Anda di halaman 1dari 6

ANEMIA

PENDAHULUAN
Darah adalah cairan tubuh yang mengalir dalam sistem sirkulasi. Darah terdiri dari
plasma darah dan butir darah. Butir darah terdiri atas eritrosit, leukosit, dan trombosit.
Secara keseluruhan darah mempuyai tiga fungsi, yaitu :
1. Fungsi distribusi :
 Mengangkut O2, CO2, dan nutrient
 Mengangkut sisa-sisa metabolisme
 Mengangkut Enzym dan Hormon
2. Fungsi Regulasi
 Mengatur suhu tubuh
 Mengatur pH / penyangga
 Mengatur Volume cairan sirkulasi
3. Fungsi proteksi
 Untuk transfusi pada keadaan darurat
 Hemostasis ( menghindari kehilangan darah yang berlebihan )
 Mencegah Infeksi ( antibody, protein komplemen, sel darah putih )
Darah dibentuk melalui proses yang disebut dengan hemopoiesis. Dalam beberapa
minggu pertama kehamilan, indung telur ( yolk-sac ) merupakan tempat utama
hemopoiesis. Dari enam minggu sampai 6-7 bulan kehidupan janin, hati dan limpa adalah
organ-organ utama yang diperlukan dan keduanya terus menghasilkan sel darah sampai
sekitar dua minggu setelah lahir. Sumsum tulang adalah tempat terpenting dari 6-7 bulan
kehidupan janin dan selama masa anak dan dewasa normal, sumsum tulang adalah satu-
satunya sumber sel darah baru. Sel yag berkembang terletak di luar rongga (sinus)
sumsum tulang dan sel masak dilepaskan ke dalam rongga sinus, sirkulasi kecil
( microcirculation) sumsum, dan dengan demikian ke dalam sirkulasi umum. Yang
dibutuhkan untuk hemopoiesis adalah sel induk ( stem cell ), bahan pembentuk darah,
microenvironment, dan mekanisme regulasi.
Bagan hemopoiesis

DEFINISI
Pembahasan kali ini akan menjelaskan lebih lanjut tentang anemia, yaitu suatu
keadaan di mana massa eritrosit yang beredar menurun sehingga tidak mampu
menjalankan tugasnya sebagai oxygen carrying power. Hal tersebut ditandai oleh
menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit, dan hitung eritrosit di bawah normal.
Kriteria anemia menurut WHO ( 1968 ) :
 Laki dewasa : < 13 g/dl
 Wanita dewasa : < 12 g/dl
 Wanita hamil : < 11 g/dl
Kriteria klinik : Hb < 10 g/dl
KLASIFIKASI
Anemia dapat diklasifikasikan berdasarkan morfologi erotrosit maupun berdasarkan
etiopatologisnya.
Klasifikasi berdasarkan Morfologi :
a. Anemia hipokromik mikrositer
(MCV < 80 fl, MCH < 27 pg)
b. Anemia normokromik normositer
( MCV 80-95, MCH 27 – 34)
c. Anemia makrositer
( MCV > 95 fl)
Klasifikasi Etiopatogenesis
A. Gangguan Produksi Eritrosit
1. Kekurangan bahan pembentuk darah
a. Anemia defisiensi besi
b. Anemia defisiensi B12 & asam folat
2. Gangguan Utilisasi Besi
a. Anemia akibat penyakit kronik
b. Anemia sideroblastik
3. Kerusakan sumsum tulang
a. Hipoplasia à Anemia aplastik
b. Infiltrasi à anemia mieloptisik
4. Gangguan eritropoetin
a. Anemia pada GGK
5. Disfungsi sumsum tulang
a. Anemia diseritropoetik
b. Anemia pada sindroma mielodisplastik
B. Perdarahan
a. Anemia pasca perdarahan akut
b. Anemia pasca perdarahan kronik
C. Anemia akibat hemolisis
1. Faktor ekstrakorpuskuler
a. Akibat proses imun
b. Hipersplenisme
c. Akibat bahan kimia/fisik
d. Akibat infeksi bakteri atau parasit
e. Akibat faktor mekanik
2. Faktor intrakorpuskuler
a. Gangguan membran eritrosit (membranopati)
Hereditary spherocytosis
b. Gangguan ensim eritrosit (ensimopati)
Defisiensi G6PD
c. Gangguan pembentukan hemoglobin (hemoglobinopati)
Hemoglobinopati struktural: HbS, HbE, dll
Thalassemia
D. Bentuk Campuran
Adaptasi utama terhadap anemia terjadi dalam sistem kardiovaskular dan pada
kurva disosiasi O2 hemoglobin. Pada pasien dengan anemia yang parah, mungkin tidak
terdapat gejala atau tanda, sedangkan pasien lain dengan anemia ringan mungkin
mengalami kelemahan yang berat. Ada atau tidaknya gambaran klinis tergantung dari
empat kriteria utama, yaitu :
1. Kecepatan onset. Anemia yang progresif dengan cepat menimbulkan gejala yang
lebih banyak dibanding anemia dengan onset lambat karena lebih sedikit waktu
bagi sistem kardiovaskular dan kurva disosiasi O2 hemoglobin untuk beradaptasi.
2. Keparahan. Anemia ringan sering kali tidak menyebabkan gejala atau tanda tetapi
gejala biasanya muncul jika Hb < 9-10 g/dl. Bahkan anemia berat ( kadar Hb
serendah 6,0 g/dl ) dapat menimbulkan gejala yang sangat sedikit jika onset
sangat lambat pada orang muda yang sehat.
3. Usia. Orang tua mentoleransi anemia dengan kurang baik dibandingkan orang
muda karena adanya efek kekurangan oksigen pada organ jika terjadi ganguan
kompensasi kardiovaskular normal ( peningkatan cardiac output karena
peningkatan stroke volume dan takikardia ).
4. Kurva disosiasi O2. Anemia umumnya disertai peningkatan 2,3-DPG dalam
eritrosit dan pergeseran kurva disosiasi O2 ke kanan sehingga O2 lebih mudah
dilepaskan ke jaringan. Adaptasi ini sangat jelas pada beberapa macan anemia
akibat defisiensi piruvat kinase ( yang menyebabkan peningkatan konsentrasi 2,3-
DPG dalam erotrosit ), atau yang disertai dengan hemoglobin berafinitas rendah
( misal HbS)
Jika pasien memang bergejala, biasanya gejala adalah nafas pendek, khususnya
pada saat berolahraga, kelemahan, letargi, palpitasi, dan sakit kepala. Pada pasien berusia
tua, mungkin ditemukan gejala gagal jantung, angina pektoris, klaudikasio intermiten,
atau kebingungan ( konfusi ). Gangguan penglihatan akibat pendarahan retina dapat
mempersulit anemia yag sangat berat, khususnya yang onsetnya cepat.
DIAGNOSIS
Untuk mendiagnosa suatu anemia harus didapatkan gejala klinik yaitu terutama
gejala khas dan gejala penyakit dasar, pemeriksaan laboratorium yang terdiri dari
pemeriksaan skrining, pemeriksaan dasar hematologi, dan pemeriksaan khusus
hematologi, serta pemeriksaan penunjang lain.
Gejala anemia dapat digolongkan menjadi empat,yaitu :
 Gejala umum anemia ( sindroma anemia ) :
 Gejala khas masing-masing anemia
 Gejala komplikasi anemia
 Gejala penyakit dasar ( underlying disease )
Tanda –tanda juga dapat dibedakan menjadi tanda umum dan khusus. Tanda umum
meliputi kepucatan membran mukosa yang timbul bila kadar hemoglobin kurang dari 9-
10 g/dl. Sebaliknya, warna kulit bukan tanda yang dapat diandalkan. Sirkulasi yang
hiperdinamik dapat menunjukkan takikardia, nadi kuat, kardiomegali, dan bising jantung
sistolik khususnya di apex. Gambaran gagal jantung mungkin ditemukan, khususnya pada
orang tua. Pendarahan retina jarag ditemukan. Tanda yang spesifik dikaitkan dengan jenis
anemia tertentu, misalnya koilonikia dengan defisiensi besi, ikterus dengan anemia sel
sabit atau megaloblastik, ulkus tungkai dengan aemia sel sabit dan anemia sel sabit lain,
deformitas tulang dengan talasemia mayor dan anemia hemolitik kongenital lain yang
berat.
TERAPI
Setelah menentukan adanya anemia, harus ditentukan diagnosis jenis anemia,
penentuan berat anemia atau adanya kegawat daruratan, serta penentuan etiologi. Dengan
diketahuinya semua hal tersebut maka akan mempermudah penatalaksanaan anemia.
Akan tetapi dalam keadaan gawat darurat diagnosis dalap ditegakkan setelah keadaan
pasien stabil.
Jenis terapi yang diberikan dalam penanganan anemia adalah :
 Terapi darurat
 Terapi suportif/simtomatik
 Terapi spesifik
 Terapi kausal
 Terapi ex juvantivus

Anda mungkin juga menyukai