Anda di halaman 1dari 18

FURUNKEL PADA HIDUNG

Definisi Infeksi dari kelenjar sebasea atau folikel rambut yang melibatkan jaringan subkutan. Bisul hidung (furunkel hidung) keterbatasan peradangan supuratif akut
depan hidung atau hidung folikel ujung rambut, kelenjar sebasea/keringat.
Etiologi - Staphylococcus aureus
- Menggali atau menarik hidung
- Daya tahan tubuh rendah (DM)

Diagnosis Anamnesis:
- Ku: bisul dalam hidung
- Bisul nyeri dan perasaan tidak nyaman
- Disertai gejala rhinitis

Pemeriksaan fisis :
- Pada lateral vestibulum nasi yang mempunyai vibrissae (rambut hidung) terdapat furunkel.

Pemeriksaan Penunjang: -
Terapi - Kompres hangat dapat meredakan perasaan tidak nyaman
- Jangan memencet atau melakukan insisi pada furunkel
- Antibiotik topikal : Bacitrasin dan polmiksin B
- Antibiotik oral : Amoxicillin 300 mg 3x1, Cephalexin 250-500 mg 4x1, atau Eritromisin 250-500 mg 4x1 diberikan selama 7-10 hari.
- Insisi : bila timbul abses.
RHINITIS AKUT
Definisi Radang akut mukosa nasi yang ditandai dengan gejala-gejala rhinore, obstruksi nasi, bersin-bersin, malaise, dan suhu tubuh naik.
Etiologi Virus : Rhinovirus, Myxovirus, Virus Coxsakie, dan Virus ECHO
Bakteri : Haemophylus Influenza, Streptococcus, Pneumococcus
Faktor predisposisi: lingkungan (dingin atau panas), daya tahan tubuh dan cavum nasi menurun.
Diagnosis Anamnesis:
- Hidung tersumbat kanan dan kiri secara bergantian terutama pada saat malam hari
- Stadium prodromal : bersin berulang, hidung tersumbat, dan ingus encer disertai demam dan nyeri kepala. Kemudian sekret menjadi kental putih
kekuningan (infeksi sekunder oleh bakteri).

Pemeriksaan fisis :
- Rhinoskopi anterior ⤇ mukosa edema dan hiperemis, rhinore dengan sekret mukopurulen

Pemeriksaan Penunjang: -
Terapi - Istrahat
- Simptomatik : Analgetik (K Diclofenac 50 mg 3x1), Anti inflamasi (NSAID), Dekongestan (Pseudoefedrin 60 mg 3x1
- Vit.C untuk menjaga daya tahan tubuh
RHINITIS ALERGI
Definisi Penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta
dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut.
Etiologi Reaksi alergi.
Cara masuk alergen:
1. Inhalan ⤇ masuk bersama dengan udara pernapasan, misalnya tungau debu rumah, kecoa, serpihan epitel kulit binatang, rerumputan, serta jamur
2. Ingestan ⤇ masuk ke saluran cerna, misalnya susu sapi, telur, coklat, ikan laut, udang, kepiting, dan kacang.
3. Injektan ⤇ masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya Penisilin dan sengatan lebah
4. Kontaktan ⤇ masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik, perhiasan
Klasifikasi Sifat berlangsungnya:
a) Intermitten (kadang-kadang): gejala <4 hari/minggu atau <4 minggu
b) Persisten (menetap) : gejala >4 hari/minggu dan >4 minggu

Berat ringannya penyakit:


a) Ringan : tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktivitas harian, bersantai, olahraga, belajar, bekerja
b) Sedang-berat : terdapat 1 / > dari gangguan di atas.
Diagnosis Anamnesis:
- Bersin berseri terutama pada pagi hari atau bila kontak dengan debu
- Keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak
- Hidung tersumbat, hidung dan mata gatal kadang disertai lakrimasi.
- Riwayat atopi dalam keluarga (+)

Pemeriksaan fisis :
- Rhinoskopi anterior ⤇ mukosa edema, basah, berwarna pucat atau livid di sertai adanya sekret encer yang banyak. Bila gejala persisten, mukosa inferior
tampak hipertrofi.
- Bayangan gelap di daerah bawah mata (allergic shiner)
- Anak menggosok-gosok hidung karena gatal dengan punggung tangan (allergic salute)
- Keadaan menggosok hidung ini lama-kelamaan akan mengakibatkan timbulnya garis melintang di dorsum nasi bagian sepertiga bawah (allergic crease)
- Mulut sering terbuka dengan lengkung langit-langit yang tinggi sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan gigi –geligi (facies adenoid)
- Dinding posterior faring tampak granuler dan edema (cobblestone appeaarance) serta dinding lateral faring menebal.
- Lidah tampak seperti gambaran peta (geographic tongue)

Pemeriksaan Penunjang:
- Invitro
 Hitung eosinofil : Normal atau meningkat
 IgE total : Normal
 IgE spesifik dengan RAST dan ELISA
 Eosinofil +++ : alergi inhalan
 Basofil >5 sel/lap : alergi makanan
 Sel PMN : infeksi bakteri
- Invivo
 Tes cukit kulit
 Uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri
 Alergi makanan : “Intrakutaneus Provocative Dilutional Food Test” diet eliminasi dan profokasi (challenge test)
Terapi
RHINITIS VASOMOTOR
Definisi Suatu gangguan fisiologik lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh bertambahnya aktivitas parasimpatis. Merupakan keadaan idiopatik yang didiagnosis
tanpa adanya infeksi, alergi, eosinofil, perubahan hormonal (kehamilan, hipertiroid), dan pajanan obat (kontrasepsi oral, anti hipertensi, B-bloker, aspirin,
klorpromazin, dan obat topikal hidung dekongestan)
Etiologi 1. Neurogenik (disfungsi sistem otonom)
2. Peningkatan pelepasan neuropeptida
3. Kadar Nitrik oksida yang tinggi
4. Trauma hidung
Diagnosis Anamnesis
- Kelainan dibedakan dalam 3 golongan:
 Sneezers (bersin) ⤇ respon baik dengan terapi anti histamin dan glukokortikosteroid topikal
 Runners (rinore) ⤇ respon baik dengan terapi anti kolinergik topikal
 Blocker (tersumbat) ⤇ respon baik dengan terapi glukokortikosteroid topikal dan vasokonstriktor oral
- Gejala sering dicetuskan oleh berbagai rangsangan non spesifik, seperti asap/rokok, bau yang menyengat, parfum, alkohol, makanan pedas, udara dingin,
pendingin dan pemanas ruangan, perubahan kelembaban, perubahan suhu luar, kelelahan dan stress.
- Gejala mirip Rhinitis alergi, namun gejala yang dominan adalah hidung tersumbat, bergantian kiri dan kanan tergantung posisi pasien, rinore yang mukoid
atau serosa, post nasal drip. Keluhan jarang disertai dengan gejala mata
- Gejala dapat memburuk pada pagi hari waktu bangun tidur

Pemeriksaan Fisis
- Rhinoskopi anterior:
 Edema mukosa hidung, konka berwarna merah gelap/tua tetapi dapat pula pucat. Permukaan konka dapat licin atau berbenjol-benjol (hipertrofi),
rongga hidung terdapat sekret mukoid, biasanya sedikit. Akan tetapi pada golongan rinore sekret yang ditemukan ialah serosa dan banyak jumlahnya.

Pemeriksaan Penunjang
- Lab (untuk menyingkirkan rhinitis alergi)
- Kadang ditemukan sedikit eosinofil pada sekret hidung
- Tes cukit kulit (-)
- Kadar IgE spesifik tidak meningkat
Terapi 1. Hindari faktor pencetus
2. Simptomatis:
Dekongestan oral, cuci hidung dengan larutan garam fisiologis, kauterisasi konka hipertrofi dengan larutan AgNO3 25% atau Triklor asetat pekat.
Kortikosteroid topikal flutikason propionatdan mometason furoat 200 mcg 1x1. Pada rhinore berat dapat ditambahkan antikolinergik topikal (Ipatropium
Bromida)
3. Operasi
Dengan cara bedah-beku, elektrokauter, atau konkotomi parsial konka inferior
4. Neurektomi N.Vidianus (N.Parasimpatis)
RHINITIS MEDIKAMENTOSA
Definisi Suatu kelainan hidung berupa gangguan respon normal vasomotor yang diakibatkan oleh pemakaian vasokonstriktor topikal (tetes / semprot hidung) dalam
waktu lama dan berlebihan, sehingga menyebabkan sumbatan hidung yang menetap
Etiologi Obat vasokonstriktor topikal
Diagnosis Anamnesis
- Hidung tersumbat terus menerus dan berair

Pemeriksaan Fisis
- Rhinoskopi anterior:
 Edema atau hipertropi konka dengan sekret hidung yang berlebihan. Apabila diberi tampon adrenalin, edema konka tidak berkurang.

Pemeriksaan Penunjang -
Terapi 1. Hentikan pemakaian obat tetes atau semprot vasokonstriktor hidung
2. Untuk mengatasi sumbatan berulang:
Kortikosteroid oral dosis tinggi jangka pendek dan dosis diturunkan secara bertahap (tappering off) dengan menurunkan dosis sebanyak 5 mg setiap hari.
Misalnya:
Hari I ⤇ 1 : 40 mg
Hari II ⤇ 2 : 35 mg dst
Kortikosteroid topikal selama 2 minggu untuk mengembalikan proses fisiologi mukosa hidung
3. Dekongestan oral (mengandung Pseudoefedrin)
RHINITIS KRONIK
R.Hipertrofi R.Spesifik
R.Difteri R.Atrofi R.Sifilis R.TB R.Lepra R.Jamur
Definisi Peradangan dari mukosa Infeksi hidung kronik yang ditandai Jarang ditemukan Kejadian infeksi TB ekstra Dapat terjadi bersama
kavum nasi yang timbul oleh adanya atrofi progresif pada pulmoner dengan sinusitis dan
akibat infeksi berulang mukosa dan tulang konka. bersifat invasif dan non
dalam hidung dan sinus invasif
atau sebagai lanjutan dari
rhinitis alergi & vasomotor
Etiologi Alergi, infeksi bakteri Corynebacterium difteri - Infeksi Klebsiella ozaena >>, Treponema palidum Mycobacterium TB Mycobacterium - Aspergilus
stafilokokus, streptokokus & Leprae - Rhizopus oryzae
pseudomonas aeruginosa - Candida
- Defisiensi FE dan Vit.A
- Sinusitis kronik
- Kelainan hormonal
- Penyakit kolagen, autoimun
Diagnosis Anamnesis Anamnesis Anamnesis Anamnesis Anamnesis: Anamnesis: - Aspergilus
- Obstruksi nasi (>> - Akut: - Napas berbau, ingus kental warna - Sekunder : - Sekret mukopurulen dan krusta - Hidung tersumbat Sekret mukopurulen
menonjol), hiposmia, Demam, toksemia, hijau, gang.penghidu Bercak atau bintik pada - Hidung tersumbat - Gangguan bau yang berwarna coklat
rinore, PND, mulut limfadenitis, paralisis, - Hidung tersumbat mukosa. - Produksi sekret kehijauan
kering. sekret hidung bercampur - Sakit kepala - Tersier : Pemeriksaan Fisis: - yang sangat
- Nyeri kepala darah. Gumma atau ulkus pada infeksius - Rhizopus oryzae
- Pendengaran berkurang - Kronik: Pemeriksaan fisis septum nasi sehingga Pemeriksaan Penunjang: Nyeri kepala, demam,
- Gangguan tidur Gejala lebih ringan & - Rongga hidung sangat lapang, mengakibatkan perforasi - Histopatologi : Pemeriksaan Fisis: oftalmoplegi interna
sembuh sendiri. Namun konka inferior dan media hipertrofi septum  Sel datia langhans - Deformitas akibat dan eksterna, sinusitis
Pemeriksaan Fisik dapat menular atau atrofi  Limfositosis destruksi tulang paranasalis dan sekret
- Rhinoskopi anterior: - Riwayat imunisasi tidak - Sekret purulen dan krusta yang Pemeriksaan Fisis dan kartilago hidung yang pekat,
Hipertrofi konka inferior, lengkap berwarna hijau - Sekret mukopurulen yang Diagnosis pasti: BTA (+) pada hidung gelap dan berdarah
permukaan mukosa berbau dan krusta sekret hidung
kavum nasi berbenjol- Pemeriksaan Fisis Pemeriksaan Penunjang - Perforasi septum atau
benjol (Mulberry like - Pseudomembran putih - Histopatologi hidung pelana.
appearance) yang mudah berdarah - Pemeriksaan mikrobiologi
- Krusta coklat di nares - Uji resistensi kuman Diagnosis pasti: biopsi dan
anterior dan rongga - CT-scan sinus paranasal mikrobiologi
hidung

Diagnosis pasti:
pemeriksaan kuman dari
sekret hidung
Terapi - Hindari debu & asap - ADS 1. Simptomatis 1. Penisilin 1. Anti Tuberkulosis 1. Dapson Non invasif
rokok - Penisilin lokal dan IM 2. Konservatif : antibiotik spektrum 2. Obat cuci hidung 2. Cuci hidung 2. Rifampisin - Mengangkat seluruh
- Kaustik konka dengan - Isolasi pasien luas. 3. Clofazimin gumpalan jamur
Nitras argenti atau Untuk menghilangkan bau busuk:
trikloroasetat. cuci hidung dengan larutan garam Selama beberapa Invasif
- Elektrokauterisasi hipertonik (NaCl) dengan tahun atau seumur - Anti jamur oral dan
- Konkotomi perbandingan 1 sdm larutan di hidup topikal
campur 9 sdm air hangat. Larutan - Cuci hidung untuk
dimasukkan kedalam rongga hidung mengangkat krusta
dan dikeluarkan lagi dengan - Bagian yang terinfeksi
menghembuskan kuat-kuat atau dapat diolesi dengan
yang masuk ke nasofaring gentian violet
dikeluarkan melalui mulut,
dilakukan 2x sehari.
3. Operasi
Bedah sinus endoskopik
SINUSITIS
Definisi Inflamasi mukosa sinus paranasal. Umunya di picu oleh rhinitis sehingga sering disebut Rhinosinusitis
Etiologi ISPA >>, Rhinitis (alergi, hormonal), polip hidung, deviasi septum atau hipertrofi konka, sumbatan KOM (Kompleks Osteo-Meatal), infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan
imun, diskinesia silia (Sindrom Kartagener), dan fibrosis kistik.
Pada anak : Hipertrofi adenoid >>
Klasifikasi a. Akut : 4 minggu
b. Subakut : 4 minggu – 3 bulan
c. Kronik : > 3 bulan
Diagnosis Anamnesis
a. Sinusitis Akut
- Demam, sakit kepala, lesu
- Ingus kental yang berbau & dirasakan mengalir ke daerah nasofaring. Hidung tersumbat
- Rasa nyeri pada sinus yang terinfeksi, kadang di dapatkan nyeri alih

1. S.Maksilaris
 Nyeri pada daerah rahang atas, kadang menyebar ke gigi (M1 & M2, PM 1 & 2, gigi taring) dan gusi. Nyeri dapat di picu oleh batuk atau mengunyah. Nyeri dapat
menjalar ke regio supraorbital ipsilateral, dan dapat menstimulasi terjadinya infeksi sinus frontalis
 Nyeri tekan regio maksilaris
 Bengkak dan hiperemi pada pipi
 S.Maksilaris Dentogen ⤇ penyebab penting Sinusitis Maksilaris Kronik
Mengenai 1 sisi dengan ingus purulen dan napas berbau busuk.

2. S.Frontal
 Sakit kepala regio frontal, terlokalisasi pada daerah sinus
 Nyeri tekan pada dahi
 Bengkak pada kelopak mata atas

3. S.Etmoidal
 Nyeri pada pangkal hidung dan kantus medius. Diperberat dengan pergerakan bola mata
 Bengkak pada kelopak mata

4. S.Sphenoid
 Sakit kepala terutama pada vertex, oksipital, belakang bola mata
 Post nasal discharge

b. Sinusitis Sub Akut


Gejala = sinusitis akut, namun demam, sakit kepala, dan nyeri tekan sudah reda

c. Sinusitis Kronik
 Sakit kepala terutama pagi hari dan berkurang setelah siang hari, sekret di hidung, PND, batuk kronik
 Gejala lain: infeksi sal.cerna pada anak karena menelan sekret dari hidung
Pemeriksaan Fisis
- Rinoskopi anterior : mukosa konka hiperemis dan edema, sekret mukopurulen pada rongga hidung
- Rinoskopi posterior : pus pada nasofaring (PND)

Pemeriksaan Penunjang
a. Transiluminasi : suram / gelap pada sinus yang terinfeksi
b. Pemeriksaan postur test
c. X-ray posisi Water’s, PA dan Lateral : Tampak perselubungan
d. CT-Scan sinus paranasal (GOLD STANDAR)
- Mukosa radang : tampak perselubungan
- Cairan : air fluid level (batas tegas dan rata)
- Tumor : batas tegas dan tidak rata
Terapi 1. S.Akut
- Antibiotik : 10-14 hari
- Dekongestan lokal : obat tetes hidung
- Analgetik : untuk menghilangkan nyeri
2. S.SubAkut
- Sinus maksilaris : pungsi dan irigasi sinus
- Tindakan pencucian Proetz
3. S.Kronik
- Antibiotik Gram (–) dan anaerob : ± 2 minggu
- Operasi :
a) Pembedahan radikal :
- S.Maksila : Caldwell-Luc
- S.Etmoid : Etmoidektomi
b) Pembedahan tidak radikal
Bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF),
Indikasi: sinusitis kronik yang tidak membaik setelah terapi adekuat, disertai kista, polip ekstensif, adanya komplikasi sinusitis dan S.Jamur.
Komplikasi Sinusitis Akut atau eksaserbasi akut:
1. Orbita
Penyebaran infeksi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum.
Kelainan : Edema palpebra, selulitis orbita, abses subperiostal, abses orbita, dan trombosis sinus kavernosus
2. Intrakranial
Meningitis, abses ekstradural atau subdural, abses otak dan trombosis sinus kavernosus

Sinusitis Kronik:
1. Osteomielitis dan Abses Sub Periostal
2. Kelainan paru
Bronkitis Kronik, bronkiektasis,
EPISTAKSIS
Definisi Perdarahan hidung
Etiologi - Spontan - Kardiovaskular : Hipertensi, Arteriosklerosis
- Trauma : Ringan ⤇ mengorek hidung, mengeluarkan ingus terlalu kuat - Kelainan darah : Trombositopenia, Hemofilia, Leukemia, Purpura Henoch
Berat ⤇ terpukul, jatuh, KLL Schonlein
- Infeksi : Rhinitis, Sinusitis - Perubahan tekanan : Caisson’s disease
- Neoplasma : Hemangioma, Karsinoma, Angiofibroma - Faktor endokrin : Kehamilan, Feokromositoma
- Kongenital : Telangiektasis hemoragik herediter - Infeksi sistemik : DBD, Influenza
Klasifikasi a. Epistaksis Anterior
Asal: Pleksus Kisselbach di septum bagian anterior atau dari Arteri Etmoidalis Anterior.
Perdarahan ringan dan terjadi akibat kebiasaan mengorek hidung, dapat berulang dan sembuh sendiri, Anak >>.
b. Epistaksis Posterior
Asal : Arteri Etmoidal Posterior atau Arteri Spenopalatina.
Perdarahan lebih hebat dan jarang berhenti sendiri. Sering ditemukan pada pasien HT, Arteriosklerosis, atau penyakit kardiovaskuler karena pecahnya
a.sfenopalatina
Diagnosis Anamnesis
- Onset : spontan / trauma - Tipe perdarahan (Anterior / Posterior)
- Durasi & frek.perdarahan - Riwayat Keluarga
- Jumlah darah yang keluar - Riwayat penyakit (HT, leukemia, penyakit katup mitral, sirosis, nefritis
- Lokasi hidung tempat perdarahan - Riwayat konsumsi obat : Analgesik, anti koagulan
Terapi Prinsip : Perbaiki KU pasien, cari sumber perdarahan, hentikan perdarahan, dan cari faktor penyebab untuk mencegah berulangnya perdarahan.
Periksa Tanda Vital. Jika ada kelainan, atasi dulu dengan memasang infus.

Menghentikan Perdarahan :
a) Perdarahan anterior
Tekan hidung dari luar selama 10-15 menit. Bila sumber perdarahan terlihat, maka dilakukan kaustik dengan AgNo3 25-30%. Setelah itu beri krim
antibiotik. Jika gagal, pasang tampon (kasa atau kapas) sebanyak 2-4 buah yang di beri pelumas vaselin atau salep antibiotik. Pertahankan tampon selama
2x24 jam. Evaluasi setelah 2 hari, jika masih berdarah, pasang tampon baru
b) Perdarahan posterior
Pasang tampon Bellocq atau kateter Folley dengan balon
Komplikasi - Aspirasi
- Syok
- Anemia
- Gagal ginjal
- Infeksi
- Hemotimpanum : akibat mengalirnya darah melalui tuba eustachius dan air mata berdarah (blooduy tears), akibat mengalirnya darah secara retrograd
melalui duktus nasolakrimal
BENDA ASING (CORPUS ALIENUM)
Definisi Benda yang berasal dari luar atau dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada pada tubuh.
Etiologi 1. Benda asing hidup (organik)
a) Larva lalat
b) Lintah
c) Cacing
2. Benda asing tak hidup (anorganik)
a) Manik-manik
b) Baterai logam
c) Kancing baju
Diagnosis Anamnesis: Pemeriksaan fisis:
- Hidung tersumbat - Rongga hidung : destruksi luas pada mukosa membran, tulang dan kartilago
- Rinore unilateral dengan cairan kental dan bau - Mukosa hidung lunak dan mudah berdarah
- Kadang nyeri - Tampak edema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral & dapat terjadi ulserasi
- Demam - Kasus Rinolith : pada kavum nasi terdapat massa berwarna putih keabu-abuan yang irreguler, di
- Epistaksis sepanjang dasar rongga hidung yang bertulang, keras dan terasa berpasir.
- Bersin
- Bekuan darah

Pemeriksaan Penunjang :
- Foto radiologi
- Endoskopi nasal dengan sudut 0˚ atau 30˚ (diagnosis pasti)
Terapi 1. Benda asing yang tidak hidup
- Bulat : Forcep / serumen hook, jika gagal lakukan Suction
- Spons dan potongan kertas : Forcep
- Kacang : Pengait tumpul
2. Benda asing yang hidup
- Masukkan Kloroform 25 % kedalam hidung untuk membunuh benda asing.
- Pasien Myasis : operasi debridment dan antibiotik parenteral, serta pertimbangkan pemberian anti parasit
FARINGITIS
Definisi Peradangan dinding faring
Etiologi Virus (40-60%), Bakteri (5-40%), alergi, trauma, dan toksin
Klasifikasi Faringitis Akut
Faringitis Viral Faringitis bakterial Faringitis Fungal Faringitis Gonore
Etiologi Epstein Bar Virus Streptokokkus B hemolitikus grup A Candida Kontak orogenital
Diagnosis  Anamnesis :  Anamnesis :  Anamnesis :
Demam disertai rinore, mual, Nyeri kepala yang hebat, muntah, Nyeri tenggorok dan
nyeri tenggorok, sulit menelan kadang demam, jarang batuk nyeri menelan
 Pemeriksaan Fisis :  Pemeriksaan Fisis :  Pemeriksaan Fisis :
Faring dan tonsil hiperemis - Tonsil membesar, faring dan tonsil Plak putih di orofaring
hiperemis terdapat eksudat dan mukosa faring
dipermukaannya. Beberapa hari lainnya hiperemis
kemudian muncul bercak peteki
pada palatum dan faring
- Kelenjar limfa leher anterior
membesar, kenyal dan nyeri pada
penekanan
Terapi - Istrahat dan minum yang cukup - Antibiotik : - Nystatin 100.000- Ceftriakson 250 mg IM
- Kumur dengan air hangat Penisilin G Benzatin 50.000 400.000 2x1
- Analgetik jika perlu U/kgBB IM dosis tunggal atau - Analgetik
- Tablet isap Amoksisilin 50 mg/kgBB 3x1
- Herpes Simpleks : berikan selama 10 hari. Pada Dewasa 3 x
antivirus metisoprinol 500 mg selama 6-10 hari atau
(isopresiosine) Eritromisin 4x 500 mg/hari
Dewasa : 60-100 mg/kgBB dibagi - Kortikosteroid :
dalam 4-6x / hari Deksametason 8-16 mg IM 1x1
Anak < 5 tahun : 50 mg/kgBB Anak 0.08-0.3 mg/kgBB IM 1x1
dibagi dalam 4-6x / hari - Analgetik
- Kumur dengan air hangat atau
antiseptik
Faringitis Kronik
Hiperplastik Atrofi
Diagnosis  Anamnesis :  Anamnesis :
Tenggorok kering, gatal dan batuk Tenggorok kering dan tebal serta mulut berbau
 Pemeriksaan Fisis :  Pemeriksaan Fisis :
Tampak kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan lateral Mukosa faring di tutupi oleh lendir yang kental dan bila di angkat
band hiperplasia, mukosa dinding posterior tidak rata, tampak mukosa kering.
bergranular

Terapi - Kaustik faring dengan menggunakan nitras argenti atau dengan - Obat kumur
elctro cauter - Menjaga kebersihan mulut
- Simptomatik :
Obat kumur atau tablet isap.
Obat Antitusif atau ekspektoran
Faringitis Spesifik
Luetika Tuberkulosis
Etiologi Treponema palidum Mycobacterium TB
Diagnosis  Stadium Primer  Anamnesis :
- Terdapat pada lidah, palatum mole, tonsil, dan dinding posterior - KU buruk karena anoreksia dan odinofagia
faring berbentuk bercak keputihan. - Nyeri hebat di tenggorok
- Bila infeksi terus, timbul ulkus pada faring yang tidak nyeri tekan - Otalgia
 Stadium Sekunder - Pembesaran kelenjar limfe servikal
Jarang  Pemeriksaan penunjang :
 Stadium Tersier - Sputum BTA
- Terdapat guma - Foto thoraks
- Predileksi : pada tonsil dan palatum - Biopsi jaringan

Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan Serologik

Terapi Penisilin dosis tinggi Sesuai terapi TB


TONSILITIS
Definisi Peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer yang terdiri atas Tonsil Faringeal (adenoid), Tonsil Palatina (faucial), Tonsil
Lingual (pangkal lidah), Tonsil Tuba Eustachius (Lateral Band dinding faring)
Cara Melalui udara (air bone droplets), tangan dan ciuman
penyebaran
Klasifikasi Tonsilitis Akut
Virus Bakteri
Etiologi Virus Epstein Bar Streptokokkus B hemolitikus grup A
Diagnosis Anamnesis : Anamnesis :
- Common cold disertai rasa nyeri tenggorok - Nyeri tenggorok dan nyeri menelan - Tidak nafsu makan
- Demam - Otalgia karena nyeri alih
- Lesu melalui N.IX
- Nyeri sendi
Pemeriksaan Fisis:
- Tonsil membengkak
- Hiperemis
- Detritus berbentuk folikel, lakuna, atau tertutup oleh membran semu
- Kelenjar submandibula bengkak dan nyeri tekan
Terapi  Istrahat  Antibiotik : Penisilin, eritromisin
 Minum cukup  Antipiretik
 Analgetik  Obat kumur yang mengandung desinfektan
 Antivirus jika gejala berat
Tonsilitis Membranosa
T.Difteri T.Septik Stomatitis Ulsero Penyakit kelainan darah
Membranosa (angina plaut
vincent)
Etiologi Corynebacterium difteri Streptokokkus Spirochaeta atau triponema pada
hemolitikus dalam penderita dengan higiene mulut
susu sapi yang kurang dan defisiensi Vit.C
Gejala Umum: Jarang - Demam 39˚C  Leukemia akut
Subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu - Nyeri kepala - Epistaksis
makan, badan lemah, nyeri menelan - Badan lemah - Perdarahan di mukosa mulut, gusi
- Kadang gangguan pencernaan dan di bawah kulit (bercak kebiruan)
Lokal: - Nyeri di mulut - Tonsil membengkak ditutupi
Tonsil membengkak ditutupi bercak putih - Hipersalivasi membran semu tetapi tidak
kotor yang makin lama makin meluas dan - Gigi dan gusi mudah berdarah hiperemis dan rasa nyeri yang hebat
bersatu membentuk membran semu yang di tenggorokan
mudah berdarah. Kelenjar limfa leher
membengkak (Bull neck)
Eksotoksin :  Angina agranulositosis
Miokarditis sampai decompensatio cordis, - Akibat keracunan obat dari golongan
mengenai saraf kranial menyebabkan amidopirin, sulfa, dan arsen
kelumpuhan otot palatum dan otot - Tampak ulkus di mukosa mulut dan
pernapasan. Pada ginjal ⤇ albuminuria faring
 Infeksi mononukleosis
- Terjadi tonsilo faringitis ulsero
membaranosa bilateral.
- Terdapat pembesaran di leher,
ketiak, dan regio inguinal
- Khas :
 Terdapat leukosit mononukleus
dalam jumlah besar.
 Kesanggupan serum pasien untuk
beraglutinasi terhadap SDM
Domba (reaksi Paul Bunnel)
Terapi  ADS 20.000-100.000 U tergantung  Antibiotik selama 1 minggu
umur dan berat penyakit  Perbaiki higiene mulut
 Penisilin atau eritromisin 25-50  Vit.C dan B Kompleks
mg/kgBB 3x1 selama 14 hari
 Kortikosteroid 1,2 mg/kgBB/hari
 Antipiretik
 Bed rest 2-3 minggu
Tonsilitis Kronik
Onset ≥ 3 bulan
Etiologi - Kuman Gram (-) - Pengaruh cuaca
- Rangsangan yang menahun dari rokok - Kelelahan fisik
- Beberapa jenis makanan - Pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat
- Higiene mulut yang buruk
Patologi Karena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan
jaringan limfoid di ganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripte melebar yang diisi oleh detritus.
Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan disekitar fosa tonsilaris
Diagnosis Anamnesis :
- Rasa mengganjal di tenggorok
- Tenggorokan kering
- Napas berbau

Pemeriksaan fisis :
Tampak tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata, kripte melebar, dan detritus
Terapi  Lokal : Berkumur atau obat hisap
 Operasi : Tonsilektomi
 Indikasi :
1. Serangan tonsilitis >3x / tahun walaupun telah mendapatkan terapi yang adekuat
2. Tonsilitis kronik
3. Tonsilitis eksaserbasi akut
4. Tumor tonsil
5. Hipertrofi tonsil dengan obstruksi mekanik : sumbatan jalan napas, disfagi, sleep apnea, gangguan berbicara, cor pulmonal
6. Tonsil akut residif
7. Abses peritonsiler
8. Difteri carier
9. Otitis media efusa/supuratif
LARINGITIS
Akut Kronik
Definisi Suatu peradangan akut dari laring yang menyebabkan mukosa laring Suatu peradangan kronik dari laring yang menyebabkan mukosa laring
hiperemis dan edema hiperemis dan edema
Etiologi  Infeksi  Infeksi
Hemofilus influenza, pneumokokkus, streptokokkus & stapylokokkus - Eksogen
hemolitikus - Endogen : adenoiditis kronik, sinusitis kronik, TB, bronkiektasis, rinitis
 Non infeksi dan GERD
Gas inhalasi, alergi, polutan, vocal abuse, iatrogenik  Non infeksi
- Penggunaan suara berlebihan
- Paparan terhadap rokok dalam waktu lama
- Pernapasan melalui mulut
- Alkohol
- Pekerja pabrik
Gejala - Suara serak - Suara serak
- Rasa tidak enak dan sakit di tenggorokan - Rasa tidak enak dan sakit di tenggorokan
- Demam - Batuk kering dan rasa gatal
- Batuk (sekret sedikit tapi kental) - Berdehem terus menerus
Diagnosis Laringoskopi direk / indirek : Laringoskopi direk / indirek :
Tampak mukosa laring dan plika vokalis hiperemis dan edema Hiperemis difus, sekret kental pada plika vokalis sehingga selalu berdehem
Terapi - Istrahat vokal 2-3 hari - Istrahat vokal
- Medikamentosa: antibiotik, kortikosteroid, antipiretik - Medikamentosa: antibiotik, kortikosteroid
- Menghindari makanan pedas, es, rokok dan alkohol - Menghindari rokok dan alkohol
ABSES PERITONSILAR
Definisi Penyakit yang merupakan komplikasi dari tonsilitis akut yang terjadi karena infeksi yang menjalar dari tonsil sehingga timbul infilrat di sebelah medial
dari M.Constrictor Pharyng Superior lalu menjadi abses (biasanya unilateral)
Etiologi Streptococcus B hemoliticus grup A
Diagnosis  Anamnesis:
- Demam, sakit kepala
- Odinofagia hebat
- Foetor ex ore
- Trismus ⤇ iritasi dari M.pterygoides internus
- Sakit kerongkongan

 Pemeriksaan fisis
- Faringoskopi :
a) Palatum mole edema dan hiperemis
b) Tonsil terdorong ke tengah, depan, bawah
c) Uvula bengkak dan terdorong ke sisi kontralateral

Terapi 1. Antibiotik
2. Simptomatik : analgetik / antipiretik
3. Abses ⤇ insisi untuk mengeluarkan nanah
4. Tonsilektomi ⤇ 2-3 minggu setelah drainase abses
Komplikasi - Abses pecah spontan
- Abses parafaring
- Trombus sinus kavernosus, meningitis, abses otak

Anda mungkin juga menyukai