Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Geologi lapangan merupakan mata kuliah yang sangat fundamental dalam
pengembangan dasar–dasar ilmu geologi. Senua data yang diperlukan oleh seorang ahli
geologi terdapat di lapangan yang akan diteliti. Dengan pengambilan data yang baik dan
benar, maka kita dapat mengetahui apa yang terjadi sesungguhnya di tempat itu pada
beberapa juta tahun yang lalu. Dengan begitu kita dapat merekonstruksi apa yang sebenarnya
terjadi di masa lalu, sesuai dengan semboyan “the present is the key to the past”.
Seluruh pengambilan data yang dilakukan pada dasarnya ialah untuk memetakan
kondisi geologi yang ada di daerah penelitian, seperti kondisi geomorfologi, stratigrafi dan
struktur yang ada di daerah tersebut. Hasil akhir dari suatu pemetaan ini adalah dengan
membuat suatu peta geologi. Peta ini merupakan peta yang memberikan gambaran mengenai
seluruh penyebaran dan susunan dari lapisan-lapisan batuan dengan memakai warna atau
simbol, sedangkan tanda-tanda yang terlihat di dalamnya dapat memberikan pencerminan
dalam tiga dimensi mengenai susunan batuan di bawah permukaan. Nilai dari peta geologi,
artinya hingga dimana peta tersebut dapat digunakan, tergantung dari ketelitian pada waktu
pengamatan di lapangan.
Pemetaan yang dilakukan ialah berada di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten
Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Daerah Karangsambung, Luk Ulo, Jawa Tengah dikenal
sebagai salah satu tempat tersingkap batuan campuran, yaitu Kompleks Melange Luk-Ulo
yang berumur Kapur Akhir sampai Paleosen. Satuan batuan ini dianggap sebagai produk dari
proses subduksi antara lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah lempeng benua
Asia Tenggara (Asikin, 1974). Satuan batuan ini ditutupi oleh sedimen-sedimen Paleogen,
yang terdiri dari Formasi Karangsambung dan Formasi Totogan. Kedua satuan batuan ini
terdiri dari batulempung dengan fragmen-fragmen atau bongkah-bongkah batuan asing yang
tercampur di dalamnya, yang dianggap sebagai olistostrom. Di bagian atas dari sedimen
Paleogen ini juga diendapkan sedimen Neogen yaitu Formasi Waturanda, Formasi Penosogan
dan Formasi Halang.
Litologi yang beragam disertai struktur yang mengontrol menyebabkan di daerah ini
memiliki proses geologi yang cukup kompleks. Pada laporan ini akan dibahas mengenai

1
Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
geologi Daerah Cantel dan sekitarnya, mencakup kondisi geomorfologi, penyebaran satuan
batuan, struktur-struktur geologi, dan sejarah geologi dari daerah ini.

1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian

Pemetaan ini dimaksudkan sebagai pelaksanaan tugas Kuliah Lapangan


Karangsambung 2012 yang merupakan mata kuliah di Prodi Teknik Geologi, Fakultas Sains
dan Teknik, Universitas Jendral Soedirman. Tujuan penelitian ini adalah untuk memetakan
daerah Cantel, Karangsambung dengan memaparkan kondisi geomorfologi, ciri litologi,
stratigrafi, penyebaran satuan batuan, struktur geologi, dan sejarah geologinya.

1.3 Lokasi, dan Kesampaian Daerah


Pada laporan ini, yang menjadi lingkup kajian daerah pemetaan ialah pada Daerah
Waturanda dan sekitarnya. Luas daerah penelitian 30 km2. Daerah penelitian secara
administratif termasuk Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa
Tengah. Daerah ini dapat dicapai dengan kendaraan beroda empat. Sedangkan untuk
memperoleh singkapan-singkapan batuan yang baik, diperlukan penjelajahan dengan berjalan
kaki.

Gambar 1. Peta lokasi daerah penelitian

2
Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
1.4 Geografi Daerah Penelitian

Seperti yang telah kita ketahui, Daerah Karangsambung merupakan daerah cagar alam
geologi. Desa Karangsambung yang berada dan menjadi titik pusat di dalam kawasan ini
terletak 19 km di sebelah utara kota Kebumen.
Bagian utara kawasan geologi Karangsambung merupakan bagian dari Lajur
Pegunungan Serayu Selatan. Pada umumnya daerah ini terdiri atas dataran rendah hingga
perbukitan menggelombang dan perbukitan tak teratur yang mencapai ketinggian hingga 520
m. Musim hujan di daerah ini berlangsung dari Oktober hingga Maret, dan musim kemarau
dari April hingga September. Masa transisi diantara kedua musim itu adalah pada Maret-
April dan September-Oktober. Tumbuhan penutup atau hutan sudah agak berkurang, karena
di beberapa tempat telah terjadi pembukaan hutan untuk berladang atau dijadikan hutan
produksi (jati dan pinus).
Sebagian besar penduduk di daerah Karangsambung beragama Islam. Pada umumnya
penduduk bekerja sebagai petani (mengolah sawah, berkebun, berladang, menyadap getah
pinus). Mereka biasa menyelingi pekerjaan bertani dengan menambang kerikil dan pasir di
sungai, atau membuat batu bata. Sebagian kecil bekerja sebagai pedagang, pegawai
pemerintahan atau merantau ke luar daerah. Hasil pertanian selain padi adalah, tembakau, ubi
kayu, petai, kelapa, jagung, pisang dan sedikit sayur-mayur. Sebagian penduduk memelihara
ternak seperti ayam, kambing atau sapi. Makanan utama penduduk adalah nasi dan sebagian
kecil lainnya mengkonsumsi oyek yang terbuat dari ubi kayu. Jumlah penduduk khususnya di
daerah Karangsambung menurut data statistik dari BPS Kabupaten Kebumen tahun 2002
adalah 39.543 jiwa.
Fasilitas pendidikan formal yang ada di daerah Karangsambung dan sekitarnya
terbatas hanya sampai pada jenjang setingkat SLTP. Di daerah ini terdapat 7 sekolah
setingkat SLTP yang setiap tahunnya meluluskan sekitar 600 siswa. Dari jumlah itu sebagian
kecil saja yang melanjutkan ke jenjang SLTA di kota Kebumen. Bagi siswa yang tinggal di
desa-desa di Kecamatan Sadang, mereka sedikitnya menempuh perjalanan sejauh 30 km ke
Kebumen. Walaupun pendidikan adalah salah satu masalah di daerah Karangsambung, bagi
mereka yang berkesempatan melanjutkan pendidikan hingga ke perguruan tinggi, tercatat
beberapa oang putra daerah Karangsambung berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana S1.
Masyarakat Karangsambung menggunakan bahasa jawa dengan dialek yang khas
(Banyumasan), namun pada umumnya mereka mengerti bahasa Indonesia.

3
Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
1.5 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat ditarik identifikasi masalah yaitu :
1. Bagaimana mengenai geomorfologi Daerah Cantel dan sekitarnya?
2. Bagaimana stratigrafi Daerah Cantel dan sekitarnya?
3. Bagaimana kondisi struktur geologi yang berkembang di Daerah Cantel dan
sekitarnya?
4. Bagaimana sejarah geologi dari Daerah Cantel dan sekitarnya?

1.6 Metode Penelitian

Metoda penelitian terdiri dari empat tahap yaitu studi pendahuluan, penelitian lapangan,
pengolahan data, dan penyusunan laporan. Peta dasar yang digunakan dalam penelitian
berskala 1:12.500.

a) Studi Pendahuluan

• Analisis peta topografi, foto udara, dan citra

b) Penelitian Lapangan

• Observasi singkapan

• Pengukuran unsur struktur geologi yang ada.

• Melakukan lintasan geologi terukur pada lintasan terpilih

c) Pengolahan Data

• Pembuatan peta lintasan, peta geomorfologi, peta geologi, serta penampang


geologi detil.

d) Penyusunan Laporan

Hasil akhir dari seluruh rangkaian pemetaan adalah penyusunan laporan


berupa laporan pemetaan Daerah Waturanda, Karangsambung, Kebumen.

4
Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
BAB II
GEOLOGI REGIONAL DAERAH
KARANGSAMBUNG

2.1. Fisiografi Regional Jawa Tengah


Pulau Jawa secara fisiografi dan struktural, dibagi atas empat bagian utama
(Bemmelen, 1970) yaitu: – Sebelah barat Cirebon (Jawa Barat) – Jawa Tengah (antara
Cirebon dan Semarang) – Jawa Timur (antara Semarang dan Surabaya) – Cabang sebelah
timur Pulau Jawa, meliputi Selat Madura dan Pulau Madura Jawa Tengah merupakan bagian
yang sempit di antara bagian yang lain dari Pulau Jawa, lebarnya pada arah utara-selatan
sekitar 100 – 120 km. Daerah Jawa Tengah tersebut terbentuk oleh dua pegunungan yaitu
Pegunungan Serayu Utara yang berbatasan dengan jalur Pegunungan Bogor di sebelah barat
dan Pegunungan Kendeng di sebelah timur serta Pegunungan Serayu Selatan yang
merupakan terusan dari Depresi Bandung di Jawa Barat.

Pegunungan Serayu Utara memiliki luas 30-50 km, pada bagian barat dibatasi oleh
Gunung Slamet dan di bagian timur ditutupi oleh endapan gunung api muda dari Gunung
Rogojembangan, Gunung Prahu dan Gunung Ungaran.

Gambar 2: fisiografi jawa tengah

5
Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
2.2 Tatanan Tektonik Pulau Jawa
a. Tektonik Regional
Perkembangan tektonik pulau Jawa dapat dipelajari dari pola-pola struktur geologi
dari waktu ke waktu. Struktur geologi yang ada di pulau Jawa memiliki pola-pola yang
teratur. Secara geologi pulau Jawa merupakan suatu komplek sejarah penurunan basin,
pensesaran, perlipatan dan vulkanisme di bawah pengaruh stress regime yang berbeda-beda
dari waktu ke waktu. Secara umum, ada tiga arah pola umum struktur yaitu arah Timur Laut
–Barat Daya (NE-SW) yang disebut pola Meratus, arah Utara – Selatan (N-S) atau pola
Sunda dan arah Timur – Barat (E-W). Perubahan jalur penunjaman berumur kapur yang
berarah Timur Laut – Barat Daya (NE-SW) menjadi relatif Timur – Barat (E-W) sejak kala
Oligosen sampai sekarang telah menghasilkan tatanan geologi Tersier di Pulau Jawa yang
sangat rumit disamping mengundang pertanyaan bagaimanakah mekanisme perubahan
tersebut. Kerumitan tersebut dapat terlihat pada unsur struktur Pulau Jawa dan daerah
sekitarnya.

Pola Meratus di bagian barat terekspresikan pada Sesar Cimandiri, di bagian tengah
terekspresikan dari pola penyebarab singkapan batuan pra-Tersier di daerah Karang
Sambung. Sedangkan di bagian timur ditunjukkan oleh sesar pembatas Cekungan Pati,
“Florence” timur, “Central Deep”. Cekungan Tuban dan juga tercermin dari pola konfigurasi
Tinggian Karimun Jawa, Tinggian Bawean dan Tinggian Masalembo. Pola Meratus tampak
lebih dominan terekspresikan di bagian timur. Pola Sunda berarah Utara-Selatan, di bagian
barat tampak lebih dominan sementara perkembangan ke arah timur tidak terekspresikan.
Ekspresi yang mencerminkan pola ini adalah pola sesar-sesar pembatas Cekungan Asri,
Cekungan Sunda dan Cekungan Arjuna. Pola Sunda pada Umumnya berupa struktur
regangan. Pola Jawa di bagian barat pola ini diwakili oleh sesar-sesar naik seperti sesar
Beribis dan sear-sear dalam Cekungan Bogor. Di bagian tengah tampak pola dari sesar-sesar
yang terdapat pada zona Serayu Utara dan Serayu Selatan. Di bagian Timur ditunjukkan oleh
arah Sesar Pegunungan Kendeng yang berupa sesar naik. Dari data stratigrafi dan tektonik
diketahui bahwa pola Meratus merupakan pola yang paling tua. Sesar-sesar yang termasuk
dalam pola ini berumur Kapur sampai Paleosen dan tersebar dalam jalur Tinggian Karimun
Jawa menerus melalui Karang Sambung hingga di daerah Cimandiri Jawa Barat. Sesar ini
teraktifkan kembali oleh aktivitas tektonik yang lebih muda. Pola Sunda lebih muda dari pola
Meratus. Data seismik menunjukkan Pola Sunda telah mengaktifkan kembali sesar-sesar
yang berpola Meratus pada Eosen Akhir hingga Oligosen Akhir. Pola Jawa menunjukkan

6
Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
pola termuda dan mengaktifkan kembali seluruh pola yang telah ada sebelumnya
(Pulunggono, 1994). Data seismik menunjukkan bahwa pola sesar naik dengan arah barat-
timur masih aktif hingga sekarang.

Fakta lain yang harus dipahami ialah bahwa akibat dari pola struktur dan persebaran
tersebut dihasilkan cekungan-cekungan dengan pola yang tertentu pula. Penampang
stratigrafi yang diberikan oleh Kusumadinata, 1975 dalam Pulunggono, 1994 menunjukkan
bahwa ada dua kelompok cekungan yaitu Cekungan Jawa Utara bagian barat dan Cekungan
Jawa Utara bagian timur yang terpisahkan oleh tinggian Karimun Jawa. Kelompok cekungan
Jawa Utara bagian barat mempunyai bentuk geometri memanjang relatif utara-selatan dengan
batas cekungan berupa sesar-sesar dengan arah utara selatan dan timur-barat. Sedangkan
cekungan yang terdapat di kelompok cekungan Jawa Utara Bagian Timur umumnya
mempunyai geometri memanjang timur-barat dengan peran struktur yang berarah timur-barat
lebih dominan. Pada Akhir Cretasius terbentuk zona penunjaman yang terbentuk di daerah
Karangsambung menerus hingga Pegunungan Meratus di Kalimantan. Zona ini membentuk
struktur kerangka struktur geologi yang berarah timurlaut-baratdaya. Kemudian selama
tersier pola ini bergeser sehingga zona penunjaman ini berada di sebelah selatan Pulau Jawa.
Pada pola ini struktur yang terbentuk berarah timur-barat. Tumbukkan antara lempeng Asia
dengan lempeng Australia menghasilkan gaya utama kompresi utara-selatan. Gaya ini
membentuk pola sesar geser (oblique wrench fault) dengan arah baratlaut-tenggara, yang
kurang lebih searah dengan pola pegunungan akhir Cretasisus. Pada periode Pliosen-
Pleistosen arah tegasan utama masih sama, utara-selatan. Aktifitas tektonik periode ini
menghasillkan pola struktur naik dan lipatan dengan arah timur-barat yang dapat dikenali di
Zona Kendeng.

7
Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
2.3 Geomorfologi Karangsambung
Secara geografis, daerah Karangsambung terletak pada koordinat 7034’00”LS
- 7036’30” LS dan 109037’00”BT - 109044’00” BT. Secara administratif, daerah
penelitian Karangsambung termasuk kedalam Kecamatan Karangsambung,
Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa Tengah. Karangsambung terletak di bagian
selatan zona Pegunungan Serayu (Van Bemmelen,1949 op.cit.Sucipta,2006).

Gambar 3. Fisiografi Regional Jawa Tengah


(van Bemmelen, 1949 op.cit. Hadiansyah, 2005)

Karangsambung terletak sekitar 20 km ke arah utara dari Kebumen dengan


elevasi ± 111 mdpl. Di daerah ini terdiri dari beberapa gunung di antaranya yaitu
Gunung Paras (510 mdpl), Gunung Brujul (428 mdpl), Gunung Gedog (312 mdpl),
Gunung Sigeong, Gunung Waturanda dan masih banyak lagi.

Van Bemmelen (1949) membagi Jawa tengah atas enam satuan, yaitu Satuan
Gunungapi Kuarter, Dataran Aluvial Jawa Utara, Antiklinorium Bogor-Serayu Utara-
Kendeng, Depresi Jawa Tengah, Pegunungan Serayu Selatan, dan Pegunungan
Selatan. Berdasarkan pembagian fisiografi di atas, daerah Karangsambung termasuk
ke dalam Zona Pegunungan Serayu Selatan (lihat gambar 1).

8
Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
Topografi bagian utara dan selatan dari daerah ini didominasi oleh daerah
perbukitan Litologi di daerah bagian utara didominasi oleh batuan metamorf (filit,
sekis, marmer), batuan beku (basalt, diabas, dll) dan batuan sedimen keras (breksi,
batupasir kasar, dll) sedangkan bagian selatan didominasi oleh batuan sedimen keras
(breksi, batupasir kasar, dll). Di bagian timur merupakan daerah lembah dimana
morfologi ini dihasilkan oleh litologi lunak (batulempung) di bagian tengah yang
tererosi dan litologi kasar (breksi) di bagian utara dan selatan yang tahan terhadap
erosi. Di bagian barat sampai ke bagian tengah lebih di dominasi oleh dataran karena
litologi bagian ini adalah batulempung.

Daerah Karangsambung dilewati oleh sungai utama yaitu sungai Luk Ulo yang
berarah utara-selatan yang merupakan tipe sungai dewasa yang dicirikan oleh bentuk
sungainya yang sudah bermeander. Berdasarkan analisa foto udara daerah ini
merupakan sebuah antiklin yang bagian tengahnya sudah tererosi sehingga secara
litologi akan berulang sama di utara dan selatan dan telah berkembangnya banyak
struktur geologi.

2.4 Stratigrafi Daerah Karangsambung

Stratigrafi daerah Karangsambung berdasarkan Asikin, et al., 1992 op. cit.


Sucipta, 2006 yaitu Kompleks Melange Luk Ulo, Formasi Karangsambung, Formasi
Totogan, Formasi Waturanda, Formasi Penosogan, Formasi Halang dan endapan
alluvial (lihat gambar 3).

9
Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
Gambar 4. Kolom Stratigrafi Umum Daerah Karangsambung
( modifikasi Harsolumakso et al., 1996 dari Asikin et al., 1992 )

Kompleks Melange Luk Ulo berumur Kapur Atas hingga Paleosen. Fragmen-
fragmen batuan yang terdapat dalam Kompleks Melange Luk Ulo dapat dibedakan
menjadi bongkah-bongkah selingkungan (native blocks) dan bongkah-bongkah asing
(exotic blocks). Pada umumnya terdiri dari batuan seperti sekis, rijang dan
batugamping merah, basalt, serpentinit, amfibolit, gabbro, peridotit, serta batuan
metamorf tekanan tinggi yaitu sekis biru dan eklogit dalam massadasar serpih dan
batulempung hitam.
Satuan Melange Luk Ulo dapat dibagi menjadi dua, yaitu Satuan Seboro dan
Satuan Jatisamit. Satuan Seboro dicirikan oleh lebih banyaknya bongkah-bongkah
asing dibandingkan dengan masadasarnya. Sedangkan Satuan Jatisamit dicirikan oleh
lebih banyaknya masadasar dibandingkan dengan bongkah-bongkah asingnya. Di atas
Kompleks Melange Luk Ulo diendapkan secara tidak selaras Formasi
Karangsambung dengan batas tektonik.

10
Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
Formasi Karangsambung berumur Eosen. Formasi ini berupa batulempung
bersisik (scaly clay), berwarna hitam mengkilap, berselingan dengan batupasir dan
batulanau. Terdapat bongkah-bongkah konglomerat, batugamping numulites, basalt,
batupasir. Di atas formasi ini diendapkan Formasi Totogan secara selaras.
Formasi Totogan berumur Oligosen hingga Miosen Awal. Formasi ini berupa
breksi bewarna kelabu dengan fragmen batulempung, lava basalt, batupasir dan
batugamping dengan masadasar batulempung. Di atas formasi ini diendapkan Formasi
Waturanda secara selaras.
Formasi Waturanda berumur Miosen Awal. Formasi ini berupa breksi
vulkanik dan batupasir greywacke. Diendapkan secara “gravity mass flow” atau
dengan arus turbidit. Di atas formasi ini diendapkan Formasi Panosogan secara
selaras.
Formasi Penosogan berumur berumur Miosen Tengah. Formasi ini berupa
perselingan batupasir, batulempung, tuff, napal dan batugamping kalkarenit. Formasi
ini dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian bawah dicirikan oleh perlapisan
batupasir dan batulempung, bagian tengah terdiri dari perlapisan napal dan batulanau
tufaan dengan sisipan kalkarenit, sedangkan bagian atas lebih bersifat gampingan,
berukuran lebih halus terdiri dari napal tufaan dan tuf. Pada formasi ini ditemukan
struktur sedimen load cast, flute cast, parallel lamination, cross lamination dan
graded bedding. Bagian atas dari Formasi Penosogan diendapkan Formasi Halang
secara selaras.
Formasi Halang berumur Miosen Atas hingga Pliosen. Formasi ini berupa
perselingan batupasir, batulempung, napal, tuff dengan sisipan breksi. Bagian bawah
didominasi oleh breksi dengan sisipan batupasir dan napal. Di bagian atas terdapat
sisipan batupasir, perselingan napal dan batulempung semakin banyak dengan sisipan
tuff makin dominan. Struktur longsoran (slump) merupakan ciri khas yang
menunjukkan sifat pengendapan pada cekungan yang menurun dengan cepat. Bagian
atas dari stratigrafi ini yaitu aluvial yang berumur Holosen.

11
Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
2.4 Struktur Geologi Daerah Karangsambung

Daerah Karangsambung memiliki struktur geologi yang terbentuk akibat


adanya proses tektonik pada Zaman Kapur Akhir hingga Paleosen dan adanya
orogenesa pada Zaman Tersier (Asikin, 1987). Gaya yang bekerja pada Kapur Akhir,
mempunyai arah hampir Barat Laut-Tenggara (N350ºE - N170ºE). Sedangkan gaya
berikutnya mempunyai arah Utara-Selatan. Perbedaan sifat fisik, yaitu plastisitas,
elastisitas, kelembaman, dan kegetasan batuan terhadap gaya yang bekerja, maka
masing-masing batuan yang ada di daerah ini mengekspresikan deformasi yang
berlainan. Sehingga ketika tegangan tektonik bertambah dan kemudian terhenti,
terjadilah semacam penyesuaian diri kembali massa batuan tersebut, sambil
mempengaruhi satu sama lain.

Gambar 5. Foto Udara Daerah Karangsambung

Struktur-struktur geologi seperti lipatan, kekar, dan sesar-sesar di daerah


Karangsambung mempunyai dua macam arah umum. Poros struktur yang berumur
pra-Tersier adalah hampir Timurlaut-Baratdaya. Sedangkan poros lipatan Tersier di
Pegunungan Serayu Selatan adalah Barat-Timur. Selain kekar, sesar, dan lipatan, di
daerah Luk Ulo dijumpai pula struktur-struktur deformasi lainnya seperti boudine.
Struktur-struktur demikian terjadi akibat adanya rentang-aliran searah gerakan
tektonik dan hanya terjadi pada batuan yang lebih keras. Sumbu terpanjang boudine
(potongan batuan yang mengalami rentang-aliran tersebut, dilihat dari penampang,
akan sejajar arah aliran. Arah rentang-aliran pada umumnya tegak lurus terhadap
gerak tektonik, jadi sejajar sumbu lipatan.

12
Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
Di daerah Karangsambung, boudine-boudine tersebut terkepung dalam
masadasar batulempung. Kepungan-kepungan ini mempunyai ukuran bervariasi,
mulai dari kecil hingga sebesar bukit. Kepungan-kepungan boudine di
Karangsambung terbentuk sebagai akibat adanya tektonik kuat yang menyebabkan
penyampuradukan dan deformasi pada batuan.

2.6 Hasil Penelitian Terdahulu


Formasi Karangsambung (Asikin, 1974) telah mengundang banyak peneliti
untuk mendiskusikannya. Peneliti-peneliti terdahulu antara lain adalah Harloff (1933),
Tjia (1966), Asikin (1974, 1992), Harsolumakso et al. (1995), Kapid dan
Harsolumakso (1996), Harsolumakso dan Noeradi (1996).
Tjia (1966) memakai istilah sedimen Eosen untuk endapan sedimen Tersier di
daerah Luk Ulo yang disimpulkan sebagai material pelumas dalam proses diatrofisme
Tersier dan diendapkan sebagai seri transgresif di lingkungan neritik dan paralis.
Sedimen Eosen terdiri dari konglomerat polimik, perselingan serpih (shale) dengan
batupasir; batugamping, serpih, argilite, dan napal yang mempunyai kedudukan tidak
selaras terhadap satuan pra-Tersier. Sedimen Eosen tersebut memiliki perpotongan
lineasi antara bidang fracture cleavage dan bidang perlapisan pada perselingan serpih
dengan batupasir sebagai akibat gaya kompresi yang tegak lurus dari sumbu panjang
pulau Jawa.
Asikin (1974) mendefinisikan kembali Endapan Tersier tersebut sebagai
olistostrom, yaitu gejala penyampuran yang merupakan proses sedimentasi, sebagai
hasil dari proses subduksi antara lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah
lempeng benua Asia. Penulis ini membagai satuan endapan olistostrom menjadi dua
formasi yaitu Formasi Karangsambung dan Totogan yang dicirikan oleh sifat yang
tergerus (sheared), perlapisan yang tidak teratur, dan hadirnya bongkah asing
(olistolit) yang beragam. Keadaan demikian ditafsirkan sebagai proses sedimentasi
pelongsoran akibat gaya berat, di bawah permukaan air, pada suatu cekungan aktif
secara tektonik.
Harsolumakso et al. (1995) menggunakan tahapan deskripsi dengan
menganggap keseluruhan kedua satuan batuan (Formasi Karangsambung dan Formasi
Totogan ) di dalam “Kompleks Lempung dan Breksi Lempung”. Batas antara kedua
satuan ini sulit ditentukan secara pasti mengingat batas ini tidak teratur dan
kedudukan lapisan yang ada tidak dapat dipakai sebagai pedoman untuk memetakan

13
Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
batasnya. Penulis ini menafsirkan adanya mekanisme longsoran, slump, dan turbidit
pada endapan olistostrom dan kemudian campuran tersebut terlibat dalam deformasi
tektonik yang kuat.

14
Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
.BAB III
GEOMORFOLOGI DAERAH PENELITIAN

A. Geomorfologi Daerah Penelitian

1. Ulasan geomorfologi
Satuan geomorfologi pada peta karangsambung dibagi menjadi 8 satuan
geomorfologi, yaitu satuan blok sesar bukit Pagerbako, satuan nelange gunung
Parang,satuan punggungan sinklin gunung Paras, satuan lembah antiklin
Karangsambung, satuan perbukitan homoklin waturanda, satuan blok sesar gunung
watugolong, satuan perbukitan lipatan gunung Cantel dan satuan dataran aluvial.
2. Satuan geomorfologi
 Satuan Perbukitan Homoklin
Satuan perbukitan homoklin ini terletak di bagian utara dan
memanjang dari arah barat ke timur menempati 25% peta. Satuan ini meliputi
Gunung Bulukuning dan Bukit Selaranda. Satuan ini dicirikan oleh kontur
yang rapat dan memiliki arah kemiringan lereng yang relatif sama yaitu ke
arah selatan. Morfometri dari satuan ini adalah perbukitan yang
litologinya tersusun oleh batuan keras yang relatif tahan terhadap pelapukan.
Perbukitan homoklin ini adalah bagian selatan dari lembah sinklin raksasa
karangsambung

Gambar 6. Pemandangan dari salah satu bukit


di satuan perbukitan homoklin ke arah utara

15
Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
 Satuan Perbukitan Lipatan
Satuan perbukitan sinklin (warna kuning pada peta geomorfologi) ini terletak
di bagian tengah hingga selatan dan memanjang dari barat sampai ke timur,
menempati 65% peta.. Satuan ini dicirikan oleh arah kemiringan lereng yang
berlawanan arah (saling bertemu), pada bagian utaranya arah kemiringannya
ke selatan sedangkan pada tengah arah kemiringannya ke utara, dan pada
bagian selatan kemiringan mengarah ke utara, Berdasarkan arah kemiringan
tersebut, dapat diinterpretasikan bahwa satuan ini berupa lipatan yang
memanjang ke arah barat-timur.

Gambar 7. Pemandangan perbukitan lipatan

 Satuan dataran Alluvial


Alluvial (warna abu-abu pada peta geomorfologi) dicirikan dengan kontur
yang sangat renggang penyebaran di daerah sekitar sungai dengan distribusi
lateral yang tidak terlalu luas, tekstur dalam foto udara halus, menempati
10% peta. Satuan ini terletak di bagian barat laut. Satuan ini terletak di
sepanjang aliran Sungai Luk Ulo. Litologi penyusunnya berupa material
lepas yang merupakan endapan hasil rombakan batuan sebelumnya yang
tertransport oleh aliran sungai. Material penyusunnya berukuran mulai dari
pasir hingga kerakal.

Gambar 8. Morfologi Sungai Luk Ulo


dilihat dari puncak Gunung Brujul

16
Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
3. Pola aliran sungai

A. aliran sungai pada perbukitan homoklin adalah sungai tipe trellis


dengan karakteristik tahapan sungai sungai muda.

B. Tipe sungai pada satuan perbukitan lipatan ini adalah sungai tipe
paralel dan annular yang mengalir dari barat ke timur dengan
karakteristik tahapan sungai sungai muda.

C. Sungai lok ulo adalah sungai yang memiliki karakteristik tahapan


sungai tua dengan tingkat pelapukan yang sudah tinggi dan terdapat
endapan aluvial pada tepianya.
4. Jenjang geomorfik
Bentang alam daerah penelitian dipengaruhi oleh struktur perlipatan yang
dicirikan oleh bentuk pegunungan lipatan. Struktur perlipatan mengakibatkan
tersingkapnya berbagai jenis batuan dengan tingkat kekerasan yang berbeda dan

17
Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
mempengaruhi ekspresi topografi daerah penelitian. Akibat perbedaan ketahanan
batuan terhadap proses erosi maka terbentuklah morfologi lembah antiklin
(Thornbury, 1954) dengan bagian punggungan didominasi oleh batuan yang keras
(breksi volkanik dan Kompleks Melange) sedangkan bagian lembah didominasi
oleh batuan yang lunak (lempung). Hal tersebut mengakibatkan pola aliran sungai
trelis pada bagian lembah antiklin dengan pola annular mengikuti kelurusan sumbu
lipatan. Berdasarkan dari proses erosi yang cukup intensif sepanjang lembah
antiklin dan proses pengerosian oleh sungai dengan tahapan dewasa (Sungai Luk
Ulo), dicirikan oleh dataran banjir yang luas, gosong pasir, dengan bentuk berkelok
(meander), yang memotong pegunungan lipatan maka penulis menyimpulkan
tahapan geomorfik di daerah penelitian adalah dewasa.

B. Stratigrafi daerah penelitian


Berdasarkan data yang didapat pada saat pemetaan di lapangan, stratigrafi
daerah penelitian pada daerah Cantel terdiri dari 4 satuan batuan. Berikut adalah
urutan stratigrafi daerah Cantel dari tua ke muda :

a. Satuan breksi perselingan batupasir


Satuan ini terdiri dari lapisan breksi yang berselingan dengan batupasir Warna
breksi kehitaman dan merupakan breksi polimik (fragmennya lebih dari 1 jenis
batuan). Breksi ini termasuk ke dalam breksi vulkanik karena matriks penyusunnya
non karbonatan berupa material vulkanik yang berukuran pasir.

Gambar 9. Singkapan breksi

Fragmen yang terdapat di dalam breksinya antara lain adalah basalt, andesit,
dan rijang. Ukuran fragmen-fragmen tersebut berkisar dari kerikil hingga berangkal,
dengan ukuran maksimum 80 cm dan berbentuk menyudut. Semen/matriks
penyusun breksi bersifat nonkarbonatan, kemas terbuka, pemilahan sangat buruk,
porositas sedang, kekompakan kompak, dan massif.

18
Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
Batupasirnya berwarna hitam, ukuran butir pasir kasar, bentuk membundar
tanggung, kemas tertutup, pemilahan baik, semen/matriks non-karbonatan,
kekompakan kurang kompak, struktur sedimen paralel laminasi dan cross bedding.
Lingkungan pengendapan dari satuan batuan ini adalah di bagian slope laut
dalam.

b. Satuan Batupasir perselingan Batulempung


Satuan ini merupakan perselingan antara batupasir dengan batulempung
dengan warna dominan abu-abu, yang diendapkan selaras di atas satuan peselingan
breksi dan batupasir.
Batupasirnya berwarna abu-abu dengan ukuran butir halus-sedang, pemilahan
baik, kemas tertutup, porositas sedang-baik, kekompakan kompak, semen/matriks
karbonatan, struktur sedimen paralel laminasi, cross laminasi, load cast, dan ripple,
dan tebal rata-rata 5 cm -1 meter.

Gambar 10. Singkapan batupasir-batulempung

Batulempungnya berwarna abu-abu, semen/matriks karbonatan ada pula yang


non karbonat, dan tebal rata-rata 10 cm - 1 meter.
Satuan ini diendapkan di lingkungan laut dalam dengan arus tenang hingga
mendekati laut dangkal.

c. Satuan Batugamping perselingan Batupasir, Batulempung, Batulanau, dan


Tufa
Satuan ini merupakan perselingan antara batugamping dengan batupasir,
batulempung, batulanau yang warnanya abu-abu terang dan terdapat sisipan tufa.
Batugampingnya berwarna putih keabuan, dengan ukuran butir pasir halus, kemas
tertutup, pemilahan baik, porositas sedang-buruk, butirannya merupakan kristal
kalsit, kekompakan sangat kompak, struktur sedimen berupa paralel laminasi dan
cross laminasi, dan tebal rata-rata ±35 cm.

19
Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
Gambar 11. Singkapan batugamping

Batupasirnya berwarna abu-abu terang, butiranya halus, bentur butir


membundar semen non karbonatan ada juga yang karbonat, matriks lempung, kemas
tertutup, sorting baik, parlam.
Batulempungnya berwarna abu-abu, dengan semen/matriks karbonatan, dan
tebal rata-rata 10-15 cm. Sisipan tuffnya berwarna putih kecokelatan, dengan
ukuran butir debu halus, pemilahan baik, kemas tertutup, porositas baik,
semen/matriks karbonatan, getas, dan tebal rata-rata 5 cm.
Tufa berwarna putih, kekompakan sangan kompak, karbonat lemah, butiranya
halus & bentuknya membundar, kemas tertutup.
Lingkungan pengendapan dari satuan ini adalah di lingkungan laut dangkal.
d. Satuan endapan Aluvial
Satuan aluvial merupakan satuan termuda yang terdapat di daerah pemetaan.
Satuan ini diendapkan secara tidak selaras di atas Satuan Satuan Batugamping
perselingan Batupasir, Batulempung, Batulanau, dan Tufa.
Satuan aluvial tersebar di daerah sekitar Sungai Luk Ulo. Fragmen-fragmen
batuan yang ditemukan di dalam satuan ini antara lain adalah dasit, andesit, basalt,
batupasir, konglomerat, rijang,dan kristal kuarsa dan plagioklas. Ukuran
fragmennya berkisar dari pasir hingga berangkal dan merupakan material lepas
hasil rombakan batuan sebelumnya lalu kemudian tertransport oleh aliran sungai
dan terendapkan di daerah sekitar belokan dari sungainya. Tebal satuan ini berkisar
antara 1,5-2 m.
Lingkungan pengendapan dari endapan aluvial berada di sepanjang aliran
sungai lok ulo.

20
Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
Gambar 12. Endapan alluvial di tepi Sungai Luk Ulo

21
Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
kolom stratigrafi daerah cantel

SATUAN SIMBOL
TEBAL DESKRIPSI LINGKUNGAN
BATUAN LITOLOGI
PENGENDAPAN

SEDIMEN
endapan 22lluvial, abu terang, butir
Endapan lempung - > 20 cm, angular-
<15 Sungai
Aluvial subrounded, fragmen batuan beku,
batuan sedimen, batuan metamorf.

--- Batugamping berwarna putih keabuan,


dengan ukuran butir pasir halus, kemas
- tertutup, pemilahan baik, kekompakan
sangat kompak, struktur sedimen
berupa paralel laminasi dan cross
laminasi.
Batupasir berwarna abu-abu terang,
butiranya halus, bentur butir
membundar semen non karbonatan ada
juga yang karbonat, matriks lempung,
Satuan
vv kemas tertutup, sorting baik, parlam.
Batugamping vv v Batulempung berwarna abu-abu,
perselingan v dengan semen/matriks karbonatan, dan
tebal rata-rata 10-15 cm. Sisipan
Batupasir, __ Slope Laut
tuffnya berwarna putih kecokelatan,
Batulempung, dangkal
dengan ukuran butir debu halus,
Batulanau, dan pemilahan baik, kemas tertutup,
porositas baik, semen/matriks
Tufa
karbonatan, getas, dan tebal rata-rata 5
cm.
Tufa berwarna putih, kekompakan
sangan kompak, karbonat lemah,
butiranya halus & bentuknya
membundar, kemas tertutup.
Lingkungan pengendapan dari satuan
ini adalah di lingkungan laut dangkal.

22
Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
Batupasir berwarna abu-abu terang,
butiranya halus, bentur butir membundar
semen non karbonatan ada juga yang
karbonat, matriks lempung, kemas tertutup,
Satuan __ sorting baik, parlam. Batulempung
Batupasir __ berwarna abu-abu, dengan semen/matriks Laut Dalam
perselingan
karbonatan, dan tebal rata-rata 10-15 cm. – dangkal
Sisipan tuffnya berwarna putih kecokelatan,
Batulempung dengan ukuran butir debu halus, pemilahan
baik, kemas tertutup, porositas baik,
semen/matriks karbonatan,

breksi warna hitam, ukuran butir


kerikil sampai berangkal, kemas
terbuka, pemilahan sangat buruk,
porositas baik, matriksnya
Satuan breksi berukuran pasir sedang-kasar, dan
perselingan semen/matriks non-karbonatan
Laut Dalam
batupasir batupasir, hitam, ukuran butir pasir
kasar, bentuk membundar
tanggung, pemilahan sedang,
semen non-karbonatan, , struktur
sedimen paralel laminasi dan
gradded bedding.

23
Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
C. Struktur Geologi Daerah Penelitian
Pada daerah pemetaan Cantel, terjadi deformasi yang bersifat ductile yaitu berupa
perlipatan raksasa dan deformasi yang bersifat brittle yang menghasilkan shear fracture
berupa sesar-sesar dan extensional fracture berupa gash fracture, kekar, dan lain-lain.
a. Struktur Geologi Detail Daerah Pemetaan Cantel
Struktur geologi yang berkembang di daerah pemetaan Cantel adalah berupa lipatan
(sinklin & antiklin) dan sesar kiri. Lipatan yang ada di daerah ini memiliki sumbu yang relatif
berarah barat-timur. Kemiringan lapisan batuan yang terdapat di Desa Tegalsari berarah ke
selatan, dan lapisan batuan yang terdapat di sekitar Gunung Cantel memiliki arah kemiringan
ke utara. Diperkirakan sumbu sinklin ini terdapat di daerah Pencil karena pada daerah ini
ditemukan kemiringan lapisan yang berlawanan arah. Selain struktur lipatan, struktur sesar
juga berkembang cukup intensif. Gejala sesar yang terjadi di daerah pemetaan ini berada di 2
lokasi, yaitu Kali Jaya, Kali Soka diperkirakan memanjang hingga Kali Kedungbener. Di
bawah ini akan dijelaskan secara singkat mengenai sesar-sesar tersebut.
1. Kali Soka
Sesar yang berada di daerah ini diperkirakan adalah jenis sesar mengiri. Karena tidak
ada data yang menunjang selain keberadaan adanya offset yang terjadi. Dan
diperkirakan juga memanjang hingga kali kedungbener.

.
Gambar 13. Sesar yang terdapat di Kali Soka
2. Kali Jaya
Sesar yang berkembang di daerah ini adalah jenis sesar mengiri. Data yang
menunjang keberadaan sesar ini adalah adanya offset dari lapisan sejauh ±3 m.

b. Apabila dilihat dari offsite yang bergeser mengarah utara-selatan maka dapat
disimpulkan bahwa stress atau tegasan yang menyebabkannya adalah berasal dari arah
utara dan selatan, dan berada dalam rezim tektonik kompresi.

24
Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
D.Sejarah Geologi

Berdasarkan data stratigrafi daerah pemetaan, maka urutan satuan batuan yang
diendapkan dari tua ke muda adalah satuan Breksi perselingan batupasir , satuan perselingan
Batupasir Batulempung, Satuan Batugamping perselingan Batupasir, Batulempung,
Batulanau, dan Tufa, dan satuan endapan aluvial. Berdasarkan urutan satuan batuan tersebut,
maka dapat dianalisis bagaimana sejarah geologi yang terjadi di daerah pemetaan.
Pertama diawali dengan pengendapan breksi dan batupasir yang terjadi di dasar laut,
tepatnya di daerah slope, yaitu dengan mekanisme sedimentasi arus turbidit. Hal ini dapat
terlihat dari pemilahan yang sangat buruk. Kemudian diperlukan energi sedimentasi yang
besar untuk mentransport fragmen-fragmen batuan yang dimensinya sangat besar, sehingga
kemungkinan energi tersebut dipengaruhi oleh adanya gravity mass flow. Satuan batuan ini
terbentuk dalam kondisi magmatisme bawah laut yang aktif. Hal tersebut ditandai dengan
terdapatnya fragmen rijang di dalamnya. Rijang yang terbentuk tersebut kemungkinan berasal
dari larutan silika yang dikeluarkan selama aktivitas megmatisme bawah laut. Kemudian
diendapkan secara selaras satuan Batupasir Batulempung di atasnya. Seiring dengan
menurunnya aktivitas magmatisme, maka energi yang berperan dalam proses sedimentasinya
relatif lebih lemah dibandingkan dengan satuan yang sebelumnya. Litologi yang menyusun
satuan batuan ini bersifat karbonatan, sehingga dapat diperkirakan bahwa disekitar
lingkungan pengendapannya berada di zona CCD dan juga terdapat sumber bahan karbonat
(CaCO3), yang kemudian bereaksi dengan batuan sekitarnya dan menyebabkan batuan
tersebut bersifat karbonatan. Satuan ini masih terendapkan di zona laut dalam.

Kemudian disusul oleh pengendapan satuan Batugamping Batulempung di atasnya


secara selaras. Satuan ini ditandai oleh terbentuknya batuan dengan ukuran butir yang sangat
halus, yang menandakan bahwa energi yang dibutuhkan untuk mengendapkannya relatif
lemah dan sistem pengendapan yang berperan saat itu adalah suspensi. Satuan ini terbentuk
dalam kondisi magmatisme yang sangat lemah dikarenakan terbentuknya batugamping,
karena salah satu syarat terbentuknya batugamping tersebut adalah dalam lingkungan yang
arusnya tenang. Lalu disusul oleh pengendapan Tuff. Pada saat satuan batuan terbentuk
kemungkinan pada saat aktivitas magmatisme aktif kembali, karena adanya lapisan tuff. Di
dalam satuan batuan ini terdapat diantara batugamping. Pada saat tertentu, terjadi letusan
gunungapi yang menghasilkan debu-debu vulkanik yang kemudian diendapkan di daerah
sekitar sumber letusan tersebut. Di saat yang berikutnya, yaitu saat tidak terjadi letusan, yang
diendapkan adalah batugamping. Kemudian terjadi lagi letusan, dan berulang lagi seperti

25
Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
yang sebelumnya. Oleh karena itu, terbentuklah tuff yang diantara batugamping. Setelah Tuff
terbentuk, kemudian terjadi pengendapan satuan batuan berikutnya,
Setelah satuan-satuan batuan terbentuk, terjadi proses tektonik, dalam rezim
kompresi, dalam arah relatif utara-selatan. Kegiatan tektonik tersebut mengakibatkan
terbentuknya lipatan berupa sinklin dan antiklin yang sumbunya memiliki arah relatif barat-
timur dan menunjam ke arah barat. Selain sinklin, terbentuk pula struktur berupa sesar-sesar
yang diakibatkan oleh tegasan yang sama, yaitu yang berarah utara-selatan. Sesar-sesar
tersebut merupakan jenis sesar strike-slip, dengan arah relatif utara-selatan. Sesar tersebut
menimbulkan zona lemah yang kemudian dialiri oleh air dan membentuk sungai-sungai yang
memiliki kelurusan, yang arahnya sesuai dengan arah dari sesarnya itu sendiri. Berdasarkan
pada analisis dari data yang diperoleh di lapangan, maka diperkirakan lipatan terbentuk lebih
dulu daripada sesar yang berada di sepanjang Kali Kedungbener. Kemungkinan besar sesar
yang berada di daerah Kali Kedungbener tersebut adalah jenis sesar mengiri.
Setelah semua proses yang disebut di atas terjadi, maka diendapkanlah satuan batuan
yang berumur paling muda yaitu satuan endapan aluvial. Fragmen-fragmen batuan pada
aluvial tersebut terdiri dari batupasir, konglomerat, dan rijang, beku, dan sekis dan gneis,
serta kuarsa susu. Akibat terjadinya proses tektonik dan erosi yang terus berlangsung, maka
terjadinya proses transport material-material batuan tersebut di sepanjang Sungai Luk Ulo.
Batas satuan aluvial ini dengan satuan batuan di bawahnya adalah berupa batas erosional.

26
Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan berdasarkan pada pembahasan bab-bab sebelumnya di laporan ini adalah


sebagai berikut.

1. Daerah pemetaan Cantel dibagi menjadi 3 satuan geomorfologi, yaitu:


a. Satuan Perbukitan Homoklin.
b. Satuan Perbukitan lipatan
c. Satuan Endapan Aluvial.
2. Stratigrafi daerah pemetaan Cantel dengan urutan batuan dari yang tertua ke yang
termuda adalah satuan Breksi perselingan batupasir , satuan perselingan Batupasir
Batulempung, Satuan Batugamping perselingan Batupasir, Batulempung, Batulanau,
dan Tufa, dan satuan endapan aluvial.
3. Struktur geologi yang berkembang di daerah pemetaan Cantel berupa perlapisan,
lipatan (sinklin) dan sesar. Tegasan utama yang berperan di daerah ini memiliki arah
relatif utara-selatan. Arah sumbu sinklinnya adalah barat-timur, sedangkan arah
sesarnya adalah relatif utara-selatan.
4. Sejarah geologi yang terjadi di daerah pemetaan Cantel dimulai dengan pengendapan
satuan Breksi perselingan batupasir, kemudian satuan batupasir perselingan
batulempung, dan satuan Batugamping perselingan Batupasir, Batulempung,
Batulanau, dan Tufa. Setelah itu, barulah diendapkan satuan batuan termuda di
atasnya, yaitu satuan endapan Aluvial. Daerah ini dikontrol oleh aktivitas
magmatisme. Pada daerah ini juga berkembang struktur-struktur berupa lipatan dan
sesar yang diakibatkan karena adanya kegiatan tektonik kompresi.

27
Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Asikin, S., 1974, Evolusi Geologi Jawa Tengah dan Sekitarnya, Ditinjau dari Segi Teori
Tektonik Dunia yang Baru, Disertasi Doktor, Dept. Teknik Geologi ITB.

Asikin S., Handoyo A., Busono H., dan Gafoer S, 1992, Geologic Map of Kebumen
Quadrangle, Java, scale 1: 100000. Geological Research and Development Center,
Bandung.

Bemmelen, van, R.W., 1949, The Geology of Indonesia, Martinus Nyhoff, The Haque,
Nederland.

Hadiyansyah, D., 2005. karakteristik struktur formasi karangsambungdaerah karangsambung


dan sekitarnya, kecamatan karangsambung-karanggayam, kabupaten kebumen,
propinsi jawa tengah. Skripsi S1. Program Studi Teknik Geologi. Bandung.

Harsolumakso, A. H., Suparka M. E., Zaim Y., Magetsari N. A., Kapid R., Dardji Noeradi,
dan Chalid I. Abdullah, 1995, Karakteristik Satuan Melange dan Olisostrom di daerah
Karangsambung, Jawa Tengah: suatu tinjauan ulang, Prosiding Hasil Penelitian
Puslitbang Geoteknologi LIPI (ed. Y. Kumoro., A. M. Riyanto, dan E. Z. Gaffar), 190-
215.

Lobeck, A. K., 1939, Geomorphology, An Introduction to Study of Landscapes. McGraw-


Hill Book Co., New York.

Tjia, H. D. ,1966, Structural Analysis of the Pre-Tertiery of the Luk Ulo Area Central Java,
Disertasi Doktor, Institut Teknologi Bandung.

28
Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
LAMPIRAN

29
Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel

Anda mungkin juga menyukai