Anda di halaman 1dari 22

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
a. Gambaran Pengetahuan Ibu nifas Tentang Perawatan 6 jam postpartum

di RSUD Majalengka periode Mei – Juni tahun 2014

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu nifas Tentang


Perawatan 6 jam postpartum di RSUD Majalengka
Periode Mei – Juni tahun 2014

No Pengetahuan Ibu nifas Tentang


f %
Perawatan 6 jam postpartum
1 Kurang 24 40.0
2 Baik 36 60.0
Jumlah 60 100.0

Pengetahuan ibu nifas pada penelitian ini menggunakan 18

pertanyaan, pengetahuan dikategorikan atau cut off point

menggunakan nilai mean = 11,97 karena hasil uji normalitas data

berdistribusi normal. Pengetahuan dikategorikan baik bila skor >

11,9667 dan kurang bila skor < 11,97.

Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan ibu nifas dengan

pengetahuan kurang sebesar (40.0%) dan ibu nifas dengan

pengetahuan baik sebesar (60.0%). Hasil tersebut menunjukan bahwa

kurang dari setengahnya ibu nifas di RSUD Majalengka periode Mei –

Juni tahun 2014 berpengetahuan kurang tentang perawatan 6 jam

postpartum (40%).
54

b. Gambaran Pendidikan Ibu nifas di RSUD Majalengka Periode Mei –

Juni tahun 2014

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu nifas di RSUD


Majalengka Periode Mei – Juni tahun 2014

No Pendidikan F %
1 Rendah 23 38.3
2 Tinggi 37 61.7
Jumlah 60 100.0

Menurut tabel 4.2 didapatkan ibu nifas yang berpendidikan

rendah sebesar (38.3%) dan ibu nifas berpendidikan tinggi sebesar

(61.7%). Data tersebut menunjukan bahwa kurang dari setengahnya ibu

nifas di RSUD Majalengka periode Mei – Juni tahun 2014

berpendidikan rendah (38.3%).

c. Gambaran Umur Ibu nifas di RSUD Majalengka Periode Mei – Juni

tahun 2014

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Umur Ibu Nifas di RSUD


Majalengka Periode Mei – Juni Tahun 2014

No Umur F %
1 Masa Dewasa Awal 37 61.7
2 Masa Dewasa Lanjut 23 38.3
Jumlah 60 100.0

Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan ibu nifas yang berumur masa

dewasa awal sebesar (61.7%) dan ibu nifas yang berumur masa dewasa

lanjut sebesar (38.3%). Data tersebut menunjukan bahwa lebih dari

setengahnya ibu nifas di RSUD Majalengka periode Mei – Juni tahun

2014 berumur masa dewasa awal (61.7%).


55

d. Gambaran Paritas Ibu nifas di RSUD Majalengka Periode Mei – Juni

tahun 2014

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Paritas Ibu nifas di RSUD


Majalengka Periode Mei – Juni Tahun 2014

No Paritas f %
1 Primipara 24 40.0
2 Multipara 36 60.0
Jumlah 60 100.0

Dari tabel 4.3 didapatkan ibu nifas dengan paritas primipara

sebesar (40.0%) dan ibu nifas dengan paritas multipara sebesar

(60.0%). Data tersebut menunjukan bahwa kurang dari setengahnya ibu

nifas di RSUD Majalengka periode Mei – Juni tahun 2014 dengan

paritas primipara (40.0%).


56

2. Analisis Bivariat
a. Hubungan Pendidikan dengan Pengetahuan Ibu nifas tentang

Perawatan 6 jam postpartum di RSUD Majalengka Periode Mei – Juni

Tahun 2014

Tabel 4.7 Hubungan Pendidikan dengan Pengetahuan Ibu nifas


tentang Perawatan 6 jam postpartum di RSUD
Majalengka Periode Mei – Juni Tahun 2014

Pengetahuan tentang
Perawatan 6 jam p
Total
No Pendidikan postpartum value
Kurang Baik
N % n % n %
1 Rendah 15 65.2 8 34.8 23 100,0
0,004
2 Tinggi 9 24.3 28 75.7 37 100,0
Jumlah 24 40.0 36 60.0 60 100,0

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa ibu nifas yang

berpendidikan rendah dengan pengetahuan kurang tentang

perawatan 6 jam postpartum sebesar 65.2%, sedangkan ibu nifas

yang berpendidikan tinggi dengan pengetahuan kurang tentang

perawatan 6 jam postpartum sebesar 24.3% di RSUD Majalengka

periode Mei – Juni tahun 2014.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu nifas yang

berpendidikan rendah dan berpengetahuan kurang lebih tinggi

dibandingkan dengan ibu nifas yang berpendidikan tinggi dan

berpengetahuan kurang. Perbedaan proporsi ini menunjukkan hasil

yang bermakna yang terlihat dari hasil uji chi square, yakni p value =

0,004 (< 0,05) yang berarti hipotesis nol ditolak atau ada hubungan

antara pendidikan dengan pengetahuan ibu nifas tentang perawatan 6


57

jam postpartum di RSUD Majalengka periode Mei – Juni tahun

2014.

b. Hubungan Umur dengan Pengetahuan Ibu nifas tentang Perawatan 6

jam postpartum di RSUD Majalengka periode Mei – Juni tahun 2014

Tabel 4.6 Hubungan Umur dengan Pengetahuan Ibu nifas


tentang Perawatan 6 jam postpartum di RSUD
Majalengka Periode Mei – Juni Tahun 2014

Pengetahuan tentang
Perawatan 6 jam p
Total
No Umur postpartum value
Kurang Baik
n % n % n %
1 Dewasa awal 16 43.2 21 56.8 37 100,0
0,704
2 Dewasa lanjut 8 34.8 15 65.2 23 100,0
Jumlah 24 40.0 36 60.0 60 100,0

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa ibu nifas yang

berumur masa dewasa awal dan berpengetahuan kurang tentang

Perawatan 6 jam postpartum sebesar 43.2%, sedangkan ibu nifas

yang berumur masa dewasa lanjut dan berpengetahuan kurang

tentang Perawatan 6 jam postpartum sebesar 34.8% di RSUD

Majalengka periode Mei – Juni tahun 2014.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi ibu nifas

yang berumur masa dewasa awal dan berpengetahuan kurang lebih

tinggi dibandingkan dengan ibu nifas yang berumur masa dewasa

lanjut dan berpengetahuan kurang. Namun perbedaan proporsi ini

menunjukkan hasil yang tidak bermakna yang terlihat dari hasil uji

chi square, yakni p value = 0,704 (> 0,05) yang berarti hipotesis nol

gagal ditolak atau tidak ada hubungan antara umur dengan


58

pengetahuan ibu nifas tentang Perawatan 6 jam postpartum di RSUD

Majalengka periode Mei – Juni tahun 2014.

c. Hubungan Paritas dengan Pengetahuan Ibu nifas tentang Perawatan 6

jam postpartum di RSUD Majalengka Periode Mei – Juni tahun 2014

Tabel 4.7 Hubungan Paritas dengan Pengetahuan Ibu nifas


tentang Perawatan 6 jam postpartum di RSUD
Majalengka Periode Mei – Juni Tahun 2014

Pengetahuan tentang
Perawatan 6 jam p
Total
No Paritas postpartum value
Kurang Baik
n % n % N %
1 Primipara 14 58.3 10 28.6 41.7 100,0
0,036
2 Multipara 10 27.8 26 73.2 72.2 100,0
Jumlah 24 40.0 36 58.3 60.0 100,0

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa ibu primipara

dan berpengetahuan kurang tentang perawatan 6 jam postpartum

sebanyak sebesar 58.3%, sedangkan ibu multipara dan

berpengetahuan kurang tentang perawatan 6 jam postpartum sebesar

27.8% di RSUD Majalengka periode Mei – Juni tahun 2014.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi ibu nifas

primipara dan berpengetahuan kurang lebih tinggi dibandingkan

proporsi ibu nifas multipara dan berpengetahuan kurang. Perbedaan

proporsi ini menunjukkan hasil yang bermakna yang terlihat dari

hasil uji chi square, yakni p value = 0,036 (< 0,05) yang berarti

hipotesis nol ditolak atau ada hubungan antara paritas dengan

pengetahuan ibu nifas tentang perawatan 6 jam postpartum di RSUD

Majalengka periode Mei – Juni tahun 2014.


59

B. Pembahasan

1. Gambaran Pengetahuan Ibu nifas Tentang Perawatan 6 jam postpartum di

RSUD Majalengka Periode Mei – Juni tahun 2014

Berdasarkan hasil penelitian terhadap ibu nifas pada faktor

pengetahuan tentang perawatan 6 jam postpartum di RSUD Majalengka

tahun 2014 dapat digambarkan bahwa kurang dari setengahnya (40,0%)

ibu nifas berpengetahuan kurang tentang perawatan 6 jam postpartum.

Kurangnya pengetahuan ibu nifas menyebabkan kurangnya pemahaman

ibu dalam mengetahui perawatan 6 jam postpartum, hal ini akan

berdampak pada tidak terdeteksinya gejala-gejala komplikasi pada masa 6

jam postpartum seperti perdarahan, infeksi nifas dan tidak adanya

mobilisasi dari ibu.

Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2003:56) Pengalaman

dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain.

Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

Dan sesuai juga dengan teori Meddlebrook yang di kutip oleh

Azwar, (2005:78) mengatakan bahwa tidak adanya pengetahuan

pengalaman sama sekali mengenai suatu obyek akan cenderung

membentuk sikap negative terhadap obyek dan sebaliknya adanya

pengalaman atau pengetahuan yang baik akan membentuk sikap yang

positif dalam melakukan suatu aktifitas. Pengetahuan ini dalam


60

memperoleh usaha yang sungguh – sungguh melalui proses pendidikan

atau yang lainnya.

Hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian

Herlina (2009:2) tentang hubungan karakteristik dengan tingkat

pengetahuan ibu postpartum tentang perawatan masa nifas di Ruang

Camar I Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru Tahun

2009 didapatkan ibu nifas yang berpengetahuan kurang sebanyak 60,0%.

Dan lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Muslihat (2010) di BPS.

Yohana Triani Kebon Harjo Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang

Tahun 2010 didapatkan kurang dari setengahnya (29,5%) ibu nifas

berpengetahuan kurang tentang perawatan nifas.

Upaya petugas kesehatan untuk meningkatan pengetahuan ibu dapat

dilakukan dengan menambah sarana informasi seperti papan info, lefleat,

spanduk atau dengan memberikan penyuluhan atau konseling pada ibu

nifas tentang Perawatan 6 jam postpartum. Ibu nifas agar meningkatkan

pengetahuan dengan berkonsultasi pada petugas kesehatan.

2. Gambaran Pendidikan Ibu nifas di RSUD Majalengka Periode Mei – Juni

tahun 2014

Berdasarkan hasil penelitian terhadap ibu nifas pada faktor

pendidikan di RSUD Majalengka Tahun 2014 dapat digambarkan bahwa

kurang dari setengahnya ibu nifas berpendidikan rendah (38,3%). Masih

ditemukannya ibu dengan pendidikan rendah (SD/SMP) dapat dikarenakan

masalah ekonomi atau biaaya pendidikan yang masih mahal, juga karena
61

pengaruh budaya dari orang tua yang enggan menyekolahkan anaknya

dengan alasan sudah mapan secara ekonomi. Pendidikan ibu nifas yang

rendah akan berdampak pada kurangnya pengetahuan dan wawasan ibu

nifas tentang Perawatan 6 jam postpartum, mengingat pengetahuan

sebagian besar diperoleh selama masa pendidikan.

Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2003:76) menjelaskan

bahwa pendidikan adalah proses pengetahuan, sikap dan tingkah laku

mengalami proses pengajaran dan pelatihan. Pendidikan yang beraneka

ragam di masyarakat sangat mempengaruhi perilaku kesehatan masyarakat

yang berpendidikan rendah. Dengan keadaan ini mereka sulit untuk

mengikuti petunjuk-petunjuk dari petugas kesehatan terutama dalam hal

perilaku sehat.

Pendidikan umum yang lebih tinggi akan memudahkan masyarakat

untuk menyerap informasi dan pengetahuan untuk hidup sehat serta

mengatasi kesehatannya, sebaliknya pendidikan yang kurang akan

menghamnbat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai – nilai baru

yang diperkenalkan (Kontjaraningrat, 2004:76).

Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan

seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan

dalam kehidupannya. Keterbatasan pendidikan / keterampilan yang

dimiliki menyebabkan keterbatasan kemampuan untuk masuk dalam dunia

kerja. (Ahmadi, 2003 : 30).


62

Hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian

Herlina (2009:2) di Ruang Camar I Rumah Sakit Umum Daerah Arifin

Achmad Pekanbaru tahun 2009 didapatkan ibu nifas yang berpendidikan

rendah sebesar 55,7%. Dan lebih rendah dibandingkan dengan penelitian

Muslihat (2010) di BPS Yohana Triani Kebon Harjo Kecamatan Semarang

Utara Kota Semarang Tahun 2010 didapatkan sebagian besar (78,4%) ibu

nifas berpendidikan rendah.

Upaya yang harus dilakukan oleh petugas kesehatan dalam

pelaksanaan penyuluhan atau konseling tentang Perawatan 6 jam

postpartum dan Ibu nifas hendaknya memperhatikan tingkat pendidikan

ibu. Ibu nifas dapat meningkatkan pengetahuan melalui kegiatan

penyuluhan dan pencarian informasi tentang 6 jam postpartum.

3. Gambaran Umur Ibu nifas di RSUD Majalengka Periode Mei – Juni tahun

2014

Berdasarkan hasil penelitian terhadap ibu nifas pada faktor umur di

RSUD Majalengka Tahun 2014 dapat digambarkan bahwa lebih dari

setengahnya ibu nifas berumur masa dewasa awal (61,7%). Banyaknya ibu

nifas yang berumur masa dewasa muda akan berdampak pada kurangnya

pengalaman ibu dalam mengenali perawatan 6 jam postpartum, karena

informasi yang diperoleh masih sedikit terutama tentang pentingnya masa

mengetahui dan memahami perawatan 6 jam postpartum.

Hal tersebut sesuai dengan Nursalam (2001: 30) bawa umur sangat

berperan dalam upaya mencapai pengetahuan seseorang. Seseorang dapat


63

belajar berdasarkan pengalamannya, dari pengalamannya ia mendapatkan

pengetahuan. Umur yang masih muda biasanya akan lebih menurut pada

orang tuanya atau pada keluarganya dalam melakukan segala sesuatu.

Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan

lebih matang dalam berfikir dan segi kepercayaan, yang lebih dewasa, hal

ini sebagai akibat dari pengalaman jiwa.

Umur berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan karena

kemampuan mental yang diperlukan untuk mempelajari dan menyusun diri

pada situasi-situasi baru, seperti mengingat hal – hal yang dulu yang

pernah dipelajari, penalaran analogi, dan berpikiran kreatif dan bisa

mencapai puncaknya (Hurlock, 2002: 54).

Hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian

Herlina (2009:2) di Ruang Camar I Rumah Sakit Umum Daerah Arifin

Achmad Pekanbaru tahun 2009 didapatkan dari 70 responden mayoritas

berumur antara 17-30 tahun 41 orang (58,6%). Penelitian ini lebih tinggi

dibandingkan dengan penelitian Fatimah (2012) di RS PKU Muahamadiah

Jakarta Selatan didapatkan kurang dari setengah responden (26,2%) ibu

nifas berumur masa dewasa awal.

Upaya petugas kesehatan pada ibu yang berumur masa dewasa

awal agar menambah wawasan dan pengetahuan tentang Perawatan 6 jam

postpartum melalui kegiatan konseling dan menganjurkan ibu untuk

mencari informasi dari berbagai media. Pada ibu nifas hendaknya lebih
64

aktif lagi dalam pencarian informasi melalui media elektornik atau media

masa.

4. Gambaran Paritas Ibu nifas di RSUD Majalengka Periode Mei – Juni

tahun 2014

Berdasarkan hasil penelitian terhadap ibu nifas pada faktor paritas

di RSUD Majalengka tahun 2014 dapat digambarkan bahwa kurang dari

setengahnya ibu nifas dengan paritas primipara (40%). Ibu nifas dengan

paritas primipara, masih minim akan pengalaman sehingga informasi

yang diperoleh masih sedikit terutama tentang pentingnya mengetahui dan

memahami perawatan 6 jam postpartum.

Hal tersebut sesuai yang dikemukakan Saifuddin (2002:142)

menyatakan bahwa semakin sering seorang wanita mengalami hamil dan

melahirkan, semakin banyak pengalaman yang didapatkan. Individu

sebagai orang yang menerima pengalaman, orang yang melakukan

tanggapan atau penghayatan, biasanya tidak akan melepaskan pengalaman

yang dialaminya sehingga menambah wawasan dan pengetahuan.

Sedangkan menurut Mubarok (2007:35) pengalaman merupakan

suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan

lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik

seseorang akan berusahan untuk melupakan, namun jika pengalaman

terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan

timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi


65

kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam

kehidupannya

Hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian

Herlina (2009:2) di Ruang Camar I Rumah Sakit Umum Daerah Arifin

Achmad Pekanbaru tahun 2009 didapatkan dari 70 responden yang

mempunyai anak < 2 sebanyak 36 orang (51,4%). Penelitian ini lebih

tinggi dibandingkan dengan penelitian Muslihat (2010) di BPS. Yohana

Triani Kebon Harjo Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang Tahun

2010 didapatkan kurang dari setengahnya (33,5%) ibu nifas dengan paritas

Primipara

Upaya meningkatkan pengetahuan ibu petugas kesehatan agar

memberikan konseling atau penyuluhan kepada ibu nifas tentang

perawatan 6 jam postpartum dengan memperhatikan paritas ibu. Ibu

primipara hendaknya lebih aktif lagi dalam meningkatkan pengetahuan

dengan bertanya kepada yang berpengalaman tentang 6 jam postpartum.

5. Hubungan Pendidikan dengan Pengetahuan Ibu nifas Tentang Perawatan 6

jam postpartum di RSUD Majalengka Periode Mei – Juni tahun 2014

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara

pendidikan Ibu nifas dengan pengetahuan tentang perawatan 6 jam

postpartum di RSUD Majalengka Tahun 2014. Hal ini dapat dimengerti

karena pada ibu yang berpendidikan rendah memiliki informasi terbatas

dan kemampuan dalam pemahaman materi yang kurang, sehingga


66

berdampak pada kurangnya pengetahuan tentang perawatan 6 jam

postaprtum.

Hal tersebut sesuai dengan teori Notoatmodjo (2003:93)

menyatakan bahwa pendidikan yang rendah selalu bergandengan dengan

informasi dan pengetahuan yang terbatas. Pendidikan yang rendah

menyebabkan seseorang tidak peduli terhadap program kesehatan.

Pendidikan merupakan proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu

terjadi pertumbuhan perkembangan atau ke arah yang lebih baik. Dengan

demikian pendidikan besar pengaruhnya terhadap perubahan peran

seseorang yang berpendidikan tinggi, tingkah lakunya akan berbeda

dengan orang yang hanya berpendidikan sekolah dasar atau sama sekali

tidak pernah mengenal bangku sekolah.

Hal ini sesuai dengan teori kognitif yang menjelaskan bahwa

tingkah laku manusia itu semata-mata ditentukan oleh kemampuan

berpikirnya. Makin tinggi intelegennya dan secara sadar pula melakukan

perbuatan-perbuatan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut

(Handoko, 2002:28).

Hal ini sejalan pula dengan pendapat Ridwan (2009:71) bahwa

tingkat pendidikan juga mempengaruhi pengetahuan seseorang, semakin

tinggi tingkat pendidikan, maka pengetahuanpun semakin bertambah,

begitupun sebaliknya, semakin rendah tingkat pendidikan, semakin rendah

pula pengetahuan yang dimiliki orang tersebut.


67

Tingkat pendidikan ibu yang rendah mengakibatkan kurangnya

pengetahuan ibu dalam menghadapi masalah. Pengetahuan ini diperoleh

baik secara formal maupun informal. Sedangkan ibu-ibu yang

mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi, umumnya terbuka

menerima perubahan atau hal-hal baru guna pemeliharaan

kesehatannya (Departemen Kesehatan RI, 2002 :67). Pendidikan juga

akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu, mencari

pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan

(Azwar, 2000 :87).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Herlina (2009:2) di

Ruang Camar I Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru

tahun 2009 didapatkan hasil uji statistik menunjukan ada hubungan yang

signifikan antara pendidikan dengan tingkat pengetahuan ibu postpartum

tentang perawatan masa nifas di Ruang Camar I Rumah Sakit Umum

Daerah Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2009. Dan sejalan pula dengan

Penelitian Muslihat (2010) di BPS. Yohana Triani Kebon Harjo Kecamatan

Semarang Utara Kota Semarang Tahun 2010 didapatkan nilai p =(0,006)

menunjukan adanya hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan

tentang perawatan masa nifas di BPS. Yohana Triani Kebon Harjo

Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang Tahun 2010.

Untuk itu upaya yang harus dilakukan oleh petugas kesehatan

terutama pada ibu yang berpendidikan rendah agar memberikan konseling

atau penyuluhan dengan bahasa dan cara penyampaian yang disesuaikan,


68

mengingat mereka yang berpendidikan rendah cara berfikirnya terbatas

pada apa yang mereka ketahui saja. Pada ibu yang berpendidikan rendah

hendaknya meningkatkan pengetahuan melalui kegiatan konseling dan

bertanya apabila ada yang tidak dipahami tentang perawatan 6 jam

postpartum.

6. Hubungan Umur dengan Pengetahuan Ibu nifas tentang Perawatan 6 jam

postpartum di RSUD Majalengka Periode Mei – Juni tahun 2014

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

antara umur Ibu nifas dengan pengetahuan tentang Perawatan 6 jam

postpartum di RSUD Majalengka Tahun 2014. Ketidakbermaknaan

hubungan ini dikarenakan umur bukan satu-satunya faktor yang

mempengaruhi pengetahuan. Pengetahuan ibu nifas pada ibu yang

berumur masa dewasa awal dan berumur masa dewasa lanjut relatif sama

tidak ada perbedaan tingkat pengetahuan berdasarkan umur. Meskipun

berumur muda ibu nifas dapat memiliki pengetahuan yang baik melalui

kegiatan konseling, terpapar informasi media dan melalui pengalaman

masa nifas, sehingga meningkatnya pengetahuan tidak seiring dengan

bertambhanya umur.

Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan Mubarok

(2007:42) dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan

dan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik

secara garis besar ada empat kategori perubahan pertama, perubahan

ukuran, kedua, perubahan proporsi, ketiga, hilangnya ciri-ciri lama,


69

keempat, timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi

organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir semakin matang

dan dewasa.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Herlina (2009:2)

di Ruang Camar I Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru

tahun 2009 didapatkan hasil uji statistik menunjukan menunjukan ada

hubungan yang signifikan antara umur dengan tingkat pengetahun ibu

postpartum tentang perawatan masa nifas di Ruang Camar I Rumah Sakit

Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2009.

Hasil ini sejalan dengan penelitian Fatimah (2012) di RS PKU

Muahamadiah Jakarta Selatan didapatkan nilai p = (0,086) menunjukan

tidak ada hubungan antara umur dengan pengetahuan ibu nifas tentang

perawatan postpartum di RS PKU Muahamadiah Jakarta Selatan tahun

2012.

Meskipun tidak ada hubungan antara umur dengan pengetahuan

petugas kesehatan dalam menigkatkan pengetahuan dapat melalui kegiatan

konseling dan penambahan informasi tentang perawatan 6 jam postpartum

dengan tidak memandang umur ibu. Ibu nifas baik yang berumur masa

dewasa awal atau masa dewasa lanjut agar lebih aktif lagi dalam pencarian

informasi tentang perawatan 6 jam postpartum.

7. Hubungan Paritas dengan Pengetahuan Ibu nifas tentang Perawatan 6 jam

postpartum di RSUD Majalengka Periode Mei – Juni tahun 20144.


70

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara

paritas Ibu nifas dengan pengetahuan tentang Perawatan 6 jam postpartum

di RSUD Majalengka Tahun 2014. Hasil tersebut dapat disebabkan bahwa

pada Ibu nifas multipara lebih banyak pengalaman selama masa kehamilan

dan pernah mendapatkan konseling, sehingga pengetahuannya lebih baik

dibanding ibu primipara.

Hal diatas sesuai dengan teori Saifudin AB (2002:97) bahwa

semakin sering seorang wanita yang mengalami hamil dan melahirkan,

semakin banyak pengalaman yang didapatkan. Individu sebagai orang

yang menerima pengalaman, orang yang melakukan tanggapan atau

penghayalan, biasanya tidak akan melepaskan pengalaman yang

dialaminya

Demikian juga menurut Notoatmodjo (2005:112) pengalaman

adalah guru yang baik, yang bermakna bahwa pengalaman itu merupakan

sumber pengetahuan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh

sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang

kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan

yang dihadapi pada masa yang lalu.

Hasil ini sejalan dengan penelitian Herlina (2009:2) di Ruang

Camar I Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru tahun

2009 didapatkan hasil uji statistik menunjukan ada hubungan yang

signifikan antara jumlah anak dengan tingkat pengetahuan ibu postpartum


71

tentang perawatan masa nifas di Ruang Camar I Rumah Sakit Umum

Daerah Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2009. Dan Sejalan dengan hasil

penelitian Muslihat (2010) di BPS. Yohana Triani Kebon Harjo Kecamatan

Semarang Utara Kota Semarang Tahun 2010 didapatkan nilai p =(0,001)

menunjukan adanya hubungan antara paritas dengan pengetahuan tentang

perawatan masa nifas di BPS. Yohana Triani Kebon Harjo Kecamatan

Semarang Utara Kota Semarang Tahun 2010

Petugas kesehatan atau bidan dalam upaya meningkatkan

pengetahuan ibu agar terus memantau dan memberikan konseling atau

penyuluhan tentang perawatan 6 jam postpartum terutama kepada ibu nifas

dengan paritas primipara. Pada ibu primipara agar lebih aktif lagi dalam

pencarian informasi tidak hanya kepada petugas kesehatan tetapi dapat

melalui media informasi lainnya.


72

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

1. Kurang dari setengahnya (40,0%) Ibu nifas di RSUD Majalengka periode

Mei – Juni tahun 2014 berpengetahuan kurang tentang Perawatan 6 jam

postpartum

2. Kurang dari setengahnya (38,3%) Ibu nifas di RSUD Majalengka periode

Mei – Juni tahun 2014 berpendidikan rendah.

3. Lebih dari setengahnya (61,7%) Ibu nifas di RSUD Majalengka periode

Mei – Juni tahun 2014 berumur masa dewasa.

4. Kurang dari setengahnya (40,0%) Ibu nifas di RSUD Majalengka periode

Mei – Juni tahun 2014 dengan paritas primipara.

5. Ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan Ibu nifas tentang

Perawatan 6 jam postpartum di RSUD Majalengka periode Mei – Juni

tahun 2014, dengan p value (0,004)

6. Tidak ada hubungan umur dengan pengetahuan Ibu nifas tentang

Perawatan 6 jam postpartum di RSUD Majalengka periode Mei – Juni

tahun 2014, dengan p value (0,704)

7. Ada hubungan antara paritas dengan pengetahuan Ibu nifas tentang

Perawatan 6 jam postpartum di RSUD Majalengka periode Mei – Juni

tahun 2014, dengan p value (0,036)


73

B. Saran

1. Bagi Petugas Kesehatan di RSUD Majalengka

a. Petugas kesehatan untuk meningkatan pengetahuan ibu dapat

dilakukan dengan menambah sarana informasi seperti papan info,

lefleat, spanduk atau dengan memberikan penyuluhan atau konseling

pada ibu nifas tentang perawatan 6 jam postpartum, dengan

memperhatikan paritas, pendidikan dan umur ibu.

b. Petugas kesehatan dalam pelaksanaan penyuluhan atau konseling

tentang Perawatan 6 jam postpartum dan Ibu nifas hendaknya

memperhatikan tingkat pendidikan ibu, terutama pada ibu yang

berpendidikan rendah.

c. Petugas kesehatan pada ibu yang berumur masa dewasa awal agar

menambah wawasan dan pengetahuan tentang perawatan 6 jam

postpartum melalui kegiatan konseling dan menganjurkan ibu untuk

mencari informasi dari berbagai media dan penambahan sarana

informasi.

2. Bagi Klien / Ibu nifas

a. Ibu nifas agar meningkatkan pengetahuan dengan berkonsultasi pada

perugas kesehatan, meningkatkan pengetahuan melalui kegiatan

penyuluhan dan pencarian informasi tentang 6 jam postpartum

b. Ibu primipara hendaknya lebih aktif lagi dalam meningkatkan

pengetahuan dengan bertanya kepada yang berpengalaman tentang 6

jam postpartum.
74

c. Pada ibu yang berpendidikan rendah hendaknya meningkatkan

pengetahuan melalui kegiatan konseling dan bertanya apabila ada yang

tidak dipahami tentang perawatan 6 jam postpartum.

d. Ibu nifas baik yang berumur masa dewasa awal atau masa dewasa

lanjut agar lebih aktif lagi dalam pencarian informasi tentang

perawatan 6 jam postpartum

Anda mungkin juga menyukai