Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

a. Strabismus atau juling ditemukan pada sekitar 5% dari seluruh anak-anak dengan
pola perkembangan yang normal. Strabismus yang bermanifestasi terbagi menjadi
eksotropia dan esotropia.1 Intermittent exotropia (X(T)) merupakan suatu bentuk
paling awam dari eksotropia yang ditemukan pada masa kanak-kanak, den Status
oftalmologikus
OD OS
Visus Fiksasi benda 6 m Fiksasi sinar (+)
Tekanan P = N+0 P = N+0
intraokular

KBM Ortoforia
GBM   

   
   
Baik ke segala arah Baik ke segala arah

Segment Anterior
Palpebra Tenang Tenang
Konjungtiva Tenang Tenang
Kornea Jernih Jernih
Iris Gambaran baik Gambaran Baik
Pupil B, C, RC(+), Ø3mm B, C, RC(+), Ø3mm
Lensa Keruh di bagian polaris Keruh
posterior
Segment Posterior
Refleks Fundus (+) (-)
Papil Bulat, berbatas tegas, Detail sulit dinilai
c/d 0,3, a:v= 2:3
Makula Refleks fovea (+) Detail sulit dinilai
Retina Kontur pembuluh darah Detail sulit dinilai
baik
II. Pemeriksaan Penunjang
USG B Scan ODS

III. Diagnosis Banding


Leukokoria e.c Katarak juvenile ODS
Leukokoria e.c Katarak kongenital
Leukokoria e.c Retinoblastoma

IV. Diagnosis Kerja


Leukokoria e.c Katarak juvenile ODS

V. Tatalaksana
Non farmakologis
KIE:
 Memberikan informasi kepada keluarga bahwa bintik putih pada mata kiri
disebabkan oleh katarak
 Memberikan informasi bahwa diperlukan tindakan operasi pada pasien untuk
membuang lensa yang mengalami katarak
Pro Aspirasi Lensa ODS dengan AU

VI. Prognosis
gan angka kejadian 50-90% dari seluruh kejadian eksotropia.2 Secara keseluruhan,
disebutkan bahwa insidensi dari intermittent exotropia mencakup 1% dari populasi umum.
klinis, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, dan prognosis dari intermittent exotropia.
Diharapkan telaah ilmiah ini dapat bermanfaat untuk memberikan informasi terkait
intermittent exotropia dan menjadi salah satu sumber bacaan tentang intermittent exotropia.
Dari buku modul koas:

Topic bahasan – strabismus:


1. Amblyopia
2. Diplopia
3. Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


1. Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
2. Posisi cover – uncover test
3. Penilaian gerakan bola mata
Dari buku modul koas:

Topic bahasan – strabismus:


4. Amblyopia
5. Diplopia
6. Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


4. Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
5. Posisi cover – uncover test
6. Penilaian gerakan bola mata
Topic bahasan – strabismus:
7. Amblyopia
8. Diplopia
9. Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


10.Posisi reflex Amblyopia
11.Diplopia
12.Suppresion

Strabismus atau juling ditemukan pada sekitar 5% dari seluruh anak-anak dengan pola
perkembangan yang normal. Strabismus yang bermanifestasi terbagi menjadi eksotropia dan
esotropia.1 Intermittent exotropia (X(T)) merupakan suatu bentuk paling awam dari
eksotropia yang ditemukan pada masa kanak-kanak, dengan angka kejadian 50-90% dari
seluruh kejadian eksotropia.2 Secara keseluruhan, disebutkan bahwa insidensi dari
intermittent exotropia mencakup 1% dari populasi umum. klinis, diagnosis, diagnosis
banding, tatalaksana, dan prognosis dari intermittent exotropia. Diharapkan telaah ilmiah ini
dapat bermanfaat untuk memberikan informasi terkait intermittent exotropia dan menjadi
salah satu sumber bacaan tentang intermittent exotropia.
Dari buku modul koas:

Topic bahasan – strabismus:


13.Amblyopia
14.Diplopia
15.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


7. Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
8. Posisi cover – uncover test
9. Penilaian gerakan bola mata
Dari buku modul koas:

Topic bahasan – strabismus:


16.Amblyopia
17.Diplopia
18.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


10.Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
11.Posisi cover – uncover test
12.Penilaian gerakan bola mata
Topic bahasan – stra

BAB I
PENDAHULUAN

Strabismus atau juling ditemukan pada sekitar 5% dari seluruh anak-anak dengan pola
perkembangan yang normal. Strabismus yang bermanifestasi terbagi menjadi eksotropia dan
esotropia.1 Intermittent exotropia (X(T)) merupakan suatu bentuk paling awam dari
eksotropia yang ditemukan pada masa kanak-kanak, dengan angka kejadian 50-90% dari
seluruh kejadian eksotropia.2 Secara keseluruhan, disebutkan bahwa insidensi dari
intermittent exotropia mencakup 1% dari populasi umum. klinis, diagnosis, diagnosis
banding, tatalaksana, dan prognosis dari intermittent exotropia. Diharapkan telaah ilmiah ini
dapat bermanfaat untuk memberikan informasi terkait intermittent exotropia dan menjadi
salah satu sumber bacaan tentang intermittent exotropia.
Dari buku modul koas:

Topic bahasan – strabismus:


19.Amblyopia
20.Diplopia
21.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


13.Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
14.Posisi cover – uncover test
15.Penilaian gerakan bola mata
Dari buku modul koas:

Topic bahasan – strabismus:


22.Amblyopia
23.Diplopia
24.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


16.Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
17.Posisi cover – uncover test
18.Penilaian gerakan bola mata
Topic bahasan – strabismus:
25.Amblyopia
26.Diplopia
27.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


28.Posisi reflex Amblyopia
29.Diplopia
30.Suppresion

Strabismus atau juling ditemukan pada sekitar 5% dari seluruh anak-anak dengan pola
perkembangan yang normal. Strabismus yang bermanifestasi terbagi menjadi eksotropia dan
esotropia.1 Intermittent exotropia (X(T)) merupakan suatu bentuk paling awam dari
eksotropia yang ditemukan pada masa kanak-kanak, dengan angka kejadian 50-90% dari
seluruh kejadian eksotropia.2 Secara keseluruhan, disebutkan bahwa insidensi dari
intermittent exotropia mencakup 1% dari populasi umum. klinis, diagnosis, diagnosis
banding, tatalaksana, dan prognosis dari intermittent exotropia. Diharapkan telaah ilmiah ini
dapat bermanfaat untuk memberikan informasi terkait intermittent exotropia dan menjadi
salah satu sumber bacaan tentang intermittent exotropia.
Dari buku modul koas:

Topic bahasan – strabismus:


31.Amblyopia
32.Diplopia
33.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


19.Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
20.Posisi cover – uncover test
21.Penilaian gerakan bola mata
Dari buku modul koas:

Topic bahasan – strabismus:


34.Amblyopia
35.Diplopia
36.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


22.Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
23.Posisi cover – uncover test
24.Penilaian gerakan bola mata
Topic bahasan – strabismus:
37.Amblyopia
38.Diplopia
39.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


40.Posisi reflex Amblyopia
41.Diplopia
42.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


25.Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
26.Posisi cover – uncover test
27.Penilaian gerakan bola mata
Dari buku modul koas:

Topic bahasan – strabismus:


43.Amblyopia
44.Diplopia
45.Suppresion
VII. Diagnosis Kerja
Leukokoria e.c Katarak juvenile ODS

VIII. Tatalaksana
Non farmakologis
KIE:
 Memberikan informasi kepada keluarga bahwa bintik putih pada mata kiri
disebabkan oleh katarak
 Memberikan informasi bahwa diperlukan tindakan operasi pada pasien untuk
membuang lensa yang mengalami katarak
Pro Aspirasi Lensa ODS dengan AU

IX. Prognosis
gan angka kejadian 50-90% dari seluruh kejadian eksotropia.2 Secara
keseluruhan, disebutkan bahwa insidensi dari intermittent exotropia mencakup
1% dari populasi umum. klinis, diagnosis, diagnosis banding, tatalak Pasien
mengeluhkan kedua mata berair, gatal dan rasa mengganjal sejak Desember 2018.
Pasien juga mengeluhkan mata merah yang hilang timbul pada kedua matanya.
Pasien kemudian berobat ke RSKM pada bulan Januari 2019 dan dilakukan tindakan
pencabutan bulu mata pada kedua mata. Pada bulan Maret 2019, pasien kembali ke
RSKM dengan keluhan kedua mata merah, rasa mengganjal dan rasa menusuk, lalu
dilakukan pencabutan bulu mata pada mata kanan dan kiri. Kotoran mata (-),
pandangan seperti dalam terowongan (-), pandangan seperti melihat tirai (-),
pandangan kabur (-).
a. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat trauma (-)
Riwayat mata merah sebelumnya (+)
Riwayat menderita darah tinggi (+)
Riwayat menderita kencing manis (-)
Riwayat alergi (-)
Riwayat operasi katarak + IOL (+)
b. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga (-)

3. Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 130/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit regular, isi dan tegangan cukup
Frekuensi Napas : 20 kali/menit
Suhu : 36,2o C
Status Gizi : Baik

Pasien mengeluhkan kedua mata berair, gatal dan rasa mengganjal sejak
Desember 2018. Pasien juga mengeluhkan mata merah yang hilang timbul pada
kedua matanya. Pasien kemudian berobat ke RSKM pada bulan Januari 2019 dan
dilakukan tindakan pencabutan bulu mata pada kedua mata. Pada bulan Maret 2019,
pasien kembali ke RSKM dengan keluhan kedua mata merah, rasa mengganjal dan
rasa menusuk, lalu dilakukan pencabutan bulu mata pada mata kanan dan kiri.
Kotoran mata (-), pandangan seperti dalam terowongan (-), pandangan seperti
melihat tirai (-), pandangan kabur (-).
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat trauma (-)
Riwayat mata merah sebelumnya (+)
Riwayat menderita darah tinggi (+)
Riwayat menderita kencing manis (-)
Riwayat alergi (-)
Riwayat operasi katarak + IOL (+)
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga (-)

4. Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 130/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit regular, isi dan tegangan cukup
Frekuensi Napas : 20 kali/menit
Suhu : 36,2o C
Status Gizi : Baik
sana, dan prognosis dari intermittent exotropia. Diharapkan telaah ilmiah ini dapat
bermanfaat untuk memberikan informasi terkait intermittent exotropia dan menjadi salah satu
sumber bacaan tentang intermittent exotropia.
Dari buku modul koas:

Topic bahasan – strabismus:


46.Amblyopia
47.Diplopia
48.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


28.Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
29.Posisi cover – uncover test
30.Penilaian gerakan bola mata
Dari buku modul koas:

Topic bahasan – strabismus:


49.Amblyopia

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


31.Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
32.Posisi cover – uncover test
Pada remaja dan orang tua, penyakit ini dilaporkan memiliki insidensi sebanyak 32
per 100.000. Dilaporkan bahwa intermittent exotropia lebih banyak ditemukan pada ras Asia,
tempat tropis, dan pada perempuan.3
Intermittent exotropia paling sering ditemukan pada anak berusia di bawah 5 tahun,
bahkan pernah dilaporkan kasus pada tahun pertama kehidupan.2 Penderita akan
mengeluhkan pandangan ganda, fotofobia, masalah kosmetik, sakit kepala, dan kesulitan
membaca. Penyakit ini biasanya diawali dahulu dengan bentuk yang lebih ringannya, yaitu
eksoforia, dan deviasi baru terlihat saat penderita sedang kelelahan, stres, atau sedang tidak
fokus.
Penanganan saat ini terfokuskan pada watchful waiting, oklusi paruh waktu, kacamata
dengan over-minus, latihan fusi dan pembedahan. Namun, terapi pembedahan tetap menjadi
baku emas penatalaksanaan intermittent exotropia karena outcome yang cenderung lebih baik
dibandingkan dengan terapi non-bedah. Penatalaksanaan yang tepat perlu dilakukan karena
sifat dasar penyakit yang progresif. Dilaporkan dalam suatu publikasi bahwa 75% pasien
dengan intermittent exotropia akan mengalami perburukan dalam jangka waktu 3 tahun.
Sebuah studi kohort oleh Nusz et al mengatakan bahwa 4% dari subjek penderita intermittent
exotropia mengalami perbaikan dengan deviasi yang menghilang dan 50% lainnya justru
mengalami peningkatan sebesar lebih dari 10 dioptri.4
33.kornea (Hirschberg Test)
34.Posisi cover – uncover test
35.Penilaian gerakan bola mata
Dari buku modul koas:

Topic bahasan – strabismus:


50.Amblyopia
51.Diplopia
52.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


36.Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
37.Posisi cover – uncover test
Pada remaja dan orang tua, penyakit ini dilaporkan memiliki insidensi sebanyak 32
per 100.000. Dilaporkan bahwa intermittent exotropia lebih banyak ditemukan pada ras Asia,
tempat tropis, dan pada perempuan.3
Intermittent exotropia paling sering ditemukan pada anak berusia di bawah 5 tahun,
bahkan pernah dilaporkan kasus pada tahun pertama kehidupan.2 Penderita akan
mengeluhkan pandangan ganda, fotofobia, masalah kosmetik, sakit kepala, dan kesulitan
membaca. Penyakit ini biasanya diawali dahulu dengan bentuk yang lebih ringannya, yaitu
eksoforia, dan deviasi baru terlihat saat penderita sedang kelelahan, stres, atau sedang tidak
fokus.
Penanganan saat ini terfokuskan pada watchful waiting, oklusi paruh waktu, kacamata
dengan over-minus, latihan fusi dan pembedahan. Namun, terapi pembedahan tetap menjadi
baku emas penatalaksanaan intermittent exotropia karena outcome yang cenderung lebih baik
dibandingkan dengan terapi non-bedah. Penatalaksanaan yang tepat perlu dilakukan karena
sifat dasar penyakit yang progresif. Dilaporkan dalam suatu publikasi bahwa 75% pasien
dengan intermittent exotropia akan mengalami perburukan dalam jangka waktu 3 tahun.
Sebuah studi kohort oleh Nusz et al mengatakan bahwa 4% dari subjek penderita intermittent
exotropia mengalami perbaikan dengan deviasi yang menghilang dan 50% lainnya justru
mengalami peningkatan sebesar lebih dari 10 dioptri.4
Penul Diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik, yang mana keluhan dan hasil dari beberapa pemeriksaan fisik mengarah pada
perdarahan subkonjungtiva, antara lain: merah terang dan mudah digerakkan pada mata
kanan tanpa ada penurunan visus, pada awalnya pasien merasa tidak nyaman seperti ada
yang mengganjal di mata, tidak ada keluhan nyeri, kotoran yang berlebihan dan keluarnya air
mata yang banyak. Pasien mengalami trauma di bagian mata karena terjatuh dari motor dan
mata sebelah kanan terkena motor. Pasien tidak sedang mengkonsumsi obat-obat
pengencer darah, tidak terdapat riwayat darah tinggi maupun diabetes pada pasien, dan
tidak terdapat riwayat bersin, batuk atau mengejan sehingga dapat disingkirkan penyebab
lain dari perdarahan subkonjungtiva. Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi karena
trauma mayor, minor, atau sebab yang tidak dapat dideteksi yang terjadi pada mata bagian
depan.1 Tidak adanya keluhan mata perih (-), gatal (-), rasa mengganjal pada mata (-),
kotoran mata (-) menyingkirkan diagnosis banding konjungtivitis hemoragik.
Perdarahan subkonjungtiva merupakan perdarahan pada pembuluh darah dibawah
lapisan konjungtiva. Konjungtiva mengandung banyak pembuluh darah kecil dan rapuh yang
mudah pecah atau rusak. Ketika hal ini terjadi, darah bocor ke dalam ruang antara
konjungtiva dan sklera. Perdarahan subkonjungtiva merupakan akibat dari rupturnya
pembuluh darah konjungtivalis atau episklera. Namun kadang tidak dapat ditemukan
penyebabnya (perdarahan subkonjungtiva idiopatik). 2 Perdarahan subkonjungtiva sebagian
besar terjadi unilateral (90%), Pada perdarahan subkonjungtiva tipe spontan tidak
ditemukan hubungan yang jelas dengan suatu kondisi keadaan tertentu (64.3%), Dari segi
usia, perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi di semua kelompok umur. 3
Diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik,
yang mana keluhan dan hasil dari beberapa pemeriksaan fisik mengarah pada perdarahan
subkonjungtiva, antara lain: merah terang dan mudah digerakkan pada mata kanan tanpa
ada penurunan visus, pada awalnya pasien merasa tidak nyaman seperti ada yang
mengganjal di mata, tidak ada keluhan nyeri, kotoran yang berlebihan dan keluarnya air
mata yang banyak. Pasien mengalami trauma di bagian mata karena terjatuh dari motor dan
mata sebelah kanan terkena motor. Pasien tidak sedang mengkonsumsi obat-obat
pengencer darah, tidak terdapat riwayat darah tinggi maupun diabetes pada pasien, dan
tidak terdapat riwayat bersin, batuk atau mengejan sehingga dapat disingkirkan penyebab
lain dari perdarahan subkonjungtiva. Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi karena
trauma mayor, minor, atau sebab yang tidak dapat dideteksi yang terjadi pada mata bagian
depan.1 Tidak adanya keluhan mata perih (-), gatal (-), rasa mengganjal pada mata (-),
kotoran mata (-) menyingkirkan diagnosis banding konjungtivitis hemoragik.
Perdarahan subkonjungtiva merupakan perdarahan pada pembuluh darah dibawah
lapisan konjungtiva. Konjungtiva mengandung banyak pembuluh darah kecil dan rapuh yang
mudah pecah atau rusak. Ketika hal ini terjadi, darah bocor ke dalam ruang antara
konjungtiva dan sklera. Perdarahan subkonjungtiva merupakan akibat dari rupturnya
pembuluh darah konjungtivalis atau episklera. Namun kadang tidak dapat ditemukan
penyebabnya (perdarahan subkonjungtiva idiopatik). 2 Perdarahan subkonjungtiva sebagian
besar terjadi unilateral (90%), Pada perdarahan subkonjungtiva tipe spontan tidak
ditemukan hubungan yang jelas dengan suatu kondisi keadaan tertentu (64.3%), Dari segi
usia, perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi di semua kelompok umur. 3
isan telaah ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi,
klasifikasi, gejala klinis, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, dan prognosis dari
intermittent exotropia. Diharapkan telaah ilmiah ini dapat bermanfaat untuk memberikan
informasi terkait intermittent exotropia dan menjadi salah satu sumber bacaan tentang
intermittent exotropia.
Dari buku modul koas:

Topic bahasan – strabismus:


53.Amblyopia
54.Diplopia
55.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


38.Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
39.Posisi cover – uncover test
40.Penilaian gerakan bola mata
Dari buku modul koas:

Topic bahasan – strabismus:


56.Amblyopia
57.Diplopia
58.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


41.Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
42.Posisi cover – uncover test
43.Penilaian gerakan bola mata
Topic bahasan – strabismus:
59.Amblyopia
60.Diplopia
61.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


44.Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
45.Posisi cover – uncover test
46.Penilaian gerakan bola mata
Dari buku modul koas:

Topic bahasan – strabismus:


62.Amblyopia
63.Diplopia
64.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


47.Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
48.Posisi cover – uncover test
49.Penilaian gerakan bola mata
Topic bahasan – strabismus:
65.Amblyopia
66.Diplopia
67.Suppresion
50.reflex ko gugugu gugugu gugugurnea (Hirschberg Test)
51.Posisi cover – uncover test
52.Penilaian gerakan bola mata
Dari buku modul koas:

Topic bahasan – strabismus:


68.Amblyopia
69.Diplopia
70.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


53. Posisi reflex k
suatu publikasi bahwa 75% pasien dengan intermittent exotropia akan mengalami
perburukan dalam jangka waktu 3 tahun. Sebuah studi kohort oleh Nusz et al mengatakan
bahwa 4% dari subjek penderita intermittent exotropia mengalami perbaikan dengan deviasi
yang menghilang dan 50% lainnya justru mengalami peningkatan sebesar lebih dari 10
dioptri.4

54. Penulisan telaah ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui definisi, etiologi,
patofisiologi, klasifikasi, gejala klinis, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, dan
prognosis dari intermittent exotropia. Diharapkan telaah ilmugu gugugu
guguguuncover test
55.Penilaian gerakan bola mata

bismus:
71.Amblyopia
72.Diplopia
73.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


74.Posisi reflex Amblyopia
75.Diplopia
76.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


56.Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
57.Posisi cover – uncover test
58.Penilaian gerakan bola mata
Dari buku modul koas:

Topic bahasan – strabismus:


77.Amblyopia
78.Diplopia
79.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


59.Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
60.Posisi cover – uncover test
Pada remaja dan orang tua, penyakit ini dilaporkan memiliki insidensi sebanyak 32
per 100.000. Dilaporkan bahwa intermittent exotropia lebih banyak ditemukan pada ras Asia,
tempat tropis, dan pada perempuan.3
Intermittent exotropia paling sering ditemukan pada anak berusia di bawah 5 tahun,
bahkan pernah dilaporkan kasus pada tahun pertama kehidupan.2 Penderita akan
mengeluhkan pandangan ganda, fotofobia, masalah kosmetik, sakit kepala, dan kesulitan
membaca. Penyakit ini biasanya diawali dahulu dengan bentuk yang lebih ringannya, yaitu
eksoforia, dan deviasi baru terlihat saat penderita sedang kelelahan, stres, atau sedang tidak
fokus.
Penanganan saat ini terfokuskan pada watchful waiting, oklusi paruh waktu, kacamata
dengan over-minus, latihan fusi dan pembedahan. Namun, terapi pembedahan tetap menjadi
baku emas penatalaksanaan intermittent exotropia karena outcome yang cenderung lebih baik
dibandingkan dengan terapi non-bedah. Penatalaksanaan yang tepat perlu dilakukan karena
sifat dasar penyakit yang progresif. Dilaporkan dalam suatu publikasi bahwa 75% pasien
dengan intermittent exotropia akan mengalami perburukan dalam jangka waktu 3 tahun.
Sebuah studi kohort oleh Nusz et al mengatakan bahwa 4% dari subjek penderita intermittent
exotropia mengalami perbaikan dengan deviasi yang menghilang dan 50% lainnya justru
mengalami peningkatan sebesar lebih dari 10 dioptri.4
61.kornea (Hirschberg Test)
62.Posisi cover – uncover test
63.Penilaian gerakan bola mata
Dari buku modul koas:

Topic bahasan – strabismus:


80.Amblyopia
81.Diplopia
82.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


64.Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
65.Posisi cover – uncover test
Pada remaja dan orang tua, penyakit ini dilaporkan memiliki insidensi sebanyak 32
per 100.000. Dilaporkan bahwa intermittent exotropia lebih banyak ditemukan pada ras Asia,
tempat tropis, dan pada perempuan.3
Intermittent exotropia paling sering ditemukan pada anak berusia di bawah 5 tahun,
bahkan pernah dilaporkan kasus pada tahun pertama kehidupan.2 Penderita akan
mengeluhkan pandangan ganda, fotofobia, masalah kosmetik, sakit kepala, dan kesulitan
membaca. Penyakit ini biasanya diawali dahulu dengan bentuk yang lebih ringannya, yaitu
eksoforia, dan deviasi baru terlihat saat penderita sedang kelelahan, stres, atau sedang tidak
fokus.
Penanganan saat ini terfokuskan pada watchful waiting, oklusi paruh waktu, kacamata
dengan over-minus, latihan fusi dan pembedahan. Namun, terapi pembedahan tetap menjadi
baku emas penatalaksanaan intermittent exotropia karena outcome yang cenderung lebih baik
dibandingkan dengan terapi non-bedah. Penatalaksanaan yang tepat perlu dilakukan karena
sifat dasar penyakit yang progresif. Dilaporkan dalam suatu publikasi bahwa 75% pasien
dengan intermittent exotropia akan mengalami perburukan dalam jangka waktu 3 tahun.
Sebuah studi kohort oleh Nusz et al mengatakan bahwa 4% dari subjek penderita intermittent
exotropia mengalami perbaikan dengan deviasi yang menghilang dan 50% lainnya justru
mengalami peningkatan sebesar lebih dari 10 dioptri.4

Penul Diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik, yang mana keluhan dan hasil dari beberapa pemeriksaan fisik mengarah pada
perdarahan subkonjungtiva, antara lain: merah terang dan mudah digerakkan pada mata
kanan tanpa ada penurunan visus, pada awalnya pasien merasa tidak nyaman seperti ada
yang mengganjal di mata, tidak ada keluhan nyeri, kotoran yang berlebihan dan keluarnya air
mata yang banyak. Pasien mengalami trauma di bagian mata karena terjatuh dari motor dan
mata sebelah kanan terkena motor. Pasien tidak sedang mengkonsumsi obat-obat
pengencer darah, tidak terdapat riwayat darah tinggi maupun diabetes pada pasien, dan
tidak terdapat riwayat bersin, batuk atau mengejan sehingga dapat disingkirkan penyebab
lain dari perdarahan subkonjungtiva. Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi karena
trauma mayor, minor, atau sebab yang tidak dapat dideteksi yang terjadi pada mata bagian
depan.1 Tidak adanya keluhan mata perih (-), gatal (-), rasa mengganjal pada mata (-),
kotoran mata (-) menyingkirkan diagnosis banding konjungtivitis hemoragik.
Perdarahan subkonjungtiva merupakan perdarahan pada pembuluh darah dibawah
lapisan konjungtiva. Konjungtiva mengandung banyak pembuluh darah kecil dan rapuh yang
mudah pecah atau rusak. Ketika hal ini terjadi, darah bocor ke dalam ruang antara
konjungtiva dan sklera. Perdarahan subkonjungtiva merupakan akibat dari rupturnya
pembuluh darah konjungtivalis atau episklera. Namun kadang tidak dapat ditemukan
penyebabnya (perdarahan subkonjungtiva idiopatik). 2 Perdarahan subkonjungtiva sebagian
besar terjadi unilateral (90%), Pada perdarahan subkonjungtiva tipe spontan tidak
ditemukan hubungan yang jelas dengan suatu kondisi keadaan tertentu (64.3%), Dari segi
usia, perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi di semua kelompok umur. 3
Diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik,
yang mana keluhan dan hasil dari beberapa pemeriksaan fisik mengarah pada perdarahan
subkonjungtiva, antara lain: merah terang dan mudah digerakkan pada mata kanan tanpa
ada penurunan visus, pada awalnya pasien merasa tidak nyaman seperti ada yang
mengganjal di mata, tidak ada keluhan nyeri, kotoran yang berlebihan dan keluarnya air
mata yang banyak. Pasien mengalami trauma di bagian mata karena terjatuh dari motor dan
mata sebelah kanan terkena motor. Pasien tidak sedang mengkonsumsi obat-obat
pengencer darah, tidak terdapat riwayat darah tinggi maupun diabetes pada pasien, dan
tidak terdapat riwayat bersin, batuk atau mengejan sehingga dapat disingkirkan penyebab
lain dari perdarahan subkonjungtiva. Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi karena
trauma mayor, minor, atau sebab yang tidak dapat dideteksi yang terjadi pada mata bagian
depan.1 Tidak adanya keluhan mata perih (-), gatal (-), rasa mengganjal pada mata (-),
kotoran mata (-) menyingkirkan diagnosis banding konjungtivitis hemoragik.
Perdarahan subkonjungtiva merupakan perdarahan pada pembuluh darah dibawah
lapisan konjungtiva. Konjungtiva mengandung banyak pembuluh darah kecil dan rapuh yang
mudah pecah atau rusak. Ketika hal ini terjadi, darah bocor ke dalam ruang antara
konjungtiva dan sklera. Perdarahan subkonjungtiva merupakan akibat dari rupturnya
pembuluh darah konjungtivalis atau episklera. Namun kadang tidak dapat ditemukan
penyebabnya (perdarahan subkonjungtiva idiopatik). 2 Perdarahan subkonjungtiva sebagian
besar terjadi unilateral (90%), Pada perdarahan subkonjungtiva tipe spontan tidak
ditemukan hubungan yang jelas dengan suatu kondisi keadaan tertentu (64.3%), Dari segi
usia, perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi di semua kelompok umur. 3
isan telaah ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi,
klasifikasi, gejala klinis, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, dan prognosis dari
intermittent exotropia. Diharapkan telaah ilmiah ini dapat bermanfaat untuk memberikan
informasi terkait intermittent exotropia dan menjadi salah satu sumber bacaan tentang
intermittent exotropia.
Dari buku modul koas:
Topic bahasan – strabismus:
83.Amblyopia
84.Diplopia
85.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


66.Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
67.Posisi cover – uncover test
68.Penilaian gerakan bola mata
Dari buku modul koas:

Topic bahasan – strabismus:


86.Amblyopia
87.Diplopia
88.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


69.Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
70.Posisi cover – uncover test
71.Penilaian gerakan bola mata
Topic bahasan – strabismus:
89.Amblyopia
90.Diplopia
91.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


72.Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
73.Posisi cover – uncover test
74.Penilaian gerakan bola mata
Dari buku modul koas:

Topic bahasan – strabismus:


92.Amblyopia
93.Diplopia
94.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


75.Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
76.Posisi cover – uncover test
77.Penilaian gerakan bola mata
Topic bahasan – strabismus:
95.Amblyopia
96.Diplopia
97.Suppresion
78.reflex ko gugugu gugugu gugugurnea (Hirschberg Test)
79.Posisi cover – uncover test
80.Penilaian gerakan bola mata
Dari buku modul koas:

Topic bahasan – strabismus:


98.Amblyopia
99.Diplopia
100. Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


81. Posisi reflex k
suatu publikasi bahwa 75% pasien dengan intermittent exotropia akan mengalami
perburukan dalam jangka waktu 3 tahun. Sebuah studi kohort oleh Nusz et al mengatakan
bahwa 4% dari subjek penderita intermittent exotropia mengalami perbaikan dengan deviasi
yang menghilang dan 50% lainnya justru mengalami peningkatan sebesar lebih dari 10
dioptri.4

82. Penulisan telaah ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui definisi, etiologi,
patofisiologi, klasifikasi, gejala klinis, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, dan
prognosis dari intermittent exotropia. Diharapkan telaah ilmugu gugugu
guguguuncover test
83.Penilaian gerakan bola mata

Anda mungkin juga menyukai