Anda di halaman 1dari 12

Tugas Laporan Kasus Divisi Dermatologi &Venerologi

Nama/NPM : Rizal Fauzi / 1102015200


Judul : Kondiloma Akuminata
Tempat/Waktu : RSUD Kab. Bekasi / 30 Juli 2019
Pembimbing : dr. Evy Aryanty, Sp.KK

BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Handi Haryanto
Usia : 26 tahun
Alamat : Kp Tonjong RT 009 / 005, Sukaragam, Serangbaru,
Bekasi
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pegawai swasta
Status Pernikahan : Menikah
Tanggal masuk RS : 30 Juli 2019
Tempat : Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Kabupaten Bekasi

II. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan dengan pasien pada hari Selasa, 30 Juli 2019 di
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Kabupaten Bekasi.
a. Keluhan Utama
Muncul kutil pada daerah kemaluan
b. Keluhan Tambahan
Tidak ada
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSUD Kabupaten Bekasi dengan
keluhan muncul kutil pada derah kemaluan sejak 4 bulan sebelum masuk
Rumah Sakit. Pada awal nya kutil muncul hanya 1 sebesar jarum pentul
berwarna serupa dengan kulit pada daerah pangkal dari batang kemaluan yang

1
dirasakan semakin hari semakin membesar dengan konsistensi padat kenyal,
pasien mengatakan lama-kelamaan kutil menyebar ke bagian samping batang
kemaluan nya, keluhan kutil mudah berdarah disangkal. Keluhan disertai rasa
gatal apabila pasien berkeringat. Tidak dirasakan sakit pada lokasi kutil.
Pasien mengatakan telah menikah sekitar satu tahun yang lalu dan pasien
menyangkal istri pasien mempunyai keluhan serupa. Pasien mengaku pernah
berhubungan seksual dengan wanita lain sebelum menikah diduga tanpa
memakai pengaman. Pasien menyangkal pernah berhubungan seksual dengan
sesama jenis.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat keluhan yang sama : disangkal
 Riwayat alergi : disangkal
 Riwayat penyakit asma : disangkal
 Riwayat penyakit diabetes mellitus : disangkal
 Riwayat penyakit darah tinggi : disangkal
e. Riwayat Penyakit Keluarga
 Keluhan serupa : disangkal
 Riwayat alergi : disangkal
 Riwayat asma : disangkal
f. Riwayat Pengobatan
Pasien sudah berobat ke klinik, RS Hosana dan pasien mengatakan harus
dilakukan tindakan untuk menghilangkan keluhannya.

III. PEMERIKSAAN FISIK (dilakukan tanggal 30 Juli 2019)


A. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital :
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg

2
- Frekuensi Nadi : 64 x/menit
- Frekuensi Napas : 20 x/menit
- Suhu : 36,4o C
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher : KGB tidak teraba membesar, trakea ditengah, tidak
ada deviasi
Thorax : Dalam Batas Normal
Abdomen : Dalam Batas Normal
Ekestremitas : Akral hangat, tidak ada edema
Kulit : Lihat status dermatologis
Genitalia : Tampak lesi kulit (lihat status venerologi)

B. PEMERIKSAAN DERMATOLOGIS
Tidak ditemukan kelainan lesi kulit lain pada tempat lain selain pada regio
penis.

C. PEMERIKSAAN VENEROLOGI

Gambar 1. Regio Genitalia : tampak lesi papul multiple sirkumskrip dengan


ukuran miliar - lentikular

3
Distribusi : regional
Ad regio : gentalia (regio dorsum penis)
Lesi : vegetasi, papul berbentuk bulat sirkumskrip berjumlah 12
penyebaran diskret, berukuran miliar-lentikular, permukaan rata, berwarna
serupa dengan kulit, tidak bertangkai, konsistensi padat kenyal

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Belum dilakukan pemeriksaan penunjang.

V. RESUME

Seorang laki-laki usia 26 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD
Kabupaten Bekasi dengan keluhan muncul kutil pada derah kemaluan sejak 4
bulan sebelum masuk Rumah Sakit. Pada pemeriksaan venerologi didapatkan lesi
papul berbentuk bulat sirkumskrip berjumlah 12 penyebaran diskret, berukuran
miliar-lentikular, permukaan rata, berwarna serupa dengan kulit, tidak bertangkai,
konsistensi padat kenyal, tidak mudah berdarah, tidak sakit, dan terasa gatal
apabila berkeringat. Sebelumnya lesi berupa papul vegetasi tunggal berukuran
miliar pada regio dorsum penis posterior. Riwayat multi-partner sex (+).

VI. DIAGNOSIS BANDING


Pearly penile papules
Kondiloma lata

VII. DIAGNOSIS KLINIS


Kondiloma akuminata

VIII. PERENCANAAN
1. Rencana Diagnostik
 Tes asam asetat 5%

4
 Tes anti HIV
2. Rencana Terapi
 Tutul Asam Triclorasetat 80%
 Tindakan elektrokauterisasi

IX. EDUKASI
 Menjelaskan kepada pasien untuk menghindari perilaku seks menyimpang
seperti multi-partner sex

X. PROGNOSIS
 Ad vitam : dubia ad bonam
 Ad functionam : dubia ad bonam
 Ad sanationam : dubia ad bonam

5
BAB II
PEMBAHASAN

Kondiloma akuminata (KA) adalah penyakit menular seksual yang umum pada
1
pria dan wanita yang disebabkan oleh human papillomavirus (HPV). Kondiloma
akuminata mengacu pada manifestasi epidermal yang dikaitkan dengan human
papillomavirus epidermotropik (HPV). Ini bermanifestasi sebagai lesi halus dan papular
atau keratotik yang tidak nyeri pada introitus vagina atau permukaan yang hampir lembab
di daerah perianal,vagina, labia, vulva, penis dan skrotum. Sekitar 90% dari condylomata
acuminata terkait dengan HPV tipe 6 dan 11 yang hampir tidak memiliki risiko
neoplastik. 2

Human papillomavirus (HPV) merupakan virus DNA rantai ganda dengan kapsid
ikosahedral yang bersifat epitelotropik, yang berarti HPV mampu menginfeksi sel epitel
kulit, rongga mulut, dan daerah anogenital. Infeksi sel basal epitel akan mengawali siklus
hidup virus. 3,4 Genus alpha diperkirakan terdiri atas lebih dari 30 tipe yang menginfeksi
mukosa genital. Secara umum, tipe HPV genital dibagi menjadi dua kelompok bersarkan
potensi onkogenik, kelompok resiko rendah, dan kelompok resiko tinggi. Tipe HPV
resiko rendah (misalnya tipe 6 dan 11) menyebabkan sebagian besar kutil genitalia
eksterna. HPV tipe resiko tinggi, terutama berperan dalam terbentuknya lesi kanker sel
skuamosa di serviks uteri, anus, vulva, penis, namun bisa pula ditemukan pada kutil
genitalia eksterna. 3,4

Penyebaran Kondiloma Akuminata dapat melalui hubungan seksual yang


berganti-ganti pasangan ,infeksi sebelumnya dari bentuk IMS yang lain , aktif sejak dini
melakukan hubungan sexual dan melakuakan hubungan tanpa menggunakan kondom.
Kondiloma akuminata kebanyakan di dapatkan di daerah anogenital. Penyakit ini baru
akan terlihat atau menimbulkan gejala jika sudah mengalami fase inkubasi.5

Infeksi HPV genital pada umumnya mengenai mukosa yang lembab dan
berdekatan dengan epitel skuamosa serviks dan anus. Abrasi mikroskopi pada saat

6
berhubungan seksual memudahkan pasangan yang terinfeksi HPV untuk menularkannya
kepada pasangan yang belum terinfeksi. Trauma berulang dapat meningkatkan
infektivitas dan replikasi virus. Virus akan memasuki sel epitel basal pejamu, melepaskan
kapsul protein dan berada bersama sel pejamu sebagai circular episome. Selanjutnya
virus akan berada dalam masa inkubasi laten selama 1-8 bulan, dan selama itu tidak
nampak manifestasi klinis. Fase pertumbuhan aktif akan dimulai bila terjadi lesi pertama.
Sampai sekarang belum diketahui pemicu perubahan bentuk laten menjadi infeksius,
namun dipengaruhi oleh faktor pejamu, virus, dan lingkunga. Sistem imun seluler yang
kompeten dibutuhkan untuk pembersihan HPV, namun masih menjadi tantangan untuk
menghilangkan virus dari pejamu yang imunokompeten. HPV terlindung dari respon
imun pejamu karena virus berlokasi didalam sel. 6

Masa inkubasi KA berkisar antara 2 minggu hingga 9 bulan. Secara umum


kelainan fisik mulai 2-3 bulan setelah kontak. Umumnya tidak menimbulkan keluhan
namun bentuknya dapat menyebabkan stres psikologik. Selama masa infeksi aktif, HPV
akan bereplikasi tanpa bergantung pada pembelahan sel pejamu dan akan memicu pejamu
berproliferasi membentuk banyak lesi berupa kutil datar hingga papilar . Lesi dapat
bertangkai atau melekat di dasar (sessile) dan kadang-kadang berpigmen. 6

Terdapat 3 bentuk klinis KA, yaitu akuminata, keratotik, dan papul.

a) Bentuk akuminata, lunak karena tidak berkeratin, berbentuk seperti


kembang kol, terutama didaerah mukosa yang hangat, lembab dan tidak
berambut sebagaimana.
b) Bentuk keratotik, menyerupai kutil biasa, di daerah kering, kulit
anogenital.
c) Bentuk papul, didaerah dengan keratinisasi sempurna yaitu dibatang
penis, bagian lateral vulva, perineum, perianus, permukaan halus, licin dan
tersebar diskrit. Infeksi subklinis dapat terlihat seperti bercak putih (positif
acetowhite) setelah dilakukan tes asam asetat 5%. 6

7
Diagnosis KA umumnya dapat ditegakkan berdasar gambaran klinis, pemeriksaan
fisik dengan pencahayaan yang baik dan kaca pembesar. 6
Pemeriksaan Penunjang Kondiloma Akuminata
Pada kasus yang meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang, antara lain:
a) Tes asam asetat
Tes dilakukan dengan aplikasi larutan asam asetat 5% pada lesi yang
dicurigai. Dalam waktu 3-5 menit, lesi akan berubah menjadi putih
(acetowhite).
b) Kolposkopi
Pemeriksaan dengan alat pembesaran optik (kolposkop) untuk melihat
serviks dan traktus genitalis wanita agar tampak lebih jelas. Terkadang
dilakukan bersamaan dengan tes asam asetat.
c) Pemeriksaan histopatologi
Pemeriksaan ini tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin KA.
Indikasinya adalah untuk bentuk lesi yang tidak khas, lesi tidak responsif
terhadap terapi, dan curiga ganas (ditandai dengan pigmentasi, pertumbuhan
cepat, fiksasi pada dasar lesi, perdarahan dan ulserasi spontan. Secara
mikroskopis, lesi KA ditandai dengan gambaran koilosit (keratinosit
berukuran besar dengan area halo dan vakuolisasi perinuklear). Pada
epidermis terdapat akantosis, parakeratosis, dan rete redges yang
memanjang.

d) Pemeriksaan dermoskopi
Alat ini dapat melihat lesi awal datar dan membantu membedakan
dengan lesi liken planus, keratosis seboroik dan bowenoid. Pada lesi KA
menunjukkan gambaran pola vaskular dan gambaran yang khas, berupa pola
mosaik pada lesi awal yang masih datar dan ola menyerupai tombol
(knoblike), serat menyerupai jari pada lesi papilomatosa.

8
e) Identifikasi genom HPV
Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk diagnosis infeksi HPV
anogenital secara rutin. Seseorang dapat terinfeksi lebih dari 1 subtipe HPV.
Pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) mampu mendeteksi DNA
HPV dengan sensitivitas dan spesifisitas tinggi

Diagnosis banding kondiloma akuminata 6


Kondiloma akuminata harus dibedakan dari semua bentuk kelainan yang
berbentuk papul didaerah genital. Beberapa lesi kulit yang menyerupai KA yaitu:
a) Pearly penile papules, secara klinis tampak papul berawarna sama dengan kulit,
terkadang lebih putih, berukuran 1-2mm, tersebar diskrit, mengelilingi sulkus
coronaries. Ini adalah varian normal dan tidak perlu diobati.
b) Kondiloma lata, merupakan salah satu bentuk sifilis stadium sekunder. Lesi berupa
papul-papul dengan permukaan lebih halus dan bentuk lebih bulat dari KA.
c) Karsinoma sel skuamosa, merupakan keganasan dan kadang sulit dibedakan
dengan KA. Perlu dilakukan pemeriksaan histopatologi.

Penatalaksanaan kondiloma akuminata 6


Infeksi HPV bersifat subklinis dan laten, maka tidak terdapat terapi spesifik
terhadap virus ini. Perawatan diarahkan pada pembersihan kutil – kutil yang tampak dan
bukan pemusnahan virus. Perhatian pada kebersihan arena genital sangat penting karena
kelembaban mendukung pertumbuhan kutil. Beberapa modalitas terapi yang dapat
dilakukan:
a) Tinktura podofilin 10-25%
Podofilin resin bekerja sebagai anti mitotik yang menginduksi nekrosis jaringan.
Pada satu sesi terapi hanya diperbolehkan meliputi area seluas 10 cm2 atau jumlah
podofilin kurang dari 0,5 ml. Tidak boleh diberikan pada ibu hamil.

9
b) Larutan trichloroacetic acid (TCA) 80-95%
Bahan ini bersifat korosif dan dengan cepat menjadi inaktif setelah kontak dengan
kulit/lesi. Aman digunakan untuk ibu hamil dan menggunakan konsentrasi 50% ternyata
juga memberikan hasil yang memuaskan. Komplikasi yang mungkin terjadi adala erosi
dan ulkus dangkal.
c) Imiquimod 5%
Imidazoquilinamine tidak memiliki anti virus in vitro namun dapat memodifikasi
respon imun pejamu melalui peningkatan produksi sitokin interferon-α, tumor necrosis
factor (TNF), dan interleukin sehingga sel natural killer (NK cell), sel PMN, makrofag,
dan sel T yang bersifat anti tumor mampu mengeradikasi virus. Obat ini tidak dapat
digunakan pada membran mukosa dalam (uretra, vagina dan serviks) dan tidak boleh
untuk ibu hamil. Sayangnya obat ini belum tersedia di Indonesia.
d) Bedah eksisi
Terutama untuk KA besar dan menimbulkan obstruksi. Lesi dapat diambil secara
keseluruhan dalam 1 sesi terapi. Efek samping berupa nyeri, perdarahan, sampai timbul
jaringan parut.
e) Bedah listrik
Dapat digunakan untuk lesi internal maupun eksternal. Keuntungan dan komplikasi
sama dengan bedah eksisi.
f) Bedah beku
Menggunakan N2 cair, CO2 padat, cryoprobe untuk membekukan kandungan air
jaringan sehingga terjadi lisis sel.

Pasien pada kasus ini sesuai dengan gejala klinis kondiloma akuminata yakni
terdapat papul multiple dengan ukuran miliar-lentikular pada batang penis, yang awal
mula lesi berupa papul soliter berukuran miliar pada batang penis yang lama kelamaan
lesi bertambah banyak dengan berbagai ukuran. Pada pasien ini memiliki faktor
pendukung untuk bisa terjadinya kondiloma akuminata yaitu perilaku pasien multi-
partner sex dengan wanita lain sebelum pasien menikah.

10
Pada pasien ini dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan tes asam asetat untuk
memastikan diagnosis kondiloma akuminata dan tes skrining HIV.
Pilihan terapi untuk pasien ini adalah dilakukannya tutul dengan asam triclorasetat
dan jika memungkinkan diupayakan untuk dilakukan tindakan electrocauterisasi.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Manini I, Montomoli E. Epidemiology and prevention of human


papillomavirus. 2018;30(Suppl 1):28–32.
2. O Otei, Ozinko M, et al. Condylomata Acuminata of the Penis and
Scrotum Case Report and Literature Review. Nigeria : World Journal of
Research and Review. 2019. (19) 8
3. Hausen Z H. Papillomaviruses and cancer: from basic studies to clinical
application. Nat Rev Cancer.2002. (2) 342-50
4. Goldman L C, Clouse A L. Human papillomavirus and genital warts.
In:Skolnik N S, Clouse A L, Woodward J A, eds. Sexually transmitted
disease. A Practical Guide for for primary care. Ed 2. New York : Humana
Press. 2013. 14-9
5. Wiley D J. Douglas J. External Genital Warts: Diagnosis. 2007
6. Indriatmi W, Zubier F. Kondiloma Akuminata : Infeksi Menular Seksual.
Ed 5. Badan Penerbit : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2017.
176-187

12

Anda mungkin juga menyukai