Biologi 1
Biologi 1
Kata Histology berasal dari bahasa Yunani yaitu dari akar kata Histos yang berarti
jaringan dan kata Logia/Logos yang berarti ilmu pengetahuan/ ilmu yang mempelajari.
Jadi secara harafiah dapat diartikan bahwa Histology adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang jaringan.
Dari pengertian tersebut kemudian muncul suatu pertanyaan, yakni apa yang tercakup
dalam istilah histology dewasa ini ? Setelah ditelusuri lebih jauh ternyata Anatomi dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah Anatomi Makroskopik
yang artinya struktur tubuh yang dapat dilihat dengan mata telanjang, kelompok kedua
Anatomi Mikroskopik artinya struktur tubuh yang hanya dapat dilihat dengan memakai
alat bantu yaitu mikroskop.
Anatomi mikroskopik dikenal dengan istilah Histologi. Materi pembahasan pada anatomi
mikroskopik dikelompokkan menjadi tiga. Kelompok pertama adalah Histology (ilmu
yang mempelajari tentang jaringan), kelompok kedua adalah Organology (ilmu yang
mempelajari tentang organ), dan kelompok ketiga adalah Sitology (ilmu yang
mempelajari tentang seluk beluk sel). Kelompok ketigan ini (sitologi) merupakan cikal
bakal perkembangan ilmu-ilmu lain yang berhubungan dengan struktur molekuler sel,
misal, ilmu Biology Molekuler. Ilmu Biology Molekuler dalam penerapan sering
digunakan dalam teknology dibidang kedokteran yaitu Teknik Rekayasa Genetika.
Jadi Histologi tidak hanya mempelajari mengenai jaringan/organ juga mempelajri sel
baik itu struktur baupun fungsinya, bahkan mempelajari sampai ketingkan sel/molekuler.
Oleh karena itu histology merupakan dasar dari ilmu-ilmu yang lain seperti : Patology,
VirologylImunology, Biok.imia, fisiolgy dll.
BAB II SITOLOGI
Sitologi berasal dari akar kata cytos yang artinya cel dan logos artinya ilmu
pengetahuan. Jadi sitologi berarti ilmu yang mempelajari tentang sel. Definisi sel adalah
sel merupakan unit struktural yang terkecil dari mahluk hidup yang terdiri dari segumpal
protoplasma dan inti sel. Selanjutnya seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan
sehingga pada tahun 1930 ditemukan mikroskop elektron. Definisi sel selanjutnya
berbunyi “ Sel adalah merupakan unit struktural dan fungsional yang terkecil yang
mampu hidup di dalam suatu lingkungan yang mati “.
1. Sel dapat bersifat iritabel, artinya sel dapat menujukkan respon terhadap stimuli
baik secara kimiawi maupun listrik. Contohnya adalah sel saraf dan sel otot.
2. Sel dapat bersifat konduktivitas, artinya sel mampu meneruskan rangsangan.
Contohnya sel saraf dan sel otot.
3. Sel dapat bersifat kontraktivitas, artinya sel dapat memendekkan protoplasma ke
satu arah (terlihat saat pembelahan sel)
4. Sel dapat bersifat absorbsi, sifat ini dapat dimiliki oleh semua jenis sel.
5. Sel mempunyai sifat sekresi, sifat ini paling baik dimuliki oleh sel-sel kelenjar,
selain itu juga mempunyai sifat ekskresi. Contoh sel yang kurang/tidak
mempunyai sifat ini adalah sel otot dan sel saraf.
6. Sel mempunyai kemampuan respirasi, artinya sel mempunyai kemampuan
menangkap oksigen untuk kebutuhan metabolisme di dalam sel.
7. Sel mempunyai sifat pertumbuhan dan perbanyakan, perbanyakan sel berarti
dapat membelah diri dan selama perkembangannya dapat menjadi banyak
bentuk sifat ini disebut multipoten. Contoh sel yang bersifat multipoten adalah sel
mesenchym yang pada akhirnya mengalami defrensiasi artinya sel tersebut telah
menuju suatu proses spesialisasi dan bertambah besar.
Di alam semesta ini kita mengenal 2 jenis sel bila dilihat struktur selnya (inti sel) yaitu :
1. Sel prokariota, tipe sel ini mempunyai inti tidak sejati atau tidak mempunyai inti. Di
dalam inti sel tidak ada/ada bagian-bagian sel yang tidak jelas. Tipe sel ini
dapat dijumpai pada sel bakteri atau sel darah merah (erytrocyt). Sel
Prokariota mempunyai struktur internal yang sangat sederhana seperti:
2. Sel Eukariota, sel ini mempunyai inti sel sejati. Contoh sel tanaman, sel mahluk
hidup tingkat tinggi. Inti sel eukariota di dalamnya dijumpai:
1. Sel-sel yang sudah ada sejak lahir. Sel seperti ini sudah mempunyai spesialisasi
yang sangat tinggi dan semakin bertambahnya umur maka jumlahnya juga makin
berkurang. Jenis sel-sel seperti ini dijumpai pada sel-sel otak, sel-sel ovum.
3. Ada juga sel-sel yang sudah mengalami spesialisasi tinggi, tapi dalam keadaan
tertentu dapat menjadi muda lagi. Contoh sel-sel pada organ hati, sel-sel organ
kelenjar.
MORFOLOGI SEL
Pada mahluk tingkat tinggi terdapat berjuta-juta sel yang berbeda bentuk, ukuran, isi
sel, dan afinitasnya terhadap berbagai macam zat warna. Pada sel yang masih hidup
aktivitas isi sel (sitoplasma) tidaklah tetap melainkan selalu berubah-ubah sesuai
dengan aktivitas sel tersebut,
Ukuran sel tidaklah tetap juga tergantung dari aktivitas sel saat itu, sel yang aktif atau
sel yang sedang istirahat (stadium interpase) berbeda ukurannya maupun bentuknya.
Namun demikian sudah ada patokan rentang besarang ukurannya, misal: sel eritrosit
( 3 – 20 mikron ), sel leukosit ( 8 – 20 mikron ), sel ovum mamalia ( 100 – 150 mikron ),
sel otot polos panjangnya ( 15 – 200 mikron ).
SITOPLASMA
Sitoplasma umumnya terlihat homogen tapi pada beberapa daerah ada terlihat
granuler, fibriler atau vakuoler. Sitoplasma sebenarnya mengandung berbagai
bangunan kecil yang fungsinya berbeda-beda pula, hal inilah yang menujukkan
perbedaan penampilan sitoplasmanya pada saat pengecatan sel. Perbedaan
penampilan ini dikarenakan dikarenakan variasi jumlah dan jenis organel yang
terkandung di dalam sitoplasma.
Pada sel hidup istilah cytoplasmic matrix juga disebut hyaloplasmic. Hyaloplasma
berdasarkan komposisi penyusun dan kepekatan (struktur) yaitu:
1) Ektoplasma : terletak di bagian perifir dari sitoplasma (dekat dengan membran sel),
mempunyai konsistensi kekentalan yang sangat pekat berbentuk gel ( jel ). Pada
cairan ini tidak dijumpai/bebas dengan adanya organel-organel sel maupun benda-
benda inklusi, selain itu cairan ini mempunyai sifat tiksotropi artinya cairan tersebut
dapat berubah konsistensinya menjadi lebih pekat daripada gel yang disebut sol.
Konsistensi seperti sol ini sifatnya revelsibel. Perubahan tiksotropi ini terjadi apabila
sel tersebut terkena pengaruh mekanik dari luar sel. Contoh sel yang mempunyai
kemampuan tiksotropi yang tinggi adalah sel amuba, sel-sel yang mempuyai sifat
fagositik ( leukosit, makrofag, sel RES, gian cel, plasma sel, dll. ).
2) Endoplasma : letaknya ada di sebelah dalam dari ektoplasma. Cairan ini mempunyai
sifat konsistensi lebih cair dibandingkan dengan gel tapi lebih pekat daripada air,
selain itu cairan ini tidak mempunyai sifat tiksotropi. Cairan ini mengandung/dijumpai
adanya organel-organel sel dan cytoplasmic inclution. Organel-organel ini disebut
organoid ( organelles ). Jadi organoid tidak lain adalah merupakan benda-benda
kecil yang tetap berada di dalam sel dan terorganisasi yang mempunyai fungsi
spesifik untuk proses metabolisme dalam mengatur kelangsungan kehidupan sel.
Organel-organel tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
1) Membran sel
Pada sel hewan dinding sel disebut dengan membran sel kerena komposisi
penyusunnya sebagian besar berupa lipid. Membran sel ini disebut juga
dengan istilah membran plasma / plasmalemma. Beberapa peneliti (buku)
plasmalemma tidak digolongkan ke dalam organoid, namun ada juga beberapa
peneliti memasukkan ke dalam golongan organoid, hal ini dilihat dari strutur
dan fungsinga yakni berperan pada saat pembelahan sel, regenerasi sel, dan
penyerapan zat. Penyerapan/masuknya zat berupa cairan ke dalam sel disebut
pinositosis dan masuknya materi berupa benda sifatnya tetap disebut
fagosistosis.
Membran sel terlalu tipis untuk dilihat dengan mikroskop cahaya karena
membran sel mempunyai ketebalan antara 8 – 10 nm. Dengan ketebalan
tersebut tidak tampak pada pemeriksaan mikroskop kecuali potongannya sedikit
miring, namun dengan mikroskop elektron membran sel mudah terlihat. Dengan
menggunakan mikroskop elektron ternyata membran sel terlihat 3 lapis, hal ini
sesuai dengan prinsip mikroskop elektron apa bila materi itu padat elektron akan
terlihat gelap sedangkan bila kurang padat elektron terlihat terang. Karena
terlihat seperti tersusun 3 lapis maka disebut juga tri laminar membran yakni
pada bagian luar yang tersusun oleh lipid yang kepekatan elektronnya lebih
tinggi maka akan terlihat gelap, pada bgian tengah kepadatan elektronnya
rendah terlihat lebih terang, dan pada bagian dalam tersusun juga oleh lipid
maka terlihat pula belap. Dengan seiring perkembangan ilmu pengetahuan
ternyata membran sel dapat dipisahkan dengan zat ditergen. Hasil pemisahan
tersebut ternyata membran sel terdiri dari dua lapis rantai lipid yaitu asam lemak
rantai panjang tidak jenuh (lipid acid ansaturated) dan protein. Phospolipid
struktur molekulnya ada yang bersifat polar (dapat dilalui air) yang menghadap
keluar (digambarkan sebagai kepala) dan satu lagi bersifat non-polar (tidak dapat
ditembus air) yang berada di sebelah bawahnya (digambarkan sebagai ekor).
Lapisan lipid yang satunya (di bawah) letaknya terbalik yakni non-polar
menghadap ke luar (atas) dan gugus polar menghadap ke dalam (bawah). Teori
ini yang sampai kini diyakini kebenarannya yaitu teori Bilayer Lipid. Jadi sifat
hydrophylic ada disebelah luar (karena gugus polar dari phospolipid) dan sifat
hydrophobic ada disebelah dalam (karena gugus nonpolar dari rantai
hidrokarbon) ini terdapat pada membran bagian luar sedangkan membran
bagian dalam posisinya terbalik.
- sebagai enzim
- sebagai reseptor
2) Retikulum Endoplasmik
Retikulum endoplasmik terdapat dua bentuk yang berbeda baik struktur maupun
fungsinya yakni yang berbentuk butiran-butiran kasar disebut Rough
endoplasmik retikulum (RER) dan satunya lagi berbentuk buluh/gelembung
disebut smooth endoplasmik (SER) berupa butiran halus. Smooth endoplsmik
dapat juga berbentuk gelembung pipih (cysternae) yang membentuk suatu
jalinan disebut retikulum. Perkembangan teori terkhir ternyata retikulum
endoplasmik dianggap sebagai proliferasi dari kerioteka interna (membran inti
bagian luar). Dengan pengecatan HE akan memberikan kesan warna biru/violet
(sifat basa) sehingga disebut juga komponen basofil sitoplasma, ini terlihat jelas
pada sel-sel otot (disebut ergastoplasma) selain itu juga terlahat jelas pada sel
kelenjar. Pada sel saraf retikulum endoplasmik disebut benda-benda Nissl.
Rough Endoplasmik retikulum (RER) diidentikkan dengan ribosoma.
RIBOSOMA :
Jumlah SER untuk setiap jenis sel tidak sama, hal in penting fungsinya untuk
menghasilkan sekret baik itu berupa hormon maupun nonhormon, misal,
3) GOLGI KOMPLEK
Pada tahun 1889 seorang ahli saraf dari Italia bernama Camillo Golgi
menemukan organel pada sel saraf kucing dan burung dengan menggunakan
metoda pengecatan perak nitrat. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa setiap
sel memiliki organel ini (golgi komplek) yang di dalamnya mengandung
lipoprotein. Beberapa buku/penulis gilgi komplek mempunyai banyak nama
seperti: Golgi Net, Aparatus Retikularis Golgi, Internal Retikuler Apparatus.
Golgi komplek berbentuk pipih yang tersusun seperti jala, dimana pada bagian
yang memanjang pada lempeng golgi disebut saculus. Dengan mikroskop
elektron golgi komplek letaknya tidak sama untuk semua jenis sel, misal: pada
sel kelenjar terletak di atas inti (dekat inti) yakni berbatasan dengan kutub bebas
dari sel, pada sel saraf letaknya mengelilingi inti, pada sel pankreas letaknya
tidak menentu. Perkembangan selanjutnya dimana golgi komplek yang telah
kompak (dewasa) menghadap kutub bebas dari sel, dan dari tempat ini
melepaskan butiran-butiran sekret yang disebut juga sebagai butir Golgi ( Golgi
granules) atau Vakuola Golgi atau Vesikel Pemindah. Butir-butir tersebut pada
saat dilepaskan berwarna cerah namun lama kelamaan berubah warna menjadi
gelap. Butir-butir yang telah menjauhi Golgi disebut Butir Zymogen.
Fungsi ini jelas terlihat aktivitasnya pada sel-sel kelenjar maupun sel-sel
endokrin. Selanjutnya protein/sekrit yang dihasilkan mengalami pengaktifan,
setelah itu barulah dikeluarkan dari sel atau digunakan sendiri oleh selnya untuk
eksistensi sel
4) LISOSOMA
Dahulu organel in kurang mendapat perhatian, namun dekade terakhir ini banyak
diselidiki karena perannya yang sangat penting dalam mempertahankan sel.
Hasil penyelidikan diketahui organel lisosoma berupa kantong-kantong kecil
berdiameter antara 0,15 – 0,8 mikron, di dalamnya mengandung ensim
pencernaan bagi sel. Ensim tersebut bersifat hidrolitik yang bekerja aktif pada
situasi sedikit asam ( PH 5 ), sehingga ensim ini disebut Hidrolisa Asam. Dengan
demikian lisosoma merupakan organel dalam sel yang berperan dalam proses
penghancuran.
Lisosoma ada 2 tipe yaitu: 1) Lisosoma primer: berisi berisi ensim hidrolitik. 2)
Lisosoma sekunder: merupakan peleburan antara lisosoma primer dengan
berbagai gelembung substrat. Lisosoma primer berkembang yang berasal dari
perkembangan dari Aparatus Golgi, dan selanjutnya menjauhi Golgi.
Heterofagosom terbentuk akibat invaginasi membran plasma yang mengelilingi
benda asing, sedangkan Vakuola Krinofagi adalah merupakan peleburan dari
gelembung sekrit yang telah mengalami penuaan atau kerusakan dengan
lisosom primer. Lisosoma Sekunder sekrit yang ada di dalamnya dapat
dikeluarkan dari selaput atau masih tetap ada di dalamnya, hal ini disebut
Lisosom pembentuk pigmen lipofuksin.
· Acid phospatase
· Acid ribonuclease
· Acid deoxyribonuclease
· Cathepsin
· Peroksidase.
Mitokondria telah lama sudah diketahui oleh para ilmuan baik itu mitokondria
yang berasal dari tanaman maupun dari mahluh hidup (eukariota). Pada tahun
1890 oleh Altman menemukan mitokondria sebagai butiran-butiran kecil seperti
benang dan dapat bergerak aktif serta dapat membelah diri tanpa diikuti oleh
pembelahan sel. Pembelahan mitokondrian diperkirakan melalui pembelahan
yang sangat sederhana yakni pembelahan Amitosis.
Pada matrik dijumpai ensim kreb ( Krebscitric acid cycle enzymes ) dan ensim
untuk sintesis protein/lipid, selain itu juga ditemukan DNA dan RNA untuk
pembelahan sel (sebagai materi genetik). Hasil pemetaan gen pada DNA
mitokondria ternyata susunan nukleotida berbeda dengan susunan nukleotida
pada DNA inti sel, namun demikian susunan nukleotida (mtDNA) sama persis
dengan susunan nukleotida (mtDNA) dari orang tuanya (Ibunya). Dengan
adanya materi genetik serta ensim-ensim untuk pembelahan sel ada di dalamnya
maka mitokondrian dapat mengadakan pembelahan. Pembelahan mitokondria
bersifat semiotonom, artinya dapat dikatakan mitokondria merupakan sel lain
yang hidup di dalam sel yang hidup secara bersimbiose. Pembelahannya tidak
tergantung dari informasi dari inti sel namun untuk kelangsungan hidupnya
dibawah kendali inti sel.
6) PEROKSISOM ( MIROBODIES )
Organel ini dahulu belum mendapat perhatian walaupun telah diketemukan lewat
pemeriksaan dengan elektron mikroskop berbentuk bulat. Belakangan ini justru
mendapat perhatian yang tinggi mengingat telah diketemukan ensim yang
terkandung di dalamnya. Butiran-butiran pekat elektron.
Ensim yang terkandung di dalamnya : Katalase, hidrogen peroksida, urat
oksidase, D-aminooksidase. Fungsi organel ini mengatur pemakaian oksigen di
dalam sel, proses metabolik, proses detoksifikasi, dan pemecahan asam lemak
menjadi asetil-CoA ( sangat jelas terlihat pada sel hati).
Organel yang tidak terbentuk dari membran sering disebut dengan kerangka sel
(cytoskleton). Kerangka sel ini membentuk jalinan komplek yang berfungsi untuk
mempertahankan bentuk sel, stabilitas sel, gerakan sel (waktu pembelahan sel), dan
membantu pada proses mitosis
1. SENTRIOLA
Organel sentriola asal usulnya tidak terbentuk dari membran (tidak mempunyai
membran sel). Pada stadium interpase tampak sepasang berbentuk granul
berukuran antara 0,5 – 10 mikron. Selama memasuki tahap mitosis sentriola
dikelilingi oleh massa yang cerah disebut Centromer. Benang-benang halus yang
memancar dari centriola disebut Aster yang merupakan /dikenal dengan Pusat Sel .
Buluh A dari sub-unit yang satu akan berhubungan dengan buluh C dari sub-unit
yang terdekat, sehingga memberika gambaran seperti roda bergerigi, sehingga
sumbu dari setiap sentriola membentuk diplosom tersusun tegak lurus satu dengan
yang lainnya. Di dalam sentriola juga ditemukan senyawa aktin dan miosin,
sehingga sentriola dapat memanjang maupun memendek sesuai dengan
aktivitasnya.
2. MIKROTUBULUS
3. FILAMEN
Filamen merupakan komponen dari fibril yang mempunyai ukuran jauh lebih kecil.
Filamen yang terdapat pada sel mempunyai diameter 30 – 60 Amstrom. Pada sel
kulit (daerah epidermis ) filamen membentuk tonofibril yang merupakan bahan
pembentuk keratin. Fungsi utama filamen adalah untuk kontraksi sel, ini jelas terlihat
pada sel otot, tapi pada sel yang lainnya (bukan sel otot) fungsinya belum jelas.
Sementara ini diduga filamen membantu dalam perpindahan/memindahkan
komponen-komponen sitoplasmik. Letaknya tersebar di dalam sitosol oelh karena itu
para ahli juga menduga juga dapat berfungsi sebagai penyokong sel (cytoskeleton)
C. CYTOPLASMIC INCLUSION
Nukleus atau inti sel dianggap sebagai pusat pengatur aktivitas sel, sedangkan di
stoplasma merupakan tempat matabolisme sel berlangsung. Bentuk inti umumnya
berbentuk mendekati bulat, tapi pada sel neutrofil (polinuklier) intinya terlihat
bergelambir. Sebenarnya bagian lobus satu dengan lobus inti lainnya dihubungkan oleh
selaput penghubung tipis, sehingga pada saat pengecatan kadang penghubung ini tidak
tercat dan akhirnya inti sel terlihat lebih dari satu (polinuklier)
Untuk melihat bagian-bagian sel yang terkandung di dalamnya akan terlihat bila sel
berada dalam stadium interpase (istirahat).
1. MEMBRAN INTI
Dinding inti terdiri dari dua lapis, antara lapis yang satu dengan lapis lainnya
terdapat ruang antara yang berisi bahan amorf dan berjarak 40 – 70 nm
(nanometer). Lapisan tersebut adalah: a) karioteka eksterna, b) ruang perinuklier, c)
karioteka interna.
Ruangan yang terbentuk dari dua lapis tersebut disebut dengan istilah Sisterna
Perinuklier. Kedua karioteka (membran) mempunyai kepadatan elektron yang
berbeda yakni karioteka eksterna (membran bagian luar dengat dengan sitoplasma)
kurang padat elektron dan pada pada lapis ini banyak diketemukan ribosum yang
melekat dan endoplasmik retikulum. Pada karioteka interna di bagian dalamnya
terdapat polipeptida yang merupakan tempat pertautan dari kromatin. Membran inti
terdapat pori-pori yang mempunyai diameter 300 – 1000 Angstrom dengan jarak
antara 0,1 – 0,2 mikron. Penelitian lebih jauh, diketehui lubang/pori tersebut dilapisi
oleh selaput yang sangat tipis berupa chenel material berbentuk filamen. Filamen ini
diperkirakan berfungsi mirip sebagai diafragma.
2. NUKLEOLUS
3. KROMATIN
4. KARIOLIMFE
Sampai disini disepakati bahwa Gen itu adalah: bagian atau segmen dari DNA yang
berperan sebagai pembawa informasi gentik melalui pembentukan secara tidak
langsung molekul-molekul protein. Kemudian timbul pertanyaan bagaimanakah bentuk
DNA itu, ini belum bisa dijawab. Kemudian tahun 1953 oleh James D. Watson dan
Francis Crick dapat menjawab pertanyaat tersebut yang terkenal dengan sebutan
Postulat Watson and Crick yaitu:
1. Struktur DNA terdiri dari dua rantai polinukleotida yang berbentuk helix berputar ke
kanan melingkari satu sumbu membentuk helix berganda.
2. kedua rantai berpasangan satu dengan yang lainnya dalam posisi anti paralel dan
arah rantai yang satu dengan rantai yang lainnya berlawanan arah.
3. kedua rantai helix melingkar tersebut sedemikian rupa sehingga keduanya tidak
dapat dipisahkan kecuali dengan perlakuan.
4. Gugus-gugus basa purin dan pirimidin dari kedua rantai terletak di bagian dalam dan
basa-basa dari rantai pertama berpasangan dengan basa-basa dari rantai kedua.
6. Pasangan-pasangan tersebut terjadi karena adanya ikatan hidrogen antara basa dari
rantai pertama dengan rantai kedua.
7. Pasangan basa pada rantai yang satu dengan rantai kedua merupakan pasangan
kompementer.
Setelah diketahui postulat ini barulah perkembangan di bidang sel sangat maju, bahkan
dapat menggunakan DNA untuk melacak penyakit-penyakit keturunan dan sekaligus
dapat memperbaiki kelainan DNA yang mengalami kelainan tersebut.
Pertumbuhan sel adalah hasil sintesis biokimiawi dari protoplasma, disini terjadi
penambahan jumlah protoplasma pada sel. Replikasi gen tidak lain adalah duplikasi
DNA yang berlangsung pada stadium interpase. DNA berperan aktif dalam menentukan
kehidupan dan arah sel dan dari DNA dapat disintesa RNA dan pada akhirnya dibentuk
protein.
1. Pembelahan Amitosis
2. Pembelahan Mitosis
3. Pembelahan Miosis
PEMBELAHAN AMITOSIS
Pembelahan amitosis disebut juga pembelahan secara langsung ( direct cell division ).
Pembelahan secara amitosis berlangsung sangat sederhana dan dalam waktu yang
sangat singkat. Pembelahan dimulai dari pembelahan inti kemudian diikuti oleh
pembagian sitoplasmanya. Cara pembelahan amitosis tidak diikuti dengan
pembelahan/duplikasi kromosom. Pembelahan cara ini banyak ditemukan pada
binatang tingkat rendah, juga pada bakteri.
PEMBELAHAN MITOSIS
Pembelahan mitosis menghasilkan dua sel anak yang sama persis dengan sel induk,
sifat-sifat genetiknya juga sama. Ditinjau dari sitologi modern, mitosis dipandang
sebagai replikasi DNA. Proses mitosis pada sel/organ tubuh berlangsung secara
kontinyu dengan kecepatan yang berbeda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh:
· Jenis kelamin
· Macam organ
Menurut De Robert mitosis meliputi 5 tahap al: interpase, propase, metapase, anapase,
dan telopase.
1. PROPASE
Pada pase ini terlihat perubahan-perubahan pada inti sel dan sitoplasma.
Perubahan-perubahan yang dapat diamati adalah:
c. Pada akhir stadium profase, kariotek mulai lenyap tapi belum sempurna sehingga
kromosum mulai terlihat tapi belum kompak, kromosom terlihat agak panjang
dan langsing (belum berkontraksi sempurna).
2. METAPASE
3. ANAPASE
Pada stadium telopase awal, sentriola sudah berada pada kutub-kutub sel dan
selanjutnya diikuti dengan munculnya inti pada sel anakan. Nukleulus muncul
kembali dari nukleoler organizer. Sebelum memasuki stadium interfase, kromosom
membelah diri dan kembali dari bentuk uliran ke bentuk benang. Kariotek terbentuk
kembali dan diikuti dengan terbetuknya membran inti. Selanjutnya diikuti dengan
terbentuknya organel-organel sitoplasmik. Pada akhir stadium telofase teleh
terbentuk dua anak sel yang membawa materi genetik yang idendik.
5. INTERPASE
Sebetulnya pada stadium interfase dikatakan fase insirahat tidaklah tepat, karena
pada stadium ini justru terjadi serangkaian perubhan untuk mempersiapkan diri
untuk membelah berikutnya. Oleh karena itu pada stadium ini terbagi menjadi 3 fase
yaitu:
Menurut konsep lama meiosis diartikan sebagai pembelahan reduksi, hal in mungkin
disebabkan jumlah kromosom sel anak mengalami pengurangan menjadi setengah
jumlah kromosom sel induk. Kini konsep itu telah ditinggalkan. Konsep terbaru
menyatakan, bahwa meiosis terjadi proses crossing over kromosom. Pada proses ini
kromosom tidak mengalami reduksi baik pada pembelahan pertama maupun
pembelahan kedua, tapi yang terjadi sebenarnya adalah berupa distribution of
chromosomes. Artinya, pembelahan reduksi tidak tepat, hanya terjadi
distribusi/penyebaran dari kromosom..
Tahap pembelahan pertama dapat diamati 4 tahap ( sama seperti pembelahan mitosis)
hanya pada tahap stadium propase memerlukan waktu yang lebih lama, karena di
dalamnya terbagi lagi menjadi 4 substadium yaitu:
1. Stadium Leptoten : pada stadium ini kromosom tampak jelas berbentuk filamen.
2. Sadium Zygoten : pada stadium ini kromosom yang homolog saling berkumpul dan
mulai berpasangan.
4. Stadium Diploten : setelah crossing over (pindah silang) selesai, terjadilah proses
pemisahan antara kromosom homolog, tapi proses pemindahan kromatid agak
mengalami kesulitan karena terjadi proses terminasi. Setelah itu diikuti dengan
lenyapnya membran inti.
Setelah itu berakhirlah stadium propase dan selanjutnya diikuti pase selanjutnya
( metapase, anapase, dan telopase)
Meiosis yang berlangsung pada sel spermatogonia (spermatogenesis) dan sel oogonia
(oogenesis) pada prinsipnya adalah sama, hanya saja pembelahan pada
spermatogonia menghasilka 4 spermatozoa dengan morfologik identik tapi mempunyai
gen-gen yang tidak sama. Sedangkan pada sel oogonia hanya terbentuk satu oocyt
(ovom) yang besar (fungsional) tiga lainnya mengalam atrisia karena pembagian
sitoplsma yang tidak merata. Pembagian sitoplasma yang tidak merata ini terjadi pada
stadium telopase pertama dan stadium telopase kedua.