Anda di halaman 1dari 44

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ( Notoatmodjo, 2012:138).

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang

sekedar menjawab “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2012:1).

2. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012:138-139) Pengetahuan yang dicakup

dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni :

a. Tahu (Know)

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk mengingat kembali atau recall terhadap

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan

tingkat pengetahuan paling rendah.

9
10

b. Memahami (Comprehension)

Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek

yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara

benar.

c. Aplikasi (Aplication)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada

situasi atau kondisi yang sebenarnya.

d. Analisis (Analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam

komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi,

dan masih kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-

bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap sesuatu materi

atau objek.

3. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Mubarak (2007:30) ada tujuh faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada

orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak

dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin


11

mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin

banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang

tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap

seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai baru

diperkenalkan.

b. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh

informasi dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak

langsung.

c. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan

pada aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara

garis besar ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran,

perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri

baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek

psikologis dan mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan

dewasa.

d. Minat

Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi

terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan

menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang

lebih dalam.
12

e. Pengalaman

Adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan informasi

yang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika

informasi terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara

psikologis akan timbul kesan yang membekas dalam emosi sehingga

menimbulkan sikap positif.

f. Kebudayaan

Kebudayaan lingkungan sekitar, apabila dalam suatu wilayah

mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka

sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu

menjaga kebersihan lingkungan.

g. Informasi

Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu

mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru

4. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo (2012:10-

18), adalah sebagai berikut :

a. Cara Non Ilmiah

1) Cara coba – coba salah (Trial and Eror)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan

menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan

apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan


13

yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba

lagi dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga

gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah

tersebut dapat terpecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut

metode trial (coba) and eror (gagal atau salah) atau metode coba

salah (coba – coba).

2) Cara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja

oleh orang yang bersangkutan. Salah satu contoh adalah penemuan

enzim urease oleh summers pada tahun 1926. Suatu hari summers

sedang bekerja dengan ekstra acetone tersebut disimpan di dalam

kulkas. Keesokan harinya ketika ingin meneruskan percobaannya,

ternyata ekstra acetone yang disimpan dalam kulkas tersebut timbul

kristal – kristal yang kemudian disebut enzim urease.

3) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin – pemimpin

masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang

pemerintah dan berbagai prinsip orang lain yang menerima atau

mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau

membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun

penalaran sendiri.

4) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang


14

diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada

masa yang lalu.

5) Cara akal sehat

Akal sehat kadang – kadang dapat menemukan teori atau kebenaran.

Sebelum ilmu pendidikan berkembang, para orang tua jaman dahulu

agar anaknya mau menuruti nasihat orang tuanya, atau agar anak

disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat

salah, misalnya di jewer telinganya atau di cubit. Ternyata cara

menghukum anak ini sampai sekarang berkembang menjadi teori

atau kebenaran, bahwa hukuman merupakan metode (meskipun

bukan yang paling baik) mendidik anak.

6) Melalui wahyu

Ajaran agama merupakan kebenaran yang diwahyukan dari tuhan

melalui para nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh

pengikut – pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari

kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima

oleh para Nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha

penalaran atau penyelidikan manusia.

7) Secara intitutif

Cara ini diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses di luar

kesadaran manusia dan tanpa melalui proses penalaran atau berfikir.

Cara ini sukar dipercaya karena tidak menggunakan cara – cara yang

rasional dan sistematis. Cara ini diperoleh berdasarkan intuisi atau

suara hati atau bisikan hati saja.


15

8) Melalui jalan pikir

Manusia telah mampu menggunakan penalaran dalam memperoleh

pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh pengetahuan

manusia telah menggunakan jalan pikirannya.

9) Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari

pernyataan – pernyataan khusus dari pernyataan umum. Hal ini

berarti dalam berpikir induksi pembuatan kesimpulan tersebut

berdasarkan pengalaman empiris yang ditangkap oleh indera proses

berpikir induksi dari hasil pengamatan indera atau hal – hal yang

kongkrit kepada hal – hal yang abstrak.

10) Dedukasi

Deduksi merupakan pembuatan kesimpulan dari pernyataan –

pernyataan umum ke khusus. Dalam proses berfikir dedukasi berlaku

bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas

tertentu.

b. Cara ilmiah

Cara ilmiah atau cara modern ini disebut dengan penelitian ilmiah

atau lebih populer disebut metodologi penelitian. Cara ini mula –

mula dikembangkan oleh Francis Bocon (1561 – 1626), kemudian

dikembangkan oleh Debold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara

untuk melakukan penelitian yang dikenal dengan penelitian ilmiah.


16

5. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui

atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas.

( Notoatmodjo, 2004: 43).

B. Perawatan Masa Nifas

1. Pengertian Masa nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas berlangsung selama kira – kira 6 minggu (Saleha,

2009:2). Masa nifas disebut juga masa postpartum adalah masa atau waktu

sejak bayi lahir dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai 6 minggu,

disertai dengan pulihnya kembali organ – organ yang berkaitan dengan

alat kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan yang

berkaitan saat melahirkan (Suherni dkk, 2008 : 1).

Masa nifas atau post partum disebut juga puerperium yang berasal

dari bahasa latin yaitu dari kata “puer” yang artinya bayi dan “parous”

berarti melahirkan (Anggraini, 2010:1). Masa nifas atau puerperium

dimulai sejak 1 jam setelah plasenta lahir sampai 6 minggu (42 hari)

setelah itu. Pelayanan pasca persalinan harus terselenggara pada masa itu

untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya


17

pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang

mungkin terjadi (Prawirohardjo, 2011 : 356).

Perawatan masa nifas mengacu pada pelayanan medis dan

keperawatan yang diberikan kepada wanita selama masa nifas, yakni

periode 6 minggu setelah melahirkan, dimulai dari akhir persalinan dan

berakhir sampai kembalinya organ – organ reproduksi seperti keadaan

sebelum hami (Stright, 2004 : 187). Perawatan yang dilakukan pada masa

nifas meliputi perawatan fisik dan psikologis ibu untuk mencapai

kesehatan yang optimal. Perawatan masa nifas ini sangat diperlukan

karena dalam masa nifas sering terjadi kematian pada ibu yang disebabkan

oleh berbagai macam masalah seperti perdarahan dan infeksi, hal ini dapat

terjadi karena perawatan masa nifas yang kurang baik (Bobak, 2004 : 492).

2. Tujuan Masa Nifas

Menurut Saleha (2009 : 5) tujuan dari pemberian asuhan pada masa

nifas adalah sebagai berikut :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

b. Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi

pada ibu maupun bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan

bayi sehari – hari.

d. Memberikan pelayanan KB
18

3. Tahapan Masa Nifas

Menurut Anita & Lyndon (2014 :12-13) masa nifas dibagi menjadi

3 tahap, yaitu puerperium dini, puerperium intermedial, dan remote

puerperium.

a. Puerperium dini (immediate puerperium)

Puerperium dini : 0 – 24 jam postpartum. Masa kepulihan, yaitu masa

ketika ibu telah diperbolahkan berdiri dan berjalan – jalan.

b. Puerperium intermedial (early puerperium)

Puerperium intermedial : 1-7 hari postpartum, masa kepulihan

menyeluruh organ genetalia. Waktu yang dibutuhkan sekitar 6-8

minggu.

c. Remote puerperium (later puerperium)

Remote puerperium merupakan : 1-6 minggu postpartum ,waktu yang

diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama

hamil atau pada saat persalinan mengalami komplikasi. Waktu yang

sehat sempurna ini bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan

tergantung pada kondisi kesehatan dan gangguan kesehatan lainnya

4. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Adapun Kebijakan program pemerintah dalam asuhan masa nifas

tersebut dipaparkan sebagai berikut :

Kunjungan Waktu Tujuan

1. Mencegah perdarahan masa nifas


6-8 jam setelah karena atonia uteri
1 2. Mendeteksi dan merawat penyebab
persalinan lain perdarahan : merujuk bila
perdarahan berlanjut
3. Memberikan konseling pada ibu atau
19

salah satu anggota keluarga


bagaimana mencegah perdarahan
masa nifaskarena atonia uteri
4. Pemberian ASI awal, satu jam
setelah Inisiasi Menyusui Dini
(IMD) berhasil dilakukan
5. Memberikan supervise kepada ibu
bagaimana teknik melakukan
hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan
cara mencegah hipotermia. Jika ada
petugas kesehatan yang menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan
ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam
pertama atau sampai bayi dan ibu
dalam keadaan stabil
1. Memastikan involusi uterus berjalan
normal : uterus berkontraksi, fundus
di bawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau
2. Mengevaluasi adanya tanda demam,
infeksi, atau perdarahan abnormal
6 hari setelah 3. Memastikan ibu mendapat cukup
2 makanan, minuman, dan istirahat
persalinan 4. Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tidak ada tanda-tanda
penyulit
5. Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi :
misalnya merawat tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat, dan
merawat bayi sehari-hari
1. Memastikan involusi uterus berjalan
normal : uterus berkontraksi, fundus
di bawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau
2. Mengevaluasi adanya tanda demam,
2 minggu
infeksi, atau perdarahan abnormal
3. Memastikan ibu mendapat cukup
3 setelah
makanan, minuman, dan istirahat
4. Memastikan ibu menyusui dengan
persalinan
baik dan tidak ada tanda-tanda
penyulit
5. Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi :
misalnya merawat tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat, dan
20

merawat bayi sehari-hari


6 mimggu 1. Menanyakan pada ibu tentang
penyulit yang ia alami atau yang
4 setelah dialami oleh bayinya
2. Memberikan konseling tentang
persalinan menggunakan KB secara dini

(Anggraini, 2010 : 5).

5. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas

Ada beberapa perubahan yang sering terjadi selama masa nifas

menurut Varney (2009:126) yaitu :

a. Uterus

1) Involusi uterus melibatkan peng-reorganisasian dan pengguguran

decidua atau endometrium serta pengelupasan situs placenta

sebagaimana diperlihatkan.

2) Segera setelah kelahiran bayi, placenta dan membran, beratnya

adalah kira-kira 1100 gram dengan panjang kira-kira 15 cm, lebar

12 cm, serta 8 sampai 10 cm tebalnya. Ukuran itu adalah kira-kira

dua atau tiga kali ukuran uterus non hamil, multipara.

3) Uterus berkurang beratnya sampai menjadi kira-kira 500 gram

pada akhir minggu pertama post partum, 300 gram sampai 350

gram pada akhir minggu kedua, 100 gram pada akhir minggu

keenam, dan mencapai berat biasa non hamil 70 gram pada akhir

minggu kedelapan post partum.

4) Segera setelah kelahiran, bagian puncak dari fundus akan berada

kira-kira dua pertiga sampai tiga perempat tingginya diantara

shympisis pubis dan umbilicus.


21

5) Fundus ini kemudian akan naik ketingkat umbilicus dalam tempo

beberapa jam. Ia akan tetap berada pada kira-kira setinggi (atau

satu jari lebarnya di bawah) umbilicus selama satu, dua hari dan

kemudian secara berangsur-angsur turun ke pinggul, kemudian

menjadi tidak dapat dipalpasi lagi bila di atas symhisis pubis

setelah hari ke sepuluh.

b. Involusi tempat plasenta

1) Ekstrusi lengkap tempat plasenta perlu waktu sampai 6 minggu.

2) Proses ini mempunyai kepentingan klinik yang amat besar, karena

kalau proses ini terganggu, mungkin terjadi pendarahan nifas yang

lama. Segera setelah kelahiran, tempat plasenta kira-kira berukuran

sebesar telapak tangan, tetapi dengan cepat ukurannya mengecil.

Pada akhir minggu kedua, diameternya 3 sampai 4 cm.

3) Segera setelah berakhirnya persalinan, tempat plasenta normalnya

terdiri dari banyak pembuluh darah yang mengalami trombosis

yang selanjutnya mengalami organisasi trombus secara khusus.

c. Pembuluh darah uterus

1) Di dalam uterus sebagian besar pembuluh darah mengalami

obliterasi dengan perubahan hialain, dan pembuluh yang lebih kecil

tumbuh ditempat mereka.

2) Reasorbsi residu yang mengalami hialinisasi diselesaikan dengan

proses yang serupa dengan yang di temukan di ovarium setelah

ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Tetapi sisa-sisa kecil

tetap ada selama bertahun-tahun, yang dibawah mikroskop


22

memberikan cara untuk membedakan antara uterus wanita

multipara dan nullipara.

d. Lochia

Lochia adalah nama yang diberikan pada pengeluaran dari

uterus yang terlepas melalui vagina selama masa nifas.

e. Vagina dan Perineum

1) Segera setelah persalinan, vagina dalam keadaan menegang dengan

disertai adanya edema dan memar, dengan keadaan masih terbuka.

2) Dalam satu atau dua hari edema vagina akan berkurang. Dinding

vagina akan kembali halus, dengan ukuran yang lebih luas dari

biasanya.

3) Ukurannya akan mengecil dengan terbentuk kembalinya rugae,

pada 3 minggu setelah persalinan. Vagina tersebut akan berukuran

sedikit lebih besar dari ukuran vagina sebelum melahirkan pertama

kali. Meskipun demikian latihan untuk mengencangkan otot

perineum akan memulihkan tonusnya.

f. Payudara

Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan

payudara selama wanita hamil, (estrogen, progesteron, human

chorionic gonadotropin, prolaktin, kortisol, dan insulin) menurun

dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang dibutuhkan hormon-

hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil sebagian ditentukan

oleh apakah ibu menyusui atau tidak.


23

g. Tanda-Tanda Vital

Tekanan darah biasanya stabil dan normal, temperatur biasanya

kembali normal dari kenaikannya yang sedikit selama periode

melahirkan dan menjadi stabil dalam 24 jam pertama setelah

melahirkan. Denyut nadi biasanya normal kecuali bila ada keluhan

persalinan yang lama dan sulit atau kehilangan banyak darah.

h. Perubahan Sistem Ginjal

1) Pelvis ginjal dan ureter yang berdilatasi selama kehamilan, kembali

normal pada akhir minggu setelah melahirkan.

2) Segera setelah melahirkan kandung kemih tampak bengkak, sedikit

terbendung, dapat hipotonik, dimana hal ini dapat mengakibatkan

overdistensi, pengosongan yang tidak sempurna dan adanya sisa

urin yang berlebihan kecuali bila diambil langkah-langkah yang

mempengaruhi ibu untuk melakukan buang air kecil secara teratur

meskipun pada saat wanita itu tidak mempunyai keinginan untuk

buang air kecil. Efek dari trauma selama persalinan pada kandung

kemih dan ureter akan menghilang dalam 24 jam pertama setelah

melahirka.

i. Kehilangan Berat Badan

Seorang wanita akan kehilangan berat badannya sekitar 5 kg

pada saat melahirkan. Kehilangan ini berhubungan dengan berat bayi,

placenta dan cairan ketuban. Pada minggu pertama post partum seorang

wanita akan kehilangan berat badannya sebesar 2 kg akibat kehilangan

cairan.
24

j. Dinding Abdomen

1) Strie abdominal tidak bisa dilenyapkan sama sekali akan tetapi

mereka bisa berubah menjadi garis-garis yang halus berwarna putih

perak.

2) Ketika miometrium berkontraksi dan berektrasi setelah kelahiran

dan beberapa hari sesudahnya, peritonium yang membungkus

sebagian besar uterus dibentuk menjadi lipatan-lipatan dan kerutan-

kerutan. Ligamentum latum dan rotundum jauh lebih kendor

daripada kondisi tidak hamil, dan mereka memerlukan waktu

cukup lama untuk kembali dari peregangan dan pengendoran yang

telah dialaminya selama kehamilan tersebut.

k. Perubahan Hematologis

Leukositosis yang meningkatkan jumlah sel-sel darah putih sampai

sebanyak 15.000 semasa persalinan, akan tetap tinggi selama beberapa

hari pertama dari masa post partum. Jumlah sel-sel darah putih tersebut

masih bisa naik lagi lebih tinggi sampai 25.000 atau 30.000 tanpa

adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan

lama. Jumlah hemoglobin, hematokrit dan erytrocyte akan sangat

bervariasi pada awal-awal masa nifas sebagai akibat dari volume darah,

volume plasma dan tingkat volume sel darah yang berubah-ubah.


25

C. Perawatan 6 Jam Postpartum

1. Pengertian Postpartum

Post partum adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya

plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:3). Post

partum dimulai setelah kelahiran plasentadan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamilyang berlangsung kira-kira

6 minggu (Prawirohardjo, 2009:122).

Post partum merupakan masa selama persalinan dan segera setelah

kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran

reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normalm (Cuningham,

2006:281).

2. Tahapan Post Partum

Menurut Prawirohardjo (2009:122) tahapan postpartum terbagi

menjadi tiga tahapan, yaitu :

a. Puerperium dini, yaitu suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan

untuk berdiridan berjalan-jalan.

b. Puerperium intermedial, yaitu suatu masa dimana kepulihan dari

organ-organreproduksiselama kurang lebih enam minggu.

c. Remote puerperium waktu yang diperlukan untuk pulih dan

sehatkembali dlam keadaan sempurna terutama ibu bila ibu selama

hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi


26

3. Tujuan Perawatan Postpartum

Tujuan perawatan post partum menurut Srtraight (2007:347) adalah:

a. Meningkatkan involusi uterus normal dan mengembalikan pada

keadaan sebelum hamil.

b. Mencegah atau meminimalkan komplikasi post partum

c. Meningkatkan kenyamanan dan pennyembuhan pelvis perineal dan

jaringan perineal.

d. Membantu perbaikan fungsi tubuh yang normal

e. Meningkatkan pemahaman perubahan psiologis dan psikologis

f. Mefasilitasi perawatan bayi kedalam unit keluarga

g. Mensuport keterampilan orang tua dan attechman ibu dan bayi

h. Memberikan perencanaan pulang yang efektif

4. Faktor yang memperngaruhi Pengalaman Postpartum

Menurut Srtraight (2007:347) faktor yang memperngaruhi

pengalaman post partum dalah :

a. Persalinan normal dan bayi yang dilahirkan

b. Persiapan persalinan dan menjadi orang tua

c. Masa transisi menjadi orang tua

d. Peran keluarga yang diharapkan

e. Pengalaman keluarga pada kelahiran anak

f. Sensitifikasi dan efektifitas perawat dan tenaga profesional lainnya


27

5. Faktor resiko terjadinya komplikasi post partum

Menurut Barabara (2004:167) faktor resiko untuk terjadinya

komplikasi post partum adalah :

a. Pre ekslamsi dan ekslamsi

b. Diabetes

c. Masalah jantung

d. Overdistensi uterus akibat bayi kembar atau hydramnion

e. Abruptio placenta atau placenta previa

f. Persalinan lama dan sulit

6. Asuhan 6 Jam Postpartum

Menurut Meilani (2009:54) tujuan dari dilakukan asuhan 6 Jam

postpartum adalah :

a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

b. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

c. Pemberi ASI awal : bidan mendorong pasien untuk memberikan ASI

secara ekslusif, cara menyusui yang baik, mencegah nyeri puting dan

perawatan puting

d. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.

e. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika

perdarahan berlanjut.

f. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan

ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau

sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil .


28

g. Perdarahan : bidan mengkaji warna dan banyaknya/ jumlah yang

semestinya, adakah tanda-tanda perdarahan yang berlebihan, yaitu nadi

cepat dan suhu naik, uterus tidak keras dan TFU menaik.

h. Involusi uterus : bidan mengkaji involusi uterus dan beri penjelasan ke

pasien mengenai involusi uterus.

i. Pembahasan tentang kelahiran, kaji perasaan ibu.

j. Bidan mendorong ibu untuk memperkuat ikatan batin antara ibu dan

bayi (keluarga), pentingnya sentuhan fisik, komunikasi dan

rangsangan.

k. Bidan memberikan penyuluhan tentang tanda-tanda bahaya baik bagi

ibu maupun bayi dan rencana menghadai kegawat daruratan

7. Adaptasi Psikologis 6 Jam Postpartum

a. Masa Taking In (1-2 hari post partum)

1) Ibu bersifat pasif dan berorientasi pada diri sendiri

2) Tingkat ketergantungan tinggi

3) Kebutuhan nutrisi dan istirahat tinggi

4) Ibu akan mengingat dan mengulang-ulang cerita tentang

pengalamannya melahirkan

b. Masa Taking Hold (3-4 hari post partum)

1) Ibu khawatir akan kemampuannya merawat bayi

2) Lebih fokus pada perubahan fungsi-fungsi tubuh, seperti eliminasi

dan daya tahan tubuh

3) Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan merawat bayi

secara mandiri
29

8. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan (6 jam Postpartum)

Menurut Saleha, (2009:71-72) pada masa nifas masalah diet perlu

mendapat perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat

mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air

susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori,

tinggi protein, dan banyak mengandung cairan. Ibu yang menyusui harus

memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut :

a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral,

dan vitamin yang cukup.

c. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari.

d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya

selama 40 hari pascapersalinan.

e. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin

A kepada bayinya melalui ASI

Di samping nutrisi dan cairan yang harus diperhatikan, penurunan

berat badan pun tak kalah pentingnya. Ibu setelah melahirkan perlu

mengetahui tentang penurunan berat badan sebagai berikut.

a. Mengantisipasi terjadinya penurunan sekitar 2,3 kg akibat dieresis

selama awal masa nifas (di samping penurunan berat badan sebanyak

4,5 hingga 5,5 kg yang biasanya terjadi sesudah melahirkan).

b. Mengantisipasi kembalinya berat badan ke berat sebelum hamil dalam

waktu 6 hingga 8 minggu sesudah melahirkan (jika menaikan berat


30

badan selama kehamilan adalah 11,3 hingga 13,6 kg (Lockhart, Anita

dan Saputra Lyndon, 2014 : 46).

9. Ambulasi

Menurut Saleha (2009:72) ambulasi dini (early ambulation) ialah

kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu postpartum

bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk

berjalan. Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu postpartum telentang di

tempat tidurnya selam 7 – 14 hari setelah melahirkan. Ibu postpartum

sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24 – 48 jam

postpartum. Keuntungan early ambulation adalah sebagai berikut.

a. Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.

b. Faal usus dan kandung kemih lebih baik.

c. Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara merawat

anaknya selama ibu masih di rumah sakit. Misalnya memandikan,

mengganti pakaian, dan member makan.

d. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (social ekonomis)

10. Eliminasi

a. Buang air kecil

Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam

8 jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum

melebihi 100 cc, maka dilakukan katerisasi. Akan tetapi, kalau ternyata

kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk katerisasi.


31

b. Buang air besar

Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah

hari kedua postpartum. Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu

diberi obat pencahar per oral atau per rectal. Jika setelah pemberian

obat pencahar masih belum bias BAB, maka dilakukan klisma

(huknah).

c. Personal hygine

Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi.

Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah

terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan

lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga. Langkah – langkah yang

dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu postpartum adalah

sebagai berikut.

1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum.

2) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan

sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan

daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang,

kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasihati ibu untuk

untuk membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau

besar.

3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut

setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah

dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari dan

disetrika.
32

4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum

dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

5) Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi, sarankan kepada

ibu untuk menghindari menyentuh daerah tersebut.

11. Istirahat dan tidur

Menurut Saleha, (2009:73-74) hal – hal yang bisa dilakukan pada

ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur adalah sebagi berikut.

a. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang

berlebihan.

b. Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan – kegiatan rumah tangga

secara perlahan – lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi

bayi tidur.

c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :

1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.

2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak

perdarahan.

3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi

dan dirinya sendiri

D. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan

1. Pendidikan

Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat

mengembangkan potensi dirinya melalui kegiatan pengajaran dan cara lain

yang dikenal serta diakui oleh masyarakat. Pendidikan secara umum


33

adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang baik

individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang

diharapkan oleh pelaku pendidikan. Sedangkan menurut Notoatmodjo

(2003:64) bahwa pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di

dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau

perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada

diri individu, kelompok atau masyarakat.

Pendidikan merupakan proses belajar. Belajar itu sendiri dapat

diartikan suatu proses untuk mendapat keterampilan dan pengetahuan

dalam pandangan yang menghasilkan sikap atau tingkah laku pada waktu

seseorang menghadapi suatu keadaan tertentu. Perubahan tingkah laku ini

tidak berdasarkan naluri ataupun sifatnya sementara, tetapi perubahan

tingkah laku itu karena dia telah belajar sesuatu yang baru

(Kontjaraningrat, 2004:76). Kategori pendidikan formal yaitu pendidikan

rendah (tidak sekolah, tidak tamat SD, SD, SMP) dan pendidikan tinggi

(SMA, perguruan tinggi). Pendidikan umum yang lebih tinggi akan

memudahkan masyarakat untuk menyerap informasi dan pengetahuan

untuk hidup sehat serta mengatasi kesehatannya, sebaliknya pendidikan

yang kurang akan menghamnbat perkembangan sikap seseorang terhadap

nilai – nilai baru yang diperkenalkan (Kontjaraningrat, 2004:76).

Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan

seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan

dalam kehidupannya. Keterbatasan pendidikan / keterampilan yang


34

dimiliki menyebabkan keterbatasan kemampuan untuk masuk dalam dunia

kerja. (Ahmadi, 2003 : 30).

Pendidikan besar pengaruhnya terhadap perubahan peran seseorang

yang berpendidikan tinggi, tingkah lakunya akan berbeda dengan orang

yang hanya berpendidikan sekolah dasar atau sama sekali tidak pernah

mengenal bangku sekolah (Notoatmodjo, 2003:65).

2. Umur

Umur adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai berulang tahun. (Wawan dan Dewi M, 2010 : 17). Usia reproduksi

wanita terjadi pada masa dewasa dini, dimulai pada umur 18 tahun sampai

umur 40 tahun. Pada masa ini kemampuan mental yang diperlukan untuk

mempelajari dan menyesuaikan diri dari situasi-situasi baru, seperti

mengingat hal-hal yang dulu pernah dipelajari.

Menurut Mubarok (2007:33) dengan bertambahnya umur

seseorang akan terjadi perubahan dan pada aspek fisik dan psikologis

(mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada empat kategori

perubahan pertama, perubahan ukuran, kedua, perubahan proporsi, ketiga,

hilangnya ciri-ciri lama, keempat, timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi

akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf

berpikir semakin matang dan dewasa.

Saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai

berkurangnya kemampuan reproduktif. Masa dewasa dini, merupakan

periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-

harapan sosial baru. Dengan bertambahnya usia, terutama pada ibu hamil

dengan umur tua cenderung memiliki psikologis yang sensitif terhadap


35

respon sosial masyarakat. Penalaran analogis dan berpikir kreatif

mencapai puncaknya serta kecepatan respon maksimal dalam belajar dan

menguasai atau menyesuaikan diri dari situasi-situasi tertentu terjadi pada

masa dewasa dini, terutama pada usia 20 – 35 tahun (Hurlock, 2002;282).

Menurut teori Hurlock (2002;284) kebutuhan dan keinginan

seseorang sejalan dengan usia mereka. Sebab umur sangat berpengaruh

terhadap jenis dan banyaknya aktifitas yang dapat dilakukan oleh

seseorang Sedangkan menurut Mansjoer Arif, (2005:183) umur

merupakan parameter untuk mengetahui lamanya seseorang hidup sejak

lahir sampai pada umurnya sekarang. Sejalan dengan itu perkembangan

alat-alat atau orang tubuh tertentu ada yang mengalami penyempurnaan

perkembangan setelah ia dilahirkan dan kadang-kadang sampai umur

tertentu dan mengikuti perkembangan umur tersebut sehingga umur disini

sangat perlu untuk melihat apakah orang tersebut berisiko terkena penyakit

ini atau tidak.

Menurut Rahayu (Wahyuni, 2006:47) umur merupakan ciri dari

kedewasaan fisik dan kematangan kepribadian yang erat hubungannya

dengan pengambilan keputusan, mulai umur 21 tahun secara hukum

dikatakan mulai masa dewasa dan pada umur tiga puluh tahunan telah

mampu menyelesaikan masalah dengan cukup baik, jadi stabil dan tenang

secara emosional. Jadi ibu yang lebih muda kemampuannya lebih baik

daripada yang lebih tua tentang perilaku pasca pemberian imunisasi polio

Umur dapat memberikan respon terhadap stimulus yang berbeda

atau disebut juga determinan perilaku. Menurut Notoatmodjo (2007:59),


36

meskipun perilaku bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar organisme (orang) namun dalam memberikan respon

sangat tergantung pada karakteristik atau faktor – faktor lain dari orang

yang bersangkutan.

Umur sangat berperan dalam upaya mencapai pengetahuan

seseorang. Seseorang dapat belajar berdasarkan pengalamannya, dari

pengalamannya ia mendapatkan pengetahuan. Umur yang masih muda

biasanya akan lebih menurut pada orang tuanya atau pada keluarganya

dalam melakukan segala sesuatu. Semakin cukup umur tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

segi kepercayaan, yang lebih dewasa, hal ini sebagai akibat dari

pengalaman jiwa (Nursalam, 2001: 30).

Umur berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan karena

kemampuan mental yang diperlukan untuk mempelajari dan menyusun diri

pada situasi-situasi baru, seperti mengingat hal – hal yang dulu yang

pernah dipelajari, penalaran analogi, dan berpikiran kreatif dan bisa

mencapai puncaknya (Hurlock, 2002: 54).

3. Paritas

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang

mampu hidup diluar rahim dengan usia kehamilan 28 minggu (Manuaba,

2008:362).

Paritas ibu yang bersangkutan mempengaruhi morbiditas dan

mortalitas ibu dan anak. Risiko terhadap ibu dan anak pada kelahiran bayi

pertama cukup tinggi, akan tetapi risiko ini tidak dapat di hindari.
37

Kemudian risiko itu menurun pada paritas kedua dan ketiga serta

meningkat lagi pada paritas keempat dan seterusnya (Cahyono, 2008:34).

Jenis paritas menurut (Manuaba, 2008:362)

a. Nullipara Seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang

dapat hidup untuk pertama kali

b. Primipara Wanita yang telah melahirkan bayi yang dapat hidup untuk

pertama kalinya

c. Multipara (pleuripara) Seorang wanita yang telah melahirkan bayi yang

sudah beberapa kali, yaitu 2-4 kali

d. Grandemultipara Seorang wanita yang telah melahirkan bayi yang dapat

hidup lima kali atau lebih.

Setiawati (2009:38) bahwa ibu dengan paritas Multipara akan

mempunyai kesiapan mental dan mempunyai pengalaman dengan

kelahiran sebelumnya, sehingga besar kemungkinan untuk dapat

mengetahui tentang ambulasi.

E. Penelitian Sejenis

1. Gambaran Pengetahuan Perawatan 6 Jam Postpartum

Hasil penelitian Herlina (2009:2) tentang hubungan karakteristik

dengan tingkat pengetahuan ibu postpartum tentang perawatan masa nifas

di Ruang Camar I Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru

Tahun 2009 didapatkan ibu nifas yang berpengetahuan kurang sebanyak

60,0% dan yang berpengetahuan baik sebanyak 40%.


38

Penelitian Muslihat (2010) di BPS. Yohana Triani Kebon Harjo

Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang Tahun 2010 didapatkan

kurang dari setengahnya (29,5%) ibu nifas berpengetahuan kurang tentang

perawatan nifas dan lebih dari setengahnya (70,5%0 berpengetahuan baik

tentang perawatan masa nifas.

2. Hubungan Pendidikan dengan Pengetahuan

Hasil penelitian Herlina (2009:2) di Ruang Camar I Rumah Sakit

Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2009 didapatkan ibu nifas

yang berpendidikan rendah 39 orang (55,7%). Hasil uji statistik

menunjukan ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan

tingkat pengetahuan ibu postpartum tentang perawatan masa nifas di

Ruang Camar I Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru

tahun 2009.

Penelitian Muslihat (2010) di BPS. Yohana Triani Kebon Harjo

Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang Tahun 2010 didapatkan

sebagian besar (78,4%) ibu nifas berpendidikan rendah dan sebagian kecil

(21,6%) ibu nifas berpendidikan tinggi. Dari hasil uji chi square

didapatkan nilai p =(0,006) menunjukan adanya hubungan antara

pendidikan dengan pengetahuan tentang perawatan masa nifas di BPS.

Yohana Triani Kebon Harjo Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang

Tahun 2010

3. Hubungan Umur dengan Pengetahuan

Hasil penelitian Herlina (2009:2) di Ruang Camar I Rumah Sakit

Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2009 didapatkan dari 70


39

responden mayoritas berumur antara 17-30 tahun 41 orang (58,6%). Hasil

uji statistik menunjukan menunjukan ada hubungan yang signifikan antara

umur dengan tingkat pengetahun ibu postpartum tentang perawatan masa

nifas di Ruang Camar I Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad

Pekanbaru tahun 2009.

Penelitian Fatimah (2012) di RS PKU Muahamadiah Jakarta

Selatan didapatkan kurang dari setengah responden (26,2%) ibu nifas

berumur masa dewasa awal dan lebih dari setengahnya (75,8%) ibu nifas

berumur masa dewasa lanjut. Hasil uji statistic didapatkan nilai p = (0,086)

menunjukan tidak ada hubungan antara umur dengan pengetahuan ibu

nifas tentang perawatan postpartum di RS PKU Muahamadiah Jakarta

Selatan tahun 2012.

4. Hubungan Paritas dengan Pengetahuan

Hasil penelitian Herlina (2009:2) di Ruang Camar I Rumah Sakit

Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2009 didapatkan dari 70

responden yang mempunyai anak > 2 orang 34 orang (48,6%) dan yang

mempunyai anak < 2 sebanyak 36 orang (51,4%). Hasil uji statistik

menunjukan ada hubungan yang signifikan antara jumlah anak dengan

tingkat pengetahuan ibu postpartum tentang perawatan masa nifas di

Ruang Camar I Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru

tahun 2009

Penelitian Muslihat (2010) di BPS. Yohana Triani Kebon Harjo

Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang Tahun 2010 didapatkan

kurang dari setengahnya (33,5%) ibu nifas dengan paritas Primipara dan
40

lebih dari setengahnya (66,5%) ibu nifas dengan paritas Multipara. Dari

hasil uji chi square didapatkan nilai p =(0,001) menunjukan adanya

hubungan antara paritas dengan pengetahuan tentang perawatan masa nifas

di BPS. Yohana Triani Kebon Harjo Kecamatan Semarang Utara Kota

Semarang Tahun 2010

F. Kerangka Teori

Pendidikan

Pekerjaan

Umur
Pengetahuan tentang
Minat Perawatan 6 Jam
Psopartum
Pengalaman
(Paritas)

Kebudayaan

Informasi

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

Diagram 2.1 Kerangka Teori Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Pengetahuan (Menurut : Mubarak, 2007:30)
41

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL

DAN METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara

konsep – konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang

akan dilakukan. Kerangka konsep ini dikembangkan atau diacukan ke pada

tujuan penelitian yang telah dirumuskan, serta didasari oleh kerangka teori

yang telah disajikan dalam tinjauan kepustakaan sebelumnya (Notoatmodjo,

2012 : 100).

Berikut ini penulis gambarkan visualisasi kerangka konsep pada

penelitian ini.

1. Kerangka Konsep

Pendidikan

Umur Pengetahuan ibu nifas


tentang perawatan 6 jam
postpartum
Paritas

Variabel Independen Variabel Dependen

Diagram 3.1 Visualisasi Kerangka Konsep Penelitian Faktor – faktor


yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu Nifas Dalam
Perawatan 6 Jam Postpartum di RSUD Majalengka 2014.

41
42

B. Hipotesis

1. Ho : Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu

nifas dalam perawatan 6 jam postpartum di RSUD Majalengka Periode

Mei – Juni tahun 2014

Ha : Ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu nifas

tentang perawatan 6 jam postpartum di RSUD Majalengka Periode Mei –

Juni tahun 2014

2. Ho : Tidak ada hubungan antara umur dengan pengetahuan ibu nifas

dalam perawatan 6 jam postpartum di RSUD Majalengka tahun 2014

Ha : Ada hubungan antara umur dengan pengetahuan ibu nifas tentang

perawatan 6 jam postpartum di RSUD Majalengka Periode Mei – Juni

tahun 2014

3. Ho : Tidak ada hubungan antara paritas dengan pengetahuan ibu nifas

dalam perawatan 6 jam postpartum di RSUD Majalengka Periode Mei –

Juni tahun 2014

Ha : Ada hubungan antara paritas dengan pengetahuan ibu nifas tentang

perawatan 6 jam postpartum di RSUD Majalengka Periode Mei – Juni

tahun 2014

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang

dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan

(Notoatmodjo, 2012 : 112).


43

Tabel 3.1 Definisi Operasional Faktor – faktor yang Berhubungan


dengan Pengetahuan Ibu Nifas Dalam Perawatan 6 Jam
Postpartum.

Definisi Cara Alat Skala


No Variabel Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur Ukur
Independen
1 Jumlah Angket Kuesioner 0 : Primipara bila Ordinal
Paritas kehamilan yang jumlah
menghasilkan kelahiran 1
janin yang
mampu hidup 1 : Multipara
diluar rahim Bila jumlah
dengan usia kelahiran
kehamilan 28 >2
minggu
2 Umur Lamanya Angket Kuesioner 0 : Masa dewasa Ordinal
kehidupan ibu awal, jika usia
nifas sejak lahir < 35 tahun
sampai ulang 1 : Masa dewasa
tahun terakhir lanjut, jika usia
> 35 tahun
3 Pendidikan Jenjang Angket Kuesioner 0 : Rendah Ordinal
pendidikan formal Bila < SMA
yang diperoleh
responden 1 : Tinggi, jika >
SMA
Dependen
Pengetahuan Segala sesuatu Angket Kuesioner 0 : Kurang Ordinal
ibu nifas yang diketahui ibu Bila skor
tentang nifas tentang jawaban <
perawatan 6 perawatan 6 jam mean (11,97)
jam post post partum 1 : Baik Bila skor
partum jawaban >
mean (11,97)

D. Metodologi Penelitian

1. Jenis dan Desain Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan

pendekatan cross sectional yaitu variabel sebab akibat pada objek

penelitian diukur dalam atau dikumpulkan secara simultan (dalam waktu

yang bersamaan), yakni tiap subjek hanya diobservasi satu kali saja dari

pengukuran variabel subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo,

2010:37).
44

2. Populasi, Sampel, dan Cara Pengambilan Sampel

a. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti tersebut (Notoatmodjo, 2012 : 115). Populasi pada penelitian

ini adalah semua ibu nifas yang lahir pada periode bulan Mei-Juni di

RSUD Majalengka pada tahun 2014 sebanyak 60 ibu nifas.

e. Sampel Penelitian

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo, 2012 : 115). Dalam penelitian ini tidak

dilakukan pengambilan sampel tetapi semua ibu nifas yang lahir pada

periode bulan Mei-Juni di RSUD Majalengka pada tahun 2014

sebanyak 60 ibu nifas.

3. Variabel Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2012:103) variabel mengandung pengertian

ukuran atau ciri yang dimliki oleh anggota suatu kelompok yang berbeda

dengan yang dimiliki oleh kelompok lain. Dalam penelitian ini terdapat

dua jenis variabel, yaitu variabel dependen (variabel yang di pengaruhi

variabel lain) dan variabel Independen (variabel yang mempengaruhi

variabel lain). Dalam penelitian ini, penulis mencantumkan pengetahuan 6

jam postpartum sebagai variabel dependent dan variabel independennya

karakteristik ibu nifas meliputi: Pendidikan, Umur, dan Paritas.

4. Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian : di RSUD Majalengka.

Waktu penelitian : bulan Mei-Juni Tahun 2014.


45

5. Pengumpulan Data

Dalam pengambilan data penelitian ini, data yang digunakan data

primer, yaitu menggunakan angket berupa kuesioner.

6. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji valditas dilaksanakan di RSUD Cideres dengan jumlah

responden sebanyak 20 orang. Lokasi ini dipilih karena mempunyai

karakteristik yang sama dengan responden di lokasi penelitian.

a. Pengujian Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-

tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2007).

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti

secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan

sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari

gambaran tentang validitas yang dimaksud.

Cara yang dipakai dalam menguji tingkat validitas adalah

dengan variabel internal, yaitu menguji apakah terdapat kesesuaian

antara bagian instrumen secara keseluruhan. Untuk mengukurnya

menggunakan analisis butir. Pengukuran pada analisis butir yaitu

dengan cara skor-skor yang ada kemudian dikorelasikan dengan

menggunakan Rumus korelasi product moment yang dikemukakan

oleh Pearson dalam Arikunto, (2007) sebagai berikut :

 xy  x y
 N

rxy



x
2

  x
2
  y 2  


 y
2



 N  N
  

46

Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi antara x dan y rxy
N : Jumlah Subyek
X : Skor item
Y : Skor total
∑X : Jumlah skor items
∑Y : Jumlah skor total
∑X2 : Jumlah kuadrat skor item
∑Y2 : Jumlah kuadrat skor total
(Arikunto, 2007)

Kesesuaian harga r xy diperoleh dari perhitungan

dengan menggunakan rumus diatas dikonsultasikan dengan tabel

harga regresi moment dengan korelasi harga rxy lebih besar atau

sama dengan regresi tabel, maka butir instrumen tersebut valid dan

jika rxy lebih kecil dari regresi tabel maka butir instrumen tersebut

tidak valid. Setelah semua korelasi untuk setiap pertanyaan dengan

skor total diperoleh, nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan nilai

kritik. Selanjutnya, jika nilai koefisien korelasi product moment dari

suatu pertanyaan tersebut berada diatas nilai tabel kritik, maka

pertanyaan tersebut signifikan.

Hasil uji validitas pertama didapatkan masih ada yang belum

valid, karena nilai r hitung < r tabel, yaitu nomer 3 (0,303,) nomor 8

(0,114) dan nomor 9 yaitu (0,213). Ketiga nomor tersebut tidak

dilibatkan dalam penelitian ini. Kemudian dilakukan uji validitas ulang

didapatkan nilai r hitung pengetahuan yaitu (Corrected Item-Total

Correlation) sebesar 0,445 – 0,723 setelah dikonsultasikan dengan


47

nilai r tabel n=20 yaitu (0,444) menunjukan semuanya valid, karena

nilai r hitung > r tabel.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat

dipercaya, maksudnya apabila dalam beberapa pelaksanaan

pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif

sama (Azwar, 2000 : 3). Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan

dengan menggunakan tekhnik Formula Alpha Cronbach dan dengan

menggunakan program SPSS 15.0 for windows.

Rumus Spearman-Brown (Arikunto, 2007) :

 2 xr1 / 21/ 2 
r11  

 (1  r )
1 / 21 / 2 

Keterangan :
r11 = reliabilitas instrumen

r1/ 21/ 2 = rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua

belahan instrumen
Indikator pengukuran reliabilitas menurut Sekarang (2000) yang

membagi tingkatan reliabilitas dengan kriteria sebagai berikut :

Jika alpha atau r hitung :

a. 0,8-1,0 = Reliabilitas baik

b. 0,6-0,799 = Reliabilitas diterima

c. Kurang dari 0,6 = Reliabilitas kurang baik


48

Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Pengetahuan

Cronbach's Alpha N of Items


.916 18

Berdasarkan tabel 3.2 hasil uji reliabilitas pengetahuan didapatkan

nilai Cronbach's Alpha sebesar 0,916 setelah dikonsultasikan dengan

indikator pengkuruan reliabilitas menunjukan reliabilitas baik. Maka ke

delapan belas pertanyaan pengetahuan dapat digunakan untuk

pengambilan data penelitian.

7. Pengolahan Data

Menurut Sutanto (2007:97) proses pengolahan ini dilakukan

dengan tahapan sebagai berikut:

a. Penyuntingan / Pemeriksaan (Editing)

Penyuntingan dilakukan untuk melihat kelengkapan data pada register

ibu bersalin, apakah data yang dibutuhkan diisi lengkap atau tidak.

b. Pemberian Kode (Coding)

Tahap selanjutnya setelah editing adalah pemberian kode (sandi) pada

variabel dan data yang telah terkumpul melalui lembar instrumen.

c. Pemilahan Data (Sorting)

Data hasil penelitian oleh peneliti akan diperiksa apakah data tersebut

lengkap atau ada yang tidak lengkap.

d. Pemasukan Data (Entry)

Sebelum dilakukan pemasukan data, maka dibuat templete entry data

dengan menggunakan perangkat lunak SPSS.


49

e. Pembersihan Data (Cleaning)

Pembersihan data (cleaning) meliputi :

1) Kelengkapan data

2) Kelengkapan variabel yang diamati

3) Jumlah ibu bersalin sesuai dengan nomor registrasi (sampel)

4) Distribusi frekuensi masing-masing variabel sesuai dengan jumlah

responden.

f. Pengeluaran Informasi

Hasil pengolahan data berupa statistik deskriptif dan analitik (uji chi

square).

8. Anlisa Data

Analisis data akan dilakukan dengan menggunakan perangkat

lunak SPSS versi 17.0. Analisis data yang dilakukan meliputi :

a. Analisa Univariat

Analisa univariat dimaksudkan untuk mendeskripsikan masing-

masing variabel bebas dan variabel terikat. Langkah-langkah analisis

univariat adalah sebagai berikut:

1) Distribusi Frekuensi

Mendeskripsikan variabel terikat dan bebas ke dalam distribusi

frekuensi dan presentase masing-masing variabel, dengan rumus

sebagai berikut :

f
p x100%
n
Keterangan :
P = Proporsi
f = Frekuensi Kategori
n = Jumlah sampel
50

2) Membuat Tabel Distribusi Frekuensi

Tabel 3.2 : Distribusi masing-masing variabel

Variabel F %

Jumlah
3) Nilai Interpretasi Prosentase Hasil

Tabel 3.3 Interpretasi hasil Prosentase


Skala
No Interpretasi
Pengukuran (%)
1 0 Tidak satupun responden
2 1 – 25 Sebagian kecil responden
3 26 – 49 Kurang dari setengah responden
4 50 Setengah responden
5 51 – 75 Lebih dari setengah responden
6 76 – 99 Sebagian besar responden
7 100 Seluruh responden
(Arikunto, 2007:131)

b. Analisa Bivariat

Analisa ini bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel

yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Uji

yang dipakai adalah uji Chi- Square dengan batas kemaknaan α = 0,05

atau derajat kebebasan df= 1. Langkah –langkah analisis bivariat

adalah sebagai berikut :

a. Menyusun Tabel Silang ( 2x2 )

Tabel 3.4 Tabel Silang (2x2)

Pengetahuan
Variabel Bebas
Kurang Baik
faktor resiko (-) a b a+b (m1)
faktor resiko (+) c d c+d (m2)
a+c ( n1) b+d (n2) n
51

b. Menghitung Chi-Square dengan rumus :

N .(ad  bc) 2
x 
2

(n1.n2.m1.m2)

Apabila terdapat sel yang kosong atau nilai <5, maka digunakan

fisher exact dengan rumus :

 2

x 2  ad  bc   1 / 2 / n .n
2.

n1.n2.m1.m2
c. Menentukan uji kemaknaan hubungan dengan cara

membandingkan nilai  (  value) dengan nilai  = 0,05 pada

taraf kepercayaan 95 % dan derajat kebebasan = 1 dengan kaidah

keputusan sebagai berikut :

1) Nilai  (  value) < 0,05 , maka HO ditolak, yang berarti ada

hubungan yang bermakna antara variabel bebas dengan variabel

terikat.

2) Nilai  (  value) > 0,05, maka Ho gagal ditolak, yang berarti

tidak ada hubungan yang bermakna antar variabel bebas dengan

variabel terikat.

E. Tahapan dan Jadwal Kegiatan Penelitian

1. Tahapan Persiapan

1) Memilih lahan penelitian

2) Bekerjasama dengan lahan penelitian untuk studi pendahuluan

3) Melakukan studi kepustakaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan

masalah penelitian
52

4) Menyusun proposal

5) Seminar proposal

6) Uji coba instrumen

2. Tahapan Pelaksanaan

1) Proses ijin penelitian

2) Pengumpulan hasil penelitian

3) Melakukan pengolahan dan analisis data

4) Penarikan kesimpulan

3. Tahap Akhir

1) Penyusunan laporan

2) Sidang uji hasil penelitian

3) Perbaikan hasil sidang

Anda mungkin juga menyukai