerja
Seluruh Unit
Kerja
- Pencahayaan di ruangan, intensitas min 100 lux

- Tingkat kebisingan max 85 dBA √

- Toilet terpisah antara pria/wanita

- Setiap bangunan dengan ketinggian > 10m atau lebih tinggi dari
bangunan sekitarnya, harus dilengkapi dengan penangkal petir

b. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri

- Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan yang meliputi


persyaratan fisik, kimia, mikrobiologi dan radioaktif

- Pemeriksaan minimal 2 x /tahun pada musim kemarau &


penghujan

- Suhu udara ruangan 18 -28 derajat Celcius, Kelembapan 40 -


60 %

- Tersedia tempat sampah yang cukup (limbah padat/sampah)


dan terpisah antara sampah kering dan basah
Seluruh Unit
Kerja limbah cair yang dibuang
- Kualitas limbah cair harus memenuhi syarat sesuai dengan √ ke lingkungan di bawah
ketentuan peraturan perundangan yang berlaku
baku mutu
- Intensitas cahaya di ruang kerja minimal 100 lux
- Tingkat kebisingan max 85 dBA
- Toilet terpisah antara pria/wanita

- Setiap bangunan dengan ketinggian > 10m atau lebih tinggi dari
bangunan di sekitarnya, harus dilengkapi dengan penangkal petir

Keputusan Dirjen Pembinaan


Persyaratan penggunaan sistem akses tali yaitu: terdapat tali kerja dan tali pengaman, terdapat dua penambat, perlengkapan alat bantu dan APD, di
Pengawasan Ketenagakerjaan
berkompeten, dan dengan pengawasan yang ketat
No 45 Tahun 2008 tentang
Pedoman Keselamatan dan
kesehatan Kerja Bekerja Pada Setiap pekerja hanya dapat melakukan pekerjaan dengan akses
Ketinggian Dengan tali jika memperoleh izin kerja akses tali
Menggunakan Akses Tali (Rope
Access) Kualifikasi dan persyaratan teknisi akses tali
Ketinggian Dengan
Menggunakan Akses Tali (Rope
Access)

- Persyaratan minimum pekerja bangunan tinggi: lulusan


SLTP/sederajat, berbadan sehat, umur 18 tahun, mengikuti
pembinaan dasar bekerja pada ketinggian

- Persyaratan minimum teknisi akses tali tingkat 1: lulusan


SLTP/sederajat, berbadan sehat, umur 18 tahun, mengikuti
pembinaan dan pengevaluasian lisensi K3 dan lulus evaluasi

- Persyaratan minimum teknisi akses tali tingkat 2: lulusan SLTA


sederajat, memiliki sekurangnya 300 jam kerja sebagai teknisi
akses tali, berbadan sehat, mengikuti pembinaan dan ujian PKS
lisensi K3 dan lulus evaluasi

- Persyaratan minimum teknisi akses tali tingkat 3: lulusan


diploma 3, memiliki sekurangnya 300 jam kerja sebagai teknisi
tali tingkat 2, berbadan sehat, umur 22 tahun, memiliki sertifikat
pelatihan P3K di tempat kerja, mengikuti pembinaan dan
pengevaluasian lisensi K3 dan lulus evaluasi

Lisensi dan buku kerja berlaku 5 tahun dan harus diperpanjang


melalui atau tanpa penyegaran

Teknisi yang melanggar ketentuan yang diatur dalam pedoman ini dikenakan sanksi berupa pencabutan lisensi
erja

Rencana
PIC Keterangan / Referensi
Pemenuhan

HRS PKB Pasal 35 K3

P-SAG-RO-SUS-08
Terlaksana Identifikasi Aspek
sosialisasi/pelatihan HRS dan Lingkungan dan K3,
kebakaran, Sustainability Penentuan Tujuan,
penggunaan APD Sasaran dan Program
Lingkungan dan K3

Semua karyawan
HRS dan PKB Pasal 25
terdaftar dalam
Sustainability Jamsostek
Jamsostek

Verifikasi melalui
Sustainability
inspeksi/audit

Terdapat rekaman
berupa serah terima HRS dan PKB Pasal 35
dan penggantian Sustainability K3
APD

HRS
HRS

PKB Pasal 6 Dispensasi


HRS Pengurus Serikat
pekerja

Program pelatihan
P-SAG-RO-HRS-02
melalui Training HRS
Pelatihan
Centre

HRS

HRS

Pemberian Sertifikat
bagi peserta HRS
Magang
PKB Pasal 8
rencana tahunan HRS Perencanaan dan
Penerimaan Pekerja

Memperpanjang
Kitas yang masa HRS
berlakunya habis

HRS

HRS

PKB Pasal 18 Jam


HRS
Kerja

PKB Pasal 18 Jam


HRS
Kerja

PKB Pasal 18 Jam


HRS
Kerja
HRS

PKB Pasal 21 Cuti Haid,


Cuti Hamil, Cuti
HRS
Melahirkan/Gugur
Kandungan

HRS

PKB Pasal 13 Upah dan


HRS
Peninjauan Upah

HRS

Perjanjian Kerja
HRS Bersama (PKB) periode
2013 - 2015

HRS

pekerja
PKB
HRS Pasal 44 keluhan dan
Pasal 45 penyelesaian

Sustainability
dan HRS

Sustainability
dan HRS

Sustainability
dan HRS

Sustainability
dan HRS

Sustainability
dan HRS

Sustainability
dan HRS

Sustainability
dan HRS
HRS

PKB Pasal 13 Upah dan


HRS
Peninjauan Upah

PKB Pasal 22 Izin


Meninggalkan Tugas,
Pasal 24 Upah Selama
HRS
Sakit, Pasal 26
Kesempatan dan
Fasilitas Beribadah

Sustainability
dan HRS
Sustainability
dan HRS

Sustainability
dan HRS

Sustainability
dan HRS

P-SAG-RO-SUS-08
identifikasi Aspek
Sustainability Lingkungan dan K3,
dan HRS Penentuan Tujuan,
Sasaran dan Program
Lingkungan dan K3

P-SAG-RO-SUS-04;
P-SAG-RO-SUS-07;
Sustainability
P-SAG-RO-SUS-08;
dan HRS
P-SAG-RO-SUS-12;
P-SAG-RO-SUS-13

Sustainability Tindakan Perbaikan,


dan HRS hasil uji HIPERKES
Pemenuhan
terhadap
Sustainability FM-SAG-RO-SUS-
persyaratan terkait
dan HRS 070001
ISPO, RSPO atau
ISCC

Jaminan
kecelakaan
kerjal
Jaminan hari
tua
HRS
Jaminan
pensiun
Jaminan
kematian
Jaminan hari
kematian
tua

HRS

Sustainability
dan HRS
Sustainability
dan HRS

Sustainability
dan HRS

HRS

HRS
HRS

HRS

HRS

HRS

HRS

Sustainability
dan HRS
Sustainability
dan HRS

Sustainability
dan HRS
kut:

Sustainability
dan HRS
Sosialisasi HRS

HRS dan PKS

PKS

HRS dan PKS

PKS

HRS
PKS

PKS

PKS

PKS
PKS

PKS

HRS

HRS
HRS

HRS

Dokumen Akta Alat -


HRS
Alat PKS

at pengesahan dari pejabat yang ditunjuk

Dokumen Akta Alat -


HRS
Alat PKS

HRS dan
Sustainability
HRS dan
Sustainability

HRS dan
Sustainability

HRS

HRS
HRS

pemasangan
instalasi penyalur
Sustainability
petir di sekitar tangki
dan HRS
penyimpanan bahan
bakar

HRS
Sustainability
dan HRS

HRS

HRS

Sustainability
dan HRS
HRS

HRS PKB Pasal 17 THR

HRS PKB Pasal 17 (THR)

erhak atas THR

bekerja sama dengan fasilitas pelaksanaan pelayanan


haan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
PKB Pasal 23
HRS Perawatan dan
Pengobatan

HRS

HRS

sikotropika dan zat adiktif lainnya di tempat kerja dapat

liki atau mengedarkan narkotika, psikotropika dan zat adiktif

PKB Pasal 8
rencana tahunan HRS Perencanaan dan
Penerimaan Pekerja

Sustainability
Petugas P3K
dan HRS
HRS

Sustainability

Sustainability
dan HRS
HRS

HRS

HRS dan PKS


HRS dan PKS

HRS dan PKS

HRS dan PKS

HRS dan PKS

HRS dan PKS

HRS dan PKS

HRS

PKS

i lisensi K3 dan buku kerja, dan tidak memenuhi kualifikasi dan


PKB Periode 2013 -
HRS
2015

PKB Periode 2013 -


HRS
2015

PKB Periode 2013 -


HRS
2015

HRS Bukti pendaftaran


saha, memiliki bukti wajib lapor ketenagakerjaan, memiliki izin

HRS

HRS

PKB Pasal 13 Upah dan


HRS
Peninjauan Upah

HRS Formulir RPTKA

Memperpanjang
KITAS yang masa
HRS
berlakunya akan
berakhir
HRS

i dari pengadaan di pabrik, penyimpanan, pengolahan,

Sustainability
dan HRS

an sanksi pencabutan Izin Usaha Industri

Sustainability
dan HRS
Sustainability
dan HRS

HRS

anggulangan kebakaran di tempat kerja, melalui:

Sustainability
dan HRS

Simulasi oleh
Personel Pemadam Sustainability
Sertifikat
Kebakaran yang dan HRS
terlatih
Sustainability
dan HRS

Sustainability

dakan penanggulangan kebakaran, tindakan mengatasi


stabilitas dan reaktifitas bahan, informasi toksikologi, informasi

akan pencegahan, instruksi dalam hal terkena atau terpapar,


nomor telepon pabrik pembuat atau distributor

Sustainability

Sustainability

akar, gas mudah terbakar, bahan mudah meledak, bahan reaktif,

on), bahan kimia reaktif (50 ton), bahan kimia mudah meledak (10
ar (100 ton), bahan kimia gas mudah terbakar ( 50 ton)

Sustainability
Sustainability
dan HRS
Nomor bukti pencatatan
HRS Serikat Pekerja dalam
PKB

HRS Nomor

nya paling lama 3 tahun, yang bersifat musiman, yang

Prosedur, Surat Surat pengangkatan


HRS
Perjanjian Karyawan

PKB Pasal 16 Kerja


HRS Lembur dan Upah
Lembur
PKB Pasal 16 Kerja
HRS Lembur dan Upah
Lembur

Pemberian Uang
makan bagi pekerja Slip gaji, Nota klaim
HRS
yang lembur selama uang makan
3 jam atau lebih

Program Pelatihan Daftar pelatihan dan


HRS
terjadwal jadwal pelatihan

Program Pelatihan Daftar pelatihan dan


HRS
terjadwal jadwal pelatihan

HRS

HRS

Seluruh Unit
Kerja
Seluruh Unit
Kerja

HRS

Seluruh Unit
Kerja

dilakukan
Laporan triwulan
pemantauan
(RKL/RPL)
lingkungan

Sustainabiity

HRS

n alat bantu dan APD, dillakukan oleh personel yang

HRS
HRS

HRS
Analisa Pemenuhan UU & Peraturan Keselam

No Nama dan Judul Peraturan Ruang Lingkup Peraturan UU / Persyaratan Lain Terkait

Undang-Undang No 01 Tahun
1970 Tentang Keselamatan Pasal 8 Pengurus berkewajiban untuk melakukan pemeriksaan
Kerja (Perubahan Dari UU No 14 kesehatan badan, mental dan fisik calon karyawan yang akan
Tahun1969 Tentang Ketentuan- diterima maupun karyawan yang akan dipindahkan sesuai
Ketentuan Pokok Mengenai dengan sifat-sifat pekerjaan yang akan diterima. Pengurus
Tenaga Kerja) diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerjanya secara berkala

Pasal 9 Pengurus berkewajiban untuk menjelaskan kepada tiap


tenaga kerja baru tentang kondisi & bahaya di tempat kerja, APD
yang harus dikenakan, cara bersikap yang aman dalam
melaksanakan pekerjaan, dan pembinaan bagi seluruh tenaga
kerja dalam pencegahan kecelakaan dan kebakaran serta
peningkatan K3 dan P3K

Pasal 11: Pengurus berkewajiban melapor jika terjadi kecelakaan


kepada instansi yang ditunjuk menteri

Pasal 12: Kewajiban karyawan untuk memakai APD yang


diwajibkan, mentaati syarat-syarat K3,

Pasal 13: Kewajiban setiap orang untuk menaati semua petunjuk


K3 dan memakai APD yang diwajibkan, saat memasuki tempat
kerja

Pasal 14: Kewajiban Pengurus untuk menempatkan di dalam


tempat kerja semua syarat / petunjuk / UU K3 ini secara tertulis,
memasang di tempat kerja gambar K3 dan semua bahan
pembinaan lainnya pada tempat yang mudah dilihat dan terbaca
sesuai petunjuk Ahli K3 dan menyediaakan APD di tempat kerja
secara cuma-cuma

Pasal 15: Pelanggaran terhadap Peraturan ini dapat memberikan ancaman pidana
5 Undang - Undang No 5 Tahun
1990 tentang Konservasi Pasal 5 Konservasi SDA hayati dan ekosistemnya dilakukan
Sumber Daya Alam Hayati dan dengan kegiatan: perlindungan sistem penyangga kehidupan,
Ekosistemnya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya, pemanfaatan secara lestari sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya

Pasal 13c Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa di luar


kawasan suaka alam dilakukan dengan menjaga dan
mengembangbiakan jenis tumbuhan dan satwa untuk
menghindari bahaya kepunahan
6 Undang - Undang No 7 Tahun Pasal 24 Setiap orang/badan usaha dilarang melakukan kegiatan
2004 tentang Sumber daya air yang mengakibatkan rusaknya sumber air dan prasarananya,
mengganggu upaya pengawetan air dan mengakibatkan
pencemaran air
6 Undang - Undang No 7 Tahun
2004 tentang Sumber daya air

Pasal 52 Setiap orang/badan usaha dilarang melakukan kegiatan


yang dapat mengakibatkan terjadinya daya rusak air
3 Undang - Undang No 18 Tahun
Pasal 4 Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan
2008 Tentang Pengelolaan
kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan
Sampah
sampah sebagai sumber daya

Pasal 12 Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga


dan sampah sejenis sampah rumah tangga wajib mengurangi
dan menangani sampah dengan cara yang berwawasan
lingkungan

Pasal 13 Pengelola kawasan industri wajib menyediakan fasilitas


pemilahan sampah

Pasal 19 Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah


sejenis sampah rumah tangga terdiri atas: pengurangan sampah
dan penanganan sampah

Pasal 20 Pengurangan sampah meliputi kegiatan: pembatasan


timbulan sampah, pendauran ulang sampah, pemanfaatan
kembali sampah

Pasal 22 Penanganan sampah meliputi kegiatan: pemilahan


sampah, pengumpulan di tempat penampungan sementara,
pengangkutan ke tempat pemprosesan akhir, pengolahan
sampah, pemprosesan akhir

Pasal 29 Setiap orang dilarang mencampur sampah dengan


limbah berbahaya dan beracun, mengelola sampah yang dapat
menyebabkan pencemaran atau perusakan lingkungan,
membuang sampah tidak pada tempatnya, membakar sampah
UU No 32 Tahun 2009
(Pengganti UU No. 23 Tahun Pasal 13 Pengendalian pencamaran dan kerusakan lingkungan hidup meliputi: pencegah
1997)Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 14 Instrumen pencegahan terdiri atas: Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS),
ekonomi LH, peraturan perUU-an berbasis LH, anggaran berbasis LH, analisis risiko LH,

Pasal 20 Setiap orang diperbolehkan untuk membuang limbah ke


media lingkungan hidup dengan persyaratan memenuhi baku
mutu lingkungan hidup dan mendapat izin dari Menteri, Gubernur,
atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 22a dan 24 Setiap usaha dan atau kegiatan yang


berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki
AMDAL, yang merupakan dasar penetapan kelayakan
lingkungan hidup

Pasal 22b Dampak penting ditentukan berdasarkan kriteria: besarnya jumlah penduduk y
dampak berlangsung, banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak, sifat kum
ilmu pengetahuan dan teknologi

Pasal 26 dan 27 Dokumen AMDAL disusun oleh pemrakarsa


dengan melibatkan masyarakat. Penyusunan AMDAL dapat
dibantu oleh pihak lain yang memiliki sertifikat kompetensi dalam
penyusunan AMDAL.
Pasal 34 Setiap usaha dan atau kegiatan yang tidak termasuk
dalam kriteria wajib AMDAL, wajib memiliki UKL/UPL

Pasal 35 Usaha atau kegiatan yang tidak wajib UKL/UPL wajib


membuat surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup

Pasal 36 dan 40 Setiap usaha dan atau kegiatan yang wajib


memiliki AMDAL atau UKL/UPL, wajib memiliki izin lingkungan
yang diterbitkan berdasarkan keputusan kelayakan lingkungan
hidup atau rekomendasi UKL/UPL. Izin lingkungan merupakan
persyaratan untuk memperoleh izin usaha

Pasal 53 Penanggulangan dilakukan dengan: pemberian informasi peringatan pencemar


pencemaran/kerusakan lingkungan hidup

Pasal 55 Pemegang izin lingkungan wajib menyediakan dana penjaminan untuk pemuliha
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 57 Pemeliharaan LH dilakukan dengan upaya: konservasi SDA, pencadangan SD

Pasal 58 Setiap orang yang menghasilkan, mengangkut,


mengedarkan, menyimpan, memanfaatkan, membuang,
mengolah, dan menimbun B3 wajib melakukan pengelolaan B3

Pasal 59 Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib


melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan termasuk B3
yang kadaluarsa. Pengelolaan limbah B3 wajib mendapatkan izin

Pasal 60 Setiap orang dilarang melakukan dumping limbah dan


atau bahan ke media lingkungan hidup tanpa izin

Pasal 68 Kewajiban pelaku usaha:


a. Memberikan informasi terkait perlindungan dan pengelolaan
lingkungan secara benar, akurat, terbuka dan tepat waktu

b. Menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup

c. Manaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup

Pasal 72 Menteri, Gubernur, atau Bupati sesuai dengan kewenangannya wajib melakuka

Pasal 76 Penanggung jawab usaha yang ditemukan pelanggaran terhadap izin lingkunga
lingkungan dan pencabutan izin lingkungan
Peraturan Pemerintah No 27 Pasal 2 Setiap usaha/kegiatan yang wajib AMDAL atau UKL/UPL
Tahun 2012 Tentang Izin wajib memiliki izin lingkungan melalui: penyusunan AMDAL atau
Lingkungan (Pengganti UKL/UPL, penilaian AMDAL atau UKL/UPL, permohonan dan
Peraturan Pemerintah No. 27 penerbitan izin lingkungan
Tahun 1999 Tentang AMDAL)
Pasal 3 Setiap usaha yang tidak termasuk dalam kriteria wajib
AMDAL, wajib memiliki UKL/UPL

Pasal 4 Lokasi rencana usaha yang tertuang dalam dokumen


AMDAL wajib sesuai dengan rencana tata ruang
Pasal 5 Penyusunan dokumen AMDAL terdiri atas: Kerangka
Acuan, ANDAL dan RKL/RPL

Pasal 8 Dalam penyusunan dokumen AMDAL, pemrakarsa wajib


menggunakan pendekatan studi: tunggal, terpadu atau kawasan

Pasal 9 Pemrakarsa, dalam menyusun dokumen AMDAL,


mengikutsertaan masyarakat yang terkena dampak, pemerhati
lingkungan dan yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan
dalam proses AMDAL melalui pengumuman rencana usaha dan
konsultasi publik. Pengikutsertaan masyarakat dilakukan
sebelum penyusunan dokumen Kerangka Acuan

Pasal 10 dan 11 Pemrakarsa dalam menyusun dokumen AMDAL


dapat dilakukan sendiri atau meminta bantuan pihak lain, baik
perorangan maupun tergabung dalam penyedia jasa penyusunan
dokumen AMDAL, yang telah memiliki sertifikat kompetensi
penyusun AMDAL

Pasal 12 Pegawai Negeri Sipil yang bekerja pada instansi lingkungan pusat, provinsi, ata

Pasal 13 Usaha/kegiatan yang berdampak penting terhadap


lingkungan hidup dikecualikan dari kewajiban menyusun AMDAL
tetapi wajib menyusun UKL/UPL berdasarkan dokumen RKL/RPL
kawasan atau rencana detil tata ruang, jika: lokasi rencana
usaha berada di kawasan yang telah memiliki AMDAL kawasan,
Kab telah memiliki rencana detail tata ruang Kab/Kota atau
rencana tata ruang kawasan strategis Kab/kota, atau usaha
dilakukan dalam rangka tanggap darurat bencana.

Pasal 18 Pemrakarsa hanya menyusun 1 UKL/UPL jika:


usaha/kegiatan yang direncanakan lebih dari 1 usaha dan
perencanaan serta pengelolaannya saling terkait dan berlokasi di
dalam satu kesatuan hamparan ekosistem; pembinaan dan
pengawasan terhadap usaha dilakukan oleh lebih dari 1 instansi

Pasal 20 dan 24 Kerangka Acuan disusun oleh pemrakarsa


sebelum penyusunan ANDAL dan RKL/RPL, dan diajukan
kepada Bupati melalui Komisi Penilai AMDAL Kabupaten. Jika KA
dinilai lengkap oleh Komisi Penilai AMDAL Kab, Komisi Penilai
AMDAL menerbitkan persetujuan Kerangka Acuan

Pasal 23 Jangka waktu penilaian KA dilakukan paling lama 30


hari kerja terhitung sejak KA diterima dan dinyatakan lengkap
secara administrasi
Pasal 25 KA tidak berlaku jika: perbaikan KA tidak disampaikan
kembali oleh pemrakarsa paling lama 3 tahun terhitung sejak
dikembalikan, pemrakarsa tidak menyusun ANDAL dan RKL/RPL
dalam jangka waktu 3 tahun terhitung sejak diterbitkannya
persetujuan KA

Pasal 29 Komisi penilai AMDAL menyampaikan rekomendasi hasil penilaian ANDAL dan
lingkungan dan ketidaklayakan lingkungan

Pasal 31 Jangka waktu penilaian ANDAL dan RKL/RPL dilakukan


paling lama 75 hari kerja terhitung sejak dokumen ANDAL dan
RKL/RPL diterima dan dinyatakan lengkap

Pasal 36 Formulir UKL/UPL yang telah diisi oleh pemrakarsa


disampaikan kepada Bupati dan jika dinyatakan lengkap secara
administrasi maka dilakukan pemeriksaan UKL/UPL dalam
jangka waktu 14 hari

Pasal 37 Bupati menerbitkan rekomendasi UKL/UPL berupa:


persetujuan atau penolakan

Psal 42 dan 43 Permohonan izin lingkungan diajukan secara


tertulis oleh penanggungjawab usaha yang disampaikan
bersamaan dengan pengajuan penilaian ANDAL dan RKL/RPL
atau pemeriksaan UKL/UPL dan harus dilengkapi dengan:
dokumen AMDAL atau formulir UKL/UPL, dokumen pendirian
usaha, profil usaha

Pasal 47 Izin lingkungan diterbitkan oleh Bupati, setelah dilakukannya pengumuman perm
Lingkungan Hidup atau rekomendasi UKL/UPL

Pasal 48a Izin lingkungan memuat: persyaratan dan kewajiban


yang dimuat dalam Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup
atau rekomendasi UKL/UPL, persyaratan dan kewajiban yang
ditetapkam oleh Bupati, dan masa berakhirnya izin lingkungan

Pasal 48b Dalam hal usaha yang direncanakan pemrakarsa wajib memiliki izin perlindung
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

Psal 48c Izin lingkungan berakhir bersamaan dengan berakhirnya izin usaha /kegiatan

Pasal 50b Penanggungjawab wajib mengajukan permohonan


perubahan izin lingkungan yang diperoleh jika: terjadi perubahan
kepemilikan usaha, perubahan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan, perubahan yang berpengaruh terhadap lingkungan,
terdapat perubahan dampak terhadap lingkungan hidup, tidak
dilaksanakannya usaha dalam jangka waktu 3 tahun sejak
diterbitkannya izin lingkungan

Pasal 50c Sebelum mengajukan permohonan perubahan izin


lingkungan, penanggungjawab usaha wajib mengajukan
permohonan perubahan rekomendasi UKL/UPL, melalui
penyusunan dan pemeriksaan UKL/UPL baru
Pasal 53 Pemegang izin lingkungan wajib: menaati persyaratan
dan kewajiban yang dimuat dalam izin lingkungan dan Izin PPLH,
membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan terhadap
persyaratan dan kewajiban dalam izin lingkungan kepada Bupati
secara berkala setiap 6 bulan, menyediakan dana penjaminan
untuk pemulihan fungsi lingkungan hidup

Pasal 71 Pemegang izin lingkungan yang melanggar ketentuan dikenakan sanksi admini
pencabutan izin lingkungan
Peraturan Pemerintah No 50
Tahun 2012 Tentang Penerapan Pasal 4 Kebijakan nasional tentang SMK3 sebagai pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan perusahaan dalam menerapkan SMK3
dan Kesehatan Kerja
Pasal 5 Perusahaan wajib menerapkan SMK3, karena:
a. memperkerjakan pekerja/buruh lebih dari
100 orang b. mempunyai tingkat
potensi bahaya tinggi

Pasal 6 SMK3 meliputi: penetapan kebijakan K3, perencanaan


K3, pelaksanaan rencana K3, pemantauan dan evaluasi kinerja
K3, peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3

Pasal 9d Pengusaha dalam menyusun rencana K3, harus


melibatkan Ahli K3, P2K3, wakil pekerja, dan pihak lain yang
terkait di perusahaan

Pasal 9e Rencana K3 sedikitnya memuat: tujuan dan sasaran,


skala prioritas, upaya pengendalian bahaya, penetapan sumber
daya, jangka waktu pelaksanaan, indikator pencapaian, sistem
pertanggungjawaban

Pasal 10a-c Pelaksanaan rencana K3 dilakukan oleh pengusaha


berdasarkan rencana k3, dan didukung oleh sumber daya
manusia yang memiliki kompetensi yang disertai sertifikat dan
kewenangan yang dibuktikan dengan surat izin dari instansi
berwenang

Pasal 10d Prasarana dan sarana paling sedikit terdiri dari: unit
yang bertanggung jawab di bidang K3, anggaran yang memadai,
prosedur kerja, informasi, pelaporan, dokumentasi dan instruksi
kerja

Pasal 13b Prosedur pelaporan terdiri atas pelaporan: terjadinya


kecelakaan di tempat kerja, ketidaksesuaian terhadap peraturan
perundangan dan standar, kinerja K3, identifikasi sumber
bahaya, dan yang diwajibkan berdasarkan ketentuan peraturan
perundangan
Pasal 13c Pendokumentasian sedikitnya dilakukan terhadap:
peraturan perundangan di bidang K3 dan standar di bidang K3;
indikator kinerja K3; izin kerja; hasil identifikasi; penilaian dan
pengendalian risiko; kegiatan pelatihan K3; kegiatan inspeksi,
kalibrasi dan pemeliharaan; catatan pemantauan data; hasil
pengkajian kecelakaan di tempat kerja dan tindak lanjut;
identifikasi produk termasuk komposisinya, informasi mengenai
pemasok dan kontraktor; audit dan peninjauan ulang SMK3

Pasal 14 Pengusaha wajib melakukan pemantauan dan evaluasi


K3 melalui pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan audit
internal SMK3 yang dilakukan oleh sumber daya manusia yang
kompeten. Hasil pemantauan dan evaluasi kerja K3 digunakan
untuk melakukan tindakan perbaikan

Pasal 15 Perbaikan dan peningkatan kinerja dapat dilaksanakan


dalam hal: terjadinya perubahan peraturan perundangan, adanya
tuntutan pasar dan pihak terkait lainnya, adanya perubahan
produk dan kegiatan perusahaan, perubahan struktur organisasi
perusahaan, perkembangan IPTEK, hasil kajian kecelakaan di
tempat kerja, adanya pelaporan dan masukan dari pekerja

Pasal 16 Penilaian penerapan SMK3 dilakukan oleh lembaga audit independen yang ditu

Pasal 18 pengawasan SMK3 dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan pusat, provinsi d


Peraturan Menteri Perburuhan Pasal 2 -15 Persyaratan Bangunan:
No 07 Tahun 1964 tentang
Syarat Kesehatan, Kebersihan Pasal 2 Syarat bangunan harus menghindarkan terjadinya
serta Penerangan dalam Tempat kebakaran & kecelakaan, bahaya keracunan, penularan penyakit,
Kerja dll

Pasal 3 Sampah dan bahan terbuang lainnya harus terkumpul


pada suatu tempat yang rapi dan tertutup

Pasal 5 Luas tempat kerja minimal 2 m per orang untuk


mendapat ruang gerak yang cukup

Pasal 5 Dinding tidak boleh basah atau lembab

Pasal 5 Alat dan bahan harus disusun dan disimpan rapi


sehingga tidak menimbulkan bahaya tertimpa

Pasal 6 WC harus terpisah untuk laki - laki dan perempuan

Pasal 6 Jumlah WC, 1-15 orang = 1, 16-30 orang=2…dst

Pasal 7 Di tempat kerja yang dianggap perlu harus diadakan


tempat mandi, tempat cuci muka dan tangan, dan tempat
pakaian menurut kepentingan masing - masing

Pasal 9 Pekerja yang bekerja duduk harus disediakan kursi


dengan sandaran untuk punggung

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Pasal 3 Tabung APAR harus diisi sesuai dengan jenis dan konstruksinya:
dan Transmigrasi No 04 Tahun
1980 tentang Syarat-Syarat
Pemasangan& Pemeliharaan
Alat Pemadam Api Ringan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No 04 Tahun
1980 tentang Syarat-Syarat
Pemasangan& Pemeliharaan Pasal 4a Setiap satu atau kelompok APAR harus ditempatkan
Alat Pemadam Api Ringan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan
diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan

Pasal 4c Tinggi pemberian tandan pemasangan adalah 125 cm


dari dasar lantai, tepat di atas APAR

Pasal 3e Penempatan antar APAR tidak boleh lebih dari 15


meter, kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja

Pasal 3f Semua APAR sebaiknya berwarna merah

Pasal 5 Dilarang memasang dan menggunakan APAR yang


didapati sudah berlubang atau cacat karena karat

Pasal 8 Pemasangan APAR berada pada ketinggian 1,2 meter


dari permukaan lantai kecuali jenis CO2 dan tepung kering tidak
kurang 15 cm dari permukaan lantai

Pasal 10 APAR yang ditempatkan di ruang terbuka harus


dilindungi dengan tutup pengaman

Pasal 11 Setiap APAR harus diperiksa 2 kali dalam setahun


a. Pemeriksaan jangka waktu 6 bulan

- Isi tabung, tekanan tabung, kondisi segi pengaman cartridge

- Cacat pada bagian luar tabung termasuk handel dan label

- kondisi mulut pancar dan pipa pancar

- Untuk APAR jenis cairan atau asam soda, diperiksa dengan


cara mencampur sedikit larutan sodium bicarbonat dan asam
keras di luar tabung, apabila reaksi cukup kuat, maka APAR
dapat dipasang kembali

- Untuk APAR jenis busa, diperiksa dengan cara mencampur


sedikit larutan sodium bicarbonat dan alumunium sulfat di luar
tabung, apabila reaksi cukup kuat, maka APAR dapat dipasang
kembali

- Untuk APAR jenis hydrocarbon berhalogen kecuali jenis


tetrachlorida, diperiksa dengan cara menimbang, jika beratnya
sesuia dengn aslinya dapat dipasang kembali
- Untuk APAR jenis carbondioxida, harus diperiksa dengan cara
menimbang serta mencocokan beratnya dengan berat yang
tertera pada alat pemadam api, apabila terdapat kekurangan
berat sebesar 10%, tabung pemadam harus diisi kembali sesuai
dengan berat yang ditentukan

b. Pemeriksaan jangka waktu 12 bulan selain dilakukan pemeriksaan jangka waktu 6 bula

- Isi alat pemadam api harus sampai batas permukaan yang telah
ditentukan

- Kondisi pipa pelepas isi yang berada dalam tabung, saringan,


ulir tutup kepala, saluran penyemprotan, gelang tutup kepala,
lapisan pelindung dan tabung gas bertekanan dalam keadaan
baik

- Khusus jenis pompa tangan CTC (Carbon tetrachiorida),


peralatan pompa harus diteliti untuk memastikan dapat bekerja
dengan baik, tuas pompa dikembalikan pada kedudukan terkunci
seperti semula

Pasal 14 Petunjuk cara pemakaian APAR harus dapat dibaca


dengan jelas

Pasal 15 dan 17 Untuk setiap APAR dilakukan percobaan secara


berkala dengan jangka waktu tidak melebihi 5 tahun sekali.
Setelah dilakukan percobaan tekan terhadap setiap APAR,
tanggal percobaan tekan tersebut dicatat dengan cap di
selembar pelat logam pada badan tabung

Psal 18 Setiap tabung APAR harus diisi kembali dengan cara:


untuk asam soda, busa dan bahan kimia harus diisi setahun
sekali; untuk jenis cairan busa yang dicampur lebih dahulu harus
diisi 2 tahun sekali; untuk jenis tabung gas hydrocarbon
berhalogen harus diisi 3 tahun sekali; sedangkan jenis lainnya
diisi selambatnya 5 tahun sekali

Pasal 24 dan 25 Pengurus harus bertanggung jawab terhadap ditaatinya peraturan ini
Peraturan Menteri Tenaga Kerja
No 04 Tahun 1987 Tentang Pasal 2 Setiap tempat kerja dengan kriteria memperkerjakan 100
Panitia Pembina K3 serta Tata orang atau lebih, memperkerjakan kurang dari 100 orang tetapi
Cara Penunjukkan Ahli K3 menggunakan bahan, proses dan instalasi yang mempunyai
resiko besar akan terjadinya kebakaran atau keracunan

Pasal 3 Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan


pekerja yang susunannya terdiri dari Ketua, Sekretaris &
Anggota. Sekretaris P2K3 adalah AK3 dari perusahaan yang
bersangkutan

Pasal 4a Tugas P2K3 adalah memberikan saran dan


pertimbangan kepada pengusaha mengenai masalah K3

Pasal 4b Fungsi P2K3 adalah:

(1) Menghimpun dan mengolah data tentang K3 di tempat kerja


(2) Menjelaskan kepada pekerja tentang: berbagai faktor bahaya
di tempat kerja, APD bagi tenaga kerja, cara dan sikap yang
aman dan benar dalam melaksanakan pekerjaan

(3) Membantu pengusaha dalam: mengevaluasi cara


kerja/proses/lingkungan kerja, menentukan tindakan koreksi,
mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap K3,
mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat
kerja, memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja,
pelayanan kesehatan tenaga kerja

(4) Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijaksanaan


manajemen dan pedoman kerja dalam rangka meningkatkan
keselamatan kerja, hiegene perusahaan, kesehatan kerja,
ergonomi, gizi tenaga kerja

Pasal 5 Pengusaha atau pengurus yang akan mengangkat Ahli


K3 mengajukan permohonan secara tertulis kepada Menteri

Pasal 14 Pengusaha yang tidak memenuhi ketentuan dalam peraturan ini diancam denga
58 Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No 02 Tahun Pasal 2 Bagian - bagian instalasi penyalur petir harus memiliki
1989 tentang Pengawasan tanda hasi pengujian dan sertifikat yang diakui
Instalasi Penyalur Petir
Pasal 6 Pemasangan Instalansi Penyalur Petir harus dilakukan
oleh instansi yang mendapat pengesahan dari Menteri / Pejabat
yang ditunjuk

Pasal 9 Tempat kerja yang perlu dipasang instalasi penyalur petir


adalah: bangunan terpencil dan tinggi (cerobong, silo, antena
pemancar), bangunan penyimpanan bahan yang mudah meledak
atau terbakar, bangunan yang menyimpan barang yang sukar
diganti (tempat penyimpanan arsip/kantor)

Pasal 50 Instalasi diperiksa dan diuji berkala setiap 2 tahun, atau


bila ada perubahan instalasi atau setelah ada kerusakan akibat
sambaran petir

Pasal 51 Pemeriksaan & pengujian dilakukan oleh pegawai


pengawas / jasa inspeksi yang ditunjuk

Pasal 55 Setiap perencanaan instalasi penyalur petir harus


dilengkapi dengan gambar rencana instalasi dan harus mendapat
pengesahan dari menteri / pejabat yang ditunjuk

Peraturan Menteri Tenaga Kerja


dan Transmigrasi No 02 Tahun Pasal 2 Kriteria tempat kerja yang memiliki Ak3 adalah suatu
1992 Tentang Penunjukan dan tempat kerja yang mempekerjakan tenaga kerja lebih dari 100
Wewenang, Serta Kewajiban orang atau kurang dari 100 orang tetapi menggunakan bahan,
Pegawai Pengawas proses, alat dan atau instalasi yang besar risiko bahaya terhadap
Keselamatan dan Kesehatan keselamatan dan kesehatan kerja
Kerja dan Ahli Keselamatan
Kerja (Perubahan Peraturan Pasal 10 Kewenangan Ahli K3
Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No 03 Tahun 1978)
Wewenang, Serta Kewajiban
Pegawai Pengawas
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dan Ahli Keselamatan
Kerja (Perubahan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No 03 Tahun 1978) - Memasuki tempat kerja sesuai dengan keputusan penunjukkan
dan meminta keterangan kepada pengurus & pekerja terkait
dengan K3

- Memonitor, memeriksa, menguji, menganalisa, mengevaluasi


dan memberikan persyaratan serta pembinaan K3 meliputi:
keadaan dan fasilitas tenaga kerja, keadaan mesin/pesawat/alat-
alat kerja/instalasi serta peralatan lainnya, penanganan bahan,
proses produksi, sifat pekerjaan, cara kerja dan lingkungan kerja

Peraturan Menteri Tenaga Kerja


dan Transmigrasi No15 Tahun Pasal 2 Pengusaha wajib menyediakan petugas dan fasilititas
2008 Tentang Pertolongan P3K dan melaksanakan P3K di tempat kerja
Pertama Pada Kecelakaan
(P3K) di Tempat Kerja
Pasal 3 Petugas P3K di tempat kerja harus memiliki lisensi dan
buku kegiatan P3K dari Kepala Instansi yang bertanggung jawab
di bidang ketenagakerjaan setempat (tidak dikenakan biaya)

Pasal 5 Petugas P3K harus tersedia pada tempat kerja dengan:


unit kerja tiap jarak 500 meter atau lebih sesuai jumlah pekerja
dan potensi bahaya, setiap lantai yang berbeda di gedung
bertingkat, jadwal kerja shift

pasal 6 Tugas petugas P3K: melaksanakan tindakan P3K,


merawat fasilitas P3K, mencatat setiap kegiatan P3K dalam buku
kegiatan, dan melaporkan kegiatan P3K kepada pengurus

Pasal 7 Pengurus wajib memasang pemberitahuan nama dan


lokasi petugas P3K. Petugas P3K di tempat kerja dapat
menggunakan tanda khusus yang mudah dikenal oleh
pekerja/buruh yang membutuhkan pertolongan

Pasal 8 Fasilitas P3K berupa ruang P3K, kotak P3K dan isi, alat
evakuasi dan alat transportasi, fasilitas tambahan berupa APD
dan/atau peralatan khusus di tempat kerja yang memiliki potensi
bahaya yang bersifat khusus (dalam keadaan darurat) seperti
bodyshower dan eyeshower

Pasal 9a Pengusaha wajib menyediakan ruang P3K dalam hal


mempekerjakan pekerja 100 orang/lebih, atau kurang dari 100
orang dengan potensi bahaya tinggi

Pasal 9b Lokasi ruang P3K: dekat dengan toilet, dekat jalan


keluar, mudah dijangkau dari area kerja dan dekat dengan
tempat parkir kendaraan

- Luas minimal cukup untuk menampung 1 tempat tidur pasien


dan masih terdapat ruang gerak bagi seorang petugas P3K serta
penempatan fasilitas P3K lainnya

- Bersih dan terang, ventilasi baik, memiliki pintu dan jalan yang
cukup lebar untuk memindahkan korban, diberi tanda yang jelas,
dilengkapi dengan wastafel, tissue, kotak P3K dan isi, dll
Pasal 10 Kotak P3K terbuat dari bahan yang kuat dan mudah
dibawa, warna dasar putih dan lambang P3K berwarna hijau

- Penempatan kotak P3K pada tempat yang mudah dilihat dan


dijangkau; disesuaikan dengan jumlah pekerja, jenis dan jumlah
kotak

Pasal 11 Alat evakuasi dan transportasi berupa tandu dan


ambulance
33 Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Pasal 2 Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja
dan Transmigrasi No 08 Tahun
ditempat kerja yang harus sesuai dengan SNI atau standar yang
2010 Tentang Alat Pelindung Diri
berlaku dan diberikan cuma-Cuma
(APD)
Pasal 3 APD meliputi: pelindung kepala, mata dan muka, telinga,
pernapasan, tangan, kaki, pakaian pelindung, alat pelindung
jatuh perorangan

Pasal 5 Pengusaha wajib mengumumkan secara tertulis /


memasang rambu-rambu mengenai kewajiban penggunaan APD
di tempat kerja

Pasal 7 Pengusaha wajib melaksana manajemen APD di tempat


kerja yang meliputi: identifikasi kebutuhan dan syarat APD,
pemilihan APD sesuai jenis bahaya dan kenyamanan pekerja,
pelatihan, penggunaan/perawatan/penyimpanan, pembinaan,
inspeksi, evaluasi dan pelaporan
Pasal 8 Pemusnahan APD yang rusak, retak atau tidak dapat
berfungsi dengan baik, masa pakai habis, mengandung bahan
berbahaya, dengan dilengkapi berita acara pemusnahan

Pasal 9 Pengusaha yang tidak memenuhi ketentuan dapat dikenakan sanksi


Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No 13 Tahun Pasal 2 Pengurus dan atau pengusaha wajib melakukan
2011 Tentang Nilai Ambang pengendalian faktor fisika dan kimia di tempat kerja sehingga di
Batas Faktor Fisika dan Faktor bawah NAB. Jika melampaui NAB, wajib melakukan upaya
Kimia di Tempat Kerja teknis-teknologi untuk menurunkan sehingga memenuhi
(Pengganti KepMenakertrans No ketentuan yang berlaku
51 Tahun 1999 Tentang Nilai
Ambang Batas (NAB) Faktor Pasal 3
Fisika di Tempat Kerja & Surat - NAB faktor fisika meliputi: iklim kerja, kebisingan,
Edaran No 01 Tahun 1997 getaran, gelombang mikro, sinar ultra ungu, dan medan magnet
Tentang Nilai Ambang Batas - NAB faktor kimia meliputi: bentuk padatan, cair,
Faktor Kimia di Udara gas, kabut, aerosol, dan uap yang berasal dari bahan kimia
Lingkungan Kerja) (sesuai Lampiran)

Pasal 5 NAB kebisingan 85dB

Pasal 13 Pengurus wajib melakukan pengukuran faktor fisika dan


kimia di tempat kerja yang dilakukan oleh Balai Hyperkes/ pihak
lain yang ditunjuk oleh Menteri/pejabat terkait

Pasal 16 Pengurus dan atau pengusaha harus menyampaikan


hasil pengukuran faktor fisika dan kimia pada kantor yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan
48 Keputusan Menteri Perindustrian Pasal 2 Untuk menghindari timbulnya dampak negatif sebagai akibat dipergunakannya B
Nomor 148 Tahun 1985 tentang pengemasan, dan pengangkutan sampai di distributor
Pengamanan Bahan Beracun &
Berbahaya di Perusahaan Pasal 4 Dalam menjalankan usaha, perusahaan industri diwajibkan mengadakan usaha-u
Industri a. Membentuk suatu unit kerja dalam organisasi perusahaan
industri yang khusus menangani pengamanan teknis (tahap
perencanaan, pengembangan dan operasi industri)

b. Membuat buku panduan tentang pengamanan Bahan


Berbahaya dan Beracun

c. Meningkatkan kewaspadaan, kesadaran, tanggung jawab,


disiplin dan kesiap-siagaan karyawan/karyawati untuk mengikuti
serta melaksanankan ketentuan pada buku panduan tersebut
melalui pendidikan, penyuluhan dan latihan

d. Memberikan bimbingan dan penyuluhan teknis kepada


ekspeditur atau pihak ketiga lainnya yang bertanggung jawab
atau yang melaksanakan pengangkutan Bahan Berbahaya dan
Beracun dari pabrik ke distributor.

Pasal 8 Perusahaan industri yang melakukan perbuatan yang bertentangan dengan kete

Keputusan Menteri Tenaga Kerja


dan Transmigrasi No 1135 Tahun Bentuk Segi Empat, Warna Putih, Ukuran 900x1350 mm,
1987 Tentang Bendera lambang dan logo terletak bolak-balik pada kedua muka bendera
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
Bentuk: palang dilingkari roda bergigi sebelas berwarna hijau
diatas dasar putih
Arti Palang: bebas dari kecelakaan dan sakit kerja;
Arti roda gigi: bekerja dengan kesegaran
jasmani dan rohani; Arti warna putih: bersih, suci;
Arti warna hijau =
selamat, sehat dan sejahtera;
Arti sebelas gerigi roda = 11 bab dalam UU Keselamatan
Kerja
Tata cara pemasangan: apabila berdampingan dengan bendera
nasional (merah - Putih) harus dipasang pada tiang sebelah kiri
daripada tiang bendera nasional; atau dipasang pada gerbang
masuk kehalaman perusahaan/pabrik tempat kerja; atau
dipasang pada pintu utama bangunan kantor dan/atau pabrik;
atau di depan kantor P2K3/Departemen Safety

Tinggi Tiang: tidak boleh lebih tinggi dari tiang bendera nasional

Waktu Pemasangan: Satu tiang penuh selama ada kegiatan di


tempat kerja

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Pasal 2 Kewajiban Pengurus atau perusahaan untuk mencegah, mengurangi dan memad
dan Transmigrasi No 186 Tahun
1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di - Menyediakan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran &
Tempat Kerja sarana evakuasi
dan Transmigrasi No 186 Tahun
1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di
Tempat Kerja

- Membentuk unit penanggulangan kebakaran

- Menyediakan pelatihan dan gladi penanggulangan kebakaran


secara berkala

- Memiliki buku rencana penanggulangan darurat kebakaran bagi


tempat kerja yang memperkerjakan lebih dari 50 orang tenaga
kerja atau tempat yang berpotensi bahaya kebakaran sedang
dan berat

Pasal 3 dan 5 Pembentukan Unit penanggulangan kebakaran


berdasarkan jumlah tenaga kerja dan tingkat potensi bahaya
kebakaran, yang terdiri dari: petugas peran kebakaran, regu
penanggulangan kebakaran, koordinator unit penanggulangan
kebakaran, Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran sebagai
penanggung jawab teknis

Pasal 7 Tugas Peran Kebakaran: mengidentifikasi dan


melaporkan tentang adanya faktor yang menimbulkan bahaya
kebakaran, memadamkan kebakaran pada tahap awal,
mengarahkan evakuasi orang dan barang, mengadakan
koordinasi dengan instansi terkait, mengamankan lokasi
kebakaran

Pasal 6a Petugas peran kebakaran sekurang - kurangnya 2


orang untuk setiap jumlah tenaga kerja 25 orang

Pasal 8 Tugas Regu Penanggulangan Kebakaran: melakukan


pemeliharaan sarana proteksi kebakaran, memberikan
penyuluhan tentang penanggulangan kebakaran pada tahap
awal, membantu menyusun buku rencana tanggap darurat,
memadamkan kebakaran, memberikan P3K, melakukan
koordinasi seluruh petugas peran kebakaran

Pasal 6b Regu penanggulangan kebakaran dan Ahli K3 spesialis


penanggulangan kebakaran, ditetapkan untuk tempat kerja
tingkat resiko bahaya kebakaran ringan dan sedang I yang
mempekerjakan tenaga kerja 300 orang atau lebih, atau tingkat
resiko bahaya kebakaran sedang II, III, dan berat

Pasal 9 Tugas koordinator UPK: memimpin penanggulangan


kebakaran sebelum mendapatkan bantuan dari instasi
berwenang, menyusun program kerja dan kegiatan, mengusulkan
anggaran, sarana dan fasilitas penanggulangan kebakaran
kepada pengurus
Pasal 6c Koordinator UPK untuk tempat kerja tingkat resiko
bahaya ringan dan sedang I sekurang - kurangnya 1 orang untuk
setiap jumlah tenaga kerja 100 orang atau untuk tempat kerja
tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II, III dan berat,
sekurang - kurangnya 1 orang untuk setiap unit kerja

Pasal 10a Tugas Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran:


membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan di
bidang penanggulangan kebakaran, memberikan laporan kepada
Menteri, merahasiakan segala keteranga tentang rahasia
perusahaan, memimpin penanggulangan kebakaran sebelum
mendapat bantuan dari instasi berwenang, menyusun program
kerja, melakukan koordinasi dengan instansi terkait

Pasal 10b Syarat Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran:


sehat, minimal lulusan D3 teknik, pengalaman kerja minimal 5
tahun, telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran
tingkat dasar I dan II serta tingkat Ahli K3 Pratama dan Tingkat
Ahli Madya

Keputusan Menteri Tenaga Kerja


Pasal 2 Pengusaha/Pengurus yang menggunakan, menyimpan,
dan Transmigrasi No 187 Tahun
memakai, memproduksi dan mengangkut bahan kimia berbahaya
1999 tentang Pengendalian
di tempat kerja wajib mencegah terjadinya kecelakaan kerja &
Bahan Kimia Berbahaya di
penyakit akibat kerja
Tempat Kerja
Pasal 3 Pengendalian meliputi: Penyediaan LDKB/MSDS dan
Label, Penunjukan petugas K3 Kimia & Ahli K3 Kimia

Pasal 4 LDKB meliputi keterangan: identitas bahan dan perusahaan, komposisi bahan, id
kebocoran dan tumpahan, penyimpanan dan penanganan bahan, pengendalian pemajam
ekologi, pembuangan limbah, pengangkutan limbah, informasi peraturan yang berlaku, d

Pasal 5 Label meliputi: nama produk, identifikasi bahaya, tanda bahaya dan arti, uraian re
instruksi kebakaran, instruksi kebocoran dan tumpahan, instruksi pengisian dan penyimp

Pasal 6 Peletakan LDKB dan Label harus mudah diketahui oleh


pekerja

Pasal 7 Pengusaha/Pengurus wajib menyampaikan Daftar Nama,


Sifat & Kuantitas Bahan Kimia Berbahaya di tempat kerja kepada
Disnaker setempat

Pasal 9 Kriteria bahan kimia berbahaya: bahan beracun dan sangat beracun, cairan mud
bahan oksidator

Pasal 14 Nilai Ambang Kuantitas (NAK) bahan kimia: bahan kimia kriteria beracun (10 ton
(10 ton), bahan kimia oksidator ( 10 ton), bahan kimia cairan mudah terbakar (200 ton), b

Pasal 15 Perusahaan yang mempergunakan bahan kimia


berbahaya melebihi NAK seperti pada pasal 14 dikategorikan
sebagai perusahaan yang mempunyai potensi bahaya besar
Pasal 16a Perusahaan dengan potensi bahaya besar wajib
mempekerjakan minimal 2 orang petugas K3 Kimia (5 orang jika
kerja shift) dan 1 orang AK3 Kimia yang melakukan pemeriksaan
dan pengujian faktor kimia minimal 6 bulan sekali, pemeriksaan
dan pengujian instalansi minimal 2 tahun sekali, pemeriksaan
kesehatan minimal 1 tahun sekali

Pasal 16a Membuat dokumen pengendalian potensi bahaya


besar dan melaporkan setiap perubahan nama bahan kimia dan
kuantitas bahan kimia, proses dan modifikasi instansi yang
digunakan

Pasal 16b Pengujian faktor kimia dan instalasi dilakukan oleh


perusahaan jasa K3 atau instansi yang berwenang

Pasal 19 Dokumen pengendalian potensi bahaya besar memuat:


identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko; kegiatan
teknis, rancang bangun, konstruksi, pemilihan bahan kimia, serta
pengoperasian dan pemeliharaan instalasi; kegiatan pembinaan
tenaga kerja di tempat kerja; rencana dan prosedur
penanggulangan keadaan darurat; prosedur kerja aman

Pasal 22b Persyaratan petugas K3 Kimia: bekerja pada


perusahaan yang bersangkutan, tidak dalam masa percobaan,
hubungan kerja tidak didasarkan pada Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu, dan telah mengikuti kursus teknik K3 Kimia

Pasal 22 c dan d Kursus teknis Petugas K3 dilaksanakan oleh


perusahaan sendiri, perusahaan jasa K3, atau instansi yang
berwenang. Perusahaan sebelum melakukan kursus harus
melaporkan rencana pelaksanaan kursus teknis kepada Disnaker

Pasal 23 Kewajiban AK3 Kimia: mengawasi pelaksanaan


peraturan K3 kimia, memberikan laporan kepada pejabat yang
ditunjuk mengenai hasil pelaksanaan tugas, menyusun program
kerja pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja,
melakukan identifikasi bahaya, mengusulkan pembuatan
prosedur kerja aman dan penanggulangan keadaan darurat
kepada pengusaha/pengurus

Keputusan Menteri Kesehatan a. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran


No 1405 Tahun 2002 Tentang
Persyaratan Kesehatan - Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan yang meliputi
Lingkungan Kerja Perkantoran & persyaratan fisik, kimia, mikrobiologi dan radioaktif
Industri
- Pemeriksaan minimal 2 x /tahun pada musim kemarau &
penghujan

- Suhu ruangan 18 -28 derajat celcius dan kelembaban 40 - 60%

- Tersedia tempat sampah yang cukup (limbah padat/sampah)


dan terpisah antara sampah kering dan basah

- Pencahayaan di ruangan, intensitas min 100 lux


- Tingkat kebisingan max 85 dBA

- Toilet terpisah antara pria/wanita

- Setiap bangunan dengan ketinggian > 10m atau lebih tinggi dari
bangunan sekitarnya, harus dilengkapi dengan penangkal petir

b. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri

- Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan yang meliputi


persyaratan fisik, kimia, mikrobiologi dan radioaktif

- Pemeriksaan minimal 2 x /tahun pada musim kemarau &


penghujan

- Suhu udara ruangan 18 -28 derajat Celcius, Kelembapan 40 -


60 %

- Tersedia tempat sampah yang cukup (limbah padat/sampah)


dan terpisah antara sampah kering dan basah

- Kualitas limbah cair harus memenuhi syarat sesuai dengan


ketentuan peraturan perundangan yang berlaku

- Intensitas cahaya di ruang kerja minimal 100 lux

- Tingkat kebisingan max 85 dBA

- Toilet terpisah antara pria/wanita

- Setiap bangunan dengan ketinggian > 10m atau lebih tinggi dari
bangunan di sekitarnya, harus dilengkapi dengan penangkal petir
UU & Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Status
Lingkup (Realisasi) Rencana
Kondisi terkini PIC
Pelaksanaan Pemenuhan
Sudah Belum

Pemeriksaan saat
perekrutan

Seluruh Unit Pemeriksaan Prosedur atau


√ berkala HRS
Kerja Program
Pemeriksaan
khusus
Tersedia APD
Pemeriksaan
Pemeriksaan
berkala
khusus
Rambu - Rambu K3
Seluruh Unit Prosedur dan WI HRS dan

Kerja Ahli K3 dan P2K3 Sustainability Sustainability

Rambu - kecelakaan
Setiap Semua karyawan
HRS dan Rambu HRS dan
√ dilaporkan kepada terdaftar dalam
Sustainability Sustainability
K3 Jamsostek Jamsostek

Setiap karyawan wajib


Seluruh Unit Verifikasi melalui
√ menggunakan APD selama Sustainability
Kerja inspeksi/audit
bekerja

Rambu - Rambu K3
di tempat kerja

Seluruh Unit Distribusi dokumen HRS dan


√ Penyediaan APD
Kerja Peraturan ke unit Sustainability
kerja
Distribusi APD
ke seluruh karyawan

memberikan ancaman pidana

Seluruh Unit
Sustainability
Kerja

Seluruh Unit
Sustainability
Kerja
Seluruh Unit
Sustainability
Kerja

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS

ngkungan hidup meliputi: pencegahan, penanggulangan dan pemulihan yang dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha

ngkungan Hidup Strategis (KLHS), tata ruang, baku mutu LH, kriteria baku kerusakan LH, AMDAL, UKL-UPL, perizinan, Instrumen
an berbasis LH, analisis risiko LH, audit Lingkungan Hidup, Instrumen lain

CAS dan
Sustainability
Seluruh Unit
Kerja

CAS dan
Sustainability

teria: besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha, luas wilayah persebarannya, intensitas dan lamanya
an yang terkena dampak, sifat kumulatif dampak, berbalik atau tidak berbaliknya dampak, kriteria lain sesuai dengan perkembangan

CAS dan
Sustainability

Seluruh Unit
Kerja
CAS dan
Sustainability

Seluruh Unit
Kerja CAS dan
Sustainability

CAS dan
Sustainability

an informasi peringatan pencemaran dan/atau kerusakan LH kepada masyarakat, pengisolasian dan penghentian

n dana penjaminan untuk pemulihan fungsi lingkungan hidup dan disimpan di bank pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri, Gubernur,

konservasi SDA, pencadangan SDA, pelestarian fungsi atmosfer

Sustainability

Seluruh Unit
Kerja CAS dan
Sustainability

Sustainability

Seluruh Unit
Sustainability
Kerja

n kewenangannya wajib melakukan pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha terhadap izin lingkungan

elanggaran terhadap izin lingkungan dikenakan sanksi administrasi berupa: teguran tertulis, paksaan pemerintah, pembekuan izin

Seluruh Unit CAS dan


Kerja Sustainability
Seluruh Unit CAS dan
Kerja Sustainability

Seluruh Unit CAS dan


Kerja Sustainability

ansi lingkungan pusat, provinsi, atau kabupaten, dilarang menjadi penyusun AMDAL

Seluruh Unit CAS dan


Kerja Sustainability

Seluruh Unit CAS dan


Kerja Sustainability

Seluruh Unit CAS dan


Kerja Sustainability
Seluruh Unit CAS dan
Kerja Sustainability

endasi hasil penilaian ANDAL dan RKL/RPL kepada Bupati dan rekomendasi tersebut dapat berupa rekomendasi kelayakan

Seluruh Unit CAS dan


Kerja Sustainability

Seluruh Unit CAS dan


Kerja Sustainability

Seluruh Unit CAS dan


Kerja Sustainability

ah dilakukannya pengumuman permohonan izin lingkungan dan dilakukan bersamaan dengan diterbitkannya Keputusan Kelayakan

karsa wajib memiliki izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, izin lingkungan mencantumkan jumlah dan jenis izin

berakhirnya izin usaha /kegiatan

Seluruh Unit CAS dan


Kerja Sustainability

Seluruh Unit CAS dan


Kerja Sustainability
Seluruh Unit
Sustainability
Kerja

etentuan dikenakan sanksi administrasi yang meliputi teguran tertulis, paksaan pemerintah, pembekuan izin lingkungan dan

Seluruh Unit Sustainability



Kerja dan HRS

Seluruh Unit Sustainability



Kerja dan HRS

Seluruh Unit Tersedia Sertifikat Ahli K3 Sustainability



Kerja dan Izin dan HRS

struktur organisasi
K3 di unit kerja
Seluruh Unit Sustainability
√ prosedur kerja dan
Kerja dan HRS
instruksi kerja
bukti
bukti pelaporan
pelaporan

Seluruh Unit Sustainability


√ Prosedur Sustainability
Kerja dan HRS
Seluruh Unit Sustainability
√ Prosedur Sustainability
Kerja dan HRS

Seluruh Unit Sustainability


√ Pengujian HIPERKES
Kerja dan HRS

Pemenuhan
terhadap
Sustainability
Sustainability √ Update Peraturan Berkala persyaratan terkait
dan HRS
ISPO, RSPO atau
ISCC

mbaga audit independen yang ditunjuk Menteri atas permohonan perusahaan, dan dilaporkan kepada Menteri

s ketenagakerjaan pusat, provinsi dan kabupaten

Seluruh Unit Sustainability



Kerja dan HRS

Seluruh Unit Sustainability



Kerja dan HRS

dan konstruksinya:

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS

ahun

Sustainability
dan HRS

Seluruh Unit
Kerja
n pemeriksaan jangka waktu 6 bulan, juga dilakukan pemeriksaan berikut:

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS

erhadap ditaatinya peraturan ini

Seluruh Unit telah ada P2K3 di masing - HRS dan



kerja masing unit kerja Sustainability

Seluruh Unit telah ada P2K3 yang HRS dan



kerja disahkan Disnaker Sustainability
Seluruh Unit
Kerja

Seluruh Unit Telah ada Ahli K3 di masing HRS dan


Kerja - masing unit Sustainability

dalam peraturan ini diancam dengan hukuman kurungan

pemasangan
instalasi penyalur
Pemasangan instalasi
Seluruh Unit petir di sekitar Sustainability
penyalur petir di gedung
Kerja tangki dan HRS
kantor dan gudang
penyimpanan
bahan bakar

Seluruh Unit
HRS
Kerja

Seluruh Unit Sustainability



Kerja dan HRS
Seluruh Unit Sustainability
√ Prosedur Kerja AK3
Kerja dan HRS

Seluruh Unit Sustainability


Kotak P3K di unit kerja Petugas P3K
Kerja dan HRS

Seluruh Unit Tersedia izin dan buku


HRS
Kerja kegiatan P3K

Seluruh Unit Terpasang Petunjuk yang


Sustainability
Kerja memadai

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS
Seluruh Unit
√ Sustainability
Kerja

Tersedia rambu - rambu


yang memadai

Seluruh Unit
√ Sustainability
Kerja

penyimpanan sementara
dan pengangkutan limbah
B3 oleh pihak ketiga

apat dikenakan sanksi

Seluruh Unit
√ Sustainability
Kerja

Seluruh Unit Beberapa titik masih diatas Pemantauan


√ Sustainability
Kerja NAB HIPERKES

Seluruh Unit
√ Pemantauan HIPERKES Sustainability
Kerja
sebagai akibat dipergunakannya Bahan Berbahaya dan Beracun mulai dari pengadaan di pabrik, penyimpanan, pengolahan,

tri diwajibkan mengadakan usaha-usaha diantaranya:

Seluruh Unit Sustainability



Kerja dan HRS

an yang bertentangan dengan ketentuan dalam keputusan ini, dikenakan sanksi pencabutan Izin Usaha Industri

Seluruh Unit Sustainability


√ Terpasang di unit kerja
Kerja dan HRS

mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran dan latihan penanggulangan kebakaran di tempat kerja, melalui:

Sustainability
dan HRS
Sustainability
dan HRS
Tersedia unit
Penanggulangan
Kebakaran

Simulasi oleh
Personel
Pelatihan Personel Sustainability
Pemadam
Pemadam Kebakaran dan HRS
Kebakaran yang
terlatih

Buku rencana AK3 Sustainability


Kebakaran dan HRS

Seluruh Unit
Kerja

Unit Kerja
Unit Kerja

Tersedia LDKB dan label,


Seluruh Unit
√ petugas K3 Kimia di unit Sustainability
Kerja
kerja

n perusahaan, komposisi bahan, identifikasi bahaya, tindakan P3K, tindakan penanggulangan kebakaran, tindakan mengatasi
nan bahan, pengendalian pemajaman dan APD, sifat fisika dan kimia, stabilitas dan reaktifitas bahan, informasi toksikologi, informasi
nformasi peraturan yang berlaku, dll

ya, tanda bahaya dan arti, uraian resiko dan penanggulangannya, tindakan pencegahan, instruksi dalam hal terkena atau terpapar,
n, instruksi pengisian dan penyimpanan, referensi, nama, alamat dan nomor telepon pabrik pembuat atau distributor

Seluruh Unit
Sustainability
Kerja

Seluruh Unit
√ Tersedia laporan Sustainability
Kerja

n dan sangat beracun, cairan mudah terbakar dan sangat mudah terbakar, gas mudah terbakar, bahan mudah meledak, bahan reaktif,

bahan kimia kriteria beracun (10 ton), bahan kimia sangat beracun (5 ton), bahan kimia reaktif (50 ton), bahan kimia mudah meledak
cairan mudah terbakar (200 ton), bahan kimia cairan sangat mudah terbakar (100 ton), bahan kimia gas mudah terbakar ( 50 ton)

Seluruh Unit
Sustainability
Kerja
Seluruh Unit Sustainability

Kerja dan HRS

Seluruh Unit
Kerja

Seluruh Unit
Kerja

Seluruh Unit
Kerja

ran

Seluruh Unit
Kerja
Seluruh Unit √
Kerja
Seluruh Unit
Kerja
Seluruh Unit
Kerja

HRS

Seluruh Unit
Kerja

Seluruh Unit
limbah cair yang dibuang dilakukan
Kerja
√ ke lingkungan di bawah pemantauan
baku mutu lingkungan

Sustainabiity

HRS
Keterangan / Referensi

No. prosedur
PKB Pasal 35 K3

P-SAG-RO-SUS-08
Identifikasi Aspek
Lingkungan dan K3,
Penentuan Tujuan,
Sasaran dan Program
Lingkungan dan K3

No. prosedur
PKB Pasal 25
Jamsostek

Ketentuan umum
tentang keselamatan
kerja bagi kontraktor

PKB Pasal 35
K3
nanggung jawab usaha

UKL-UPL, perizinan, Instrumen

arannya, intensitas dan lamanya


ain sesuai dengan perkembangan
an penghentian

ng ditunjuk oleh Menteri, Gubernur,

n lingkungan

an pemerintah, pembekuan izin


a rekomendasi kelayakan

rbitkannya Keputusan Kelayakan

umkan jumlah dan jenis izin


ekuan izin lingkungan dan

P-SAG-RO-SUS-08
identifikasi Aspek
Lingkungan dan K3,
Penentuan Tujuan,
Sasaran dan Program
Lingkungan dan K3
P-SAG-RO-SUS-04;
P-SAG-RO-SUS-07;
P-SAG-RO-SUS-08;
P-SAG-RO-SUS-12;
P-SAG-RO-SUS-13

Rekaman Tindakan
Perbaikan, hasil uji
HIPERKES

FM-SAG-RO-SUS-
070001

ada Menteri
Laporan HIPERKES

Laporan HIPERKES
penyimpanan, pengolahan,

saha Industri

mpat kerja, melalui:


Sertifikat
akaran, tindakan mengatasi
an, informasi toksikologi, informasi

dalam hal terkena atau terpapar,


at atau distributor

ahan mudah meledak, bahan reaktif,

on), bahan kimia mudah meledak


a gas mudah terbakar ( 50 ton)
Laporan triwulan
(RKL/RPL)
Analisa Pemenuhan UU & Peraturan Keselam

No Nama dan Judul Peraturan Ruang Lingkup Peraturan UU / Persyaratan Lain Terkait

Undang - Undang No 29 Tahun Pasal 2 Varietas tanaman yang dapat diberi perlindungan varietas tanaman
2000 tentang Perlindungan
Varietas Tanaman (1) Varietas yang dapat diberi Perlindungan Varietas Tanaman meliputi varietas dari jenis

(2) Suatu varietas dianggap baru apabila pada saat penerimaan permohonan hak PVT, b
Indonesia atau sudah diperdagangkan tetapi tidak lebih dari setahun, atau telah diperdag

(3) Suatu varietas dianggap unik apabila varietas tersebut dapat dibedakan secara jelas d
permohonan hak PVT

(4) Suatu varietas dianggap seragam apabila sifat-sifat utama atau penting pada varietas
yang berbeda-beda

(5) Suatu varietas dianggap stabil apabila sifat-sifatnya tidak mengalami perubahan setel
mengalami perubahan pada setiap akhir siklus tersebut

(6) Varietas yang dapat diberi PVT harus diberi penamaan yang selanjutnya menjadi nam

Pasal 4 Jangka waktu PVT 25 tahun untuk tanaman tahunan

Pasal 6 Pemegang hak PVT memiliki hak untuk menggunakan


dan memberikan persetujuan kepada orang atau badan hukum
lain untuk menggunakan varietas berupa benih dan hasil panen
yang digunakan untuk propagasi, berhak untuk mendapatkan
imbalan yang layak dengan memperhatikan manfaat ekonomi
yang dapat diperoleh dari varietas tersebut.

Pasal 9 Pemegang hak PVT berkewajiban melaksanakan hak


PVT nya di Indonesia, membayar biaya tahunan PVT,
menyediakan dan menunjukkan contoh benih varietas yang telah
mendapatkan hak PVT di Indonesia

Pasal 11 Permohonan hak PVT diajukan kepada kantor PVT


secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan membayar biaya
yang besarnya ditetapkan oleh Menteri. Setiap permohonan hak
PVT hanya dapat diajukan untuk satu varietas

Pasal 12 Permohonan hak PVT dapat diajukan oleh: pemulia,


orang atau badan hukum yang mempekerjakan pemulia atau
yang memesan varietas dari pemulia, ahli waris atau konsultan
PVT

UU No 32 Tahun 2009
Pasal 13 Pengendalian pencamaran dan kerusakan lingkungan hidup meliputi: pencegah
(Pengganti UU No. 23 Tahun
1997)Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 14 Instrumen pencegahan terdiri atas: Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS),
ekonomi LH, peraturan perUU-an berbasis LH, anggaran berbasis LH, analisis risiko LH,
UU No 32 Tahun 2009
(Pengganti UU No. 23 Tahun
1997)Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pasal 20 Setiap orang diperbolehkan untuk membuang limbah ke


media lingkungan hidup dengan persyaratan memenuhi baku
mutu lingkungan hidup dan mendapat izin dari Menteri, Gubernur,
atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 22a dan 24 Setiap usaha dan atau kegiatan yang


berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki
AMDAL, yang merupakan dasar penetapan kelayakan
lingkungan hidup

Pasal 22b Dampak penting ditentukan berdasarkan kriteria: besarnya jumlah penduduk y
dampak berlangsung, banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak, sifat kum
ilmu pengetahuan dan teknologi

Pasal 26 dan 27 Dokumen AMDAL disusun oleh pemrakarsa


dengan melibatkan masyarakat. Penyusunan AMDAL dapat
dibantu oleh pihak lain yang memiliki sertifikat kompetensi dalam
penyusunan AMDAL.

Pasal 34 Setiap usaha dan atau kegiatan yang tidak termasuk


dalam kriteria wajib AMDAL, wajib memiliki UKL/UPL

Pasal 35 Usaha atau kegiatan yang tidak wajib UKL/UPL wajib


membuat surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup

Pasal 36 dan 40 Setiap usaha dan atau kegiatan yang wajib


memiliki AMDAL atau UKL/UPL, wajib memiliki izin lingkungan
yang diterbitkan berdasarkan keputusan kelayakan lingkungan
hidup atau rekomendasi UKL/UPL. Izin lingkungan merupakan
persyaratan untuk memperoleh izin usaha

Pasal 53 Penanggulangan dilakukan dengan: pemberian informasi peringatan pencemar


pencemaran/kerusakan lingkungan hidup
Pasal 55 Pemegang izin lingkungan wajib menyediakan dana penjaminan untuk pemuliha
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 57 Pemeliharaan LH dilakukan dengan upaya: konservasi SDA, pencadangan SD

Pasal 58 Setiap orang yang menghasilkan, mengangkut,


mengedarkan, menyimpan, memanfaatkan, membuang,
mengolah, dan menimbun B3 wajib melakukan pengelolaan B3

Pasal 59 Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib


melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan termasuk B3
yang kadaluarsa. Pengelolaan limbah B3 wajib mendapatkan izin

Pasal 60 Setiap orang dilarang melakukan dumping limbah dan


atau bahan ke media lingkungan hidup tanpa izin

Pasal 68 Kewajiban pelaku usaha:

a. Memberikan informasi terkait perlindungan dan pengelolaan


lingkungan secara benar, akurat, terbuka dan tepat waktu
b. Menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup

c. Manaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup

Pasal 72 Menteri, Gubernur, atau Bupati sesuai dengan kewenangannya wajib melakuka

Pasal 76 Penanggung jawab usaha yang ditemukan pelanggaran terhadap izin lingkunga
lingkungan dan pencabutan izin lingkungan
Peraturan Pemerintah No 27 Pasal 2 Setiap usaha/kegiatan yang wajib AMDAL atau UKL/UPL
Tahun 2012 Tentang Izin wajib memiliki izin lingkungan melalui: penyusunan AMDAL atau
Lingkungan (Pengganti UKL/UPL, penilaian AMDAL atau UKL/UPL, permohonan dan
Peraturan Pemerintah No. 27 penerbitan izin lingkungan
Tahun 1999 Tentang AMDAL)
Pasal 3 Setiap usaha yang tidak termasuk dalam kriteria wajib
AMDAL, wajib memiliki UKL/UPL

Pasal 4 Lokasi rencana usaha yang tertuang dalam dokumen


AMDAL wajib sesuai dengan rencana tata ruang

Pasal 5 Penyusunan dokumen AMDAL terdiri atas: Kerangka


Acuan, ANDAL dan RKL/RPL

Pasal 8 Dalam penyusunan dokumen AMDAL, pemrakarsa wajib


menggunakan pendekatan studi: tunggal, terpadu atau kawasan

Pasal 9 Pemrakarsa, dalam menyusun dokumen AMDAL,


mengikutsertaan masyarakat yang terkena dampak, pemerhati
lingkungan dan yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan
dalam proses AMDAL melalui pengumuman rencana usaha dan
konsultasi publik. Pengikutsertaan masyarakat dilakukan
sebelum penyusunan dokumen Kerangka Acuan

Pasal 10 dan 11 Pemrakarsa dalam menyusun dokumen AMDAL


dapat dilakukan sendiri atau meminta bantuan pihak lain, baik
perorangan maupun tergabung dalam penyedia jasa penyusunan
dokumen AMDAL, yang telah memiliki sertifikat kompetensi
penyusun AMDAL

Pasal 12 Pegawai Negeri Sipil yang bekerja pada instansi lingkungan pusat, provinsi, ata

Pasal 13 Usaha/kegiatan yang berdampak penting terhadap


lingkungan hidup dikecualikan dari kewajiban menyusun AMDAL
tetapi wajib menyusun UKL/UPL berdasarkan dokumen RKL/RPL
kawasan atau rencana detil tata ruang, jika: lokasi rencana
usaha berada di kawasan yang telah memiliki AMDAL kawasan,
Kab telah memiliki rencana detail tata ruang Kab/Kota atau
rencana tata ruang kawasan strategis Kab/kota, atau usaha
dilakukan dalam rangka tanggap darurat bencana.
Pasal 18 Pemrakarsa hanya menyusun 1 UKL/UPL jika:
usaha/kegiatan yang direncanakan lebih dari 1 usaha dan
perencanaan serta pengelolaannya saling terkait dan berlokasi di
dalam satu kesatuan hamparan ekosistem; pembinaan dan
pengawasan terhadap usaha dilakukan oleh lebih dari 1 instansi

Pasal 20 dan 24 Kerangka Acuan disusun oleh pemrakarsa


sebelum penyusunan ANDAL dan RKL/RPL, dan diajukan
kepada Bupati melalui Komisi Penilai AMDAL Kabupaten. Jika KA
dinilai lengkap oleh Komisi Penilai AMDAL Kab, Komisi Penilai
AMDAL menerbitkan persetujuan Kerangka Acuan

Pasal 23 Jangka waktu penilaian KA dilakukan paling lama 30


hari kerja terhitung sejak KA diterima dan dinyatakan lengkap
secara administrasi

Pasal 25 KA tidak berlaku jika: perbaikan KA tidak disampaikan


kembali oleh pemrakarsa paling lama 3 tahun terhitung sejak
dikembalikan, pemrakarsa tidak menyusun ANDAL dan RKL/RPL
dalam jangka waktu 3 tahun terhitung sejak diterbitkannya
persetujuan KA

Pasal 29 Komisi penilai AMDAL menyampaikan rekomendasi hasil penilaian ANDAL dan
lingkungan dan ketidaklayakan lingkungan

Pasal 31 Jangka waktu penilaian ANDAL dan RKL/RPL dilakukan


paling lama 75 hari kerja terhitung sejak dokumen ANDAL dan
RKL/RPL diterima dan dinyatakan lengkap

Pasal 36 Formulir UKL/UPL yang telah diisi oleh pemrakarsa


disampaikan kepada Bupati dan jika dinyatakan lengkap secara
administrasi maka dilakukan pemeriksaan UKL/UPL dalam
jangka waktu 14 hari

Pasal 37 Bupati menerbitkan rekomendasi UKL/UPL berupa:


persetujuan atau penolakan

Psal 42 dan 43 Permohonan izin lingkungan diajukan secara


tertulis oleh penanggungjawab usaha yang disampaikan
bersamaan dengan pengajuan penilaian ANDAL dan RKL/RPL
atau pemeriksaan UKL/UPL dan harus dilengkapi dengan:
dokumen AMDAL atau formulir UKL/UPL, dokumen pendirian
usaha, profil usaha

Pasal 47 Izin lingkungan diterbitkan oleh Bupati, setelah dilakukannya pengumuman perm
Lingkungan Hidup atau rekomendasi UKL/UPL

Pasal 48a Izin lingkungan memuat: persyaratan dan kewajiban


yang dimuat dalam Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup
atau rekomendasi UKL/UPL, persyaratan dan kewajiban yang
ditetapkam oleh Bupati, dan masa berakhirnya izin lingkungan
Pasal 48b Dalam hal usaha yang direncanakan pemrakarsa wajib memiliki izin perlindung
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

Psal 48c Izin lingkungan berakhir bersamaan dengan berakhirnya izin usaha /kegiatan

Pasal 50b Penanggungjawab wajib mengajukan permohonan


perubahan izin lingkungan yang diperoleh jika: terjadi perubahan
kepemilikan usaha, perubahan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan, perubahan yang berpengaruh terhadap lingkungan,
terdapat perubahan dampak terhadap lingkungan hidup, tidak
dilaksanakannya usaha dalam jangka waktu 3 tahun sejak
diterbitkannya izin lingkungan

Pasal 50c Sebelum mengajukan permohonan perubahan izin


lingkungan, penanggungjawab usaha wajib mengajukan
permohonan perubahan rekomendasi UKL/UPL, melalui
penyusunan dan pemeriksaan UKL/UPL baru

Pasal 53 Pemegang izin lingkungan wajib: menaati persyaratan


dan kewajiban yang dimuat dalam izin lingkungan dan Izin PPLH,
membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan terhadap
persyaratan dan kewajiban dalam izin lingkungan kepada Bupati
secara berkala setiap 6 bulan, menyediakan dana penjaminan
untuk pemulihan fungsi lingkungan hidup

Pasal 71 Pemegang izin lingkungan yang melanggar ketentuan dikenakan sanksi admini
pencabutan izin lingkungan
Peraturan Menteri Kehutanan Pasal 2 Pelepasan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan keh
No 33 Tahun 2010 Tentang Tata
Cara Pelepasan kawasan Hutan Pasal 4 Luas kawasan HPK yang dilepaskan untuk kepentingan
Produksi Yang Dapat Dikonversi perkebunan paling banya 100.000 ha, untuk satu perusahaan
atau grup perusahaan, diberikan bertahap dengan luas paling
banyak 20.000 ha

Pasal 5 dan 6 Pelepasan kawasan HPK dilakukan berdasarkan permohonan, dan harus

Pasal 7 Persyaratan administrasi: surat permohonan dilampiri


peta kawasan hutan yang dimohon skala minimal 1:100.000, Izin
Lokasi, izin Usaha, Rekomendasi Gubernur atau Bupati,
Penyataan kesanggupan memenuhi peraturan dan tidak akan
mengalihkan persetujuan prinsip pelepasan kawasan hutan yang
diperoleh tanpa persetujuan Menteri, profile badan usaha, akte
pendirian, NPWP, dan laporan keuangan

Pasal 8 Persyaratan Teknis: proposal rencna teknis, laporan dan


berita acara hasil survey lapangan, dan hasil penafsiran citra
satelit

Pasal 12 Pelaksanaan tata batas kawasan HPK wajib


diselesaikan oleh pemohon dalam jangka waktu 1 tahun sejak
diterimanya persetujuan prinsip pelepasan kawasan HPK
Pasal 13 Persetujuan prinsip pelepasan kawasan HPK dapat
diperpanjang paling banyak 2 kali masing - masing untuk jangka
waktu 6 bulan

Pasal 20 Persetujuan prinsip pelepasan kawasan HPK batal jika


tidak memenuhi ketentuan dan kewajiban dalam jangka waktu
tertentu, memindahtangankan persetujuan prinsip pelepasan
kawasan hutan kepada pihak lain tanpa persetujuan Menteri

Peraturan Menteri Kehutanan


No 17 Tahun 2011 Tentang Pasal 4a Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi yang
Perubahan Atas Peraturan akan dilepaskan untuk kepentingan perkebunan, diatur
Menteri Kehutanan No 33 Tahun pelepasannya dengan komposisi 80% untuk perusahaan kebun
2010 Tentang Tata Cara dan 20% untuk kebun masyarakat dari total luas kawasan hutan
Pelepasan Kawasan Hutan yang dilepaskan dan dapat diusahakan oleh perusahaan
Produksi Yang Dapat Dikonversi perkebunan

Pasal 7 Persyaratan administrasi: surat permohonan dilampiri


peta kawasan hutan yang dimohon skala minimal 1:100.000, Izin
Lokasi, izin Usaha, Rekomendasi Gubernur atau Bupati,
Penyataan kesanggupan memenuhi peraturan dan tidak akan
mengalihkan persetujuan, serta membangun kebun masyarakat
di sekitar kawasan hutan dengan luas paling sedikit 20% dari
total luas kawasan hutan yang dilepaskan yang diusahakan
perusahaan untuk perkebunan

Permenakertrans No 19 Tahun
2012 tentang syarat - syarat Pasal 2 Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada
penyerahan sebagian perusahaan lain dapat dilakukan melalui perjanjian pemborongan
pelaksanaan pekerjaan kepada pekerjaan atau perjanjian jasa pekerja / buruh
perusahaan lain
a. Perusahan Penerima Pemborongan

Pasal 3 Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan


penerima pemborongan harus: dilakukan secara terpisah dari
kegiatan utama manajemen, atas perintah langsung atau tidak
langsung dari pemberi pekerjaan, merupakan kegiatan
penunjang perusahaan secara keseluruhan, tidak menghambat
proses produksi secara langsung

Pasal 5 Jenis pekerjaan penunjang yang akan diserahkan


kepada perusahaan penerima pemborongan harus dilaporkan
oleh pemberi pekerjaan kepada instansi yang bertanggungjawab
di bidang ketenagakerjaan, untuk kemudian menerima bukti
pelaporan jenis pekerjaan penunjang melalui penerima
pemborongan

18 Kepmenhut No 7416 Tahun 2011


Tentang Penetapan Peta Kelima: Penundaan Pemberian Izin Baru meliputi: izin usaha
Indikatif Penundaan Pemberian pemanfaatan hasil hutan kayu, pemungutan hasil hutan kayu,
Izin Baru Pemanfaatan Hutan, penggunaan kawasan hutan dan perubahan peruntukkan
Penggunaan Kawasan Hutan kawasan hutan
dan Perubahan Peruntukkan
Kawasan Hutan dan Areal
Penggunaan Lainnya (revisi I) Kesembilan: Untuk areal bukan berupa gambut dan atau bukan
hutan alam primer, maka dapat diberikan izin baru dan
sebaliknya
dan Perubahan Peruntukkan
Kawasan Hutan dan Areal
Penggunaan Lainnya (revisi I)

Kedua Belas: Peta indikatif tidak berlaku terhadap lokasi yang


telah mendapat perizinan dari pejabat berwenang tetapi wajib
dilaporkan sebagai bahan revisi peta indikatif penundaan izin
baru

14 Peraturan Pemerintah No 44 Pengujian dan Pelepasan varietas


Tahun 1995 Tentang
Pembenihan Tanaman Pasal 18 Terhadap varietas baru maupun varietas lokal harus
dilakukan uji adaptasi sebelum dinyatakan sebagai varietas
unggul. Uji adaptasi dilakukan dengan cara observasi dan
dilakukan oleh Instansi Pemerintah atau Penyelenggaran
Pemuliaan

Pasal 22 Pelepasan varietas unggul hanya dilakukan apabila


jumlah benihnya cukup tersedia untuk produksi lebih lanjut,
dilakukan atas permohonan penyelenggaraan pemuliaan
tanaman, dan dapat diedarkan setelah dilepas oleh Menteri

Pengadaan dan Peredaraan Benih Bina


Pasal 27 Produksi benih bina pada skala usaha tertentu harus
terlebih dahulu mendapat izin dari Menteri, dan memenuhi
persyaratan seperti: memiliki sarana yang memadai, memiliki
tenaga terampil,

Pasal 39 Persyaratan untuk menjadi pengedar benih bina:


memiliki pengetahuan di bidang perbenihan tanaman, memiliki
fasilitas penyimpanan dan menyelenggarakan administrasi
mengenai benih yang diedarkan

Pasal 40 Pengedar benih bina wajib menjaga mutu benih bina


yang diedarkan mulai dari pengemasan, penyimpanan,
pengangkutan, dan masa edar benih bina
UU & Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Status
Lingkup (Realisasi) Rencana
Kondisi terkini PIC
Pelaksanaan Pemenuhan
Sudah Belum

gan varietas tanaman

anaman meliputi varietas dari jenis atau spesies tanaman yang baru, unik, seragam, stabil, dan diberi nama.

nerimaan permohonan hak PVT, bahan perbanyakan atau hasil panen dari varietas tersebut belum pernah diperdagangkan di
h dari setahun, atau telah diperdagangkan di luar negeri tidak lebih dari enam tahun untuk tanaman tahunan

but dapat dibedakan secara jelas dengan varietas lain yang keberadaannya sudah diketahui secara umum pada saat penerimaan

t utama atau penting pada varietas tersebut terbukti seragam meskipun bervariasi sebagai akibat dari cara tanam dan lingkungan

a tidak mengalami perubahan setelah ditanam berulang-ulang, atau untuk yang diperbanyak melalui siklus perbanyakan khusus, tidak
ut

aan yang selanjutnya menjadi nama varietas yang bersangkutan

Seed
CAS
Production

Seed
Production

Seed
Production

Seed
Production

Seed
Production

ngkungan hidup meliputi: pencegahan, penanggulangan dan pemulihan yang dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha

ngkungan Hidup Strategis (KLHS), tata ruang, baku mutu LH, kriteria baku kerusakan LH, AMDAL, UKL-UPL, perizinan, Instrumen
an berbasis LH, analisis risiko LH, audit Lingkungan Hidup, Instrumen lain
CAS dan
Sustainability
Seluruh Unit
Kerja

CAS dan
Sustainability

teria: besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha, luas wilayah persebarannya, intensitas dan lamanya
an yang terkena dampak, sifat kumulatif dampak, berbalik atau tidak berbaliknya dampak, kriteria lain sesuai dengan perkembangan

CAS dan
Sustainability

CAS dan
Sustainability

Seluruh Unit
Kerja CAS dan
Sustainability

CAS dan
Sustainability

an informasi peringatan pencemaran dan/atau kerusakan LH kepada masyarakat, pengisolasian dan penghentian

n dana penjaminan untuk pemulihan fungsi lingkungan hidup dan disimpan di bank pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri, Gubernur,

konservasi SDA, pencadangan SDA, pelestarian fungsi atmosfer

Sustainability

Seluruh Unit
Kerja CAS dan
Sustainability

Sustainability

Seluruh Unit
Sustainability
Kerja
Seluruh Unit
Sustainability
Kerja

n kewenangannya wajib melakukan pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha terhadap izin lingkungan

elanggaran terhadap izin lingkungan dikenakan sanksi administrasi berupa: teguran tertulis, paksaan pemerintah, pembekuan izin

Seluruh Unit CAS dan


Kerja Sustainability

Seluruh Unit CAS dan


Kerja Sustainability

Seluruh Unit CAS dan


Kerja Sustainability

ansi lingkungan pusat, provinsi, atau kabupaten, dilarang menjadi penyusun AMDAL

Seluruh Unit CAS dan


Kerja Sustainability
Seluruh Unit CAS dan
Kerja Sustainability

Seluruh Unit CAS dan


Kerja Sustainability

Seluruh Unit CAS dan


Kerja Sustainability

endasi hasil penilaian ANDAL dan RKL/RPL kepada Bupati dan rekomendasi tersebut dapat berupa rekomendasi kelayakan

Seluruh Unit CAS dan


Kerja Sustainability

Seluruh Unit CAS dan


Kerja Sustainability

Seluruh Unit CAS dan


Kerja Sustainability

ah dilakukannya pengumuman permohonan izin lingkungan dan dilakukan bersamaan dengan diterbitkannya Keputusan Kelayakan
karsa wajib memiliki izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, izin lingkungan mencantumkan jumlah dan jenis izin

berakhirnya izin usaha /kegiatan

Seluruh Unit CAS dan


Kerja Sustainability

Seluruh Unit CAS dan


Kerja Sustainability

Seluruh Unit
Sustainability
Kerja

etentuan dikenakan sanksi administrasi yang meliputi teguran tertulis, paksaan pemerintah, pembekuan izin lingkungan dan

pembangunan di luar kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan pada HPK

Seluruh Unit
CAS
Kerja

dasarkan permohonan, dan harus memenuhi persyaratan administrasi dan teknis

Seluruh Unit
CAS
Kerja

Seluruh Unit
CAS
Kerja

Seluruh Unit
CAS
Kerja
Seluruh Unit
CAS
Kerja

Seluruh Unit
CAS
Kerja

CAS √ Tersedia Perjanjian kerja CAS

Seluruh Unit Jenis pekerjaan yang


√ CAS
Kerja diserahkan

Adanya bukti pelaporan


jenis pekerjaan penunjang
CAS √ dari pemborong yang CAS
dikeluarkan instansi
berwenang

Seluruh Unit
CAS
Kerja
Seluruh Unit
CAS
Kerja
Keterangan / Referensi

eri nama.

m pernah diperdagangkan di
n tahunan

ra umum pada saat penerimaan

dari cara tanam dan lingkungan

ui siklus perbanyakan khusus, tidak

nanggung jawab usaha

UKL-UPL, perizinan, Instrumen


arannya, intensitas dan lamanya
ain sesuai dengan perkembangan

an penghentian

ng ditunjuk oleh Menteri, Gubernur,


n lingkungan

an pemerintah, pembekuan izin


a rekomendasi kelayakan

rbitkannya Keputusan Kelayakan


umkan jumlah dan jenis izin

ekuan izin lingkungan dan


Rekaman Perjanjian
kerja
No Nama dan Judul Peraturan Ruang Lingkup Peraturan UU / Persyaratan Lain Terkait

3 Undang - Undang No 18 Tahun Pasal 4 Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan


2008 Tentang Pengelolaan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta
Sampah menjadikan sampah sebagai sumber daya

Pasal 12 Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah


tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga wajib
mengurangi dan menangani sampah dengan cara yang
berwawasan lingkungan

Pasal 13 Pengelola kawasan industri wajib menyediakan


fasilitas pemilahan sampah

Pasal 19 Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah


sejenis sampah rumah tangga terdiri atas: pengurangan
sampah dan penanganan sampah

Pasal 20 Pengurangan sampah meliputi kegiatan: pembatasan


timbulan sampah, pendauran ulang sampah, pemanfaatan
kembali sampah

Pasal 22 Penanganan sampah meliputi kegiatan: pemilahan


sampah, pengumpulan di tempat penampungan sementara,
pengangkutan ke tempat pemprosesan akhir, pengolahan
sampah, pemprosesan akhir

Pasal 29 Setiap orang dilarang mencampur sampah dengan


limbah berbahaya dan beracun, mengelola sampah yang dapat
menyebabkan pencemaran atau perusakan lingkungan,
membuang sampah tidak pada tempatnya, membakar sampah

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Pasal 3 Tabung APAR harus diisi sesuai dengan jenis dan konstruksinya:
dan Transmigrasi No 04 Tahun
1980 tentang Syarat-Syarat Pasal 4a Setiap satu atau kelompok APAR harus ditempatkan
Pemasangan& Pemeliharaan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai
Alat Pemadam Api Ringan dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan

Pasal 4c Tinggi pemberian tandan pemasangan adalah 125 cm


dari dasar lantai, tepat di atas APAR

Pasal 3e Penempatan antar APAR tidak boleh lebih dari 15


meter, kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja

Pasal 3f Semua APAR sebaiknya berwarna merah

Pasal 5 Dilarang memasang dan menggunakan APAR yang


didapati sudah berlubang atau cacat karena karat

Pasal 8 Pemasangan APAR berada pada ketinggian 1,2 meter


dari permukaan lantai kecuali jenis CO2 dan tepung kering tidak
kurang 15 cm dari permukaan lantai
Pasal 10 APAR yang ditempatkan di ruang terbuka harus
dilindungi dengan tutup pengaman
Pasal 11 Setiap APAR harus diperiksa 2 kali dalam setahun
a. Pemeriksaan jangka waktu 6 bulan

- Isi tabung, tekanan tabung, kondisi segi pengaman cartridge

- Cacat pada bagian luar tabung termasuk handel dan label

- kondisi mulut pancar dan pipa pancar

- Untuk APAR jenis cairan atau asam soda, diperiksa dengan


cara mencampur sedikit larutan sodium bicarbonat dan asam
keras di luar tabung, apabila reaksi cukup kuat, maka APAR
dapat dipasang kembali

- Untuk APAR jenis busa, diperiksa dengan cara mencampur


sedikit larutan sodium bicarbonat dan alumunium sulfat di luar
tabung, apabila reaksi cukup kuat, maka APAR dapat dipasang
kembali

- Untuk APAR jenis hydrocarbon berhalogen kecuali jenis


tetrachlorida, diperiksa dengan cara menimbang, jika beratnya
sesuia dengn aslinya dapat dipasang kembali

- Untuk APAR jenis carbondioxida, harus diperiksa dengan cara


menimbang serta mencocokan beratnya dengan berat yang
tertera pada alat pemadam api, apabila terdapat kekurangan
berat sebesar 10%, tabung pemadam harus diisi kembali sesuai
dengan berat yang ditentukan

b. Pemeriksaan jangka waktu 12 bulan selain dilakukan pemeriksaan jangka waktu 6 bul
- Isi alat pemadam api harus sampai batas permukaan yang
telah ditentukan

- Kondisi pipa pelepas isi yang berada dalam tabung, saringan,


ulir tutup kepala, saluran penyemprotan, gelang tutup kepala,
lapisan pelindung dan tabung gas bertekanan dalam keadaan
baik

- Khusus jenis pompa tangan CTC (Carbon tetrachiorida),


peralatan pompa harus diteliti untuk memastikan dapat bekerja
dengan baik, tuas pompa dikembalikan pada kedudukan
terkunci seperti semula

Pasal 14 Petunjuk cara pemakaian APAR harus dapat dibaca


dengan jelas

Pasal 15 dan 17 Untuk setiap APAR dilakukan percobaan


secara berkala dengan jangka waktu tidak melebihi 5 tahun
sekali. Setelah dilakukan percobaan tekan terhadap setiap
APAR, tanggal percobaan tekan tersebut dicatat dengan cap di
selembar pelat logam pada badan tabung
Psal 18 Setiap tabung APAR harus diisi kembali dengan cara:
untuk asam soda, busa dan bahan kimia harus diisi setahun
sekali; untuk jenis cairan busa yang dicampur lebih dahulu
harus diisi 2 tahun sekali; untuk jenis tabung gas hydrocarbon
berhalogen harus diisi 3 tahun sekali; sedangkan jenis lainnya
diisi selambatnya 5 tahun sekali

Pasal 24 dan 25 Pengurus harus bertanggung jawab terhadap ditaatinya peraturan ini
PerMenaker No 01 Tahun 1982
Tentang Bejana Tekanan Pasal 6 Bejana tekanan harus disertai sertifikat asli bahan
konstruksinya dan memenuhi syarat yang ditentukan dalam
dasar-dasar perhitungan kekuatan konstruksi Bejana tekan
yang dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk

Pasal 7

- Setiap botol baja harus dilengkapi dengan katub penutup yang


baik.
- Ulir penghubung botol baja dengan pipa pengisi harus
ke kiri, las lainnya mempunyai Ulir kanan

Pasal 17 Pengujian ulang dengan mengadakan pemeriksaan


luar dan dalam dengan sempurna sekurang - kurangnya harus
diadakan setiap 5 tahun sekali

Pasal 18 Setiap pengujian bejana tekanan yang menunjukkan


hasil baik, harus diberikan tanda baik pada bejana yang
bersangkutan dengan dibubuhi nomor kode wilayah, bulan dan
tahun pengujian
Pasal 23 Bejana tekanan yang digunakan:
untuk zat asam
harus dicat biru muda
untuk gas yang mudah terbakar dicat
warna merah
untuk gas yang beracun dicat warna
kuning
untuk gas yang beracun dan mudah terbakar harus dicat
warna kuning dan merah
Pengisian

Pasal 24 Sebelum diisi bejana tekanan harus dibersihkan dan


diperiksa dari karatan dan retakan yang dapat membahayakan

Pasal 30 Botol baja atau bejana transport untuk gas cair selama
diisi harus ditimbang untuk menetapkan adanya pengisian
berlebihan, menggunakan timbangan kontrol yang diperiksa
oleh pengurus sekurang - kurangnya sebulan sekali

Penyimpanan
Pasal 35b Ruang penyimpanan botol - botol baja dan bejana
transport yang kosong harus mempunyai ventilasi cukup,
mempunyai pintu keluar / penyelamat

Pasal 35d Dilarang meletakkan di tangga, gang, di muka alat


pengangkat, pemasukan angin yang memungkinkan jatuh
Pasal 35e Dilarang menyimpan bersama-sama botol baja yang
berisi zat mudah terbakar

Pasal 35f Bejana tekan / botol baja yang berisi zat mudah
terbakar harus disimpan dalam ruang tahan api

- Harus dilindungi dari sumber panas & karat

Pengangkutan

Pasal 37 Dilarang mengangkat menggunakan magnit


pengangkat sling yang membelit pada bejana tekanan

Pasal 38 Bejana tekanan harus diangkut dengan alat


pengangkut yang sesuai untuk mencegah rebah dan terbentur

Pembuatan dan Pemakaian

Pasal 40 Pembuatan Bejana Tekanan harus memiliki


pengesahan tertulis dan sesuai dengan gambar rencana &
syarat-syarat teknis yang disahkan oleh pejabat yang terkait

Pasal 41 Dilarang mengisi & menggunakan Bejana Tekan yang


tidak memiliki pengesahan dari pemakaian dari pejabat terkait

Pasal 42 Dilarang melakukan perubahan yang menyimpang dari


yang sudah disahkan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Pasal 3a Juru Las dianggap terampil apabila telah menempuh
dan Transmigrasi No 02 Tahun
ujian las dengan hasil memuaskan dan mempunyai sertifikasi
1982 tentang Kualifikasi Juru Las
juru las

Pasal 3b Dianggap tidak terampil jika selama 6 bulan terus-


menerus tidak melakukan pekerjaan las sesuai yang tercantum
dalam sertifikasi juru las

Pasal 4 Syarat - Syarat pekerja juru las: berbadan sehat fisik


dan mental, berumur sekurangnya 18 tahun, pernah mengikuti
dan lulus latihan las dasar

Pasal 31 Setiap 3 bulan sekali, Pengurus atau juru las harus


memperlihatkan buku kerja juru las kepada Pegawai Pengawas
setempat untuk dicatat dan diketahui

Pengurus wajib melaksanakan dan bertanggung jawab terhadap ditaatinya Peraturan ini

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Pasal 1 Instalasi Alarm Kebakaran Automatik adalah sistem alarm kebakaran yang meng
dan Transmigrasi No 02 Tahun perlengkapan lainnya yang dipasang pada sistem alarm kebakaran
1983 Tentang Instalasi Alarm
Kebakaran Automatik
Pasal 2 Peraturan ini berlaku untuk perencanaan, pemasangan, pemeliharaan dan peng

Pasal 3 Detektor harus dipasang pada bagian bangunan kecuali apabila bagian banguna
1983 Tentang Instalasi Alarm
Kebakaran Automatik

Pasal 31 Setiap sistem alarm kebakaran harus mempunyai


gambar instalasi secara lengkap yang mencantumkan letak
detektor dan kelompok alarm dan disahkan oleh Direktur atau
Pejabat yang ditunjuk

Pasal 33 Setiap instalasi alarm kebakaran harus mempunyai


buku akte pengesahan yang dikeluarkan oleh Direktur dan buku
catatan yang digunakan untuk mencatat semua peristiwa alarm,
latihan, penggunaan alarm dan pengujiannya

Pasal 44 dan 45 Sistem Alarm Kebakaran harus dilengkapi


sekurang-kurangnya dengan lonceng, atau dapat menggunakan
sirene, pengaum, atau sejenisnya yang dipasang di luar
bangunan dan dapat terdengar (diberi tanda tulisan
"KEBAKARAN" dengan warna kontras dan tinggi hurufnya tidak
kurang dari 25 mm

Pasal 54 Dalam satu sistem alarm kebakaran boleh dipasang


detektor panas, asap dan nyala secara bersamaan dengan
syarat tegangannya harus sama dengan ketentuan satu
detektor asap atau satu detektor nyala dapat menggantikan dua
detektor panas

Pemeliharaan dan Pengujian

Pasal 57 Instalasi alarm kebakaran automatik harus dilakukan


pemeliharaan dan pengujian berkala secara mingguan, bulanan,
dan tahunan

Pasal 58 Pemeliharaan dan pengujian mingguan meliputi:


membunyikan alarm secara simulasi, memeriksa kerja lonceng,
memeriksa tegangan dan keadaan baterai, memeriksa seluruh
sistem alarm dan mencatat hasil pemeliharaan serta pengujian
buku catatan

Pasal 59 Pemeliharaan dan pengujian bulanan meliputi:


menciptakan kebakaran simulasi, memeriksa lampu-lampu
indikator, memeriksa penyediaan sumber tenaga darurat,
mencoba dengan kondisi gangguan terhadap sistem,
memeriksa kondisi dan kebersihan panel indikator dan mencatat
hasil pemeliharaan dan pengujian dalam buku catatan

Pasal 60 Pemeliharaan dan pengujian tahunan meliputi:


memeriksa tegangan instalasi, memeriksa kondisi dan
keberhasilan seluruh detektor serta menguji sekurangnya 20%
detektor dari setiap kelompok instalasi sehingga selambatnya
dalam 5 tahun, seluruh detektor telah diuji
Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No 04 Tahun Pasal 3 Setiap bahan dari bagian konstruksi pesawat tenaga
dan produksi yang utama harus memiliki tanda hasil pengujian
1985 tentang Pesawat Tenaga
atau sertifikat bahan yang diakui
dan Produksi
Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No 04 Tahun
1985 tentang Pesawat Tenaga
dan Produksi

Pasal 4 Semua bagian yang bergerak dan berbahaya dari


pesawat tenaga dan produksi harus dipasang alat perlindungan
yang efektif kecuali ditempatkan sedemikian rupa sehingga
tidak ada orang atau benda yang menyinggungnya

Pasal 6 Pada pesawat tenaga dan produksi yang sedang


diperbaiki, tenaga penggerak harus dimatikan dan alat
pengontrol harus segera dikunci serta diberi suatu tanda
larangan untuk menjalankan pada tempat yang mudah dibaca

Pasal 20 Semua mesin harus dilengkapi dengan alat penghenti


yang memenuhi syarat dan penandaan tombol harus seragam

Pasal 30 Operator dilarang meninggalkan tempat kerjanya pada


waktu pesawat tenaga dan produksi sedang beroperasi

Pasal 31 Tempat - tempat kerja yang mengandung uap, gas


asap yang mengganggu atau berbahaya harus dilengkapi
dengan alat penghisap yang konstruksinya memenuhi syarat

Pasal 34 Yang termasuk pesawat tenaga dan produksi adalah: penggerak mula (motor d
perkakas kerja (mesin asah, poles, pelicin, mesin press) , mesin produksi dan dapur

Pasal 135a Setiap pesawat tenaga dan produksi sebelum


dipakai harus diperiksa dan diuji terlebih dahulu

Pasal 135 b dan c Pengujian pesawat tenaga & produksi


minimal 5 tahun sekali & pemeriksaan berkala 1 tahun sekali
yang dilakukan oleh Pegawai Pengawas atau Ahli K3 kecuali
ditentukan lain

Pasal 137 Biaya pemeriksaan dan pengujian dibebankan


kepada pengusaha

Pasal 139 Setiap perencanaan, pembuatan, peredaran, pemasangan, pemakaian, perub

Peraturan Menteri Tenaga Kerja


Pasal 3 Beban maksimum yang diijinkan dari pesawat angkat
dan Tansmigrasi No 05 Tahun
dan angkut harus ditulis pada bagian yang mudah dilihat dan
1985 tentang Pesawat Angkat &
dibaca dengan jelas
Angkut
Pasal 5 Pesawat angkat dan angkut yang dimaksud adalah: peralatan angkat, pita transp

Pasal 6 Peralatan angkat antara lain: lier (dongkrak), takel, peralatan angkat listrik, pesa
sumbu putar

Pasal 25 Peralatan angkat tidak diperbolehkan menggantung muatan pada waktu menga

Pasal 42 Operator dan tenaga kerja harus menggunakan APD


yang sesuai dengan bahaya yang dihadapi

Pasal 54 Setiap orang dilarang menumpang pada muatan atau


sling keran angkat sewaktu beroperasi
Pasal 67 Pada ruang kemudi kereta angkut dan ruangan
operator lokomotif harus dilengkapi dengan tangga pegangan
tangan

Pasal 101 Semua perlengkapan pesawat angkutan di atas


landasan dan di atas permukaan sebelum digunakan harus
diperiksa terlebih dahulu oleh operator

Pasal 112 Forklift harus dilengkapi dengan atap pelindung


operator dan bagian yang bergerak atau berputar diberi tutup
pengaman

Pasal 115 Dilarang menggunakan forklift selain untuk


mengangkat, mengangkut & menumpuk barang

Pasal 116 Alat Angkutan Jalan Ril antara lain: lokomotif, gerbong dan lori

Pasal 135 Setiap perencanaan, pembuatan, peredaran,


pemasangan, pemakaian, perubahan, perbaikan harus
mendapat pengesahan dari Pejabat yang ditunjuk

Pasal 138d Pemeriksaan & pengujian ulang pesawat angkat &


angkut dilaksanakan min. 2 tahun setelah pengujian pertama &
pemeriksaan pengujian ulang selanjutnya dilakukan 1 tahun
sekali (Forklift & Lift)

Pasal 139 Biaya pemeriksaan dan pengujian pesawat angkat


dan angkut dibebankan kepada pengusaha

52 Peraturan Menteri Tenaga Kerja


dan Transmigrasi No 01 Tahun Pasal 3a Kualifikasi operator kelas I: minimal lulusan SLTA
1988 tentang Kualifikasi dan jurusan mekanik, listrik dan IPA; pengalaman dibidang
Syarat-Syarat Operator Pesawat pelayanan pesawat uap sekurangnya 2 tahun; berkelakuan baik
Uap dari kepolisian; berbadan sehat; umur sekurangnya 23 tahun;
harus lulus paket A1 dan A2; lulus ujian yang diselenggarakan
Depnaker

Pasal 3b Kualifikasi operator kelas II: minimal lulusan SLTP dan


diutamakan teknik mekanik atau listrik; pernah sebagai
pembantu operator selama 1 tahun; berkelakuan baik dari
kepolisian, umur sekurangnya 20 tahun; berbadan sehat;
mengikuti kursus operator paket A1; lulus ujian yang
diselenggarakan Depnaker

Pasal 8a Kewenangan Operator kelas I: melayani ketel uap


dengan kapasitas > 10 ton/jam dan pesawat uap selain ketel
uap semua ukuran serta mengawasi kegiatan operator kelas II

Pasal 8b Kewenangan operator kelas II: melayani ketel uap


dengan kapasitas uap paling tinggi 10 ton/jam dan pesawat uap
selain ketel uap untuk semua ukuran

Pasal 10 Kewajiban Operator


(1) Dilarang meninggalkan tempat pelayanan selama pesawat
uapnya dioperasikan

(2) Melakukan pengecekan dan pengamatan kondisi kerja serta


merawat pesawat uap, alat - alat pengaman dan alat
perlengkapan lainnya yang terkait dengan bekerjanya pesawat
uap

(3) Operator harus mengisi buku laporan harian pengoperasian


pesawat uap meliputi: data tekanan kerja, produksi uap, debit
air pengisi ketel uap, pH air, jumlah bahan bakar serta tindakan
operator yang dilakukan selama melayani pesawat uap

(4) Apabila pesawat uap dan alat pengaman/perlengkapan tidak


berfungsi dengan baik atau rusak, maka operator harus segera
menghentikan pesawatnya dan segera melaporkan pada atasan

(5,6) Operator kelas I wajib mengawasi kegiatan dan mengkoordinir operator kelas II ser

(7,8) Jika tidak diperlukan operator kelas I maka operator kelas II bertanggung jawab ata

(9) Membuat laporan bulanan pemakaian pesawat uap kepada


P2K3 di perusahaan

58 Peraturan Menteri Tenaga Kerja


dan Transmigrasi No 02 Tahun Pasal 2 Bagian - bagian instalasi penyalur petir harus memiliki
1989 tentang Pengawasan tanda hasi pengujian dan sertifikat yang diakui
Instalasi Penyalur Petir
Pasal 6 Pemasangan Instalansi Penyalur Petir harus dilakukan
oleh instansi yang mendapat pengesahan dari Menteri / Pejabat
yang ditunjuk

Pasal 9 Tempat kerja yang perlu dipasang instalasi penyalur


petir adalah: bangunan terpencil dan tinggi (cerobong, silo,
antena pemancar), bangunan penyimpanan bahan yang mudah
meledak atau terbakar, bangunan yang menyimpan barang
yang sukar diganti (tempat penyimpanan arsip/kantor)

Pasal 50 Instalasi diperiksa dan diuji berkala setiap 2 tahun,


atau bila ada perubahan instalasi atau setelah ada kerusakan
akibat sambaran petir

Pasal 51 Pemeriksaan & pengujian dilakukan oleh pegawai


pengawas / jasa inspeksi yang ditunjuk

Pasal 55 Setiap perencanaan instalasi penyalur petir harus


dilengkapi dengan gambar rencana instalasi dan harus
mendapat pengesahan dari menteri / pejabat yang ditunjuk
PerMen LH Nomor 02 Tahun Pasal 2a Pemanfaatan limbah B3 dapat dilakukan dengan 3
2008 tentang Pemanfaatan cara yaitu reuse, recycle dan/atau recovery
Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun
PerMen LH Nomor 02 Tahun
2008 tentang Pemanfaatan
Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun Pasal 2c Pemanfaatan limbah B3 dilakukan dengan
mengutamakan perlindungan terhadap kesehatan dan
keselamatan manusia serta perlindungan kelestarian lingkungan
hidup dengan menerapkan prinsip kehati-hatian.

Pasal 3 Pemanfaatan Limbah meliputi:


a. pemanfaatan limbah B3 sebagai substitusi bahan;
b. pemanfaatan limbah B3 sebagai substitusi bahan bakar;
c. pemanfaatan limbah B3 jenis lanilla estela melalui penelitian
dan kajian yang memperhatikan aspek-aspek lingkungan

Pasal 5 Pemanfaatan Limbah B3 secara reuse dapat dilakukan


oleh penghasil pada lokasi kegiatannya, tidak memerlukan izin

Pasal 11 Penghasil dan/atau pengumpul yang melakukan kegiatan pemanfaatan limbah


a. memiliki catatan penerimaan, penyimpanan,
pemanfaatan dan pengolahan limbah B3

b. memiliki neraca limbah B3

c. melaporkan kegiatan pemanfaatan dan neraca limbah


B3 paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan
kepada Menteri, gubernur, bupati/walikota

Permenakertrans no 9 tahun Pasal 3 Pengusaha atau pengurus dilarang memperkerjakan


2010 tentang Operator dan operator/petugas pesawat angkat dan angkut yang tidak
petugas pesawat angkat dan memiliki lisensi K3 dan buku kerja
angkut
Pasal 4 Jumlah operator pesawat angkat dan angkut yang
diperkerjakan oleh pengusaha harus memenuhi kualifikasi dan
jumlah sesuai dengan jenis dan kapasitas pesawat angkat dan
angkut (sesuai lampiran)

Pasal 7 Syarat minimal operator peralatan angkat Kelas I, II dan


III peralatan angkat: lulusan SLTA sederajat (I, II) SLTP (III),
pengalaman 5 tahun (I) 3 tahun (II) 1 tahun (III), sehat, umur
sekurang - kurangnya 23 tahun (I) 21 tahun (II) 19 tahun (III),
memiliki lisensi K3 dan buku kerja

Pasal 10 Syarat minimal operator pita transport: lulusan SLTP


sederajat, pengalaman 2 tahun, sehat, umur 20 tahun memiliki
Lisensi K3 dan buku kerja

Pasal 14 Syarat minimal operator forklift/lift truk kelas I dan II:


lulus SLTA (I) SLTP (II), pengalaman 3 tahun (I) 1 tahun (II),
sehat, umur 21 tahun (I) 19 tahun (II), memiliki lisensi K3 dan
buku kerja

Pasal 17 Syarat minimal operator alat angkutan jalan rel:


lulusan SLTA sederajat, pengalaman 1 tahun, sehat, umur 19
tahun dan memiliki lisensi K3 dan buku kerja

Pasal 19 Syarat minimal juru ikat (rigger): lulusan SLTP


sederajat, pengalaman 1 tahun, sehat, umur 19 tahun, memiliki
lisensi K3 dan buku kerja
Pasal 20 Syarat minimal teknisi: lulusan SLTA sederajat,
pengalaman 3 tahun, sehat, umur 21 tahun, memiliki lisensi K3
dan buku kerja

Pasal 23 Lisensi K3 dan buku kerja berlaku untuk jangka waktu


5 tahun dan dapat diperpanjang

Psal 25 Buku kerja operator atau petugas, harus diperiksa


setiap 3 bulan oleh atasannya
Pasal 37 Pengusaha atau pengurus yang memperkerjakan operator atau petugas pesaw
jumlah, dikenakan sanksi
Keputusan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No 1135 Tahun Bentuk Segi Empat, Warna Putih, Ukuran 900x1350 mm,
1987 Tentang Bendera lambang dan logo terletak bolak-balik pada kedua muka
Keselamatan dan Kesehatan bendera
Kerja
Bentuk: palang dilingkari roda bergigi sebelas berwarna hijau
diatas dasar putih

Arti Palang: bebas dari kecelakaan dan sakit kerja;


Arti roda gigi: bekerja dengan kesegaran
jasmani dan rohani; Arti warna putih: bersih, suci;
Arti warna hijau =
selamat, sehat dan sejahtera;
Arti sebelas gerigi roda = 11 bab dalam UU Keselamatan
Kerja
Tata cara pemasangan: apabila berdampingan dengan bendera
nasional (merah - Putih) harus dipasang pada tiang sebelah kiri
daripada tiang bendera nasional; atau dipasang pada gerbang
masuk kehalaman perusahaan/pabrik tempat kerja; atau
dipasang pada pintu utama bangunan kantor dan/atau pabrik;
atau di depan kantor P2K3/Departemen Safety

Tinggi Tiang: tidak boleh lebih tinggi dari tiang bendera nasional

Waktu Pemasangan: Satu tiang penuh selama ada kegiatan di


tempat kerja
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Pasal 2 Kewajiban Pengurus atau perusahaan untuk mencegah, mengurangi dan mema
dan Transmigrasi No 186 Tahun
1999 tentang Unit - Menyediakan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran &
Penanggulangan Kebakaran di sarana evakuasi
Tempat Kerja

- Membentuk unit penanggulangan kebakaran

- Menyediakan pelatihan dan gladi penanggulangan kebakaran


secara berkala
- Memiliki buku rencana penanggulangan darurat kebakaran
bagi tempat kerja yang memperkerjakan lebih dari 50 orang
tenaga kerja atau tempat yang berpotensi bahaya kebakaran
sedang dan berat

Pasal 3 dan 5 Pembentukan Unit penanggulangan kebakaran


berdasarkan jumlah tenaga kerja dan tingkat potensi bahaya
kebakaran, yang terdiri dari: petugas peran kebakaran, regu
penanggulangan kebakaran, koordinator unit penanggulangan
kebakaran, Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran
sebagai penanggung jawab teknis

Pasal 7 Tugas Peran Kebakaran: mengidentifikasi dan


melaporkan tentang adanya faktor yang menimbulkan bahaya
kebakaran, memadamkan kebakaran pada tahap awal,
mengarahkan evakuasi orang dan barang, mengadakan
koordinasi dengan instansi terkait, mengamankan lokasi
kebakaran

Pasal 6a Petugas peran kebakaran sekurang - kurangnya 2


orang untuk setiap jumlah tenaga kerja 25 orang

Pasal 8 Tugas Regu Penanggulangan Kebakaran: melakukan


pemeliharaan sarana proteksi kebakaran, memberikan
penyuluhan tentang penanggulangan kebakaran pada tahap
awal, membantu menyusun buku rencana tanggap darurat,
memadamkan kebakaran, memberikan P3K, melakukan
koordinasi seluruh petugas peran kebakaran

Pasal 6b Regu penanggulangan kebakaran dan Ahli K3


spesialis penanggulangan kebakaran, ditetapkan untuk tempat
kerja tingkat resiko bahaya kebakaran ringan dan sedang I yang
mempekerjakan tenaga kerja 300 orang atau lebih, atau tingkat
resiko bahaya kebakaran sedang II, III, dan berat

Pasal 9 Tugas koordinator UPK: memimpin penanggulangan


kebakaran sebelum mendapatkan bantuan dari instasi
berwenang, menyusun program kerja dan kegiatan,
mengusulkan anggaran, sarana dan fasilitas penanggulangan
kebakaran kepada pengurus

Pasal 6c Koordinator UPK untuk tempat kerja tingkat resiko


bahaya ringan dan sedang I sekurang - kurangnya 1 orang
untuk setiap jumlah tenaga kerja 100 orang atau untuk tempat
kerja tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II, III dan berat,
sekurang - kurangnya 1 orang untuk setiap unit kerja
Pasal 10a Tugas Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran:
membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan di
bidang penanggulangan kebakaran, memberikan laporan
kepada Menteri, merahasiakan segala keteranga tentang
rahasia perusahaan, memimpin penanggulangan kebakaran
sebelum mendapat bantuan dari instasi berwenang, menyusun
program kerja, melakukan koordinasi dengan instansi terkait

Pasal 10b Syarat Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran:


sehat, minimal lulusan D3 teknik, pengalaman kerja minimal 5
tahun, telah mengikuti kursus teknis penanggulangan
kebakaran tingkat dasar I dan II serta tingkat Ahli K3 Pratama
dan Tingkat Ahli Madya

Keputusan Menteri Tenaga Kerja


Pasal 2 Pengusaha/Pengurus yang menggunakan, menyimpan,
dan Transmigrasi No 187 Tahun
memakai, memproduksi dan mengangkut bahan kimia
1999 tentang Pengendalian
Bahan Kimia Berbahaya di berbahaya di tempat kerja wajib mencegah terjadinya
kecelakaan kerja & penyakit akibat kerja
Tempat Kerja

Pasal 3 Pengendalian meliputi: Penyediaan LDKB/MSDS dan


Label, Penunjukan petugas K3 Kimia & Ahli K3 Kimia

Pasal 4 LDKB meliputi keterangan: identitas bahan dan perusahaan, komposisi bahan, id
kebocoran dan tumpahan, penyimpanan dan penanganan bahan, pengendalian pemajam
ekologi, pembuangan limbah, pengangkutan limbah, informasi peraturan yang berlaku, d

Pasal 5 Label meliputi: nama produk, identifikasi bahaya, tanda bahaya dan arti, uraian r
instruksi kebakaran, instruksi kebocoran dan tumpahan, instruksi pengisian dan penyimp

Pasal 6 Peletakan LDKB dan Label harus mudah diketahui oleh


pekerja

Pasal 7 Pengusaha/Pengurus wajib menyampaikan Daftar


Nama, Sifat & Kuantitas Bahan Kimia Berbahaya di tempat kerja
kepada Disnaker setempat

Pasal 9 Kriteria bahan kimia berbahaya: bahan beracun dan sangat beracun, cairan mud
reaktif, bahan oksidator

Pasal 14 Nilai Ambang Kuantitas (NAK) bahan kimia: bahan kimia kriteria beracun (10 to
(10 ton), bahan kimia oksidator ( 10 ton), bahan kimia cairan mudah terbakar (200 ton), b

Pasal 15 Perusahaan yang mempergunakan bahan kimia


berbahaya melebihi NAK seperti pada pasal 14 dikategorikan
sebagai perusahaan yang mempunyai potensi bahaya besar

Pasal 16a Perusahaan dengan potensi bahaya besar wajib


mempekerjakan minimal 2 orang petugas K3 Kimia (5 orang jika
kerja shift) dan 1 orang AK3 Kimia yang melakukan
pemeriksaan dan pengujian faktor kimia minimal 6 bulan sekali,
pemeriksaan dan pengujian instalansi minimal 2 tahun sekali,
pemeriksaan kesehatan minimal 1 tahun sekali
Pasal 16a Membuat dokumen pengendalian potensi bahaya
besar dan melaporkan setiap perubahan nama bahan kimia dan
kuantitas bahan kimia, proses dan modifikasi instansi yang
digunakan

Pasal 16b Pengujian faktor kimia dan instalasi dilakukan oleh


perusahaan jasa K3 atau instansi yang berwenang

Pasal 19 Dokumen pengendalian potensi bahaya besar


memuat: identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko;
kegiatan teknis, rancang bangun, konstruksi, pemilihan bahan
kimia, serta pengoperasian dan pemeliharaan instalasi; kegiatan
pembinaan tenaga kerja di tempat kerja; rencana dan prosedur
penanggulangan keadaan darurat; prosedur kerja aman

Pasal 22b Persyaratan petugas K3 Kimia: bekerja pada


perusahaan yang bersangkutan, tidak dalam masa percobaan,
hubungan kerja tidak didasarkan pada Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu, dan telah mengikuti kursus teknik K3 Kimia

Pasal 22 c dan d Kursus teknis Petugas K3 dilaksanakan oleh


perusahaan sendiri, perusahaan jasa K3, atau instansi yang
berwenang. Perusahaan sebelum melakukan kursus harus
melaporkan rencana pelaksanaan kursus teknis kepada
Disnaker

Pasal 23 Kewajiban AK3 Kimia: mengawasi pelaksanaan


peraturan K3 kimia, memberikan laporan kepada pejabat yang
ditunjuk mengenai hasil pelaksanaan tugas, menyusun program
kerja pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja,
melakukan identifikasi bahaya, mengusulkan pembuatan
prosedur kerja aman dan penanggulangan keadaan darurat
kepada pengusaha/pengurus

Keputusan Menteri Tenaga Kerja


dan Transmigrasi No 75 tahun Pasal 2 Perencanaan, pemasangan, penggunaan, pemeriksaan
2002 tentang Pemberlakuan & pengujian instalasi harus sesuai dengan SNI mengenai
Standar Nasional Indonesia No: Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 di tempat kerja
SNI-04-0225-2000 (PUIL 2000)
di tempat kerja
Pasal 3 Pengawasan terhadap pelaksanaan SNI di tempat kerja
dilakukan oleh Pegawai Pengawas atau Ahli Keselamatan Kerja
spesialis Bidang Listrik

Pasal 4 Pengurus yang tidak menaati ketentuan dalam Keputusan ini dikenakan sanksi
Keputusan Menteri Kesehatan a. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran
No 1405 Tahun 2002 Tentang
Persyaratan Kesehatan - Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan yang meliputi
Lingkungan Kerja Perkantoran & persyaratan fisik, kimia, mikrobiologi dan radioaktif
Industri
- Pemeriksaan minimal 2 x /tahun pada musim kemarau &
penghujan
- Suhu ruangan 18 -28 derajat celcius dan kelembaban 40 -
60%
Industri

- Tersedia tempat sampah yang cukup (limbah padat/sampah)


dan terpisah antara sampah kering dan basah

- Pencahayaan di ruangan, intensitas min 100 lux

- Tingkat kebisingan max 85 dBA

- Toilet terpisah antara pria/wanita

- Setiap bangunan dengan ketinggian > 10m atau lebih tinggi


dari bangunan sekitarnya, harus dilengkapi dengan penangkal
petir
b. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri
- Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan yang meliputi
persyaratan fisik, kimia, mikrobiologi dan radioaktif
- Pemeriksaan minimal 2 x /tahun pada musim kemarau &
penghujan
- Suhu udara ruangan 18 -28 derajat Celcius, Kelembapan 40 -
60 %

- Tersedia tempat sampah yang cukup (limbah padat/sampah)


dan terpisah antara sampah kering dan basah

- Kualitas limbah cair harus memenuhi syarat sesuai dengan


ketentuan peraturan perundangan yang berlaku

- Intensitas cahaya di ruang kerja minimal 100 lux

- Tingkat kebisingan max 85 dBA

- Toilet terpisah antara pria/wanita

- Setiap bangunan dengan ketinggian > 10m atau lebih tinggi


dari bangunan di sekitarnya, harus dilengkapi dengan
penangkal petir
Keputusan Dirjen Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan Persyaratan penggunaan sistem akses tali yaitu: terdapat tali kerja dan tali pengaman, te
No 45 Tahun 2008 tentang berkompeten, dan dengan pengawasan yang ketat
Pedoman Keselamatan dan
kesehatan Kerja Bekerja Pada Persyaratan peralatan dan APD
Ketinggian Dengan
Menggunakan Akses Tali (Rope - Peralatan yang digunakan harus memenuhi standar dan
Access) sesuai dengan tujuan penggunaan

- Peralatan harus diperiksa secara visual sebelum penggunaan


untuk memastikan bahwa peralatan tersebut dalam kondisi
aman dan dapat bekerja dengan benar

- Dilarang melakukan modifikasi atas spesifikasi peralatan tanpa


mendapat izin dari pengawas atau pabrikan pembuat
- APD yang harus dipakai: Pakaian kerja yang menyatu
(wearpack atau overall), full body harness harus nyaman dipakai
dan tidak mengganggu gerak saat bekerja, sepatu yang nyaman
dipakai dan mampu melindungi dari air/basah, sarung tangan,
pelindung mata, alat pelindung pendengaran, tali, pelidung
kepala, sabuk pengaman tubuh, alat penjepit tali, alat penahan
jatuh bergerak, dan alat penurun

- Perlengkapan dan APD harus dipastikan telah sesuai dengan


standar: SNI, uji laboratorium atau uji internasional independen
(British Standard, American National Standard Institute, dll)

- Masa pakai peralatan dan APD: 10 tahun (jika tidak pernah


digunakan), 7 tahun (digunakan 2x setahun), 5 tahun
(digunakan 1x sebulan), 3 tahun (digunakan 2x sebulan), 1
tahun lebih (digunakan setiap minggu) dan kurang dari 1 tahun
(digunakan hampir setiap hari

Setiap pekerja hanya dapat melakukan pekerjaan dengan akses


tali jika memperoleh izin kerja akses tali

Kualifikasi dan persyaratan teknisi akses tali

- Persyaratan minimum pekerja bangunan tinggi: lulusan


SLTP/sederajat, berbadan sehat, umur 18 tahun, mengikuti
pembinaan dasar bekerja pada ketinggian

- Persyaratan minimum teknisi akses tali tingkat 1: lulusan


SLTP/sederajat, berbadan sehat, umur 18 tahun, mengikuti
pembinaan dan pengevaluasian lisensi K3 dan lulus evaluasi

- Persyaratan minimum teknisi akses tali tingkat 2: lulusan SLTA


sederajat, memiliki sekurangnya 300 jam kerja sebagai teknisi
akses tali, berbadan sehat, mengikuti pembinaan dan ujian
lisensi K3 dan lulus evaluasi

- Persyaratan minimum teknisi akses tali tingkat 3: lulusan


diploma 3, memiliki sekurangnya 300 jam kerja sebagai teknisi
tali tingkat 2, berbadan sehat, umur 22 tahun, memiliki sertifikat
pelatihan P3K di tempat kerja, mengikuti pembinaan dan
pengevaluasian lisensi K3 dan lulus evaluasi

Lisensi dan buku kerja berlaku 5 tahun dan harus diperpanjang


melalui atau tanpa penyegaran
Teknisi yang melanggar ketentuan yang diatur dalam pedoman ini dikenakan sanksi beru
60 Instruksi Menteri Tenaga Kerja I. Petunjuk Umum Syarat K3 yang berkaitan dengan kebakaran:
dan Transmigrasi No 11 Tahun
1997 tentang Pengawasan - Pencegahan dengan cara mengeliminir / mengendalikan
Khusus K3 Penanggulangan berbagai bentuk perwujudan energi yang digunakan
Kebakaran
- Mengurangi tingkat keparahan resiko kerugian / korban jiwa
dengan cara melokalisasi agar api, asap, gas tidak meluas
Khusus K3 Penanggulangan
Kebakaran

- Penyediaan alat / instansi proteksi kebakaran seperti sistem


deteksi/alarm kebakaran, APAR, hydran, springkler

- Tersedia sarana jalan untuk menyelamatkan diri yang aman,


lancar & memadai

- Terbentuknya organisasi tanggap darurat untuk


menanggulangi bila terjadi bahaya kebakaran
III. Pemasangan Sistem proteksi Kebakaran

- Pelaksanaan pemasangan instalasi proteksi kebakaran harus


sesuai dengan gambar yang telah disyahkan dan dilaksanakan
instalatir yang telah ditunjuk

- Pemeriksaan dan pengujian terhadap instalasi yang terpasang


oleh kontraktor, konsultan, pemilik, pengelola, dan Pegawai
Pengawas Ketenagakerjaan
Status
Lingkup (Realisasi) Rencana
Kondisi terkini PIC
Pelaksanaan Pemenuhan
Sudah Belum

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS

dan konstruksinya:

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS
etahun

Sustainability
dan HRS

Seluruh Unit
Kerja

an pemeriksaan jangka waktu 6 bulan, juga dilakukan pemeriksaan berikut:

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS
terhadap ditaatinya peraturan ini

PKS HRS dan PKS

PKS

HRS dan PKS

PKS
PKS

PKS

PKS PKS

PKS PKS
PKS PKS

PKS PKS

PKS PKS

PKS dan
HRS
Bengkel

ab terhadap ditaatinya Peraturan ini

sistem alarm kebakaran yang menggunakan detektor panas, detektor asap, detektor nyala api dan titik panggil secara manual serta
rm kebakaran

masangan, pemeliharaan dan pengujian instalansi alarm kebakaran automatik di tempat kerja

nan kecuali apabila bagian bangunan tersebut telah dilindungi dengan sistem pemadam kebakaran automatik
PKS

PKS

PKS

PKS

PKS

PKS

PKS

PKS

PKS

PKS

PKS
PKS

PKS
PKS

PKS

PKS

PKS

si adalah: penggerak mula (motor diesel, genset), perlengkapan transmisi tenaga mekanik (poros transmisi, sabuk dan cakra), mesin
ss) , mesin produksi dan dapur

PKS

PKS √

HRS

an, pemasangan, pemakaian, perubahan dan perbaikan harus mendapat pengesahan dari pejabat yang ditunjuk

adalah: peralatan angkat, pita transport, pesawat angkutan di atas landasan dan diatas permukaan, alat angkutan jalan ril

takel, peralatan angkat listrik, pesawat pneumatic, gondola, keran angkat, keran magnit, keran lokomotif, keran dinding dan keran

gantung muatan pada waktu mengalami perbaikan ataupun bagian - bagian bawahnya digunakan oleh mesin yang bergerak

PKS PKS
PKS PKS

tif, gerbong dan lori

Pemeriksaan berkala 2
PKS √ HRS
tahun sekali

HRS

PKS

PKS
PKS PKS

mengkoordinir operator kelas II serta bertanggung jawab atas seluruh unit instalasi uap

ator kelas II bertanggung jawab atas seluruh instalasi uap

PKS PKS

pemasangan
instalasi penyalur
Pemasangan instalasi
Seluruh Unit petir di sekitar Sustainability
penyalur petir di gedung
Kerja tangki dan HRS
kantor dan gudang
penyimpanan
bahan bakar

Seluruh Unit
HRS
Kerja

Seluruh Unit
Kerja
Seluruh Unit
Kerja

Seluruh Unit
Kerja

ukan kegiatan pemanfaatan limbah B3 wajib:

Seluruh Unit
Kerja

PKS HRS dan PKS

PKS HRS dan PKS

PKS HRS dan PKS

PKS HRS dan PKS

PKS HRS dan PKS

PKS HRS dan PKS


PKS HRS dan PKS

PKS Lisensi K3 periode.. HRS

PKS PKS

rjakan operator atau petugas pesawat angkat angkut yang tidak memiliki lisensi K3 dan buku kerja, dan tidak memenuhi kualifikasi dan

Seluruh Unit Sustainability


√ Terpasang di unit kerja
Kerja dan HRS

mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran dan latihan penanggulangan kebakaran di tempat kerja, melalui:

Sustainability
Tersedia unit dan HRS
Penanggulangan
Kebakaran
Simulasi oleh
Personel
Pelatihan Personel Sustainability
Pemadam
Pemadam Kebakaran dan HRS
Kebakaran yang
terlatih
Buku rencana AK3 Sustainability
Kebakaran dan HRS

Seluruh Unit
Kerja

Unit Kerja
Tersedia LDKB dan label,
Seluruh Unit
√ petugas K3 Kimia di unit Sustainability
Kerja
kerja

an perusahaan, komposisi bahan, identifikasi bahaya, tindakan P3K, tindakan penanggulangan kebakaran, tindakan mengatasi
anan bahan, pengendalian pemajaman dan APD, sifat fisika dan kimia, stabilitas dan reaktifitas bahan, informasi toksikologi, informasi
informasi peraturan yang berlaku, dll

aya, tanda bahaya dan arti, uraian resiko dan penanggulangannya, tindakan pencegahan, instruksi dalam hal terkena atau terpapar,
an, instruksi pengisian dan penyimpanan, referensi, nama, alamat dan nomor telepon pabrik pembuat atau distributor

Seluruh Unit
Sustainability
Kerja

Seluruh Unit
√ Tersedia laporan Sustainability
Kerja

un dan sangat beracun, cairan mudah terbakar dan sangat mudah terbakar, gas mudah terbakar, bahan mudah meledak, bahan

bahan kimia kriteria beracun (10 ton), bahan kimia sangat beracun (5 ton), bahan kimia reaktif (50 ton), bahan kimia mudah meledak
a cairan mudah terbakar (200 ton), bahan kimia cairan sangat mudah terbakar (100 ton), bahan kimia gas mudah terbakar ( 50 ton)

Seluruh Unit
Sustainability
Kerja

Seluruh Unit Sustainability



Seluruh Unit Sustainability

Kerja dan HRS

Seluruh Unit
Kerja

Seluruh Unit
Kerja

Seluruh Unit
Kerja

PKS

m Keputusan ini dikenakan sanksi


oran

Seluruh Unit
Kerja
Seluruh Unit
Kerja
Seluruh Unit
√ Kerja
Seluruh Unit
Kerja

HRS

Seluruh Unit
Kerja

Seluruh Unit limbah cair yang dibuang dilakukan


Kerja √ ke lingkungan di bawah pemantauan
baku mutu lingkungan

Sustainabiity

HRS

apat tali kerja dan tali pengaman, terdapat dua penambat, perlengkapan alat bantu dan APD, dillakukan oleh personel yang

PKS dan
Purchasing

PKS

PKS

PKS
PKS dan
Purchasing
PKS

PKS dan
Purchasing

PKS

HRS

HRS
PKS

HRS

pedoman ini dikenakan sanksi berupa pencabutan lisensi

kebakaran:

Seluruh Unit Sustainability



Kerja dan HRS
tersedia alarm kebakaran,
Seluruh Unit Sustainability
√ APAR, hydran dan
Kerja dan HRS
springkler di unit kerja

Rambu "Jalur Evakuasi"

Organisasi tanggap darurat


di unit kerja
Keterangan / Referensi
titik panggil secara manual serta

n automatik
ransmisi, sabuk dan cakra), mesin

Dokumen Akta Alat -


Alat PKS

t yang ditunjuk

, alat angkutan jalan ril

omotif, keran dinding dan keran

oleh mesin yang bergerak


Dokumen Akta Alat -
Alat PKS
dan tidak memenuhi kualifikasi dan

empat kerja, melalui:

Sertifikat
bakaran, tindakan mengatasi
han, informasi toksikologi, informasi

i dalam hal terkena atau terpapar,


uat atau distributor

bahan mudah meledak, bahan

ton), bahan kimia mudah meledak


mia gas mudah terbakar ( 50 ton)
Laporan triwulan
(RKL/RPL)

kukan oleh personel yang


No Nama dan Judul Peraturan Ruang Lingkup Peraturan UU / Persyaratan Lain Terkait

Undang - Undang No 29 Tahun Pasal 2 Varietas tanaman yang dapat diberi perlindungan varietas tanaman
2000 tentang Perlindungan
Varietas Tanaman (1) Varietas yang dapat diberi Perlindungan Varietas Tanaman meliputi varietas dari jenis

(2) Suatu varietas dianggap baru apabila pada saat penerimaan permohonan hak PVT, b
Indonesia atau sudah diperdagangkan tetapi tidak lebih dari setahun, atau telah diperdag

(3) Suatu varietas dianggap unik apabila varietas tersebut dapat dibedakan secara jelas
permohonan hak PVT

(4) Suatu varietas dianggap seragam apabila sifat-sifat utama atau penting pada varietas
yang berbeda-beda

(5) Suatu varietas dianggap stabil apabila sifat-sifatnya tidak mengalami perubahan sete
mengalami perubahan pada setiap akhir siklus tersebut

(6) Varietas yang dapat diberi PVT harus diberi penamaan yang selanjutnya menjadi nam

Pasal 4 Jangka waktu PVT 25 tahun untuk tanaman tahunan

Pasal 6 Pemegang hak PVT memiliki hak untuk menggunakan


dan memberikan persetujuan kepada orang atau badan hukum
lain untuk menggunakan varietas berupa benih dan hasil panen
yang digunakan untuk propagasi, berhak untuk mendapatkan
imbalan yang layak dengan memperhatikan manfaat ekonomi
yang dapat diperoleh dari varietas tersebut.

Pasal 9 Pemegang hak PVT berkewajiban melaksanakan hak


PVT nya di Indonesia, membayar biaya tahunan PVT,
menyediakan dan menunjukkan contoh benih varietas yang
telah mendapatkan hak PVT di Indonesia

Pasal 11 Permohonan hak PVT diajukan kepada kantor PVT


secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan membayar
biaya yang besarnya ditetapkan oleh Menteri. Setiap
permohonan hak PVT hanya dapat diajukan untuk satu varietas

Pasal 12 Permohonan hak PVT dapat diajukan oleh: pemulia,


orang atau badan hukum yang mempekerjakan pemulia atau
yang memesan varietas dari pemulia, ahli waris atau konsultan
PVT

3 Undang - Undang No 18 Tahun


2008 Tentang Pengelolaan Pasal 4 Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan
Sampah kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta
menjadikan sampah sebagai sumber daya

Pasal 12 Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah


tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga wajib
mengurangi dan menangani sampah dengan cara yang
berwawasan lingkungan
Pasal 13 Pengelola kawasan industri wajib menyediakan
fasilitas pemilahan sampah

Pasal 19 Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah


sejenis sampah rumah tangga terdiri atas: pengurangan
sampah dan penanganan sampah

Pasal 20 Pengurangan sampah meliputi kegiatan: pembatasan


timbulan sampah, pendauran ulang sampah, pemanfaatan
kembali sampah

Pasal 22 Penanganan sampah meliputi kegiatan: pemilahan


sampah, pengumpulan di tempat penampungan sementara,
pengangkutan ke tempat pemprosesan akhir, pengolahan
sampah, pemprosesan akhir

Pasal 29 Setiap orang dilarang mencampur sampah dengan


limbah berbahaya dan beracun, mengelola sampah yang dapat
menyebabkan pencemaran atau perusakan lingkungan,
membuang sampah tidak pada tempatnya, membakar sampah
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Pasal 3 Tabung APAR harus diisi sesuai dengan jenis dan konstruksinya:
dan Transmigrasi No 04 Tahun
1980 tentang Syarat-Syarat Pasal 4a Setiap satu atau kelompok APAR harus ditempatkan
Pemasangan& Pemeliharaan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai
Alat Pemadam Api Ringan dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan

Pasal 4c Tinggi pemberian tandan pemasangan adalah 125 cm


dari dasar lantai, tepat di atas APAR

Pasal 3e Penempatan antar APAR tidak boleh lebih dari 15


meter, kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja

Pasal 3f Semua APAR sebaiknya berwarna merah

Pasal 5 Dilarang memasang dan menggunakan APAR yang


didapati sudah berlubang atau cacat karena karat

Pasal 8 Pemasangan APAR berada pada ketinggian 1,2 meter


dari permukaan lantai kecuali jenis CO2 dan tepung kering tidak
kurang 15 cm dari permukaan lantai

Pasal 10 APAR yang ditempatkan di ruang terbuka harus


dilindungi dengan tutup pengaman

Pasal 11 Setiap APAR harus diperiksa 2 kali dalam setahun


a. Pemeriksaan jangka waktu 6 bulan
- Isi tabung, tekanan tabung, kondisi segi pengaman cartridge

- Cacat pada bagian luar tabung termasuk handel dan label

- kondisi mulut pancar dan pipa pancar

- Untuk APAR jenis cairan atau asam soda, diperiksa dengan


cara mencampur sedikit larutan sodium bicarbonat dan asam
keras di luar tabung, apabila reaksi cukup kuat, maka APAR
dapat dipasang kembali

- Untuk APAR jenis busa, diperiksa dengan cara mencampur


sedikit larutan sodium bicarbonat dan alumunium sulfat di luar
tabung, apabila reaksi cukup kuat, maka APAR dapat dipasang
kembali

- Untuk APAR jenis hydrocarbon berhalogen kecuali jenis


tetrachlorida, diperiksa dengan cara menimbang, jika beratnya
sesuia dengn aslinya dapat dipasang kembali

- Untuk APAR jenis carbondioxida, harus diperiksa dengan cara


menimbang serta mencocokan beratnya dengan berat yang
tertera pada alat pemadam api, apabila terdapat kekurangan
berat sebesar 10%, tabung pemadam harus diisi kembali sesuai
dengan berat yang ditentukan

b. Pemeriksaan jangka waktu 12 bulan selain dilakukan pemeriksaan jangka waktu 6 bul

- Isi alat pemadam api harus sampai batas permukaan yang


telah ditentukan

- Kondisi pipa pelepas isi yang berada dalam tabung, saringan,


ulir tutup kepala, saluran penyemprotan, gelang tutup kepala,
lapisan pelindung dan tabung gas bertekanan dalam keadaan
baik

- Khusus jenis pompa tangan CTC (Carbon tetrachiorida),


peralatan pompa harus diteliti untuk memastikan dapat bekerja
dengan baik, tuas pompa dikembalikan pada kedudukan
terkunci seperti semula

Pasal 14 Petunjuk cara pemakaian APAR harus dapat dibaca


dengan jelas

Pasal 15 dan 17 Untuk setiap APAR dilakukan percobaan


secara berkala dengan jangka waktu tidak melebihi 5 tahun
sekali. Setelah dilakukan percobaan tekan terhadap setiap
APAR, tanggal percobaan tekan tersebut dicatat dengan cap di
selembar pelat logam pada badan tabung
Psal 18 Setiap tabung APAR harus diisi kembali dengan cara:
untuk asam soda, busa dan bahan kimia harus diisi setahun
sekali; untuk jenis cairan busa yang dicampur lebih dahulu
harus diisi 2 tahun sekali; untuk jenis tabung gas hydrocarbon
berhalogen harus diisi 3 tahun sekali; sedangkan jenis lainnya
diisi selambatnya 5 tahun sekali

Pasal 24 dan 25 Pengurus harus bertanggung jawab terhadap ditaatinya peraturan ini
58 Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No 02 Tahun Pasal 2 Bagian - bagian instalasi penyalur petir harus memiliki
1989 tentang Pengawasan tanda hasi pengujian dan sertifikat yang diakui
Instalasi Penyalur Petir
Pasal 6 Pemasangan Instalansi Penyalur Petir harus dilakukan
oleh instansi yang mendapat pengesahan dari Menteri / Pejabat
yang ditunjuk

Pasal 9 Tempat kerja yang perlu dipasang instalasi penyalur


petir adalah: bangunan terpencil dan tinggi (cerobong, silo,
antena pemancar), bangunan penyimpanan bahan yang mudah
meledak atau terbakar, bangunan yang menyimpan barang
yang sukar diganti (tempat penyimpanan arsip/kantor)

Pasal 50 Instalasi diperiksa dan diuji berkala setiap 2 tahun,


atau bila ada perubahan instalasi atau setelah ada kerusakan
akibat sambaran petir

Pasal 51 Pemeriksaan & pengujian dilakukan oleh pegawai


pengawas / jasa inspeksi yang ditunjuk

Pasal 55 Setiap perencanaan instalasi penyalur petir harus


dilengkapi dengan gambar rencana instalasi dan harus
mendapat pengesahan dari menteri / pejabat yang ditunjuk

Peraturan Menteri Pertanian No Pemasukan Benih


38 Tahun 2006 Tentang
Pemasukan dan Pengeluaran Pasal 6 Izin pemasukan benih atau materi induk untuk
Benih penelitian diberikan oleh Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian

Pasal 7a Persyaratan untuk memperoleh izin pemasukan benih


untuk penelitian: jumlah benih, benih belum tersedia di
Indonesia, dilengkapi dengan deskripsi, memenuhi ketentuan
dalam peraturan

Pasal 7b Wajib melaporkan realisasi pemasukan benih kepada


Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Pasal 8 Izin pemasukan benih bukan untuk penelitian diberikan


oleh Dirjen yang bersangkutan

Pasal 9 Izin dapat dilakukan untuk persiapan pelepasan


varietas, pengadaan benih bina, kebutuhan bagi pemerhati
tanaman, kebutuhan tujuan ekspor
Pasal 10 Persyaratan untuk memperoleh izin pemasukan benih
untuk tujuan persiapan pelepasan varietas: varietas memiliki
keunggulan jumlah benih terbatas sesuai kebutuhan dan
mengikuti ketentuan dalam peraturan di bidang karantina
tumbuhan

Pasal 11 Persyaratan untuk memperoleh izin pemasukan benih


untuk tujuan pengadaan benih bina: varietas sudah pernah
dilepas di Indonesia namun jumlahnya belum cukup tersedia,
jumlah benih terbatas sesuai kebutuhan dan mengikuti
ketentuan dalam peraturan di bidang karantina tumbuhan

Pasal 25 Kewajiban bagi yang memasukkan benih: memiliki


catatan benih yang dimasukkan serta menyimpannya selama 1
tahun dan melaporkan perkembangan benih yang dimasukkan
kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Peraturan Menteri Pertanian No Produksi Benih Bina


39 Tahun 2006 Tentang
Produksi, Sertifikasi dan Pasal 7b Perorangan, badan hukum yang akan memproduksi
Peredaran Benih Bina benih bina harus menguasai lahan dan memiliki sarana
pengolahan benih yang memadai, sarana penunjang sesuai
dengan jenis benihnya, dan tenaga yang mempunyai
pengetahuan di bidang perbenihan

Pasal 7c Perorangan, badan hukum wajib memilikiizin produksi


benih bina apabila: memperkerjakan paling sedikit 10 orang
tenaga tetap, memiliki aset di luar tanah dan bangunan paling
sedikit Rp 500.000.000, hasil penjualanan benih bina selama
satu tahun paling sedikit Rp 5.000.000.000

Pasal 11 Untuk memproduksi benih bina harus melalui


sertifikasi, yang dapat dilakukan melalui pengawasan
pertanaman atau laboratorium, sistem manajemen mutu dan
terhadap benih/produk

Sertifikasi Benih Bina

Pasal 15 Persyaratan untuk mendapat sertifikat: penguasaan


dan peta lahan yang akan digunakan untuk memproduksi benih,
kepemilikan benih sumber/pohon induk yang berlabel,
perencanaan tanam, penguasaan fasilitas sesuai dengan jenis
tanaman yang diusahakan

Pasal 16 Permohonan sertifikasi diajukan paling lambat 10 hari


sebelum tabur atau sesuai dengan jenis tanamannya. Satu
permohonan berlaku untuk satu unit sertifikasi yang terdiri atas
satu lokasi atau beberapa lokasi untuk satu varietas dan satu
kelas benih

Pasal 37 benih bina yang telah lulus sertifikasi dan akan


diedarkan, wajib diberi label bertuliskan "Benih Bersertifikat"
pada kemasan yang tidak mudah rusak dan yang mudah diihat
Pasal 47 Calon pengedar benih bina untuk menjadi pengedar
benih harus mendaftar kepada Bupati di bidang perbenihan
tanaman

Pasal 49 Pengawasan peredaran benih dilakukan oleh


pengawas benih
PerMen LH Nomor 02 Tahun Pasal 2a Pemanfaatan limbah B3 dapat dilakukan dengan 3
2008 tentang Pemanfaatan cara yaitu reuse, recycle dan/atau recovery
Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun Pasal 2c Pemanfaatan limbah B3 dilakukan dengan
mengutamakan perlindungan terhadap kesehatan dan
keselamatan manusia serta perlindungan kelestarian lingkungan
hidup dengan menerapkan prinsip kehati-hatian.

Pasal 3 Pemanfaatan Limbah meliputi:


a. pemanfaatan limbah B3 sebagai substitusi bahan;
b. pemanfaatan limbah B3 sebagai substitusi bahan bakar;
c. pemanfaatan limbah B3 jenis lanilla estela melalui penelitian
dan kajian yang memperhatikan aspek-aspek lingkungan

Pasal 5 Pemanfaatan Limbah B3 secara reuse dapat dilakukan


oleh penghasil pada lokasi kegiatannya, tidak memerlukan izin

Pasal 11 Penghasil dan/atau pengumpul yang melakukan kegiatan pemanfaatan limbah


a. memiliki catatan penerimaan, penyimpanan,
pemanfaatan dan pengolahan limbah B3

b. memiliki neraca limbah B3

c. melaporkan kegiatan pemanfaatan dan neraca limbah


B3 paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan
kepada Menteri, gubernur, bupati/walikota

Keputusan Menteri Kesehatan a. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran


No 1405 Tahun 2002 Tentang
Persyaratan Kesehatan - Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan yang meliputi
Lingkungan Kerja Perkantoran & persyaratan fisik, kimia, mikrobiologi dan radioaktif
Industri
- Pemeriksaan minimal 2 x /tahun pada musim kemarau &
penghujan

- Suhu ruangan 18 -28 derajat celcius dan kelembaban 40 -


60%

- Tersedia tempat sampah yang cukup (limbah padat/sampah)


dan terpisah antara sampah kering dan basah

- Pencahayaan di ruangan, intensitas min 100 lux

- Tingkat kebisingan max 85 dBA

- Toilet terpisah antara pria/wanita


- Setiap bangunan dengan ketinggian > 10m atau lebih tinggi
dari bangunan sekitarnya, harus dilengkapi dengan penangkal
petir

b. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri


- Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan yang meliputi
persyaratan fisik, kimia, mikrobiologi dan radioaktif

- Pemeriksaan minimal 2 x /tahun pada musim kemarau &


penghujan

- Suhu udara ruangan 18 -28 derajat Celcius, Kelembapan 40 -


60 %

- Tersedia tempat sampah yang cukup (limbah padat/sampah)


dan terpisah antara sampah kering dan basah

- Kualitas limbah cair harus memenuhi syarat sesuai dengan


ketentuan peraturan perundangan yang berlaku

- Intensitas cahaya di ruang kerja minimal 100 lux

- Tingkat kebisingan max 85 dBA

- Toilet terpisah antara pria/wanita

- Setiap bangunan dengan ketinggian > 10m atau lebih tinggi


dari bangunan di sekitarnya, harus dilengkapi dengan
penangkal petir
Status
Lingkup (Realisasi) Rencana
Kondisi terkini PIC
Pelaksanaan Pemenuhan
Sudah Belum
ngan varietas tanaman

Tanaman meliputi varietas dari jenis atau spesies tanaman yang baru, unik, seragam, stabil, dan diberi nama.

enerimaan permohonan hak PVT, bahan perbanyakan atau hasil panen dari varietas tersebut belum pernah diperdagangkan di
bih dari setahun, atau telah diperdagangkan di luar negeri tidak lebih dari enam tahun untuk tanaman tahunan

ebut dapat dibedakan secara jelas dengan varietas lain yang keberadaannya sudah diketahui secara umum pada saat penerimaan

at utama atau penting pada varietas tersebut terbukti seragam meskipun bervariasi sebagai akibat dari cara tanam dan lingkungan

ya tidak mengalami perubahan setelah ditanam berulang-ulang, atau untuk yang diperbanyak melalui siklus perbanyakan khusus, tidak
but

maan yang selanjutnya menjadi nama varietas yang bersangkutan

Seed
CAS
Production

Seed
Production

Seed
Production

Seed
Production

Seed
Production

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS
Seluruh Unit Sustainability
Kerja dan HRS

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS

dan konstruksinya:

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS

etahun
Sustainability
dan HRS

Seluruh Unit
Kerja

an pemeriksaan jangka waktu 6 bulan, juga dilakukan pemeriksaan berikut:

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS
terhadap ditaatinya peraturan ini

pemasangan
instalasi penyalur
Pemasangan instalasi
Seluruh Unit petir di sekitar Sustainability
penyalur petir di gedung
Kerja tangki dan HRS
kantor dan gudang
penyimpanan
bahan bakar

Seluruh Unit
HRS
Kerja
Seluruh Unit
Kerja

Seluruh Unit
Kerja

ukan kegiatan pemanfaatan limbah B3 wajib:

Seluruh Unit
Kerja

oran

Seluruh Unit
Kerja

Seluruh Unit
Kerja


HRS

Seluruh Unit
Kerja

Seluruh Unit limbah cair yang dibuang dilakukan


Kerja √ ke lingkungan di bawah pemantauan
baku mutu lingkungan

Sustainabiity

HRS
Keterangan / Referensi

beri nama.

m pernah diperdagangkan di
an tahunan

ara umum pada saat penerimaan

dari cara tanam dan lingkungan

lui siklus perbanyakan khusus, tidak


Laporan triwulan
(RKL/RPL)
No Nama dan Judul Peraturan Ruang Lingkup Peraturan UU / Persyaratan Lain Terkait

3 Undang - Undang No 18 Tahun


Pasal 4 Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan
2008 Tentang Pengelolaan
kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta
Sampah
menjadikan sampah sebagai sumber daya

Pasal 12 Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah


tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga wajib
mengurangi dan menangani sampah dengan cara yang
berwawasan lingkungan

Pasal 13 Pengelola kawasan industri wajib menyediakan


fasilitas pemilahan sampah

Pasal 19 Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah


sejenis sampah rumah tangga terdiri atas: pengurangan
sampah dan penanganan sampah

Pasal 20 Pengurangan sampah meliputi kegiatan: pembatasan


timbulan sampah, pendauran ulang sampah, pemanfaatan
kembali sampah

Pasal 22 Penanganan sampah meliputi kegiatan: pemilahan


sampah, pengumpulan di tempat penampungan sementara,
pengangkutan ke tempat pemprosesan akhir, pengolahan
sampah, pemprosesan akhir

Pasal 29 Setiap orang dilarang mencampur sampah dengan


limbah berbahaya dan beracun (B3), mengelola sampah yang
dapat menyebabkan pencemaran atau perusakan lingkungan,
membuang sampah tidak pada tempatnya, membakar sampah

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Pasal 3 Tabung APAR harus diisi sesuai dengan jenis dan konstruksinya:
dan Transmigrasi No 04 Tahun
1980 tentang Syarat-Syarat Pasal 4a Setiap satu atau kelompok APAR harus ditempatkan
Pemasangan& Pemeliharaan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai
Alat Pemadam Api Ringan dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan

Pasal 4c Tinggi pemberian tandan pemasangan adalah 125 cm


dari dasar lantai, tepat di atas APAR

Pasal 3e Penempatan antar APAR tidak boleh lebih dari 15


meter, kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja

Pasal 3f Semua APAR sebaiknya berwarna merah

Pasal 5 Dilarang memasang dan menggunakan APAR yang


didapati sudah berlubang atau cacat karena karat

Pasal 8 Pemasangan APAR berada pada ketinggian 1,2 meter


dari permukaan lantai kecuali jenis CO2 dan tepung kering tidak
kurang 15 cm dari permukaan lantai
Pasal 10 APAR yang ditempatkan di ruang terbuka harus
dilindungi dengan tutup pengaman
Pasal 11 Setiap APAR harus diperiksa 2 kali dalam setahun
a. Pemeriksaan jangka waktu 6 bulan

- Isi tabung, tekanan tabung, kondisi segi pengaman cartridge

- Cacat pada bagian luar tabung termasuk handel dan label

- kondisi mulut pancar dan pipa pancar

- Untuk APAR jenis cairan atau asam soda, diperiksa dengan


cara mencampur sedikit larutan sodium bicarbonat dan asam
keras di luar tabung, apabila reaksi cukup kuat, maka APAR
dapat dipasang kembali

- Untuk APAR jenis busa, diperiksa dengan cara mencampur


sedikit larutan sodium bicarbonat dan alumunium sulfat di luar
tabung, apabila reaksi cukup kuat, maka APAR dapat dipasang
kembali

- Untuk APAR jenis hydrocarbon berhalogen kecuali jenis


tetrachlorida, diperiksa dengan cara menimbang, jika beratnya
sesuia dengn aslinya dapat dipasang kembali

- Untuk APAR jenis carbondioxida, harus diperiksa dengan cara


menimbang serta mencocokan beratnya dengan berat yang
tertera pada alat pemadam api, apabila terdapat kekurangan
berat sebesar 10%, tabung pemadam harus diisi kembali sesuai
dengan berat yang ditentukan

b. Pemeriksaan jangka waktu 12 bulan selain dilakukan pemeriksaan jangka waktu 6 bul

- Isi alat pemadam api harus sampai batas permukaan yang


telah ditentukan

- Kondisi pipa pelepas isi yang berada dalam tabung, saringan,


ulir tutup kepala, saluran penyemprotan, gelang tutup kepala,
lapisan pelindung dan tabung gas bertekanan dalam keadaan
baik

- Khusus jenis pompa tangan CTC (Carbon tetrachiorida),


peralatan pompa harus diteliti untuk memastikan dapat bekerja
dengan baik, tuas pompa dikembalikan pada kedudukan
terkunci seperti semula

Pasal 14 Petunjuk cara pemakaian APAR harus dapat dibaca


dengan jelas

Pasal 15 dan 17 Untuk setiap APAR dilakukan percobaan


secara berkala dengan jangka waktu tidak melebihi 5 tahun
sekali. Setelah dilakukan percobaan tekan terhadap setiap
APAR, tanggal percobaan tekan tersebut dicatat dengan cap di
selembar pelat logam pada badan tabung
Psal 18 Setiap tabung APAR harus diisi kembali dengan cara:
untuk asam soda, busa dan bahan kimia harus diisi setahun
sekali; untuk jenis cairan busa yang dicampur lebih dahulu
harus diisi 2 tahun sekali; untuk jenis tabung gas hydrocarbon
berhalogen harus diisi 3 tahun sekali; sedangkan jenis lainnya
diisi selambatnya 5 tahun sekali

Pasal 24 dan 25 Pengurus harus bertanggung jawab terhadap ditaatinya peraturan ini
58 Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No 02 Tahun Pasal 2 Bagian - bagian instalasi penyalur petir harus memiliki
1989 tentang Pengawasan tanda hasi pengujian dan sertifikat yang diakui
Instalasi Penyalur Petir
Pasal 6 Pemasangan Instalansi Penyalur Petir harus dilakukan
oleh instansi yang mendapat pengesahan dari Menteri / Pejabat
yang ditunjuk

Pasal 9 Tempat kerja yang perlu dipasang instalasi penyalur


petir adalah: bangunan terpencil dan tinggi (cerobong, silo,
antena pemancar), bangunan penyimpanan bahan yang mudah
meledak atau terbakar, bangunan yang menyimpan barang
yang sukar diganti (tempat penyimpanan arsip/kantor)

Pasal 50 Instalasi diperiksa dan diuji berkala setiap 2 tahun,


atau bila ada perubahan instalasi atau setelah ada kerusakan
akibat sambaran petir

Pasal 51 Pemeriksaan & pengujian dilakukan oleh pegawai


pengawas / jasa inspeksi yang ditunjuk

Pasal 55 Setiap perencanaan instalasi penyalur petir harus


dilengkapi dengan gambar rencana instalasi dan harus
mendapat pengesahan dari menteri / pejabat yang ditunjuk
PerMen LH Nomor 02 Tahun Pasal 2a Pemanfaatan limbah B3 dapat dilakukan dengan 3
2008 tentang Pemanfaatan cara yaitu reuse, recycle dan/atau recovery
Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun Pasal 2c Pemanfaatan limbah B3 dilakukan dengan
mengutamakan perlindungan terhadap kesehatan dan
keselamatan manusia serta perlindungan kelestarian lingkungan
hidup dengan menerapkan prinsip kehati-hatian.

Pasal 3 Pemanfaatan Limbah meliputi:


a. pemanfaatan limbah B3 sebagai substitusi bahan;
b. pemanfaatan limbah B3 sebagai substitusi bahan bakar;
c. pemanfaatan limbah B3 jenis lanilla estela melalui penelitian
dan kajian yang memperhatikan aspek-aspek lingkungan

Pasal 5 Pemanfaatan Limbah B3 secara reuse dapat dilakukan


oleh penghasil pada lokasi kegiatannya, tidak memerlukan izin

Pasal 11 Penghasil dan/atau pengumpul yang melakukan kegiatan pemanfaatan limbah


a. memiliki catatan penerimaan, penyimpanan,
pemanfaatan dan pengolahan limbah B3
b. memiliki neraca limbah B3

c. melaporkan kegiatan pemanfaatan dan neraca limbah


B3 paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan
kepada Menteri, gubernur, bupati/walikota

Keputusan Menteri Tenaga Kerja


Bentuk Segi Empat, Warna Putih, Ukuran 900x1350 mm,
dan Transmigrasi No 1135 Tahun
lambang dan logo terletak bolak-balik pada kedua muka
1987 Tentang Bendera
bendera
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
Bentuk: palang dilingkari roda bergigi sebelas berwarna hijau
diatas dasar putih
Arti Palang: bebas dari kecelakaan dan sakit kerja;
Arti roda gigi: bekerja dengan kesegaran
jasmani dan rohani; Arti warna putih: bersih, suci;
Arti warna hijau =
selamat, sehat dan sejahtera;
Arti sebelas gerigi roda = 11 bab dalam UU Keselamatan
Kerja

Tata cara pemasangan: apabila berdampingan dengan bendera


nasional (merah - Putih) harus dipasang pada tiang sebelah kiri
daripada tiang bendera nasional; atau dipasang pada gerbang
masuk kehalaman perusahaan/pabrik tempat kerja; atau
dipasang pada pintu utama bangunan kantor dan/atau pabrik;
atau di depan kantor P2K3/Departemen Safety

Tinggi Tiang: tidak boleh lebih tinggi dari tiang bendera nasional

Waktu Pemasangan: Satu tiang penuh selama ada kegiatan di


tempat kerja

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Pasal 2 Kewajiban Pengurus atau perusahaan untuk mencegah, mengurangi dan mema
dan Transmigrasi No 186 Tahun
1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di - Menyediakan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran &
Tempat Kerja sarana evakuasi

- Membentuk unit penanggulangan kebakaran

- Menyediakan pelatihan dan gladi penanggulangan kebakaran


secara berkala

- Memiliki buku rencana penanggulangan darurat kebakaran


bagi tempat kerja yang memperkerjakan lebih dari 50 orang
tenaga kerja atau tempat yang berpotensi bahaya kebakaran
sedang dan berat
Pasal 3 dan 5 Pembentukan Unit penanggulangan kebakaran
berdasarkan jumlah tenaga kerja dan tingkat potensi bahaya
kebakaran, yang terdiri dari: petugas peran kebakaran, regu
penanggulangan kebakaran, koordinator unit penanggulangan
kebakaran, Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran
sebagai penanggung jawab teknis

Pasal 7 Tugas Peran Kebakaran: mengidentifikasi dan


melaporkan tentang adanya faktor yang menimbulkan bahaya
kebakaran, memadamkan kebakaran pada tahap awal,
mengarahkan evakuasi orang dan barang, mengadakan
koordinasi dengan instansi terkait, mengamankan lokasi
kebakaran

Pasal 6a Petugas peran kebakaran sekurang - kurangnya 2


orang untuk setiap jumlah tenaga kerja 25 orang

Pasal 8 Tugas Regu Penanggulangan Kebakaran: melakukan


pemeliharaan sarana proteksi kebakaran, memberikan
penyuluhan tentang penanggulangan kebakaran pada tahap
awal, membantu menyusun buku rencana tanggap darurat,
memadamkan kebakaran, memberikan P3K, melakukan
koordinasi seluruh petugas peran kebakaran

Pasal 6b Regu penanggulangan kebakaran dan Ahli K3


spesialis penanggulangan kebakaran, ditetapkan untuk tempat
kerja tingkat resiko bahaya kebakaran ringan dan sedang I yang
mempekerjakan tenaga kerja 300 orang atau lebih, atau tingkat
resiko bahaya kebakaran sedang II, III, dan berat

Pasal 9 Tugas koordinator UPK: memimpin penanggulangan


kebakaran sebelum mendapatkan bantuan dari instasi
berwenang, menyusun program kerja dan kegiatan,
mengusulkan anggaran, sarana dan fasilitas penanggulangan
kebakaran kepada pengurus

Pasal 6c Koordinator UPK untuk tempat kerja tingkat resiko


bahaya ringan dan sedang I sekurang - kurangnya 1 orang
untuk setiap jumlah tenaga kerja 100 orang atau untuk tempat
kerja tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II, III dan berat,
sekurang - kurangnya 1 orang untuk setiap unit kerja

Pasal 10a Tugas Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran:


membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan di
bidang penanggulangan kebakaran, memberikan laporan
kepada Menteri, merahasiakan segala keteranga tentang
rahasia perusahaan, memimpin penanggulangan kebakaran
sebelum mendapat bantuan dari instasi berwenang, menyusun
program kerja, melakukan koordinasi dengan instansi terkait
Pasal 10b Syarat Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran:
sehat, minimal lulusan D3 teknik, pengalaman kerja minimal 5
tahun, telah mengikuti kursus teknis penanggulangan
kebakaran tingkat dasar I dan II serta tingkat Ahli K3 Pratama
dan Tingkat Ahli Madya

Keputusan Menteri Tenaga Kerja


Pasal 2 Pengusaha/Pengurus yang menggunakan, menyimpan,
dan Transmigrasi No 187 Tahun
memakai, memproduksi dan mengangkut bahan kimia
1999 tentang Pengendalian
berbahaya di tempat kerja wajib mencegah terjadinya
Bahan Kimia Berbahaya di
kecelakaan kerja & penyakit akibat kerja
Tempat Kerja
Pasal 3 Pengendalian meliputi: Penyediaan LDKB/MSDS dan
Label, Penunjukan petugas K3 Kimia & Ahli K3 Kimia

Pasal 4 LDKB meliputi keterangan: identitas bahan dan perusahaan, komposisi bahan, id
kebocoran dan tumpahan, penyimpanan dan penanganan bahan, pengendalian pemajam
ekologi, pembuangan limbah, pengangkutan limbah, informasi peraturan yang berlaku, d

Pasal 5 Label meliputi: nama produk, identifikasi bahaya, tanda bahaya dan arti, uraian r
instruksi kebakaran, instruksi kebocoran dan tumpahan, instruksi pengisian dan penyimp

Pasal 6 Peletakan LDKB dan Label harus mudah diketahui oleh


pekerja

Pasal 7 Pengusaha/Pengurus wajib menyampaikan Daftar


Nama, Sifat & Kuantitas Bahan Kimia Berbahaya di tempat kerja
kepada Disnaker setempat

Pasal 9 Kriteria bahan kimia berbahaya: bahan beracun dan sangat beracun, cairan mud
reaktif, bahan oksidator

Pasal 14 Nilai Ambang Kuantitas (NAK) bahan kimia: bahan kimia kriteria beracun (10 to
(10 ton), bahan kimia oksidator ( 10 ton), bahan kimia cairan mudah terbakar (200 ton), b

Pasal 15 Perusahaan yang mempergunakan bahan kimia


berbahaya melebihi NAK seperti pada pasal 14 dikategorikan
sebagai perusahaan yang mempunyai potensi bahaya besar

Pasal 16a Perusahaan dengan potensi bahaya besar wajib


mempekerjakan minimal 2 orang petugas K3 Kimia (5 orang jika
kerja shift) dan 1 orang AK3 Kimia yang melakukan
pemeriksaan dan pengujian faktor kimia minimal 6 bulan sekali,
pemeriksaan dan pengujian instalansi minimal 2 tahun sekali,
pemeriksaan kesehatan minimal 1 tahun sekali

Pasal 16a Membuat dokumen pengendalian potensi bahaya


besar dan melaporkan setiap perubahan nama bahan kimia dan
kuantitas bahan kimia, proses dan modifikasi instansi yang
digunakan

Pasal 16b Pengujian faktor kimia dan instalasi dilakukan oleh


perusahaan jasa K3 atau instansi yang berwenang
Pasal 19 Dokumen pengendalian potensi bahaya besar
memuat: identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko;
kegiatan teknis, rancang bangun, konstruksi, pemilihan bahan
kimia, serta pengoperasian dan pemeliharaan instalasi; kegiatan
pembinaan tenaga kerja di tempat kerja; rencana dan prosedur
penanggulangan keadaan darurat; prosedur kerja aman

Pasal 22b Persyaratan petugas K3 Kimia: bekerja pada


perusahaan yang bersangkutan, tidak dalam masa percobaan,
hubungan kerja tidak didasarkan pada Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu, dan telah mengikuti kursus teknik K3 Kimia

Pasal 22 c dan d Kursus teknis Petugas K3 dilaksanakan oleh


perusahaan sendiri, perusahaan jasa K3, atau instansi yang
berwenang. Perusahaan sebelum melakukan kursus harus
melaporkan rencana pelaksanaan kursus teknis kepada
Disnaker

Pasal 23 Kewajiban AK3 Kimia: mengawasi pelaksanaan


peraturan K3 kimia, memberikan laporan kepada pejabat yang
ditunjuk mengenai hasil pelaksanaan tugas, menyusun program
kerja pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja,
melakukan identifikasi bahaya, mengusulkan pembuatan
prosedur kerja aman dan penanggulangan keadaan darurat
kepada pengusaha/pengurus

17 Kepmentan No 238 Tahun 2003


Tentang Pedoman Penggunaan
- Pupuk yang belum mencantumkan SNI (26 jenis pupuk
Pupuk An-Organik
bertanda SNI) dan atau belum terdaftar di Departemen
Pertanian (800 merk terdaftar), tidak dianjurkan untuk
digunakan karena pupuk tersebut belum diketahui kebenaran
mutu dan efektivitasnya

Keputusan Menteri Kesehatan a. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran


No 1405 Tahun 2002 Tentang
Persyaratan Kesehatan - Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan yang meliputi
Lingkungan Kerja Perkantoran & persyaratan fisik, kimia, mikrobiologi dan radioaktif
Industri
- Pemeriksaan minimal 2 x /tahun pada musim kemarau &
penghujan

- Suhu ruangan 18 -28 derajat celcius dan kelembaban 40 -


60%

- Tersedia tempat sampah yang cukup (limbah padat/sampah)


dan terpisah antara sampah kering dan basah

- Pencahayaan di ruangan, intensitas min 100 lux

- Tingkat kebisingan max 85 dBA

- Toilet terpisah antara pria/wanita


- Setiap bangunan dengan ketinggian > 10m atau lebih tinggi
dari bangunan sekitarnya, harus dilengkapi dengan penangkal
petir

b. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri

- Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan yang meliputi


persyaratan fisik, kimia, mikrobiologi dan radioaktif

- Pemeriksaan minimal 2 x /tahun pada musim kemarau &


penghujan

- Suhu udara ruangan 18 -28 derajat Celcius, Kelembapan 40 -


60 %

- Tersedia tempat sampah yang cukup (limbah padat/sampah)


dan terpisah antara sampah kering dan basah

- Kualitas limbah cair harus memenuhi syarat sesuai dengan


ketentuan peraturan perundangan yang berlaku

- Intensitas cahaya di ruang kerja minimal 100 lux

- Tingkat kebisingan max 85 dBA

- Toilet terpisah antara pria/wanita

- Setiap bangunan dengan ketinggian > 10m atau lebih tinggi


dari bangunan di sekitarnya, harus dilengkapi dengan
penangkal petir
60 Instruksi Menteri Tenaga Kerja I. Petunjuk Umum Syarat K3 yang berkaitan dengan kebakaran:
dan Transmigrasi No 11 Tahun
1997 tentang Pengawasan - Pencegahan dengan cara mengeliminir / mengendalikan
Khusus K3 Penanggulangan berbagai bentuk perwujudan energi yang digunakan
Kebakaran

- Mengurangi tingkat keparahan resiko kerugian / korban jiwa


dengan cara melokalisasi agar api, asap, gas tidak meluas

- Penyediaan alat / instansi proteksi kebakaran seperti sistem


deteksi/alarm kebakaran, APAR, hydran, springkler

- Tersedia sarana jalan untuk menyelamatkan diri yang aman,


lancar & memadai

- Terbentuknya organisasi tanggap darurat untuk


menanggulangi bila terjadi bahaya kebakaran

III. Pemasangan Sistem proteksi Kebakaran

- Pelaksanaan pemasangan instalasi proteksi kebakaran harus


sesuai dengan gambar yang telah disyahkan dan dilaksanakan
instalatir yang telah ditunjuk
- Pemeriksaan dan pengujian terhadap instalasi yang terpasang
oleh kontraktor, konsultan, pemilik, pengelola, dan Pegawai
Pengawas Ketenagakerjaan
Status
Lingkup (Realisasi) Rencana
Kondisi terkini PIC
Pelaksanaan Pemenuhan
Sudah Belum

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS

dan konstruksinya:

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS
etahun

Sustainability
dan HRS

Seluruh Unit
Kerja

an pemeriksaan jangka waktu 6 bulan, juga dilakukan pemeriksaan berikut:

Seluruh Unit Sustainability


Kerja dan HRS
terhadap ditaatinya peraturan ini

pemasangan
instalasi penyalur
Pemasangan instalasi
Seluruh Unit petir di sekitar Sustainability
penyalur petir di gedung
Kerja tangki dan HRS
kantor dan gudang
penyimpanan
bahan bakar

Seluruh Unit
HRS
Kerja

Seluruh Unit
Kerja

Seluruh Unit
Kerja

ukan kegiatan pemanfaatan limbah B3 wajib:

Seluruh Unit
Kerja
Seluruh Unit
Kerja

Seluruh Unit Sustainability


√ Terpasang di unit kerja
Kerja dan HRS

mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran dan latihan penanggulangan kebakaran di tempat kerja, melalui:

Sustainability
dan HRS
Tersedia unit
Penanggulangan
Kebakaran

Simulasi oleh
Personel
Pelatihan Personel Sustainability
Pemadam
Pemadam Kebakaran dan HRS
Kebakaran yang
terlatih

Buku rencana AK3 Sustainability


Kebakaran dan HRS
Buku rencana AK3 Sustainability
Kebakaran dan HRS

Seluruh Unit
Kerja

Unit Kerja
Tersedia LDKB dan label,
Seluruh Unit
√ petugas K3 Kimia di unit Sustainability
Kerja
kerja

an perusahaan, komposisi bahan, identifikasi bahaya, tindakan P3K, tindakan penanggulangan kebakaran, tindakan mengatasi
anan bahan, pengendalian pemajaman dan APD, sifat fisika dan kimia, stabilitas dan reaktifitas bahan, informasi toksikologi, informasi
informasi peraturan yang berlaku, dll

aya, tanda bahaya dan arti, uraian resiko dan penanggulangannya, tindakan pencegahan, instruksi dalam hal terkena atau terpapar,
an, instruksi pengisian dan penyimpanan, referensi, nama, alamat dan nomor telepon pabrik pembuat atau distributor

Seluruh Unit
Sustainability
Kerja

Seluruh Unit
√ Tersedia laporan Sustainability
Kerja

un dan sangat beracun, cairan mudah terbakar dan sangat mudah terbakar, gas mudah terbakar, bahan mudah meledak, bahan

bahan kimia kriteria beracun (10 ton), bahan kimia sangat beracun (5 ton), bahan kimia reaktif (50 ton), bahan kimia mudah meledak
a cairan mudah terbakar (200 ton), bahan kimia cairan sangat mudah terbakar (100 ton), bahan kimia gas mudah terbakar ( 50 ton)

Seluruh Unit
Sustainability
Kerja

Seluruh Unit Sustainability



Kerja dan HRS
Seluruh Unit Sustainability

Kerja dan HRS

Seluruh Unit
Kerja

Seluruh Unit
Kerja

Seluruh Unit
Kerja

Kebun Purchasing

oran

Seluruh Unit
Kerja
Seluruh Unit √
Kerja


HRS

Seluruh Unit
Kerja

Seluruh Unit limbah cair yang dibuang dilakukan


Kerja √ ke lingkungan di bawah pemantauan
baku mutu lingkungan

Sustainabiity

HRS

kebakaran:

Seluruh Unit tersedia alarm kebakaran, Sustainability



Kerja APAR, hydran dan dan HRS
springkler di unit kerja

Rambu "Jalur Evakuasi"

Organisasi tanggap darurat


di unit kerja
Keterangan / Referensi
empat kerja, melalui:

Sertifikat
bakaran, tindakan mengatasi
han, informasi toksikologi, informasi

i dalam hal terkena atau terpapar,


uat atau distributor

bahan mudah meledak, bahan

ton), bahan kimia mudah meledak


mia gas mudah terbakar ( 50 ton)
Laporan triwulan
(RKL/RPL)

Anda mungkin juga menyukai