Anda di halaman 1dari 5

TUGAS RESUME

BAB IV
SEJARAH PERTUMBUHAN, PEMBINAAN DAN
PENGEMBANGAN HUKUM ISLAM

NAMA: ARYS PRATAMA SYAHPUTRA


NIM:30301800072
KELAS:HUKUM ISLAM (u) II
BAB IV

SEJARAH PERTUMBUHAN, PEMBINAAN DAN

PENGEMBANGAN HUKUM ISLAM

A. SYARI’AT ISLAM DI ZAMAN RASULULLAH DAN SAHABAT

Dengan diturunkannya wahyu kepada Muhammad (Rasulullah SAW) mulailah


tarih tasyri’ Islami. Sumber tasyri’ Islami adalah wahyu (Kitabullah dan Sunnah Rasul).
Ayat-ayat mengenai tasyri’ kebanyakan ayat madaniyah, setelah Rasul hijrah ke
Madinah. Ayat-ayat ahkam berkisar sekitar 200-300 ayat dibanding 6348 ayat Al-Qur’an.
Selain AL-Qur’an dan Sunnah Rasul, Nabi sendiri memberi contoh berijtihad
apabila tiada nash Al-Qur’an sedangkan persoalan harus segera diselesaikan, yaitu ketika
menyelesaikan masalah tawanan perang Badar, walaupun ijtihad Rasul itu dibetulkan
oleh ayat Al-Qur’an.

1. Fase pertumbuhan (di masa Rasulullah)

Fase ini berlangsung selama waktu kenabian, yang lamanya lebih kurang 23
tahun. Secara ijmali pada waktu itu telah diturunkan hukum-hukum dalam bidang ibadat,
perdata, keluarga, pidana, acara, perang, tata negara dan lain-lain. Sehingga dasar-dasar
Ilmu Fiqh, malah hukum syari’at seluruhnya telah sempurna. Sesuai dengan pernyataan
yang disampaikan Allah SWT sendiri melalui firman-Nya, yang artinya : Pada hari ini
telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu,
dan talah Kuridai Islam itu jadi agama bagimu...
Sumber Fiqh pada periode fase ini adalah Al-Qur’an dan As- Sunnah (termasuk
ijtihad Nabi) saja. Apabila mereka berijtihad mengenai suatu hukum, maka hasil ijtihad-
Nya itu dikembalikan kepada Nabi dan diminta pengesahan dari beliau. Tegasnya yang
berkuasa menetapkan hukum pada fase ini adalah Nabi sendiri, dengan mendapat
bimbingan dari Allah, baik melalui wahyu lafzi (Al-Qur’an) ataupun maknawi (Hadist
Qudsi).

2. Fase Pembinaan (di masa Al Khulafaurrasyidin)

Fase ini berlangsung selama masa Khulafaurrasyidin. Pada fase ini, daerah Islam
telah semakin bertambah luas, sehingga meliputi Mesir, Syiria, Irak, Iran, dan lain-lain.
Dengan demikian fiqh telah memiliki dua sumber utama, yaitu Al-Qur’an dan As-
Sunnah, dan satu sumber pelengkap, yauti ijtihad. Masa ini merupakan masa kedua dalam
perkembangan tasyri’ islami, mulai wafatnya Rasulullah sampai wafatnya ali RA (11 H -
40 H/632 M – 661 M) yaitu mulai Khalifah Abu Bakar, Umar, Usman, dan ‘Ali.

a) Abu Bakar Ash-Siddiq

Pada masanya disebut masa penetapan tiang-tiang (da’aim). Di zamannya


diperangi orang-orang yang murtad, mutanabbi dan pembangkang penyerahan zakat. Di
masanya pula dikumpulkannya Al-Qur’an pada satu mushhaf.

b) Umar Ibn Khattab

Umar Ibn Khattab menjadi khalifah tahun 13 H/634 M. Dalam masanya daerah
Islam berkembang dan meluas, antara lain : Mesir, Irak, Azerbijan, Parsi, Syria. Umar
telah mengusir orang Yahudi dari Jazirah Arab da yang pertama kali menyusun
administrasi pemerintah, menetapkan pajak kharaj atas tanah subur yang dimiliki orang
non muslim. Umar dikenal sebagai imamul mujtahidin. Beliau berijtihad antara lain tidak
menghukum pencuri dengan potong tangan karena tidak ada illat untuk memotongnya
dan tidak memberikan zakat kepada al-muallafatu quluubuhum, karena tiada ‘illat untuk
memberikannya.

c) Utsman Ibn ‘Affan

Pada zamannya telah diperintahkan kepada Zaid Ibn Sabit dan Abdullah Ibn
Zubair. Sa’id Ibn al-Ash dan Abdurrahman bin Haris untuk mengumpulkan Al-Qur’an
dengan qirah (dialek) yang satu dengan mushaf satu macam pula pada tahun 30 H/ 650
M.

d) Ali Ibn Abi Talib

Ali adalah sepupu dan menantu Nabi SAW. Ali terkenal dengan kemahirannya
sebagai qadi, sejak zaman Nabi. Dengan wafatnya Ali, berakhirlah masa
Khulafaurrasyidin dalam perkembangan tasyri’ Islami. Pada masa ini sumber tasyri’
Islami adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Keduanya disebut nash atau naql.
Adapun ‘uruf (adat) tidaklah terhitung dalil syar’i yang berdiri sendiri melainkan
harus disandarkan pada ijma’ atau qiyas apabila tidak termasuk pada nash sarihatau
sunnah taqririyah. Pada masa ini telah terjadi perbedaan pendapat antara fuqaha’ dari
segi menafsirkan ayat Al-Qur’an atau dalam hal penerimaan sesuatu Hadist dan juga
dalam hal memakaidan menerapkan qiyas.
3. Fase Pengembangan

Fase ini berlangsung selama masa pemerintahan Bani Umayyahdan Abbasiyah.


Pada fase ini Ilmu Fiqih telah mencapai kemajuan yang amat pesat. Para ulama giat
melakukan ijtihad terhadap berbagai persoalan. Selain berijtihad pada ulama juga cukup
giat melakukan pembukaan Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih.
Dengan perkembangan ini, fiqih telah memenuhi syarat untuk menjadi satu
disiplin ilmu. Kemudian para fuqaha terus menerus mengembangkannya sehingga ilmu
hokum muzhab dibagi menjadi 8, yaitu: Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’I, Hanbali, Syi’ah
Zaidiyah, Syi’ah Imamiyah, Ibadi dan Zahiri.

4. Masa Khalifah Amawiyah

Periode ini mulai tahun 41 H (66 M) sampai jatuhnya Amawiyah di Damsyik


tahun 132 H (750 M). Masa ini adalah masa pembentukan fiqih Islami yaitu ilmu furu’
syari’ah dan hokum-hukumnya diambil dari dalil-dalilnya yang stabil. Pada masa ini
telah mulai usaha penafsiran Al-Qur’an dan pengumpulan al-Hadist, mempelajari dan
mendalaminya menjaga kepalsuannya dari prngaruh politik atau pengaruh golongan atau
sebab-sebab yang lain.

5. Masa Keemasan Abbasiyah

Masa ini terkenal dengan perkembangan kebudayaan, perluasan ilmu perdagangan


dan semua cabang ekonomi, dan kemajuan bidang berbagai ilmu pengetahuan dari
Bahasa-bahasa ajam ke dalam Bahasa Arab, terutama dari Bahasa Paris, dan Bahasa
Yunani ke Bahasa Arab.
Ilmu fiqih berkembang pesat, dan munculnya tafsir-tafsir Al-Qur’an dan
kumpulan-kumpulan Hadits. Di sampig itu muncul aliranyang pertengahan antara dua
aliran tersebut yang terpenting ialah aliran Imam Asy-Syafi’i. Dari segi sumber tasryri’
selain nash (Al-Qur’an dan Sunnah) telah bertambah dengan dalil ‘aqli, yaitu Al-Ijma’
dan Al-Qiyas, dan dalil-dalil lain seperti Al-Istihsan dari Abu Hanifah dan Al-
Maslahatulmursalah.

6. Masa Kemerosotan

Pada masa ini, ilmu fiqih berhenti dikit demi sedikit. Khalifah-khalifah hanya
menjadi pendukung mazhab yang ada. Pada permulaan abad keempat H, fuqaha sunni
menetapkan pintu ijtihad tertutup, sehingga dengan ditutupnya pintu ijtihad
berkembanglah bid’ah dan khurafat kejumudan berpikir dan berhentinya penelitian ilmu,
yang berkembang hanya taklid saja.
7. Masa Kebangkitan

Di antara fuqaha yang diidentikkan bermazhab kepada mazhab Hambali,


muncullah Ahmad ibnu Taimiyah dan muridnya Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Mereka
memerangai khurafat dan bid’ah, dan menhancurkan memahami syari’at dengan
memakai pikiran, penalaran dan akal yang sehat. Mereka kembali lagi kepada mazhab
salafus-salih yang berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah rasul

Anda mungkin juga menyukai