Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMIELITIS

Pengertian

Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan
darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di
sekeliling jaringan tulang mati). Osteomeilitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :

a. Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan
oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes RI,
1995).
b. Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
c. Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh
staphylococcus (Henderson, 1997)
d. Osteomyelitis adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan
oleh staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus influenzae, infeksi yang
hampir selalu disebabkan oleh staphylococcus aureus. Tetapi juga Haemophylus
influenzae, streplococcus dan organisme lain dapat juga menyebabkannya osteomyelitis
adalah infeksi lain.

Etiologi

Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh,
gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas atas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma
dimana terdapat resistensi rendah kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).

Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (mis. Ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler)
atau kontaminasi langsung tulang (mis, fraktur ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang (mis. Fraktur terbuka, cedera traumatik
seperti luka tembak, pembedahan tulang.

Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan atau penderita diabetes.
Selain itu, pasien yang menderita artritis reumatoid, telah di rawat lama dirumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang,
menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan
ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nekrosis insisi marginal atau dehisensi luka, atau memerlukan
evakuasi hematoma pascaoperasi.

Klasifikasi

Menurut kejadiannya osteomyelitis ada 2 yaitu :

1. Osteomyelitis Primer : uman-kuman mencapai tulang secara langsung melalui luka.


2. Osteomyelitis Sekunder : Adalah kuman-kuman mencapai tulang melalui aliran darah
dari suatu focus primer ditempat lain (misalnya infeksi saluran nafas, genitourinaria
furunkel).

Sedangkan osteomyelitis menurut perlangsungannya dibedakan atas :

1. Steomyelitis akut

o
o Nyeri daerah lesi
o Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional
o Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
o Pembengkakan lokal
o Kemerahan
o Suhu raba hangat
o Gangguan fungsi
o Lab = anemia, leukositosis
o

2. Osteomyelitis kronis

o Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri


o Gejala-gejala umum tidak ada
o Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur
o Lab = LED meningkat

Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling sering :

o Staphylococcus (orang dewasa)


o Streplococcus (anak-anak)
o Pneumococcus dan Gonococcus
Patofisiologi

Staphylococcus aurens merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya sering dujumpai pada
osteomielitis meliputi Proteus, Pseudomonas dan Ecerichia coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten penisilin, nosokomial,
gram negatif dan anaerobik.

Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan stadium I) dan sering
berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superfisial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan
setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah
pembedahan.

Respons inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan Vaskularisas dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis
pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan dan
dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya, kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk
abses tulang.

Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan; namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah.
Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan
tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang
terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi
proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien.
Dinamakan osteomielitis tipe kronik.

Manifestasi Klinis

Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil,
demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum). Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi gejala lokal secara lengkap. Setelah
infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi
menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan
gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.

Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia.
Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.

Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri,
inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat menjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.

Pemeriksaan Diagnostik

Pada osteomielitis akut, pemeriksaan sinar – x awal hanya menunjukkan pembengkakan jaringan lunak. Pada sekitar 2 minggu terdapat
daerah dekalsifikasi ireguler, nekrosis tulang baru. Pemindaian tulang dan MRI dapat membantu diagnosis definitif awal. Pemeriksaan
darah memperlihatkan peningkatan leukosit dan peningkatan laju endap darah. Kultur darah dan kultur abses diperlukan untuk
menentukan jenis antibiotika yang sesuai.

Pada osteomielitis kronik, besar, kavitas iregular, peningkatan periosteum, sequestra atau pembentukan tulang padat terlihat pada sinar –
x. pemindaian tulang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi area infeksi. Laju sedimentasi dan jumlah sel darah putih biasanya normal.
Anemia, dikaitkan dengan infeksi kronik. Abses ini dibiakkan untuk menentukan organisme infektif dan terapi antibiotik yang tepat.

Penatalaksanaan Medis

Daerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan
rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran daerah.

Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi, Kultur darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk
mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu patogen.

Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi
staphylococcus yang peka terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengentrol infeksi sebelum aliran darah
ke daerah tersebut menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu sangat penting untuk
mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang
diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan
dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.

Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen
dan nekrotik diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Tetapi antibitika dianjurkan.

Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan
involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk
memajankan rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati
diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.

Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau
dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol hematoma dan mebuang debris. Dapat
diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian irigasi ini.

Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar,
rongga dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun
dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah; perbaikan asupan darah kemudian akan
memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan
penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna
atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.

Konsep Asuhan Keperawatan Pada Osteomielitis

Pengkajian Keperawatan

1. Pasien yang datang dengan awitan gejala akut (mis. Nyeri lokal, pembengkakan, eritema,
demam) atau kambuhan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan
demam sedang.
2. kaji adanya faktor risiko (mis. Lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka panjang) dan
cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.
3. Pasien selalu menghindar dari tekanan didaerah tersebut dan melakukan gerakan
perlindungan.
4. Pada osteomielitis akut, pasien akan mengalami kelemahan umum akibat reaksi sistemik
infeksi.
5. Pemeriksaan fisik memperlihatkan adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, hangat
yang nyeri tekan. Cairan purulen dapat terlihat. Pasien akan mengalami kelemahan umum
akibat reaksi sistemik infeksi.
6. Pasien akan mengalami peningkatan suhu tubuh.
7. Pada osteomielitis kronik, peningkatan suhu mungkin minimal, yang terjadi pada sore
dan malam hari.

Diagnosis Keperawatan

Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan pasien dengan osteomielitis dapat meliputi yang berikut :

1. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan


2. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan
keterbatasan beban berat badan
3. Risiko terhadap penyebaran infeksi, pembentukan abses tulang
4. Kurang pengetahuan mengenai program pengobatan

Intervensi dan Implementasi Keperawatan

Sasaran pasien meliputi :

1. Peredaan nyeri,
2. Perbaikan mobilitas fisik dalam batas-batas terapeutik,
3. Kontrol dan eradikasi infeksi dan
4. Pemahaman mengenai program pengobatan.

Intervensi Keperawatan :

1. Peredaan nyeri
1. imobilisasikan bagian yang terkena dengan bidai untuk mengurangi nyeri dan
spasme otot.
2. Sendi diatas dan dibawah bagian yang terkena harus dibuat sedemikian sehingga
masih dapat digerakkan sesuai rentangnya namun dengan lembut. Lukanya sendiri
kadang terasa sangat nyeri dan harus ditangani dengan hati-hati dan perlahan.
3. Tinggikan bagian yang terkena untuk mengurangi pembengkakan dan
ketidaknyamanan yang ditimbulkannya.
4. Pantau Status neurovaskuler ekstremitas yang terkena.
5. Lakukan Teknik manajemen nyeri seperti massage, distraksi, relaksasi, hipnotik
untuk mengurangi persepsi nyeri dan kolaborasi dengan medis untuk pemberian
analgetik.

1. Perbaikan Mobilitas Fisik.


1. Program pengobatan dengan membatasi aktivitas.
2. Liindungi tulang dengan alat imobilisasi dan hindarkan stres pada tulang
karena Tulang menjadi lemah akibat proses infeksi.
3. Berikan pemahaman tentang rasional pembatasan aktivitas.
4. Partisipasi aktif dalam kehidupan sehari-hari dalam batas fisik tetap dianjurkan
untuk mempertahankan rasa sehat secara umum.

1. Mengontrol Proses Infeksi.


1. Pantau respons pasien terhadap terapi antibiotika.
2. Observasi tempat pemasangan infus tentang adanya i flebitis atau infiltrasi.
3. Bila diperlukan pembedahan, harus dilakukan upaya untuk meyakinkan adanya
peredaran darah Yang mewadai (pengisapan luka untak mencegah penumpukan
cairan, peninggian daerah untuk memperbaiki aliran balik vena, menghindari
tekanan pada daerah Yang di-graft) untuk mempertahankan imobilitas Yang
dibutuhkan, dan untuk memenuhi pembatasan beban berat badan.
4. Pantau kesehatann urnum dan nutrisi pasien.
5. Berikan diet protein seirnbang, vitamin C dan vitamin D dipilih untak
meyakinkan adanya keseimbangan nitrogen dan merangsang penyembuhan.

Evaluasi Keperawatan

Hasil yang diharapkan :

1. Mengalami peredaan nyeri


1. Melaporkan berkurangnya nyeri
2. Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya Infeksi
3. Tidak mengalarni ketidaknyamanan bila bergerak

1. Peningkatan mobilitas fisik


1. Berpartisipasi-dalam aktivitas perawatan~diri
2. Mempertahankan fungsi penuh ekstremitas Yang sehat
3. Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman

a. Tiadanya infeksi
a. Memakai antibiotika sesuai resep
b. Suhu badan normal
c. Tiadanya pembengkakan
d. Tiadanya pus
e. Angka leukosit dan laju endap darah kembali normal
f. Biakan darah negatif
b. Mematuhi rencana terapeutik

Memakai antibiotika sesuai resep

Melindungi tulang yang lemah

Memperlihatkan perawatan luka yang benar

Melaporkan bila ada masalah segera

Makan diet seimbang dengan tinggi protein dan vitamin C dan D


Mematuhi perjanjian untuk tindak lanjut

Melaporkan peningkatan kekuatan

Tidak melaporkan peningkatan suhu badan atau kambuhan nyeri, pembengkakan, atau gejala lain di tempat terrsebut.

http://hamdan-hariawan-fkp13.web.unair.ac.id/artikel_detail-84377-Askep-

Asuhan%20Keperawatan%20Osteomielitis.html
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi dan Fisiologi Muskuloskeletal

Sistem Muskuloskeletal meliputi tulang, persendian, otot, tendon dan bursa. Masalah yang
berhubungan dengan stuktur ini sangat sering terjadi dan mengenai semua kelompok usia. Masalah
sistem muskuloskeletal biasanya tidak mengancam jiwa, namun mempunyai dampak yang bermakna
terhadap aktivitas dan produktivitas penderita.

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengukur pergerakan. Tulang
manusia saling berhubungan satu dengan yang lain dalam berbagai bentuk untuk memperoleh sistem
muskuloskeletal yang yang optimum.

Anatomi :

Ada sekitar 206 tulang dalam tubuh manusia, yang terbagi dalam 4 kategori :

1. Tulang Panjang

2. Tulang Pendek

3. Tulang Pipih

4. Tulang Tak Teratur

Bentuk dan konstruksi tulang tertentu ditentukan oleh fungsi dan daya yang bekerja padanya.

Tulang tersusun oleh jaringan tulang kanselus (Trabekular atau Spongius) atau koltikal (kompak).
Tulang panjang berbentuk seperti tangkai atau batang panjang dengan ujung yang membulat, misalnya
femur. Batang atau diafisis terutama tersusun atas tulang kortikal. Ujung tulang panjang dinamakan
epifisis dan terutama tersusun oleh tulang kanselus. Tulang panjang disusun untuk menyangga berat
badan dan gerakan. Tulang pendek terdiri dari tulang kanselus ditutupi selapis tulang kompak. Tulang
pipih merupakan tempat penting untuk hematopoiesis dan sering memberikan perlindungan bagi organ
vital. Tulang pipih tersusun dari tulang konselus diantara kedua tulang kompak. Tulang tak teratur
mempunyai bentuk yang unik sesuai dengan fungsinya.

Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral.Sel-selnya terdiri atas tiga jenis dasar
osteoblast, osteosit, dan osteoklast.Osteoblast berfungsi dalam pembentukan tulang dengan
mensekresikan matriks tulang.Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2% substansi dasar
{glukosaminoglikosan (asam polosakarida) dan proteoglikan}.Matriks merupakan kerangka dimana
garam-garam mineral anorganik ditimbun.Osteosit adalah sel dewasa yang berfungsi dalam
pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang).Osteoklast adalah sel
multinuklear (berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran, resorbsi dan remodelling tulang.
Tulang diselimuti dibagian luar oleh membran fibrus padat dinamakan periosteum. Periosteum
memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkan tumbuh, selain sebagai tempat pelekatan tendon dan
ligamen.

Sum – sum tulang merupakan jaringan vaskular dalam rongga sum – sum (batang) tulang panjang
dan tulang pipih.Jaringan tulang mempunyai vaskularisasi yang sangat baik.Tulang kanselus menerima
asupan darah yang sangat banyak melalui pembuluh darah metafisis dan epifisis.Pembuluh periosteum
mengangkut darah ke tulang kompak melalui kanal volkman yang sangat kecil.Selain itu ada arteri
nutrien yang menembus periosteum dan memasuki rongga medular melalui foramina (lubang-lubang
kecil).Arteri nutrien memasok darah ke sumsum dan tulang.Sistem vena ada yang mengikuti arteri dan
ada yang keluar sendiri.

Tulang mulai terbentuk lama sebelum kelahiran.Osifikasi adalah proses dimana matriks tulang (disini
serabut kolagen dan substansi dasar) terbentuk dan pergeseran mineral (disini garam kalsium) ditimbun
diserabut kolagen dalam suatu lingkungan elektro negatif. Serabut kolagen memberi kekuatan terhadap
tekanan kepada tulang.

2.2 Tinjauan Teoritis Penyakit

2.1.1 Defenisi

Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari darah
(osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi
(osteomielitis eksogen).

Osteomielitis adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan oleh bakteri, tetapi kadang-kadang
disebabkan oleh jamur.

Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :

a. Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh
staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).

b. Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).

c. Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh staphylococcus
(Henderson, 1997)

d. Osteomyelitis adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh
staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus influenzae, infeksi yang hampir selalu
disebabkan oleh staphylococcus aureus.

e. Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus
atau proses spesifik (Mansjoer, 2000).

f. Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari darah
(osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi
(osteomielitis eksogen) (Corwin, 2001).
2.1.2 Etiologi

Adapun penyebab – penyebab osteomielitis ini adalah:

1. Bakteri

Menurut Joyce & Hawks (2005), penyebab osteomyelitis adalahStaphylococcus aureus (70 %-80 %),
selain itu juga bisa disebabkan olehEscherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella, Salmonella, dan Proteus.

2. Virus

3. Jamur

4. Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C, 2002).

Osteomyelitis juga bisa terjadi melalui 3 cara yaitu:

1. Aliran darah

Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di tempat lain
(misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi). Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari
bagian tubuh yang lain ke tulang.

Pada anak-anak, infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan. Sedangkan pada orang
dewasa biasanya terjadi pada tulang belakang dan panggul. Osteomyelitis akibat penyebaran
hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma.

2. Penyebaran langsung

Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka
tembak, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.

3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya

Osteomyelitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunakInfeksi pada jaringan lunak
di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa
timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di
kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah(misalnya ulkus dekubitus yang terinfeksi).

2.1.3 Manifestasi Klinis

Gambaran klinis osteomielitis tergantung dari stadium patogenesis dari penyakit, dapat berkembang
secara progresif atau cepat.
a. Fase akut

Fase sejak infeksi sampai 10-15 hari. Panas makin tinggi, terasa nyeri tulang dekat sendi, terkadang tidak
dapat menggerakan anggota tubuh.

b. Fase kronik

Rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena merah dan bengkak dengan pus yang selalu mengalir
keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, dan pengeluaran pus. Infeksi derajat
rendah dapat terjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.

Berikut juga ada beberapa tanda dan gejala dari osteomielitis berdasarkan cara penyebarannya :

1. Infeksi dibawa oleh darah

 Biasanya awitannya mendadak.

 Sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat
dan malaise umum).

2. Infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang

 Bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan.

3. Infeksi terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi langsung

 Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.

4. Osteomyelitis kronik

 Ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri,
inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus.

2.1.4 Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik

a. Evaluasi Diagnostik

Pada Osteomielitis akut ; pemeriksaan sinar-x hanya menunjukan pembengkakan jaringan lunak. Pada
sekitar 2 minggu terdapat daerah dekalsifikasi ireguler, nefrosis tulang, pengangkatan periosteum dan
pembentukan tulang baru. Pemindaian tulang dan MRI dapat membantu diagnosis definitive awal.
Pemeriksaan darah memperhatikan peningkatan leukosit dan peningkatan laju endap darah. Kulur darah
dan kultur abses diperlukan untuk menentukan jenis antibiotika yang sesuai.

Pada Osteomielitis kronik, besar, kavitas ireguler, peningkatan periosteum, sequestra atau
pembentukan tulang padat terlihat pada sinar-x. Pemindaian tulang dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi area terinfeksi. Laju sedimentasi dan jumlah sel darah putih biasanya normal. Anemia,
dikaitkan dengan infeksi kronik. Abses ini dibiakkan untuk menentukan organisme infektif dan terapi
antibiotic yang tepat.

b. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan darah

Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endapan darah.

2. Pemeriksaan titer antibodi – anti staphylococcus

Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas.

3. Pemeriksaan feses

Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri Salmonella.

4. Pemeriksaan Biopsi tulang.

5. Pemeriksaan ultra sound

Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.

6. Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik, setelah dua
minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus.

c. Pemeriksaan tambahan

1. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama

2. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka kemungkinan besar
adalah osteomielitis.

2.1.5 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

1. Terapi

Osteomielitis hematogen akut paling bagus di obati dengan evaluasi tepat terhadap mikroorganisme penyebab
dan kelemahan mikroorganisme tersebut dan 4-6 minggu terapi antibiotic yang tepat. Jika terapi antibiotic gagal,
debridement dan pengobatan 4-6 minggu dengan antibiotic parenteral sangat diperlukan. Setelah kultur
mikroorganisme dilakukan, regimen antibiotic parenteral (nafcillin[unipen] + cefotaxime lain [claforan] atau
ceftriaxone [rocephin]) diawali untuk menutupi gejala klinis organism tersangka. Jika hasil kultur telah diketahui,
regimen antibiotic ditinjau kembali.
Osteomielitis kronis pada orang dewasa lebih sulit disembuhkan dan umumnya diobati dengan antibiotic dan
tindakan debridement. Terapi antibiotik oral tidak dianjurkan untuk digunakan. Tergantung dari jenis osteomielitis
kronis.

2. Daerah yang mengalami osteomielitis harus dilakukan diimobilisasi untuk mengurangi ketidak nyamanan dan
mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari
untuk meningkatkan aliran darah.

3. Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang yang terkena harus dilakukan
pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan salin
fisiologis steril.

2.1.6 Komplikasi

1. Dini :

b. Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)

c. Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang mendasarinya sembuh

d. Atritis septik

2. Lanjut :

a. Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan fungsi tubuh yang terkena

b. Fraktur patologis

c. Kontraktur sendi

d. Gangguan pertumbuhan
2.3 Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan

2.2.1 Identitas Klien

Berisi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, No.MR, dll.

2.2.2 Pengkajian

1. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan awitan gejala akut (misalnya : nyeri lokal,
pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri,
pembengkakan dan demam sedang.

2) Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien biasanya perrnah mengalami penyakit yang hampir sama dengan sekarang, atau penyakit lain yang
berhubungan tulang, seperti trauma tulang, infeksi tulang, fraktur terbuka, atau pembedahan tulang, dll.

3) Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji apakah keluarga klien memiliki penyakit keturunan, namun biasanya tidak ada penyakit
Osteomielitis yang diturunkan.

2. Pengkajian dengan Pendekatan 11 fungsional Gordon

1) Persepsi dan Manajemen Kesehatan

Klien biasanya tidak mengerti bahwa penyakit yang ia diderita adalah penyakit yang berbahaya.
Perawat perlu mengkaji bagaimana klien memandang penyakit yang dideritanya, apakah klien tau apa
penyebab penyakitnya sekarang.

2) Nutrisi – Metabolik

Biasanya pada pasien mengalami penurunan nafsu makan karena demam yang ia diderita.

3) Eliminasi

Biasanya pasien mengalami gangguan dalam eliminasi karena pasien mengalami penurunan nafsu
makan akibat demam.

4) Aktivitas – Latihan

Biasaya pada pasien Osteomietis mengalami penurunan aktivitas karena rasa nyeri yang ia rasakan

5) Istirahat – Tidur
Pasien biasanya diduga akan mengalami susah tidur karena rasa nyeri yang ia rasakan pada tulangnya.

6) Kognitif – Persepsi

Biasanya klien tidak mengalami gangguan dengan kognitif dan persepsinya.

7) Persepsi Diri – Konsep Diri

Biasanya pasien memiliki perilaku menarik diri, mengingkari, depresi, ekspresi takut, perilaku marah,
postur tubuh mengelak, menangis, kontak mata kurang, gagal menepati janji atau banyak janji.

8) Peran – Hubungan

Biasanya pasien mengalami depresi dikarenakan penyakit yang dialaminya. Serta adanya tekanan yang
datang dari lingkungannya. Dan klien juga tidak dapat melakukan perannya dengan baik.

9) Seksual – Reproduksi

Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam masalah seksual.

10) Koping – Toleransi Stress

Biasanya pasien mengalami stress ysng berat karena kondisinya saat itu.

11) Nilai Kepercayaan

Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap klien agar kebutuhan spiritual klien data dipenuhi
selama proses perawatan klien di RS. Kaji apakah ada pantangan agama dalam proses pengobatan klien.
Klien biasanya mengalami gangguan dalam beribadah karena nyeri yang ia rasakan.

2.2.3 Asuhan Keperawatan ( NANDA, NOC, NIC )

No NANDA NOC NIC

1 Nyeri b.d inflamasi dan Kontrol nyeri Manajemen nyeri


pembengkakan
 Pantau TTV  Lakukan penilaian nyeri secara
komprehensif
 Menilai gejala dari nyeri
 Kaji ketidaknyamanan secara
 Mengurangi nyeri dengan non non verbal
analgesik
 Evaluasi pengalaman pasien /
 Memantau lamanya nyeri keluarga erhadap nyeri

 Tentukan tingkat kebutuhan


pasien yang dapat memberikan
kenyamanan pada pasien

 Pemberian analgesik

 Cek riwayat alergi obat


 Tingkatan nyeri
 Tentukan analgesik yang cocok
 Frekuensi nyeri
 Monitor TTV
 Panjang episode nyeri
 Beri perawatan yang
 Ekspresi wajah saat nyeri dibutuhkan
 Perubahan frekuensi
pernafasan, nadi, TD

2 Gangguan mobilisasi fisik Kinerja mekanik tubuh promosi mekanik tubuh


b.d nyeri, alat imobilisasi
dan keterbatasan  Menggunakan postur diri yang  menentukan komitmen pasen
menahan beban berat benar utk belajar and menggunakan
badan postur yg benar
 Menggunakan posisi duduk
yang benar  berkolaborasi dg terapis fisik
untuk pembentukan rencana
 Menggunakan cara berbaring promosi mekanik tubuh.
yang benar
 Tunjukkan cara menggeser
 Menentukan kekuatan otot berat badan dari satu kaki ke
 Menentukan fleksibilitas sendi kaki lain sambil berdiri

 Mempertahankan kekuatan  Monitor perbaikan postur


otot pasien / body mekanik

 Memberikan informasi tentang


penyebab yang mungkin dari
perilaku pencegahan jatuh posisi otot atau nyeri sendi

 menempatkan penyekat  Anjurkan pasien / keluarga


untuk mencegah jatuh tentang frekuensi dan jumlah
pengulangan untuk setiap
 menggunakan matras karet latihan
 menggunakan alas kaki karet
di kamar mandi / shower
pencegahan jatuh
 menyediakan asisten untuk
bergerak  Mengidentifikasi karakter dr
lingkungan yg mungkin
 prosedur pemindahan meningkatkan potensi jatuh
 menyediakan cahaya yang  Menyarankan utk merubah
cukup gaya berjalan pd pasien

 Mengajari pasien untuk


meminimalkan resiko jatuh

 Menggunakan teknik yg tepat


utk memindahakan pasien dari
/menuju kursi roda, tempat,
tidur, toilet

 Menempatkan tempat tidur


mekanik pada posisi terendah

3 Resiko terhadap setelah dilakukan tindakan  pantau respons pasien


perluasan infeksi b.d keperawatan selama 3 x 24 terhadap terapi antibiotika
pembentukan abses jam, maka klien diharapkan :
tulang penyembuhan luka sesuai  lakukan observasi tempat
waktu yang dicatat dan tidak pemasangan infus adanya
terjadinya infeksi yang bukti flebitis atau infiltrasi
berkelanjutan.  Inspeksi kulit atau adanya
Kriteria hasil : iritasi atau adanya kontinuitas

Penyembuhan luka sesuai  Kaji sisi kulit perhatikan


waktu yang dicatat, bebas keluhan peningkatan nyeri
drainase purulen dan demam atau rasa terbakar atau adanya
dan juga tidak terjadinya edema atau eritema atau
infeksi yang berkepanjangan drainase atau bau tidak sedap

 Berikan perawatan luka

 Observasi luka untuk


pembentukan bula, perubahan
warna kulit kecoklatan bau
drainase yang tidak enak atau
asam

 Kaji tonus otot, reflek tendon

 Selidiki nyeri tiba-tiba atau


keterbatasan gerakan dengan
edema lokal atau enterna
ekstermitas cedera

Kolaborasi :

 Lakukan pemeriksaan lab


sesuai indikasi dokter

 Berikan obat atau antibiotik


sesuai indikasi

4 Ansietas b.d Kurang Tujuan / Hasil Pasien : 


Jelaskan tujuan pengobatan
pengetahuan tentang
program pengobatan Mendemonstrasikan hilangnya pada pasien
ansietas dan memberikan
informasi tentang proses Kaji patologi masalah individu.
penyakit, program
pengobatan  Kaji ulang tanda / gejala yang
memerlukan evaluasi medik
cepat,contoh nyeri dada tiba-
tiba, dispnea, distres
Kriteria Evaluasi : pernapasan lanjut.
Ekspresi wajah relaks

Kaji ulang praktik kesehatan
Cemas dan rasa takut hilang yang baik, istirahat.
atau berkurang

Kolaborasi :

 Gunakan obat sedatif sesuai


dengan anjuran

2.2.4 Evaluasi

1. Proses ( sumatif )

Fokusnya adalah aktifitas dari proses keperawatan dan kualitas tindakan evaluasi dilaksanakan sesudah
perencanaan keperawatan.

2. Hasil ( formatif )

fokusnya adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir tindakan keperawatan.
Evaluasi yang dilakukan pada klien dengan osteomielitis meliputi :

1. Klien mengalami peredaan nyeri

 Klien melaporkan berkurangnya nyeri

 Klien tidak lagi mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi

 Klien tidak mengalami ketidaknyamanan bila bergerak

2. Klien mengalami peningkatan mobilitas fisik

 Klien berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri

 Klien mampu memperrtahankan fungsi penuh ekstremitas ysng sehat

 Klien mampu memperlihatkan penggunaan alat imobolisasi dan alat bantu dengan aman

3. Klien tidak mengalami penyebaran infeksi

 Memakai antibiotika sesuai resep

 Suhu badan normal

 Tiadanya pembengkakan

 Tiadanya pus

 Angka leukosit dan laju endap darah kembali normal

 Biarkan darah negatif

4. Klien memenuhi rencana terapeutik

 Memakai antibiotika sesuai resep

 Melindungi tulang yang lemah

 Memperlihatkan perawatan luka yang benar

 Melaporkan bila ada masalah segera

 Makan diet seimbang dengan tinggi protein dan vitamin C dan D

 Mematuhi perjanjian untuk tindak lanjut

 Melaporkan peningkatan kekuatan

 Tidak melaporkan peningkatan suhu badan atau kambuhan nyeri, pembengkakan, atau gejala lain di
tempat tersebut
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengukur pergerakan. Tulang
manusia saling berhubungan satu dengan yang lain dalam berbagai bentuk untuk memperoleh sistem
muskuloskeletal yang yang optimum.

Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari darah
(osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi
(osteomielitis eksogen).

Osteomielitis adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan oleh bakteri, tetapi kadang-kadang
disebabkan oleh jamur.

3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini pembaca diharapkan mampu memahami pembahasan teoritis tentang
penyakit Osteomielitis. Dan bagi perawat sendiri diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan
yang baik dan sesuai dengan kondisi klien yang di rawat. Sehingga tidak ada lagi citra buruk perawat
yang tidak memberrikan pelayanan yang baik bagi klien.
DAFTARPUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, Jakarta : EGC

Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC.

Harrison. 1999. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Jakarta: EGC

http://nurse87.wordpress.com/2012/05/09/askep-osteomielitis/

IOWA OUTCOME PROJECT (2000). Nursing Outcomes Classification ( NOC ). 2nd ed. Mosby. Inc

IOWA OUTCOME PROJECT (2000). Nursing Intervention Classification ( NIC ).2nd ed. Mosby. Inc

Muttaqin, Arif. 2008. AsuhanKeperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: EGC

NANDA (2009). Nursing Diagnosis : Definition and Classification ( NANDA ) 2009 – 2011 willey. Balck Well

Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta.

http://iamdian.blogspot.co.id/2013/09/asuhan-keperawatan-osteomielitis.html

Anda mungkin juga menyukai