Anda di halaman 1dari 25

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

RSD Anutapura Palu

Fakultas Kedokteran UniversitasTadulako

TUTORIAL KLINIK

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3
Hasna N 111 17 007
Maulidia Nikmatul Hikmah N 111 17 038
Muh Mukram N 111 17 059
Ni Komang Suryani Dewi N 111 17 060
Elfira Madba N 111 17 066

PEMBIMBING:

dr. Andi Soraya M.Kes, Sp.KJ

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
RSD ANUTAPURA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU 2017

BAB I
PENDAHULUAN

TUTORIAL 1

IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn.M
Umur : 21 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum Menikah
Pendidikan : S1 Pendidikan
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : Jl. Sungai Manonda
Tanggal Pemeriksaan : 27 Desember 2017

I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan utama
Gelisah
B. Riwayat gangguan sekarang
Pasien perempuan berumur 21 tahun datang ke poliklinik jiwa
RSU Anutapura palu dengan keluhan utama gelisah yang di alami
sejak ± 1 bulan yang lalu serta putus obat dan keluhan kembali
muncul. keluhan tersebut dirasakan secara terus-menerus, Selain itu ia
juga kadang sulit tidur, mudah lelah, sulit berkonsentrasi, kadang-
kadang merasa malas, nyeri ulu hati, cemas, berkeringat, mudah
tersinggung dan suka mengurung diri di kamar serta mudah menangis.
Pasien juga mengatakan terdapat masalah dengan kakaknya dan
memikirkan masalah kuliahnya karena sempat cuti dan bingung mau
melanjutkan atau tidak kemudian pasien mengatakan bahwa ia sering
bercerita tentang keluh kesahnya kepada ibu dan saudaranya namun
keluarganya tidak ada yang merespon apa yang dikatakan.
Pasien mengatakan masa kecilnnya tidak menyenangkan karen
orang tuanya selalu bertengkar didepannya dan tidak pernah
memperdulikann pasien kemudian orang tuanya memilih berpisah dan
tak lama kemudian ayahnya menikah kembali dan ibunya masuk
penjara, serta ayahnya kemudian meninggal.
Pasien juga mengeluh sering merasa sedih, putus asa dan kurang
percaya diri ketika bergaul dengan teman-temannya. Pasien
mengatakan ketika ada masalah dia sering menyakiti dirinya sendiri
dan beberapa hari yang lalu pasien sempat memukul kepalanya
dengan batu. Kemudian pasien juga merasa bahwa teman-temanya
tidak suka dengannya karena mengaggap pasien suka keluar malam,
hamil diluar nikah dan menggunakan narkoba. Rasa sedih awalnya
dirasakan muncul pada saat pasien bersekolah SD dan sering jadi
korban bully oleh teman sekolahnya sehingga pasien sempat pindah
sekolah ketika duduk di bangku kelas 4 SD dan bully terhadap pasien
masih tetap sehingga pasien merasa tidak mempunyai teman untuk
berbagi cerita sehingga pasien memilih memendam masalahnya dan
memilih menulis di buku harian.
Hendaya/disfungsi :
- Hendaya sosial (+)
- Hendaya pekerjaan (+)
- Hendaya
dalam pengggunaan waktu senggang (+)
C. Faktor stressor psikososial pada pasien ini adalah saat orang tua
mulai bertengkar dan memilih berpisah, kemudian ayanhnya menikah
lagi dan ibunya masuk penjara serta ayahnya meninggal (Primary
support group)
D. Riwayat gangguan sebelumnya
a) Riwayat penyakit terdahulu:
Kejang (-), penyakit infeksi (-), diabetes melitus (-), hipertensi(-).
b) Riwayat penggunaan zat psikoaktif:
 Napza (-)
 Merokok (-)
 Alkohol (-)
 Obat-obatan lainnya (-)
c) Riwayat gangguan sebelumnya:
 Riwayat psikiatri sebelumnya : pasien sudah sering dirawat
di rumah sakit dengan gejala serupa dan terakhir masuk di
rumah sakit kurang lebih 2 minggu yang lalu
E. Riwayat kehdupan pribadi
a) Riwayat prenatal :
Pasien lahir secara normal di RSU Antapura cukup bulan
dan ibu pasien tidak pernah sakit sejak hamil.
b) Riwayat masa kanak awal (1-3 tahun)
Pasien merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara. pada saat
awal kelahiran ibu pasien sempat di rawat di rumah sakit madani
karena ada gangguan jiwa pasca melahirkan dan pada saat itu
pasien dirawat oleh ayahnya dan keponakan dari ibunya.
c) Riwayat masa kanak akhir dan remaja awal (4-11
tahun)
Pada saat pasien masuk sekolah ia mengaku tidah memiliki
teman karena sering jadi korban bully. Saat duduk di bangku SD
pasien pindah sekolah dan masih tetap di bully ditempat sekolah
baru.
d) Riwayat masa remaja akhir (12-18 tahun)
Pada saat duduk dibangku sekolah SMP pasien mengatakan
masih tetap tidak memiliki teman dan masih jadi korban bully,
namun pada saat SMA pasien mengaku sudah mulai membuka diri
dan banyak teman dan sudah memiliki sahabat
e) Riwayat masa dewasa
Saat ini pasien melanjutkan kuliah di kampus IAIN dan
merasa tidak memiliki teman karena mengaggap teman kuliahnya
tidak ada yang menyukainya kerena pasien tidak sepintar teman
lainnya, dan dia merasa minder dengan temannya serta temannya
menuduh pasien menggunakan obat-obatan terlarang.
F. Riwayat kehidupan keluarga
Pasien saat ini tinggal dengan ibunya. Ayah pasien sudah
meninggal kurang lebih 11 tahun yang lalu dan pasien merupakan anak
ke 3 dari 3 bersaudara. pasien mengatakan hubungan dengan ibu dan
kakaknya tidak terlalu baik karena sering di cuekin dan kakaknya
merasa malu dengan kondisi pasien
G. Situasi hidup sekarang
Pasien koperatif saat dilakukan anamnesis dan sekarang pasien
merasa lebih tenang dan sudah jarang menangis sendiri, namun
dukungan dari keluarga kurang, dimana pasien dengan kakanya tidak
memiliki hubungan yang baik karena kakanya malu dengan penyakit
pasien dan dia juga mengatakan kalau mamanya kurang peduli apalagi
pada saat ingin bicara (curhat), sehingga hal itu yang membuat pasien
kadang marah dan mengurung diri di kamar.
H. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien sadar bahwa dirinya sakit dan butuh pengobatan.
II. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A. Deskripsi umum
1. Penampilan : pasien seorang wanita tampak bepenampilan
sesuai dengan umur, memakai baju berwarna hitam dan memakai
jilbab berwarna abu-abu, cukup rapi, dan perawatan diri baik.
2. Kesadaran : compos mentis
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor : tenang saat pemeriksaan
dan wawancara
4. Pembicaraan : bicara spontan, lancar, intonasi jelas,
artikulasi jelas dan menjawab sesuai dengan pertanyaan
5. Sikap terhadap pemeriksa : kooperratif atau menjawab
sesuai apa yang ditanyakan
B. Keadaan afektif, perasaan dan empati:
1. Mood : Disforia
2. Affect : Appropriate / Luas
3. Keserasian : Serasi
4. Empati : Dapat Diraba-Rasakan
C. Fungsi intelektual (kognitif)
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan :
Sesuai
2. Daya konsentrasi : Baik
3. Orientasi :
- Waktu : Baik
- Tempat : Baik
- Orang : Baik
4. Daya ingat:
- Segera : Baik
- Jangka Pendek : Baik
- Jangka Panjang : Baik
5. Pikiran abstrak : Baik
6. Bakat Kreatif : Tidak Ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
D. Gangguan persepsi
1. Halusinasi : Tidak Ada
2. Ilusi : Tidak Ada
3. Depersonalisasi : Tidak Ada
4. Derealisasi : Tidak Ada
E. Proses berpikir
1. Arus pikiran:
a. Produktivitas : Banyak ide
b. Kontiniuitas : Relevan
c. Hendaya berbahasa : Tidak Ada
2. Isi pikiran :
a. Preokupasi : Ada (pasien merasa tidak nyaman
karena sering di bully dan merasa kalau teman-temannya sering
membicarakannya)
b. Gangguan isi pikiran : Ideas of reference
F. Pengendalian impuls : Terganggu
G. Daya nilai
1. Norma sosial : Baik
2. Uji daya nilai : Baik
3. Penilaian realitas : Baik
H. Tilikan (insight)
Derajat IV: Mengetahui dirinya sakit namun tidak mengetahui
penyebab dari sakitnya
I. Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya.

III. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT


1. Status Internus
Keadaan umum : Composmentis
Tanda-tanda vital : TD = 110/70 Mmhg
N = 96X/MENIT
R = 20X/MENIT
S = 36ºC
Konjungtiva : anemis (-)/(-)
Sklera : ikterus (-)/(-)
Pem.jantung-paru : dalam batas normal
2. Status Neurologis
GCS : E4M6V5
Pemeriksaan motorik dan sensorik : fungsi kortikal luhur dalam
batas normal
Reflex cahaya : (+)/(+)
Pemeriksaan kaku kuduk &meningeal’s sign :(-)
Refleks fisiologis : (++)
Reflex patologis : (-)
Pemeriksaan n. Cranialis & perifer : tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan tekanan intrakranial : tidak dilakukan pemeriksaan
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin
a. WBC : 6,5
b. RBC : 4,4
c. HGB : 12,1
d. HCT : 35,5
e. PLT : 342
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA (KATA KUNCI)
 Pasien sering menangis secara tiba-tiba tampa sebab
 Pasien sulit tidur
 Pasien mudah lelah dan kadang-kadang malas beraktivitas
 Pasien kadang-kadang sulit berkonsentrasi dalam menerima
pelajaran
 Pasien sering gelisah apabila hasil ujian di kampus jelek
 Pasien tidak teratur dalam meminum obatnya
 banyak beban karena tidak tau harus berbagi dengan siapa
 Semasa kecil orang tua selalu bertengkar dan berpisah
 Ayah pasien meninggal dan ibu dipenjara
 Pasien saat bersekolah selalu di bully
Pada pemeriksaan status mental dan fisik, ditemukan:
 menunjukkan mood Disforia
 Sikap terhadap pemeriksa : kooperratif atau menjawab sesuai apa
yang ditanyakan
 isi pikiran Preokupasi : Ada (pasien merasa tidak nyaman karena
selalu di bully dan merasa kalau teman-temannya sering
membicarakannya)
 Tilikan (insight)
Derajat IV: Pasien mengetahui dirinya sakit namun tidak mengetahaui
penyebab sakitnya.
VI. EVALUASI MULTIAKSIAL
A. Aksis I
 Berdasarkan autoanamnesis didapatkan ada gejala klinik bermakna
dan menimbulkan penderitaan (distress) berupa sedih, sulit
tidur,malas dan mudah lelah,gelisah dan sulit berkonsentrasi, dimana
hal tersebut dapat menimbulkan disabilitas berupa terganggunya
melakukan pekerjaan harian pasien sehingga dapat disimpulkan
bahwa pasien mengalami gangguan jiwa.
 Pasien mengalami hendaya pekerjaan, Sosial, tidak adanya
kesulitan dalam menilai realita, sehingga pasien didiagnosa sebagai
gangguan jiwa non psikotik.
 Pada riwayat penyakit sebelumnya dan pemeriksaan status interna
tidak ditemukan adanya kelainan yang mengindikasi gangguan
medis umum yang menimbulkan gangguan fungsi otak seperti
gangguan kognitif dan sensorik, sehingga diagnosa gangguan mental
dapat disingkirkan dan didiagnosa gangguan jiwa non psikotik non
organik.
 Berdasarkan DSM IV dari deskripsi kasus diatas onset waktu lebih
dari 2 minggu, terdapat hendaya pekerjaan, mood disforia,
berkurangnya konsentrasi, mudah lelah dan terdapat kesedihan yang
berkepanjangan sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien
mengalami gangguan Afekitif Bipolar Tipe Campuran, dan
Anxietas YTT
B. Aksis II
Ciri Kepribadian Tidak khas
C. Aksis III
Bab X K00-K93 Penyakit sistem Pencernaan (Dispepsia)
D. Aksis IV
Masalah keluarga (Primary support grup).
E. Aksis V
Gaf scale 60 – 51: Gejala sedang (moderate) dan disabilitas sedang.
VII. DAFTAR PROBLEM :
A. Organobiologik
Tidak ada
B. Psikologis
1. mudah menangis tanpa sebab
2. gelisah
3. sulit tidur dan mudah lelah
4. sulit berkonsentrasi
5. kadang-kadang malas dan mudah tersinggung
C. Sosial / lingkungan
Masalah berkaitan dengan rasa kehilangan orang yang dicintai
yaitu kurangnya perhatian dari keluarga.
VIII. PROGNOSIS
Dubia ad malam
Faktor yang mempengaruhi:
a. Pasien terkena gejala saat usia muda
b. Pasien ada riwayat putus obat
c. kurangnya dukungan dari keluarga
d. Ada faktor genetik

IX. RENCANA TERAPI :


A. Perencanaan Terapi Farmakologis
- Amytriptilin 25mg 2x1
- Alprazolam 0,25mg 2x1
B. Perencanaan Terapi Supportif
a) Psikoterapi
 Pasien dimotivasi untuk tetap patuh untuk mengkonsumsi
obat secara rutin meskipun tidak diawasi.
 Pasien dapat menjalanicognitive-behavioral therapy.
 Edukasi tentang cara beradaptasi dengan stressnya.
b) Sosioterapi
 Edukasi kepada keluarga dan pasien mengenai gejala dan
keadaan afektif yang berbeda-beda agar keluarga dapat lebih
siap menghadapi perubahan yang akan terjadi dan memenuhi
kebutuhan pasien.
 Keluarga harus mendukung pasien dalam proses
pengobatan baik secara psikologis maupun finansial seperti
rutin mengajak berkomunikasi dengan pasien sehingga pasien
merasa diperhatikan dan tidak ditinggalkan begitu saja.
X. FOLLOW UP:
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit serta
menilai efektifitas pengobatan yang diberikan dan kemungkinan
munculnya efek samping obat yang diberikan.

XI. PEMBAHASAN TINJAUAN PUSTAKA:


Learning Objectives !
1. Apakah pasien pada kasus ini termasuk gangguan jiwa?
Jawab : Konsep Gangguan jiwa merupakan suatu sindrom atau pola
perilaku atau psikologik seseorang yang secara klinik cukup bermakna
dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (Distres)
atau hendaya (impairment/Disability) didalam satu atau lebih fungsi
yang penting dari manusia. Disfungsi adalah disfunsi dalam segi
perilaku, psokologik atau bilogik dan gangguan semata-mata terletak
didalam hubungan antara orang dengan masyarkat.
Dari konsep tersebut dapat dirumuskan bahwa dalam konsep
gangguan jiwa, didapatkan butir-butir :
1) Adanya gejala klinis yang bermakna, berupa :
 Sindrome atau pola perilaku
 Sindrome atau pola psikologik
2) Gejala klinis tersebur menimbulkan “penderitaan” (distress)
antara lain dapat berupa : rasa nyeri, tidak nyaman, tidak tenteram,
terganggu, disfunsi organ tubuh, dll.
3) Gejala klinis tersebut menimbulkan “disabilitas”
(Disability) dalam aktivitas sehari-hari yang biasa dan diperlukan
untuk perawatan diri dan kelangsungan hidup (mandi, berpakaian,
makan, kebersihan diri,dll)
Pada pasien ini tergolong gangguan jiwa karena ditemukan
adanya gejala klinis yang bermakna berupa gelisah, tidak nyaman,
tidak tentram, terganggu, sulit tidur sehingga menimbulkan
penderitaan pada pasien.
2. Jelaskan diagnosis multiaksial pada kasus ini dan differential
diagnosis pada kasus ini?
Jawab : adapaun diagnosis multiaxial yaitu:
Aksis I
 Berdasarkan autoanamnesis didapatkan ada gejala klinik bermakna
dan menimbulkan penderitaan (distress) berupa sedih, sulit
tidur,malas dan mudah lelah,gelisah dan sulit berkonsentrasi, dimana
hal tersebut dapat menimbulkan disabilitas berupa terganggunya
melakukan pekerjaan harian pasien sehingga dapat disimpulkan
bahwa pasien mengalami Gangguan Jiwa.
 Pasien mengalami hendaya pekerjaan, Sosial, tidak adanya
kesulitan dalam menilai realita, sehingga pasien didiagnosa sebagai
Gangguan Jiwa Non Psikotik.
 Pada riwayat penyakit sebelumnya dan pemeriksaan status interna
tidak ditemukan adanya kelainan yang mengindikasi gangguan
medis umum yang menimbulkan gangguan fungsi otak seperti
gangguan kognitif dan sensorik, sehingga diagnosa gangguan mental
dapat disingkirkan dan didiagnosa Gangguan Jiwa Non Psikotik
Non Organik.
 Berdasarkan DSM IV dari deskripsi kasus diatas onset waktu lebih
dari 2 minggu, terdapat hendaya pekerjaan, mood disforia,
berkurangnya konsentrasi, mudah lelah dan terdapat kesedihan yang
berkepanjangan sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien
mengalami gangguan Afekitif Bipolar Tipe Campuran, dan
Anxietas YTT
Aksis II
Ciri Kepribadian Tidak khas
Aksis III
Bab X K00-K93 Penyakit sistem Pencernaan (Dispepsia)
Aksis IV
Masalah keluarga (Primary support grup).
Aksis V
Gaf scale 60 – 51: Gejala sedang (moderate) dan disabilitas sedang.

Adapun kriteria diagnosis Gangguan afektif bipolar episode


campurann berdasarkan PPDGJ III yaitu :
a. Episode sekarang menunjukan gejala-gejala
manik, hipomanik, dan depresi yang tercampur atau bergantian
dengan cepat (gejala mania dan depresi sama sama mencolok telah
berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu).
b. Harus ada sekurang-kurangnya 1 episode
afektif hipomanik, manik, atau campuran dimasa lampau.
Diagnosis Banding dari kasus
a) Gangguan cemas menyeluruh (Generalized Anxiety
Disorder, GAD) merupakan kondisi gangguan yang ditandai dengan
kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan dan tidak rasional
terhadap berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari. Kondisi dialami
sepanjang hari dan berlangsung selama 6 bulan.
b) Gangguan depresi berat, hal itu dapat dilihat dari gejala
yang deikeluhkan
Pasien seperti mudah menangis, kurang konsentrasi, susah tidur,
mudah lelah dan kadang-kadang timbul adanya rasa malas.
c) Gangguan panik , Karena pasien menunjukkan adanya gejala
panik atau cemas yang secara tiba-tiba dan berlangsung selama
kurang lebih 20 menit yang sudah dia rasakan sudah hampir tiga
bulan dengan gejala jantung yang berdebar-debar.
d) Gangguan axietas campuran depresi
3. Jelaskan Jenis-jenis gangguan kecemasan!
Jawab: adapun jenis gangguan kecemasan yaitu :
1. Gangguan cemas menyeluruh : merupakan kondisi
kecemasan yang berlebih, tidak rasional tidak realistis, sulit
dikendalikan berhubungan dengan gejala somatik, mengakibatkan
distress dan disability. Perasaan khawatir (cemas yg menyeluruh &
menetap (bertahan lama) & disertai dengan gejala Somatik
(motorik & otonomik) yg menyebabkan gangguan fungsi sosial dan
/ fungsi pekerjaan atau perasaan nyeri hebat, perasaan tak enak
- Kecemasan tentang (akan nasib buruk, perasaan seperti
berada di ujung tanduk, sulit berkonsentrasi, dsb)
- Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tdk
dpt santai, dsb)
- Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat,
takikardi, takipnoe, keluhan epigastrik, pusing kepala, mulut
kering, dsb)
2. Gangguan panik :Serangan panik pasien
bereaksi secara spontan dan tidak terduga, stressor tidak spesifik.
Sering terjadi berulang-ulang, manifestasi menyerang sistem
kardiovaskular dan pernafasan. Pada serangan panik (perasaan
takut hebat, spontan, & tersendiri) terdpt 4 dari gejala berikut:
- Nafas pendek/rasa tercekik
- Pening, rasa tak mantap atau pingsan
- Palpitasi, takikardi
- Gemetar
- Berkeringat
- Tercekik
- Nausea atau distress abdomen
- Depersonalisasi atau derealisasi
- Kesemutan
- Menggigil
- Nyeri atau rasa tak enak di dada
- Takut mati
- Takut menjadi gila/melakukan sesuatu tak
terkontrol
3. Fobia : merupakan gangguan kecemasan, pasien
merasakan ketakutan yang rasional pada suatu objek, keadaan atau
situasi Gejala :
- Ketakutan yg menetap hebat & irrasional
terhadap suatu objek, aktivitas atau situasi spesifik yg
menimbulkan suatu keinginan mendesak utk menghindari
objek, aktivitas atau situasi yg ditakuti.
- Rasa takut itu diketahui oleh individu sebagai
suatu yg berlebih atau secara proporsional tak masuk akal
terhadap bahaya aktual dari objek, aktivitas atau situasi itu.
4. Obsesif Kompulsif ;
Obsesif yaitu Isi unsur pemikiran yg berulang2 timbul dlm
kesadaran, sekalipun pasien tdk menghendaki utk memikirkannya.
Ia tdk sanggup mengeluarkannya dari kesadarannya atas kemauan
sendiri, ia seolah dipaksa utk memikirkan, mengingat atau
membayangkan.
Kompulsif Dorongan utk melakukan perbuatan atau rangkaian
perbuatan tertentu yg apabila dilawan atau tdk dilaksanakan akan
menimbulkan ketegangan yg sangat. Pasien seolah2 dipaksa
menyerah pd impuls utk melakukan perbuatan itu sekalipun tdk
menyukainya & tdk memperoleh kepuasan dari perbuatan tsb.
5. Post traumatic stress disorders : sindrom yang
terjadi saat seseorang mengalami, melihat, peristiwa yg ekstrem,
pasien mengalami trauma.
- Episode2 dimana bayangan2 kejadian traumatik
tsb terulang kembali / dlm mimpi (Flashback)
- Perasaan beku, penumpulan emosi
- Menjauhi orang lain & tdk responsif terhadap
lingkungannya
- Anhedonia
- Menghindari aktivitas & situasi yg berkaitan
traumanya
- Lazimnya ada ketakutan & penghindaran dari
hal2 yg mengingatkannya kembali pd trauma yg dialami
- Kadang ada ketakutan mendadak & dramatik,
panik atau agresif yg dicetuskan oleh stimulus yg mendadak yg
mengingatkan kembali pd trauma.
6. Gangguan afektif bipolar episode campurann
(ppdgj III)
- Episode sekarang menunjukan gejala-gejala
manik, hipomanik, dan depresi yang tercampur atau bergantian
dengan cepat (gejala mania dan depresi sama sama mencolok
telah berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu).
- Harus ada sekurang-kurangnya 1 episode afektif
hipomanik, manik, atau campuran dimasa lampau.
4. Bagaimana psikopatologi pada kasus ini?
Jawab: pada orang bipolar neurotransmiter utama monoamin, GABA,
serotonin, norepinefrin dan dopamin. Adanya disregulasi
neuroendokrin. Hipotalamus merupakan pusat pengaturan aksis
neuroendokrin, menerima input neuron yang mengandung
neurotransmiter amin biogenik. Pada pasien bipolar ditemukan adanya
disregulasi neuroendokrin. Disregulasi ini terjadi akibat kelainan fungsi
neuron yang mengandung amin biogenik.Sebaliknya, stres kronik yang
mengaktivasi aksis hypothalamic - Pituitary – Adrenal (HPA) dapat
menimbulkan perubahan pada amin 4biogenik sentral. Aksis
neuroendokrin yang paling sering terganggu yaitu adrenal, tiroid, dan
aksis hormon pertumbuhan.
Hipersekresicortisol Releasing Hormone (CRH) merupakan
gangguan aksis HPA yang sangat fundamental pada pasien depresi.
Hipersekresi yang terjadi diduga akibat adanya defek pada
systemumpan balik kortisol di sistem limbik atau adanya kelainan
padasistem monoaminogenik dan neuromodulator yang mengatur
CRH.Sekresi CRH dipengaruhi oleh emosi. Emosi seperti perasaan
takut dan marah berhubungan dengan Paraventriculer nucleus (PVN),
yang merupakan organ utama pada sistem endokrindan fungsinya diatur
oleh sistem limbik. Emosi mempengaruhi CRH di PVN, yang
menyebabkan peningkatan sekresi CRH.
5. Bagaimana psikodinamik pada kasus ini?
Jawab : adapun psikodinamid menurut Freud : fase perkembangan
psikoseksual yaitu :
a. Fase oral : usia 0-1 th
Bayi merasakan kenikmatan pada daerah mulut, mengunyah,
menggigit , dan mengisap adalah sumber utama kenikmatan.
Sifat karakter : memberikan kemampuan menerima orang lain tanpa
ketergantungan yang berlebihan atau iri, dan meningkatnya
kepercayaan diri sendiri.
Sifat patologis : jika pemuasan atau kekurangan oral yang berlebihan
menyebabkan fiksasi libidinal, sifat tersebut yaitu optimisme yang
berlebihan, narcisisme, pesimisme, dan sering menuntut, biasa juga
ketergantungan berlebihan untuk suatu benda ataupun
mempertahankan diri.
b. Fase anal : usia 1-3 tahun
Kenikmatan terbesar anak terdapat disekitar daerah lubang anus,
yang berkaitan erat dengan BAB
Sifat karakter : resolusi yang berhasil menyebabkan dasar
perkembangan otonomi pribadi, kapasitas untuk menginisiasi dan
mandiri.
Sifat patologis : maladaptif, tidak konsisten, gangguan ketertiban,
keras kepala, sifat menentang, paling sering terjadi neurosis obsesif
kompulsif.
c. Fase phalic : ketika anak mulai mengetahui
perbedaan anatomis antara laki-laki dan perempuan
Sifat karakter : rasa identitas seksual, keingin tahuan tanpa rasa
malu, penguasaan terhadap objek dan permasalahan.
Sifat patologis : gangguan dalam perkembangan neurotik,
penyimpangan dalam mengidentifikasi suatu identifikasi antara
perempuan dan laki-laki.
d. Fase laten : 6-12 th : mengembangkan
keterampilan sosial dan intelektual
Sifat karakter : integrasi pencapaian dalam perkembangan
psikoseksual dan mengakkan pola penentu fungsi adaptif.
Sifat patologis : gangguan dalam pengendalian internal, atau
kelebihan pengendalian internal, gangguan pengendalian
menyebabkan tidak adekuat energi untuk minat dan belajar dan
mengembangkan ketrampilan.
e. Fase genital : diatas 12 th : kematangan
fisiologis ketika masuk masa remaja, dorongan seks berkembang
Sifat karakter : memiliki kapasitas untuk memenuhi dan memuaskan
potensi genital dan identitas diri yang konsisten, penerapan kreatif
dan produktif untuk menghargai tujuan dan nilai.
Sifat patologis : suatu pengolahan kembali aspek perkembangan
tersebut, resolusi dan fiksasi yang gagal menyebabkan defek
patologis pada kepribadian dewasa.

Pemahaman psikodinamik depresi yang dijelaskan Sigmud Freud


dan di kembangkan Karl Abraham dienal sebagai pandangan klasik
mengenai depresi. Teori ini meliputi 4 poin penting: (1) gangguan
hubungan ibu-bayi selama fase oral (10 sampai 18 bulan pertama
kehidupan) menjadi predisposisi kerentanan selanjutnya terhadap
depresi. (2) depresi dapa terkait dengan kehilangan objek nyata atau
khayalan; (3) introyeksi objek yang meninggal adalah mekanisme
pertahanan yang dilakukan untuk menghadapi penderitaan akibat
kehilangan objek; dan (4) kehilangan objek di anggap sebagai
campuran cinta dan benci sehingga rasa marah diarahkan ke dalam diri
sendiri. Melanie Klein memahami depresi melibatkan ekspresi agresi
terhadap orang – orang yang dicintai, sepertiyang dikemukan
Freud.Edward Bibring menganggap depresi sebagai fenomena yang
terjadi ketika seseorang menyadari ketidaksesuaian antara idealisme
yang sangat tinggi dan ketidakmampuan memenuhi tujuan
tersebut.Edith Jacob melihat keadaan depresi serupa dengan anak yang
tidak berkekuatan dan tidak berdaya yang menjadi korban penyiksaan
orang tua.Anak merasakan dirinya seperti yang diidentifikasikan sesuai
dengan aspek negatif orang tua menyiksa, sedangkan sifat sadis orang
tua ditransformasikan menjadi superego yang kejam.

6. Jelaskan gangguan depresi ?


Jawab : Depresi merupakan salah satu gangguan mood yang ditandai
oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya
penderitaan berat. Mood adalah keadaan emosional internal yang
meresap dari seseorang.
Etiologi Depresi
a. Faktor biologi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat kelainan pada
amin biogenik, seperti 5 HIAA (5-Hidroksi indol asetic acid), HVA
(Homovanilic acid), MPGH (5 methoxy-0-hydroksi phenil glikol), di
dalam darah, urin, dan cairan serebrospinal pada pasien gangguan
mood. Neurotransmiter yang terkait dengan patologi depresi adalah
serotonin dan epineprin. Penurunan serotonin dapat mencetuskan
depresi Selain itu aktivitas dopamin pada depresi adalah menurun.
Hal tersebut tampak pada pengobatan yang menurunkan konsentrasi
dopamin seperti respirin dan penyakitdengan konsentrasi dopamin
menurun seperti Parkinson. Kedua penyakit tersebut disertai gejala
depresi. Obat yang meningkatkan konsentrasi dopamin, seperti
tyrosin, amphetamine, dan bupropion, menurunkan gejala depresi
b. Faktor genetik
Penelitian genetik dan keluarga menunjukkan bahwa angka resiko di
antara anggota keluarga tingkat pertama dari individu yang
menderita depresi berat (unipolar) diperkirakan 2 sampai 3 kali
dibandingkan dengan populasi umum. Angka keselarasan sekitar
11% pada kembar dizigot dan 40% pada kembar monozigot
c. Faktor psikososial
Menurut Freud dalam teori psikodinamikanya, penyebab depresi
Adalah kehilangan objek yang dicintai . Faktor psikososial yang
mempengaruhi depresi meliputi peristiwa kehidupan dan stresor
lingkungan, kepribadian, psikodinamika, kegagalan yang berulang,
teori kognitif, dan dukungan sosial .Peristiwa kehidupan yang
menyebabkan stres, lebih sering mendahului episode pertama
gangguan mood dari episode selanjutnya. Para klinisi mempercayai
bahwa peristiwa kehidupan memegang peranan utama dalam
depresi. Klinisi lain menyatakan bahwa peristiwa kehidupan hanya
memiliki peranan terbatas dalam onse depresi. Stresor lingkungan
yang paling berhubungan dengan onset suatu episode depresi adalah
kehilangan pasangan . Stresor psikososial yang bersifat akut, seperti
kehilangan orang yang dicintai, atau stresor kronis misalnya
kekurangan finansial yang berlangsung lama, kesulitan hubungan
interpersonal, ancaman keamanan dapat menimbulkan depresi
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR), suatu
episode depresi ringan ditandai dengan sedikitnya dua (tetapi kurang
dari lima gejala) selama 2 minggu
1. Mood yang depresi hampir sepanjang hari dan hampir
setiap hari
2. Penurunan kesenangan atau minat secara drastis dalam
semua atau hampir semua aktivitas
3. Kehilangan berat badan atau penambahan berat badan yang
signifikan atau suatu penambahan atau penurunan selera
makan
4. Mengalami insomnia atau hipersomnia
5. Agitasi yang berlebihan atau melambatnya respon gerakan
hampir setiap hari
6. Lelah atau hilang energi hampir setiap hari
7. Perasaan tidak berarti atau rasa bersalah yang tidak sesuai
atau berlebihan(yang dapat menyerupai waham) hampir setiap
hari
8. Menurunnya kemampuan berfikir atau berkonsentrasi, atau
keragu-raguan hampir setiap hari
9. Pikiran berulang mengenai kematian,gagasan bunuh diri
berulang tanpa suatu rencana spesifik
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR), suatu
episode depresi Berat ditandai dengan lima atau lebih gejala
dibawah ini selama suatu periode 2 minggu, setidaknya satu gejala
adalah (1) mood yang menurun (2) kehilangan minat atau
kesenangan
1. Mood yang depresi hampir sepanjang hari dan hampir
setiap hari
2. Penurunan kesenangan atau minat secara drastis dalam
semua atau hampir semua aktivitas
3. Kehilangan berat badan atau penambahan berat badan yang
signifikan atau suatu penambahan atau penurunan selera makan
4. Mengalami insomnia atau hipersomnia
5. Agitasi yang berlebihan atau melambatnya respon gerakan
hampir setiap hari
6. Lelah atau hilang energi hampir setiap hari
7. Perasaan tidak berarti atau rasa bersalah yang tidak sesuai
atau berlebihan(yang dapat menyerupai waham) hampir setiap
hari
8. Menurunnya kemampuan berfikir atau berkonsentrasi, atau
keragu-raguan hampir setiap hari
9. Pikiran berulang mengenai kematian,gagasan bunuh diri
berulang tanpa suatu rencana spesifik

7. Bagaimana stressor pada pasien ini?


Jawab : adapun stressor pada pasien ini yaitu :
a. Primary support group
Saat orang tua mulai bertengkar dan memilih berpisah, kemudian
ayanhnya menikah lagi dan ibunya masuk penjara serta ayahnya
meninggal. Pasien juga mengatakan jika ibu dan kakaknya kurang
peduli saat pasien akan menceritakan masalah keluargnya.
Sebelumnya pasien juga merasa tidak nyaman dengan kakak
kandunnya yang laki-laki karena mnggunakan obat-obatan dan
kadang-kadang membuat kacau di rumah bahkan sampai ingin
menggadaikan rumahnya.
b. Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
Pasien mengatakan semenjak sekolah ia tak memiliki teman dan
sering di bully sehingga pasien tidak memiliki teman untuk berbagi
cerita. Selain itu teman pasien mengatkan jika pasien memakai
narkoba dan hamil di luar nikah
c. Masalah pendidikan
Pasien mengatakan bahwa ia tak sepintar teman-temannya yang lain.
Dan pasien sering merasa sedih karena nilain ujiannya jelek.
8. Prognosis pada pasien ini?
Jawab : Prognosis pasien secara menyeluruh adalah Malam. Namun
prognosis tersebut dipengaruhi oleh faktor :
A. Faktor pendukung
- Tidak adanya kelainan organik
- Stressor psikologik jelas
B. Faktor penghambat :
- Adanya factor genetic
- Pasienterkenagejalasaatusiamuda
- Kurangnya dukungan keluarga terhadap pengobatan pasien
- Tidak adanya semangat dari pasien untuk bisa segera
kembali beraktivitas
- Pasien putus obatselama 1 bulan
- Pasien tidak menyadaripenyebab kondisi penyakit
kejiwaannya
9. Pengobatan farmakologi dan non farmakologi?
Jawab :
A. Perencanaanterapi Farmakologis
- Amytriptilin 25mg 2x1
- Alprazolam 0,25mg 2x1
B. Perencanaanterapisupportif
a. Psikoterapi
 Pasien dimotivasi untuk tetap patuh untuk mengkonsumsi
obat secara rutin meskipun tidak diawasi.
 Pasien dapat menjalani cognitive-behavioral therapy.
 Edukasi tentang cara beradaptasi dengan stressnya.
b. Sosioterapi
 Edukasi kepada keluarga dan pasien mengenai gejala dan
keadaan pasien agar keluarga dapat menghadapi dan
memenuhi kebutuhan pasien.
 Keluarga harus mendukung pasien dalam proses
pengobatan baik secara psikologis maupun financial seperti
rutin mengajak berkomunikasi dengan pasien sehingga pasien
merasa diperhatikan dan tidak di tinggalkan begitu saja.
10. Jelaskan bagaimana defence mechanism?
Jawab: : mekanisme pertahanan ego tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pengalihan (displacement) ialah bentuk pertahanan diri yang
meredakan kecemasan dengan melampiaskan kecemasannya pada
objek-objek lain yang tidak mengancam kenyamanannya. Mekanisme
ini biasanya dilakukan saat individu tidak berani mengungkapkan
kekesalan hatinya pada orang yang telah membuatnya kesal karena
beberapa hal, maka ia akan melampiaskan kekesalannya pada benda
atau orang yang dianggap tidak mengancam dirinya. Misalnya ketika
seorang anak dimarahi oleh ibunya, karena tidak berani melawan
ibunya dia kemudian memukul adiknya untuk melampiaskan
kecemasannya.
b. Reaksi formasi (reaction formasi) ialah bentuk pertahanan diri
yang berupaya melakukan sesuatu yang bertolak-belakang apabila apa
yang akan dilakukannya itu menimbulkan kecemasan padadirinya.
Mekanisme ini biasanya ditandai dengan adanya sikap baik yang
berlebihan pada orang yang dibenci atau ditakuti agar si pelaku tidak
merasa terancam. Misalkan seorang murid yang sangat benci pada
gurunya, namun guru itu sangat berpengaruh pada nilainya, maka ia
akan bersikap hormat secara berlebihan pada guru tersebut.
c. Proyeksi ialah bentuk pertahanan diri dengan cara menghadapi
kecemasan yang mengganggu dengan memutar-balikkan fakta seolah-
olah yang bersalah adalah orang lain, bukan dirinya. Misalnya ketika
seorang murid yang mendapatkan nilai buruk, ia mengatakan bahwa
gurunya terlalu sentimen pada dirinya.
d. Denial ialah bentuk pertahanan diri yang menyangkal adanya
ancaman eksternal atau kejadian traumatis yang telah dialami. Individu
yang melakukan mekanisme ini biasanya tidak mau menerima
kenyataan menyakitkan yang ia alami dan lebih memilih
mengkhayalkan hal-hal yang dirasa dapat meredakan kecemasannya.
Misalnya ketika seorang ibu yang tidak mau merubah tatanan kamar
anaknya yang sudah meninggal karena berharap anaknya bisa kembali
lagi suatu hari nanti.
e. Regresi ialah bentuk pertahan diri yang berupaya mendapatkan
kembali rasa nyaman setelah ia merasa cemas karena kehilangan rasa
nyaman itu dengan melakukan kembali kebiasaan lama yang sudah
tidak dilakukannya agar rasa nyaman itu bisa kembali ia dapatkan.
Misalkan seorang anak kecil yang sudah bisa makan sendri kemudian
memiliki seorang adik, karena merasa ibunya lebih mempedulikan
adiknya dia pun selalu minta disuapi ketika makan untuk menarik
perhatian ibunya.
f. Rasionalisasi ialah bentuk pertahanan diri dengan membuat-buat
alasan untuk memanipulasi fakta agar tindakan yang dilakukan itu
masuk akal dan dapat diterima. Kita membenarkan sebuah pikiran atau
tindakan yang mengancam dengan membujuk diri kita sendiri bahwa
ada penjelasan yang rasional untuk pikiran atau tindakan tersebut.
Misalnya, ketika seorang anak diajak temannya untuk bertanding bulu
tangkis, dia menolak dengan alasan sedang tidak enak badan, padahal
sebenarnya dia takut kalah.
g. Represi (repression) ialah bentuk pertahanan diri yang berupaya
membuang impuls-impuls atau ingatan masa lalu yang tak diterima
dan menimbulkan kecemasan dalam kehidupan individu. Represi
merupakan tindakan melupakan secara tak sadar keberadaan sesuatu
yang mengganggu kenyamanan individu. Misalnyaketika seseorang
mengalami kecelakaan dan mengalami trauma, untuk meredakan
kecemasan dari rasa trauma tersebut ia berusaha membuang ingatan-
ingatan tersebut ke alam tidak sadar, sehingga ia akan lupa dengan
kejadian itu dan bisa menjalani hidup tanpa rasa cemas lagi.
pada pasien ini defens mekanisme yang digunakan yaitu regresi,
dimana untuk menarik perhatian dari keluarga pasien biasanya
mengurung diri dikamar dan melakukan hal-hal yang dapat membuat
keluarganya khawatir agar dapat lebih peduli.
11. Bagaimana riwayat pengobatan pada kasus ini ?
Jawab : Pasien mengaku selama ini sudah pernah dirawat di RSU
Anutapura sebanyak 6 kali,saat pertama kali masuk RS dengan keluhan
merasa cemas berlebihan akibat masalah keluarga, kedua pasien masuk
dengan perasaan drop akibat kakaknya dikeluarkan dari suatu pekerjaan,
ketiga pasien pernah dirawat akibat adanya gejala dispepsia yang
dirasakan, keempat pasien dirawat akibat sulit tidur dan merasa cemas,
kelima pasien pernah dirawat hanya diigd saja akibat mual muntah dan
sebelumnya pasien merasa cemas terhadap lingkungan sosial dan
keluarganya, keenam pasien masuk dengan keluhan muntah darah, sakit
kepala, sulit tidur, nyeri ulu hati, merasa gelisah.
Pasien mengaku selama ini pernah dimengonsumsi obat yang
diberikan dari rumah sakit berupa Nopres, Lansoprazole, curcuma, vit
B,dan sucralfat syrup, dari riwayat perawatan pasien pernah diberikan
obat varbion, (stelosi 0,5 mg, merlopam 0,65 mg, amitripilin 10 mg,
paracetamol 250 mg) dibuat dalam kapsul. Selebihnya pasien lupa akan
obat yang pernah dikonsumsinya.

DAFTAR PUSTAKA

Elvira Sd, Hadisukanto G, 2010, Buku Ajar Psikiatri, Badan Penrbit FKUI:
Jakarta

Guyton And Hall,2012 . Fisiologi Kedokteran EGC ; Jakarta

Kaplan Dan Sadock. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed 2. Egc:Jakarta

Rusdi Maslim. 2014. Panduan Praktis Pengguanaan Klinis Obat Psikotropik


(Physcotopik Medication)

Anda mungkin juga menyukai