Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Anak usia dini adalah anak yang berada pada batasan usia 0 (sejak
lahir) sampai dengan usia 6 tahun. Anak usia dini memiliki karakteristik yang
khas, yaitu : bersifat unik, mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan,
bersifat aktif dan enerjik, egosentris, memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan
antusias terhadap banyak hal, eksploratif dan berjiwa petualang. Anak
umumnya kaya dengan fantasi, mudah frustrasi, masih kurang pertimbangan
dalam bertindak, dan memiliki daya perhatian yang pendek.
Pendidikan Anak Usia Dini bertujuan untuk membantu dalam
mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri anak. Dalam pendidikan
anak usia dini terdapat aspek-aspek yang harus dikembangkan dan ditanamkan
dalam diri anak, diantaranya aspek kognitif, aspek bahasa, aspek nilai agama
dan moral serta aspek sosial emosional. Faktor yang menentukan kesuksesan
pembelajaran dalam Teori Belajar dan Pembelajaran (Udin S, 2011) adalah
guru sebagai fasilitator, strategi pembelajaran yang tepat, media yang menarik
dan pemanfaatan sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar. Komponen-
komponen tersebut adalah pembentuk atmosfir pembelajaran yang kondusif.
Selama ini banyak guru yang masih menggunakan pendekatan
pembelajaran yang kurang efektif atau bervariatif sehingga anak kurang
memberikan respon yang baik dan cenderung tidak bisa mengembangkan
potensi dirinya. Dampaknya sasaran pembelajaran belum dapat dicapai seperti
yang diharapkan. Pada kegiatan yang bertujuan meningkatkan kemampuan
berhitung anak di TKIT Nurul ‘Ilmi terdapat beberapa masalah, yaitu anak
kurang aktif atau pasif dan anak dipaksa untuk berimajinatif. Efeknya anak
menjadi kurang fokus, tidak merespon, emosi, acuh tak acuh.
Kegiatan berhitung 1 sampai 10 pada TKIT Nurul 'lmi menunjukkan
bahwa dari 15 anak yang berhasil (tepat dalam berhitung) hanya 3 anak
(20%), sedangkan 12 anak (75%) belum berhasil atau tepat. Hal ini

1
ditunjukkan oleh sikap kurang antusias, tidak merespon dan malas untuk
berhitung.
Berdasarkan observasi melalui pengamatan langsung anak kurang
merespon dan malas dalam kegiatan membilang disebabkan media
pembelajaran yang monoton, kurang menarik, dan abstrak, metode
pembelajaran yang tidak bervariasi serta kurangnya mengkaitkan antara teori
dengan kehidupan sehari-hari.
Akibat pasifnya anak mengikuti kegiatan pembelajaran menyebabkan
pencapaian TPP (Tingkat Pencapaian Perkembangan) anak rendah.
Berdasarkan perolehan data awal anak didik TKIT Nurul ‘Ilmi diperoleh data
rata-rata kegiatan harian hanya mencapai bintang 2,5. Hal ini ditunjukkan oleh
sebagian besar anak belum memenuhi Tingkat Pencapaian Perkembangan
(TPP) minimal bintang 3. Anak didik yang mencapai TPP 3 anak (20%),
sedangkan 15 anak (80%) belum mencapai TPP.
Sasaran pembelajaran membilang 1 sampai 10 yang tidak tercapai
secara optimal yang ditunjukkan dengan anak didik kurang aktif maka perlu
adanya tindakan kelas dengan model pembelajaran secara langsung
(Contextual Teaching and Learning) dengan menghitung benda nyata (real
object) yang lebih menarik bagi anak, menyenangkan dan bermakna bagi
anak.
Model pembelajaran Contextual Teaching Learning adalah
pembelajaran dengan menghubungkan kegiatan berhitung dengan suasana
menghitung benda-benda sesungguhnya (nyata). Anak-anak dibawa dalam
suasana yang berbeda dari suasana kegiatan pembelajaran biasanya.
Terkait dengan pengertian tersebut peneliti mengembangkan model
pembelajaran CTL dengan real object. Model pembelajaran dengan real
object diawali dengan menentukan tema kegiatan mingguan. Kemudian
kegiatan berhitung atau membilang benda-benda nyata ini disesuaikan dengan
tema yang sedang dipelajari saat itu juga. Karena tema minggu IV dan V
adalah lingkunganku maka anak dibawa pada suasana berhitung atau
membilang benda-benda yang ada di sekitar lingkungan anak. Anak diminta
untuk berhitung atau membilang benda nyata dalam tempat atau suasana yang

2
sebenarnya, yaitu menghitung pohon di kebun, serta menghitung benda-benda
yang ada di masjid kemudian anak mengerjakan Lembar Kerja Anak (LKA)
yang sudah dipersiapkan oleh guru. Lembar Kerja Anak berisi gambar benda
yang sudah dihitung anak sehingga diharapkan akan lebih memudahkan dan
bermakna bagi anak.
Oleh karena itu, model pembelajaran dengan real object diharapkan
dapat mengatasi permasalahan dalam pembelajaran berhitung atau membilang,
karena dengan pembelajaran melalui real object anak akan lebih tertarik untuk
aktif dalam kegiatan. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
berhitung atau membilang 1 sampai 10 pada anak.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka dapat
diajukan rumusan masalah yaitu “Bagaimana usaha meningkatkan
kemampuan membilang 1 sampai 10 dengan real object pada anak kelompok
A di TKIT Nurul ‘Ilmi Gelangan RT 15, Patalan, Jetis, Bantul?”

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan membilang 1 sampai 10 dengan real object pada anak kelompok
A di TKIT Nurul ‘Ilmi Gelangan RT 15, Patalan, Jetis, Bantul.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Anak
a. Meningkatkan kemampuan membilang 1 sampai 10 pada anak didik.
b. Meningkatkan kemampuan membilang 1 sampai 10 pada anak didik
dengan model pembelajaran yang kebih menyenangkan.
2. Bagi Peneliti
a. Memberikan gambaran kepada guru dalam merancang pembelajaran
kegiatan membilang 1 sampai 10.
b. Merangsang minat guru untuk merancang model pembelajaran yang
lebih menarik, menyenangkan dan berguna bagi anak didik.
3. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi pada masyarakat khususnya orang tua mengenai
upaya peningkatan perkembangan anak melalui hal-hal yang menarik,
menyenangkan dan nyata bagi anak.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Berhitung Anak TK


Pada aspek pengembangan kognitif ini, salah satu kemampuan yang
dikembangkan adalah kemampuan berhitung. Depdiknas (2007) dalam
Pedoman Pembelajaran Permainan Berhitung Permulaan di Taman Kanak-
Kanak menjelaskan bahwa berhitung di Taman Kanak-Kanak diharapkan
tidak hanya berkaitan dengan kemampuan kognitif saja, tetapi juga kesiapan
mental, sosial dan emosional. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya,
berhitung di Taman Kanak-Kanak harus dilakukan secara menarik dan
bervariasi. Keterampilan berhitung sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-
hari, terutama konsep bilangan yang menjadi dasar pengembangan
kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar.
Berhitung menurut Sinaga dalam Mulyono (2003:15) adalah sebagai
cabang matematika yang berkenaan denan sifat-sifat dan hubungan bilangan-
bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama menyangkut
penjumlahan, perkalian, pengurangan dan pembagian.
Sedangkan kegiatan berhitung untuk anak usia dini menurut
Sriningsih,N (2008:63) disebut juga sebagai kegiatan menyebutkan urutan
bilangan atau membilang buta. Pada usia 4 tahun anak dapat menyebutkan
lambang bilangan sampai sepuluh.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa berhitung
merupakan kemampuan yang dimiliki setiap anak seperti membilang,
mengurutkan, serta mengenal konsep lambang bilangan yang sangat
diperlukan anak dalam rangka kesiapan mengikuti jenjang pendidikan
selanjutnya.

B. Model Pembelajaran dengan Real object


Piaget dalam Metode Pengembangan Kognitif (2011:36) menyatakan
bahwa anak usia 2 sampai 7 tahun berada pada tahap perkembangan

4
praoperasional yang mempunyai karakteristik penggunaan simbol dan
penyusunan tanggapan internal, misalnya dalam permainan, bahasa dan
peniruan.
Dalam Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia
Dini
Pengembangan matematika anak TK diarahkan untuk kemampuan berhitung
atau konsep berhitung permulaan. Kemampuan yang dikembangkan antara
lain: menghitung benda, menghubungkan konsep bilangan dengan lambang
bilangan, mengerjakan atau menyelesaikan operasi matematika dengan
menggunakan konsep dari konkret ke abstrak.
Dalam menyurun rencana kegiatan di Taman Kanak-Kanak diperlukan
suatu model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini.
Kegiatan membilang dengan real object merupakan salah satu model
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini, yaitu belajar
dari yang konkret (nyata) ke abstrak. Anak secara langsung berhubungan
dengan benda-benda yang akan dihitungnya.
Pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan mereka (Sanjaya, 2005).
Menurut Nurhadi (2003:13) pembelajaran kontekstual adalah konsep
belajar dimana guru menghadirkan situasi nyata pada siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dalam
penerapannya dengan kehidupan sehari-hari. Metode pembelajaran
kontekstual kegiatan pembelajaran tidak harus dilakukan di dalam ruang kelas,
tapi bisa di laboratorium, tempat kerja, sawah, atau tempat-tempat lainnya.
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa untuk
meningkatkan keaktifan dan kemampuan berhitung anak TK bisa dilakukan
dengan kegiatan yang menerapkan model pembelajaran kontekstual. Kegiatan
berhitung dengan real object (benda nyata) adalah salah satu kegiatan yang

5
menggunakan model pembelajaran kontekstual dimana anak belajar langsung
dengan benda nyata (tidak abstrak). Dengan pembelajaran di luar kelas dan
dihadapkan langsung dengan benda nyata yang harus dihitung anak
diharapkan akan mampu meningkatkan keaktifan dan kemampuan membilang
anak.
Dalam penelitian ini, anak diajak untuk membilang benda-benda nyata
yang ada di sekitar anak. Benda-benda yang akan dihitung anak ditentukan
berdasarkan tema yang ada pada Rencana Kegiatan Mingguan (RKM)
semester I tahun 2014/2015. Tema saat penelitian ini dilakukan yaitu
lingkunganku, maka anak akan diajak untuk menghitung benda-benda yang
ada di lingkungan terdekat anak.

6
BAB III
RENCANA PERBAIKAN

A. Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di TKIT Nurul ‘Ilmi yang beralamat di Jalan
Prangtritis Km. 14 Gelangan RT 15 Patalan, Jetis, Bantul.
2. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan : Semester I
Waktu : II siklus
Siklus I : Tanggal 8 September 2014 s/d 12 September 2014
Siklus II : Tanggal 15 September 2014 s/d 19 September 2014
3. Tema
Tema : Lingkunganku
4. Kelompok
Kelompok yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah anak
kelompok A di TKIT Nurul ‘Ilmi sebanyak 15 anak yang terdiri atas : 8
anak laki-laki dan 7 anak perempuan.
5. Karakteristik Anak :
Anak didik di TKIT Nurul ‘Ilmi bersifat heterogen, ada anak yang aktif
dan ada juga anak yang pasif. Bahkan masih ada satu anak yang belum
mau berpisah dengan ibunya.

B. Deskripsi Rencana Tiap Siklus


Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas. Menurut Kemmis and Mc Taggart dalam Kasihani Kasbolah
(1998:13) Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk penelitian yang
bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan
bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaan ini serta
situasi dimana pekerjaan ini dilakukan.

7
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:3) Penelitian Tindakan Kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama. Upaya ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari
jawaban atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan tugas sehari-hari di
kelas. Model penelitian yang dipilih adalah model siklus yang dilakukan
secara berulang dan berkelanjutan (Spiral Siklus) artinya proses pembelajaran
yang semakin lama semakin meningkat hasil belajarnya.
1. Rencana Pelaksanaan
a. Rencana Tindakan
Siklus : Pertama
Tema : Lingkunganku/Kebun
Tanggal : Tanggal 8 September 2014 s/d 12 September
2014
Tujuan Perbaikan : meningkatkan kemampuan membilang 1 sampai
10 pada anak kelompok A di TKIT Nurul ‘Ilmi
dengan real object.
Identifikasi Masalah :
(1) Pembelajaran selama ini kurang menarik sehingga anak kurang
aktif dalam kegiatan berhitung.
(2) Kemampuan membilang 1 sampai 10 masih rendah.
(3) Model pembelajaran membilang yang dilaksanakan selama ini
monoton sehingga anak-anak kurang antusias dalam mengikuti
kegiatan.
Analisis Masalah :
Dari hasil identifikasi masalah tersebut menunjukkan bahwa
kemampuan membilang anak masih rendah, yang disebabkan karena
ketidakaktifan anak, kegiatan yang tidak menarik dan model
pembelajaran yang monoton. Oleh karena itu diperlukan model
pembelajaran yang menarik, yaitu model pembelajaran kontekstual

8
dengan real object untuk dapat meningkatkan kemampuan membilang
1 sampai 10 pada anak.
Perumusan Masalah :
Bagaimana meningkatkan kemampuan membilang 1 sampai 10 dengan
real object pada anak kelompok A di TKIT Nurul ‘Ilmi Gelangan RT
15, Patalan, Jetis, Bantul ?

b. Langkah-langkah Perbaikan
1) Menentukan tempat untuk pelaksanaan penelitian, yaitu untuk
siklus I di kebun.
2) Menyusun Rencana Kegiatan Mingguan untuk siklus I.
3) Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH)
4) Menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP)
5) Menyiapkan instrumen penelitian
6) Mempersiapkan jurnal penelitian
7) Mempersiapkan APKG 1 dan 2

2. Prosedur Pelaksanaan PTK


a. Supervisor 2 dan penilai dalam Penelitian Tindakan Kelas ini yaitu
Nurul Rahmawati, S.Pd.I
b. Tugas penilai dan supervisor 2 yaitu membimbing dan menilai kinerja
peneliti. Pelaksanaan penilaian dilakukan ketika peneliti melaksanakan
tindakan kelas sesuai RKH yang telah dibuat sebelumnya. Hal yang
dinilai meliputi pelaksanaan awal, inti, dan penutup.
c. Kegiatan pengembangan ini dilakukan dalam model siklus yang
berulang dan berkelanjutan. Siklus I terdiri atas tahap perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan refleksi. Penelitian ini akan dihentikan
apabila Tingkat Pencapaian Perkembangan anak dalam indikator
membilang 1 sampai 10 telah mencapai bintang 4 sebanyak 75 % dari
jumlah anak kelompok A di TKIT Nurul ‘Ilmi.

9
3. Rencana Pengamatan dan Pengumpulan Data
Rencana pengamatan dan pengumpulan data dalam penelitian ini
akan dilakukan pada saat kegiatan perbaikan pembelajaran berlangsung.
Pengamatan dan pengumpulan data untuk mengetahui kemajuan
kemampuan anak menggunakan lembar instrumen penilaian yang berisi 4
aspek yang dinilai yaitu keaktifan, kelancaran, ketepatan dan kebenaran.
Data-data tersebut disempurnakan dengan adanya dokumentasi kegiatan.

4. Rencana Refleksi
Refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu
tindakan dengan catatan yang telah dibuat dalam observasi.
a. Refleksi dilakukan setelah kegiatan perbaikan pembelajaran selesai
dilaksanakan.
b. Refleksi dilakukan dengan cara diskusi atau melakukan penilaian
terhadap proses kegiatan perbaikan pembelajaran yang telah terjadi,
masalah yang muncul dan segala hal yang berkaitan dengan tindakan
yang dilakukan dengan supervisor 2 atau penilai.
c. Refleksi dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan pada
kegiatan perbaikan pembelajaran yang sudah berlangsung sehingga
bisa merancang rencana perbaikan siklus selanjutnya.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Perbaikan Tiap Siklus


1. Siklus I
Pertemuan ke-1:
a. Perencanaan
1) Menyusun RKH 1
2) Menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran
3) Menyiapkan instrumen penilaian
4) Menyiapkan jurnal penelitian, APKG 1 dan APKG 2
b. Pelaksanaan
1) Pertemuan ke-1 dilaksanakan hari Senin, 8 September 2014.
2) Setelah kegiatan pembukaan, anak-anak dikondisikan untuk
berbaris kemudian bersama guru menuju ke kebun. Seperti terlihat
pada gambar 1.

Gambar 1.1. Anak berbaris dengan guru menuju ke kebun

11
3) Anak dibagi menjadi 3 kelompok untuk melaksanakan
kegiatan hari itu (gambar 1.2).

Gambar 1.2. Pembagian kelompok oleh guru.

4) Kegiatan dilakukan dengan bergantian berdasarkan kelompok.


Guru bersama kelompok 1 melakukan kegiatan membilang pohon
di kebun, kelompok 2 dan 3 mengerjakan kegiatan lain di gardu.
Sebelum anak menghitung guru memberikan penjelasan tentang
pentingnya membilang dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-
hari. Kemudian anak diberikan tugas untuk menghitung pohon
pisang, pohon ketela dan pohon kelapa.
5) Anak menghitung pohon pisang, pohon ketela dan pohon kelapa.
Kegiatan bergantian dengan kelompok lainnya. Seperti terlihat
pada gambar 1.3. di bawah ini.

Gambar 1.3. Kelompok 1 dan 2 bergantian dalam


kegiatan menghitung pohon.

12
6) Guru membantu anak yang belum mau aktif menghitung.
7) Setelah semua kelompok melakukan kegiatan membilang dan
kegiatan lainnya, anak duduk melingkar di gardu.
8) Anak diajak menyanyi, kemudian guru mereview tentang kegiatan
membilang yang sudah dilakukan. Guru bertanya berapa banyak
pohon pisang, pohon ketela dan pohon kelapa yang sudah dihitung
anak-anak. Tampak pada gambar 1.4.
9) Anak-anak berbaris kemudian kembali ke sekolah.

Gambar 1.4. Suasana ketika guru melakukan review dan penguatan


setelah kegiatan menghitung pohon.

c. Observasi dan Evaluasi


Guru melakukan pengamatan saat berlangsungnya kegiatan membilang
di kebun. Dari hasil observasi didapatkan hasil evaluasi pertemuan 1
siklus I dari 15 anak, yaitu:
- Keaktifan : 13,34% anak belum aktif; 53,33% anak mulai aktif dan
33,33% anak aktif dalam kegiatan.
- Kelancaran : 33,33% anak belum lancar; 40% anak mulai lancar dan
26,67% anak lancar dalam membilang.
- Ketepatan : 33,33% anak belum tepat, 53,33% anak mulai tepat dan
13,34% anak tepat dalam membilang.
- Kebenaran : 33,33% anak belum benar, 53,33% anak mulai benar
dan 13,34% anak benar dalam membilang.

13
d. Refleksi
1) Kelemahan
- Guru masih belum bisa mengendalikan anak saat kegiatan di
kebun bahkan ada anak yang sampai di kebun minta ijin untuk
BAK sehingga guru harus mengantar ke sekolah lagi.
- Anak-anak hanya berlarian dan bergerombol seperti terlihat
pada gambar 1.5.
- Guru masih kurang persiapan, tidak membatasi banyaknya
pohon yang harus dihitung oleh anak.
- Anak kesulitan mencari pohon ketela dan pohon kelapa.

Gambar 1.5. Suasana ketika kelompok 1 hanya berlarian


dan bergerombol
2) Kekuatan
- Kegiatan ini merupakan hal baru bagi anak sehingga anak
menjadi lebih antusias.
- Anak terkondisi baik saat berbaris menuju ke kebun.
Berdasarkan hasil refleksi pertemuan 1 maka dirancang perbaikan
untuk pertemuan ke-2 yaitu membatasi banyaknya pohon pisang yang
akan dihitung anak dengan memberi tanda pada pohon yang akan
dihitung.

14
Pertemuan ke-2
a. Perencanaan
1) Menyusun RKH 2
2) Menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran
3) Menyiapkan instrument penilaian
4) Menyiapkan APKG 1 dan APKG 2
b. Pelaksanaan
1) Pertemuan ke-2 dilaksanakan hari Selasa, 9 September 2014.
2) Setelah kegiatan pembukaan, anak-anak dikondisikan berbaris
kemudian bersama guru menuju ke kebun.
3) Anak-anak dibagi menjadi 3 kelompok. Guru menjelaskan kegiatan
hari ini yang akan dilakukan, yaitu 3 kegiatan yang nanti akan
dikerjakan secara bergiliran menurut kelompok masing-masing.
4) Guru bersama kelompok 1 menuju ke kebun.
5) Sebelum berhitung guru memberi tanda pada pohon pisang yang
akan dihitung oleh anak (gambar 1.6).

Gambar 1.6. Guru memberi tanda pada pohon pisang

6) Guru memberikan penjelasan kepada anak-anak, kemudian anak-


anak melakukan kegiatan berhitung. Setelah menghitung pohon
pisang yang diberi tanda, anak-anak bersama guru menuju ke

15
pohon ketela yang akan dihitung anak. Karena pohon kelapa tidak
terlalu banyak maka tidak perlu diberi tanda.
7) Guru mengarahkan anak yang masih belum mau aktif menghitung.
Tampak pada gambar 1.7. di bawah ini.

Gambar 1.7. Guru memberi arahan dan bimbingan pada anak.

8) Setelah semua kelompok melakukan kegiatan membilang dan


kegiatan lainnya, anak duduk melingkar di gardu.
9) Anak diajak menyanyi, kemudian guru mereview tentang kegiatan
membilang yang sudah dilakukan. Guru bertanya berapa banyak
pohon pisang, pohon ketela dan pohon kelapa yang sudah dihitung
anak-anak. Guru memberikan penguatan dengan mengatakan
bahwa hari ini anak-anak semua sudah pandai dalam berhitung,
dan besok akan kembali bermain membilang di kebun lagi.
10) Anak-anak berbaris kembali ke sekolah.

c. Observasi dan evaluasi


Guru melakukan pengamatan saat berlangsungnya kegiatan membilang
di kebun. Dari haril observasi didapatkan hasil evaluasi pertemuan 2
siklus I dari 15 anak, yaitu:
- Keaktifan : prosentase anak yang yang belum aktif tetap yaitu
13,33% (2 anak), anak yang aktif meningkat menjadi 46,67% (7
anak) sedangkan anak lainnya baru mulai aktif (masih harus
diarahkan untuk ikut kegiatan).

16
- Kelancaran : prosentase anak yang lancar dalam membilang
meningkat menjadi 46,67% (pada pertemuan pertama 26,67%).
- Ketepatan : prosentase ketepatan membilang mengalami
peningkatan menjadi 26,67% dari 13,33% pada pertemuan pertama.
- Kebenaran : prosentase kebenaran membilang meningkat dari
13,33% menjadi 26,67%.

d. Refleksi
1) Kelemahan:
- Masih ada anak yang hanya bergerombol.
- Belum tepat dalam penghitungan.
- Hitungan meloncat.
- Ada anak yang keluar dari jalur hitungan pohonnya.
2) Kekuatan:
- Persiapan guru baik, mengkondisikan anak juga baik.
- Ada anak yang membilang melebihi banyaknya pohon yang
harus dihitung.
- Anak gigih dalam mencari pohon kelapa.
Berdasarkan hasil refleksi pertemuan ke-2 maka dirancang perbaikan
untuk pertemuan ke-3 yaitu dengan membuat LKA yang selain bisa
dijadikan bahan tambahan untuk evaluasi anak juga bisa membuat
anak lebih aktif dalam kegiatan membilang.

Pertemuan ke-3
a. Perencanaan
1) Menyusun RKH
2) Menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran
3) Membuat Lembar Kerja Anak
4) Menyiapkan instrumen penilaian
5) Menyiapkan jurnal penelitian, APKG 1 dan APKG 2

17
b. Pelaksanaan
1) Pertemuan ke-3 dilaksanakan hari Rabu, 10 September 2014.
2) Anak-anak berbaris bersama guru menuju ke kebun.
3) Sesampainya di kebun, anak-anak dibagi menjadi 3 kelompok
seperti pada pertemuan sebelumnya.
4) Guru memberikan penjelasan tentang 3 kegiatan yang akan
dilakukan anak, kelompok 1 bersama guru membilang pohon di
kebun. Kegiatan dilakukan secara bergiliran seperti biasanya.
5) Guru mengajak anak tepuk semangat, kemudian guru menjelaskan
bahwa setelah menghitung pohon anak-anak harus mengerjakan
LKA yang sudah disiapkan bu guru (gambar 1.8.)

Gambar 1.8. Anak diajak untuk tepuk semangat kemudian guru


menjelaskan tentang kegiatan.

6) Anak-anak menghitung pohon pisang, pohon ketela dan pohon


kelapa.
7) Guru membantu anak yang kesulitan mencari pohon kelapa
(terlihat pada gambar 1.9).
8) Setelah selesai menghitung, guru membagikan LKA untuk
dikerjakan anak. Seperti pada gambar 1.10.
9) Kegiatan dilanjutkan kelompok lainnya secara bergantian.

18
10) Setelah semua kelompok selesai melaksanakan kegiatan, anak-
anak dikondisikan duduk melingkar di gardu.
11) Guru mereview kegiatan yang sudah dilakukan anak, menanyakan
siapa yang kesulitan menghitung dan siapa yang kesulitan
mengerjakan LKA.
12) Anak-anak dikondisikan berbaris untuk kembali ke sekolah.

Gambar 1.9. Guru membantu mencari pohon kelapa.

Gambar 1.10. Guru membagikan LKA pada anak.

19
c. Observasi dan Evaluasi
Dari haril observasi didapatkan hasil evaluasi pertemuan 3 siklus I dari
15 anak, yaitu:
- Keaktifan : prosentase anak yang yang belum aktif tidak ada,
artinya anak sudah mulai aktif untuk melakukan kegiatan. Anak
mulai aktif meningkat menjadi 10 anak (66,67%), anak aktif (20%),
sangat aktif 13,33% (2 anak).
- Kelancaran : prosentase anak yang sangat lancar 6,67% (1 anak),
yang lancar 26,67% kemudian anak yang mulai lancar dan belum
lancar masing-masing 33,34%.
- Ketepatan : prosentase ketepatan membilang mengalami
peningkatan, membilang sangat tepat ada 1 anak (6,66%),
membilang dengan tepat 26,67%; mulai tepat 40% dan belum tepat
26,67%.
- Kebenaran : prosentase kebenaran membilang mengalami
peningkatan, membilang sangat benar ada 1 anak (6,66%),
membilang dengan benar 26,67%; mulai benar 40% dan
belum benar 26,67%.
d. Refleksi
1) Kelemahan
- Ketepatan dalam membilang masih kurang.
- Anak kesulitan dalam mengerjakan LKA.
- LKA tidak menarik karena gambar pohon tidak berwarna.
- Anak lupa dengan banyaknya pohon yang harus diisikan pada
lembar LKA karena pengisian LKA setelah anak selesai
menghitung semua pohon, sehingga ada anak yang menghitung
ulang banyaknya pohon.
- Anak mengeluh sulit menulis karena tidak ada alas untuk
menulis (mengerjakan LKA).
2) Kekuatan
- Persiapan guru baik, anak terkondisi dengan baik.
- Anak antusias, anak yang tidak aktif mulai aktif dalam
kegiatan.
- Anak-anak saling membantu dalam mengerjakan LKA
(kerjasama).

20
Perbaikan yang dirancang untuk pertemuan ke-4 berdasarkan hasil refleksi
adalah mencetak LKA anak dengan cetakan warna sehingga anak lebih
tertarik dan mengerti gambar pohon yang dimaksud.
Pertemuan ke-4
a. Perencanaan
1) Menyusun RKH
2) Menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran
3) Membuat Lembar Kerja Anak
4) Menyiapkan instrumen penilaian
5) Menyiapkan jurnal penelitian, APKG 1 dan APKG 2
b. Pelaksanaan
1) Pertemuan dilaksanakan hari Kamis, 11 September 2014.
2) Setelah kegiatan pembukaan atau kegiatan awal, anak-anak
berbaris bersama guru menuju ke kebun.
3) Anak dibagi menjadi 3 kelompok, guru memberikan penjelasan
tentang 3 kegiatan yang akan dilakukan secara bergantian.
4) Kelompok 1 bersama guru mengerjakan kegiatan membilang
pohon.
5) Anak diajak untuk tepuk semangat kemudian guru menjelaskan
kegiatan menghitung. Anak diminta untuk menghitung pohon
pisang kemudian mengisikan lambang bilangannya pada LKA,
dilanjutkan menghitung pohon ketela kemudian mengisikan
lambang bilangannya pada LKA. Terakhir anak disuruh
menghitung pohon pisang kemudian menuliskan lambang
bilangannya pada LKA. Lembar LKA dikerjakan di pembatas
kebun. Kegiatan tersebut terlihat pada gambar 1.11 berikut ini.

21
Gambar 1.11. Anak melakukan kegiatan menghitung pohon
6) Guru melakukan pengamatan
kemudian dan memberikan
mengerjakan lembar LKA.bantuan pada anak
yang kesulitan dalam mengerjakan LKA (gambar 1.12).

Gambar 1.12. Guru sedang membimbing anak yang mengalami


kesulitan dalam mengerjakan LKA

7) Setelah semua kelompok melakukan kegiatan menghitung pohon,


anak-anak dikondisikan duduk melingkar di gardu.
8) Guru mereview kegiatan yang telah dikerjakan anak. Guru
memberikan pertanyaan siapa yang senang dengan kegiatan hari
ini. Guru mengatakan bahwa LKA yang benar akan diberikan cap
bintang 4. Anak-anak berebut “punyaku bu…punyaku bu”.
9) Anak-anak dikondisikan berbaris lalu bersama guru
kembali ke sekolah.

c. Observasi dan Evaluasi


Dari hasil observasi yang dilakukan selama kegiatan berlangsung
didapat hasil:
- Keaktifan : prosentase anak yang aktif meningkat jadi 33,33%
(pertemuan 3 ada 20%).

22
- Kelancaran : prosentase kelancaran mengalami peningkatan, anak
yang sangat lancar 13,34% (2 anak); lancar 33,33% (5 anak). 20%
anak lancar dan 33,33% anak mulai lancar.
- Ketepatan : prosentase anak yang sangat tepat dalam membilang
mengalami peningkatan, yaitu 13,34% (2 anak).
- Kebenaran : prosentase kebenaran dalam membilang mengalami
peningkatan, anak yang sangat benar menjadi 2 anak (13,34%).

d. Refleksi
1) Kelemahan
- Anak masih kesulitan dalam mengerjakan LKA.
- Masih kurang tepat dalam membilang.
- Masih ada anak yang kesulitan mencari pohon kelapa.
2) Kekuatan
- Semua anak aktif dalam kegiatan
- Gambar pohon dalam LKA berwarna, anak jadi mengerti
gambar pohon apa dan lebih menarik bagi anak.
Perbaikan untuk pertemuan ke-5 berdasarkan hasil refleksi adalah
membuat LKA yang lebih mudah untuk anak, membantu anak dalam
mencari pohon kelapa.

Pertemuan ke-5
a. Perencanaan
1) Menyusun RKH 5
2) Menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran
3) Membuat Lembar Kerja Anak
4) Menyiapkan instrumen penilaian
5) Menyiapkan jurnal penelitian, APKG 1 dan APKG 2
b. Pelaksanaan
1) Pertemuan ke-5 dilaksanakan hari Jum’at, 12 September 2014.
2) Setelah kegiatan pembukaan atau kegiatan awal, anak-anak
berbaris bersama guru menuju ke kebun.
3) Anak dibagi menjadi 3 kelompok, guru memberikan penjelasan
tentang 3 kegiatan yang akan dilakukan secara bergantian.

23
4) Kelompok 1 bersama guru mengerjakan kegiatan membilang
pohon.
5) Guru memberikan penjelasan kegiatan hari ini dan cara
mengerjakan LKA.
6) Anak diajak menghitung pohon kelapa dengan melihat batangnya
kemudian anak mengerjakan LKA (melingkari gambar pohon
kelapa sesuai banyaknya hitungan pohon kelapa). Seperti tampak
pada gambar 1.13.

Gambar 1.13 Anak menghitung pohon kelapa lalu


mengerjakan LKA.

7) Setelah itu anak menghitung pohon pisang lalu melingkari gambar


pohon pisang di LKA sebanyak hitungan pohon pisang (gambar
1.14.), dilanjutkan menghitung pohon ketela kemudian melingkari
gambar pohon ketela di LKA sebanyak hitungan.

24
Gambar 1.14. Anak-anak menghitung pohon pisang lalu
mengerjakan LKA.
8) Guru memberikan bimbingan atau arahan pada anak yang mulai
aktif mengikuti kegiatan dan anak yang kesulitan dalam
mengerjakan LKA

Gambar 1.15. Guru memberikan bimbingan pada anak yang pasif dan anak
yang kesulitan dalam mengerjakan LKA.

9) Setelah semua kelompok melakukan kegiatan menghitung pohon,


anak-anak dikondisikan duduk melingkar di gardu.
10) Guru mereview kegiatan yang telah dikerjakan anak. LKA anak
yang hasilnya tepat dan benar akan mendapatkan cap bintang 4.

c. Observasi dan Evaluasi


Hasil observasi guru didapatkan hasil :
- Keaktifan : prosentase anak yang aktif meningkat jadi 33,33%
(pertemuan 3 ada 20%).
- Kelancaran : prosentase kelancaran mengalami peningkatan, anak
yang sangat lancar 13,34% (2 anak); lancar 33,33% (5 anak). 20%
anak lancar dan 33,33% anak mulai lancar.
- Ketepatan : prosentase anak yang sangat tepat dalam membilang
mengalami peningkatan, yaitu 13,34% (2 anak).

25
- Kebenaran : prosentase kebenaran dalam membilang mengalami
peningkatan, anak yang sangat benar menjadi 2 anak (13,34%).

26
d. Refleksi
1) Kelemahan
- Ketepatan dalam membilang masih kurang.
- Dalam mengerjakan LKA ada anak yang melingkari gambar
pohon mengikuti hitungan temannya, tidak berdasarkan
hitungan sendiri.
2) Kekuatan
- Persiapan guru baik, anak terkondisi dengan baik pula.
- Anak antusias dalam mengikuti kegiatan.
Berdasarkan hasil refleksi pertemuan ke-5 pada siklus I maka
penelitian dilanjutkan pada siklus II dengan merancang perbaikan-
perbaikan diantaranya variasi kegiatan dan variasi LKA yang menarik
dan mudah bagi anak.

2. Proses Menganalisa Data Siklus I


Guru bersama supervisor 2 (teman sejawat) membuat rekapitulasi dari
data-data hasil pertemuan ke-1 sampai pertemuan ke-5. Hasilnya terlihat
pada tabel 2.1. berikut ini.
Tabel 1. Rekapitulasi Data Siklus I

Aspek yang Dinilai


RKH Keaktifan dalam
No Ketepatan (%) Kelancaran (%) Kebenaran (%)
ke kegiatan (%)
          
    
          
RKH
1. 13,33 53,33 33,34 - 33,33 40 26,67 - 33,34 53,33 13,33 - 33,34 53,33 13,33 -
ke 1

RKH
2. 13,33 40 46,67 - 33,33 20 46,67 - 33,33 40 26,67 - 33,33 40 26,67 -
ke 2

RKH
3. - 66,67 20 13,33 33,33 33,33 26,67 6,67 26,67 40 26,67 6,66 26,67 40 26,67 6,66
ke 3

RKH
4. - 53,33 33,33 13,34 33,33 20 33,33 13,34 26,67 33,33 26,67 13,33 26,67 33,33 26,67 13,33
ke 4

RKH
5. - 40 46,67 13,33 20 20 40 20 20 26,67 40 13,33 20 26,67 40 13,33
ke 5

27
Berdasarkan hasil rekapitulasi data siklus I yang menunjukkan TPP untuk
indikator membilang 1 sampai 10 untuk bintang 4 belum bisa mencapai
75 % serta berdasarkan rangkuman refleksi berupa kelemahan dan
kekuatan siklus I maka penelitian dilanjutkan ke siklus II.

3. Siklus II
Pertemuan ke-1
a. Perencanaan
1) Membuat RKH
2) Membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP)
3) Membuat Lembar Kerja Anak
4) Menyiapkan Instrumen Penilaian
5) Menyiapkan APKG 1 dan APKG 2
b. Pelaksanaan
1) Pertemuan ke-1 dilaksanakan hari Senin, 15 September 2014.
2) Guru terlebih dahulu menyiapkan setting kegiatan menghitung
Al-Qur’an di masjid seperti terlihat pada gambar 2.1. di bawah ini.

Gambar 2.1. Setting kegiatan menghitung Al-Qur’an.

3) Setelah kegiatan pembukaan di kelas, guru mengkondisikan anak-


anak untuk berbaris dan bersama-sama menuju ke masjid.
4) Sampai di masjid anak-anak dikondisikan duduk melingkar, guru
memberikan penjelasan tentang kegiatan hari ini.

28
5) Anak-anak dibagi menjadi 3 kelompok yang akan melakukan
3 kegiatan secara bergiliran. Pembagian kelompok terlihat pada
gambar 2.2.

Gambar 2.2. Guru membagi anak-anak menjadi 3 kelompok.

6) Guru bersama kelompok 1 melakukan kegiatan menghitung


Al-Qur’an yang sudah disetting oleh guru di meja.
7) Guru menjelaskan bahwa anak diberi tugas menghitung banyaknya
Al-Qur’an di setiap meja di sudut kegiatan membilang. Ada 3 meja
yang terdapat tumpukan Al-Qur’an. Guru mengamati dan
memberikan bantuan pada anak yang mengalami kesulitan, seperti
tampak pada gambar 2.3. berikut ini.

Gambar 2.3. Anak menghitung Al-Qur’an, guru mengamati dan


membantu anak yang mengalami kesulitan.

29
8) Setelah selesai menghitung anak diberi tugas mengerjakan LKA,
yaitu menggambar bentuk persegi sebanyak hitungan anak di setiap
meja. Bila di meja 1 anak menghitung ada 4 maka anak
menggambar bentuk persegi sebanyak 4, demikian juga di meja
kedua dan ketiga (gambar 2.4.).
9) Setelah semua kelompok selesai melakukan kegiatan, anak-anak
dikondisikan duduk melingkar. Guru melakukan review tentang
kegiatan yang sudah dikerjakan. Anak diberi pertanyaan ada
berapa banyak Al-Qur’an di meja kesatu, kedua dan ketiga.
10) Anak-anak dikondisikan untuk berbaris kembali ke sekolah.

Gambar 2.4. Anak-anak mengerjakan LKA setelah selesai


menghitung Al-Qur’an.
c. Observasi dan Evaluasi
Hasil observasi dan evaluasi selama kegiatan berlangsung adalah
sebagai berikut :
- Keaktifan : prosentase anak yang sangat aktif meningkat jadi
53,33% (8 anak).
- Kelancaran : prosentase kelancaran mengalami peningkatan, anak
yang sangat lancar 40% (6 anak); lancar 40% (6 anak); 20% anak
mulai lancar.
- Ketepatan : prosentase anak yang sangat tepat dalam membilang
mengalami peningkatan, yaitu 26,67% (4 anak).
- Kebenaran : prosentase kebenaran dalam membilang mengalami
peningkatan, anak yang sangat benar menjadi 4 anak (26,67%).

30
d. Refleksi
1) Kelemahan
- Anak kesulitan menghitung karena penataan Al-Qur’an dengan
cara ditumpuk.
- Ketepatan dalam menghitung masih kurang.
- Ada anak yang kesulitan dalam menggambar persegi.
2) Kekuatan
- Persiapan guru baik, anak-anak sangat antusias.
- Anak-anak terkondisi baik.
- Ada anak yang menggambar persegi bersusun seperti letak
Al-Qur’an walaupun banyaknya tidak sama dengan banyaknya
Al-Qur’an yang di meja.
Berdasarkan refleksi pertemuan ke-1, maka untuk pertemuan ke-2 akan
dilakukan perbaikan yaitu Al-Qur’an diletakkan tidak bersusun tetapi
berjajar agar anak lebih mudah dalam membilang.

Pertemuan ke-2
a. Perencanaan
1) Membuat RKH
2) Membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP)
3) Membuat Lembar Kerja Anak
4) Menyiapkan Instrumen Penilaian
5) Menyiapkan APKG 1 dan APKG 2
b. Pelaksanaan
1) Pertemuan ke-2 dilaksanakan hari Selasa, 16 September 2014.
2) Guru mempersiapkan tempat kegiatan di masjid. Al-Qur’an
diletakkan sejajar agar anak mudah dalam menghitungnya
(Gambar 2.5.)

31
Gambar 2.5. Al-Qur’an diletakkan sejajar agar anak lebih
mudah dalam menghitungnya.

3) Setelah anak melaksanakan kegiatan awal, anak berbaris menuju


ke masjid bersama guru.
4) Anak-anak duduk melingkar, guru menjelaskan kegiatan yang akan
dilakukan anak. Kemudian anak dibagi dalam 3 kelompok.
5) Guru dengan kelompok 1 menuju sudut kegiatan membilang
Al-Qur’an.
6) Anak berbaris, guru menjelaskan kegiatan membilang Al-Qur’an
yaitu anak akan diberi LKA langsung kemudian anak menghitung
tiap meja. Saat di meja pertama anak menghitung kemudian
menggambarkan banyaknya Al-Qur’an dengan menggambar
persegi sebanyak hitungan. Begitu seterusnya sampai ke meja ke 3.
Seperti gambar 2.6. berikut ini.

Gambar 2.6. Anak bergiliran menghitung Al-Qur’an dan mengerjakan LKA.

32
7) Anak yang mengalami kesulitan dibantu guru.
8) Setelah semua kelompok selesai mengerjakan 3 kegiatan anak-
anak dikondisikan untuk duduk melingkar.
9) Anak-anak diajak menyanyi lagu tentang angka, kemudian guru
mereview kegiatan membilang yang sudah dilakukan. Guru
menanyakan berapa banyak Al-Qur’an di meja 1, 2 dan 3. Guru
juga menanyakan siapa yang kesulitan menggambar persegi
sebanyak Al-Qur’an yang ada di meja.
10) Anak-anak dikondisikan berbaris dan kembali ke sekolah
bersama guru.

c. Observasi dan Evaluasi


Guru mengadakan pengamatan dan penilaian saat kegiatan
berlangsung. Hasil dari pengamatan dan penilaian tersebut :
- Keaktifan : semua anak aktif, prosentase anak aktif dengan bintang
4 ada 53,33% (8 anak), sedangkan bintang 3 ada 46,67% (7 anak).
- Kelancaran : prosentase kelancaran mengalami peningkatan, anak
lancar membilang dengan bintang 4 ada 40% (6 anak); lancar
membilang dengan bintang 3 ada 60%.
- Ketepatan : prosentase tepat membilang dengan bintang 4 ada
26,67% (4 anak), bintang 3 ada 53,33% dan bintang 2 ada 20%.
- Kebenaran : prosentase kebenaran dalam membilang mengalami
peningkatan, anak dengan bintang 4 ada 26,67% (4 anak), bintang 3
ada 53,33% dan bintang 2 ada 20%.

d. Refleksi
1) Kelemahan
- Ketepatan membilang masih kurang.
- Ada anak yang menggambar persegi tidak sesuai dengan
banyaknya Al-Qur’an yang ada di meja.
2) Kekuatan
- Persiapan guru baik, anak jadi aktif dan antusias dalam
kegiatan.
- Anak terkondisi dengan baik, mau antri dalam barisan.

33
Perbaikan untuk pertemuan ke-3 berdasarkan hasil refleksi pertemuan ke-2
yaitu dengan variasi LKA. LKA dibuat lebih mudah bagi anak.
Pertemuan ke-3
a. Perencanaan
1) Membuat RKH
2) Membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP)
3) Membuat Lembar Kerja Anak
4) Menyiapkan Instrumen Penilaian
5) Menyiapkan APKG 1 dan APKG 2
b. Pelaksanaan
1) Pertemuan ke-3 dilaksanakan hari Rabu, 17 September 2014.
2) Guru menyiapkan alat dan bahan untuk kegiatan di masjid.
Al-Qur’an diletakkan sejajar, kemudian ada potongan gambar
AL-Qur’an dalam piring kertas dan juga ada lem. Settingan dapat
terlihat pada gambar 2.7. berikut ini.

Gambar 2.7. Setting pertemuan ke-3 siklus II.

3) Setelah anak melakukan kegiatan awal di kelas, anak berbaris lalu


bersama guru menuju masjid.
4) Anak-anak dikondisikan duduk melingkar, guru menjelaskan
3 kegiatan yang akan dilakukan anak. Kemudian anak dibagi
menjadi 3 kelompok.
5) Guru bersama kelompok 1 melakukan kegiatan membilang.

34
6) Anak-anak berbaris, guru menjelaskan alat dan bahan yang sudah
disiapkan di atas meja. Guru menjelaskan kegiatan membilang
yaitu anak akan diberi LKA kemudian anak diminta membilang
banyaknya Al-Qur’an. Setelah itu anak mengambil gambar
Al-Qur’an sebanyak hitungan meja 1 lalu menempelkan pada
lembar LKA, begitu seterusnya sampai meja ke 3. Guru mengamati
dan memberikan bantuan pada anak yang mengalami kesulitan
(gambar 2.8.).

Gambar 2.8. Anak bergiliran menghitung Al-Qur’an, guru mengamati


dan memberikan bantuan pada anak yang mengalami kesulitan.

7) Setelah semua kelompok selesai mengerjakan 3 kegiatan anak-


anak dikondisikan untuk duduk melingkar.
8) Guru mereview kegiatan membilang yang sudah dilakukan,
membahas LKA yang sudah dikerjakan. LKA yang tepat akan
mendapat cap bintang 4 (gambar 2.9.).
9) Anak-anak dikondisikan berbaris dan kembali ke sekolah
bersama guru.

35
Gambar 2.9. Guru mereview kegiatan yang sudah dilakukan.
c. Observasi dan Evaluasi
Hasil dari pengamatan dan penilaian selama kegiatan sebagai berikut:
- Keaktifan : semua anak aktif, prosentase anak aktif dengan bintang
4 ada 66,67% (10 anak), sedangkan bintang 3 ada 33,33% (5 anak).
- Kelancaran : prosentase kelancaran mengalami peningkatan, anak
lancar membilang dengan bintang 4 ada 53,33% (8 anak); lancar
membilang dengan bintang 3 ada 46,67% (8 anak).
- Ketepatan : prosentase tepat membilang dengan bintang 4 ada
53,33% (8 anak), bintang 3 ada 46,67%.
- Kebenaran : prosentase kebenaran dalam membilang mengalami
peningkatan, anak dengan bintang 4 ada 53,33% (8 anak), bintang 3
ada 46,67% (7 anak).
d. Refleksi
1) Kelemahan
- Ada anak yang tidak sabar dalam bergantian memakai lem.
- Ketepatan membilang masih rendah.
2) Kekuatan
- Anak aktif dalam kegiatan.
- Anak terkondisi dengan baik.
Berdasarkan hasil refleksi pertemuan ke-3 maka dilakukan perbaikan
untuk pertemuan ke-4 yaitu variasi kegiatan dalam menghitung dan LKA
yang berbeda dari pertemuan ke-3.

Pertemuan ke-4
a. Perencanaan
1) Membuat RKH
2) Membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP)
3) Membuat Lembar Kerja Anak
4) Menyiapkan Instrumen Penilaian

36
5) Menyiapkan APKG 1 dan APKG 2

b. Pelaksanaan
1) Pertemuan ke-4 dilaksanakan hari Kamis, 18 September 2014.
2) Guru menyiapkan alat dan bahan untuk kegiatan di masjid, yaitu
meja untuk meletakkan Al-Qur’an, meja untuk meletakkan toples
berisi manik-manik dan piring kertas. Penataannya bisa terlihat
pada gambar 2.10. berikut ini.

Gambar 2.10. Penataan alat dan bahan untuk kegiatan pada


pertemuan ke-4.

3) Setelah anak melakukan kegiatan awal di kelas, anak berbaris lalu


bersama guru menuju masjid.
4) Anak-anak dikondisikan duduk melingkar, guru menjelaskan
3 kegiatan yang akan dilakukan anak. Kemudian anak dibagi
menjadi 3 kelompok.
5) Guru bersama kelompok 1 melakukan kegiatan membilang.
6) Anak-anak berbaris, guru menjelaskan alat dan bahan yang sudah
disiapkan di atas meja.
7) Guru menjelaskan kegiatan membilang yaitu anak bergiliran
menghitung banyak Al-Qur’an kemudian mengambil piring kertas
untuk mengambil manik-manik sebanyak hitungan Al-Qur’an
kemudian meletakkan di meja. Begitu seterusnya pada meja ke 2

37
dan ke 3 juga. Setelah itu anak mengerjakan LKA yaitu
menghitung gambar Al-Qur’an lalu menuliskan lambang
bilangannya. Langkah-langkah kegiatan ini bisa terlihat pada
gambar 2.11.
8) Anak berbaris kemudian melakukan kegiatan.

Gambar 2.11. Kegiatan menghitung Al-Qur’an pada pertemuan ke-4.

9) Guru melakukan pengamatan dan bimbingan bagi anak yang


mengalami kesulitan (gambar 2.12.).
10) Setelah semua kelompok selesai mengerjakan 3 kegiatan anak-
anak dikondisikan untuk duduk melingkar.
11) Guru mereview kegiatan membilang yang sudah dilakukan,
membahas LKA yang sudah dikerjakan.
10) LKA yang tepat akan mendapat cap bintang 4.
11) Anak-anak dikondisikan berbaris dan kembali ke sekolah
bersama guru.

38
Gambar 2.12. Guru melakukan pengamatan dan bimbingan pada anak yang
mengalami kesulitan.

39
c. Observasi dan Evaluasi
Hasil dari pengamatan dan penilaian selama kegiatan sebagai berikut:
- Keaktifan : semua anak aktif, prosentase anak aktif dengan bintang
4 ada 73,33% (11 anak), sedangkan bintang 3 ada 26,67% (4 anak).
- Kelancaran : prosentase kelancaran mengalami peningkatan, anak
lancar membilang dengan bintang 4 ada 80% (12 anak); lancar
membilang dengan bintang 3 ada 20% (3 anak).
- Ketepatan : prosentase tepat membilang dengan bintang 4 ada
66,67% (10 anak), bintang 3 ada 33,33%.
- Kebenaran : prosentase kebenaran dalam membilang mengalami
peningkatan, anak dengan bintang 4 ada 66,67% (10 anak), bintang
3 ada 33,33% (5 anak).
d. Refleksi
1) Kelemahan
- Manik-manik terlalu kecil.
- Anak kesulitan menulis lambang bilangan.
3) Kekuatan
- Anak aktif dalam kegiatan.
- Anak terkondisi dengan baik
- Kelancaran dalam membilang tinggi.
Berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi pertemuan ke-4 dimana TPP belum
tercapai dan masih ada anak yang kesulitan dalam mengerjakan LKA
maka diadakan perbaikan pada pertemuan ke-5 yaitu manik-manik diganti
butiran tasbih yang besar dan pembuatan LKA yang lebih sederhana bagi
anak serta guru harus lebih rinci dalam menjelaskan kepada anak.

Pertemuan ke-5
a. Perencanaan
1) Membuat RKH
2) Membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP)
3) Membuat Lembar Kerja Anak
4) Menyiapkan Instrumen Penilaian
5) Menyiapkan APKG 1 dan APKG 2

40
b. Pelaksanaan
1) Pertemuan ke-5 dilaksanakan hari Jum’at, 19 September 2014.
2) Guru menyiapkan alat dan bahan untuk kegiatan di masjid.
3) Setelah anak melakukan kegiatan awal di kelas, anak berbaris lalu
bersama guru menuju masjid.
4) Anak-anak dikondisikan duduk melingkar, guru menjelaskan 3
kegiatan yang akan dilakukan anak dan LKA yang harus
dikerjakan anak (Gambar 2.13.).

Gambar 2.13. Guru memberikan penjelasan kepada anak tentang kegiatan dan
cara mengerjakan LKA.

5) Kemudian anak dibagi menjadi 3 kelompok.


6) Guru bersama kelompok 1 melakukan kegiatan membilang.
7) Anak-anak berbaris, guru menjelaskan alat dan bahan yang sudah
disiapkan di atas meja.
8) Guru menjelaskan kegiatan membilang yaitu anak bergiliran
menghitung banyak Al-Qur’an kemudian mengambil piring untuk
mengambil butiran tasbih sebanyak hitungan Al-Qur’an kemudian
meletakkan di meja. Begitu seterusnya pada meja ke 2 dan ke 3
juga. Setelah itu anak mengerjakan LKA yaitu menghubungkan
gambar Al-Qur’an dengan gambar butiran tasbih yang banyaknya
sama (gambar 2.14).

41
Gambar 2.14. Kegiatan menghitung pada pertemuan ke-5.

9) Guru melakukan pengamatan dan memberikan bantuan pada anak


yang mengalami kesulitan, tampak pada gambar 2.14.
12) Setelah semua kelompok selesai mengerjakan 3 kegiatan anak-
anak dikondisikan untuk duduk melingkar.
13) Guru mereview kegiatan membilang yang sudah dilakukan,
membahas LKA yang sudah dikerjakan. LKA yang tepat akan
mendapat cap bintang 4.
14) Kemudian anak-anak dikondisikan berbaris dan kembali ke
sekolah bersama guru.
c. Observasi dan Evaluasi
Hasil dari pengamatan dan penilaian selama kegiatan sebagai berikut:
- Keaktifan : semua anak aktif, prosentase anak aktif dengan bintang
4 mencapai 86,67% (13 anak), sedangkan bintang 3 ada 13,33%
(2 anak).
- Kelancaran : prosentase kelancaran mengalami peningkatan, anak
lancar membilang dengan bintang 4 mencapai 86,67% (13 anak),
sedangkan bintang 3 ada 13,33% (2 anak).
- Ketepatan : prosentase tepat membilang dengan bintang 4 mencapai
80% (12 anak), bintang 3 ada 20% (3 anak).

42
- Kebenaran : prosentase kebenaran dalam membilang mengalami
peningkatan, anak dengan bintang 4 mencapai 80% (12 anak),
bintang 3 ada 20% (3 anak).
e. Refleksi
Hasil refleksi bersama dengan teman sejawat atau supervisor 2 selama
kegiatan berlangsung sebagai berikut:
- Persiapan guru cukup baik sehingga anak antusias dalam kegiatan.
- Anak terkondisi dengan baik.
- Anak mampu mengerjakan LKA dengan baik.
- TPP untuk indikator membilang 1 sampai 10 tercapai.
Berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi pertemuan ke-5 siklus II yang
menunjukkan pencapaian TPP lebih dari 75% maka penelitian dihentikan.

4. Proses Menganalisa Data Siklus II


Guru bersama supervisor 2 (teman sejawat) membuat rekapitulasi dari
data-data hasil pertemuan ke-1 sampai pertemuan ke-5.
Tabel. 2 Rekapitulasi Data Siklus II

Aspek yang Dinilai


RKH Keaktifan dalam
No Ketepatan (%) Kelancaran (%) Kebenaran (%)
ke kegiatan (%)
          
    
          
RKH
1. - 13,33 33,34 53,33 - 20 40 40 - 33,33 40 26,67 - 33,33 40 26,67
ke 1

RKH
2. - - 46,67 53,33 - - 60 40 - 20 53,33 26,67 - 20 53,33 26,67
ke 2

RKH
3. - - 33,33 66,67 - - 46,67 53,33 - - 46,67 53,33 - - 46,67 53,33
ke 3

RKH
4. - - 26,67 73,33 - - 20 80 - - 33,33 66,67 - - 33,33 66,67
ke 4

RKH
5. - - 13,33 86,67 - - 13,33 86,67 - - 20 80 - - 20 80
ke 5

43
Berdasarkan hasil rekapitulasi data siklus II serta berdasarkan rangkuman
refleksi berupa kelemahan dan kekuatan siklus menunjukkan bahwa TPP
untuk indikator membilang 1 sampai 10 dengan aspek penilaian meliputi
keaktifan, kelancaran, ketepatan dan kebenaran telah mencapai lebih dari
75 % untuk bintang 4. Oleh karena itu maka penelitian ini dikatakan
berhasil dan dihentikan pada siklus II.

B. Pembahasan Tiap Siklus


Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus,
yang masing-masing siklus dilakukan melalui 5 kali pertemuan. Dalam setiap
pertemuan ada empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi. Siklus II dilakukan sebagai pelaksanaan tindakan yang merupakan
perbaikan atau tindak lanjut pembelajaran dari siklus I yang belum dapat
mencapai TPP yang diharapkan yaitu anak dengan bintang 4
dalam membilang 1 sampai 10 mencapai 75%.
Pada siklus I sudah terjadi peningkatan kemampuan anak dalam
membilang namun belum sempurna tetapi lebih baik apabila dibandingkan
dengan hasil sebelum diadakan perbaikan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil
rekapitulasi data pada tabel 1. Penilaian aspek keaktifan anak meningkat.
Berdasarkan pelaksanaan siklus I anak-anak terlihat antusias untuk mengikuti
kegiatan walaupun masih menggerombol. Hal ini terjadi karena perbaikan
pembelajaran yang diberikan ke anak merupakan hal baru bagi anak sehingga
anak menjadi lebih antusias. Saat guru menjelaskan anak tampak gembira dan
bersemangat sampai-sampai anak bersorak “hore…hore…hore…”. Anak-anak
sangat bersemangat saat berjalan beriringan menuju ke kebun.
Berdasarkan hasil evaluasi siklus I didapat tabel rekapitulasi data anak dan
dibuat grafik analisisnya yang menggambarkan peningkatakn pencapaian
kemampuan membilang anak. Berikut gambar 3.1. tentang grafik analisisnya :

44
80.00%

70.00% 66.67%

60.00% 53.33% 53.33%


Prosentase Anak

50.00% 46.67% 46.67%


40% 40%
40.00% 33.34% 33.33%
30.00%
20%
20.00% 13.33% 13.33% 13.33% 13.34% 13.33%
10.00%
0% 0% 0% 0% 0%
0.00%
RKH 1 RKH 2 RKH 3 RKH 4 RKH 5

Belum Aktif Mulai Aktif


Kegiatan Harian
Aktif Sangat Aktif

Gambar 3.1. Grafik analisis hasil evaluasi kemampuan membilang


1 sampai 10 pada aspek keaktifan dalam kegiatan siklus I.

Dari hasil rekapitulasi data dan analisisnya pada gambar 3.1.


didapatkan untuk kategori anak sangat aktif (bintang 4) pada siklus I RKH 1
dan RKH 2 belum ada, namun mulai tampak pada RKH 3, RKH 4 dan RKH 5
yaitu 13,34% (2 anak). Hal ini ditunjukkan dengan aktifitas anak yang hanya
berlaria-larian. Sementara untuk kategori bintang 1 mulai tidak ada pada RKH
3, RKH 4 dan RKH 5. Anak mulai mematuhi aturan main kegiatan di kebun.
Peningkatan juga terlihat pada aspek kelancaran dalam membilang
(gambar 3.2.), pada RKH 1 dan RKH 2 belum ada anak dengan bintang 4
namun mulai terlihat pada RKH 3, RKH 4 dan RKH 5. Dengan menghitung
pohon anak jadi lebih lancar dalam membilang karena selain bisa memegang
benda yang dihitung anak juga diharuskan bergerak menuju hitungan
selanjutnya.

45
50.00% 46.67%
45.00%
40% 40%
40.00%
35.00% 33.33% 33.33% 33.33%
33.33% 33.33%33.33%
Prosentase Anak

30.00% 26.67% 26.67%


25.00%
20% 20% 20%20% 20%
20.00%
15.00% 13.34%

10.00% 6.67%
5.00%
0% 0%
0.00%
RKH 1 RKH 2 RKH 3 RKH 4 RKH 5

Belum Lancar Mulai Lancar Kegiatan Harian


Lancar Sangat Lancar

Gambar 3.2. Grafik analisis hasil evaluasi kemampuan membilang


1 sampai 10 pada aspek kelancaran membilang siklus I.

Demikian juga pada aspek ketepatan (gambar 3.3.) dan aspek


kebenaran (gambar 3.4.), anak dengan bintang 4 mulai muncul pada RKH 3,
RKH 4 dan RKH 5. Bintang 4 mulai muncul pada RKH 3 dimana anak
diberikan tugas tambahan mengerjakan LKA, yaitu menuliskan lambang
bilangan hasil hitungan pada gambar pohon di LKA. Anak dituntut untuk
mengingat-ingat berapa hasil hitungan yang ia peroleh saat membilang
kemudian menuliskan lambang bilangannya di LKA. Namun masih banyak
anak yang membutuhkan bantuan guru.
60.00%
53.33%
50.00%
40% 40% 40%
Prosentase Anak

40.00%
33.33% 33.33% 33.33%
30.00% 26.67% 26.67%26.67% 26.67%26.67% 26.67%
20%
20.00%
13.33% 13.33% 13.33%
10.00% 6.66%
0% 0%
0.00%
RKH 1 RKH 2 RKH 3 RKH 4 RKH 5
Kegiatan Harian
Belum Tepat Mulai Tepat
Tepat Sangat Tepat

Gambar 3.3. Grafik analisis hasil evaluasi kemampuan membilang


1 sampai 10 pada aspek ketepatan membilang siklus I.

46
60.00%
53.33%

50.00%
40% 40% 40%
Prosentase Anak

40.00%
33.33% 33.33% 33.33%

30.00% 26.67% 26.67%26.67% 26.67%26.67% 26.67%


20%
20.00%
13.33% 13.33% 13.33%

10.00% 6.66%
0% 0%
0.00%
RKH 1 RKH 2 RKH 3 RKH 4 RKH 5
Belum Benar Mulai Benar Kegiatan Harian
Benar Sangat Benar

Gambar 3.4. Grafik analisis hasil evaluasi kemampuan membilang


1 sampai 10 pada aspek kebenaran membilang siklus I.

Berbagai perbaikan dilakukan dalam setiap pertemuan di siklus I,


yaitu perbaikan di RKH 2 dengan membatasi banyaknya pohon yang dihitung
dan memberi tanda pada pohon, RKH 3 dengan tambahan pembuatan LKA
untuk anak, perbaikan RKH 4 dengan mempercantik tampilan LKA dan RKH
5 dengan LKA yang mudah dikerjakan anak. Hal tersebut memang mampu
meningkatkan kemampuan membilang anak namun belum bisa mencapai 75%
sesuai harapan. Oleh karena itu penelitian dilanjutkan siklus II.

Pada siklus II anak terlihat lebih bersemangat lagi begitu mengetahui


akan bermain di masjid. Anak berebut untuk berbaris persiapan menuju
masjid. Siklus II dilaksanakan sama seperti siklus I yaitu 5 kali pertemuan
menunjukkan hasil peningkatan yang lebih baik dan mencapai TPP 75%
sesuai harapan. Hal ini ditunjukkan dengan data rekapitulasi hasil evaluasi
siklus II (tabel 2). Keaktifan anak dalam kegiatan meningkat dari RKH 1
sampai RKH 5, yaitu pada RKH 5 keaktifan anak dengan bintang 4 telah
mencapai 86,67% (13 anak). Hal tersebut sesuai target harapan TPP bahkan
melebihi yaitu bintang 4 sebanyak 75% dan terlihat pada gambar 4.1.

47
100.00%
86.67%
90.00%
80.00% 73.33%
66.67%
Prosentase Anak

70.00%
60.00% 53% 53%
46.67%
50.00%
40.00% 33.34% 33%
26.67%
30.00%
20.00% 13.33% 13.33%
10.00% 0.00% 0.00%
0% 0%
0.00% 0%
0.00% 0% 0%
0.00%
RKH 1 RKH 2 RKH 3 RKH 4 RKH 5
Belum Aktif Mulai Aktif Kegiatan Harian
Aktif Sangat Aktif

Gambar 4.1. Grafik analisis hasil evaluasi kemampuan membilang


1 sampai 10 pada aspek keaktifan dalam kegiatan membilang siklus II.

Aspek kelancaran pada siklus II juga mengalami peningkatan dari


RKH 1 sampai RKH 5 yang telah mencapai TPP yang diharapkan yaitu
bintang 4 untuk kelancaran (sangat lancar) mencapai 75 %. Pada siklus II ini
bintang 4 untuk kelancaran membilang mencapai 86,67%. Terlihat pada
gambar 4.2. berikut ini.

100.00%
86.67%
90.00%
80.00%
80.00%
Prosentase Anak

70.00%
60.00%
60.00% 53.33%
47%
50.00%
40.00%
40% 40%
40.00%
30.00%
20.00% 20.00%
20.00% 13.33%
10.00%
0.00% 0.00%
0% 0%0.00% 0%0.00% 0% 0%
0.00%
RKH 1 RKH 2 RKH 3 RKH 4 RKH 5
Belum Lancar Mulai Lancar Kegiatan Harian
Lancar Sangat Lancar

Gambar 4.2. Grafik analisis hasil evaluasi kemampuan membilang


1 sampai 10 pada aspek kelancaran membilang siklus II.

48
Aspek ketepatan pada siklus II bisa mencapai target TPP yang
diharapkan yaitu anak dengan bintang 4 mencapai 75%. Anak dengan bintang
4 pada aspek ketepatan mencapai 80% (12 anak). Demikian juga dengan aspek
kebenaran, anak dengan bintang 4 mencapai 80% (12 anak).
Terlihat dalam gambar 4.3. berikut ini.

90.00%
80.00%
80.00%

70.00% 66.67%

60.00%
Prosentase Anak

53.33% 53.33%
50.00% 47%
40.00%
40.00% 33.33% 33.33%
30.00% 27% 27%
20% 20.00%
20.00%

10.00%
0.00% 0.00% 0%0.00% 0%0.00% 0% 0%
0.00%
RKH 1 RKH 2 RKH 3 RKH 4 RKH 5
Kegiatan Harian
Belum Tepat Mulai Tepat
Tepat Sangat Tepat

Gambar 4.3. Grafik analisis hasil evaluasi kemampuan membilang


1 sampai 10 pada aspek ketepatan membilang siklus II.

Aspek kebenaran membilang pada siklus II juga bisa mencapai target


TPP yang diharapkan yaitu anak dengan bintang 4 mencapai 75%. Anak
dengan bintang 4 pada aspek ketepatan mencapai 80% (12 anak). Demikian
juga dengan aspek kebenaran, anak dengan bintang 4 mencapai 80% (12
anak).
Hal tersebut bisa terlihat dalam gambar 4.4.

49
90.00%
80.00%
80.00%
70.00% 66.67%
Prosentase Anak

60.00% 53.33% 53.33%


50.00% 47%
40.00%
40.00% 33.33% 33.33%
30.00% 27% 27%
20% 20.00%
20.00%
10.00%
0.00% 0.00% 0%0.00% 0%0.00% 0% 0%
0.00%
RKH 1 RKH 2 RKH 3 RKH 4 RKH 5
Kegiatan Harian
Belum Benar Mulai Benar
Benar Sangat Benar

Gambar 4.4. Grafik analisis hasil evaluasi kemampuan membilang


1 sampai 10 pada aspek kebenaran membilang siklus II.

Tercapainya TPP bintang 4 untuk indicator membilang 1 sampai 10


sebesar 75% pada siklus II dikarenakan adanya perbaikan-perbaikan tindakan
pembelajaran yang dilakukan dalam pembelajaran. Perbaikan-perbaikan yang
dilakukan pada siklus II berupa variasi kegiatan menghitung real object yaitu
Al-Qur’an di masjid serta variasi LKA yang menarik dan mudah bagi anak.
Perbaikan-perbaikan dilakukan agar anak-anak dapat dengan mudah
membilang dan mengerjakan LKA yang berhubungan dengan kegiatan
membilang itu sendiri. Perbaikan RKH 2 yaitu dengan melihat kelemahan
RKH 1 dimana anak kesulitan bila posisi Al-Qur’an ditumpuk, maka pada
RKH 2 posisi Al-Qur’an diletakkan sejajar sehingga memudahkan anak dalam
menghitung banyaknya Al-Qur’an. Perbaikan juga dilakukan pada LKA yang
dibuat pada siklus II. LKA pada RKH 1 dan RKH 2 berbeda dengan LKA
pada RKH 3, RKH 4 dan juga RKH 5. Berdasarkan data capaian TPP bintang
4 pada siklus II maka penelitian ini dikatakan berhasil dan dihentikan pada
siklus II.

50
Peningkatan kemampuan dari siklus ke siklus II pada setiap aspek
penilaian terjadi secara signifikan. Peningkatan kemampuan aspek keaktifan
100% I ke siklus II bisa dilihat pada gambar 5.1. Aspek keaktifan pada
dari siklus
86.67%
siklus 90%
I mulai tampak pada RKH 3, RKH 4 dan RKH 5 dan terus meningkat
80%
pada RKH I siklus II sampai pada RKH 5 siklus 73.33%
II yaitu mencapai 86,67%.
70% 66.67%
Prosentase Anak

RKH 1
60% 53.33%
RKH 2
50% 53.33%
RKH 3
40%
RKH 4
30%
RKH 5
20% 13.33%
13.33% 13.33%
10%
0%0%
0%
Siklus 1 Siklus 2
Tahapan Siklus

Gambar 5.1. Peningkatan TPP aspek keaktifan dalam kegiatan dari siklus I
ke siklus II

Peningkatan aspek kelancaran membilang dari siklus I ke siklus II juga terjadi


sangat signifikan. Pada siklus I baru tampak pada RKH 3, RKH 4 dan RKH 5
dan terus meningkat pada RKH I siklus II sampai pada RKH 5 yaitu mencapai
86,67%. Hal tersebut terlihat pada gambar 5.2. berikut ini.

100%
90% 86.67%
80.00%
80%
70%
Prosentase Anak

RKH 1
60% 53.33% RKH 2
50% RKH 3
40.00%
40% 40.00% RKH 4
30% RKH 5
20.00%
13.34%
20%
10% 6.67%
0%0%
0%
Siklus 1
Tahapan Siklus Siklus 2
51
Gambar 5.2. Peningkatan TPP aspek kelancaran dalam kegiatan dari siklus I
ke siklus II
Demikian juga pada aspek ketepatan dan kebenaran membilang, pada siklus I
baru tampak pada RKH 3, RKH 4 dan RKH 5 dan terus meningkat pada RKH
I siklus II sampai pada RKH 5 yaitu mencapai 80%. Hal tersebut terlihat pada
gambar 5.3. dan gambar 5.4. berikut ini.
90%
80.00%
80%

70% 66.67%

60%
Prosentase Anak

53.33%
50% RKH 1
40%
RKH 2
26.67%
30%
RKH 3
20% 13.34% 26.67%
13.34% RKH 4
10% 6.67%
0% 0% RKH 5
0%
Siklus 1 Siklus 2
Tahapan Siklus
Gambar 5.3. Peningkatan TPP aspek ketepatan dalam kegiatan dari siklus I
ke siklus II

90%
80.00%
80%

70% 66.67%

60%
Prosentase Anak

53.33%
50% RKH 1

40% RKH 2

30% 26.67%
RKH 3

20% 13.34% 26.67%


RKH 4
13.34%
10% 6.67% RKH 5
0% 0%
0%
Siklus 1 Siklus 2
Tahapan Siklus
52
Gambar 5.4. Peningkatan TPP aspek kebenaran dalam kegiatan dari siklus I
ke siklus II

53
Berdasarkan peningkatan yang signifikan pada setiap aspek penilaian,
yaitu keaktifan dalam kegiatan, kelancaran membilang, ketepatan membilang
dan kebenaran membilang dari siklus I ke siklus II membuktikan bahwa
pembelajaran dengan real object mampu meningkatkan kemampuan
membilang 1 sampai 10 pada anak. Aspek keaktifan dalam kegiatan mencapai
86,67%, aspek kelancaran mencapai 86,67%, aspek ketepatan membilang
mencapai 80% dan aspek kebenaran mencapai 80%. Dengan pembelajaran
real object ini mampu meningkatkan kemampuan membilang 1 sampai 10
pada anak kelompok A di TKIT Nurul ‘Ilmi seperti yang diharapkan.

54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat diambil
kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran dengan real object dapat
meningkatkan kemampuan membilang 1 sampai 10 pada anak kelompok A di
TKIT Nurul ‘Ilmi Gelangan, Patalan, Jetis, Bantul. Peningkatan kemampuan
ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan prosentase anak yang mendapat
bintang 4 pada kegiatan membilang dengan real object dari pelaksanaan siklus
I dan siklus II (aspek keaktifan dalam kegiatan mencapai 86.67%; aspek
kelancaran 86.67%; aspek ketepatan 80% dan aspek kebenaran 80%).
Pencapaian TPP seperti yang diharapkan tersebut membuktikan bahwa
pembelajaran dengan real object mampu meningkatkan kemampuan
membilang 1 sampai 10 pada anak.

B. Saran
Saran yang bisa disampaikan berdasarkan pembahasan pada hasil
perbaikan sebagai berikut:
1. Peningkatan kualitas diri dalam mendidik dan meningkatkan kualitas anak
didik harus terus diupayakan oleh seorang guru khsusnya guru PAUD
yaitu, dengan selalu mengikuti perkembangan dunia pendidikan sehingga
mampu menciptakan inovasi-inovasi pembelajaran yang bermanfaat untuk
pendidikan anak usia dini.
2. Penerapan pembelajaran dengan real object harus terus dilakukan untuk
dapat menstimulasi kemampuan membilang dan seluruh bidang
pengembangan pada anak TK.
3. Perlu adanya sosialisasi mengenai kegiatan pembelajaran dengan real
object untuk dapat memberikan gambaran kepada guru maupun orang tua
tentang pembelajaran yang tetap mengacu pada karakteristik anak usia
dini.

55
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2007). Permainan Berhitung di Taman Kanak-kanak.


Jakarta: Depdiknas.

Kasihani Kasbolah, E.S. (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Depdikbud.

Mulyono. (2003). Berhitung Dengan Media Gambar Melalui Soal Matematika.


Jakarta: UPI.

Nurhadi. (2003). Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Departemen Pendidikan


Nasional.

Sanjaya, Wina. (2005). Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis


Kompetensi. Bandung: Fajar Interpratama Offset.

Sriningsih, Nining. (2008). Pembelajaran Matematika Terpadu Untuk Anak Usia


Dini. Bandung: Pustaka Sebelas.

Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineka Cipta.

Sujiono, Yuliani Nurani, dkk. (2011) Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta:


Universitas Terbuka.

Susanto, A. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group.

Winataputra, Udin S. dkk. (2011). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:


Universitas Terbuka.

56

Anda mungkin juga menyukai