NBNV
NBNV
PENDAHULUAN
Kanker serviks adalah salah satu jenis kanker terbanyak di dunia, dan
merupakan kanker terbanyak pada perempuan selain kanker payudara. Di dunia,
kanker serviks merupakan kanker yang paling umum dijumpai urutan keempat
(6,6%) pada kaum perempuan, dengan perkiraan 570.000 kasus baru pada tahun
2018.(1) Di Asia Tenggara, kanker serviks merupakan kanker kedua terbanyak
pada perempuan, dengan sekitar 175.000 kasus baru setiap tahunnya.(2) Di
Indonesia, estimasi jumlah penderita kanker serviks (dan kanker payudara) pada
tahun 2013 menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa
Barat memiliki estimasi jumlah penderita kanker serviks dan kanker payudara
terbesar.(3) Hal ini menyatakan bahwa kanker serviks merupakan kanker yang
serius, yang harus ditangani sebaik-baiknya.
Dibandingkan berbagai tipe keganasan ginekologi lainnya, kanker serviks
terjadi pada populasi yang relatif lebih muda.(4) Sekitar 90% kematian akibat
kanker serviks terjadi di negara dengan perekonomian menengah ke bawah, yang
sesungguhnya dapat dicegah melalui tindakan-tindakan preventif, diagnosis dini,
skrining yang efektif, dan program-program pengobatan.(1) Berbagai program
preventif, diagnosis dini, dan pengobatan akan dibahas lebih lanjut.
Referat ini bertujuan membahas mengenai epidemiologi, patogenesis,
tanda dan gejala, tatalaksana, skrining, pencegahan, dan prognosis dari kanker
serviks.
BAB II
Tinjauan Pustaka
3.2 Adenokarsinoma
Adenokarsinoma berbeda dengan tipe sel skuamosa, dan merupakan 20-
25% dari seluruh kanker serviks dan berasal dari sel-sel kolumnar yang
memproduksi mukus pada endoserviks. Oleh karena asalnya yang merupakan dari
endoserviks, adenokarsinoma seringkali tersembunyi dan berkembang menjadi
stadium lanjut sebelum akhirnya terdeteksi secara klinis. Adenokarsinoma sering
menyebabkan serviks berbentuk barrel yang ditemukan pada pemeriksaan rongga
panggul. (3)
D. Penghentian Skrining
Menurut panduan konsensus terkini, semua skrining harus dihentikan
untuk para perempuan setelah usia 65 tahun yang telah memiliki hasil skrining
negatif yang adekuat. Skrining negatif yang adekuat adalah tiga hasil Pap yang
negatif berturut-turut, atau dua dua hasil co-test yang negatif berturut-turut dalam
10 tahun terakhir, dengan uji paling kini dilakukan dalam 5 tahun terakhir.
Rekomendasi ini hanya berlaku untuk perempuan-perempuan yang berusia di atas
65 tahun yang tidak memiliki riwayat CIN2 atau lebih dalam 20 tahun terakhir,
dan yang tidak memiliki peningkatan risiko kanker serviks akibat pajanan lain.
USPSTF telah mengadopsi rekomendasi ini. (7)
Jika seorang perempuan yang berusia di atas 65 tahun memiliki pasangan
seksual baru, risiko persistensi dan progresi HPV menjadi kanker yang rendah
menyebabkan tidak perlunya skrining apapun jika perempuan tersebut telah
memiliki hasil skrining negatif adekuat. Atrofi epitel paska menopause yang
sering ditemui pada kelompok usia ini dapat menyebabkan hasil false-positive,
sehingga sitologi serviks yang abnormal memiliki nilai prediksi positif yang
sangat rendah. Selain itu, zona transformasi serviks semakin kecil dan semakin
sulit diakses, sehingga memerlukan lebih banyak intervensi untuk memperoleh
spesimen yang adekuat dan mengobati pasien. (7)
ACS, ASCCP, dan ASCP tidak menemukan bukti-bukti klinis yang cukup
untuk menyatakan bahwa frekuensi skrining pada kelompok usia berapapun harus
diubah berdasarkan sitologi negatif negatif. (7)