MODUL 4
Penyusun:
Muh. Shabir Umar
URAIAN MATERI
tanpa imbalan dalam transaksi harta dengan harta. Selanjutnya menurut definisi yang
lain, riba adalah tambahan pada harta yang disyaratkan dalam transaksi dari dua pelaku
akad dalam tukar menukar antara harta dengan harta. Muhammad al-Syirbini
mengemukakan bahwa riba adalah suatu transaksi yang pada saat berlangsungnya akad
tidak diketahui kesamaannya (transaksi penganti) menurut ukuran syariat.
Riba dipraktikkan sudah dimulai semenjak bangsa Yahudi sampai masa
Jahiliyah sebelum Islam dan awal-awal masa keislaman. Padahal semua agama sama-
wi mengharamkan riba karena tidak ada kemaslahatan sedikitpun dalam kehidupan
bermasyarakat. Bahkan menurut Mawardi, riba tidak pernah dibolehkan dalam syariat
apa pun.
2. Hukum dan Dasar Hukum Riba
Riba hukumnya haram berdasar pada al-Qur'an, sunah, dan ijma’ umat Islam.
Allah swt. berfirman:
ِ َخ ِذ ِهم ِ ِ ِ ِ ِ ِات أ ُِحلَّت ََلم وب ٍ فَبِظُلْ ٍم ِمن الَّ ِذين هادواْ حَّرمنَا علَي ِهم طَيِب
الرََب َوقَ ْد ُ ْ َوأ. ًصده ْم َعن َسب ِيل الل َكثريا َ َ ُْ ْ َ ْ َْ ْ َ ُ َ َ َ
. ًين ِمنْ ُه ْم َع َذاَبً أَلِيما ِ ِ ِ ِ ِ ُُنُواْ عنْه وأَ ْكلِ ِهم أَمو َال الن
َ َّاس َبلْبَاط ِل َوأ َْعتَ ْد ََن للْ َكاف ِر َْ ْ َ ُ َ
Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka
(memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka,
dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan disebab-
kan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang
daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil.
Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa
yang pedih. (QS al-Nisaa’/4: 160-161).
Pada ayat lain, Allah swt. berfirman:
ُ ُ ك ِبَ َُّنُْم قَالُواْ إََِّا الْبَ ْي ِ ِ الرَب الَ ي ُقومو َن إِالَّ َكما ي ُقوم الَّ ِذي ي تخبَّطُه الشَّيطَا ُن ِمن الْم ِ َّ
َ س ذَل َ َ ْ ُ َ ََ ُ َ َ ُ َ َِ ين ََيْ ُكلُو َن َ الذ
-٢٧٥- الرََب ِ َح َّل اللُ الْبَ ْي َ ُ َو َحَّرَم ِ ِمثْل
َ الرََب َوأ ُ
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpen-
dapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS al-Baqarah/2: 275).
Pada ayat lain, Allah swt. berfirman:
ٍ فَِإن ََّّل تَ ْفعلُواْ فَأْ َذنُواْ ِِبَر-٢٧٨- ني
ب ْ َ ْ
ِِ
َ الرََب إِن ُكنتُم ُّم ْؤمنِ ين َآمنُواْ ات َُّقواْ اللَ َو َذ ُرواْ َما بَِقي ِم َن ِ َّ
َ ََي أَيُّ َها الذ
َ
-٢٧٩- وس أ َْم َوالِ ُك ْم الَ تَظْلِ ُمو َن َوالَ تُظْلَ ُمو َن ِ ِِ ِ ِ
ُ م َن الل َوَر ُسوله َوإن تُْب تُ ْم فَلَ ُك ْم ُرُؤ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa
riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika
kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa
Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari
pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan
tidak (pula) dianiaya. (QS al- Baqarah/2: 278-279)
Selain al-Qur'an, Hadis juga menlaranga riba di antaranya:
4
لعن رسول هللا صلى هللا عليه و سلم آكل الرَب ومؤكله قال قلت وكاتبه وشاهديه:عن عبد هللا قال
Dari Ibnu Mas'ud r.a. bahwa Rasulullah saw. melaknat pemakan riba’, yang
memberi makan, kedua orang saksinya dan pencatatnya.(HR Muslim)
َ َ ِوَب أَيْ ََ ُرَها أَ ْن يَْنك ِ « -صلى هللا عليه وسلم- ِالل
ً الرََب َسْب ُعو َن ُح َّ ول
ُ ال َر ُس َ ََع ْن أَِِب ُهَريْ َرَة ق
َ َال ق
.» ُالر ُج ُل أ َُّمه
َّ
Dari Abdullah bin Masud r.a. dari Nabi saw. bersabda,"Riba itu terdiri dari 73
pintu. Pintu yang paling ringan seperti seorang laki-laki menikahi ibunya sendiri.
(HR. Ibnu Majah dan Al-hakim)
ِ َِّ ول
ُ « د ْرَه ُم ِرَبً ََيْ ُكلُه-صلى هللا عليه وسلم- الل َّ َع ْن َعْب ِد
ُ اللِ بْ ِن َحْنظَلَ َة َغ َِ ِيل الْ َمالَئِ َك ِة قَ َال قَ َال َر ُس
ِ ٍ ِ ِ َ الرجل وهو ي علَم أ
َ َش ُّد م ْن ستَّة َوثَالَث
» ني َزنْيَ ًة ُ ْ َ َ ُ َ ُ ُ َّ
Dari Abdullah bin Hanzhalah Ghasilul malaikah berkata bahwa Rasulullah saw.
bersabda, "Satu dirham uang riba yang dimakan oleh seseorang dalam keadaan sadar,
jauh lebih dahsyat daripada 36 wanita pezina. (HR. Ahmad)
Riba adalah bagian dari 7 dosa besar yang telah ditetapkan oleh Rasulullah saw.
sebagaimana hadis berikut ini:
قالوا َي. ) عن النيب صلى هللا عليه و سلم قال (اجتنبوا الَب ُ املوبقات:عن أيب هريرة رضي هللا عنه
رسول هللا وما هن ؟ قال ( الشرك َبهلل والَحر وقتل النفس اليت حرم هللا إال َبحلق وأكل الرَب وأكل
) مال اليتيم والتويل يوم الزحف وقذف احملصنات املؤمنات الغافالت
Dari Abi Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Jauhilah oleh
kalian tujuh hal yang mencelakakan". Para sahabat bertanya,"Apa saja ya
Rasulallah?". "Syirik kepada Allah, sihir, membunuh nyawa yang diharamkan
Allah kecuali dengan hak, makan riba, makan harta anak yatim, lari dari
peperangan, dan menuduh zina. (HR. Muttafaq Alaihi)
B. Macam-macam Riba
Al-Hanafi mengatakan bahwa riba itu terbagi menjadi dua, yaitu riba al-fadhl
dan riba al-nasa'. Sedangkan Imam al-Syafi'i membaginya menjadi tiga, yaitu: riba al-
fadhl, riba al-nasa', dan riba al-yadd. Al-Mutawally menambahkan jenis keempat,
yaitu riba al-Qardh. Semua jenis riba ini diharamkan secara ijma' berdasarkan nash al-
Qur'an dan hadis Nabi.
1. Riba Fadl
Riba fadhl adalah riba yang terjadi dalam masalah barter atau tukar menukar
benda. Namun, bukan dua jenis benda yang berbeda, melainkan satu jenis barang
dengan kadar atau takaran yang berbeda. Jenis barang yang dipertukarkan itu hanya
tertentu saja, tidak semua jenis barang. Barang jenis tertentu itu kemudian sering
disebut dengan "barang ribawi". Harta yang dapat mengandung riba sebagaimana
disebutkan dalam hadis nabawi hanya terbatas pada emas, perak, gandung, terigu,
kurma, dan garam saja. Rasulullah saw. bersabda:
5
قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم ( الذهب َبلذهب والفضة َبلفضة:عن عبادة بن الصامت قال
والرب َبلرب والشعري َبلشعري والتمر َبلتمر واملل َ َبملل َ مثال مبثل سواء بَواء يدا بيد فإذا اختلفت هذه
)األصناف فبيعوا كيف شئتم إذا كان يدا بيد
Dari Ubadah bin Shamait berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: Emas
dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, terigu dengan
terigu, korma dengan korma, garam dengan garam harus sama beratnya dan
tunai. Jika jenisnya berbeda maka juallah sekehendakmu tetapi harus tunai” (HR
Muslim).
Di luar keenam jenis barang itu tentu boleh terjadi penukaran barang sejenis
dengan kadar dan kualitas yang berbeda. Apalagi bila barang itu berlainan jenisnya
tentu lebih boleh lagi. Contoh, barter emas dengan emas hukumnya haram bila kadar
dan ukurannya berbeda. Misalnya, emas 10 gram 24 karat tidak boleh ditukar langsung
dengan emas 20 gram 23 karat, kecuali setelah dikonversikan terlebih dahulu masing-
masing benda itu.
2. Riba Nasi’ah
Riba nasi’ah disebut juga riba jahiliyah karena macam-macam riba dan contoh-
nya ini dipraktikkan oleh masyarkat Arab pada masa jahiliyah, yaitu masa sebelum
kenabian Muhammad saw. Nasi'ah bersal dari kata nasa' yang artinya penangguhan
sebab riba ini terjadi karena adanya penangguhan pembayaran. Inilah riba yang
umumnya kita kenal di masa sekarang ini. Dimana seseorang memberi hutang berupa
uang kepada pihak lain, dengan ketentuan bahwa hutang uang itu harus diganti bukan
hanya pokoknya, tetapi juga dengan tambahan prosentase bunganya. Riba dalam
nasi'ah muncul karena adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang
diserahkan saat ini dengan yang diserahkan kemudian.
Contoh: Ahmad ingin membangun rumah. Untuk itu, dia pinjam uang kepada
bank sebesar 144 juta dengan bunga 13 % pertahun. Sistem peminjaman seperti ini,
yaitu harus dengan syarat harus dikembalikan plus bunganya, maka transaksi ini
adalah transaksi ribawi yang diharamkan dalam syariat Islam.
3. Riba Yad
Riba yad adalah termasuk jenis riba jual beli, baik barang ribawi maupun non
ribawi. Arti riba yad adalah riba yang terjadi pada transaksi yang tidak menegaskan
harga pembayaran apabila transaksi dilakukan dengan penyerahan langsung (tunai)
atau penyerahan tunda.
Contoh riba yad atau riba al-yadi adalah transaksi pembelian motor yang oleh
penjual ditawarkan dengan harga transaksi kontan Rp. 10 juta dan transaksi kredit
sebesar Rp. 15 juta. Seorang pembeli kendaraan tersebut, namun sampai kedua pihak
berpisah, belum ada kesepakatan harga yang akan dibayarkan.
Perbedaan nilai transaksi kontan dan kredit, tanpa ada kesepakatan harga inilah
yang disebut sebagai riba yad. Namun, jika kedua belah pihak sepakat memilih satu
harga sebelum berpisah. Maka transaksi tersebut tidak riba.
6
4. Riba Qard
Riba qard adalah riba karena adanya persyaratan kelebihan pengembalian
pinjaman yang dilakukan di awal akad atau perjanjian hutang-piutang. Pada saat jatuh
tempo hutang, pemberi hutang (muqridh) menerima pengembalian sebesar pokok
ditambah kelebihan yang dipersyaratkan dari penerima hutang (muqtharidh). Misal-
nya, seseorang meminjam uang sebesar Rp. 5 juta kepada orang lain, kemudian yang
bersangkutan meminjamkan uang dengan syarat bunga 20% selama 6 bulan. Saat
pembayaran, peminjam maupun pemberi pinjaman telah makan riba sebesar Rp 1 juta.
d. Yang kaya semakin kaya dan miskin semakin miskin. Bagi orang yang mendapat-
kan pendapatan lebih akan banyak mempunyai kesempatan untuk menaikkan
pendapatannya dengan membungakan pinjaman pada orang lain. Sedangkan bagi
yang mempunyai pendapatan kecil, tidak hanya kesulitan dalam membayar cicilan
utang tetapi harus memikirkan bunga yang akan dibayarkan;
e. Riba pada kenyataannya adalah pencurian, karena uang tidak melahirkan uang.
Uang tidak memiliki fungsi selain sebagai alat tukar yang mempunyai sifat stabil
karena nilai uang dan barang sama atau intrinsik. Bila uang dipotong uang tidak
bernilai lagi, bahkan nilainya tidak lebih dari kertas biasa. Oleh karena itu, uang
tidak bisa dijadikan komoditas;
f. Tingkat bunga tinggi menurunkan minat untuk berinvestasi. Investor akan memper-
hitungkan besarnya harga peminjam atau bunga bank. Investor tidak mau menang-
gung biaya produksi yang tinggi yang diakibatkan biaya bunga dengan mengurangi
produksinya. Bila hal ini terjadi maka akan mengurangi kesempatan kerja dan
pendapatan sehingga akan menghambat pertumbuhan ekonomi.
keras, kemandirian, dan tolong menolong. Bukan sebaliknya menindas, dan mengeks-
ploitasi sesama saudaranya.
Para ulama Islam menyebutkan beberapa alasan rasional mengenai hikmah
diharamkannya riba. Penjelasan ini kemudian diperkuat oleh kajian-kajian kontem-
porer. Imam al-Razi, misalnya, di dalam tafsirnya menjelaskan sebagai berikut:
a. Alasan dari Aspek Ekonomi
Bahwa riba adalah mengambil harta orang lain tanpa imbalan, karena orang yang
menjual satu dirham dengan dua dirham berarti dia mendapatkan tambahan satu
dirham tanpa ada imbalan apa-apa. Sedang harta seseorang merupakan standard
hidupnya yang memiliki kehormatan besar, sebagaimana disebutkan dalam hadis:
“Kehormatan harta seseorang seperti kehormatan darahnya.” Oleh karena itu,
mengambil harta orang lain tanpa imbalan sudah pasti haram;
b. Alasan dari Aspek Sosial
Bahwa bergantung kepada riba akan menghalangi orang dari melakukan usaha,
karena apabila pemilik uang sudah dapat menambah hartanya dengan melakukan
transaksi riba, baik tambahan itu dilakukan secara kontan maupun berjangka, maka
dia akan meremehkan persoalan mencari peghidupan, sehingga nyaris dia tidak mau
menanggung risiko berusaha, berdagang, dan pekerjaan-pekarjaan yang berat. Hal
ini akan mengakibatkan terputusnya kemanfaatan bagi masyarakat. Sudah
dimaklumi bahwa kemaslahatan dunia tidak akan dapat diwujudkan kecuali dengan
adanya perdagangan, keterampilan, perusahaan, dan pembangunan;
c. Alasan Aspek Akhlak
Bahwa riba akan menyebabkan terputusnya kebaikan antar-masyarakat dalam
bidang pinjam meminjam. Karena apabila riba diharamkan maka hati akan merasa
rela meminjamkan uang satu dirham dan kembalinya juga satu dirham. Sedangkan
jika riba dihalalkan, maka kebutuhan orang yang terdesak akan mendorongnya
untuk mendapatkan uang satu dirham dengan pengembalian dua dirham. Hal
demikian ini sudah barang tentu akan menyebabkan terputusnya perasaan belas
kasihan, kebaikan, dan kebajikan;
d. Alasan Teologi
Pada umumnya orang yang memberikan pinjaman adalah orang kaya, sedang yang
meminjam adalah orang miskin. Pendapat yang memperbolehkan riba berarti
memberikan jalan bagi orang kaya untuk memungut tambahan harta dari orang
miskin yang lemah. Padahal tindakan yang demikian itu tidak diperbolehkan
menurut asas kasih sayang Yang Maha Penyayang.
Ini semua dapat diartikan bahwa di dalam riba terdapat unsur pemerasan
terhadap orang yang lemah untuk kepentingan orang yang kuat. Akibatnya yang kaya
bertambah kaya dan yang miskin bertambah miskin. Hal ini akan mengarah kepada
tindakan membesarkan satu kelas masyarakat atas pembiayaan kelas lain yang pada
gilirannya akan menciptakan kedengkian dan sakit hati, akan menyulut api permusuh-
an antara sebagian masyarakat terhadap sebagian yang lain, bahkan dapat menimbul-
kan pemberontakan.
9