Anda di halaman 1dari 14

PANDUAN

PENATALAKSANAAN
HEPATITIS B
PADA IBU HAMIL

DINAS KESEHATAN KABUPATEN TABANAN


UPTD PUSKESMAS SELEMADEG BARAT
TAHUN 2019
BAB I

DEFINISI

Hepatitis Virus merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi


masalah kesehatan masyarakat, yang berpengaruh terhadap angka kesakitan, angka
kematian, status kesehatan masyarakat, angka harapan hidup, dan dampak sosial
ekonomi lainnya.Besaran masalah Hepatitis Virus di Indonesia dapat diketahui dari
berbagai hasil studi, kajian, maupun kegiatan pengamatan penyakit. Menurut
Riskesdas tahun 2007, didapatkan hasil prevalensi HBsAg sebesar 9,4% dan
prevalensi Hepatitis C 2,08%, sehingga apabila diestimasi secara kasar maka saat ini
terdapat 28 juta orang terinfeksi Hepatitis B dan/atau Hepatitis C. Dari jumlah
tersebut 50% akan menjadi kronis (14 juta), dan 10% dari jumlah yang kronis
tersebut berpotensi untuk menjadi sirosis hati dan kanker hati primer (1,4juta).

1.1.DEFINISI
Hepatitis B adalah penyakit peradangan hati yang disebabkan oleh virus
Hepatitis B. Data dari WHO, pada tahun 2010 diperkirakan 2 milyar penduduk dunia
terjangkit Hepatitis B.yang menyebabkan 100 juta kematian diseluruh dunia
pertahunnya, dengan sekitar 300 juta sampai 400 juta orang dperkirakan menjadi
karier atau pembawa virus. Dengan begitu virus Hepatitis B 100 kali lipat lebih
infeksius daripada virus HIV.
Sementara di Indonesia diperkirakan 1 dari 10 penduduk mengidap penyakit
Hepatitis B. Sebagian besar dari penderita tersebut tidak menyadarinya, sampai
timbul komplikasi. Keadaan yang sudah terlambat ini menyebabkan besarnya biaya
yang dibutuhkan untuk mengobati penyakit ini. Cara penularan penyakit ini ada 2,
yaitu horizontal : pada pasien bedah umum dan tidakan gigi yang terpapar darah
penderita Hepatitis B, petugas kesehatan dan mahasiswa kesehatan yang terpapar
darah dari pasien Hepatitis B, pengguna narkoba dengan jarum suntik, pasien yang
menggunakan alat cuci darah, dan lain – lain, dengan persentasi penularan sekitar 3 –
5%. Secara vertikal, penularan Hepatitis B terjadi melalui Ibu penggidap virus
Hepatitis B ke bayi yang dikandung atau dilahirkan, dengan persentasi kurang lebih
95 %.
Deteksi Dini Hepatitis B pada Ibu Hamil adalah langkah awal pencegahan
penularan hepatitis B secara vertikal, yaitu penularan dari ibu kepada anaknya pada
saat proses persalinan (kelahiran). Oleh sebab itu Departemen Kesehatan Republik
Indonesia melalui Sub. Direktorat Penyakit Hepatitis dan Infeksi Saluran Pencernaan
melalui Permenkes No. 52 Tahun 2017 mencanangkan target untuk deteksi dini
Hepatitis B yang ditularkan secara vertikal dari ibu ke anaknya pada tahun 2019 ini
sebanyak 70 %. Dimana untuk target ini meningkat setiap tahunnya, untuk tahun
2018 ditargekan sebanyak 60 %.
Terkait peningkatan dan standarisasi pelayanan dan berdasarkan hasil review
berkala terhadap sumberdaya termasuk di dalamnya dokumen pedoman kerja di
UPTD Puskesmas Selemadeg Bara,didapatkan hasil bahwa dokumen Panduan dan
SOP terkait deteksi dini Hepatits B pada ibu hamil belum ada sehingga perlu disusun
dengan segera.

1.2. Dasar Hukum


1.4.1 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2015
Tentang Penanganan Hepatitis Virus.
1.4.2 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2017
Tentang Eliminasi PenularanHuman Immunodeficiency Virus, Sifilis dan
Hepatitis B dari Ibu ke anak.
1.4.3 SK Kepala UPTD Puskesmas No: 01/SK/Pusk. Selbar/I/2018 tentang Jenis-
jenis Pelayanan.
1.4.4 SK Kepala UPTD Puskesmas Selemadeg Barat Nomor:
88/SK/Pusk.Selbar/2016 tentang Jenis-Jenis Pemeriksaan Laboratorium
Yang Tersedia di Puskesmas.

1.3.Tujuan dan Manfaat


Tujuan dan manfaat dari pembuatan panduan penatalaksaan Hepatitis B pada
ibu hamil ini adalah sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam
penatalaksanaan Hepatitis B pada ibu hamil dan bayi yang dilahirkan oleh ibu hamil
dengan HbsAg positif.
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dari panduan penatalaksaan Hepatitis B pada ibu hamil ini
adalah seluruh ibu hamil yang melakukan ante natal care dan melakukan proses
persalinan di UPTD Puskemas Selemadeg Barat termasuk di Jaringan Pelayanan
Puskesmas dan Jejaring Fasilitas Pelayanan Kesehatan di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Selemadeg Barat. Selain itu ruang lingkup dari panduan ini adalah
seluruh bayi yang dilahirkan oleh ibu hamil di UPTD Puskemas Selemadeg Barat
termasuk di Jaringan Pelayanan Puskesmas dan Jejaring Fasilitas Pelayanan
Kesehatan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Selemadeg Barat.
BAB III
TATA LAKSANA

Tatalaksana Deteksi dini Hepatitis B pada ibu hamil dilakukan secara


menyeluruh melalui berbagai tahapan pencegahan yaitu promotif,preventif,kuratif
dan rehabilitatif.

3.1 Promosi Kesehatan

Kegiatan promosi kesehatan dilaksanakan dengan strategi advokasi,


pemberdayaan masyarakat, dan kemitraan, yang ditujukan untuk:
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang manfaat deteksi dini
penularan Hepatitis B secara inklusif terpadu dalam pelayanan antenatal
sejak awal kunjungan pemeriksaan trimester pertama (K1).
2. Meningkatkan pengetahuan dan tanggung jawab ibu hamil sampai
menyusui, pasangan seksual, keluarga, dan masyarakat perihal kesehatan
dan keselamatan anak, termasuk perilaku hidup bersih dan sehat serta
pemberian makanan pada bayi.
3. Meningkatkan peran serta masyarakat untuk turut serta menjaga keluarga
sehat sejak dari kehamilan.

Dalam kegiatan promosi kesehatan, dipastikan tersosialisasikannya peraturan dan


pedoman ini bagi setiap ibu hamil, masyarakat, dan pelaksana serta pengambil
kebijakan di setiap jenjang pemerintahan, dengan cara sebagai berikut:
1. Meningkatkan pengetahuan, peran dan tanggung jawab tenaga kesehatan
pada umumnya dalam menjamin kelahiran anak yang sehat dan bebas dari
penyakit serta ancaman kecacatan dan kematian.
2. Meningkatkan peran dan tanggung jawab penyelenggara pelayanan
kesehatan dalam memenuhi standar pelayanan, standar prosedur
operasional.

Secara khusus pesan promosi kesehatan yang utama bagi ibu hamil yaitu:
1. Ibu hamil dan bayi yang dikandungnya berhak tetap sehat dan makin sehat.
2. Pelayanan antenatal terpadu 10 T bermanfaat bagi kesehatan ibu hamil dan
bayi yang dikandungnya.
3. Pencegahan penularan dari ibu ke anak.

4. Deteksi dini penyakit baik menular maupun tidak menular wajib ditangani
secara dini pada ibu hamil.
5. Rujukan dan pendampingan dapat dilakukan tenaga kesehatan untuk
memastikan kehamilan berlangsung dengan baik dan janin yang dikandung
sejahtera.
6. Masyarakat dapat mendukung secara pribadi ataupun kelompok agar setiap
ibu/perempuan hamil tetap sehat.

3.2 Surveilans Kesehatan

Surveilans kesehatan adalah kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus


menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit atau masalah
kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan
penyakit atau masalah kesehatan untuk memperoleh dan memberikan informasi guna
mengarahkan tindakan pengendalian dan penanggulangan secara efektif dan efisien.
Penyelenggaraan surveilans kesehatan merupakan prasyarat program
kesehatan, dilakukan secara pasif maupun aktif untuk menyediakan informasi
tentang situasi, kecenderungan penyakit, dan faktor risikonya serta masalah
kesehatan masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya secara objektif,
terukur, dapat diperbandingkan antar waktu, antar wilayah, dan antar kelompok
masyarakat sebagai bahan pengambilan keputusan. Secara institusional kesehatan,
pemantauan wilayah setempat perlu dilakukan secara berkesinambungan sehingga
dapat memberikan informasi mengenai besaran masalah, faktor risiko, endemisitas,
patogentas, virulensi dan mutasi, kualitas pelayanan, kinerja program serta
dampaknya agar dilakukan respon tindak lanjut dengan cepat. Pengambilan
keputusan sebagai respons cepat mempertimbangkan kondisi sosial, ekonomi,
budaya, politik, keamanan dan potensi dampak yang dapat terjadi berbasis indikator
keberhasilan program.
Dalam program Eliminasi Penularan Hepatitis B dari ibu ke anak, populasi
utama target surveilans kesehatan adalah populasi ibu hamil di wilayah kerja setiap
tahun secara berkesinambungan. Surveilans kesehatan pada program Eliminasi
Penularan ini dilaksanakan dengan melakukan pencatatan, pelaporan, dan analisis
terhadap data ibu hamil dan anak yang terinfeksi Hepatitis B yang digunakan sebagai
dasar pelaksanaan Eliminasi Penularan. Pencatatan, pelaporan, dan analisis data
tersebut dapat menggunakan sistem informasi.
Berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan, dalam melakukan analisis data
mengacu pada indikator kegitan Eliminasi Penularan yang dibuat berdasarkan
lingkup dalam Eliminasi Penularan. Indikator kegiatan Eliminasi Penularan tersebut
terdiri atas indikator program kesehatan ibu dan anak/kesehatan keluarga, program
pencegahan dan pengendalian Hepatitis Virus khususnya Hepatitis B. Indikator
kegitan Eliminasi Penularan tersebut sebagai berikut:

Cara menghitung dan


No Indikator pelayanan Sumber data
manfaat indikator
1. Cakupan ibu hamil Jumlah ibu hamil yang Kartu/kohort ibu
yang dideteksi dini dites dibagi jumlah dan Register
Hepatitis B sasaran ibu hamil, dikali Pelayanan
100% Antenatal
(Proporsi ibu hamil (KIA/Kesga);
dites HBsAg saat Angka ini Register
ANC) menggambarkan kualitas DDHB
pelayanan KIA/Kesga
dan kontribusi terhadap
penemuan kasus HBV

Angka ini dapat


digunakan untuk
menghitung kebutuhan
reagen/logistik
2. Proporsi ibu hamil Jumlah ibu hamil yang Register
hep B positif dites dan hasil positif di Pelayanan
bagi jumlah ibu hamil Antenatal;
yang diperiksa Hepatitis Register
B saat ANC, dikali 100% DDHB

Angka ini dapat


digunakan untuk
menghitung kebutuhan
HBIg
3. Proporsi ibu hamil Jumlah ibu hamil positif Register
hep B positif hep B yang di rujuk DDHB
mendapat dibagi jumlah ibu hamil
tatalaksana yang Hepatitis B, dikali
(diRujuk) 100%
4. Proporsi bayi baru Jumlah bayi baru lahir Register
lahir dari ibu dari ibu Hepatitis B Pelayanan
Hepatitis B dibagi jumlah bayi lahir Antenatal/
pada periode waktu yang PNC/KF;
sama, dikali 100% Kartu/kohort
bayi (KN);
Register
DDHB
5. Proporsi bayi baru Jumlah bayi baru lahir Register
lahir dari ibu dari ibu hep B yang Pelayanan
Hepatitis B yang mendapat HB0 dan Antenatal/
mendapat HB0 dan HBIg <24 jam dibagi PNC/KF;
HBIg kurang dari 24 jumlah bayi lahir dari Kartu/kohort
jam ibu Hepatitis B pada bayi (KN);
periode waktu yang Register
sama, dikali 100% DDHB
6. Proporsi bayi usia 9- Jumlah bayi usia 9-12 Kartu/kohort
12 bulan dari ibu bulan dari ibu Hepatitis Balita; Register
Hepatitis B yang B yang diperiksa DDHB
diperiksa hep B Hepatitis B (virologis
virologis atau dan/atau serologis)
serologis dibagi dengan jumlah
bayi yang lahir dari ibu
Hepatitis B, dikali
100%
7. Proporsi bayi Jumlah bayi usia 9-12 Kartu/kohort
terinfeksi Hepatitis B bulan terinfeksi Hepatitis Balita; Register
B dibagi bayi usia 9-12 DDHB
bulan lahir dari ibu
terinfeksi Hepatitis B
yang diperiksa, dikali
100%

3.3 Deteksi Dini

Deteksi dini adalah upaya untuk mengenali secepat mungkin gejala, tanda,
atau ciri dari risiko, ancaman, atau kondisi yang membahayakan. Deteksi dini,
skrining, atau penapisan kesehatan pada ibu hamil dilaksanakan pada saat
pelayanan antenatal agar seorang ibu hamil mampu menjalani kehamilan dengan
sehat, bersalin dengan selamat, serta melahirkan bayi yang sehat dan berkualitas.

Deteksi dini dilakukan sejak masa konsepsi hingga sebelum mulainya


proses persalinan, sifatnya wajib melalui pelayanan antenatal terpadu sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk mewujukan deteksi dini
yang paripurna maka dilakukan:
1. Deteksi dini kehamilan dalam pelayanan antenatal terpadu berkualitas dan
lengkap dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di setiap fasilitas pelayanan
kesehatan.
2. Deteksi dini risiko infeksi Hepatitis B dilakukan melalui pemeriksaan darah
paling sedikit 1 (satu) kali pada masa kehamilan.

Adapun langkah – langkah deteksi dini Hepatitis B pada ibu hamil di UPTD
Puskesmas Selemadeg Barat adalah sebagai Berikut :
1. Dokter atau bidan menerima ibu hamil.
2. Dokter atau bidan menjelaskan kepada ibu hamil tentang penyakit hepatitis B.
3. Dokter atau bidan memberikan surat pengantar pemeriksaan ke laboratorium.
4. Ibu hamil melakukan pemeriksaan darah untuk deteksi dini hepatitis B.
5. Ibu hamil menyerahkan hasil dari labolatorium kepada petugas KIA.
6. Dokter atau bidan menjelaskan hasil pemeriksaan laboratorium kepada ibu hamil.
7. Dokter atau bidan melakukan tindak lanjut sesuai hasil pemeriksaan
laboratorium.
A. HbSAg non Reaktif
a) Ibu hamil melakukan ANC rutin sesuai jadwal.
B. HbSAg Reaktif
a) Dokter atau bidan melakukan KIE kepada ibu hamil.
b) Dokter akan merujuk ibu hamil ke Rumah Sakit untuk mendapatkan
penanganan lebih lanjut.
c) Dokter atau bidan memberikan penjelasan bahwa bayinya mendapatkan
HBIg gratis.
d) Ibu Hamil melakukan ANC sesuai jadwal.

Pemeriksaan laboratorium sebagai deteksi dini Eliminasi Penularan


dilakukan secara inklusif bersama pemeriksaan rutin lainnya yang dilakukan pada
ibu hamil sesuai dengan T8 pada pelayanan antenatal terpadu lengkap. Pemeriksaan
laboratorium pada ibu hamil dan bayinya merupakan misi negara sehingga
ditetapkan sebagai standar bagi setiap ibu hamil di fasilitas pelayanan kesehatan
milik pemerintah maupun masyarakat/swasta.
Deteksi dini Hepatitis B dilaksanakan dengan tes cepat (rapid diagnostic
test). Untuk menjamin hasil pemeriksaan yang akurat, setiap hasil yang reaktif pada
deteksi dini wajib dirujuk kepada dokter di Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) untuk penegakan diagnosis. Puskesmas dengan sarananya harus
melaksanakan pengukuran, penetapan, dan pengujian terhadap bahan yang berasal
dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebaran penyakit, kondisi
kesehatan, atau faktor yang berpengaruh pada kesehatan perorangan dan
masyarakat. Penyelenggaraan laboratorium puskesmas berdasarkan kondisi dan
permasalahan kesehatan masyarakat setempat dengan tetap berprinsip pada
pelayanan secara holistik, komprehensif, dan terpadu dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya. Untuk menjamin
keberlangsungan program Eliminasi Penularan maka kualitas baku mutu
pemeriksaan laboratorium menjadi pilar utama deteksi dini dan konfirmasi
diagnosis untuk intervensi program kesehatan.
Pemeriksaan laboratorium selama kehamilan, persalinan, dan nifas
merupakan salah satu komponen penting dalam pelayanan antenatal untuk
identifikasi risiko dan komplikasi. Pemeriksaan laboratorium tersebut
dilakukan sesuai dengan beberapa hal sebagai berikut:

A. Alat – alat yang disiapkan :


1. Form permintaan laboratorium
2. Form hasil pemeriksaan laboratorium
3. Alat pemeriksaan HBsAg
4. Spuit 3 ml
5. Alcohol swab
6. Pipet tetes
7. Tabung pemeriksaan
8. APD
9. Buku register hasil pemeriksaan laboratorium
10. Alat tulis

B. Bahan :
1. Darah yang diperiksa (specimen)
C. Langkah – langkah Pemeriksaan :
1. Petugas laboratorium menerima dan mengkaji form permintaan pemeriksaan
laboratorium.
2. Petugas laboratorium melakukan identifikasi pasien.
3. Petugas laboratorium melakukan Inform Concern.
4. Petugas laboratorium menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
5. Petugas laboratorium menggunakan APD.
6. Petugas laboratorium mengeluarkan strip test pemeriksaan dari bungkusnya.
7. Petugas laboratorium memberikan label identitas pasien pada strip test.
8. Petugas laboratorium mengambil darah menggunakan spuit 3 ml, lalu
masukkan ke tabung pemeriksaan.
9. Petugas laboratorium memasukkan 100µ sampel serum, plasma atau whole
blood ke dalam sampel area menggunakan pipet tetes.
10. Petugas laboratorium menginterpretasikan hasil dalam 20 menit.
11. Petugas laboratorium melepaskan sarung tangan.
12. Petugas laboratorium mencatat hasil pemeriksaan pada buku register
laboratorium dan blanko hasil pemeriksaan.
13. Petugas laboratorium mencuci tangan.
14. Petugas laboratorium memberikan hasil pemeriksaan kepada dokter.

D. Cara Membaca Validitas Hasil Pemeriksaan


1. Hasil valid apabila garis kontrol keluar garis/dot.
2. Hasil invalid apabila garis kontrol tidak keluar, maka pemeriksaan harus
diulang.
3. Hasil dinyatakan reaktif atau positif jika terdapat dua garis yaitu garis kontrol
dan garis hasil.

E. Interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium:


Pada Hepatitis B adanya HBsAg secara kualitatif pada penggunaan RDT
HBsAg (Hepatitis B surface Antigen) disebut darah reaktif Hepatitis B.

3.4 Penatalaksaan Kasus

Apabila ibu hamil terinfeksi Hepatitis B maka dilakukan penanganan kesehatan


melalui tata laksana medis, asuhan keperawatan, dan asuhan kebidanan sesuai
kebutuhan. Tatalaksana medis, asuhan kebidanan, dan asuhan keperawatan pada
ibu hamil terinfeksi Hepatitis B dilakukan sesuai dengan tata laksana keprofesian
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

a. Penatalaksanaan pada Ibu hamil


1. Bila hasil pemeriksaan laboratorium untuk konfirmasi reaktif, maka
pasien dirujuk ke rumah sakit yang telah mampu melakukan tatalaksana
Hepatitis B dan C terdekat.
2. Penanganan selanjutnya sesuai SOP rumah sakit rujukan
3. Pembiayaan secara mandiri, atau menggunakan BPJS atau asuransi
lainnya.
4. Hasil pemeriksaan, penanganan dan rekomendasi tim ahli di rumah sakit
rujukan dikirim ke puskesmas yang merujuk untuk umpan balik
(feedback).
5. Bila hasil deteksi dini hepatitis B di puskesmas nonreaktif, maka
pemeriksaan anti-HBs untuk mengetahui ada tidaknya antibodi.
6. Bila hasil pemeriksaan HbsAg dan anti-HBs non- reakif, maka
dianjurkan vaksinasi hepatitis B sebanyak 3 kali secara mandiri.

b. Penatalaksaan bayi yang dilahirkan dari Ibu dengan hepatitis B reaktif


1. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang hepatitis B (HbsAg) reaktif, maka
dianjurkan agar diberikan Hepatitis B Immunoglobulin (HBIg), vitamin
K, vaksinasi hepatitis B hari ke-0 (HB 0) diberikan sesegera mungkin
kurang dari 24 jam setelah kelahiran, diikuti vaksinasi hepatitis B
berikutnya sesuai jadwal program imunisasi nasional.
2. Setelah bayi berusia di atas 9 bulan, perlu dilakukan pemeriksaan
HbsAg dan anti-HBs pada bayi tersebut.

c. Penatalaksanaan bayi yang dilahirkan dari Ibu dengan hepatitis B non-


reaktif

Bayi yang dilahirkan dari ibu dengan hepatitis B non- reaktif, maka
diberikan vitamin K dan HB 0 sesegera mungkin (dianjurkan agar diberikan
kurang dari 24 jam) setelah kelahiran, diikuti vaksinasi hepatitis B
berikutnya sesuai jadwal program imunisasi nasional.

Selain tata laksana medis, asuhan kebidanan, dan asuhan keperawatan, pada
ibu hamil baik yang negatif maupun positif terinfeksi Hepatitis B juga dilakukan
konseling. Pada pelayanan antenatal maupun pemeriksaan laboratorium Hepatitis
B, pemberitahuan hasil pemeriksaan laboratorium sama seperti pada pemeriksaan
laboratorium pada umumnya yaitu dilakukan oleh yang meminta pemeriksaan,
disertai penjelasan atas hasil pemeriksaan disertai dengan rencana tindak lanjut
disebut konseling kesehatan pasca tes. Penyampaian hasil tes dan konseling
kesehatan diberikan secara individual sesuai ketentuan. Konseling pada ibu hamil
yang negatif maupun positif terinfeksi Hepatitis B dilaksanakan dengan ketentuan
sebagai berikut:

a. Konseling Kesehatan Untuk Ibu Hamil Hepatitis B


1) Pesan mempertahankan hasil tetap negatif, pencegahan agar tidak
terinfeksi di kemudian hari.
2) Anjuran masuk kelas ibu hamil.

3) Ajakan agar pasangan juga diperiksa Hepatitis B.


4) Jadwalkan untuk tes ulang bila ada IMS, atau termasuk populasi
beresiko.
5) Hindari perilaku beresiko.

b. Konseling Untuk Ibu Hamil Positif Hepatitis B:


1) Kepatuhan pengobatan

2) Pilihan cara persalinan.

3) Pilihan pemberian makanan bayi.

4) Penanganan pada bayi.

5) Penurunan faktor risiko penularan Hepatitis B.


6) Penanganan bagi pasangan seksualnya.
7) Imunisasi pada bayi dari Ibu Hepatitis B

Setiap bayi dari ibu Hepatitis B wajib dilakukan imunisasi dengan jadwal imunisasi
seperti telah ditetapkan, terutama untuk jadwal Imunisasi Hepatitis yaitu HB0,1,2,3.
Keberhasilan Eliminasi Penularan Hepatitis B dari ibu ke anak bukan semata-mata
terlindungi dengan pemberian HBIg saat lahir tetapi lebih merupakan kombinasi
dengan imunisasi.
BAB IV
DOKUMENTASI

Proses dan hasil pelaksanaan kegiatan Deteksi Dini Hepatitis B pada ibu
hamil didokumentasikan dalam Register Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak,
Register Pelayanan Laboratorium,Buku Kesehatan Ibu dan Anak dan formulir
Pencatatan dan Pelaporan Triple Eliminasi.(Terlampir)

Anda mungkin juga menyukai