Anda di halaman 1dari 2

1

Artikel : Religius
Edisi : Istimewa

“SEJARAH DISYARIATKANNYA QURBAN


DAN PENGERTIAN HUKUM QURBAN”
Oleh : H. Sunaryo A.Y.
Setelah kita beribadah puasa Sunnat dihari-hari sepuluhan (likur) pertama yaitu
dari tanggal 1 Dzulhijjah sampai dengan tanggal 9 Dzulhijjah 1425 H. Pada tanggal 10
Dzulhijjah kita merayakan hari raya Idhul Adha atau Idhul Qurban. Tentang sejarah
disyariatkannya Qurban disebutkan sebagai berikut :
Pada suatu hari Nabi Ibrahim mimpi akan menyembelih putranya yang
bernama Ismail, lalu dibicarakan dengan puteranya. Putera Nabi Ibrahim taat dan siap
dengan katanya : “Kalau memang Allah SWT yang menyuruh ayah untuk menyembelih
saya, laksanakanlah.” Lalu Nabi Ibrahim membawa putranya ke suatu tempat. Ketika
pisau sudah diletakkan dileher Nabi Ismail, tiba-tiba Qibaslah yang terpotong sedang
Nabi Ismail selamat. Qurban yang disyariatkan kepada ummat Nabi Muhammad SAW
untuk mengingatkan kembali nikmat Allah kepada Nabi Ibrahim AS karena taat dan
patuhnya kepada Allah SWT dan untuk bertaqarub (mendekatkan diri) kepada Allah.
Qurban dari segi bahasa artinya dekat, mendekatkan diri. Sedang menurut
syara’ berarti menyembelih hewan dengan tujuan untuk ibadah kepada Allah SWT pada
hari raya Idul Adha yaitu pada tanggal 10 Dzulhijjah dan dinamakan hari Nahar, dan
hari-hari Tasriq yaitu pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Qurban disebut juga Udh-
hiyah. Hukum berqurban ialah Sunnat Muakad. Ibadah qurban ini tidak hanya
disyariatkan kepada umat Islam saja tetapi umat-umat terdahulu sebelum Nabi
Muhammad SAW juga diperintahkan berkurban, sebagaimana Firman Allah SWT :
“ Dan bagi tiap-tiap umat kami jadikan tempat berqurban (supaya ia
berqurban) agar mereka mengingat nama Allah atas apa yang telah di rezqikan kepada
mereka dari binatang ternak.” (QS: Al-Hajj:34)
Bagi yang memiliki kemampuan maka Qurban tidak hanya untuk sekali saja, melainkan
disunnatkan untuk setiap tahun.
Bersabda Nabi SAW :
“Hai manusia sesungguhnya atas tiap-tiap rumah pada setiap tahun
disunnatkan berqurban.” (HR Abu Daud)
Orang yang memiliki harta (mampu) tetapi tidak mau berqurban, maka sangat dibenci
oleh Rasulullah SAW, sebagaimana Sabda Nabi SAW :
“Barang siapa yang mempunyai kecukupan untuk berqurban dan ia tidak suka
berqurban maka janganlah dekat-dekat ditempat shalatku (Masjidku).” (HR Ahmad dan
Ibnu Majah)
 Yang boleh dijadikan Qurban ialah hewan-hewan sebagai berikut :
1. Unta yang telah berumur lima tahun
2. Sapi yang sudah berumur dua tahun
2
3. Kambing yang sudah berumur dua tahun
4. Domba atau Biri-biri yang sudah berumur setahun atau telah lepas giginya
sesudah umur enam bulan.
 Bersabda Rosullah SAW :

“ Dari Jabir ra ia berkata : Rosulullah SAW telah bersabda : “ Janganlah kamu


semua menyembelih binatang Qurban kecuali yang sudah sampai umur, akan tetapi
bila sukar bagi kalian maka bolehlah menyembelih kambing (binatang untuk qurban)
yang masih muda. “ (HR Muslim)
Sekurang-kurangnya Qurban ialah seekor Kambing untuk satu orang, dan boleh
seekor Unta atau seekor Sapi untuk Qurban tujuh orang.
 Dijelaskan dalam sebuah riwayat sebagai berikut :

“ Dari Jabir ra ia berkata : “ Kami pernah melakukan Qurban bersama Rosulullah


SAW pada tahun Hudaibiyah dengan seekor Unta untuk tujuh orang dan seekor
Sapi untuk tujuh orang.” (HR Muslim)
Syarat-syarat binatang Qurban :
1. Binatang itu matanya tidak buta sebelah. 2. Binatang itu kakinya tidak pincang.
3. Binatang itu tidak berpenyakit yang nampak sekali sehingga kelihatan kurus atau
rusak dagingnya. 4. Binatang itu tidak kurus. 5 Binatang itu tidak berkudis.
6. Binatang itu telinganya tidak terpotong sebelah. 7.Binatang itu ekornya tidak
terpotong. 8. Binatang itu tidak sedang mengandung atau tidak baru saja melahirkan.
 Waktu penyembelihannya ialah sesudah Idhul Adha dan akhir
waktunya ialah Ashar hari Tasriq yaitu sejak tanggal 10 Dzulhijjah hingga
terbenamnya Matahari tanggal 13 Dzulhijjah. Pada waktu menyembelih Qurban
disunnatkan : Membaca “ Bismillah Wallahu Akbar “ dan membaca Shalawat atas
Nabi SAW pada waktu akan memulai menyembelih. Daging Qurban sunnat
sepertiga bagian boleh dimakan oleh yang ber-Qurban. Adapun menjual dagingnya,
kulitnya, hukumnya haram. Demikian pula haram memberikannya sebagai upah
bagi orang yang memotong. Sedangkan Qurban wajib, Qurban yang di Nadzarkan,
dagingnya, kulitnya dan tanduknya wajib disedekahkan, orang yang berqurban
haram turut makan dagingnya.
*****
( Bahan (materi ) dikutip dari buku “FIQIH” Oleh : Drs. H. Moh Rifai, Untuk Madrasah Aliyah.
Kurikulum 1984, Edisi 1991. Penerbit “Wicaksana “ Semarang )

Anda mungkin juga menyukai