Joni Prasetyo
Pusat Teknologi Sumberdaya Energi dan Industri Kimia, BPPT.
e-mail: joni.prasetyo@bppt.go.id
ABSTRAK
Pemanfaatan minyak jelantah sebagai bahan baku pembuatan biodiesel memberikan beberapa manfaat
seperti mengurangi pencemaran lingkungan di began air. Karena masyarakat sekarang ini cenderung membuang
minyak jelantah dengan kualitas yang sangat rendah. Selain itu, bahan baku minyak jelantah ini sudah bukan lagi
dikategorikan sebagai bahan pangan mengingat bentuknya yang hitam dan encer. Pembuatan biodiesel dengan
transesterifikasi suasana basa ini bisa dilakukan dengan biaya yang murah dengan mengggunakan NaOH teknis
yang banyak dijual dipasar dan ethanol teknis. Optimasi dilakukan dengan mempertimbangkan parameter jumlah
NaOH teknis 2N mulai dari 10, 25, 40, 55 dan 70 ml dan exces ethanol 0, 25, 50, 75 dan 100%. Proses
transesterifikasi dilakukan pada suhu 80°C selama tiga jam dalam pengadukan yang homogen. Kondisi optimum
didapatkan dengan menggunakan 10 ml NaOH 2M dan 0% exces ethanol sebesar 196.64 gr/200 gr minyak jelantah.
Kondisi ini juga mampu meminimalkan volume glycerol yang hanya berjumlah 79.79 ml. Secara keseluruhan FFA
biodiesel ini sudah dibawah 0.5% sesuai dengan yang diharapkan. Adapun kualitas biodiesel melalui pengamatan
masa jenis yang menunjukan 0.937 gr/ml masih harus dilakukan perlakukan lebih lanjut dari target yang diharapkan
0.900 gr/ml, yaitu dengan melakukan penguapan air dalam oven pada suhu lebih tinggi dan durasi yang lebih
panjang.
Kata kunci: biodiesel, minyak jelantah, transesterifikasi, Fatty Acid Ethyl Ester (FAEE)
ABSTRACT
Utilization of used cooking oil as a raw material for biodiesel production provides several benefits such as
environmental pollution problem in the watershed. Society culture nowadays tends to dispose of the very low quality
of used cooking oil to watershed. In addition, this raw materials is no longer categorized as a food ingredient
considering its appearance, black and watery shape. Making biodiesel by transesterification in this alkaline
condition can be done at low cost using technical NaOH sold and technical ethanol that are easily available in
market. The optimization was conducted at various parameters, 2N NaOH solution amount 10, 25, 40, 55 and 70 ml
and excess of ethanol level 0, 25, 50, 75 and 100%. The transesterification process was carried out at 80°C for
three hours with stirring. The optimum condition was obtained by using 10 ml of NaOH 2M and 0% excess ethanol
produced 196.64 gr / 200 g of used cooking oil. This condition was also able to minimize the volume of glycerol
which was only 79.79 ml. Overall, the FFA of biodiesel was less than 0.5% as expected. The quality of biodiesel was
examined through its density at 0.937 gr / ml but literally the density should be 0.900 g / ml. In other words, the
biodiesel was needed evaporated in the oven at higher temperatures and longer period.
Keywords: biodiesel, used cooking oil, transesterifikasi, Fatty Acid Ethyl Ester (FAEE)
mengimpor untuk memenuhi kebutuhan lingkungan yang terjadi. Emisi gas buang
dalam jumlah yang besar[1]. Dalam hasil pembakaran bahan bakar mengandung
terjadinya peningkatan kebutuhan energi
Tabel 1 Emisi Minyak Bensin dan Minyak
khususnya untuk bahan bakar mesin diesel
Solar
yang diperkirakan akibat meningkatnya
Emisi Bensin Diesel
jumlah industri, transportasi dan pusat
Hidrokarbon 15.8 2.6
pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD)
Karbon
diberbagai daerah di Indonesia sejak 24.4 5.4
Dioksida
pertengahan tahun 80-an. Hal tersebut
Nitrogen
dikarenakan stok minyak mentah yang 19.9 5.2
Oksida
berasal dari fosil terus berkurang seiring
Sulfur Oksida 3.2 3.2
dengan meningkatnya jumlah kebutuhan
Partikulat 2 1.9
konsumsi.
Timbal 0.4 0
Dari berbagai macam produk olahan
minyak bumi yang digunakan sebagai bahan Sumber: The World Bank
bakar, maka yang paling banyak
pemakaiannya adalah minyak solar. senyawa-senyawa yang membahayakan bagi
Kebutuhan solar dari tahun ke tahun semakin kesehatan.
meningkat, karena solar banyak digunakan Pada tabel 1 dapat dilihat emisi dari
sebagai bahan bakar berbagai jenis alat minyak bensin dan minyak solar dalam
transportasi yang menggunakan mesin diesel gram/liter.
(mobil dan kapal laut), bahan bakar berbagai Usaha untuk mengadakan diversifikasi
jenis peralatan berat dan pesawat pengangkat sumber energi sudah banyak dilakukan,
(excavator, crane, dll). Bahan bakar berbagai mulai dari penggunaan bahan bakar gas
jenis peralatan bengkel dan sebagai bahan sampai dengan pengembangan teknologi
bakar penggerak generator pembangkit mesin bertenaga matahari. Namun
tenaga listrik. pengaplikasian bahan bakar pada mesin
Selain sifatnya yang tidak dapat kendaraan membutuhkan modifikasi dan
terbaharukan penggunaan bahan bakar fosil penambahan infrastruktur, demikian juga
menyebabkan berbagai permasalahan dengan tenaga matahari. Agar dapat bersifat
lingkungan. Dewasa ini kepedulian terhadap aplikatif maka alternatif bahan bakar harus
lingkungan hidup yang semakin tinggi, dalam bentuk cair. Selain itu bahan bakar
dipicu oleh semakin memburuknya kondisi alternatif sebaiknya bersifat dapat
bumi yang kita tempati. Pemanasan global diperbaharui dan juga ramah lingkungan.
akibat efek rumah kaca mengancam Serangkaian penelitian telah dilakukan
kehidupan manusia karena dapat diprogram studi teknik mesin Universitas
menyebabkan naiknya permukaan airlaut dari Udayana terkait dengan upaya untuk
melelehnya es di kutub.polusi yang membuat bahan bakar pengganti minyak
membahayakan bagi lingkungan, terutama di solar. Tahun 1994 penelitian dimulai dengan
kota-kota besar yang penuh dengan polusi jalan mencampur minyak nabati ke dalam
asap kendaraan dan industri. Dan minyak solar, penelitian selanjutnya adalah
penggunaan BBM sebagai bahan bakar dengan jalan melakukan pemanasan pada
utama ikut memberi andil dalam kerusakan minyak nabati sebagai minyak solar, hingga
akhirnya pengolahan minyak nabati menjadi
biodiesel ini dibuat dengan menggunakan Bahan baku yang bisa dapat
minyak nabati dari jenis minyak kelapa sawit menghasilkan minyak biodiesel seperti,
yang dicampur dengan alkohol dan katalis. minyak nyamplung, kelapa sawit, kelapa,
Pengembangan biodiesel merupakan atau minyak nabati lainnya. Penggunaan
alternatif yang potensial untuk mengatasi minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil)
permasalahan keterbatasan sumber bahan terbesar adalah sebagai bahan baku minyak
bakar fosil, karena berasal dari bahan-bahan goreng. Minyak goreng merupakan salah satu
yang dapat diperbaharui. Selain itu kebutuhan bahan pokok penduduk Indonesia
penggunaan biodiesel dapat mengurangi dengan tingkat konsumsi yang mencapai
emisi pada hasil pembakaran, sehinggan lebih dari 2,5 juta ton pertahun, atau lebih
lebih bersifat ramah lingkungan. Indonesia dari 12 kg/orang/tahun. Minyak goreng yang
sangat potensial dalam pengembangan paling banyak di gunakan di Indonesia
biodiesel karena merupakan negara produsen adalah yang berbahan baku minyak kelapa
minyak kelapa sawit terbesar kedua di dunia, sawit (lebih dari 70%). Penggunaan minyak
sehingga suplai bahan baku dalam goreng kelapa sawit sebagai biodiesel secara
pembuatan biodiesel sudah tersedia. teknis lebih menguntungkan karena sudah
Biodiesel merupakan salah satu melalui berbagai proses penghilangan
potensial permasalahan energi yang dapat impuritis, kandungan asam lemak dan lemak
dimanfaatkan sebagai pengganti bahan bakar padat. Namun secara ekonomis penggunaan
solar/diesel. Minyak biodiesel merupakan minyak goreng kelapa sawit sebagai bahan
bahan bakar alternatif yang terbuat dari baku pembuatan biodiesel secara teknis tidak
sumber daya alam yang dapat diperbarui, menguntungkan. Hal ini disebabkan oleh
diantaranya adalah minyak tumbuhan dan kebijakan harga BBM di Indonesia relatif
hewan. Biodiesel ini dapat dijadikan sebagai rendah, sehingga jika dibandingkan dengan
bahan bakar pengganti solar, sebab harga minyak goreng kelapa sawit terdapat
komposisi fisika-kimia antara biodiesel dan perbedaan yang relatif besar [5].
solar tidak jauh berbeda. Pembakaran bahan Khususnya minyak kelapa sawit dan
bakar fosil menghasilkan salah satu polutan minyak kelapa pada saat ini banyak
yaitu sulfur dioksida (SO2) dan dimanfaatkan sebagai bahan pangan[6]. Oleh
mengakibatkan polusi udara meningkat. karena itu pemakaian minyak kelapa sawit
Selain sebagai energi yang terbarukan, dan minyak kelapa ini dihindari karena bisa
biodiesel memiliki beberapa keunggulan berakibat kompetisi dengan bahan pangan.
dibandingkan dengan bahan bakar yang Adapun pemanfaatan minyak nyamplung
ramah lingkungan karena menghasilkan masih mempunyai kendala ketersediaan
emisi yang jauh lebih baik (bebas sulfur, bahan bakunya. Kontinuitas minyak nabati
smoke number rendah) sesuia dengan isu-isu dari nyamplung pada saat ini masih sangat
global [2], asap buangan biodiesel tidak sulit walaupun minyak nyamplung ini cocok
hitam dan asap buangnya berkurang 75% untuk digunakan sebagai bahan baku
dibandingkan solar biasa. Sifat pembuatan biodiesel karena tidak akan
biodegradable juga baik, karena lebih dari mengakibatkan kompetisi dengan bahan
90% biodiesel dapat terurai dalam 21 hari pangan. Sebagai jalan yang bisa mendukung
[3,4]. kontinuitas produksi dan tidak berkompetisi
dengan bahan pangan, maka digunakan
minyak goreng bekas atau minyak jelantah Minyak jelantah. Minyak jelantah yang
[7] dengan kualitas yang paling redah. digunakan disini merupakan minyak goreng
Minyak jelantah merupakan salah satu bahan dengan kualitas sangat rendah yang berwarna
baku yang memiliki peluang untuk hitam dan encer. Minyak goreng semacam ini
pembuatan biodiesel [8-10]. Penggunaan didapatkan dari penjual dipinggir jalan
minyak goreng bekas atau minyak jelantah seperti ayam goreng atau lele goreng maupun
sebagai bahan baku biodiesel, karena secara penjual gorengan.
karakteristik masih ada kesamaan dengan
NaOH teknis. Katalis NaOH yang
minyak kelapa sawit: masih mengandung
digunakan bias didapatkan dari took bahan
trigliserida, di samping asam lemak bebas.
kimia yang umumnya ada dipasaran. NaOH
Secara ekonomi, minyak goreng bekas yang
teknis atau biasa disebut caustic soda ini
kualitas sangat rendah seperti bentuknya
banyak digunakan untuk pembuatan sabun,
yang sudah hitam, saat ini dapat diperoleh
mengandung beberapa logam sehingga bahan
secara gratis karena merupakan limbah yang
ini tidak bisa digunakan untuk pemrosesan
sudah tidak digunakan lagi. Data statistik
makanan. Pemakaian NaOH teknis ini juga
menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan
lebih didasarkan pada pertimbangan
peningkatan produksi minyak goreng. Selain
ekonomi, harganya murah.
ketersediaannya yang relatif berlimpah,
minyak jelantah merupakan limbah sehingga Ethanol. Pemilihan ethanol teknis sebagai
berpotensi mencemari lingkungan berupa reaktan lebih didasarkan kemudahan
naiknya kadar COD (Chemical Oxygen didapatkan di pasaran dibandingkan dengan
Demand) dan BOD (Biology Oxygen methanol yang saat ini lebih banyak
Demand) dalam perairan, selain itu digunakan sebagai reaktan pada pembuatan
jugamenimbulkan bau busuk akibat biodiesel di industry. Keuntungan lainnya
degradasi biologi. adalah ethanol lebih tidak mudah menguap
dibandingkan methanol. Titik didih ethanol
Pada penelitian ini, pengolahan minyak
adalah 78.37oC sedangkan methanol 64.7oC
jelantah mengubah molekul-molekul asam [12].
lemak tak jenuh dalam minyak nabati
menjadi asam lemak jenuh dengan Metode
menggunakan alkohol (methanol & etanol) Pembuatan biodiesel dari minyak goreng
dan katalis NaOH teknis pada proses bekas dilakukan dalam 3 tahap:
transesterifikasi [9,10]. Campuran dari
Tahap Persiapan. Minyak jelantah yang
minyak jelantah dengan NaOH teknis akan
didapatkan dari berbagai sumber dijadikan
membentuk gliserol yang mengendap
satu dalam satu wadah, diaduk hingga merata
dibagian bawah dan etil ester (biodiesel)
(homogen). Minyak jelantah ini disaring
mengapung dipermukaan. Berdasarkan
menggunakan saringan yang atasnya dilapisi
penelitian tersebut maka terbuka kesempatan
dengan tisu. Pada tahapan ini kotoran
untuk membuat biodiesel sebagai pengganti
padatan akan tersaring dan akan langsung
bahan bakar solar. Dengan menggunakan
diproses dalam kondisi basa,
minyak jelantah atau minyak goreng bekas.
transesterifikasi.
BAHAN DAN METODE Proses pembuatan biodiesel. Pembuatan
biodiesel ini dilakukan dalam suasana basa
Bahan
dengan menggunakan katalis cair yang akan untuk memisah kandungan air yang tersisa
bereaksi secara homogen dengan minyak dalam biodiesel. Pemurnian biodiesel dari
jelantah yang sudah disaring. Adapun katalis aquadest tersisa dilakukan melalui
NaOH cair disiapkan dalam konsentrasi 2M. pemanasan biodiesel dalam oven pada suhu
NaOH ini dicampur lebih dahulu dengan 70-80°C selama kurang lebih 12 jam.
ethanol dalam erlenmeyer berpengaduk.
Analisa
Jumlah ethanol dan NaOH dalam studi ini
merupakan parameter yang digunakan untuk Beberapa parameter yang dianalisa dalam
optimasi pembuatan biodiesel. Optimasi ini studi ini dilakukan untuk menghitung:
dilakukan dengan mengatur jumlah excess Kadar FFA. Sebanyak 5 gram biodiesel
pemakaian ethanol sebagai reaktan: 0, 25, 50, yang telah ditentukan massa jenisnya pada
75 dan 100% terhadap kebutuhan reaksi suhu ruang, dipipet menggunakan pipet
minyak jelantah teoritis. Optimasi kedua volume, dimasukkan kedalam erlenmeyer
pada studi ini dilakukan untuk 250 ml dan ditambahkan ethanol 95%
meminimalkan jumlah NaOH 2M yang sebanyak 50ml. Larutan ditambahkan 1 ml
digunakan, dimulai dari penggunaan 10, 25, (20 tetes) indikator fenolftalein (PP). Larutan
40, 55, dan 70 ml [13-15]. tersebut kemudian dititrasi dengan larutan
Proses esterifikasi dilakukan dengan standar NaOH hinggaberwarna merah muda
basis jumlah minyak jelantah 200 ml ke konstan (tidak berubah selama 15 detik)
dalam beaker glass. Minyak jelantah tersebut [16,17]. Jumlah NaOH yang digunakan untuk
dipanaskan menggunakan hot plate pada titrasi dicatat untuk menghitung bilangan
suhu 60°C yang disertai pengadukan dengan asam. Pengerjaan ini dilakukan sebanyak tiga
magnetic stirer. Selanjutnya volume katalis kali. Perhitungan:
NaOH sebanyak 50 ml dan ethanol sebanyak Kadar FFA =
100 ml kedalam campuran tersebut sedikit
demi sedikit sehingga campuran tersebut (1)
homogen. Setelah pengadukan tersebut, pra Dimana:
crude methyl ester diendapkan selama 1 hari V= Jumlah volume NaOH untuk titrasi (ml)
kemudian disaring lagi dengan tisu. Pada N= Normalitas
akhir proses esterifikasi ini akan terbentuk G= massa biodiesel (g)
gliserol yang larut dalam air sehingga bisa
Kuantitas konsentrasi gliserin (glycerol).
dipisahkan dari biodiesel dengan
Penentuan lipida atau lemak dalam suatu
menggunakan corong pemisah.
bahan dapat dilakukan dengan menganalisa
Proses pemurnian biodiesel. Pemurnian uji bilangan iodin. Bilangan iodine adalah
biodiesel diawali dengan proses pencucian gram iodine yang diserap oleh 100 gram
sisa NaOH yang masih terlarut dalam lemak, akan mengadisi ikatan asam lemak
biodiesel. Proses pencucian ini dilakukan tidak jenuh bebas maupun dalam bentuk
dengan menambahkan aquadest sebanyak ester. Bilangan iodine tergantung pada
100 ml. Menuangkan air pencuci (aquades) jumlah asam lemak tidak jenuh dalam lemak.
kedalam crude methyl ester yang akan dicuci, Lemak yang akan diperiksa dilarutkan dalam
dilakukan pengadukan dan didiamkan kloroform (CHCl3) kemudian ditambahkan
sehingga terjadi pemisahan antara methyl larutan iodine berlebihan ( 0,1-0,5 gram.) sisa
ester dan air. Pemurnian terakhir dilakukan
jumlah air yang digunakan untuk pelarut dengan jumlah air yang digunakan baik pada
NaOH dimana semakin besar jumlah NaOH larutan NaOH 2M maupun semakin besarnya
berarti semakin besar pula jumlah air yang excess ethanol yang digunakan. Oleh karena
ada. Besarnya jubiodiesel pada excess 0% itu, jumlah minimal glycerol ini didapatkan
menunjukan bahwa perhitungan teoritis pada penggunaan 10 ml NaOH 2M dan
kebutuhan ethanol sebagai reaktan sudah excess ethanol 0% yaitu 79.79 ml. Secara
cukup untuk mereaksikan menjadi biodiesel. umum, glycerol ini akan semakin besar
Dengan kata lain, penambahan jumlah volumenya dengan semakin besarnya volume
ethanol tidak akan menambah hasil biodiesel NaOH 2M yang digunakan dan semakin
yang merupakan produk target pada studi ini. besarnya excess ethanol yang digunakan
Adapun pemakaian NaOH 2 M sebanyak 70 dimana volume glycerol terbanyak
ml menunjukan bahwa hasil maksimal pada didapatkan pada 70 ml NaOH 2M dan 100%
excess ethanl 50%. Hal ini berkaitan dengan excess ethanol yaitu 303.35 ml, suatu
sabun yang terbentuk padat sehingga mudah perbedaan yang significant. Jadi pada studi
dipisahkan terhadap glycerol dan biodiesel. disarankan untuk meminimalkan jumlah
Ternyata hal ini efektif meningkatkan produk ethanol dan NaOH 2M. Dalam penentuan
biodiesel. SNI 7182:2015 gliserol bebas maksimal
0,24%-massa.
Gliserin
Gliserin (glycerol) merupakan produk Massa jenis atau densitas
samping. Karena pemanfaatan glycerol ini Pengukuran massa jenis ini diperlukan
memerlukan proses pemurnian yang mahal. untuk memprediksi kandungan air dalam
Maka pada studi ini diharapkan produk biodiesel. Densitas air mendekati 1 g/cm3
glycerol yang seminimal mungkin. Hasil adapun densitas biodiesel berkisar 0,860-
yang diperoleh pada studi ini sebagaimana 0,900 g/cm3. Oleh karena itu, diharapkan
ditunjukan pada gambar 3. Besarnya glycerol berat jenis biodiesel yang dihasilkan disini
dalam pembuatan FAEE ini sangat berkaitan
diharapkan mendekati masa jenis biodiesel teoritis. Gambar 4 menunjukan bahwa masa
jenis biodiesel yang paling mendekati masa biodiesel. Densitas air mendekati 1 g/cm3
jenis biodiesel teoritis adalah pada adapun densitas biodiesel berkisar 0,860-
penggunakan 70 ml NaOH 2M dan 100% 0,900 g/cm3. Oleh karena itu, diharapkan
excess ethanol yang berkisar antara 0.937 berat jenis biodiesel yang dihasilkan disini
sampai 0,95 gr/ml. Hasil ini menunjukan diharapkan mendekati masa jenis biodiesel
kemungkinan masih adanya kandungan air teoritis. Gambar 4 menunjukan bahwa masa
pada biodieseltersebut. jenis biodiesel yang paling mendekati masa
jenis biodiesel teoritis adalah pada
Massa jenis atau densitas penggunakan 70 ml NaOH 2M dan 100%
Pengukuran massa jenis ini diperlukan excess ethanol yang berkisar antara 0.937
untuk memprediksi kandungan air dalam sampai 0,95 gr/ml. Hasil ini menunjukan