Anda di halaman 1dari 9

Agritech, 38 (3) 2018, 273-281

Pengaruh Pasang Surut terhadap Pengendapan Lumpur di Lahan Sawah Rawa


Kawasan Sungai Barito Kalimantan Selatan
Effects of The Tides on The Mud Clay Deposition in The Wetland Rice Field of Tidal Swamps of Barito River of South Kalimantan

Mawardi1,2*, Putu Sudira3, Bambang Hendro Sunarminto1, Totok Gunawan4


Benito Hadi Purwanto1
1
Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada,
Jl. Flora, Bulaksumur, Yogyakarta 55281, Indonesia
2
Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, Jl. Kebun Karet PO Box 31 Banjarbaru, Kalimantan Selatan 70712, Indonesia
3
Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada,
Jl. Flora No. 1, Bulaksumur, Yogyakarta 55281, Indonesia
4
Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Jl. Kaliurang, Sekip Utara, Bulaksumur, Yogyakarta 55281, Indonesia
*Email: balittra@litbang.pertanian.go.id

Tanggal submisi: 12 Maret 2018; Tanggal penerimaan: 24 Juli 2018

ABSTRAK

Lahan rawa sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai area tanaman padi, namun banyak kendala seperti
adanya lapisan pirit (FeS2) pada kedalaman 30−60 cm dan miskin unsur hara. Adanya suplai lempung marin dari
lumpur laut melalui proses pasang surut yang mengandung cukup mineral lempung smektit yang jenuh basa-basa
dapat menetralisir sifat asam akibat pirit. Selain itu lumpur sangat penting untuk perakaran padi, mengandung
unsur hara dan mempertebal lapisan atas agar lapisan pirit tidak teroksidasi. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan
November 2015 sampai Bualan Juni 2017 di area persawahan pasang surut kawasan Sungai Barito Kalimantan
Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, dengan mengamati selisih antara pasang maksimum dan
surut maksimum (amplitudo pasang surut) dan pengamatan endapan lumpur. Hasil penelitian menunjukkan sebaran
lumpur antar zona berbeda-beda tergantung kondisi geografi dan amplitudo pasang surut di zona tersebut. Zona
VII memiliki kadar lumpur lebih tinggi dibandingkan zona lainya, pola sebaran lumpur mengikuti pola parabola
(kuadratik) baik secara vertikal mau pun horizontal. Amplitudo pasang surut harian tidak berpengaruh terlalu
besar terhadap peningkatan kadar lumpur pada semua zona dan hanya tergantung kepada musim.

Kata kunci: Lumpur; pirit; pasang surut; lahan sawah pasang surut

ABSTRACT

Swamp land has a great potential to be developed as a paddy field area. However it has many constraints such
as-phyrite (FeS2) at the depth of 30–60 cm and lack of soil nutrition. On the other hand, supply of marine clay
from the sea which contains a lot of smektit clay mineral can be used to netralize this condition. Mud clay is
very important for the development of rice root because it contains much nutrition and to enlarge the top of
soil reducing the oxidation of phyrite. This study was conducted from January 2016 to June 2017 in swamp land
area of Barito River of South Kalimantan. Data was collected by measuring the difference between maximum and
minimum sea tide (tidal amplitude) and the deposition of mud clay. The results indicated that the distribution
of mud clay deposit vary depends on the geography and the tidal amplitude of the zone. Zone VII has higher
concenration of mud clay than the other one. The distribution pattern of mud clay deposit follows the parabola
type, verticaly and horizontaly type, as well. Increasing of mud clay at all of the zone areas are not significantly
effected by the daily tidal amplitude, only depends on climate condition/the season change.

Keywords: Mud clay; phyrite; tidal of the sea; tidal rice field

DOI: http://doi.org/10.22146/agritech.30935
ISSN 0216-0455 (Print), ISSN 2527-3825 (Online)

273
Mawardi dkk./Agritech 38 (3) 2018 273-281

PENDAHULUAN Lumpur di lahan menjadi sesuatu yang sangat


penting selain untuk perakaran padi. Tanaman ini
Pasang surut terbentuk karena gaya tarik semua menghendaki tanah berlumpur yang subur dengan
planet, terutama bulan dan matahari terhadap bumi ketebalan 18 - 22 cm. Lumpur berfungsi sebagai
(Franco, 1986). Tarikan itu akan menyebabkan badan penyedia hara, memudahkan peranakan padi, apalagi
air laut bergerak vertikal dan horizontal, sehingga di lahan rawa pasang surut dimana lumpur berasal
permukaan air laut tidaklah statisk melainkan dinamik dari luapan sungai yang berasal dari hulu yang banyak
dan selalu bergerak (Marchuk dan Kagan, 1983). Untuk mengandung unsur hara.
mengetahui karakteristik pasang surut laut, perlu Selain itu, di lahan rawa pasang surut sebagian
dilakukan pengamatan di lapangan (Hydrographic lumpur berasal dari endapan marin yang dapat menyerap
Services, 1987), dengan menggunakan alat perekam besi sehingga tidak meracuni tanaman. Bahkan dengan
pasang surut otomatis, rambu visual (Unesco, 1984) bertambahnya lumpur maka jeluk pirit semakin dalam
dan bisa juga dengan manual atau secara digital. Data dan semakin aman untuk pertanaman padi. Pada lahan
ini kemudian dihitung agar karakteristik pasang surut pasang surut dengan tipologi sulfat masam, dimana
laut dapat diketahui (Hydrographer of the Nurry, 1969) lapisan piritnya relatif dangkal yakni kurang dari 50 cm,
dan dianalisis pengaruhnya terhadap endapan lumpur pengolahan tanahnya harus minimum atau dangkal
di lahan. agar lapisan pirit tidak teroksidasi, yang mengakibatkan
Karakteristik pasang surut laut untuk suatu tanah menjadi masam. Sebaliknya, pada tipologi
daerah berbeda antara satu daerah dengan daerah lahan potensial dengan kedalaman lapisan pirit lebih
atau lokasi lainya. Pariwono (1985) mengelompokkan dari 50 cm, pengolahan tanah bisa lebih dalam untuk
dua karakteristik pasang surut laut di Indonesia yaitu memperluas areal perakaran tanaman, tetapi tidak
pasang surut tunggal mendominasi perairan Indonesia sampai ke lapisan pirit (Sudana, 2005).
sebelah barat dan pasang surut ganda mendominasi Pengelolaan tanah dan air (soil and water
perairan Indonesia sebelah timur. management) merupakan kunci utama keberhasilan
Potensi lahan rawa lahan pasang surut di Indonesia pengembangan pertanian di lahan rawa pasang surut,
yang cocok untuk usaha pertanian masih cukup luas. termasuk tanah sulfat masam yang sesuai dengan
Sampai saat ini pemanfaatan lahan rawa sebagai usaha kebutuhan tanaman (Suriadikarta, 2012). Menurut
pertanian masih terbatas, sehingga peluang untuk petani di lapangan jika terjadi banjir lumpur, hasil padi
meningkatkan peran lahan ini ke depan masih cukup tahun tersebut akan meningkat. Selain itu, area sawah
besar sebagai sumber pertumbuhan pertanian, namun yang memiliki ketebalan lumpur setebal 20 cm sangat
dalam mengelola lahan ini, diperlukan kehati-hatian bagus untuk pertanaman padi di lahan pasang surut.
karena adanya lapisan sulfida (Sudana, 2005). Peran lumpur ternyata sangat penting dalam
Berbagai kegagalan dan keberhasilan telah menujang keberhasilan usaha tani padi di lahan pasang
mewarnai kegiatan pengembangan lahan rawa. surut. Namun penelitian tentang lumpur itu sendiri dan
Terjadinya lahan bongkor misalnya, yaitu lahan yang distribusi spasialnya belum cukup banyak dilakukan.
ditinggalkan petani karena telah mengalami oksidasi Oleh karena itu, penelitian lumpur dan hubunganya
pirit sehingga produksinya sangat rendah, merupakan dengan pasang surut menjadi sangat penting dan
akibat dari reklamasi yang kurang tepat pada lahan perlu dilakukan sebagai sumber informasi dan
sulfat masam (Suriadikarta, 2012). direkomendasikan untuk usaha tani padi pasang surut.
Permasalahan ini terjadi akibat adanya lapisan
pirit (FeS2) pada kedalaman 30 - 60 cm dari permukaan
tanah atas yang mengalami oksidasi terutama pada METODE PENELITIAN
musim kemarau sehingga menimbulkan kemasaman
Lokasi Penelitian
tanah dan kelarutan Fe yang tinggi (Shamsuddin dkk.,
2004) disamping rendahnya status unsur hara terutama Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai
unsur P. Namun, apabila tanah memiliki cukup besar Juni 2017 di area persawahan seluas kurang lebih 650 km2. Area
persawahan tersebut merupakan kawasan tepian sungai Barito
senyawa-senyawa penetralisir, seperti ion OH-, kapur
Kalimantan Selatan yang memanjang dari muara laut sampai
(CaCO3), basa-basa dapat tukar, dan mineral-mineral sejauh 60 km ke arah hulu dan melebar ke arah samping sekitar
silikat mudah melapuk sehingga pH tanah tidak sampai 10 km, mengikuti saluran primer yang tegak lurus dengan Sungai
turun di bawah 4,0. Adanya lempung marin yang Barito. Lokasi penelitian terletak pada 3° 30’ 38’’ LS – 2° 44’ 6’’ LS
mengandung cukup mineral lempung smektit yang jenuh dan 14° 6’ 58’’ 244 BT- 114° 20’ 55’’.
basa-basa dapat menetralisirnya (Subagyo, 2006).

274
Mawardi dkk./Agritech 38 (3) 2018 273-281

Bahan dan Alat yang terbawa pada saat air pasang dan mengendap
Pengamatan tinggi air di lapangan untuk (tertinggal) pada saat surut di dalam bak kontrol
menghitung amplitudo pasang surut menggunakan lumpur berdiameter 50 cm dan tinggi 25 cm (Gambar
pengukur manual meteran kontrol air dari plastik 1.c). Lumpur yang diperoleh di lapangan dibersihkan
(Gambar 1.a) dan water logger merk HOBO U 20-001 dari sampah-sampah yang masuk, disaring, ditimbang
onset buatan Jepang (Gambar 1.b) Sedangkan alat untuk kemudian dioven selama 24 jam dengan suhu 105 °C
menampung (perangkap) lumpur di lahan digunakan untuk mendapatkan kering mutlak. Lumpur yang sudah
wadah plastik berdiameter 50 cm, tinggi 25 cm buatan kering mutlak ditimbang beratnya dengan timbangan
Indonesia, yang dimodifikasi dengan melubangi wadah digital.
tersebut (Gambar 1.c). Timbangan digital 5.000 g model Pengamatan dilakukan pada 9 zona area penelitian
EK9350H merk Kris Chef buatan China digunakan untuk tersebut sebanyak tiga titik pengamatan sehingga
menimbang berat lumpur basah. Timbangan analitik 4 berjumlah menjadi 27 titik pengamatan. Sedangkan
digit desimal max 110 g model AR1140/ohaus buatan untuk pengamatan pasang surut air, dipasang alat
USA digunakan mengukur berat lumpur kering mutlak. water logger (Gambar 1.b) di dua titik yaitu: di hilir
Oven merk eijkelkamp buatan Belanda untuk mengoven dekat dengan muara laut (3 km dari laut) di kecamatan
lumpur suhu 110 °C untuk mendapatkan kering mutlak. Tabungenen dan di hulu batas akhir area penelitian di
Pipa paralon 3 inc digunakan untuk melindungi water Kecamatan Barambai sejauh 60 km dari muara laut
logger di lapangan (Gambar 1.c), dan GPS merk (water logger hilir). Logger ini diset mencatat secara
Gamin model MAP 78S buatan USA digunakan untuk otomatis setiap jam selama penelitian (6 bulan)
mengetahui dan merekam koordinat. yaitu dari bulan Januari sampai Juni 2017. Data Hasil
pencatatan alat diolah untuk mendapatkan rata-rata (∆)
Analisis Data pasang surutnya setiap hari dan setiap bulan.
Data hasil pengamatan lumpur di lapangan
Penelitian ini menggunakan peta amplitudo
ditabulasi, diolah untuk mendapatkan rata-rata per
pasang surut (∆) yang dibuat berdasarkan pengukuran
pasang maksimum dan surut maksimum selama
24 jam (Gambar 2) di saluran primer. Berdasarkan
nilai amplitudo pasang surut (∆) tersebut, kemudian
dideleniasi untuk menghasilkan peta amplitudo pasang
surut (∆) secara horizontal dan vertikal. Sketsa ilustrasi
ditampilkan pada Gambar 3.
Peta amplitudo pasang surut (∆) secara horizontal
yaitu: sejajar dengan laut, dari muara Sungai Barito ke
arah hulu (Gambar 4). Berdasarkan nilai selisih antara
pasang maksimum dan surut maksimum (∆ amplitudo
(a)
pasang surut) dari muara ke arah hulu sejauh 60 km,
kemudian dibagi 4 zona yaitu: zona I, area ∆ >200cm),
zona II, ∆ (150-200 cm), zona III   (150-100 cm dan
zona IV (< 100 cm). Peta amplitudo pasang surut
(b)
vertikal yaitu: tegak lurus dengan laut, dari muara
saluran primer (yang behubungan langsung dengan
Sungai Barito) ke arah dalam saluran (Gambar 5)
berdasarkan selisih antara pasang maksimum dan surut
maksimum ( ) dari muara saluran primer ke arah dalam
sampai ujung sekitar 10 km, dibagi 4 zona juga yaitu
zona I, >120cm), zona II, (120-100 cm), zona III, (100-
80 cm dan zona IV, (< 80 cm).
Dari 4 zona ∆ pasang surut secara horizontal dan
4 zona secara vertikal ditumpang tepat (overlay) dan
seleksi berdasarkan daerah yang masih dapat terluapi (c)
pasang surut secara maksimal dan ditetapkan menjadi Gambar 1. Alat pengukur kadar lumpur (a) dan water logger,
9 zona (Gambar 6). Pengamatan endapan lumpur (b) meteran manual dan digital dipasang berdampingan untuk
dilakukan dengan cara menampung endapan lumpur mengukur tinggi air (c)

275
Mawardi dkk./Agritech 38 (3) 2018 273-281

bulan meter persegi jumlah lumpur yang diperoleh.


Selanjutnya dianalisis dan dideskripsikan dengan
diagram batang dan bandingkan untuk melihat
perbedaan berat endapan lumpur di tiap tiap zona lokasi
(9 zona) dan sebarannya. Untuk melihat pengaruh atau
hubungan antara endapan lumpur dengan ∆ pasang
surut dilakukan analisis korelasi.

Gambar 5. Zona ∆ pasang surut secara vertikal dari muara sungai


ke arah hulu Sungai Barito
Keterangan: Amplitudo (∆) pasang surut adalah pasang maksimum
246 cm dan minimumnya 66 cm sehingga amplitodunya 180 cm

Gambar 2. Pengukuran tinggi air untuk menghitung amplitudo


(∆) pasang surut pada salah salah titik pengamatan di daerah
Jelafa Muara setiap zona baik vertikal maupun horizontal

Gambar 6. Zona pengamatan lumpur di lahan sawah kawasan


Sungai Barito
Gambar 3. Sketsa ilustrasi zonasi amplitudo (∆) pasang surut
secara vertikal dan horizontal
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan rata rata endapan lumpur


perbulan selama 6 bulan pada 9 zona pengamatan titik
sampel lumpur ditampilkan pada Tabel .1

Sebaran Lumpur Antar Zona


Dari Tabel 1 sebaran lumpur berkisar rata rata 43,1
g/m2/bulan sampai 64,1 g/m2/bulan atau 258,5 sampai
384,8 g/m2/6 bulan. Selama musim hujan, kecuali zona
VII yang sangat berbeda dengan zona lainnya, yaitu
757,9 g/m2/bulan atau rata rata 126,3 g/m2/ bulan,
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan zona lainya.
Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor. Contohnya
Gambar 4. Zona amplitodu (∆) pasang surut secara horizontal zona ∆ pasang surut berada pada area ∆ pasang surut
dari muara sungai ke arah hulu Sungai Barito horizontal 100-120 cm dan vertikal >120 cm dengan

276
Mawardi dkk./Agritech 38 (3) 2018 234-240
Mawardi dkk./Agritech 38 (3) 2018 273-281

Tabel 1. Hasil pengamatan lumpur pada 9 zona selama 6 bulan di lahan rawa pasang surut

Zona I Zona II Zona Zona IV Zona V Zona VI Zona VII Zona VIII Zona IX Total
Bulan SD
(g/m2/bln) (g/m2/bln) (g/m2/bln) (g/m2/bln) (g/m2/bln) (g/m2/bln) (g/m2/bln) (g/m2/bln) (g/m2/bln) (g/m2/bln)
Januari 154,6 182,9 119,2 108,7 163,3 142,4 376,8 75,8 44,2 1367,9 94,9

Pebruari 88,1 105,9 161,0 112,4 117,2 179,9 325,5 282,3 281,4 1653,8 89,9

Maret 3,2 5,2 2,4 3,3 1,8 4,8 27,8 3,0 4,3 55,6 8,2

April 5,6 7,1 4,4 4,9 3,0 8,1 19,7 10,6 3,8 67,3 5,2

Mei 4,6 4,3 3,8 3,5 6,5 7,2 6,1 11,3 4,1 51,4 2,5

Juni 2,3 1,6 3,6 2,0 5,1 2,8 2,1 1,9 2,0 23,5 1,1

Total 258,5 307,0 294,5 234,8 296,9 345,2 757,9 384,8 339,8 3219,4 156,8

Rata-rata 43,1 51,2 49,1 39,1 49,5 57,5 126,3 64,1 56,6 536,6 26,1

perbedaan pasang tertinggi dan pasang terendah


dengan arus yang kuat, yang kemudian mempengaruhi total
suspensi sedimen yang terbawa air dan akhirnya berpengaruh
terhadap proses sedimentasi (Hariyanto dkk., 2017) di lahan
sawah zona VII tersebut. Selain itu, faktor geografis
juga sangat mempengaruhi proses sedimentasi seperti
yang terjadi di Sungai Mekong terbetuknya delta yang
merupakan hasil endapan sungai dipengaruhi beberapa
faktor seperti curah hujan, temperatur, dan karakteristik
geografi (Thuy & Anh, 2015).
Karakteristik Sungai Barito yang berbentuk Gambar 7. Total endapan lumpur pada semua zona pengamatan
meander dan posisi saluran primer di Kecamatan Anjir setiap bulan di kawasan Sungai Barito
(VII)endapan,
tersebutsehingga total endapan
berhadapan dengantersuspensi
arus balikjuga meningkat.
Sungai
Barito yang sangat mendukung terjadinya pengendapan
lumpur lebih banyak pada zona tersebut. Air yang berasal dari Ayunan pasang surut dari laut dan sungai
membawa lumpur lebih besar masuk ke saluran primer, di sekitarnya disertai dengan pengelontoran tanah oleh
dari saluran primer, masuk ke saluran sekunder dan air (erosi), membentuk endapan baru berupa daratan
terus suspensi mengalir ke sawah pada zona VII lahan rawa pasang surut (Noor, 2004).
tersebut. Selain itu pada zona VII merupakan titik di Pada bulan Maret, April, Mei, dan Juni, endapan
saluran primer betemunya dua arus yang berasal dari lumpur terus menurun yang diduga kuat pada bulan
Sungai Barito dari utara dan Sungai Kapus arah Selatan. tersebut supensi yang terbawa air berkurang sehinga
Akibat pertemuan dua arus inilah pada saat pasang yang terendapkan di sawah juga sedikit. Air yang
yang menyebabkan banyak suspensi yang endapkan mengandung lumpur diendapkan di petak sawah
pada zona VII. Besarnya pengendapan di zona VII pada lapisan olah. Kualitas dan jumlah lumpur yang
memungkinkan padi dapat tumbuh dengan baik. diendapkan sangat beragam, tergantung dari sumber
Dengan demikian zona VII berpotensi menjadi area lumpur dan jumlah aliran (Hardjowigeno, 2004). Pada
penghasil padi terbesar di kabupaten Barito Kuala sejak bulan Juni lumpur yang diendapkan sudah sangat
tahun 2011- 2015 yaitu: 34.234, 32.409, 27.205, dan sedikit, karena pada saat ini sudah memasuki awal
30.431 ton thn (BPS, 2017).
-1 musim kemarau. Meskipun terjadi pasang, dorongan air
Sebaran lumpur juga dipengaruhi oleh musim. dari Sungai Barito tidak kuat sehingga dibeberapa zona
Dari 9 zona, hanya bulan Januari dan Februari yang tidak terluapi air terutama pada saat pasang kecil.
kadar lumpurnya sangat tinggi sedangkan pada bulan-
bulan lainnya terus menurun seperti tersaji pada Pengaruh Nilai Amplitudo Pasang Surut (∆)
Gambar 7. Hal ini diduga kuat bahwa endapan lumpur terhadap Sebaran Lumpur
dipengaruhi oleh banyak suspensi yang terbawa air Sebaran endapan lumpur sangat dipengaruhi
pada saat awal musim hujan. Endapan ini berasal pasang surut air karena air sebagai media transpotasi
dari hasil erosi di daerah hulu yang terbawa aliran ke lumpur. Korelasi zona ∆ pasang surut (nilai amplitudo)
sungai sekitarnya dan berakhir di sungai Barito. Sesuai secara vertikal selama 6 bulan pengamatan 234
sejarah terbentuknya lahan rawa pasang surut (delta) diilustrasikan pada Gambar 8. Berdasarkan diagram

277
MawardiMawardi dkk./Agritech
dkk./Agritech 38 (3)234-240
38 (3) 2018 2018 234-240
Mawardi dkk./Agritech 38 (3) 2018 273-281

Januari
Januari April April
200 200 8
8
Endapan lumpur (g/m/bln)
Endapan lumpur (g/m/bln)

Endapan lumpur (g/m/bln)


Endapan lumpur (g/m/bln)
7 7
150 150 6 6
5 5
100 100 4 4
3 3
y = -0.0154x
y = -0.0154x 2 + 5.6645x - 348.04
2 + 5.6645x - 348.04 2
y = -0.0005x
2y = -0.0005x
2 + 0.1741x - 9.3109
2 + 0.1741x - 9.3109
50 50 R²
R² = 0.8549= 0.8549 R² = R² = 0.5461
0.5461
1 1
0 0
0 0
0 0 100 100 200 200 300 300
0 0 100 100 200 200 300 300
Amplitudo
Amplitudo Pasang Pasang Surut (cm)
Surut (cm)
Amplitudo
Amplitudo PasangPasang Surut (cm)
Surut (cm)

Mei Mei
Februari
Februari Endapan lumpur (g/m/bln) 8 8

Endapan lumpur (g/m/bln)


180 180
7 7
Endapan lumpur (g/m/bln)

160
Endapan lumpur (g/m/bln)

160
140 140 6 6
120 120 5 5
100 100 4 4
80 80 3 3
60 60 y = -0.0098x 2 + 2.8021x
y = -0.0098x - 65.259
2 + 2.8021x - 65.259 2 2y = -0.0005x 2 + 0.1741x
y = -0.0005x - 9.3109- 9.3109
2 + 0.1741x
40 40 R² = 0.5512
R² = 0.5512 1 R² = 0.5461
R² = 0.5461
1
20 20 0 0
0 0 0 0 100 100 200 200 300 300
0 050 100 100
50 150 150 200 200 250 250
Amplitudo Pasang Surut (cm)
Amplitudo Pasang Surut (cm) Amplitudo (∆) Pasang Surut (cm)
Amplitudo (∆) Pasang Surut (cm)

Juni Juni
6 4 4
6 MaretMaret
Endapan lumpur (g/m/bln)

Endapan lumpur (g/m/bln)

3.5
Endapan lumpur (g/m/bln)

3.5
Endapan lumpur (g/m/bln)

5 5 3 3
4 4 2.5 2.5
3 2 2
3
1.5 1.5
2 2
1y = -3E-05x
1 2 + 0.0043x + 2.4864
y = -0.0005x 2 + 0.1768x - 10.863 y = -3E-05x 2 + 0.0043x + 2.4864
1 y = -0.0005x 2 + 0.1768x - 10.863
0.5 R² = 0.0694
R² = 0.0694
1 R² = 0.347 0.5
R² = 0.347
0 0 0
0
0 0 100 100 200 200 300
0 50 50 100 100150 150200 200250 250 0 300
Amplitudo PasangPasang
Surut (cm) Amplitudo (∆) Pasang Surut (cm)
Amplitudo (∆) Pasang Surut (cm)
Amplitudo Surut (cm)

Gambar 8. Hubungan amplitodu (∆) pasang surut dengan endapan lumpur secara vertikal Perbulan (Januari - Juni)
Gambar 8. Hubungan amplitodu (∆) pasang surut dengan endapan lumpur secara vertikal Perbulan (Januari - Juni)
Gambar 8. Hubungan amplitodu (∆) pasang surut dengan endapan lumpur secara vertikal Perbulan (Januari - Juni)

278

235
Mawardi dkk./Agritech 38 (3) 2018 273-281

9). Pada Tabel 2, terlihat zona II dan III yang ∆ pasang


surutnya vertikal (Gambar 5) 100 - 150 cm dan 150 -
200 cm, rata-rata lumpur yang terendapkan 51,6 dan
49,08 g/m2/bulan atau 306,95 dan 294,49 g/m2/6 bulan.
Nilai-nilai ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan zona
I dan Zona IV yang hanya 43,08 dan 39,14 g/m2/bulan.
Mawardi
Mawardi
Mawardi
Mawardi
dkk./Agritech
Mawardi
dkk./Agritech
Mawardi
dkk./Agritech
Mawardi
dkk./Agritech
dkk./Agritech
dkk./Agritech
38
dkk./Agritech
38
(3)38
(3)
2018
38
(3)
2018
38
(3)
2018
38 Secara
234-240
(3)
38
2018
234-240
(3)
2018 horizontal
234-240
(3)
2018
234-240
2018
234-240
234-240
234-240 (sejajar dengan laut) amplitodu
(∆) pasang dibagi menjadi 4 zona (Gambar 4), namun
Mawardi
Mawardi
Mawardi
Mawardi
Mawardi
dkk./Agritech
Mawardi
dkk./Agritech
Mawardi
dkk./Agritech
Mawardi
dkk./Agritech
dkk./Agritech
dkk./Agritech
dkk./Agritech
38
dkk./Agritech
38(3)
38(3)
38(3)
2018
38
2018
(3)
38
2018
(3)38
2018
234-240
(3)
234-240
2018
38(3)
234-240
2018
(3)
234-240
2018
234-240
2018
234-240
234-240
234-240
dalam penelitian ini hanya tiga zona. Selain itu, pada
zona IV sebagian besar sudah tidak terluapi air pasang
surut kerena termasuk tipe luapan C dan D (Widjaja,
Gambar 9. Perbandingan antar zona ∆ pasang surut dengan rata
1986). Tabel 3 menunjukkan bahwa bagian tengah atau
rata endapan lumpur per bulan secara horizontal
zona II memiliki kadar lumpur 77,78 g/m2 /bulan lebih
tinggi dibanding zona I yang hanya 45,62 g/m2/bulan
pancar, sebagian besar menunjukkan pola hubungan maupun Zona III 60,39, g/m2/bulan. Hal ini disebabkan
parabola (kuadratik) dengan R2 berkisar 0,8 - 0,5 pada zona II amplitodu pasang surutnya tidak terlalu
kecuali pada bulan Juni. Jika direrata nilai korelasinya tinggi dan tidak terlalu rendah (100 - 120 cm), cendrung
(R2) menjadi lebih tinggi dengan persamaan korelasi bersifat kuadratik (R2) seperti pola vertikal. Akibatnya
y = -,5052x +21,137x+26,563 dan R² = 0,9971. Hal
2
banyak lumpur yang mengendap pada zona tersebut
ini menunjukkan bahwa nilai amplitudo pasang surut dibandingkan pada zona I yang amplitodu pasang
sangat mempengaruhi endapan lumpur. surutnya lebih tinggi dan zona III yang amplitodunya
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
9.Gambar
9.
Perbandingan
Gambar
9.
Perbandingan
Gambar
Perbandingan
9. 9.
Pengaruh Perbandingan
9.
Perbandingan
9.
Perbandingan
antar
Perbandingan
antar
amplitodu antar
zona
antar
zona
antar
zona
antar
∆ zona
pasang antar
pasang
∆surut
zona
pasang
∆zona
pasang
∆zona
pasang
surut
∆ pasang
∆surut
pasang
∆surut
secara dengan
pasang
surut
dengan
surut
dengan
surut
dengan
rata
horizontalsurut
dengan
rata
dengan
rata
rata
dengan
rata
rata
endapan
rata
rata
endapan
rata
endapan
rata
lebih rata
endapan
lumpur
rata
endapan
lumpur
endapan
kecil,lumpur
endapan
per
lumpur
lumpur
per
bulan
lumpur
per
bulan
sehinggalumpur
per
bulan
per
secara
bulan
per
secara
bulan
per
secara
bulan
daerah secara
horizontal
bulan
secara
horizontal
secara
horizontal
ini secara
horizontal
horizontal
horizontal
horizontal
menjadi kawasan
Gambar
Gambardigambarkan
Gambar
Gambar
Gambar
9.9.
Gambar
Perbandingan
9.
Gambar
Perbandingan
9.
Perbandingan
Gambar
9. dalam
Perbandingan
9.
Perbandingan
9.
Perbandingan
9. bentuk
Perbandingan
antar
Perbandingan
antar
antar
antar
zona
antar
zona
antar
zona
zonadiagram
antar
∆∆zona
antar
pasang

pasang
zona
pasang
∆zona

pasang
zona batang
pasang

surut
surut
pasang
∆surut
pasang
∆surut
dengan
pasang
dengan
surut(Gambar
dengan
surut
dengan
surut
dengan
rata
surut
rata
dengan
rata
dengan
rata
rata
rata
dengan
rata
rata
endapan
rata
rata pertanian
endapan
rata
endapan
rata
endapan
endapan
rata
lumpur
endapan
rata
lumpur yang
endapan
lumpur
endapan
lumpur
lumpur
per
per subur.
lumpur
per
bulan
lumpur
bulan
per
lumpur
bulan
per
bulan
per
secara
secara
bulan
per
secara
bulan
per
secara
bulan
secara
horizontal
bulan
horizontal
secara
horizontal
secara
horizontal
secara
horizontal
horizontal
horizontal
horizontal

TabelTabel
Tabel
2.Tabel
2.Tabel
2.Tabel2.
Tabel
2. 2. 2.
Tabel 2. Sebaran lumpur pada zona I – IV secara vertikal pada saluran primer di lahan sawah pasang surut
kawasan Sungai Barito Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
2.2.
Tabel
2.
Tabel
2.
Tabel
2. Tabel
2. 2. 2.
Zona Zona Zona
I Zona
I Zona
I Zona
Zona
I Zona
Zona
I Zona
III IZona
II Zona
IIZona
Zona
IIZona
Zona
II Zona
II
IIIII
Zona
IIIZona
IIIZona
Zona
III
Zona
III
Zona III
Zona
IVIII
Zona
IVZona
IVZona
IVZona
Total
IVTotal
IVTotal
IVTotal Total
Rata-rata
Total
Rata-rata
Total
Rata-rata
Rata-rata
Rata-rata
Rata-rata
Rata-rata
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan SD SD SD SDSDSDSD
(g/m
Zona(g/m
Zona
Zona
2(g/m
/bln)
Zona
2(g/m
/bln)
I IZona
2(g/m
/bln)
IZona (g/m
2(g/m
/bln)
I Zona
Zona(g/m
2(g/m
IZona/bln)
Zona
IZona
2/bln)
2(g/m
/bln)
IZona
IIII
2/bln)
2(g/m
/bln)
IZona
2(g/m
/bln)
IIZona (g/m
2(g/m
/bln)
IIZona
Zona (g/m
2(g/m
IIZona
Zona /bln)
IIZona
2/bln)
II
2(g/m
Zona
III/bln)
2/bln)
III
II
2(g/m
Zona/bln)
III
2(g/m
Zona/bln)
III (g/m
2(g/m
Zona
III /bln)
Zona (g/m
2(g/m
Zona
III/bln)
Zona
2/bln)
III
2(g/m
/bln)
Zona
2/bln)
IVIII
IV
2(g/m
Zona
IV/bln)
2(g/m
Zona/bln)
(g/m
2(g/m
IVZona/bln)
(g/m
2(g/m
IVZona/bln)
Total
IV
Total
2/bln)
2(g/m
Total /bln)
IVTotal
2/bln)
2(g/m
/bln)
IVTotal
2(g/m
/bln)
Total(g/m
2(g/m
/bln)
(g/m
2(g/m
/bln)
Rata-rata
Rata-rata
Total
2/bln)
2(g/m
Rata-rata
Total /bln)
2/bln)
Rata-rata
2(g/m
/bln)
2(g/m
Rata-rata/bln)
(g/m
2/bln)
Rata-rata (g/m
2/bln)
Rata-rata
2/bln)
Rata-rata
2/bln)

Bulan
Bulan
Bulan
JanuariBulan
Bulan
Januari Bulan
Januari Bulan
Januari Bulan
Januari
Januari
Januari
2154,62
2154,62
154,62
154,62
154,62
2154,62
2182,87
154,62
2182,87
182,87
182,87
182,87
2182,87
2119,18
182,87
2119,18
119,18
119,18
119,18
2119,18
2108,71
119,18
2108,71
108,71
108,71
108,71
2108,71
2565,38
108,71
2565,38
565,38
565,38
565,38
2565,38
2141,34
565,38
2141,34 SD
141,342SD SD
141,34
31,2 SD
141,34
31,2 SD31,2
141,34 SD31,2
141,34
31,2 SD31,2
SD31,2
(g/m
(g/m(g/m
2(g/m
/bln)
/bln)
(g/m
/bln)
(g/m
2/bln)
(g/m
2(g/m
/bln)
(g/m
2/bln)
(g/m
2/bln)
(g/m
/bln)
/bln)
(g/m
/bln)
(g/m
2/bln)
(g/m
2(g/m
/bln)
(g/m
2/bln)
(g/m
2/bln)
(g/m
/bln)
/bln)
(g/m
/bln)
(g/m
2/bln)
(g/m
2(g/m
/bln)
(g/m
2/bln)
(g/m
2/bln)
(g/m
/bln)
/bln)
(g/m
/bln)
(g/m
2/bln)
(g/m
2(g/m
/bln)
(g/m
2/bln)
(g/m
2/bln)
(g/m
/bln)
/bln)
(g/m
/bln)
(g/m
2/bln)
(g/m
2(g/m
/bln)
(g/m
2/bln)
(g/m
2/bln)
(g/m
/bln)
/bln)
(g/m
/bln)
(g/m
2/bln)
(g/m
2/bln)
(g/m
/bln)
2/bln)
2 /bln)
Februari
Februari
Januari
Januari Februari
Januari Februari
Januari Februari
Januari
JanuariFebruari
Februari
Januari
Januari
154,62 88,14
154,62
154,6288,14
154,6288,14
154,62 88,14
154,6288,14
154,62
182,87105,87
88,14
182,87
154,62 105,87
88,14
182,87 105,87
182,87 105,87
182,87 105,87
182,87 105,87
182,87
119,18 161,04
119,18
182,87 105,87
161,04
119,18 161,04
119,18 161,04
119,18 161,04
119,18 161,04
119,18
108,71112,45
108,71
119,18 161,04
112,45
108,71 112,45
108,71 112,45
108,71 112,45
108,71 112,45
108,71
565,38467,49
565,38
108,71 112,45
467,49
565,38 467,49
565,38 467,49
565,38 467,49
565,38 467,49
565,38
141,34116,87
141,34
565,38 467,49
116,87
141,34 116,87
141,34 116,87
141,34
31,2116,87
1,2
141,34
31,2 116,87
1,2
141,34
31,2 116,87
1,2
141,34
31,231,21,2
31,21,2
31,21,21,2
31,2
Maret
Maret
Februari
FebruariMaret
Februari Maret
FebruariMaret
Februari Maret
Februari Maret
Februari
Februari
88,14
88,14 3,15
88,143,15
88,14 3,15
88,14 3,15
88,14 3,15
105,87
88,14
105,87 3,15
88,145,16
105,873,15
5,16
105,87 5,16
105,87 5,16
105,87 5,16
105,87
161,04
161,04
105,87 5,16
2,41
161,045,16
2,41
161,04 2,41
161,04 2,41
161,04 2,41
161,04
112,45
112,45
161,04 2,41
3,33
112,452,41
3,33
112,45 3,33
112,45 3,33
112,45 3,33
112,45
467,49
467,49
112,4514,05
3,33
467,4914,05
3,3314,05
467,49
467,49 14,05
467,49 14,05
467,49
116,8714,05
116,87
467,49 3,51
14,05
116,87 3,51
116,87 3,51
116,87 1,2
3,51
116,87
1,21,2 3,51
1,2
116,87
1,2 3,51
1,2
116,87
1,2 3,51
1,21,21,21,2
1,21,21,21,2
April
Maret
MaretApril
Maret April
Maret April
Maret April
Maret April
Maret April
Maret 3,15
3,155,645,64
3,153,155,64
3,155,64
3,155,64
3,15
5,16 5,64
5,167,09
3,15 5,64
7,09
5,165,167,09
5,16 7,09
5,16 7,09
5,16
2,41 7,09
4,37
2,41
5,16 7,09
4,37
2,412,414,37
2,41 4,37
2,41 4,37
2,41
3,33 4,37
3,334,89
2,41 4,37
4,89
3,333,334,89
3,33 4,89
3,334,89
14,05
3,33 21,99
14,054,89
3,33 21,99
4,89
14,05 21,99
14,05
14,0521,99
14,0521,99
14,05 21,99
3,51
14,05
3,515,50
21,99
5,50
3,51 5,50
3,51
3,51
1,2 0,5
5,50
1,2
3,51
1,25,50
0,5
3,51
1,25,50
0,5
3,515,50
0,50,50,50,5
1,21,21,21,2
Mei
April
AprilMei
April Mei
April Mei
April Mei
April Mei
April Mei
April5,64
5,644,614,61
5,645,644,61
5,644,61
5,644,61
5,64
7,09 4,61
7,094,33
5,64 4,61
4,33
7,097,094,33
7,09 4,33
7,09 4,33
7,09
4,37 4,33
3,85
4,37
7,09 4,33
3,85
4,374,373,85
4,37 3,85
4,37 3,85
4,37
4,89 3,85
4,893,45
4,37 3,85
3,45
4,894,893,45
4,89 3,45
4,893,45
21,99
4,89 16,25
21,993,45
4,89 16,25
3,45
21,99 16,25
21,99
21,9916,25
21,9916,25
21,99 16,25
5,50
21,99
5,504,06
16,25
4,06
5,50 4,06
5,50
5,50
0,5 0,9
4,06
0,5
5,50
0,54,06
0,9
5,50
0,54,06
0,9
5,504,06
0,90,90,90,9
0,50,50,50,5
Juni
Mei
Mei
MeiJuni
Juni
Mei
Mei Juni
Juni
MeiMei Juni
Juni
Mei 4,614,612,312,31
4,614,612,31
4,612,31
4,612,31
4,61
4,33 2,31
4,331,63
4,61 2,31
1,63
4,334,331,63
4,33 1,63
4,33 1,63
4,33
3,85 1,63
3,64
3,85
4,33 1,63
3,64
3,853,853,64
3,85 3,64
3,85 3,64
3,85
3,45 3,64
3,452,02
3,85 3,64
2,02
3,453,452,02
3,45 2,02
3,452,02
16,25
3,45
16,252,02
9,60
3,45 2,02
16,259,60
16,25 9,60
16,25 9,60
16,25 9,60
16,25
4,06 9,60
16,25
4,062,40
9,60
2,40
4,06 2,40
4,06
4,06
0,9 33,1
2,40
0,9
4,06
0,933,1
2,40
4,06
0,933,1
2,40
0,90,90,90,933,1
4,062,40
33,1
33,1
33,1
Total
Juni
Juni Total
Juni Total
Juni
JuniTotal
Total
Juni
JuniTotal
Total
258,48
Juni2,312,31258,48
258,48
2,312,31258,48
2,31258,48
2,31258,48
306,95
2,31
1,63 258,48
1,63306,95
2,31 306,95
1,631,63306,95
1,63 306,95
1,63 306,95
294,49
1,63
3,64 306,95
294,49
3,64
1,63 294,49
3,643,64294,49
3,64 294,49
3,64 294,49
234,84
3,64
2,02 294,49
2,02234,84
3,64 234,84
2,022,02234,84
2,02 234,84
1094,76
2,02234,84
2,02
9,601094,76
234,84
9,60
2,02 1094,76
9,60 1094,76
9,60 1094,76
9,60 1094,76
9,60 273,69
1094,76
9,60
2,40
2,40273,69
9,60 273,69
2,402,40273,69
33,1
2,40273,69
5,5
33,1
2,40273,69
33,15,5
2,40
33,1273,69
5,5
2,40
33,15,5
33,15,5
33,15,55,5
33,1
Rata-rata
Total
TotalRata-rata
Total Rata-rata
Total Rata-rata
Total Rata-rata
Total Rata-rata
Total Rata-rata
Total
258,48 43,08
258,48
258,4843,08
258,4843,08
258,48 43,08
258,4843,08
258,48
306,9543,08
306,95
258,4851,16
43,08
306,9551,16
51,16
306,95
306,95 51,16
306,95 51,16
306,95
294,49 51,16
294,49
306,9549,08
51,16
294,4949,08
49,08
294,49
294,49 49,08
294,49 49,08
294,49
234,8449,08
234,84
294,4939,14
49,08
234,8439,14
39,14
234,84
234,84 39,14
234,8439,14
1094,76
234,84 182,46
39,14
1094,76
234,84
1094,76182,46
39,14
182,46
1094,76
1094,76182,46
1094,76 182,46
1094,76182,46
273,69
1094,76
273,6945,62
182,46
273,6945,62
273,6945,62
273,69 45,62
33,9
273,69
5,55,545,62
33,9
273,69
5,5 45,62
33,9
5,55,55,55,533,9
45,62
273,69
5,5 33,9
33,9
33,9
Rata-rata
Rata-rata
Rata-rata
Rata-rata
Rata-rata
Rata-rata
Rata-rata
Rata-rata
43,08
43,0843,08
43,08
43,08
43,08
43,08
51,16
51,16
43,08
51,16
51,16
51,16
51,16
51,16
49,08
49,08
51,16
49,08
49,08
49,08
49,0849,08
39,14
39,14
49,08
39,14
39,14
39,14
39,14
182,46
39,14
182,46
39,14
182,46
182,46
182,46
182,46
182,46
45,62
182,46
45,62 45,62
45,62
45,62
33,9
33,9
45,62
33,9
45,62
33,9
45,62
33,9
33,9
33,9
33,9

Tabel 3. Sebaran lumpur pada zona I – III cara horizontal dari muara laut ke hulu sejauh 60 km di
lahan sawah pasang surut kawasan Tabel
Tabel Tabel
3.Sungai
Tabel
3.Tabel
3.Tabel
3.
Tabel
3. 3. 3.
Barito
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
3.3.
Tabel
3.
Tabel
3.Tabel
3.Tabel
3. 3. 3.
ZonaZona Zona
I Zona
I Zona
I Zona
Zona
I Zona
Zona
I Zona
III IZona
II Zona
IIZona
Zona
IIZona
Zona
II Zona
II
IIIII
Zona
IIIZona
IIIZona
III
Zona
Total
IIITotal
IIITotal
IIITotal
Total
Rata-rata
Total
Rata-rata
Total
Rata-rata
Rata-rata
Rata-rata
Rata-rata
Rata-rata
Bulan
Bulan
BulanBulan
Bulan
Bulan
Bulan SD SD SD SDSDSDSD
(g/m
Zona(g/m
Zona 2(g/m
Zona /bln)
Zona2(g/m
/bln)
I IZona2(g/m
/bln)
IZona (g/m
2(g/m
/bln)
I Zona
Zona(g/m
2(g/m
IZona/bln)
Zona
IZona2/bln)
2(g/m
/bln)
2/bln)
IZona 2(g/m
/bln)
IIIIIZona 2(g/m
/bln)
IIZona (g/m
2(g/m
/bln)
IIZona
Zona (g/m
2(g/m
IIZona
Zona /bln)
IIZona2/bln)
II2(g/m
/bln)
Zona
III 2/bln)
III
II2(g/m
Zona/bln)
III 2(g/m
Zona/bln)
III (g/m
2(g/m
Zona
III/bln)
(g/m
2(g/m
Zona
Total
III/bln)
Total2/bln)
III2(g/m
Total/bln)
2/bln)
2(g/m
III /bln)
Total 2(g/m
Total/bln)
(g/m
Total2(g/m
/bln)
(g/m
2(g/m
/bln)
Rata-rata
Total
Rata-rata2/bln)
2(g/m
/bln)
Rata-rata
Total 2/bln)
2(g/m
Rata-rata/bln)
2(g/m
/bln)
Rata-rata (g/m
2/bln)
Rata-rata (g/m
2/bln)
Rata-rata 2/bln)
2/bln)
Rata-rata
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan SDSDSD SD SDSD SDSD
Januari
Januari (g/m
Januari (g/m
Januari (g/m
2(g/m
Januari/bln)
2/bln)
Januari (g/m
141,34
Januari2/bln)
(g/m
141,342/bln)
(g/m
2(g/m
141,34/bln)
(g/m
2/bln)
141,34 (g/m
2/bln)
2(g/m
141,34 /bln)
2/bln)
141,34 (g/m
227,49 2/bln)
141,34
227,49(g/m
2/bln)
(g/m
2(g/m
227,49 /bln)
(g/m
2/bln)
227,49 (g/m
2/bln)
227,49 2(g/m
/bln)
227,492/bln)
(g/m
60,01 2/bln)
227,49 (g/m
60,01 2/bln)
(g/m
2(g/m
60,01 /bln)
(g/m
2/bln)
60,01(g/m
2/bln)
60,012(g/m
/bln)
2/bln)
60,01 (g/m
428,85 2/bln)
60,01 (g/m
428,852/bln)
(g/m
2(g/m
428,85/bln)
(g/m
2/bln)
428,85 (g/m
2/bln)
2(g/m
428,85 /bln)
2/bln)
428,85 (g/m
142,95 2/bln)
428,85 (g/m
142,952/bln)
(g/m
2/bln)
142,95 82,6
(g/m 82,6
2/bln)
142,95 82,6
2/bln)
142,95 82,6
2/bln)
142,95
142,95 82,6
82,6
82,6
Februari
Februari
Januari
JanuariFebruari
Januari Februari
Januari Februari
Januari Februari
Januari 116,87
Februari
Januari
141,34116,87
Januari
141,34116,87
141,34
141,34116,87
141,34116,87
141,34116,87
207,55
141,34116,87
227,49207,55
227,49
141,34207,55
227,49
227,49207,55
227,49207,55
207,55
227,49 281,82
227,49
60,01207,55
281,82
227,49
60,01 281,82
60,01
60,01281,82
60,01281,82
60,01 281,82
606,24
60,01 281,82
428,85606,24
428,85
60,01 606,24
428,85
428,85606,24
428,85606,24
606,24
428,85202,08
606,24
428,85202,08
142,95
142,95
428,85
142,95 82,6
202,08 4,5
82,6
202,08
142,95 202,08
142,95
142,95 4,5
82,6
202,08
142,95 4,5
82,6
82,6
202,08
142,95 4,5
4,5
82,6
82,64,54,5
82,6
Maret
Maret
FebruariMaret
Februari
FebruariMaret
FebruariMaret
FebruariMaret
FebruariMaret
3,51
Februari
116,87 3,51
Februari
116,87
116,873,51
116,87 3,51
116,87 3,51
116,87 3,51
11,43
116,87
207,553,51
11,43
207,55
116,87 11,43
207,55
207,5511,43
207,55 11,43
207,5511,43
3,64
207,5511,43
281,82
281,82
207,553,64
281,823,64
281,82 3,64
281,82 3,64
281,82 3,64
18,59
281,82
606,243,64
18,59
606,24
281,82 18,59
606,24
606,2418,59
606,24 18,59
606,2418,59
6,20
18,59
606,24
202,086,20
202,08
606,24
202,08
202,084,5
6,20
6,20
202,08 2,4
4,5
6,20
202,08 2,4
4,5
4,5
6,20
202,08 2,4
4,5
6,20
202,08 2,4
4,52,4
4,52,42,4
4,5
April
Maret
MaretApril
MaretApril
Maret April
Maret April
Maret April
Maret April
5,50
Maret
3,51
3,51 5,50
3,515,50
3,51
3,515,50
5,50
3,51 5,50
3,5110,29
11,43 5,50
11,43
3,5110,29
10,29
11,43
11,43 10,29
11,43 10,29
11,43 10,29
7,21
11,43
3,6410,29
11,43
3,647,21
3,647,21
3,64
3,647,21
7,21
3,64 7,21
23,00
3,64
18,597,21
18,59
3,6423,00
18,5923,00
18,59 23,00
18,59 23,00
18,59 23,00
7,67
18,59
6,2023,00
18,59
6,207,67
6,207,67
6,20
6,202,4
7,67
6,20 1,9
2,4
7,67
6,20 1,9
2,4
2,4
7,67
6,20 1,92,4
2,4
7,67 1,9
1,9
2,41,91,9
2,4
Mei
April
AprilMei
AprilMei
April Mei
April Mei
April Mei
April Mei
4,06
April
5,50
5,50 4,06
5,504,06
5,50
5,504,06
4,06
5,50 4,06
5,506,58
10,29 4,06
10,29
5,506,58
10,296,58
10,29 6,58
10,29 6,58
10,29 6,58
7,69
10,29
7,21 6,58
10,29
7,217,69
7,217,69
7,21
7,217,69
7,69
7,21 7,69
18,33
7,21
23,007,69
23,00
7,2118,33
23,0018,33
23,00 18,33
23,00 18,33
23,00 18,33
6,11
23,00
7,6718,33
23,00
7,676,11
7,676,11
7,67
7,671,9
6,11
7,67 0,7
1,9
6,11
7,67 0,7
1,9
1,9
6,11
7,67 0,7
1,9
6,11 0,7
1,90,7
1,90,70,7
1,9
Juni
Mei
Mei
MeiJuni
Juni
Mei
Mei Juni
Juni
Mei
Mei Juni
MeiJuni
2,40
4,06
4,06 2,40
4,062,40
4,06
4,062,40
2,40
4,06 2,40
4,063,33
6,58
6,582,40
4,063,33
6,58 3,33
6,58 3,33
6,58
6,583,33
3,33
6,581,95
7,69 3,33
7,69
6,581,95
7,691,95
7,69
7,691,95
1,95
7,69 1,95
7,697,68
18,331,95
18,33
7,697,68
18,337,68
18,33 7,68
18,33 7,68
18,33 7,68
2,56
18,33
6,11 7,68
18,33
6,112,56
6,112,56
6,11
6,110,7
6,1196,6
0,7
2,56 96,6
0,7
2,56
6,11 96,6
0,7
2,56
6,112,5696,6
0,70,796,6
0,796,6
0,796,6
Total
Juni
Juni Total
Juni Total
Juni
JuniTotal
Total
Juni
JuniTotal
273,69
JuniTotal
2,40273,69
2,40
2,40273,69
2,40273,69
2,40273,69
2,40273,69
466,66
2,40273,69
3,33466,66
3,33
2,40
3,33466,66
3,33466,66
3,33466,66
3,33466,66
362,32
3,33466,66
1,95362,32
1,95
3,33
1,95362,32
1,95362,32
1,95362,32
1,95362,32
1102,67
1,95362,32
7,681102,67
7,68
1,95
7,681102,67
7,681102,67
1102,67
7,68
7,681102,67
367,56
7,681102,67
2,56 367,56
2,56
7,68 96,6
367,56
2,56
2,56 16,1
96,6
367,56
2,56 16,1
96,6
367,56
2,56 16,1
96,6
96,6
367,56
2,56 16,1
367,56
2,56 16,1
96,6 16,1
96,6 16,1
96,6
Rata-rata
Total
TotalRata-rata
TotalRata-rata
Total Rata-rata
Total Rata-rata
Total Rata-rata
Total Rata-rata
45,62
273,69
Total 45,62
273,69
273,6945,62
273,6945,62
273,6945,62
273,6945,62
77,78
45,62
273,69
466,6677,78
466,66
273,69
466,6677,78
466,6677,78
466,6677,78
466,6677,78
60,39
77,78
466,66
362,3260,39
362,32
466,66
362,3260,39
362,3260,39
362,3260,39
362,3260,39
183,78
362,3260,39
1102,67183,78
1102,67
362,32 183,78
1102,67
1102,67183,78
1102,67183,78
1102,67183,78
61,26
1102,67183,78
367,5661,26
1102,67
367,56 16,1
61,26
367,56
367,56 83,8
16,1
61,26
367,56 83,8
16,1
61,26
367,56 83,8
16,1
16,1
61,26
367,56 61,26
367,56 83,8
83,8
16,1 83,8
16,1 83,8
16,1
Rata-rata
Rata-rata
Rata-rata
Rata-rata
Rata-rata
Rata-rata
Rata-rata
Rata-rata
45,62
45,62
45,62
45,62
45,62
45,62
45,62
77,78
77,78
45,62
77,78
77,78
77,78
77,78
77,78
60,39
60,39
77,78
60,39
60,39
60,39
60,39
60,39
183,78
183,78
60,39
183,78
183,78
183,78
183,78
183,78
61,26
183,78
61,26
61,26
61,2683,8
83,8
61,26 83,8
61,26 83,8
61,26 83,8
61,26 83,8
83,8
83,8

279
Gambar 10.
Mawardi dkk./Agritech 38 (3) 2018 273-281

Hubungan antara amplitodu pasang surut bersifat


kuadratik. Hal ini menujukkan bahwa nilai amplitodu
pasang surut ada nilai optimunnya. Perbedaan antara
pasang maksimum dan surut maksimum yang tinggi ini
juga menyebabkan arus air bergerak cepat membawa
endapan, sehingga total endapan tersuspensi juga
meningkat.
Arus yang lebih tinggi juga mengandung energi
yang kuat (Wahab dkk., 2016). Akibatnya lumpur yang
sudah masuk ke lahan belum sempat mengendap Gambar 11. Dinamika ∆ pasang surut selama 6 bulan pada dua
sempurna, masih berupaGambar 11 dan terbawa lagi
suspense lokasi pengamatan di Sungai Barito
keluar hanya tertinggal sebagian. Sebaliknya, pada
(∆) amplitodu yang nilainya rendah, lumpur yang
terendapkan di lahan juga sedikit. Hal ini diduga air
terjadi sub DAS Serang bahwa sedimen meningkat pada
yang masuk ke lahan dengan arus yang lemah sehingga
bulan April, seiring terjadi peningkatan curah hujan,
suspensi lumpur yang terendapkan juga sedikit.
debit dan tinggi muka air (Mahmud dkk., 2009).
Pada titik optimum dengan amplitudo pasang
Penurunan curah hujan pada bulan Maret juga
surut (∆) yang sedang, air masih bisa masuk dengan
mempengaruhi jumlah lumpur yang di endapkan di lahan
arus yang sedang cukup untuk membawa suspensi
secara drastis, diikuti dengan menurunnya ∆ pasang
lumpur. Namun karena selisih antara pasang maksimum
surut, namun pada bulan April, curah hujan kembali
dan surut terendah tidak terlalu besar, sehingga lumpur
meningkat dan diikuti pula dengan meningkatnya ∆
yang tersuspensi dapat mengendap sempurna dan tidak
pasang surut, tetapi jumlah lumpur yang di endapkan
terbawa keluar kembali pada saat surut.
di lapangan terus berkurang sampai bulan Juni. Hal ini
Pengaruh Amplitudo Pasang Surut Harian Air diduga kuat lumpur yang berasal dari hulu sudah sangat
terhadap Sebaran Lumpur berkurang, dan air sungai juga sudah tidak keruh lagi.
Selain itu, dorongan arus dari hulu sungai tidak terlalu
Hubungan amplitudo pasang surut air harian terhadap
lumpur total perbulan diperlihatkan Pada Gambar 10 besar, berupa gaya internal yang mempengaruhi arus
dan 11. seperti perbedaan densitas air laut, gradien tekanan
Dari Gambar 10 dan 11 terlihat bahwa fluktuasi mendatar dan up welling (Try dkk., 2017). Karena
sebaran lumpur di lahan sawah. Fluktuasi sebaran sudah memasuki musim kemarau sehingga air hanya
lumpur tergantung musim. Pada bulan Januari dan dapat masuk ke lahan pada saat pasang besar saja.
Februari kandungan lumpur tertinggi pada semua zona Selain itu, lumpur yang tersuspensi juga berkurang
pengamatan. Hal ini diduga pada saat awal musim sehingga yang diendapkan di lahan sawah pun juga
hujan banyak sekali lumpur hasil erosi yang terbawa sudah sangat berkurang.
air sungai kemudian diendapkan di sawah, seperti yang
KESIMPULAN

Distribusi spasial zona lumpur di lahan pasang


surut bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh nilai
amplitudo (∆) pasang surut. Hubungan (korelasi)
bersifat kudratik (R2), dengan nilai amplitudo (∆) pasang
surut sebesar 100 - 200 cm secara horizontal dan 120 -
150 cm secara vertikal. Kadar lumpur tertinggi berada
pada zona VI, dibandingkan 8 zona lainya, sehingga
sangat mendukung untuk usaha pertanian terutama
tanaman padi di lahan pasang surut. Jumlah endapan
lumpur selain dipengaruhi amplitudo (∆) pasang surut,
juga oleh musim kemarau dan penghujan. Pada awal
musim hujan sungai banyak membawa material lumpur
dari hulu sungai, namun sebarannya tetap ditentukan
Gambar 10. Dinamika endapan lumpur selama 6 bulan pada 9 oleh nilai amplitudo (∆) pasang surut.
zona ∆ pasang surut di kawasan sawah Sungai Barito

280
Mawardi dkk./Agritech 38 (3) 2018 273-281

UCAPAN TERIMA KASIH Mahmud, Joko H. Susanto. (2009). Penilaian Status Daerah
Aliran Sungai ( Studi Kasus Sub Das Serang ), Journal
Ucapan terimakasih disampaikan kepada Badan AGRITECH, Vol. 29, No. 4 November 2009
Litbangtan Kementerian Pertanian yang telah memberi Marchuk, G. L, Kagan, B. A., 1983, Dynamics of ocean tides,
bantuan dana dalam penelitian ini. Ucapan terimakasih Kluwer Academic Publizshers, Dordrecht.
juga disampaikan kepada semua pihak yang berperan
Noor, M. 2004. Lahan Rawa Sifat dan Pengelolaan Tanah
dan terkait dalam kegiatan penelitian ini. Ucapan terima Bermasalah Sulfat Masam. Divis Buku Perguruan Tinggi.
kasih dapat juga disampaikan kepada pihak-pihak yang Raja Grafindo Persada. Jakarta.
membantu pelaksanaan penelitian ini terutama teknisi
Pariwono, J., 1985, Australian cooperative programmes in
Yayasan Cahaya Ar Rahman yang selalu mendampingi
marine sciences: tides and tidal phenontena in the
dalam pengambilan data dan para petani yang ada
ASEAN region, Fl inders University, Flinders).
di Kecamatan Tabunganen, Tamban, Mekarsari, Anjir,
Bambangin dan Barambai, yang membantu pengamatan Shamsuddin, J., S. Muhrizal, I, Fauziah and E Van Ranst. 2004.
dan pengamanan alat di lapangan. A.laboratory study of pyrite oxidation in acid sulfate
solils. Communication in Soil Science and Plant Analysis.
Subagyo, H. 2006. Karakteristik dan Pemgelolaan Lahan Rawa.
DAFTAR PUSTAKA Lahan Rawa Pasang Surut. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan
BPS, 2017. Kabupaten Barito Kuala. Produksi Padi Sawah Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen
Menurut Kecamatan di Kabupaten Barito Kuala, Pertanian. Jakarta. ISBN 979-9474-52-3
2011- 20015. (https://baritokualakab.bps.go.id/
dynamictable/2017/01/17 /864/produksi-padi- Sudana, W. (2005). Potensi dan prospek lahan rawa sebagai
sawah-menurut-kecamatan-di-kabupaten-barito- sumber produksi pertanian. Analisis Kebijakan Pertanian,
kuala-2011-2015.html). 3, 141–151.

Franco, A. D. S., 1966, Tides.Fundamentals, prediction and Suriadikarta, uriadikarta, D. A. (2012). Teknologi Pengelolaan
analysis, International Hydrographic Office, Monaco. Lahan Rawa Berkelanjutan : Studi kasus Kawasan EX
PLG Kalimantan Tengah. (Technology for Sustainable
Hariyanto, T., Krisna, T. C., & Pribadi, C. B. (2017). Development Management of Tidal Swampy Areas: Case Study in
of Total Suspended Sediment Model using Landsat-8 former PLG in Central Kalimantan Povince) Journal
OLI and In-situ Data at the Surabaya Coast , East Java, Sumberdaya Lahan Vol. 6 No. 1, Juli 2012.
Indonesia, 49(1), 73–79.
Thuy, N. N., & Anh, H. H. (2015). Vulnerability of Rice
Hydrographer of the Nurry 1969, Tides and tidal streams, Production in Mekong River Delta under Impacts from
Admiralty of Hydrographic Surveyimg, Taunton. Floods , Salinity and Climate Change, 5(4), 272–279.
Hydrographer of the Nurry, 1969, Tides and tidal
streams, Admiralty of Hydrographic Surveyimg, Taunton. Try Al Tanto, Ulung Jantama Wisha, Gunardi Kusumah,
Widodo S Pranowo, Semeidi Husrin, & Aprizon Putra.
Hydrographic Hydrographic Services, 1987, Physical (2017). Characteristics of Sea Current in Benoa Bay
oceanographic survey course, Group Training Course In Waters – Bali. Ilmiah Geomatika, 23(1), 37–48. https://
Hydrographic Services, Tokyo. doi.org/10.24895/JIG.2017.23-1.%25x
Klasifikasi, M. D. A. N., Hardjowigeno, S., Subagyo, H., & Unesco, 1994. Manual on sea level measurement
Rayes, M. L. (1950). 1. morfologi dan klasifikasi tanah and interpretation. Volume l-Basic procedures,
sawah, 1–28. Intergovermental Oceanographic Commission, Paris.

281

Anda mungkin juga menyukai