Anda di halaman 1dari 8

118 Komuniti, Vol. 9, No.

2, September 2017 p-ISSN: 2087-085X, e-ISSN: 2549-5623

MODEL LITERASI MEDIA BERBASIS KEARIFAN LOKAL PADA MASYARAKAT


KAMPUNG DONGKELAN KAUMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Rila Setyaningsih
Program Studi Ilmu Komunikasi
Universitas Darussalam Gontor, Ponorogo
Email: rilasetya@unida.gontor.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini berlatarbelakang dari permasalahan bagaimana masyarakat kampung
Dongkelan Kauman Daerah Istimewa Yogyakarta masih mampu mempertahankan kearifan
lokal dan budaya lokal ditengah gempuran terpaan media massa. Kearifan lokal yang masih
terjaga mampu menangkal dampak negatif terpaan media massa sehingga dapat dijadikan
sebuah model literasi media, baik melalui pendidikan literasi media maupun gerakan
literasi media. Penelitian ini menggunakan metode eksploratif kualitatif dengan pendekatan
etnografi komunikasi. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dan observasi dari
beberapa masyarakat Kampung Dongkelan Kauman Daerah Istimewa Yogyakarta dan tokoh
masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, kesadaran masyarakat melalui
kearifan lokal dalam literasi media belum mampu memaksimalkan potensinya sendiri
disebabkan masyarakat masih menjadi pengguna media yang pasif akan tetapi terdapat
Kelompok Penggiat Sekolah Masyarakat Desa yang menjadi pusat kegiatan masyarakat
termasuk literasi media. Kedua, model literasi media yang digunakan masyarakat Kampung
Dongkelan Kauman adalah Protectionist. Model berbasis kearifan local meliputi 4 elemen
yaitu kemampuan mengakses, menganalisis, mengevaluasi dan memproduksi pesan.
Ketiga, memaksimalkan peran Sekolah Masyarakat Desa untuk meningkatkan kemampuan
literasi media msyarakat.

Kata kunci: literasi media; kearifan lokal; Kampung Dongkelan Kauman

A. PENDAHULUAN seorang anak kelas 1 SD di Pekanbaru akibat


Pada era seperti sekarang media massa pengeroyokan teman-temannya, yang
memainkan peranan penting sehingga menurut keterangan orang tuanya korban
setiap individu tidak mungkin dapat dan teman-temannya sedang menirukan
terhindar dari pengaruhnya. Kenyataannya adegan perkelahian dalam sinetron “7
saat ini khalayak terus diterpa oleh ribuan Manusia Harimau” di RCTI yang tayang pada
pesan melalui media massa dan media tahun 2015 yang lalu (remotivi.or.id). Selain
sosial. Hal ini menunjukkan bahwa dalam televisi, internet juga memiliki efek yang
segi isi media telah mampu “menguasai” cukup mengkhawatirkan. Kasus penculikan
individu. Disadari atau tidak hal ini akan melalui media facebook, dan juga modus
berdampak pada perubahan psikologis dan yang jarang terjadi, yaitu facebook menjadi
sosial. Bukan hanya sekedar menggunakan media yang efektif untuk curanmor. Kedua
media, saat ini khalayak sudah sampai pada kasus tersebut menunjukkan bahwa
taraf candu. Adapun dampak media massa beberapa khalayak media khususnya anak
akibat perkembangan teknologi komunikasi dan remaja masih belum memiliki filter
dan informasi ini dapat bersifat positif dalam mencegah efek tayangan media
maupun negatif. massa.
Salah satu dampak negatif yang terjadi Kondisi saat ini, masyarakat Indonesia
di masyarakat adalah kasus kematian belum memiliki kemampuan literasi media
Model Literasi Media Berbasis Kearifan Lokal 119

yang cukup tinggi. Praktek model literasi masyarakat lokal. Budaya tersebut mampu
media yang ditemui sekarang ini berbasis digunakan sebagai filter untuk menyerap
pada model-model yang berasal dari dan mengolah kebudayaan asing yang
Amerika Serikat dan Eropa dimana kondisi terpublikasikan ke masyarakat melalui media
sosial yang berbeda. Hal ini menimbulkan massa. Menurut penggiat literasi media dari
kesan bahwa masyarakat Indonesia tidak Universitas Diponegoro, Sunarto, gerakan
mempunyai model untuk membuat literasi media idealnya dapat memanfaatkan
masyarakat cerdas bermedia. Padahal jika kearifan lokal yang ada di daerah masing-
dikaji secara mendalam kearifan lokal yang masing. Ini seperti halnya ritual “ngrowot”
tersebar diberbagai daerah di Indonesia atau “mutih” yang biasa dilakukan kalangan
banyak mengajarkan mengenai kearifan suku Jawa. Esensi dari puasa “mutih” dan
yang dapat diadopsi kedalam model literasi “ngrowot” adalah pembatasan dari jenis
media. makanan yang masuk ke tubuh manusia
Salah satu daerah yang memiliki kearifan sehingga hal ini dapat diadopsi sebagai
lokal yang masih terjaga hingga kini adalah salah satu nilai filosofis yang berlaku pula
Kampung Dongkelan Kauman Daerah bagi konsumsi media (Fitriyarini, dkk., 2014:
Istimewa Yogyakarta (DIY). Kampung 209).
Dongkelan Kauman DIY merupakan salah Berdasarkan permasalahan diatas,
satu perkampungan di wilayah Desa diperlukan sebuah kajian awal tentang
Tirtonirmolo Kecamatan Kasihan Kabupaten kearifan lokal Kampung Dongkelan Kauman
Bantul DIY. Di wilayah ini berdiri sebuah dalam menghadapi terpaan media massa.
masjid bernama Masjid Pathok Negoro Kearifan lokal yang dimiliki masyarakat
yang merupakan wilayah dari Sultan Ground Kampung Dongkelan Kauman merupakan
Kesultanan Ngayogyokarto Hadiningrat. kekayaan luar biasa yang perlu dilestarikan
Sebagai sebuah wilayah yang berada di dalam rangka menangkal budaya luar
perbatasan desa dan kota, maka berbagai yang tidak sesuai dengan nilai-nilai lokal.
persoalan muncul seiring dengan lajunya Permasalahan dalam penelitian ini adalah:
dinamika penduduk, baik problematika Bagaimana model literasi media berbasis
yang dirasakan oleh penduduk pendatang kearifan lokal di Kampung Dongkelan
yang tinggal menetap dan pendatang Kauman?
musiman, maupun berbagai masalah sosial Berkaitan dengan permasalahan yang
penduduk asli (penduduk lokal). dikemukakan, tujuan penelitian ini adalah
Kekhawatiran tersebut muncul akibat mendeskripsikan dan memahami model
terpaan media massa yang semakin masif literasi media berbasis kearifan lokal pada
di wilayah Kampung Dongkelan Kauman. masyarakat di Kampung Dongkelan Kauman.
Sebagian besar perangkat televisi diisi Manfaat penelitian ini yaitu mendorong
oleh siaran-siaran yang dipancarkan dari terwujudnya pendidikan maupun gerakan
Jakarta (Televisi Nasional). Hal tersebut literasi media berbasis kearifan lokal di
diperparah dengan kenyataan bahwa siaran wilayah Dongkelan Kauman.
lokal justru sangat minim. Kondisi lain yaitu Penelitian ini menggunakan teori
bahwa di Dongkelan Kauman belum ada kegunaan dan gratifikasi (Uses and
televisi komunitas maupun Koran kampung. Gratification Theory) dari Elihu Katz dan, Jay
Sedangkan untuk media cetak lokal yaitu G. Blumner dan Michael Gurevitch (Richard
Tribun News, Bernas, dan Kedaulatan Rakyat. West and Lynn H Turner; 2007). Teori ini
Berkaitan dengan literasi media maka menyatakan bahwa orang secara aktif
muncul ide untuk menyaring serbuan mencari media tertentu dan isi (content)
informasi dari media massa melalui tertentu untuk menghasilkan kepuasan
kearifan lokal. Secara teoritis, kearifan (atau hasil) tertentu. Dalam pengembangan
lokal merupakan manifestasi dari ajaran- teori ini dikatakan orang aktif karena
ajaran budaya yang dihidupi oleh suatu mereka mampu untuk mempelajari dan
120 Komuniti, Vol. 9, No. 2, September 2017 p-ISSN: 2087-085X, e-ISSN: 2549-5623

mengevaluasi berbagai jenis media untuk adalah model Cultural Studies. Model ini
mencapai tujuan tertentu. mengajak khalayak untuk menganalisis dan
Guna menguatkan dampak media mengkrisitisi media. Bentuk kegiatannya
massa, digunakan teori masyarakat massa dapat berupa Kampanye Hari Tanpa
(Mass Society Theory) yang diusung oleh TV, Diet Media, Boikot Media, dan lain-
Kornhouser (1959), Bromson (1961), lain. Keempat, adalah model Active
Giner (1979), dan (Dennis Mc Quail 1991). Audience. Model ini melatih khalayak agar
Dalam teori ini dijelaskan bahwa, rata-rata mampu menginterpretasi konten media
orang merupakan korban media massa berdasarkan latar belakang masing-masing.
(Richad West and Lynn H Turner 2007). Baik secara sosial maupun kultural. Bentuk
Guna mengulas terpaan media massa dan kegiatannya sampai kepada memproduksi
khalayak maka berpijak pada argumen media sesuai dengan aspirasinya. (Sumber:
khalayak tidak peduli Richard T. La Piere, KPI 2012)
dalam bukunya yang berjudul Theory
of Social Control berpendapat bahwa
B. METODE PENELITIAN
lingkungan inti seperti rumah atau keluarga,
gereja dan jaringan persahabatan, lebih Jenis penelitian ini adalah penelitian
mempengaruhi nilai-nilai, sikap dan perilaku eksploratif (exploratory research) yang
individu ketimbang media. Orang-orang mengkaji secara mendalam kearifan lokal
berpaling ke media untuk memperoleh apa dalam menghadapi terpaan media massa
yang mereka cari, bukannya menyediakan di Kampung Dongkelan Kauman DIY.
diri untuk dipengaruhi. Richard juga Menurut Ida Bagoes Oka (2004) penelitian
menyatakan bahwa seseorang tidak mudah eksploratif yang dimaksud adalah penelitian
mengubah keyakinannya karena hubungan yang bersifat terbuka dengan penekanan
media yang berjarak dan umumnya orang- utamanya adalah menemukan gagasan
orang akan lebih mempercayai kelompok maupun pandangan. Penelitian ini berusaha
sosial terdekatnya. Pesan media baru akan untuk mengungkapkan model literasi
diterima jika itu sesuai dengan pesan media berbasis kearifan lokal berkaitan
lingkungan sosial (L. Rivers, 2008:40). pencegahan dampak negatif terpaan media
massa hingga sampai pada tahap produksi
Sedangkan model yang digunakan
pesan media.
untuk mengulas literasi media berbasis
kearifan lokal, berpijak pada model yang Sedangkan pendekatan yang digunakan
dikembangkan oleh Rumah Sinema pada dalam penelitian ini adalah pendekatan
tahun 2012, yaitu bahwa ada 4 (empat) etnografi. Etnografi adalah uraian dan
model yang dikembangkan dalam literasi penafsiran suatu budaya atau sistem
media: pertama adalah Protectionist Model, kelompok sosial. Menurut Pawito (2008:149)
model ini mengharuskan khalayak memilih etnografi sangat lekat dengan kebudayaan.
tontonan yang baik dan menghindari Kebudayaan bahkan merupakan hal yang
tontonan yang buruk. Bentuk kegiatannya pokok dalam studi etnografis.
adalah Diet Media, pengaturan jadwal Data yang dikumpulkan adalah data
menonton, dan sejenisnya. Menurut primer dan data sekunder. Data primer
Dyna Herlina S, M.Sc (peneliti Rumah diperoleh dari wawancara semi terstruktur
Sinema), model ini cocok untuk khalayak dengan pihak-pihak terkait terutama tokoh
yang punya kemampuan dan pendidikan masyarakat dan komunitas masyarakat
terbatas. Kedua, adalah model Uses dan Kampung Dongkelan Kauman. Teknik
Gratification. Model ini membekali khalayak pengumpulan data sekunder yang
dengan kemampuan memilih dan memilah dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu
konten media. Bentuk kegiatannya adalah dari berbagai literatur/pustaka, statistik
mempelajari kerja media. Dengan demikian kependudukan lokasi penelitian, monografi
khalayak mampu membuat keputusan lokasi penelitian serta dilakukan observasi
sendiri dalam memilih media. Ketiga, partisipasi dan non-partisipasi. Metode
Model Literasi Media Berbasis Kearifan Lokal 121

wawancara dilakukan secara terbuka geografis yakni di perbatasan desa dengan


dengan memilih informan kunci (key kota. Adapun nilai-nilai yang ada pada
informant). Teknik sampling yang digunakan masyarakat Dongkelan Kauman antara lain
yaitu snowball sampling Kredibilitas dalam nilai kekeluargaan, kepemimpinan, dan
penelitian ini menggunakan trianggulasi religiusitas.
yang terdiri dari trianggulasi metode,
sumber, teori dan peneliti. Model Literasi Media Berbasis Kearifan
Penentuan lokasi penelitian Lokal
menggunakan teknik purposive sampling Literasi media adalah kemampuan untuk
dengan kriteria desa/ kampung di wilayah mengakses, menganalisis, mengevaluasi
perbatasan desa dengan kota yang diterpa dan mengirimkan pesan dalam format
media massa dan merupakan wilayah cetak dan non cetak (televisi, video, film,
Sultan Ground Kesultanan Ngayogyokarto iklan dan internet)(Potter, W.J;2005). Dalam
Hadiningrat. Pendekatan analisis dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2002
menggunakan beberapa metode analisis tentang Penyiaran dikatakan bahwa negara
yaitu analisis data interaktif yang terdiri dari menguasai spektrum frekuensi radio
pengumpulan data, analisis data, verifikasi yang digunakan untuk penyelenggaraan
data dan kesimpulan dari Milles Huberman penyiaran guna sebesar-besarnya
serta perumusan hasil. kemakmuran rakyat. Jadi apapun informasi
yang disampaikan media penyiaran harus
dapat bermanfaat bagi publik, yakni
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
kebutuhan akan siaran yang sehat. Berikut
Seperti telah disinggung dalam pembahasan literasi media berbasis
bab sebelumnya bahwa mendefinisikan kearifan lokal pada masyarakat Kampung
literasi media tidak hanya dari aspek Dongkelan Kauman mengacu pada model
teknologinya tetapi juga harus menyentuh Livingstone:
aspek budayanya yang menjadi konteks
dimana literasi media tersebut diciptakan 1. Access
dan diwujudkan guna mencegah serta Akses ditentukan oleh suatu
menanggulangi dampaknya dimana proses sosial yang dinamis, bukan
keraifan lokal (local wisdom) merupakan sebuah tindakan tunggal. Setelah
gagasan masyarakat setempat yang bersifat akses awal dilakukan, pengembangan
bijaksana, penuh dengan kearifan, bernilai pemahaman (literasi) membawa
baik yang tertanam nilai-nilai dan diikuti pengguna untuk berkembang
masyarakatnya (Darmastuti, 2012:24). secara signifikan dan kontinu dalam
Di lain pihak, rendahnya pengetahuan berbagai kondisi akses (update,
dan keterbatasan teknologi pada masyarakat upgrade, pengembangan hardware
tradisional berkorelasi dengan perilaku, dan aplikasi software). Persoalannnya
kebiasaan, norma dan kelembagaan yang adalah kesenjangan dalam materi
sangat memperhatikan lingkungan (dalam sosial demografis, sumberdaya
hal ini lingkungan sosial). Ketidakmampuan sosial dan simbolik, kesenjangan
masyarakat tradisional pada sisi lain dalammengakses pengetahuan,
merupakan kearifan tersendiri terhadap komunikasi dan partisipasi online akan
lingkungan sosial yang sudah semakin terus berlangsung.
terganggu akhir-akhir ini. Gangguan Mengakses yang digunakan dalam
tersebut salah satunya berasal dari pesan- penelitian ini adalah kemampuan
pesan media massa yang semakin masif. khalayak dalam mencari, mendapatkan,
Masyarakat Kampung Dongkelan dan mengumpulkan informasi. Akses
Kauman berada pada kondisi peralihan/ media bukan lagi masalah, apalagi
transisi, dari tradisional menuju modern. untuk khalayak yang tinggal di Ibu
Hal tersebut merupakan akibat dari wilayah Kota. Akses terhadap media dapat
122 Komuniti, Vol. 9, No. 2, September 2017 p-ISSN: 2087-085X, e-ISSN: 2549-5623

ditemukan kapan saja dan dimana saja. bahwa orang secara aktif mencari
Ditinjau dari kemampuan mengakses media tertentu dan isi (content) tertentu
media massa, masyarakat Kampung untuk menghasilkan kepuasan (atau
Dongkelan Kauman sudah cukup baik. hasil) tertentu. Dalam pengembangan
Mereka sudah menjadi bagian khalayak teori ini dikatakan orang aktif karena
media karena beberapa media cetak, mereka mampu untuk mempelajari dan
elektronik bahkan layanan internet mengevaluasi berbagai jenis media
sudah tersedia dan terjangkau. untuk mencapai tujuan tertentu.
Hasil observasi peneliti, masyarakat Dalam hal kemampuan
Kampung Dogkelan Kauman sebagian menganalisis isi pesan media, para
ada yang melakukan aktivitas membaca informan menyatakan bahwa mereka
media cetak terutama masyarakat yang terutama anak-anak belum menyadari
tingkat pendidikannya tinggi serta efek negatif tayangan media massa.
tergantung juga pada jenis pekerjaan Mereka belum mengetahui bahwa
mereka. Adapun sebagian yang tidak realitas di media massa dikonstruksikan
membaca media cetak adalah mereka sedemikian rupa berdasarkan
yang tingkat pendidikannya rendah ekonomi politik media massa tersebut.
dan jenis pekerjaan seperti petani dan Sebagian besar masyarakat juga
pedagang. belum mengembangkan berbagai
Walaupun tingkat pendidikan kemampuan untuk memanfaatkan
rendah tetapi kondisi rumah berbagai kesempatan yang ditawarkan
masyarakat di kampung tersebut bisa media online.
dikatakan bagus serta jarak antara Kearifan yang dianut oleh
rumah satu dengan yang lainnya masyarakat Kampung Dongkelan
saling berdekatan dan berhadapan. Kauman berkaitan kemampuan analisis
Hal tersebut menggambarkan bahwa pesan media yaitu tepo sliro (toleransi)
jalinan kerjasama dan kekeluargaan dan tidak mementingkan diri sendiri
masih melekat pada masyarakat agar terhormat di masyarakat. Hal ini
Kampung Dongkelan Kauman. Maing- dimaknai bahwa tayangan yang bertolak
masing rumah memiliki televisi minimal dari anjuran tersebut tidak layak di
satu yang berarti bahwa tiap rumah konsumsi sehingga dampak tayangan
diterpa media televisi. Terpaan media tersebut tidak terjadi pada pengguna
massa masih cukup rendah karena media. Meskipun masyarakat belum
frekuensi mengakses masih terbilang memiliki kemampuan menganalisis
sedikit. Hasil wawancara dengan pesan media massa secara maksimal,
informan menyatakan bahwa mereka kurang peka terhadap konstruksi
menggunakan/mengakses media tayangan media massa tetapi nilai-
massa hanya sekedar mencari hiburan nilai budaya masyarakat Kampung
dan informasi melalui media televisi. Dongkelan Kauman yang mengajarkan
kerjasama, perdamaian dan kerja keras
2. Analysis
mendorong mereka untuk mampu
Analisis merupakan kemampuan menentukan tayangan yang layak
yang dapat membantu seseorang ditonton maupun tidak layak ditonton.
dalam menjelaskan bentuk pesan,
struktur, segmen, dampak pesan, dan 3. Evaluation
lain sebagainya. Analisis berkaitan Evaluasi adalah kemampuan untuk
dengan kemampuan untuk mencari, menghubungkan antar pesan media
mengubah, dan memilih informasi yang diterima dengan pengalaman.
disesuaikan dengan kebutuhan individu. Mengevaluasi informasi berdasarkan
Teori kegunaan dan gratifikasi (Uses parameter, seperti kebenaran, kejujuran,
and Gratification Theory) menyatakan dan kepentingan dari produsen
Model Literasi Media Berbasis Kearifan Lokal 123

pesan. Jadi, dengan mengevaluasi ada sebuah Sekolah Masyarakat


menyadarkan bahwa khalayak tetap Desa (SEMASA) sebagai sarana
memiliki hak prerogratif dalam meningkatkan kemampuan literasi
memaknai pesan media untuk dirinya media masyarakat dengan adanya
sendiri. kegiatan berbasis budaya lokal serta
Dari informan yang diwawancarai, tersedianya perpustakaan desa yang
mereka belum mampu melakukan memiliki koleksi lebih dari empat ribu
evaluasi berdasarkan parameter buku.
tersebut. Hal ini disebabkan media massa
Hasil observasi dan wawancara
difungsikan sebagai media hiburan dan
menunjukkan bahwa bila mengacu pada
informasi yang didapatkan tidak dicek
batasan literasi media Livingstone yang
lagi dengan sumber lain. Berdasarkan
meliputi akses, analisis, evaluasi dan
perilaku para informan tersebut maka
mencipta konten, tentunya masyarakat
mereka termasuk kedalam khalayak
Kampung Dongkelan Kauman tentu belum
pasif. Seperti dikutip dalam tulisan
mencapai taraf tersebut bahkan bisa
Ahmad Riza Faisal (67:2012) bahwa
dikatakan belum mencapai harapan. Tetapi
khalayak terbagi 2 (dua) yaitu khalayak
melalui kearifan lokalnya, efek negatif
pasif dan khalayak aktif. Jumlah khalayak
dari terpaan media massa dapat dicegah
pasif jauh lebih besar dibandingkan
sehingga budaya yang berkembang pada
yang aktif. Mereka itu seperti diam
masyarakat Kampung Donkelan Kauman
saja ketika menerima informasi dari
adalah pada budaya lokal bukan budaya
media massa bahkan tidak jarang
media.
tampak seperti tak berdaya. Kearifan
lokal yang digunakan masyarakat
Kampung Dongkelan Kauman dalam D. KESIMPULAN
mengevaluasi pesan media yaitu Penelitian ini menemukan beberapa
berpedoman pada nilai lokal. Nilai kesimpulan yaitu: pertama, bahwa
lokal tersebut antara lain yaitu mereka kesadaran masyarakat melalui kearifan
menganut kebersamaan, gotong lokal dalam literasi media belum mampu
royong, tepo sliro, dan kepemimpinan memaksimalkan potensinya sendiri
dan religiusitas. Hal-hal yang bersifat disebabkan masyarakat masih menjadi
konflik akan dihindari oleh masyarakat pengguna media yang pasif. Sedangkan
Kampung Dongkelan Kauman tersebut kearifan lokal masyarakat Kampung
karena mereka meyakini bahwa Dongkelan Kauman dapat dikatakan masih
kekerasan bertentangan dengan ajaran terpelihara hingga kini khususnya kearifan
agama. berkaitan dengan lingkungan sosial.
4. Content Creation Walaupun diakui oleh beberapa informan,
Memproduksi pesan sebagai akibat perkembangan teknologi informasi,
bagian dari kreativitas pesan adalah pengetahuan generasi muda terkait kearifan
kemampuan seseorang menyusun lokal semakin memudar.
pesan atau ide dengan kata-kata, Kedua, tindakan literasi media
suara, atau imej secara efektif sesuai memerlukan filter dalam bentuk
dengan kaidah-kaidah ilmu komunikasi. kearifan lokal masyarakat. Model ini
Menciptakan media berkaitan dengan diimplementasikan atas dasar prinsip kerja
produksi dan distribusi isi media, sebagai berikut:
juga berkaitan dengan kompetensi a. Produksi pesan dilakukan dengan cara
komunikatif. menyajikan informasi-informasi budaya
Di wilayah Kampung Dongkelan lokal melalui pertemuan-pertemuan
Kauman belum ada televisi komunitas masyarakat dan SEMASA.
dan media cetak komunitas Tetapi b. Protectionist model diterapkan dengan
124 Komuniti, Vol. 9, No. 2, September 2017 p-ISSN: 2087-085X, e-ISSN: 2549-5623

cara mengintensifkan kegiatan-kegiatan 2. Dalam upaya mencapai empat hal


budaya lokal seperti festival budaya un- (acces, analysis, evaluation, dan
tuk kalangan remaja masyarakat Kam- content creations) maka diperlukan
pung Dongkelan Kauman. upaya implementasi pendidikan dan
c. Pendampingan orang tua kepada anak- gerakan literasi media berbasis kearifan
nya dalam mengkonsumsi tayangan lokal melalui SEMASA. Hal tersebut
media massa dengan cara memberikan merupakan model pemberdayaan yang
pemahaman tentang nilai-nilai lokal da- esensi dan urgensi untuk dikembangkan
lam suatu tayangan tertentu. sebagai upaya mencegah dampak
negatif terpaan media massa di masa
Ketiga, memaksimalkan peran SEMASA
mendatang khususnya di kalangan
dalam meningkatkan kemampuan Literasi
remaja dan meningkatkan kemampuan
media masyarakat sehingga masyarakat
memproduksi pesan sendiri.
Kampung Dongkelan Kauman semakin
cerdas bermedia. 3. Penanganan permasalahan literasi
media ini tidak mungkin ditangani
sendiri oleh masyarakat tanpa adanya
E. REKOMENDASI bantuan dari pemerintah maupun pihak-
Untuk itu, rekomendasi dalam penelitian pihak yang berkompeten dalam hal ini.
ini yaitu: Bantuan tidak hanya berupa stimulan
1. Bagi semua pihak baik pemerintah namun diharapkan lebih dalam bentuk
dan masyarakat diharapkan menjalin pendampingan dan pemberdayaan
kerjasama dengan lembaga bagi peningkatan kesadaran akan
independen yang bergerak di bidang potensi sendiri serta peningkatan
literasi media yaitu antara lain KPID pengetahuan dan keterampilan dalam
DIY untuk menjalankan program memanfaatkan potensi tersebut
pendidikan/gerakan literasi media. khususnya cerdas bermedia melalui
kearifan lokal.

DAFTAR PUSTAKA

Baran, Stanley J. (2011). Pengantar Komunikasi Massa: Literasi Media dan Budaya. Jakarta:
Salemba Humanika.
Birowo, Mario Antonius. (2012). Perspektif Budaya Dalam Literasi Media. Artikel dalam Buku
Literasi Media dan Kearifan Lokal. Yogyakarta: Buku Litera.
Budiastuti, Wiratmo. (2012). Literasi Media Berbasis Komunitas. Yogyakarta: Rumah Sinema.
Bungin, Burhan. (2008). Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Dalam Rangka Penyusunan Model Integrasi Bangsa dan Harmoni Sosial Bangsa Indonesia.
Darmastuti, Rini dkk. (2012). Literasi Media dan Kearifan Lokal: Konsep dan Aplikasi.
Devito, Joseph A. (2008). Essentials of Human Communication, Sixth Edition. Boston: Pearson
Education, Inc.
Dyson P, Laurentius dan Emanuel. (2013). Kebijakan Tentang Budaya Lokal. UNESA: Fakultas
Bahasa dan Seni.
Faizal, Ahmad Riza. (2012). Meretas Jalan Sosialisasi Literasi Media di Indonesia.
Fitriyarini, Inda., dkk. (2014). Model Literasi Media Berbasis Kearifan Lokal pada Suku Dayak
Tunjung dan Dayak Benuaq di Kutai Barat. Jurnal JSP Volume 17 Nomor 3 Maret 2014
Model Literasi Media Berbasis Kearifan Lokal 125

h t t p : / / b a m b a n g - r u s t a n t o . b l o g s p o t . com/2012/04/komunitas - adat - dan


pemberdayaan-sosial.html. (diakses 14 Juni 2017).
Ira. 8 Desember 2012. (Online). (www.kpi.org, diakses 14 Juni 2017).
Kellner, Douglas. (2010). Budaya Media: Cultural Studies, Identitas dan Politik: Antara Modern
dan Postmodern. Yogyakarta: Jalasutra.
Livingstone, S. (2004). What is Media Literacy?. Intermedia. 32: 18-20.
Martens, H. (2010). Evaluating Media Literacy Education: Concepts, Theories and Future
Directions. Journal of Media Literacy Education 2 (1).
Pawito. (2008). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKIS.
Potter, James. (2008). Media Literacy (4th ed.). California: Sage Publications Inc.
Potter, James. W. (2004). Theory of Media Literacy: a Cognitive Approach. California: Sage
Publications.
Rahardjo, Turnomo. (2012). Literasi Media dan Kearifan Lokal. Yogyakarta: Buku Litera.
Remotivi.co.id. (diakses pada 14 Juni 2017).
Rosenbaum, J.E., Beentjes, J.W, J., & Koenig, R.P. (2008). Mapping Media Literacy: Key
Concepts and Future Directions. Communication Year Books, 32, pp. 313-353.
Saifuddin, Achmad Fedyani. (2005). Antropologi Kontemporer; Suatu Pengantar Kritis
Mengenai Paradigma. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sarmiati. (2012). Strategi Komunikasi Berbasis Kearifan Lokal Dalam Penanggulangan
Kemiskinan. Jurnal Ilmu Komunikasi. Vol. 10 No. 1 Edisi Januari-April.
Sartini. (2004). Menggali Kearifan Lokal Nusantara, Sebuah Kajian Filsafat. Jurnal Filsafat.
Jilid 37 No. 2 Edisi Agustus 2004, hlm. 119.
Suhartini. (2009). Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam
dan Lingkungan. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan Penerapan MIPA 16 Mei
2009. Yogyakarta: UNY.

Anda mungkin juga menyukai