BAB I
PENDAHULUAN
B. Landasan Teori
1. Poliomyelitis
Poliomyelitis adalah penyakit yang disebabkan karena adanya virus polio
yang menyerang kekebalan tubuh. Virus ini menginfeksi keseluruhan tubuh,
umumnya berefek pada otot dan syaraf. Pada kasus yang berat virus ini dapat
menyebabkan paralysis yang permanen bahkan penderita bisa sampai meninggal
(Rabb, 2003). Virus ini biasa menyerang dan menghancurkan sel-sel motorik
cornu anterior dari medulla spinalis. Sehingga sel-sel sensoris tetap dapat
melakukan fungsinya dengan baik.
Virus ini ditularkan melalui makanan dan air yang terkontaminasi, kemudian
masuk ke dalam usus. Dari sana virus yang berkembang biak masuk kedalam
pembuluh darah dan saluran limfatik. Masa inkubasi sampai menimbulkan gejala
berkisar 5 - 35 hari. Sekitar 95% kasus mengalami infeksi ringan dan tidak
berbahaya, namun sekitar 1% mengalami kelumpuhan kaki (paralisis otot),
meningitis, dan ensefalitis. Hal ini terjadi karena virus menyerang sel-sel saraf
motorik. Kerusakan pada daerah ini dapat mengakibatkan kerusakan otot
(paralisis). Sebagian orang yang terkena polio tidak memiliki gejala yang terlihat,
akan tetapi ekskresi virus didalam feses mereka dapat menyebabkan penularan
kepada orang lain. (WHO, 2001)
Adapun jenis-jenis dari poliomyelitis adalah sebagai berikut :
a. Polio Non-Paralisis, menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu dan
sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika
disentuh.
b. Polio Paralisis Spinal, menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan
sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot
tungkai. Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang
dari 1 penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan
paling sering ditemukan terjadi pada kaki. Virus polio menyerang saraf tulang
belakang dan neuron motor yang mengontrol gerak fisik. Pada periode inilah
muncul gejala seperti flu. Namun, penderita yang tidak memiliki kekebalan atau
4
belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf
tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem saraf
pusat menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembang biaknya
virus dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan neuron motor. Neuron
motor tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan
dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat.
Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas, kondisi ini disebut
acute flaccid paralysis. Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan
kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada thorac (dada) menyebabkan
kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada thorac (dada) dan abdomen (perut),
disebut quadriplegia. (Andi, 2007)
c. Polio Bulbar, polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami
sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung neuron motor yang
mengatur pernapasan dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai otot
yang mengontrol pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang
berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori
yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses
menelan dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan
saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang
mengatur pergerakan leher. Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat
menyebabkan kematian. Lima hingga sepuluh persen penderita yang menderita
polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja.
Kematian biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf kranial yang
bertugas mengirim perintah bernapas ke paru-paru. Penderita juga dapat
meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan; korban dapat tenggelam
dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan
trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelum masuk ke dalam
paru-paru. (Andi, 2007)
2. Post polio paralysis
Post polio paralysis adalah kelumpuhan yang ditimbulkan akibat penyakit
polio paralysis. Tanda dan geyang ditimbulkan dikenal dengan konsep 2-2-2 yang
5
berarti dalam dua hari sampai dua minggu virus mulai menyerang di mana mucul
deman, panas, sakit kepala, muntah, sulit buang air besar, nyeri pada kaki, tangan,
kadang disertai diare. Kemudian setelah dua bulan virus polio masuh menyerang
dan terjadi kelemahan otot. Pada dua tahun mulai terjadi penyembuhan penyakit
polio paralysis dan mulai mucul post polio paralysis.
Jika penderita post polio paralysis tidak mendapatkan pelayanan yang baik
dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan kecacatan – kecacatan yang
diikuti dengan kelumpuhan pada tungkai bawah maupun yang lainnya. Kecacatan
itu antara lain:
a. Flaccid dropfoot
b. Knee flexion contracture
c. Hyperextension knee or valgus
d. Pes cavus
e. Leg length discrepancy (LLD)
f. Long curve scoliosis
g. Trendelenberg gait
h. Hyperlordosis
i. Contractures
j. Atrophy (cosmesis)
3. Anatomi
anatomi adalah ilmu yang mempelajari struktur tubuh (manusia) menjadi
bagian yang lebih kecil kebagian yang paling kecil, dengan cara memotong
atau mengiris tubuh (manusia) kemudian diangkat dipelajari dan diperiksa
menggunakan mikroskop (Affandi, 2015).
usus (os illium), (2) Tulang duduk (os ischium), (3) Tulang
kemaluan (os pubis). (modul HKAFO,2013)
c) Tulang tibia
Tulang tibia atau tulang kering merupakan kerangka
yang utama dari tungkai bawah dan terletak medial dari fibula
atau tulang betis, tibia adalah tulang pipa dengan sebuah batang
dan dua ujung.
d) Tulang patella
Patella merupakan tulang sesamoid terbesar. Berfungsi
sebagai tulang yang menghubungkan femur dengan tibia dan
membentuk knee joint. Tulang ini berbentuk segitiga yang
berukuran besar dan tebal (Putz dan Pabst, 2002).
e) Tulang fibula
Fibula merupakan tulang yang terletak di sisi lateral
tibia. Tulang ini tidak membentuk knee joint dan hanya
menempel pada bagian tibia. Bagian posteriornya membentuk
bagian lateral dari sendi Ankle.
f) Foot
Kaki manusia terdiri satu atau lebih segmen tulang,
termasuk kuku. Ini bagian integral dari anatomi manusia yang
memungkinkan perpindahan dari satu tempat ke tempat lain,
dan membawa berat badan sekitar. Tulang utama dalam
kerangka anatomi kaki meliputi (1) Os phalanges, (2) Os
calcaneus, (3) Os metatarsal, (4) Os tulang navicular, (5) Os
cuneiforms, (6) Os sesamoid, (7) Os cuneiforms, (8) Os talus.
8
Gerakan Otot
Psoas mayor
Fleksi Illiacus
Gluteus maximus
Semi tendinosus
Semi membranosus
Ekstensi
Biceps femoris
Gluteus medius
Abduksi
Adduktor brevis
Adduksi Adduktor longus
Pectineus
Gracilis
Obturator externus
Eksorotasi Obturator internus
Quadratus femoris
Piriformis
Gemellus superior
Gemellus inferior
Gluteus minimus
Endorotasi Tensor fascia latae
TABEL 1.1 (Modul Transtibial,2013)
9
b. Knee Joint
Otot-otot penggerak pada knee joint, ialah seperti pada tabel
berikut :
Gerakan Otot
Biceps femoris
Semi tendinosus
Fleksi
Semi membranosus
Rectus femoris
Vastus intermedius
Vastus medialis
Ekstensi
Vastus lateralis
Semi membranosus
Endorotasi Gracilis
Popliteus
Biceps femoris
Eksorotasi Tensor fascia latae
Sartorius
c. Ankle Joint
10
4. ORTHOSIS
Orthosis adalah alat bantu kesehatan yang berfungsi untuk bracing,
splinting, dan supporting yang dipasangkan diluar tubuh yang
diperuntukkan bagi pasien atau klien yang membutuhkan. (PERMENKES
No. 22 tahun 2013 Bab I Pasal 1)
Orthosis (FO).
11
orthosis yang cocok digunakan adalah Hip Knee Ankle Foot Orthosis
otot-otot kaki).
lebih merata karena kontur plastik akan sesuai dengan tungkai pasien.
kaki untuk mengontrol sabilitas medial dan lateral, serta opsional sole
2) Komponen
1) Knee Joint
b) Drop Lock
saat ekstensi.
c) Bail Lock
ekstensi.
d) Posterior Offset
2) AnkleJoint
berikut:
14
a) Rigid
pada ankle joint. Trimline pemotongan pada area ankle joint berada
(static).
b) Flexible
jenis ini adalah pada kasus drop foot dan masih ada kekuatan otot
c) Jointed
dan indikasi dari ankle joint ini hampir sama dengan jenis flexible.
d) Conventional
menggunakan side bar. Ankle joint jenis ini satu paket dengan
HKAFO conventional.
15
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui penatalaksanaan dan proses pembuatan
custom plastic Hip Knee Ankle Foot Orthosis (HKAFO) pada
penanganan pasien post polio paralysis
D. Manfaat Penulisan
1. Teoritis
2. Praktis
BAB II
PENATALAKSANAAN ORTOTIK PROSTETIK
A. Assessment
1) Definisi Assesment
Assesment adalah suatu proses untuk mencari informasi sebanyak
banyaknya dari pasien yang dibedakan menjadi dua, yaitu Subjective
Assesment dan Objective Assesment yang bertujuan untuk mencari
diagnosa pasien.
1) Subjective Assesment
Nomer hp : 082143047288
b. Kondisi Seputar Deformitas Pasien
Berdasarkan data yang diperoleh penulis dapatkan dari pasien,
penyebab kecacatan adalah sewaktu pasien mengalami sakit. Ketika itu
pasien berobat, selanjutnya dokter memberi suntikan. Tetapi selang
beberapa hari, tungkai kanan pasien mengalami kelemahan dan kelayuhan.
Tim medis pun mendiagnosis bahwa pasien terkena infeksi virus
poliomyelitis sehingga mengakibatkan pasien menderita poliomyelitis.
c. Kondisi Kesehatan Umun Pasien
Dari hasil assessment diketahui bahwa pasien tidak memiliki
riwayat penyakit penyerta. Pasien tidak pernah mengalami penyakit serius
yang pernah diderita pada masa lalu.
d. Keadaan Orthosis yang dipakai oleh Pasien
Pasien sudah pernah menggunakan orthosis.Kekurangan dari
ortosis sebelumnya, pasien merasa kurang nyaman,berat menggunakan
orthosis yang lama,tidak ada penyangga hip.
pasien tidak merasakan nyeri tekan pada tungkai kanannya dan fungsi
sensorik atau sensitifitas tubuh pasien normal. Terdapat leg length
discrepancy.
1. ROM (Range of Motion)
Dari hasil pemeriksaan diperoleh data bahwa:
ROM Hip Joint
ROMKnee Joint
B. Measurement
C. Casting
Casting adalah cara membuat duplikat kaki pasien untuk memberikan koreksi
pada sebagian atau seluruh disfungsional hip,knee, ankle dan foot ke dalam
aligment yang benar.
1. Casting
a. Lakukan penadaan dan pengukuran pada tungkai pasien.
b. Basahi stockinet, kemudian pakaikan pada tungkai pasien.
c. Lakukan penandaan ulang pada stump.
d. Pasang plastik strip di bagian anterior.
e. Basahi P.O.P Bandage hingga tidak ada gelembung udara, peras dengan
lembut.
f. Balutkan P.O.P Bandage sambil terus di massage. Pembalutan dimulai
dari trochantor mayor hingga foot dengan ketebalan balutan sebanyak 3
21
lapis. Untuk bagian knee dan ankle joint, ketebalan balutan sebanyak 5
lapis. Jangan membalut terlalu kuat, ikuti saja bentuk tungkai.
g. Posisikan knee, ankle dan foot dalam normal position / sesuaikondisi
pasien
h. Tandai bagian anterior cast, lalu buka sesuai penandaan.
i. Cek negative cast
D. Rectification
Rectification terdiri dari dua proses, yaitu pengurangan possitive cast dan
penambahan possitive cast. Namun sebelum proses pengurangan dan
penambahan, terdapat sebuah proses yaitu pengecoran / filling yang bertujuan
untuk mendapatkan possitive cast.
Alat dan bahan :
a. Surforms
b. Wire screen
c. P.O.P Powder
d. Tangkai besi
e. Midline
f. Pensil air
g. Cutter
h. Mangkuk
i. Spatula
j. Paku
k. Palu
1. Filling
a. Rekatkan bagian anterior, tunggu hingga kering.
b. Basahi dengan air sabun negative castnya
c. Campur air dan gips dengan perbandingan 2:1
d. Posisikan stump tegak berdiri dengan cara dipegangi
e. Masukan tangkai besi kedalam negaive cast
f. Tuangkan campuran air dan gips ke dalam negatif cast
22
Paku pada hasil penandaan, pastikan posisi paku lurus dan parallel
jika dilihat dari bidang sagita, transversal maupun longitudinal.
k. Haluskan seluruh permukaan cast
l. lalu keringkan.
24
E. Fabrication
Fabrikasi merupakan proses pembuatan socket, baik hard docket maupun
soft socket. Dalam prosesnya, terdapat beberapa tekhnik yaitu wrap
drapping/molding, bubble drapping dan laminasi plastik. Pada praktek ini,
tekhnik yang digunakan adalah wrap drapping/molding.
1. Molding
Alat dan bahan :
a. PositiveGip f. Oven
b. PP g. Suction
c. Stokinet h. Ragum
d. spons i. Gunting/Cutter
e. Sarung Tangan j. Paku
Langkah pembuatan :
a. Ukur positive cast pada lingkar terbesar dan panjang possitive cast.
b. Gambarlah persegi panjang pada selembar Polyprophilene dengan
ukuran panjang yaitu panjang positive cast ditambah 20 cm dan lebar
yaitu circum terbesar positive cast ditambah 10 cm.
c. Potong PP sesuai pola yang telah dibuat.
d. Panaskan oven
e. Bersihkan PP menggunakan thinner.
f. Oven PP secukupnya
g. Pasangkan positive cast pada mulut ragum.
h. Pasangkan stockinet pada possitive cast kemudian rekatkan bagian
ujung stockinet dengan batang suction menggunakan plester.
i. Setelahmatang (berubah warna menjadi bening), letakkan PP
kepossitive cast.
j. Hidupkan suction.
k. Rekatkan bagian anterior dan tali bagian proksimal cast dengan
kencang.
l. Buka penutup suction.
25
Bagian proksimal calf, yaitu pada side bar yang pertama kali
menyentuh HKAFO hasil mouldingan
Bagian distal calf, yaitupada 1,5 cm diatas tepi bawah side bar
3. Triming
Trimline adalah Proses pembentukan garis tepi untuk hard socket
sehingga akan terlihat jenis tipe apa yang akan dibuat.
Alat dan Bahan :
a. Hasil Moulding
b. Spidol
c. Case Cutter
d. Router
e. Cutter
f. Pemotong PP
e. baut
f. kulit
langkah – langkah :
a. potong dural sesuai ukuran pelvic pasien, lapisi kulit pada bagian
permukaannya, kulit juga berfungsi sebagai sabuk HKAFO
b. potong stainless untuk komponen hip join
c. lubangi bar stainless untuk membuat axis hip mechanikal pada HKAFO
d. gabungkan bagian pelvic dengan bar stainless hip joint dengan baut
e. pasangkan dengan komponen KAFO yang telah dibuat
F. Fitting
Fitting adalah proses pengujian prosthesis pada pasien. Fitting terdiri dari
dua tahap yaitu static fitting / static alignment dan dynamic fitting / dynamic
alignment.
a. Orthosis
b. Pararel Bar
c. Kursi Fitting
d. Kaca Fitting
e. Plester
f. Strap
g. Mesin Bor
h. Solder
i. Keling
j. Palu
k. Spons
1. Static Fitting
Static fitting pertama
a. Trimeline pada bagian anterior thigh section terlalu lebar.
b. Trimeline pada bagian foot plate terlalu tinggi.
c. Trimeline pada bagian posterior proksimal thigh section terlalu tinggi,
sehingga menekan gluteus maksimus.
d. Trimeline pada bagian proksimal medial terlalu tinggi, sehingga menekan
perineum.
e. LLD sedikit terlalu tinggi pada bagian anterior
Solusi :
a. Tandai dan kurangi bagian yang terlalu lebar atau tinggi, haluskan.
b. Merouter penamahan LLD di bagian anterior.
Static fitting kedua
a. Trimeline proksimal medial AFO section terlalu tinggi sehingga menekan
patella
b. Trimeline bagian posterior distal thigh section dan posterior proksimal
AFO section terlalu tinggi sehingga menjepit ketika digunakan untuk fleksi.
Solusi :
a. Tandai dan kurangi bagian yang terlalu lebar atau tinggi, haluskan.
Static fitting ketiga
a. Trimelinebagian posterior distal thigh section dan posterior proksimal
AFO section terlalutinggisehinggamenjepitketikadigunakanuntukfleksi.
Solusi :
a. Tandai dan kurangi bagian yang terlalu lebar atau tinggi, haluskan.
31
2. Dynamic Fitting
a. Lateral trunk bending
Penyebab :
Hip abductor pasien lemah
Pasien berjalan dengan abducted gait
Kebiasaan pasien
b. Abducted gait
Penyebab :
Terdapat rasa tidak nyaman pada bagian medial thigh section yang
disebabkan karena baut yang masih mencuat
c. Uneven timing
Penyebab :
Tungkai pasien lemah
Keseimbangan pasien kurang begitu baik
Kebiasaan
32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seseorang yang mengalami post polio paralysis dan mengalami
lumpuh bagian lower extrimty dapat ditangani dengan pemberian
HKAFO, untuk membantunya untuk dapat menjalani kehidupan sehari
harinya.
B. Saran
1. Kurangnya laporan ini dengan kajian ilmu, disarankan untuk
menambah kajian ilmu untuk selanjutnya.
2. Karena kurangnya pengalaman mahasiswa dalam menangani pasien,
pembimbinng disarankan untuk lebih membantu mahasiswa dalam
bertemu menangani pasien.
3. Pemberian waktu pengerjaan alat yang lebih panjang, karena waktu
yang pendek pembuatan alat menjadi tidak maksimal
33
Daftar Pustaka
(http://wwwopaul.com/id/english-word/coxae.html.dig
34
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya pantas penulis haturkan kepada Allah SWT,
Rabb semesta alam, yang telah memberikan begitu banyak nikmat serta
Knee Ankle Foot Orthosis ”. Laporan Praktik Klinik ini disusun untuk melengkapi
Penulis menyadari bahwa laporan yang kami susun masih jauh dari
kepada:
3. Bapak Agus Setyo Nugroho, SST.OP, M.Kes selaku Ka. Prodi D III
Ortotik Prostetik.
7. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharap adanya kritik dan saran untuk
Penulis