BAB IV
SEJARAH PERTUMBUHAN, PEMBINAAN DAN
PENGEMBANGAN HUKUM ISLAM
Fase ini berlangsung selama waktu kenabian, yang lamanya lebih kurang 23
tahun. Secara ijmali pada waktu itu telah diturunkan hukum-hukum dalam bidang ibadat,
perdata, keluarga, pidana, acara, perang, tata negara dan lain-lain. Sehingga dasar-dasar
Ilmu Fiqh, malah hukum syari’at seluruhnya telah sempurna. Sesuai dengan pernyataan
yang disampaikan Allah SWT sendiri melalui firman-Nya, yang artinya : Pada hari ini
telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu,
dan talah Kuridai Islam itu jadi agama bagimu...
Sumber Fiqh pada periode fase ini adalah Al-Qur’an dan As- Sunnah (termasuk
ijtihad Nabi) saja. Apabila mereka berijtihad mengenai suatu hukum, maka hasil ijtihad-
Nya itu dikembalikan kepada Nabi dan diminta pengesahan dari beliau. Tegasnya yang
berkuasa menetapkan hukum pada fase ini adalah Nabi sendiri, dengan mendapat
bimbingan dari Allah, baik melalui wahyu lafzi (Al-Qur’an) ataupun maknawi (Hadist
Qudsi).
Fase ini berlangsung selama masa Khulafaurrasyidin. Pada fase ini, daerah Islam
telah semakin bertambah luas, sehingga meliputi Mesir, Syiria, Irak, Iran, dan lain-lain.
Dengan demikian fiqh telah memiliki dua sumber utama, yaitu Al-Qur’an dan As-
Sunnah, dan satu sumber pelengkap, yauti ijtihad. Masa ini merupakan masa kedua dalam
perkembangan tasyri’ islami, mulai wafatnya Rasulullah sampai wafatnya ali RA (11 H -
40 H/632 M – 661 M) yaitu mulai Khalifah Abu Bakar, Umar, Usman, dan ‘Ali.
Umar Ibn Khattab menjadi khalifah tahun 13 H/634 M. Dalam masanya daerah
Islam berkembang dan meluas, antara lain : Mesir, Irak, Azerbijan, Parsi, Syria. Umar
telah mengusir orang Yahudi dari Jazirah Arab da yang pertama kali menyusun
administrasi pemerintah, menetapkan pajak kharaj atas tanah subur yang dimiliki orang
non muslim. Umar dikenal sebagai imamul mujtahidin. Beliau berijtihad antara lain tidak
menghukum pencuri dengan potong tangan karena tidak ada illat untuk memotongnya
dan tidak memberikan zakat kepada al-muallafatu quluubuhum, karena tiada ‘illat untuk
memberikannya.
Pada zamannya telah diperintahkan kepada Zaid Ibn Sabit dan Abdullah Ibn
Zubair. Sa’id Ibn al-Ash dan Abdurrahman bin Haris untuk mengumpulkan Al-Qur’an
dengan qirah (dialek) yang satu dengan mushaf satu macam pula pada tahun 30 H/ 650
M.
Ali adalah sepupu dan menantu Nabi SAW. Ali terkenal dengan kemahirannya
sebagai qadi, sejak zaman Nabi. Dengan wafatnya Ali, berakhirlah masa
Khulafaurrasyidin dalam perkembangan tasyri’ Islami. Pada masa ini sumber tasyri’
Islami adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Keduanya disebut nash atau naql.
Adapun ‘uruf (adat) tidaklah terhitung dalil syar’i yang berdiri sendiri melainkan
harus disandarkan pada ijma’ atau qiyas apabila tidak termasuk pada nash sarihatau
sunnah taqririyah. Pada masa ini telah terjadi perbedaan pendapat antara fuqaha’ dari
segi menafsirkan ayat Al-Qur’an atau dalam hal penerimaan sesuatu Hadist dan juga
dalam hal memakaidan menerapkan qiyas.
3. Fase Pengembangan
6. Masa Kemerosotan
Pada masa ini, ilmu fiqih berhenti dikit demi sedikit. Khalifah-khalifah hanya
menjadi pendukung mazhab yang ada. Pada permulaan abad keempat H, fuqaha sunni
menetapkan pintu ijtihad tertutup, sehingga dengan ditutupnya pintu ijtihad
berkembanglah bid’ah dan khurafat kejumudan berpikir dan berhentinya penelitian ilmu,
yang berkembang hanya taklid saja.
7. Masa Kebangkitan