PENDAHULUAN
Remaja adalah masa dimana terjadinya kelabilan jiwa karena telah memasuki fase dari anak-anak menuju
dewasa. Remaja merupakan generasi penerus bangsa. Remaja yang merokok dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain jenis kelamin, umur dan lingkungan, banyak juga remaja yang merokok dipengaruhi oleh
teman mereka karena apabila tidak merokok dikatakan tidak gaul oleh teman-temannya. WHO
memperkirakan bahwa 2020 penyakit berkaitan dengan rokok akan menjadi masalah kesehatan utama banyak
Negara, bahkan merokok dianggap menjadi entry point pada penyalahgunaan narkotika.
Sekitar 4,9 juta orang di Negara berkembang meninggal dunia karena rokok pada tahun 2003. Bahkan
diseluruh dunia, tingkat kematian akibat rokok justru lebih besar ketimbang kematian malaria, kematian
Di Indonesia prevalensi merokok pada orang dewasa (usia 15 tahun keatas) yakni pria 63,1 % (naik 1,4 %
dibandingkan tahun 2001) dan wanita 4,5 % (tiga kali lipat dibandingkan tahun 2001). Sementara prevalensi
merokok pada anak-anak (usia 13 – 15 tahun) perinciannya pada anak laki-laki 24,5 % dan anak perempuan
2,3 %. Sebanyak 30,9 % dari anak-anak yang merokok telah mulai merokok sebelum umur 10 tahun. Menurut
data Badan Pusat Statistik, jumlah perokok pemula (usia 5 – 9 tahun) naik secara signifikan. Hanya dalam
kurun waktu 3 tahun (2001 – 2004) persentase perokok pemula naik dari 0,4 menjadi 2,8 % (
www.ghozan.blogsome.com).
Dalam survey WHO yang diselenggarakan di seluruh dunia pada remaja pria didapatkan 55 % dari mereka
yang termotivasi terhadap perilaku merokok dipengaruhi oleh iklan dan lingkungan. Anak yang memiliki
teman perokok sembilan kali lebih rentan untuk mencoba rokok. Begitu mencoba mereka jadi kecanduan,
seperti di informasikan di kemasan rokok atau setiap iklan rokok bahwa merokok dapat menyebabkan
kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin. Akan tetapi, mengapa peringatan itu
bisa menjungkal akal sehat sehingga mereka tetap tak mau lepas dari rokok. Hal ini dapat terjadi karena
menurut para remaja dengan mereka mengisap rokok terasa bahwa pikiran mereka menjadi tenang dan jika
ada masalah mereka merasa masalahnya hilang bahkan dengan merokok mereka merasa bisa membuka
Indonesia adalah Negara iklan, promosi dan sponsor rokoknya paling masif di Asia Tenggara. Indonesia juga
adalah satu-satunya negara yang tidak memiliki larangan iklan, promosi dan sponsor rokok. Menurut Seto
Mulyadi dari Komnas Perlindungan Anak semua kegiatan pemasaran rokok merupakan rangkaian sistematis
yang bertujuan menjerat remaja menjadi perokok. Materi iklan rokok menunjukkan segmentasi pasar yang
ditujukan pada anak dan remaja, apalagi materi iklan rokok mengasosiasikan merokok dengan citra keren,
Merokok merupakan kebiasaan yang sering kita jumpai setiap hari dan sudah menjadi masalah yang
kompleks secara sosial. Penelitian telah banyak dilakukan dan disadari bahwa merokok dapat mengurangi
kemampuan system kekebalan tubuh untuk melawan infeksi dan mengganggu kesehatan tubuh. Sebanyak 90
% dari asap rokok mengandung berbagai gas seperti N2, O2, CO2 dan sisanya 10 % mengandung partikel-
partikel tertentu seperti Tar, Nikotin dan lain-lain. Bahkan sebagaimana dilansir oleh Enviroment Protection
Association (EPA) atau Badan Proteksi Lingkungan memastikan bahwa asap rokok memuat 4000 senyawa
kimia, 200 diantaranya toksik (beracun), 43 diantaranya pemicu kanker dan secara global konsumsi rokok
Peningkatan drastis konsumsi tembakau para remaja terjadi pada tahun 2001 yang telah mencapai 24,2 % dari
semula 13,7 % pada tahun 1995. Persentase peningkatan itu terjadi pada remaja laki-laki umur 15 – 19 tahun
Di Indonesia disinyalir sekitar 44 % perokok aktif merupakan kelompok muda yang berusia 10 – 19 tahun
dan 37 % diantara mereka berusia 20 – 29 tahun. Diperkirakan sekitar 85 juta penduduk Indonesia usia
remaja saat ini menjadi perokok berat dan 12 – 13 juta diantaranya akan tutup usia setengah baya
(www.astaqauliyah.orangbiasa.com).
Berdasarkan informasi dari pihak karang taruna di Kelurahan tempat penelitian ini dilaksanakan, jumlah
remaja di Lingkungan Lasitarda adalah 80 orang dimana didapatkan 35 orang remaja sudah mulai merokok.
Diperkirakan hampir semua remaja yang berusia 11 – 21 tahun pernah merokok. Oleh karena itu peneliti
ingin melakukan penelitian tentang “ Motivasi Remaja Pria Terhadap Perilaku Merokok di Lingkungan
Remaja pria yang mempunyai kebiasaan merokok sudah seringkali terlihat dimana-mana mulai dari
umur 11 – 21 tahun dan didapatkan perokok aktif 10 – 19 tahun. Kebanyakan mereka mulai
merokok karena terpengaruh oleh teman-temannya, lingkungan serta iklan rokok dan apabila mereka
tidak merokok dikatakan tidak gaul, tidak keren, tidak percaya diri dan tidak macho, dan dengan
merokok pula dapat mengatasi stress yang dihadapi para remaja pria serta membuat pikiran menjadi
tenang. Hal ini disebabkan oleh faktor coba-coba sehingga mereka menjadi kecanduan.
Bagaimana gambaran motivasi remaja pria terhadap perilaku merokok di Lingkungan Lasitarda
Untuk mengetahui gambaran tentang motivasi remaja pria terhadap perilaku merokok di Lingkungan
1. Manfaat Institusi
Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan (Akademi Keperawatan Kabupaten Buton) dan Kelurahan
tempat penelitian ini dilaksanakan dalam menentukan arah kebijakan terutama yang berhubungan dengan
2. Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan bahan bagi pengembangan ilmu keperawatan
3. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat menambah dan memperluas pengetahuan tentang riset keperawatan khususnya yang
TINJAUAN TEORI
2.2.1 Pengertian
Motivasi itu mempunyai arti dorongan, berasal dari bahasa latin Movere yang berarti
Suardirman Partini dalam buku psikologi sosial mendefinisikan pengertian motivasi sebagai berikut :
“Motivasi adalah sesuatu yang ada pada diri individu yang menggerakkan atau membangkitkan
Menurut Indrawijaya. (2002) dalam Sunaryo (2004), motivasi merupakan fungsi dari berbagai
macam variabel yang saling mempengaruhi. Ia merupakan suatu proses psikologis yang mana terjadi
interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi proses belajar dan pemecahan persoalan. Hal inilah antara
lain yang menyebabkan M.R. Jones (ed) dalam Nebraska symposium of motivation, hal 14
merumuskan : “Motivation is concerned with how behavior is activated, maintained directed and
stopped”. Ducan mengatakan bahwa “from manageria perspective, motivation refers to any
Menurut Vroom (Donovan, 2001), motivasi mengacu kepada suatu proses mempengaruhi pilihan-
pilihan individu terhadap bermacam-macam bentuk kegiatan yang dikehendaki. Kemudian John P.
Campbell dan kawan-kawan menambahkan rincian dalam definisi tersebut dengan mengemukakan
bahwa motivasi dalam definisi tersebut dengan mengemukakan bahwa motivasi dalam definisi
tersebut mencakup di dalamnya arah atau tujuan tingkah laku, kekuatan respon dan kegigihan
tingkah laku.
Menurut kebanyakan definisi, motivasi mengandung 3 komponen pokok, yaitu :
2. Mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian, ia menyediakan suatu onertasi
3. Menjaga dan menopang tingkah laku. Lingkungan sekitar harus meningkatkan (reinforce)
Jadi, motivasi diawali dengan keinginan untuk mempengaruhi perilaku seseorang, keinginan tersebut
melalui proses persepsi diterima seseorang. Proses persepsi ini ditentukan oleh sikap, kepribadian,
pengalaman dan harapan seseorang. Selanjutnya apa yang diterima tersebut diberi arti oleh yang
bersangkutan menurut minat dan keinginannya (faktor intrinsik). Minat ini mendorongnya untuk
mencari informasi yang akan digunakan oleh yang bersangkutan untuk mencari informasi yang akan
digunakan untuk mengembangkan beberapa alternatif tindakan. Berdasarkan tindakan ini selanjutnya
ia melakukan evaluasi yaitu dengan membandingkan hasil yang dicapainya dengan tindakan sendiri.
a. Teori hedonisme yaitu motivasi yang berhubungan dengan senang atau gembira.
b. Teori naluri yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri manusia.
seseorang/individu. Semakin kuat motivasi seseorang maka semakin cepat dalam memperoleh
tujuan kepuasaan.
a. Motivasi intrinsik atau motivasi yang datang dari dalam individu itu sendiri.
c. Motivasi terdesak yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit atau munculnya serentak
serta menghentak dan cepat sekali munculnya pada perilaku aktivitas seseorang.
d. Motivasi yang berhubungan dengan ideology politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam yang
sering menonjol adalah motivasi sosial karena individu itu memang makhluk sosial.
d. Fasilitas (sarana.prasarana)
- Pendekatan pribadi
2.2.1 Pengertian
Remaja merupakan suatu periode yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang cepat
dari fisik, emosi, kognitif dan sosial yang menjembatani masa kanak dan dewasa (Merestein Geraid,
2001).
Batasan remaja menurut WHO (Muangman 1980, dalam Sunaryo 2004), remaja suatu masa dimana :
a. Individu berkembang dari saat pertama kali dan menunjukkan tanda-tanda sexual sekundernya
b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi
dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh ke keadaan yang relative lebih
mandiri.
Berdasarkan definisi konseptikal yang diberikan oleh WHO, salah satu ciri remaja adalah
perkembangan psikolosikanya. Dalam hubungan ini menurut Esikszentimiha dan Larsen (1984)
dalam Sunaryo (2004) menyatakan bahwa remaja adalah restrukturisasi kesadaran yang mana
puncak pengembangan jiwa itu ditandai dengan adanya proses perubahan dari kondisi entropy ke
kondisi negentropy.
WHO menetapkan batas usia 10 – 20 tahun sebagai batasan remaja sedangkan PBB menetapkan usia
15 – 24 tahun sebagai usia pemuda (Senderowit dan Paxman (1985) dalam Hanifah (2000).
Di Indonesia, batasan remaja mendekati batasan PBB tentang pemuda yaitu kurun usia 11 – 24 tahun
a. Usia 11 tahun adalah usia pada umumnya tanda-tanda sexual sekunder mulai tampak (kriteria
sosial).
b. Berbanyak masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap dewasa aqli baliq menurut adapt
maupun agama sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak
(kriteria sosial).
c. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan jiwa seperti tercapainya identitas diri
(ego identiry cribk erikson), tercapainya fase genetal dari perkembangan psikoseksual (Murt
Freud) dan tercapainya puncak perkembangan cognitif (Piaget) maupun moral (Murt Kohlberg),
(kriteria psikologis).
d. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal yaitu memberi peluang lagi mereka yang sampai
e. Status perkawinan masih sangat penting di masyarakat Indonesia secara menyeluruh. Oleh karena
Pertumbuhan pubertas dan perkembangan fisik merupakan hasil dari aktivitas aksis
dan pembebasan pulsatil dari gonadotropin, LH dan FSH. Pada awal sampai pertengahan
dari masa remaja terdapat kenaikan dari frekuensi dan amplitude denyut sekresi dari LH
dan FSH yang menstimulasi gonad untuk menghasilkan steroid sex (estrogen dan
testosterone).
Pada perempuan LH berperan penting pada ovulasi dari ovum yang mati dan juga terlibat
dalam pembentukan karpus luteum dan sekresi progesteron sedangkan FSH berfungsi
untuk menstimulasi maturasi dari ovarium, fungsi sel granulosa dan sekresi estradiol
payudara.
testoteron dan FSH merangsang spermatosit dengan adanya testosterone. Secara lengkap
(Muss, 1968 dalam Sunaryo 2004) memuat urutan perubahan-perubahan fisik, tersebut
sebagai berikut :
menjadi panjang)
b. Pertumbuhan payudara
f. Haid
a. Pertumbuhan tulang-tulang
b. Testis membesar
e. Ejakulasi
keluarga karena pertumbuhan yang cepat dan fisik, emosional, kognitif dan sosial maka
Karena perubahan yang cepat, kesan tubuh, konsep pribadi, harga diri berfluktasi
menghawatirkan. Ketika remaja muda mulai menjadi lebih indenpenden dan ikatan
menjadi jauh lebih penting. Remaja muda masih berpikir secara konkrit dan
remaja awal, remaja mulai menyesuaikan diri dan merasa lebih nyaman dengan
tubuh mereka yang baru. Emosi yang kuat dan perubahan suasana hati yang cepat
adalah khas. Secara kognitif, ketika remaja berubah dari berpikir konkrit menjadi
usaha membangun identitas mereka sendiri, hubungan dengan orang lain utamanya
Remaja mulai kurang mementingkan diri sendiri dan mulai memperhatikan orang
lain. Hubungan sosial bergeser dari kelompok teman sebaya kearah hubungan
depan, tindakan dan karir. Secara moral, remaja yang lebih tua mempunyai konsep
yang sangat kaku dalam hal benar atau salah. Masa remaja akhir merupakan
periode idealisme.
Menurut Petro Blos (1962), proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada 3 tahap
perkembangan remaja :
1. Early adolescence
Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan
2. Middle adolescence
teman yang mempunyai sifat-sifat sama dengan dirinya. Selain itu, remaja berada
dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana peka
atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis dan sebagainya.
3. Late adolescence
Pada tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai
b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan dalam
pengalaman-pengalaman baru
c. Egosentrisme diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dan
orang lain
d. Tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat
Timbulnya masalah pada remaja dikarenakan oleh berbagai faktor yang sangat kompleks yang
terjadi pada masa remaja. Secara garis besar, faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
a. Adanya perubahan-perubahan biologis dan psikologis yang sangat pesat akan memberikan
b. Orang tua dan pendidik kurang siap untuk memberikan informasi yang benar dan tepat waktu
karena ketidaktahuannya.
d. Pembangunan ke arah industrilisasi menyebabkan terjadinya perubahan tata nilai sehingga remaja
bisa menderita frustasi dan depresi yang menyebabkan mereka mengambil jalan pintas yang
bersifat negative. (Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja ed.i.Narendra.B,dkk; 2002).
2.3.1 Pengertian
Perilaku adalah suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subyek
lingkungan. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang dibutuhkan untuk menimbulkan reaksi
yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menimbulkan reaksi atau perilaku
Robert Kwick (1974) sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo (1997), perilaku adalah tindakan atau
perilaku suatu organisme yang dapat diamati atau bahkan dapat dipelajari.
Secara umum, menurut Sri Kusmiyati dan Desminiarti, (1990) dikutip oleh Sunaryo (2004) perilaku
manusia pada hakekatnya proses interaksi individu dengan lingkungannya sebagai manifestasi hayati
a. Kepekaan sosial
b. Kelangsungan perilaku
Perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan. Dalam memenuhi kebutuhan yang tersusun
dalam hirarki kebutuhan menurut Abraham Maslow, tidak dapat dipisah-pisahkan antara satu dan
yang lain karena perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan adalah secara simultan. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut maka diperlukan suatu penggerak/pendorong yang disebut motivasi.
Kemudian pada akhirnya sikap dan kepercayaan sangatlah mempengaruhi arah perilaku seseorang,
- Jenis ras
- Jenis kelamin
- Sifat fisik
- Sifat kepribadian
- Bakat pembawaan
- Intelegensi
- Faktor lingkungan
- Pendidikan
- Agama
- Sosial ekonomi
- Kebudayaan
a. Perilaku Pasif
Perilaku pasif atau respon internal adalah perilaku yang sifatnya masih tertutup, hanya terjadi
dalam diri individu yang bersangkutan dan tidak diamati secara langsung perilaku ini sebatas
b. Perilaku Aktif
Perilaku aktif atau respon eksternal adalah perilaku yang sifatnya terbuka, dapat diamati secara
Misalnya : merokok.
Walaupun terdapat suatu rentang dari penggunaan zat hingga penggunaan berlebihan atau
penyalahgunaan zat tetapi tidak semua orang yang menggunakan zat akan menjadi penyalahgunaan
zat. Oleh karenanya, terdapat suatu rentang respon koping terhadap penggunaan zat yang disebut
terlarang terlarang
Merokok sudah dianggap hal biasa dalam kehidupan sehari-hari padahal dalam asap rokok terdapat 4.000 zat
kimia berbahya untuk kesehatan, 2 diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan Tar yang bersifat
karsinogenik (Asril Bahar, Harian Umum Republika, Selasa 26 Maret 2002). Racun karsinogen yang timbul
akibat pembakaran tembakau dapat memicu terjadinya kanker. Sebenarnya, penanggulangan merokok di
Indonesia telah berjalan lama ditandai dengan dikeluarkannya peraturan pemerintah No. 18 Tahun 1999
tentang pengamanan rokok bagi kesehatan dari peraturan pemerintah No. 19 Tahun 1993 tentang larangan
pembagian produk contoh rokok secara gratis. Namun hingga kini jumlah perokok tidak berkurang bahkan
Remaja adalah golongan yang suka mencoba-coba. Oleh karena merokok adalah sesuatu yang baru pada
mereka. Hati mereka bertanya-tanya apa nikmatnya sehingga mereka tetap tak mau lepas dari rokok. Karena
didalam rokok terdapat nikotin yang menyebabkan kecanduan layaknya putauw (heroin), ganja, dan sabu-
sabu. Nikotin dikenal sebagai salah satu faktor resiko penyakit jantung koroner. Penyempitan pembuluh darah
jantung terjadi lebih dini pada remaja yang merokok. Tembakau merusak jaringan paru-paru dan mengurangi
kandungan oksigen darah yang dibutuhkan seseorang saat beraktivitas. Selain itu upaya pemasaran rokok baik
secara langsung melalui iklan rokok ataupun secara tidak langsung melalui kegiatan mensponsori acara
konser musik sembari memberikan sampel rokok secara gratis, olahraga, film layar lebar hingga keagamaan.
Hal ini akan menarik minat remaja untuk merokok, sementara pemberian sampel rokok secara gratis justru
akan mendorong remaja untuk mencoba-coba merokok tanpa menyadari sepenuhnya dampak ketergantungan
terhadap rokok.
Hal yang menyebabkan remaja sangat sulit meninggalkan rokok karena sudah ketergantungan pada nikotin.
Ketika ia berhenti merokok rasa nikmat yang diperolehnya akan berkurang. Efek dari rokok/tembakau
memberi stimulasi depresi ringan, gangguan daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan
fungsi psikomotor. Jika dibandingkan zat-zat adiktif lainnya rokok sangatlah rendah pengaruhnya, maka
ketergantungan pada rokok tidak begitu dianggap gawat (Roan, Ilmu Kedokteran Jiwa, Psikiatri, 1999).
Dalam upaya prevalensi, motivasi untuk menghentikan perilaku merokok penting untuk dipertimbangkan dan
dikembangkan. Dengan menumbuhkan motivasi dalam diri remaja berhenti atau tidak mencoba merokok,
akan membuat mereka mampu untuk tidak terpengaruh godaan merokok yang datang dari teman, media
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah
tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan
hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibandingkan anak-anak muda yang
b. Pengaruh Teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar
kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada 2
kemungkinan yang terjadi adalah remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-
teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi
perokok.
c. Faktor Kepribadian
Orang mencoba merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau
jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada
pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada
berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang
d. Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa merokok adalah
lambing atau glamour, membuat remaja sering kali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada
1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok seseorang merasakan penambahan
rasa yang positif. Green (dalam Psichological Faktor in Smoking, 1978) menambahkan ada 3 sub tipe ini
a. Pleasure Relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang
b. Stimulation ti pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan
perasaan.
c. Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang diperoleh dengan memengang rokok. Sangat
spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan
tembakau sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja atau
perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum ia
2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasan negatif. Banyak orang menggunakan rokok untuk
mengurangi perasaan negatif, misalnya bila ia marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai
penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari
3. Perilaku merokok yang adiktif. Oleh Green disebut sebagai Psychological Addiction. Mereka yang sudah
adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya
berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah untuk membeli rokok, walau tengah malam
sekalipun karena ia khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap saat ia mengingkannya.
4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasan. Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena
untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaan rutin
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian survey dengan pendekatan deskriptif yang akan
menggambarkan tentang motivasi remaja pria terhadap perilaku merokok di Lingkungan Lasitarda Kelurahan
Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi (Notoatmodjo, 2003). Variabel Dependent
dan faktor
kepribadian
2 Variabel Suatu aktivitas Mengidentifikasi Kuesioner Ordinal 73-100% :
dependent : yang timbul dari perilaku merokok perokok
Perilaku adanya motivasi remaja pria yakni pemula
yang bertindak berapa batang
sebagai stimulus konsumsi rokok 46-72% :
4.5.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti (Notoatmodjo, 1993). Populasi
dalam penelitian ini adalah remaja pria yang beralamat di Lingkungan Lasitarda, Kelurahan
Tanganapada Kecamatan Murhum, dengan jumlah 80 responden dan terdapat 35 remaja perokok.
4.5.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan “sampling” tertentu untuk bisa
memenuhi/mewakili populasi (Nursalam dan Siti Pariani, 2001). Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 35 responden. Pada penelitian ini sampel diambil berdasarkan kriteria inklusi.
Kriteria inklusi adalah adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau layak untuk diteliti,
adalah :
- Remaja pria yang perokok dan kooperatif serta bersedia menjadi responden
- Remaja pria yang perokok beralamat di Lingkungan Lasitarda Kelurahan Tanganapada Kecamatan
Murhum
Kriteria ekslusi adalah karakteristik sampel yang tidak dapat dimasukkan atau layak untuk diteliti,
adalah :
- Remaja pria yang perokok tidak beralamat di Kelurahan Tanganapada Kecamatan Murhum
4.5.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam,
2001). Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Non Random Sampling
dengan pendekatan Exchaustive Sampling yaitu digunakan pada populasi kecil dimana semua
anggota populasi diambil sebagai sampel. Oleh karena itu, jumlah sampel dibagi menjadi 3 yakni
tahap remaja awal (11 – 13 tahun) diwakili oleh 11 responden, tahap remaja pertengahan (14 – 16
tahun) diwakili 11 responden dan tahap remaja akhir (17 – 21 tahun) diwakili oleh 13 responden.
Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan adalah data primer dari responden yang sebelumnya
responden diminta kesediannya dengan mengisi formulir pernyataan menjadi responden. Bila dalam
pengisian kuesioner responden mengalami hambatan maka peneliti memberikan arahan atau
Adapun alur birokrasi perizinan dalam mengumpulkan data secara berturu-turut adalah Direktur
Akademi Keperawatan Kabupaten Buton, Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat,
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode angket dengan
jenis instrument questionnaire untuk variabel motivasi dan checklist untuk variabel
perilaku, dengan jumlah item pertanyaan pada setiap variabel masing-masing adalah 10
jawaban yaitu “setuju” dan “tidak setuju”. Dalam bentuk positive question. Jika
responden memilih “setuju” mendapatkan nilai “1” dan memilih “tidak setuju”
Untuk pernyataan perilaku, menggunakan skala Likert yang mana tersedia lima
alternatif pilihan jawaban “selalu, sering, kadang-kadang, jarang, dan tidak pernah”
a. Coding yaitu bagaimana mengkode responden, pertanyaan dan segala hal yang
dianggap perlu.
b. Scoring yaitu menentukan scor / nilai untuk tiap item pertanyaan dan tentukan nilai
c. Tabulating yaitu mentabulasi hasil data yang diperoleh sesuai dengan item
pertanyaan.
Data yang telah dikumpulkan pada masing-masing variabel kemudian dikategorikan berdasarkan
skala ordinal. Pada variabel motivasi, data dikategorikan menjadi dua kategori yaitu kategori lemah
0 – 50 % dan kategori kuat 51 – 100 %. Dan pada aspek perilaku dikategorikan menjadi tiga kategori
Dalam penelitian ini, peneliti mendapat persetujuan dari pembimbing riset dan rekomendasi dari Institusi
Akademi Keperawatan Kabupaten Buton. Selanjutnya peneliti meminta rekomendasi dari Badan Kesatuan
Bangsa dan Perlindungan Masyarakat untuk izin penelitian dan juga izin dari Kepala Kelurahan Tanganapada
dimana penelitian ini dilakukan. Setelah mendapat persetujuan maka peneliti melakukan penelitian dengan
Lembar persetujuan diberikan kepada calon responden dan peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset
dilakukan. Bila calon responden bersedia menjadi responden maka lembar persetujuan ditandatangani
namun bila calon responden menolak maka tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada
c. Confidentiality (kerahasiaan)
4.9 Keterbatasan
Alat ukur dengan menggunakan kuesioner memiliki keterbatasan dimana responden tidak mengisi
kuesioner dengan apa adanya dan juga memungkinkan responden tidak mengerti dengan pernyataan
yang dimaksud sehingga hasilnya kadang sulit untuk disimpulkan dan kurang mewakili secara
kualitatif.
4.9.2 Feasible
Waktu yang tersedia untuk penelitian ini sangat terbatas sehingga sampel yang didapat sangat
terbatas jumlahnya dan juga kurang kemampuan dan keahlian yang dimiliki oleh peneliti sehingga