Pendahuluan Pelabuhan
Pendahuluan Pelabuhan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang latar belakang penulisan, maksud dan tujuan penulisan,
perumusan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II : PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai pembahasan sesuai dengan topik yang diangkat
yaitu perencanaan pelabuhan.
BAB III : PEMBAHASAN SOAL
Dalam bab ini diuraikan mengenai pembahasan soal sesuai dengan soal yang diberi
Asisten
BAB IV : PENUTUP
Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan beserta dengan saran yang erat kaitannya
dengan pembahasan makalah ini.
2.3.2. Gelombang
1). Definisi Gelombang
Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak
lurus permukaan air laut yang membentuk kurva/grafik sinusoidal. Gelombang
laut disebabkan oleh angin. Angin di atas lautan mentransfer energinya ke
perairan, menyebabkan riak-riak, alun/bukit, dan berubah menjadi apa yang kita
sebut sebagai gelombang.
2). Proses Pembentukan Gelombang
Proses terbentuknya pembangkitan gelombang di laut oleh gerakan angin
belum sepenuhnya dapat dimengerti, atau dapat dijelaskan secara terperinci.
Tetapi menurut perkiraan, gelombang terjadi karena hembusan angin secara
A. Gelombang Airy
Pada umumnya bentuk gelombang di alam adalah sangat kompleks dan
sulit digambarkan secara sistematis karena ketidak-linieran, tiga dimensi dan
mempunyai bentuk yang random ( Suatu deret gelombang mempunyai periode
dan tinggi tertentu ). Beberapa teori yang ada hanya menggambarkan bentuk
gelombang yang sederhana dan merupakan bentuk pendekatan gelombang
alam. Ada beberapa teori dengan berbagai derajat kekomplekan dan ketelitian
untuk menggambarkan gelombang di alam diantaranya adalah teori airy,
Stokes, Gertsner, Mich, Knoidal, dan tunggal. Masing – masing teori tersebut
1. Zat cair adalah homogen dan tidak termampatkan, sehingga rapat massa adalah
konstan.
6. Dasar laut adalah horizontal, tetap dan impermeable sehingga kecepatan vertical di
dasar adalah nol.
8. Gerak gelombang berbentuk silinder yang tegak lurus arah penjalaran gelombang
sehingga gelombang adalah dua dimensi.
Gambar di bawah ini menunjukkan contoh khas rekaman elevasi gelombang lautan
yang diambil dan pengamatan gelombang lautan. Seperti yang diharapkan, rekaman
menunjukkan patron gelombang tak beraturan (irreguler) yang tentunya tidak dapat
dikenal patronnya yang spesifik. Dengan demikian gelombang acak didefinisikan oleh
empat besaran gelombang, untuk menunjukkan karakteristik gelombang yang demikian:
ri permukaan air tenang rata-rata ke puncak (peak) atau lembah (through) gelombang.
d.Periode silangan gelombang, Tz (detik): waktu antara dua titik berurutan di mana
permukaan gelombang menyilang permukaan air tenang, baik pada saat permukaan
gelombang naik maupun turun.
H1/3 tinggi gelombang signifikan : harga rata-rata dari 1/3 jumlah keseluruhan
pengukuran Ha (meter).
Dengan pengukuran yang dernikian akan didapatkan tiga macam besaran, yaitu:
Agar kedua macam analisa statistik di atas dapat memberikan hasil yang cukup
memadai, maka rekaman gelombang setidak-tidaknya harus memuat sekitar 100 pasang
puncak dan lembah gelombang. Rekaman demikian umumnya diperoleh dengan
pengamatan yang dilakukan berkisar antara 20 s/d 30 menit.
HI0 = KI Kr H0
Dimana :
HI0 : tinggi gelombang laut dalam ekivalen
H0 : tinggi laut dalam
Konsep tinggi gelombang laut dalam ekivalen digunakan dalm analisis gelombang
pecah, limpasan gelombang dan proses lain.
C. Refraksi Gelombang
Cepat rambat gelombang tergantung pada kedalaman air dimana gelombang
menjalar. Apabila cepat rambat gelombang berkurang dengan kedalaman, panjang
gelombang juga berkurang secara linier. Variasi cepat rambat gelombang cepat rambat
gelombang terjadi di sepanjang garis puncak gelombang yang bergerak dengan
membentuk suatu sudut terhadap garis kedalaman laut, karena bagian dari gelombang di
laut dalam bergerak lebih cepat daripada bagian di laut dangkal. Variasi tersebut
menyebabkan puncak gelombang membelok dan berusaha untuk sejajar dengan garis
kontur dasar laut.
Refraksi dan pendangkalan gelombang akan dapat menentukan tinggi gelombanmg
di suatu tempat berdasarkan karakteristik gelombang datang. Refraksi mempunyai
pengruh yang cukup besar terhadap tinggi dan arah gelombang serta distribusi energi
gelombang di sepanjang pantai. Perubahan arah gelombang karena refraksi tersebut
menghasilkan konvergensi (penguncupan) atau divergensi (penyebaran) energi
gelombang dan mempengaruhi energi gelombang yang terjadi di suatu tempat di daerah
pantai.
Anggapan - anggapan yang digunakan dalam studi refraksi adalah sebagai berikut :
1. Energi gelombang antara 2 ortogonal adalah konstan
2. Arah penjalaran gelombang tegak lurus pada puncak gelombang, yaitu dalam arah
orthogonal.
3. Cepat rambat gelombang yang mempunyai periode tertentu di suatu tempat hanya
akan tergantung pada kedalaman di tempat tersebut
4. Perubahan topografi dasar adalah berangsur- angsur
C= gd
Proses refraksi gelombang adalah sama dengan refraksi cahaya yang terjadi karena
cahaya melintasi 2 media perantara berbeda. Sesuai dengan hukum snell untuk refraksi
gelombang digunakan rumus :
C2
Sin 2 = C1 Sin 1
Dimana :
1 = sudut antara puncak gelombang dengan kontur dasar dimana gelombang melintas
2 = sudut yang sama yang diukur saat garis puncak gelombang melintasi kontur
dasar
berikutnya.
C1 = kecepatan gelombang pada kedalaman di kontur pertama.
C2 = kecepatan gelombang pada kedalaman di kontur kedua.
Apabila ditinjau gelombang di laut dalam dan di suatu titik yang di tinjau maka :
C
Sin = sin 0
C0
b0 cos 0
Kr = =
b cos
Analisis refraksi dapat dilakukan secara analisis apabila garis kontur lurus dan saling
sejajar dengan menggunakan hukum snell secara langsung.
D. Difraksi Gelombang
HA = KIHp
KI = (,,r / L)
Dimana :
A = titik yang ditinjau dibelakang rintangan
B = ujung pemecah gelombang
Nilai KI untuk , dan r / L di dapat dari table yang di dasarkan pada penyelesaian
matematis untuk difraksi cahaya (Panny and Price, 1952 : dalam Sorensen, 1978)
Teori difraksi seperti yang dijelaskan di atas adalah untuk pemecah gelombang
tunggal. Apabila terdapat 2 pemecah gelombang dengan celah (bukaan) diantaranya,
maka untuk menentukan koefisien difraksi digunakan grafik yang dikembangkan oleh
Johnson, yang menunjukkan kurva koefisien difraksi yang sama untuk arah gelombang
datang tegak lurus sisi pemecah gelombang ( = 900) dan untuk berbagai perbandingan
antara lebar celah B dan panjang gelombang L, BL. Dan apabila diinginkan hasil yang
lebih teliti di dalam menentukan koefisien difraksi untuk gelombang datang
membentuk sudut terhadap sumbu pemecah gelombang, yaitu bila sudut dating
gelombang adalah 750, 600, 450, 300, 150, dan00
E. Refleksi Gelombang
Tipe Bangunan X
Dinding vertikal dangan puncak di atas muka air 0,7 – 1,0
Dinding vertikal dengan puncak terendam 0,5 – 0,7
Tumpukan batu dengan sisi miring 0,3 – 0,6
Tumpukan blok beton 0,3 – 0,5
Bangunan vertikal dengan peredam energi (diberi lubang) 0,05– 0,2
F. Gelombang Pecah
Gelombang yang menjalar dari laut dalam menuju pantai mengalami perubahan
bentuk karena adanya pengaruh perubahan kedalaman laut. Gelombang pecah
dipengaruhi oleh kemiringannya, yaitu perbandingan antara tinggi dan panjang
gelombang. Di laut dalam kemiringan gelombang maksimum dimana gelombang mulai
tidak stabil diberikan oleh bentuk :
Gelombang yang merambat dari laut dalam menuju pantai mengalami perubahan
bentuk dengan puncak gelombang semakin tajam sampai akhirnya pecah pada suatu
kedalaman tertentu. Proses gelombang pecah yaitu saat gelombang mulai tidak stabil
hingga pecah sepenuhnya terbentang pada suatu jarak Xp. Galvin (1969, dalam CERC,
1984) memberikan hubungan antara jarak yang ditempuh selama proses gelombang
pecah (Xp) dan tinggi gelombang saat mulai pecah Hb, yang tergantung pada
kemiringan dasar pantai.
Xp = p Hb
Xp = (4,0 -9,25 m) Hb
Hbds
pm = 101 ( D ds )
LdD
Dimana :
pm = tekanan dinamis maksimum
Hb = tinggi gelombang pecah
ds = kedalaman pada kaki bangunan
D = kedalaman pada jarak satu panjang gelombang di depan dinding
Ld = kedalaman delombang pada kedalaman D
Gaya yang ditimbulkan adalah luas dari distribusi tekanan dinamis, yaitu :
1. Spilling
Spilling biasanya terjadi apabila gelombang dengan kemiringan kecil menuju ke pantai
yang datar (kemiringan kecil). Gelombang mulai pecah pada jarak yang cukup jauh dari
pantai dan pecahnya terjadi berangsur-angsur. Buih terjadi pada puncak gelombang
selama mengalami pecah dan meninggalkan suatu lapis tipis buih pada jarak yang cukup
panjang.
2. Plunging
Apabila kemiringan gelombang dan dasar bertambah , gelombang akan pecah dan
puncak gelombang akan memutar dengan massa air pada puncak gelombang akan terjun
ke depan. Energi gelombang pecah dihancurkan dalam turbulensi, sebagian kecil
dipantulkan pantai ke laut, dan tidak banyak gelombang baru terjadi pada air yang lebih
dangkal.
3. Surging
Surging terjadi pada pantai dengan kemiringan yang sangat besar seperti yang terjadi
pada pantai berkarang. Daerah gelombang pecah sangat sempit, dan sebagian besar
energi dipantulkan kembali ke laut dalam. Gelombang pecah tipe surging ini mirip
dengan plunging, tetapi sebelum puncaknya terjun, dasar gelombang sudah pecah.
Kenaikan elevasi muka air karena badai dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut :
Fi
h
2
V2
h Fc
2 gd
Efek rumah kaca menyebabkan bumi panas sehingga terdapat kehidupan. Disebut
efek rumah kaca karena kemiripannya dengan apa yang terjadi pada rumah kaca ketika
Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya
muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama
matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut Dronkers (1964)
pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air
laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik
menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh
benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih
kecil.
Pasang surut air laut adalah suatu gejala fisik yang selalu berulang dengan periode
tertentu dan pengaruhnya dapat dirasakan sampai jauh masuk kearah hulu dari muara
sungai. Pasang surut terjadi karena adanya gerakan dari benda benda angkasa yaitu
rotasi bumi pada sumbunya, peredaran bulan mengelilingi bumi dan peredaran bulan
mengelilingi matahari. Gerakan tersebut berlangsung dengan teratur mengikuti suatu
garis edar dan periode yang tertentu. Pengaruh dari benda angkasa yang lainnya sangat
kecil dan tidak perlu diperhitungkan (www.digilib.itb.ac.id).
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal.
Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara
langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran
bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada
gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih
dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah
bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di
laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu
rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari (www.oseanografi.blogspot.com).
Untuk menjelaskan terjadinya pasang surut maka mula-mula dianggap bahwa bumi
benar-benar bulat serta seluruh permukaannya ditutupi oleh lapisan air laut yang sama
tebalnya sehingga didalam hal ini dapat diterapkan teori keseimbangan. Pada setiap titik
dimuka bumi akan terjadi pasang surut yang merupakan kombinasi dari beberapa
komponen yang mempunyai amplitudo dan kecepatan sudut yang tertentu sesuai dengan
gaya pembangkitnya. Pada keadaan sebenarnya bumi tidak semuanya ditutupi oleh air
laut melainkan sebagian merupakan daratan dan juga kedalaman laut berbeda beda.
Sebagai konsekwensi dari teori keseimbangan maka pasang surut akan terdiri dari
beberapa komponen yang mempunyai kecepatan amplitudo dan kecepatan sudut
tertentu, sama besarnya seperti yang diuraikan pada teori keseimbangan
(www.digilib.itb.ac.id).
Kisaran pasang-surut (tidal range), yakni perbedaan tinggi muka air pada saat
pasang maksimum dengan tinggi air pada saat surut minimum, rata-rata berkisar antara
1 m hingga 3 m. Tetapi di Teluk Fundy (kanada) ditemukan kisaran yang terbesar di
dunia, bisa mencapai sekitar 20 m. Sebaliknya di Pulau Tahiti, di tengah Samudera
Pasifik, kisaran pasang-surutnya kecil, tidak lebih dari 0,3 m, sedangkan di Laut Tengah
hanya berkisar 0,10-0,15 m.
Berbeda dengan arus yang disebabkan oleh angin yang hanya terjadi pada air
lapisan tipis di permukaan, arus pasang-surut bisa mencapai lapisan yang lebih dalam.
Ekspedisi Snellius I (1929-1930) di perairan Indonesia bagian Timur dapat
menunjukkan bahwa arus pasang-surut masih dapat diukur pada kedalaman lebih dari
600 m (Nontji, 1987).
Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer
(atmospheric tide), pasang surut laut (oceanic tide) dan pasang surut bumi padat (tide of
the solid earth).
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal.
Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara
langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran
bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada
gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih
Tinggi pasang surut adalah jarak vertikal antara air tertinggi (puncak air pasang)
dan air terendah (lembah air surut) yang berurutan. Periode pasang surut adalah waktu
yang diperlukan dari posisi muka air rerata ke posisi yang sama berikutnya (bisa 12 jam
25 menit atau 24 jam 50 menit tergantung tipe pasang surut). Periode saat muka air naik
disebut pasang dan sebaliknya disebut surut. Variasi tersebut akan menimbulkan arus
pasang surut. Arus pasang terjadi pada saat muka air pasang dan sebaliknya. Pada saat
arus berbalik dari pasang menjadi surut terjadi slack/titik balik. Pada saat ini kecepatan
arus adalah nol.
Gaya – gaya pasang surut ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara bumi, bulan
dan matahari. Penjelasa terjadinya pasang surut dilakukan hanya dengan memendang
suatu system bumi-bulan; sedang untuk system bumi-matahari penjelasanya adalah
identik.
Rotasi bumi menyebabkan elevasi muka air di khatulistiwa lebih tinggi dari pada di
garis lintang yang lebih tinggi. Oleh karena itu rotasi bumi tidak menimbulkan pasang
surut.
Gaya tarik menarik antara bumi dan bulan tersebut menyebabkan system bumi-
bulan menjadi satu system kesatuan yang beredar bersama-sama sekeliling sumbu
perputaran bersama (common axis revolution). Sumbu perputaran ini adalah pusat berat
dari system bumi-bulan yang berada di bumi dengan jarak 1718 km di bawah
permukaan bumi. Selama gerak revolusi pusat massa bumi C sekeliling sumbu
perputaran bersama G (tidak disertai dengan rotasi) titik P beredar sekeliling Cp dengan
orbit lintasan berbentuk lingkaran yang berjari – jari orbit pusat massa bumi sekeliling
sumbu perputaran bersama (CG).
Dengan adanya tersebut maka pada setiap titik di bumi bekerja gaya sentrifugal
(Fc) yang sama besar dan arahnya. Arah gaya tersebut adalah berlawanan dengan posisi
bulan. Penjelasan tentang pembangkitan pasang surut yang diberikan di depan adalah
dengan anggapan bahwa bumi dikeliling oleh laut secara merata. Selain itu juga tidak
rata,karena adanya palung yang dalam, perairan dangkal, selat, teluk, gunung bawa laut
dan sebagainya.
Dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi yang
hampir sama terjadi secara berurutan teratur. Periode pasut rata-rata 12 jam 25 menit.
Terjadi di Selat Malaka sampai laut Andaman.
Dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan Periode pasut
rata-rata 24 jam 50 menit. Terjadi di perairan Selat Karimata.
3. Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevailing semidiurnal)
Dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut, tetapi tinggi dan
periodenya berbeda. Terjadi di perairan Indonesia Timur.
4. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing diurnal)
Dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut, tapi kadang terjadi dua
kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periodenya sangat berbeda. Terjadi di
Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat.
Tipe pasang surut juga dapat ditentukkan berdasarkan bilangan Formzal (F) yang
dinyatakan dalam bentuk:
Dengan ketentuan :
Dimana:
F : bilangan Formzal
amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan
AK1 :
oleh gaya tarik bulan dan matahari
amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan
AO1 :
oleh gaya tarik bulan
amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh
AM2 :
gaya tarik bulan
amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh
AS2 :
gaya tarik matahari
Karena sifat pasang surut yang periodik, maka ia dapat diramalkan. Untuk
meramalkan pasang surut, diperlukan data amplitudo dan beda fasa dari masing-masing
DWI SYAVIRA RAHADI
G1B015011
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BENGKULU
TUGAS BESAR PELABUHAN
komponen pembangkit pasang surut. Komponen-komponen utama pasang surut terdiri
dari komponen tengah harian dan harian. Namun demikian, karena interaksinya dengan
bentuk (morfologi) pantai dan superposisi antar gelombang pasang surut komponen
utama, akan terbentuklah komponen-komponen pasang surut yang baru.
Jenis harian tunggal misalnya terdapat di perairan sekitar selat Karimata, antara
Sumatra dan Kalimantan. Pada jenis harian ganda misalnya terdapat di perairan Selat
Malaka sampai ke Laut Andaman. Di samping itu dikenal pula campuran antara
keduanya, meskipun jenis tunggal maupun gandanya masih menonjol. Pada pasang-
surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide, prevailing semidiurnal) misalnya
terjadi di sebagian besar perairan Indonesia bagian timur. Sedangkan jenis campuran
condong ke harian tunggal (mixed tide, prevailing diurnal) contohnya terdapat di pantai
selatan Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat. Pola gerak muka air pada keempat jenis
pasang-surut yang terdapat di Indonesia diberikan pada gambar 1 (Nontji, 1987).
Dengan pengamatan selama 15 hari tersebut telah tercakup satu siklus pasang surut
yang meliputi pasang purnama dan perbani. Pengamatan lebih lama (30 hari atau lebih)
akan memberikan data yang lebih lengkap. Pengamatan muka air dapat dengan
menggunakan alat otomatis atau secara manual dengan menggunakan bak ukur dengan
interval pengamatan setiap jam, siang dan malam. Untuk dapat melakukan pembacaan
dengan baik tanpa terpengaruh gelombang. Biasanya pengamatan dilakukan di tempat
terbendung seperti muara sungai atau teluk.
Mengingat perubahan elevasi muka air laut setiap saat, maka diperlukan suatu
elevasi yang ditetapkan berdasarkan data pasut sebagai pedoman dalam perencanaan
suatu pelabuhan. Beberapa definisi elevasi tersebut adalah sebagai berikut:
Muka air tinggi/high water level (HWL) : muka air tertinggi saat air pasang dalam
satu siklus pasut.
Muka Air Rendah/low water level (LWL) : kedudukan air terendah saat air surut
Muka air tinggi rerata/mean high water level (MHWL) : rerata dari muka air tinggi
selama periode 19 tahun. Digunakan untuk menentukan elevasi puncak pemecah
gelombang, dermaga, panjang rantai penampung penambat.
Muka air rendah rerata/ mean low water level (MLWL) : rerata dari muka air rendah
selama periode 19 tahun
Muka air laut rerata/ mean sea level ( MSL) : muka air rerata antara muka air tinggi
rerata dan muka air rendah rerata. Elevasi ini digunakan sebagai referensi untuk
elevasi di daratan.
Muka air tinggi tertinggi/highest high water level (HHWL) : air tertinggi saat pasang
surut purnama atau bulan mati.
Air rendah terendah /lowest low water level (LLWL) : air terendah saat pasang surut
purnama atau bulan mati. Digunakan untuk menentukan kedalaman alur pelayaran
dan kolam pelabuhan.
Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai adalah bangunan
yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai. Pemecah
gelombang dibangun sebagai salah satu bentuk perlindungan pantai terhadap erosi
dengan menghancurkan energi gelombang sebelum sampai ke pantai, sehingga terjadi
endapan dibelakang bangunan. Endapan ini dapat menghalangi transport sedimen
sepanjang pantai.
Seperti disebutkan diatas bahwa pemecah gelombang lepas pantai dibuat sejajar
pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai, maka tergantung pada panjang
pantai yang dilindungi, pemecah gelombang lepas pantai dapat dibuat dari satu pemecah
gelombang atau suatu seri bangunan yang terdiri dari beberapa ruas pemecah
gelombang yang dipisahkan oleh celah.
B. Fungsi
Bangunan ini berfungsi untuk melindungi pantai yang terletak dibelakangnya dari
serangan gelombang yang dapat mengakibatkan erosi pada pantai. Perlindungan oleh
pemecahan gelombang lepas pantai terjadi karena berkurangnya energi gelombang yang
sampai di perairan di belakang bangunan. Karena pemecah gelombang ini dibuat
C. Material
Untuk material yang digunakan tergantung dari tipe bangunan itu sendiri. Seperti
halnya bangunan pantai kebanyakan, pemecah gelombang lepas pantai dilihat dari
bentuk strukturnya bisa dibedakan menjadi dua tipe yaitu: sisi tegak dan sisi miring.
Untuk tipe sisi tegak pemecah gelombang bisa dibuat dari material-material seperti
pasangan batu, sel turap baja yang didalamnya di isi tanah atau batu, tumpukan buis
beton, dinding turap baja atau beton, kaison beton dan lain sebagainya.
Secara umum, batu buatan dibuat dari beton tidak bertulang konvensional kecuali
beberapa unit dengan banyak lubang yang menggunakan perkuatan serat baja. Untuk
unit-unit yang lebih kecil, seperti Dolos dengan rasio keliling kecil, berbagai tipe dari
beton berkekuatan tinggi dan beton bertulang (tulangan konvensional, prategang, fiber,
besi, profil-profil baja) telah dipertimbangkan sebagai solusi untuk meningkatkan
kekuatan struktur unit-unit batu buatan ini. Tetapi solusi-solusi ini secara umum kurang
hemat biaya, dan jarang digunakan.
Pemecah gelombang lepas pantai adalah bangunan yang dibuat sejajar pantai dan
berada pada jarak tertentu dari garis pantai. Bangunan ini direncanakan untuk
Erosi pantai terjadi apabila di suatu pantai yang ditinjau terdapat kekurangan suplai
pasir. Stabilisasi pantai dapat dilakukan dengan penambahan suplay pasir ke daerah
tersebut. Apabila pantai mengalami erosi secara terus menerus, maka penambahan pasir
tersebut perlu dilakukan secara berkala, dengan laju sama dengan kehilangan pasir yang
disebabkan oleh erosi.
Untuk mencegah hilangnya pasir yang ditimbun di ruas pantai karena terangkut
oleh arus sepanjang pantai, sering dibuat sistem groin. Dengan adanya groin tersebut,
pasir yang ditimbun akan tertahan dalam ruas-ruas pantai di dalam sistem groin. Tetapi
perlu dipikirkan pula bahwa pembuatan groin tersebut dapat menghalangi suplay
sedimen ke daerah hilir, yang dapat menimbulkan permasalahan baru di daerah tersebut.
Karang buatan yang dikembangkan pertama kali di Selandia Baru mulai tahun
1996, energi gelombang akan berkurang sampai 70 persen ketika sampai di pantai.
Pembangunan konstruksi di bawah laut itu juga memungkinkan tumbuhnya terumbu
karang baru.
Terlepas garis pantai terlindungi atau tidak, upaya menghentikan terjadinya abrasi
secara terus menerus perlu dilakukan langkah-langkah penanggulangannya. Terdapat
Memperlihatkan kondisi tanah dan fungsi dari pada Breakwater itu sendiri, maka
type pemecah/peredam energi gelombang ada bermacam-macam dan salah satunya
adalah type box-beton (kubus beton), tipe ini memiliki beberapa keuntungan seperti :
a. Dari segi teknis sangat efektif sebagai peredam energi gelombang Kubus Beton
memiliki perbedaan berat jenis sekitar 2,4 kali dari berat jenis air atau sekitar 2,4
ton untuk 1 m3 beton
b. Dari segi pelaksanaan data dibuat di tempat dan mudah dalam penataan. Bentuk
kubus memudahkan kita untuk menata bentuk breakwater sesuai keinginan kita.
Kadang breakwater murni kita gunakan sebagai pemecah gelombang namun kita
dapat juga menyusunnya hanya untuk mengurangi energi gelombangnya saja
dengan bentuk susunan berpori.
c. Untuk kondisi tertentu dari segi biaya jauh lebih murah. Untuk daerah-daerah yang
tidak memiliki tambang kelas C yang menyangkut batu gunung mulai berat 5 kg –
700 kg keputusan untuk menggunakan kubus beton dapat membantu dan
mengurangi biaya pengadaan dan mobilisasinya.
Gambar 8. Ilustrasi kaison yang sudah berada pada lokasi pemasangan dan diisi dengan
material pengisi
Gambar 11. Ilustrasi penempatan batu lapisan pelindung utama menggunakan crane.
F. Dampak Lingkungan
Seperti dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa berkurangnya energi gelombang
di daerah terlindung oleh pemecah gelombang akan mengurangi pengiriman sedimen di
daerah tersebut. Maka pengiriman sedimen sepanjang pantai yang berasal dari daerah di
sekitarnya akan diendapkan dibelakang bangunan. Pengendapan tersebut menyebabkan
terbentuknya cuspate. Apabila bangunan ini cukup panjang terhadap jaraknya dari garis
pantai, maka akan terbentuk tombolo.
Sedangkan pengaruh pemecah gelombang lepas pantai terhadap perubahan bentuk
garis pantai dapat dijelaskan sebagai berikut. Apabila garis puncak gelombang pecah
sejajar dengan garis pantai asli, terjadi difraksi di daerah terlindung di belakang
bangunan, di mana garis puncak gelombang membelok dan berbentuk busur lingkaran.
Perambatan gelombang yang terdifraksi tersebut disertai dengan angkutan sedimen
menuju ke daerah terlindung dan diendapkan di perairan di belakang bangunan.
Pengendapan sedimen tersebut menyebabkan terbentuknya cuspate dibelakang
bangunan.
Proses tersebut akan berlanjut sampai garis pantai yang terjadi sejajar dengan garis
puncak gelombang yang terdifraksi. Pada keadaan tersebut transport sedimen sepanjang
pantai menjadi nol. Seperti terlihat pada gambar 1-14, dimana arah gelombang dominan
hampir tegak lurus garis pantai asli, garis puncak gelombang dari sisi kiri dan kanan
pemecah berpotongan di titik A. Puncak cuspate akan terjadi pada titik A. Dengan
demikian pembentukan tombolo tergantung pada panjang pemecah gelombang lepas
pantai dan jarak antara bangunan dengan garis pantai. Biasanya tombolo tidak terbentuk
apabila panjang pemecah gelombang lebih kecil dari jaraknya terhadap garis pantai. Jika
2.4.Konstruksi Dermaga
Dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapat dan
menambatkan kapal yang melakukan bongkar muat barang dan menarik-turunkan
penumpang. Dimensi dermaga didasarkan pada jenis dan ukuran kapal yang merapat dan
bertambat pada dermaga tersebut. Dalam mempertimbangkan ukuran dermaga harus
didasarkan pada ukuran-ukuran minimal sehingga kapal dapat bertambat atau
meninggalkan dermaga maupun melakukan bongkar muat barang dengan aman, cepat dan
lancar. Di belakang dermaga terdapat halaman cukup luas. Di halaman dermaga ini
terdapat apron, gudang transit, tempat bongkar muat barang dan jalan. Apron adalah
daerah yang terletak antara sisi dermaga dan sisi depan gudang di mana terdapat
pengalihan kegiatan angkutan laut (kapal) ke kegiatan angkutan darat (kereta api, truk,
dsb). Gudang transit digunakan untuk menyimpan barang sebelum bias diangkut oleh
kapal, atau setelah dibongkar dari kapal dan menunggu pengangkutan barang ke daerah
yang dituju.
Dermaga dapat dibedakan menjadi dua tipe yaituwharf atau quaidan jettyatau pier
atau jembatan. Wharf adalah dermaga yang paralel dengan pantai dan biasanya berimpit
2.4.1. Wharf
Wharf adalah dermaga yang paralel dengan pantai dan biasanya berimpit dengan
garis pantai. Wharf juga dapat berfungsi sebagai penahan tanah yang ada
dibelakangnya. Berbeda dengan wharf yang digunakan untuk merapat pada satu sisinya,
2.4.2. Jetty
Jetty adalah bangunan tegak lurus pantai yang diletakkan pada kedua sisi muara
sungai yang berfungsi untuk mengurangi pendangkalan alur oleh sediment pantai. Pada
penggunaan muara sungai sebagai alur pelayaran, pengendapan di muara dapat
mengganggu lalu lintas kapal. Untuk keperluan tersebut, jetty harus panjang sampai
ujungnya berada di luar gelombang pecah. Dengan jetty panjang transpor sedimen
sepanjang pantai dapat bertahan, dan pada alur pelayaran kondisi gelombang tidak
pecah sehingga memungkinkan kapal masuk ke muara sungai. Jetty juga digunakan
untuk mencegah pendangkalan di muara sungai, dalam kaitannya dengan pengendalian
banjir.
Dalam penanggulangan banjir jetty terdiri dari 3 tipe, yaitu; jetty panjang, jetty
sedang, dan jetty pendek. Jetty panjang apabila ujungnya berada diluar gelombang
pecah. Jetty sedang apabila ujungnya berada diantara muka air surut dan lokasi
gelombang pecah. Pada jetty pendek, kaki ujung bangunan berada pada muka air surut.
d = Panjang Dermaga
Kapal dengan bobot (gross tonnage) 10.000 ton memiliki panjang 140 m (Kapal barang
curah) rencana sehingga panjang dermaga adalah sebagai berikut.
d = nL + ( n - 1 ) 15 + 50
d = (5)(140) + (5 – 1 ) 15 + 50
d = 700 + 60 + 50
d = 810 m
Adapun syarat kedalaman kolam pelabuhan dapat dilihat pada gambar berikut:
Daerah pendekatan, alur masuk, dan saluran dapat dibedakan menurut tinggi tebing.
Daerah pendekatan h=0
Alur masuk 0<h<H , dengan perbandingan h/H < 0,4
Saluran h>H
Dengan h = kedalaman pengerukan
H = kedalaman alur
Kedalaman air diukur terhadap muka air referensi yang biasanya ditentukan
berdasarkan nilai rerata dan muka air surut terendah pada saat pasang besar (spring tide)
dalam periode panjang yang disebut LLWS (lower low water spring tide). Berikut
gambar kedalaman alur pelayaran :
Draft Kapal
Ditentukan oleh karakteristik kapal terbesar yang menggunakan pelabuhan, muatan
yang diangkut, dan sifat-sifat air (berat jenis, salinitas, dan temperature).
Squat
Adalah pertambahan draft kapal terhadap muka air yang disebabkan oleh percepatan
kapal. Diperhitunhkan berdasarkan dimensi dan kecepatan kapal serta kedalaman air.
Dengan :
E : energy benturan (ton meter)
V : komponen tebak lurus sisi dermaga dari kecepatan kapal pada saat
membentur dermaga (m/d)
W : displacement (berat) kapal
g : percepatan gravitasi
Cm : koefisien massa
Ce : koefisien eksentrisitas
Cs : koefisien kekerasan (diambil 1)
C : koefisien bentuk dari tambatan (diambil 1)
Dengan :
F = Gaya bentur yang diserap sistem fender
d = Defleksi fender
V = Komponen kecepatan dalam arah tegak lurus sisi dermaga
W = Bobot kapal bermuatan penuh
2.5.2. Alat Penambat
Alat penambat adalah suatu kontruksi yang digunakan untuk keperluan berikut yaitu:
1. Mengikat kapal pada waktu berlabuh agar tidak terjadi pergeseran atau gerak
kapal yang disebabkan oleh gelombang,arus dan angin.
2. Menolong berputarnya kapal.
Alat penambat ini diletakkan di darat dan di air. Menurut kontruksinya alat penambat
dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : Bolder pengikat, Pelampung penambat, Dolphin.
1. Bolder Pengikat
Pada saat penambatan kapal dilakukan ataupun kegiatan lain dikapal yang
menggunakan tali tambat Spring dan Tros maka akan terjadi gesekan antara tali tambat
dengan lambung kapal,maka perlu tempat jalan tali tambat yang gunanya untuk
Untuk penarikan tali Tros atau Spring pada waktu pengikatan (penambatan) kapal
di dermaga digunakan warping winch atau Capstan.Tenaga penggeraknya dari listrik
atau tenaga hidrolik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Alat dan bahan yang digunakan pada kegiatan penelitian ini yaitu besi sebagai
rangka bagian dalam konkret, drum sebagai rangka bagian luar, ban bekas mobil
berfungsi untuk penambat tali yang dihubungkan ke pelampung (buoy), buoy berbentuk
bundar dengan diameter 8-10 inch, pisau untuk memotong tali, perkakas seperti palu,
pemotong besi, cangkul, dan pahat untuk membuka tutup drum, semen, batu gunung,
pasir, dan kerikil untuk mengecor konkret, tali untuk mengikat buoy, dan kili-kili untuk
menguatkan ikatan buoy. Selain itu dibutuhkan juga perahu angkut seperti perahu
ponton untuk mengangkut unit mooring buoy ke lokasi pemasangan.
Tahapan pengerjaan mooring buoy adalah 1). Dibuat prototipe mooring buoy. 2).
Drum diisi semen yang dicampur kerikil; pada pusat drum yang akan diisi semen dibuat
cetakan bulat dari kayu supaya ada lubang vertikal untuk mengikat tali tambang atau
dengan cara memasang besi yang dibengkokkan ke dalam konkret; 2). Dilakukan uji
coba pengangkutan drum yang telah dicor dengan menggunakan perahu ponton yang
ditarik oleh kapal dan diletakkan di perairan; 3). Mooring diturunkan perlahan-lahan ke
dalam air; 4). Tali tambang diikatkan pada mooring. Panjang tambang sebelumnya
sudah diukur sesuai dengan kedalaman pasang surut; 5). Pada bagian ujung tali tambang
dipasang pelampung (buoy).
Arus yang deras dan jarak pandang yang buruk karena memasang di daerah
berpasir menjadi hambatan dalam pemasangan konkret mooring.
Keberadaan mooring buoy memiliki dampak postif bagi ekosistem terumbu karang
serta kehidupan ikan disekitarnya. Hal ini terlihat dari berkurangnya ancaman terhadap
kerusakan terumbu karang akibat jangkar dan ditemukannya berbagai spesies ikan-
ikan karang yang berada di sekitar lokasi pelampung penambat yang dibenamkan di
dasar (pantai) laut. Pengadaan pelampung penambat (mooring buoy) ini dapat
memelihara keberadaan terumbu karang sehingga secara tidak langsung ikut
mengamankan keberadaan Taman Wisata Alam Laut dan memelihara sumber daya
perikanan di sekitarnya.
3. Dolphin
Dolphin adalah konstruksi yang digunakan untuk menambat kapal tanker berukuran
besar yang biasanya digunakan besama – sama dengan pier dan wharf untuk
memperpendek panjang bangunan tersebut. Alat penambat ini direncanakan untuk bisa
menahan gaya horizontal yang ditimbulkan oleh benturan kapal, tiupan angin, dorongan
arus yang mengenai badan kapal pada waktu ditambatkan. Gaya-gaya tersebut dapat
ihitng dengan cara yang sama seperti dalam perencanaan dermaga. Dolphin dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu dolphin penahan (breasting dolphin) dan dolphin
penambat (mooring dolphin). Dolphin penahan mempunyai ukuran lebih besar, karena
dia direncanakan untuk menahan benturan kapal ketikah berlabuh dan menahan tarikan
kapal karena tiupan angin, arus dan gelombang. Alat ini dilengkapi dengan fender untuk
menahan benturan kapal dan boler untuk menempatkan tali kapal, guna menggerakkan
kapal di sepanjang dermagadan menahan tarika kapal. Dolphin penambat tidak
digunakan untuk menahan benturan, tetapi hanya sebagai penambat.
Tata letak dolphin dihitung dengan perumusan seperti gambar dibawah ini
R1 = 1,3 W.A
Dimana : R1 = Gaya akibat angin
W = Beban angin = 100 Kg/m2
A = Luas bidang kapal yang terkena angin (m2)
= panjang kapal x tinggi kapal yang tidak terendam air
C 6,6318
Sin = .sin 0 = . sin 45 0
Co 12,48
Sin = 0,37575
= 22,07070
cos cos 45
Kr = = = 0,8735
cos 1 cos 22,0707
d
= 0,0500 n = 0,8999
Lo
d
= 0,0501 n = x
Lo
d
= 0,0510 n = 0,8980
Lo
0,0501 0,0500
interpolasi = 0,8999 + (0,8980 0,8980)
0,0510 0,0500
= 0,89975
Sehingga :
no Lo
Ks =
n L
Ks = 1,0226
Ditanya : Tinggi gelombang di titik A yang berjarak 150 meter dari ujung pemecah
gelombang ?
Penyelesaian :
Lo = 1,56 T2 = 1,56(10)2 = 156,00 meter
d 10
= = 0,0641
Lo 156,00
Dari tabel A-1. buku pelabuhan di dapat :
d d
= 0,0640 = 0,10821
Lo L
d d
= 0,0641 = x
Lo L
d d
= 0,0650 = 0,10918
Lo L
0,0641 0,0640
interpolasi = 0,10821 + (0,10918 0,10821)
0,0650 0,0640
= 0,1083
𝑑
= 0,1083
𝐿
𝑑
𝐿 =
0,1083
10
=
0,1083
= 92,3280 meter
R 150
1,6246
L 92,3280
Dengan menggunakan tabel koefisien difraksi, didapat nilai :
DWI SYAVIRA RAHADI
G1B015011
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BENGKULU
TUGAS BESAR PELABUHAN
R
( = 450, = 300 , = 1,6246)
L
R
=1 K = 0,47
L
R
= 1,6246 K =x
L
R
=2 K = 0,39
L
1,6246 1
K = 0,47+ (0,39 0,47) = 0,42
2 1
Jadi tinggi gelombang di titik A :
H = K Hp
= 0,42 3
= 1,2601 meter
Penyelesaian :
Untuk menghitung besar atau berat batu yang dipakai pada kontruksi gelombang d
irencanakan sebagai berikut :
Berat jenis air laut = 1,03 t/m3. berat batu 2,70. kemiringan pemecah gelombang
pada sisi laut = 25%. Koefisien untuk blok batuan 11, nilai I = 1. Tinggi gelombang
9 m.
Hdl b b 4
= 0,0269 1 L
Hlr B B
0,5 b b 4
= 0,0269 1 125
2,5 1000 1000
0,5 1 b b
= 0,0269 1
2,5 4 125 1000 1000
2
0,5 1 b b
= 0,0269 1
2,5 4 125 1000 1000
b b
0,0036 = 0,0269 1
1000 1000
1000 b
0,0036 = 1
(0,0269) b 1000
3,6 b
= 1
(0,0269) b 1000
b
3,6 (0,0269) b = (0,0269) b
1000
b
(0,0269) b = 53,6 (0,0269) b
1000
1 b
b = 3,6 ( (0,0269) b)
0,0269 1000
3,6 b
b = b
0,0269 1000
b3
b = 133,83
1000
Lakukan iterasi :
b3
b = 1 m, b = 133,83 = 133,83 m
1000
b3
b = 133,83 m, b = 133,83 = 84,8712 m
1000
b3
b = 84,8712 m, b = 133,83 = 109,1048 m
1000
b3
b = 109,1048 m, b = 133,83 = 97,7916 m
1000
b3
b = 97,7916 m, b = 133,83 = 103,249 m
1000
b3
b = 103,249 m, b = 133,83 = 100,6536 m
1000
b3
b = 100,6536 m, b = 133,83 = 101,8967 m
1000
Penyelesaian :
b b
a. Hp H 0,0274 D 1
B B
150 150
2,75 0,0274 22 1
230 230
2,750,80757 0,027 2,16571 0,80757
2,750,9342 0,1057
1,9302 m
Penyelesaian :
b. H = d + G + R + P + S + K
Draft kapal di dapat dengan menggunakan tabel 1.1 hal. 22 yang di tambah angka
koreksi karena adanya salinitas dan kondisi muatan angka koreksi minimum adalah
sebesar 0,3 m.
G = 15 % x 5,5 = 0,825 m
H=d+G+R+P+S+K
= 10,725 m
= 2 x 120
= 240 m
a. Karekteristik kapal :
c. Kondisi lain
1. Tiang pancang pipa baja dengan D = 35 cm, berat sendiri 4,3 ton. Tiang
2. Daya dukung maksimal 70 t/tiang dan daya dukung tarik maksimal 35 ton
panjang = 14 m
lebar = 11 m
tinggi = 1,5 m
anggapan Cm x Ce = 1
4. Fender yang direncanakan : Fender tipe silinder karet 15 x 7,5 inch dan
Ditanya :
Rencanakan dolphin penahan untuk menahan benturan kapal dalam arah sejajar dan
Gaya tarikan kapal dalam arah meninggalkan dolphin, gaya ini sebesar 100 ton yang
bekerja pada bollard yang berjarak 1,25 m dari pusat berat plat, sehingga momen yang
timbul sebesar :
M= Q x L
Gaya angin dan benturan kapal tegak lurus sisi memanjang dolphin
Tekanan angin :
Qa = 0,063 . V2
= 0,063 (70)2
= 308, kg/m2
Rw = 1,1 . Qa . Aw
= 1.358.280 kg = 1.358,28ton
Rw
Rw1
2
1.358,28
Rw1 679,14 ton
2
WV 2
E tm
2g
70000 0,152
=
2 9,81
80,2752 tm
80.275,2 kgm
E
Ef
2
80275,2
Ef 40137,6 kg.m
2
Dengan grafik 7.5.b untuk fender silinder dengan ukuran 15 x 7,5 inch,
40137,6
L dolphin 29,489 m
1361,1
Ditanya :
Rencanakan :
a. Gambar salah satu jenis fender yang anda ketahui secara detail
c. Tentukan tahanan naik nol sampai maksimum, dan kerja yang dilakukan
dermaga
Penyelesaian :
W
b. F V2
2 gd
8000
0,12 2
2 9,81 5 0
1,1743
1
c. K Fd
2
1
1,1743 5 0
2
2,9358
Tanah Lapis I
Sudut gesek dalam : φ = 31°
Berat jenis tanah timbunan : γ = 1,7 gr/cm3
Tanah Lapis II
Sudut gesek dalam : φ = 28°
Berat jenis tanah timbunan : γ’ = 1,0 gr/cm3
Koofisien permeabilitas tanah : k1 = 1,1 x 10-2
Perbedaaan muka air hulu dan hilir dermaga : h1 = 0,4 m
Kedalaman air dermaga : h2 = 2,7 m
Tanah Lapis III
Sudut gesek dalam : φ = 28°
Kohesi tanah : C = 0,05 kg/cm2
Data lainnya
Ukuran tiang pancang : 40 cm x 40 cm
Berat jenis beton : C = 2,4 gr/cm3
σ arsen = 1800 kg/cm2
Ditanya : Rencanakan dermaga untuk berlabuh kapal
Penyelesaian :
1. Perencanaan Turap sebagai penahan tanah pada sisi belakang dermaga
a. Tekanan Air
Karena adanya perbedaan elevasi muka air di hulu dan hilir turap maka
akan terjadi aliran air dari hulu ke hilir turap. Karena adanya aliran tersebut maka
akan terjadi pengurangan distribusi tekanan air, dari sebesar a pada elevasi muka
air di hilir turap (pelabuhan) menjadi b pada batas antara lapis II dan II. Ahkirnya
menjadi c pada bagian bawah turap.
Hitungan Tekanan air a, b, c diberikan berikut ini :
Koefisien permeabilitas lapisan II : k 1
Koefisien permeabilitas lapisan III : k 2
Gradien Hidraulis lapisan II : i 1
Gradien Hidraulis lapisan III : i 2
Tekanan tanah pada elevasi muka air di hilir turap a = h1 γ w = 0,4
0,12 0,4
i1 =
1,1 0,372 2 h
1,1 3
b = a – i1 h2
c = b - i1 h3
0,1296 0,44 h 3
c = 0,4 -
0,372 2,2h3
Tanah Lapis 1
31
Ka = tan2 (45° - ) = tan2 (45° - ) = 0,3201
2 2
Tanah Lapis 2
28
Ka = tan2 (45° - ) = tan2 (45° - ) = 0,361
2 2
Tanah Lapis 2
28
Ka = tan2 (45° - ) = tan2 (45° - ) = 0,361
2 2
2
cos .III
Kp1 =
1 sin .III (sin .III cos .III tan
2
cos 28
Kp1 =
1 sin 28 (sin 28 cos 28 0,25)
Kp1 = 1,7991
2. Bagian tanah pelabuhan yang datar (di depan dermaga) :
28
Kp2 = tan2 (45° + ) = tan2 (45° + ) = 2,7698
2 2
Beban merata di atas dermaga (bj aspal = 2,2) :
q = 3 + 0,15 x 1 x 2,2 = 3,33 t/m2
ΣMDo = 0
0,0551x7,8+0,453x7,875+0,497x7,875+7,6065x5,9+0,08x7,5267 x5,9
+0.08x7,5167x0,0169x6,35+1,0463x5,9+1,7346x5,45+0,8816x3,0333
+3,73268x1,5167+16,9838x2,275-2,7549x3,9667-8,8155x1,4-10,8574
x 0,9333 = RA x 8,1
maka di dapatkan :
RA = 10,1933 ton
Momen maksimum
Lebar balok melintang adalah 0,6 m dan jarak balok melintang adalah b=4,5
m. Untuk pias sepanjang 4,5m, maka gaya-gaya dan momen adalah :
V = 65,465×4,5+(2,5-0,6)×1×0,65×2,4 = 264,824 t
M = (1,2354+8,2917)4,5+2,964×3 = 51,763 t
H = 13,0964×4,5 = 58,933 t
Jumlah tiang yang mendukung dermaga adalah 7 buah tiang untuk 4,5 m
panjang.
Tiang Lekatan :
1
P= 4×0,4×z×0,5 = 0,2666z
3
10
L = 14,36+ × 4,85 = 19,74m ≈ 20m
3
b. Tinjauan terhadap muatan darurat
1. Muatan normal + benturan kapal (tidak di hitung)
2. Muatan normal + tarikan kapal
Gaya tarik untuk setiap bollard (tambatan) adalah 35t
Jarak antar bollard = 21m
Di antara bollard terdapat 21/4,5 = 5 balok melintang
Satu tiang menahan gaya sebesar = 35/5 = 7t
Jarak vertikal antar gaya horisontal pada bollard ke titik O:
h = 0,9+1,4+0,15+0,15 = 2,95m
Momen akibat tarikan kapal :
M = 7×2,95 = 20,65 tm
ΣM = 51,763 + 20,65 = 72,386 tm
ΣH = 58,933+7 = 65,933 t
Tabel Hitungan gaya dukung tiang miring :
10. Diketahui :
Tinggi gelombang (H) =3m
Kedalaman laut (d) = 7,5 m
Koefisien (Kr) = 0,95
Kemiringan dasar laut (m) = 1:50
Periode Gelombang = 10 detik
Dari data pasang surut diperoleh data :
HWL = 1,85 m
MWL = 1,05 m
LWL = 0,3 m
Ditanya :
Rencanakan pemecah gelombang !
Penyelesaian :
Kedalaman air dilokasi bangunan berdasarkan HWL dan LWL adalah :
dHWL = 1,85 – (-7,5) = 9,35 m
dLWL = 0,3 – (-7,5) = 7,8 m
dMWL = 1,05 – (-7,5) = 8,55 m
Penentuan kondisi gelombang di rencana lokasi pemecah gelombang
Diselidiki kondisi gelombang pada kedalaman air di rencana lokasi pemecah
gelombang , yaitu apakah gelombang pecah atau tidak. Dihitung tinggi dan
kedalaman gelombang pecah
L0 = 1,56 T2= 156 m
d 8,55
= = 0,0548 m
Lo 156
d d
Dari tabel A-1 di dapat untuk nilai L = 0,0548 m
L o
d d
= 0,0540 = 0,09829
Lo L
d d
= 0,0548 =x
Lo L
d d
= 0,0550 = 0,09930
Lo L
0,0548 0,0540
interpolasi = 0,09829 + (0,09930 0,09829)
0,0550 0,0540
= 0,099098
d
Di dapatlah L = 0,099098
d 8,55
Maka L = 0,099098 = 0,099098 = 86,28 m
0,0548 0,0540
interpolasi = 0,8924 + (0,8905 0,8924)
0,0550 0,0540
= 0,89088
Di dapatlah n = 0,89088
n0 .Lo
Ks = √ n.L
0,5 .156
= √0,89088 .86,28
= 1,01
H1 = Ks . Ho
Maka :
𝐻1
Ho = 𝐾
𝑠 .𝐾𝑟
3
= = 3,127 m
1,01 .0,95
𝑯’𝒐 𝟐,𝟗𝟕𝟏
= 𝟗,𝟖𝟏 .𝟏𝟎𝟐 = 0,0030
𝒈𝑻𝟐
𝑯’𝒐
Dari gambar 3.22 pada buku Pelabuhan halaman 92 untuk nilai 𝒈𝑻𝟐 = 0,0030 di dapat :
𝑯𝒃
= 1,200
𝑯’𝒐
𝑯𝒃
Dari gambar 3.23 pada buku Pelabuhan halaman 93 untuk nilai = 0,0038 di dapat :
𝒈𝑻𝟐
𝒅𝒃
= 1,15
𝑯𝒃
𝟏/𝟐
= 𝟑 𝟎,𝟓
( )
𝟏𝟓𝟔
= 3,6056 ≈ 4
Dari gambar 5.9 pada buku Pelabuhan halaman 142 dengan nilai 𝑰𝒓 = 4
untuk lapis lindung dari batu pecah (quary stone) di dapat :
𝑹𝒖
= 1,23
𝑯
maka , Ru = H. 1,23
= 3 . 1,23
= 3,6900 m
𝟐,𝟔𝟓 .(𝟑)𝟑
= 𝟐,𝟔𝟓 𝟑
𝟒( − 𝟏) .𝟐
𝟏,𝟎𝟑
= 2,2987 ton
= 3,1472 m
= 2,1935 m
1/ 3
W
t = n k∆
r
1/ 3
2,2987
= 3 x 1,15
2,65
= 1,5272 meter
Jumlah batu pelindung
Di lihat pada tabel 5.3 pada buku Pelabuhan halaman 139, untuk Batu pelindung
batu alam kasar, n = 2 nilai k∆ = 1,15 serta nilai Porositas (P) = 37.
Jumlah butir batu pelindung tiap satuan luas (10 m2 ) dihitung dengan rumus :
𝟐
𝐏 r 𝟑
N = A. n . k∆ [𝟏 − 𝟏𝟎𝟎] [ ]
W
𝟐
𝟑𝟕 𝟐,𝟔𝟓 𝟑
= 10. 2 .1,15 [𝟏 − 𝟏𝟎𝟎] [𝟐,𝟐𝟗𝟖𝟕]
= 15,9310
≈ 16 butir batu