Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN OREF

Dosen Pengajar : Ns. Ferdinand Koampa, S.Kep., M.Kes

KELOMPOK 2:

1. TARY M. GIROTH 17011104082

2. REZKA TATIWAKENG 17011104077

3. DIANE SISWOJO 17011104073

4. CHRISTANIA NAJOAN 17011104076

5. MONALISA KASEGER 17011104064

6. LIVIA TAMPANGUMA 17011104053

7. SILFESTER SUSANTO 17011104065

8. JEREMIA POLI 17011104083

UNIVERSITAS SAM RATULANGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
OPEN REDUCTION EXTERNAL FIXATION ( OREF )

A. KONSEP DASAR

1. Definisi

OREF adalah reduksi terbuka dengan fiksasi eksternal di mana prinsipnya tulang

ditransfiksasikan di atas dan di bawah fraktur, sekrup atau kawat ditransfiksi di

bagian proksimal dan distal kemudian dihubungkan satu sama lain dengan suatu

batang lain

Fiksasi eksternal digunakan untuk mengobati fraktur terbuka dengan

kerusakan jaringan lunak. Alat ini memberikan dukungan yang stabil untuk fraktur

kominutif ( hancur atau remuk ). Pin yang telah terpasang dijaga agar tetap terjaga

posisinya, kemudian dikaitkan pada kerangkanya. Fiksasi ini memberikan rasa

nyaman bagi pasien yang mengalami kerusakan fragmen tulang.

2. Tujuan OREF

Tujuan dilakukan tindakanantaralain :

a. Untuk menghilangkan rasa nyeri.


Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya sendiri, namun

karena terluka jaringan disekitar tulang yang patah tersebut.

b. Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur.

c. Agar terjadi penyatuan tulang kembali

Biasanya tulang yang patahakan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu dan akan

menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan. Namun terkadang terdapat

gangguan dalam penyatuan tulang, sehingga dibutuhkan graft tulang.

d. Untuk mengembalikan fungsi seperti semula

Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan mengecilnya otot dan kakunya

sendi. Maka dari itu diperlukan upaya mobilisasi secepat mungkin

3. Indikasi OREF

a. Fraktur terbuka grade II (Seperti grade I dengan memar kulit dan otot ) dan III

(Luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh darah, syaraf otot dan kulit )

b. Fraktur terbuka yang disertai hilangnya jaringan atau tulang yang parah.

c. Fraktur yang sangat kominutif ( remuk ) dan tidak stabil.

d. Fraktur yang disertai dengan kerusakan pembuluh darah dan saraf.

e. Fraktur pelvis yang tidak bisa diatasi dengan cara lain.

f. Fraktur yang terinfeksi di mana fiksasi internal mungkin tidak cocok. Misal :

infeksi pseudoartrosis ( sendi palsu ).

g. Non union yang memerlukan kompresi dan perpanjangan.

h. Kadang – kadang pada fraktur tungkai bawah diabetes melitus


4. Keuntungan dan Komplikasi OREF

 Keuntungan eksternal fiksasi adalah :

Fiksator ini memberikan kenyamanan bagi pasien , mobilisasi awal dan latihan

awal untuk sendi di sekitarnya sehingga komplikasi karena imobilisasi dapat

diminimalkan

 Sedangkan komplikasinya adalah :.

a. Infeksi di tempat pen ( osteomyelitis ).

b. Kekakuan pembuluh darah dan saraf.

c. Kerusakan periostium yang parah sehinggaterjadidelayed unionataunon

union .

d. Emboli lemak.

e. Overdistraksi fragmen.

5. Hal – hal yang Harus Diperhatikan pada Klien dengan Pemasangan Eksternal Fiksasi

a. Persiapan psikologis

Penting sekali mempersiapkan pasien secara psikologis sebelum dipasang fiksator

eksternal Alat ini sangat mengerikan dan terlihat asing bagi pasien. Harus

diyakinkan bahwa ketidaknyamanan karena alat ini sangat ringan dan bahwa

mobilisasi awal dapat diantisipasi untuk menambah penerimaan alat ini, begitu

juga keterlibatan pasien pada perawatan terhadap perawatan fiksator ini.

b. Pemantauan terhadap kulit, darah, atau pembuluh saraf.

Setelah pemasangan fiksator eksternal , bagian tajam dari fiksator atau pin harus

ditutupi untuk mencegah adanya cedera akibat alat ini. Tiap tempat pemasangan
pin dikaji mengenai adanya kemerahan , keluarnya cairan, nyeri tekan, nyeri dan

longgarnya pin.Perawat harus waspada terhadap potensial masalah karena

tekanan terhadap alat ini terhadap kulit, saraf, atau pembuluh darah.

c. Pencegahan infeksi

Perawatan pin untuk mencegah infeksi lubang pin harus dilakukan secara rutin.

Tidak boleh ada kerak pada tempat penusukan pin, fiksator harus dijaga

kebersihannya. Bila pin atau klem mengalami pelonggaran , dokter harus

diberitahu. Klem pada fiksator eksternal tidak boleh diubah posisi dan ukurannya.

d. Latihan isometrik

Latihan isometrik dan aktif dianjurkan dalam batas kerusakan jaringan bisa

menahan. Bila bengkak sudah hilang, pasien dapat dimobilisasi sampai batas

cedera di tempat lain. Pembatasan pembebanan berat badan diberikan untuk

meminimalkan pelonggaran puin ketika terjadi tekanan antarainterface pin dan

tulang.
6. Path Way
Trauma ,Patologi
Trauma, Patologi

Fraktur

Luka Terbuka

Kehilangan integritas OREF, pembedahan Kehilangan cairan


tulang

Syok hipovolemik
Kerusakan rongga Terputusnya
neuromuskular jaringan lunak

Kerusakan mobilitas
fisik

Resiko tinggi
Kerusakan integritas Nyeri
kulit infeksi
7. Penatalaksanaan dan Perawatan OREF

a. Pencegahan Infeksi pada OREF

Merawat luka adalah untuk mencegah trauma pada kulit, membrane

mukosa atau jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma, fraktur,

lukaoperasi yang dapat merusak permukaan kulit.

 Tujuan Melakukan Perawatan Luka

Tujuan untuk melakukan perawatan luka adalah :

1) Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka.

2) Absorbsi drainase.

3) Menekan dan imobilisasi luka.

4) Mencegah jaringan epitel baru dari cedera mekanis.

5) Mencegah luka dari kontaminasi.

6) Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien

b. Pencegahan Injury

1) Pencegahan Injury dengan Traksi

Traksi adalah Suatu pemasangan gaya tarikan pada bagian tubuh. Traksi

digunakan untuk meminimalkan spasme otot; untuk mensejajarkan, dan

mengimobilisasi fraktur dengan mengurangi deformitas, dan untuk menambah

ruangan diantara kedua permukaan patahan tulang. Traksi harus diberikan

dengan arah dan besaran yang diinginkan untuk mendapatkan efek terapeutik.

(Smeltzer& Bare, 2001 ).

 Keuntungan pemakaian traksi


a) Menurunkan nyeri spasme

b) Mengoreksi dan mencegah deformitas

c) Mengimobilisasisendi yang sakit

 Kerugian pemakaian traksi

a) Perawatan RS lebih lama

b) Mobilisasi terbatas

c) Penggunaan alat-alat lebih banyak.

 Prinsip Perawatan Traksi

a) Berikan tindakan kenyamanan ( contoh: sering ubah posisi, pijatan

punggung ) dan aktivitas terapeutik

b) Berikan obat sesuai indikasi contoh analgesic relaksasi otot.

c) Berikan pemanasan local sesuai indikasi.

d) Beri penguatan pada balutan awal/ pengganti sesuai dengan indikasi,

gunakan teknik aseptic dengan tepat.

e) Pertahankan linen klien tetap kering, bebas keriput.

f) Anjurkan klien menggunakan pakaian katun longgar.

g) Dorong klien untuk menggunakan manajemen stress, contoh:

bimbingan imajinasi, nafas dalam.

h) Kaji derajat imobilisasi yang dihasilkan

i) Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh:

edema, eritema.
2) Pencegahan Injury dengan Latihan aktif

 Definisi ROM

Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan

untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan

kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk

meningkatkan massa otot dan tonus yang sebagai dasar untuk menetapkan

adanya kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang

abnormal

 Tujuannya:

a) Mencegah terjadinya kelumpuhan pada otot – otot.

b) Memperlancar peredaran darah.

c) Mencegah terjadinya atrofi.

d) Untuk mendorong dan membantu agar pasien dapat menggunakan lagi

anggota gerak yang lumpuh.


B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN OREF
1. PENGKAJIAN

a. Identitas Klien

b. keluhan utama : Nyeri pada bagian kaki yang dipasangkan alat fiksasi eksternal.

c. Riwayat Keluhan Utama : Klien mengeluh nyeri dengan skala nyeri 8, tidak dapat

bergerak, klien menolak melakukan perawatan diri yang tidak dilakukan secara mandiri

d. Riwayat Penyakit Sekarang : Klien mengalami fraktur terbuka disalah satu bagian alat

ekstermitas bawah akibat kecelakaan yang dialami

e. Pemeriksaan Fisik.

Keadaan Umum : Compos Mentis, tampak gelisah, TTV normal. Terpasangnya pin/wire

di salah satu kaki dan tampak kemerahan

Pre operasi

Data Subjektif Data Objektif Masalah

a. Mengeluh takut a. Klien tampak gelisah kecemasan


menjalani operasi b. Peningkatan denyut
b. Menyatakan nadi
kekhawatiran
kaki/tangan tidak
berfungsi lagi
a. Mengeluh sakit dan Tampak meringis dan nyeri
sulit bergerak pada memegangi tubuh yang
tubuh yang cedera cedera
Post Operasi

Data Subyektif Data obyektif Masalah

- Ada luka post operasi, 1.Resti infeksi


terpasang alat fiksasi
eksterna (pin, kerangka
portable)
Mengeluh tidak bisa Klien tampak kesulitan 2. kerusakan mobilitas fisik
bergerak bebas dalam bergerak

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Pre operasi :

a) Nyeri b/d trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat fraktur

ditandai dengan mengeluh sakit, sulit bergerak, tampak meringis dan memegangi

tubuh yang cedera

b) Kecemasan b/d ancaman integritas biologis sekunder akibat operasi d/d

mengeluh takut operasi, takut dipasang alat, khawatir tangan dan kaki tidak

berfungsi, tampak gelisah dan murung , tachicardi.

2) Post operasi :

a) Resti infeksi b/d tempat masuknya organisme sekunder akibat adanya jalur

invasif (pin ).

b) kerusakan mobilitas fisik b/d alat eksternal fiksasi

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pre operasi

a) Nyeri b/d trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat fraktur
ditandai dengan mengeluh sakit, sulit bergerak, tampak meringis dan memegangi
tubuh yang cedera
Rencana tujuan :
Setelah diberikan askep selama 1×24 jam diharapkan keluhan nyeri berkurang.
Rencana tindakan Rasionalisasi
a. Kaji tingkat nyeri dan intensitas. a. Mengetahui tingkat nyeri
b. b. Ajarkan teknik distraksi selamab. b. Mengurangi nyeri tanpa
nyeri akut tindakan invasif
c. c. Observasi vital sign c. c.Tingkat nyeri dapat diketahui
d. d. Kolaboratif pemberian obat dari vital sign.
analgesik dan kaji efektivitasnya. d. d. Mengatasi nyeri pasien dan
menyusun rencana selanjutnya
bila nyeri tidak bisa diatasi
dengan analgesik.
b) Kecemasan b/d ancaman integritas biologis sekunder akibat operasi d/d
mengeluh takut operasi, takut dipasang alat, khawatir tangan dan kaki tidak
berfungsi, tampak gelisah dan murung , tachicardi.
Rencana tujuan :
Setelah diberikan tindakan perawatan selama 2 x 30 menit diharapkan kecemasan
klien berkurang.

Rencana tindakan Rasionalisasi


a. Kaji tingkat ansietas a. a. Sebagai acuan membuat
b. b. Beri kenyamanan dan strategi tindakan.
ketentraman hati, perlihatkan rasab. b. Agar pasien lebih tenang
empati. menghadapi operasi.
c. c. Bila ansietas berkurang , beric. c. Bila keadaan klien lebih tenang
penjelasan tentang operasi , maka klien akan lebih mudah
pemasangan eksternal fiksasi, serta menerima penjelasan yang
persiapan yang harus dilakukan. diberikan.

2. Post operasi

a) Resti infeksi b/d tempat masuknya organisme sekunder akibat adanya jalur
invasif (pin ).
Rencana tujuan :
Setelah diberikan askep selama 1 minggu diharapkan tidak terjadi infeksi
Rencana tindakan Rasionalisasi
a. a. Jaga kebersihan di daerah a. Mencegah kolonisasi kuman.
pemasangan eksternal fiksasi. b. b. Mencegah infeksi kuman
b. b. Lakukan perawatan luka secara melalui pin
aseptik di daerah pin. c. c. Menemukan tanda-tanda infeksi
cc. Observasi vital sign dan tanda- secara dini.
tanda infeksi sistemik maupun d. Untuk mencegah atau
lokal ( demam, nyeri, kemerahan, mengobati infeksi.
keluar cairan, pelonggaran pin )
d.d. Kolaboratif pemberian
antibiotika.

b) Kerusakan mobilitas fisik b/d alat eksternal fiksasi

Rencana tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3 x 24 jam diharapkan klien mampu
memperlihatkan kemampuan mobilitas.
Rencana Tindakan Rasionalisasi
a. Latih bagian tubuh yanga. a. Mencegah terjadinya atrofi
sehat dengan latihan ROM disuse .
b. Bila bengkak pada daerahb. b. Membantu meningkatkan
pemasangan eksternal kekuatan
fiksasi sudah berkurang,c. c. Mempercepat kemampuan
latih pasien untuk latihan klien untuk mandiri serta
isometrik di daerah meningkatkan rasa percaya diri
tersebut. klien.
c. Latih pasien menggunakan
alat bantu jalan
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.AsuhanKeperawatanPadaPasienDenganFraktur.From:
http://copyaskep.wordpress.com/2010/11/04/asuhan-keperawatan-klien-dengan-fraktur/.Minggu
7 september2014 : 10.00

Carpenito – Moyet, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10, EGC< Jakarta, 2007.

Muttaqin, Arif, Ns, S.Kep, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal, EGC,
Jakarta, 2008.

Smeltzer, G. Bare, Keperawatan Medikal – Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8, EGC,Jakarta, 2002.

Anda mungkin juga menyukai