Anda di halaman 1dari 16

Malaria Plasmodium Vivax pada Dewasa

RIZKI SITI FITRIA

D7/102012263

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta Barat 11510

Email : Rizkisitifitria@gmail.com

PENDAHULUAN

Latar belakang
Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi parasit yang merupakan masalah
kesehatan di banyak negara di seluruh dunia. Malaria merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh protozoa dengan genus Plasmodium. Didalam ilmu kedokteran anamnesis
merupakan wawancara terhadap pasien atas keluhan yang dialaminya. Anamnesis yang baik
disertai dengan empati dari dokter terhadap pasien. Perpaduan keahlian mewawancarai dan
pengetahuan yang mendalam tentang gejala dan tanda dari suatu penyakit akan memberikan hasil
yang memuaskan dalam menentukan diagnosis kemungkinan sehingga dapat membantu
menentukan langkah pemeriksaan selanjutnya, Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, yang
berasal dari famili plasmodidae. Plasmodium pada manusia menginfeksi eritrosit dan mengalami
perkembangbiakan secara seksual di jaringan hati dan eritrosit.

Skenario

Seorang laki-laki berusia 54 tahun datang dengan keluhan demam sejak 1 minggu yang lalu

1
Anamnesis
Merupakan komunikasi antara dokter dan pasien, dimana pasien mengemukakan
keluhan utama. Anamnesis terdiri dari auto-anamnesis dan allo-anamnesis. Anamnesis yang
baik terdiri dari:

Identitas (meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa dan
agama pasien).

Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke dokter).
- Pasien datang dengan keluhan demam sejak 1 minggu yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang (kronologis keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan
utama sampai pasien datang berobat)
- Gejala-gejala apakah yang terasa / (gejala penyerta)?
 Demam dirasakan tinggi sampai mengigil dan berkeringat dan naik
turun setiap 2 hari
 Disertai sakit kepala dan mual
Riwayat penyakit dahulu (bertujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya hubungan
antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakitnya sekarang).
- Apakah pernah menderita keluhan yang sama sebelumnya?
Riwayat penyakit dalam keluarga (bertujuan untuk mencari kemungkinan penyakit
herediter, familial atau penyakit infeksi).
- Apakah didalam keluarga ada yang menderita keluhan atau penyakit yang
sama?
Riwayat pribadi (meliputi keadaan sosial ekonomi, kebiasaan, obat-obatan, dan
lingkungan
- Beberapa hari yang lalu baru saja datang tiba di Jakarta setelah perjalanan
dinas ke timika papua.

2
Pemeriksaan Fisik:1
Status Generalisasi
Pada status generalisasi ini dapat kita ketahui data-data pasien tersebut yang dapat meliputi
sebagai berikut.
- Tanda-tanda vital
Tekanan Darah: 120/80mmHg, RR: 18x/menit, Nadi:100x/menit,
Suhu: 38,5oC.
Kesadaran : compos mentis, keadaan umum: sakit sedang
Inspeksi, palpasi, perkusi:
Head to toe
- Mata: konjungtiva anemis (+), sclera ikterik (+),
- Abdomen: hepar teraba 2 jari di bawah arcus costae
Lien teraba SII-III

Pemeriksaan penunjang
Hasil : ditemukan plasmodium vivax stadium trofozit
Pada malaria dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut:
1. Pemeriksaan darah lengkap
 Biasanya di dapatkan anemia normositik nomokrom
 Leukositosis ringan, kadang dapat dijumpai leukopenia, dan pada infeksi akut
dapat ditemukan monositosis dan monositosis
 Trombositopenia hampir selalu dapat ditemukan dan merupakan pertanda yang
sensitive tetapi tidak spesifik untuk infeksi aktif malaria.

2. Pemeriksaan darah parasit malaria


 Sediaan darah tebal :
- Pewarnaan giemsa dapat di fiksasi methanol
- Digunakan dengan cepat adanya parasit malaria, terutama pada infeksi
ringan.
- Dilakukan pada pemeriksaan 200 LPB ( x100objectives)

3
 Sediaan darah tipis
- Dilakukan untuk menentukan spesies malaria
- Parasitemia aseksual harus dilaporkan setelah menghitung 1000 eritrosit
- Selama infeksi aktif harus dilakukan hitung parasit harian
3. Tetes Antigen
Yaitu mendeteksi antigen dari Plasmodium falciparum (Histidin Rich Protein II).
Deteksi ini sangat cepat, hanya 3-5 menit, tidak memerlukan latihan khusus,
sensitivitasnya baik, dan tidak memerlukan alat khusus. Deteksi untuk antigen vivax
sudah beredar dipasaran yaitu dengan metode ICT. Tes sejenis dengan mendeteksi laktat
dehydrogenase dari palmodium (pLDH) dengan cara immunochromotographic, telah
dipasarkan nama tes OPTIMAL. Optimal dapat mendeteksi dari 0-200 parasit per mikro
liter darah dapat membedakan apakah infeksi P. falciparum atau P. vivax.

4. Tes Serologi
Mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai teknik indirect
fluorescent antibody test. Tes ini berguna untuk mendeteksi adanya antibody spesifik
terhadap malaria atau keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat
sebagai alat diagnostic sebab antibody baru terjadi setelah beberapa hari parasitemia.
Manfaat tes serologi terutama untuk penelitian epidemiologi atau alat uji saring donor
darah. Titer > 1:200 dianggap sebagai infeksi baru dan test > 1:20 dinyatakan positif.1

5. Pemeriksaan PCR ( Polymerase Chain Reaction)


Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan teknologi amplikasi DNA, waktu
yang di pakai cukup cepat dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan dari
tes ini walaupun jumlah parasite sangat sedikit dapat memberikan hasil positif. Tetapi,,
tes ini baru dipakai sebagai sarana penilitian dan belum untuk pemeriksaan rutin.1

4
Working diagnosis
Malaria vivax
Malaria merupakan suatu penyakit infeksi akut maupun kronik yang disebabkan oleh infeksi
Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual dalam
darah,dengan gejala demam,menggigil,anemia dan pembesaran limfa.1 suatu penyakit infeksi
akut maupun kronik yang disebabkan oleh infeksi parasit Plasmodium yang menyerang sel darah
merah (eritrosit). Ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles yang terinfeksi parasit tersebut.
Di dalam tubuh manusia, parasit Plasmodium akan berkembang biak di organ hati kemudian
menginfeksi sel darah merah.
Dari anamnesa pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan, pasien
didiagnosa malaria stadium vivax dikarenakan ditemukannya plasmodium vivax pada
pemeriksaan darah parasit malaria yang dipulas dengan giemsa.2

gejala klinis
Gejala klinis yang khas dari malaria adalah demam periodik yang berkaitan dengan
pecahnya skizon matang. Pada malaria tertiana dan malaria ovale, karena pematangan skizon tiap
48 jam, maka periodisitas demamnya setiap hari ke-3. Sedangkan untuk malaria kuartana, karena
pematangan skizon terjadi setiap 72 jam, maka periodisitas demamnya setiap hari ke-4. Pada
malaria tropika, karena pematangan skizon bervariasi antara 24-48 jam, maka demam terjadi
setiap hari.1
Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan plasmodium
Falciparum dan pada masa intrinsik biasanya berlangsung 6-9 bulan pada vivax serangan utama
biasa pada sindrom prodromal seperti sakit kepala,nyeri punggung, mual, malaise umum pada
relaps sindrom prodromal ringan atau tidak ada, demam tidak teratur pad 2-4 hari pertama,
kemudian menjadi intermiten dengan perbedaan yang nyata pada pagi dan sore hari suhu
meninggi kemudian menjdi normal. 2

Pada malaria, juga terdapat demam yang khas yaitu demam yang terdiri dari 3 stadium.
Pertama adalah menggigil selama 15 menit sampai 1 jam. Kemudian diikuti dengan puncak
demam yang terjadi selama 2-6 jam. Terakhir fase ketiga adalah berkeringat selama 2-4 jam.
Demam mereda secara bertahap karena tubuh mampu beradaptasi terhadap parasit dalam tubuh

5
dan adanya respon imun. Selain demam, gejala lainnya yang sering terjadi adalah splenomegali,
ikterus, dan anemia.1
Different diagnosis
Demam Tifoid

Diagnosis pembanding dari penyakit malaria di tinjau dari demam dan keadaan icterus adalah
demam tifoid.4 gejala dari demam tifoid sendiri ialah panas lebih dari 4 hari kontinu terutama
pada malam hari . keadaan umum penderita kurang, nafsu makan berkurang, mulai apatis, fisik
lidah coatea, bercak reseola pada kulit, Hb turun dll.3

Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan
oleh nyamuk Aedes aegypti. Gejala klinisnya adalah demam tinggi yang berlangsung dalam
waktu singkat selama 2-7 hari, yang dapat mencapai 40ᵒC. demam juga sering di tandai dengan
gejala tidak spesifik seperti tidak nafsu makan, lemah badan, nyeri sendi dan tulang, rasa sakit di
daerah belakang mata (retro-orbita), dan wajah yang kemerah-merahan. Tanda-tanda perdarahan
seperti mimisan (epistaksis), perdarahan gusi, perdarahan pada kulit seperti tes Rumpleede (+),
ptekiae, buang air besar yang berwarna merah kehitaman. Adanya pembesaran pada hati
(hepatomegaly). Kegagalan sirkulasi darah, ditandai dengan denyut nadi yang teraba lemah dan
cepat, ujung jari dingin,penurunan kesadaran, dan syok yang dapat menyebabkan kematian.
Penurunan jumlah trombosit <100.000 mm3 dan peningkatan kadar hematocrit >20% dari nilai
normal.4
Cikungunya
Demam muncul tiba-tiba dan umumnya berlangsung selama 5 hari, nyeri dan linu pada
sendi, pembesaran kelenjar getah bening, lemas, pada anak-anak mata berubah merah, gangguan
pada perut, mual, muntah.
Epidemiologi
Malaria tersebar di lebih dari 100 negara di benua Asia, Amerika Selatan, Afrika, Oseania, dan
Karibia di Indonesia sendiri, pada tahun 2001, terdapat 15 juta kasus setiap tahunnya dengan
38000 kematian setiap tahunnya, sekitar 35% penduduk Indonesia tinggal di daerah yang
berpotensi tertular malaria, di Indonesia adalah kawasan Timur, mulai dari Kalimantan, Sulawesi

6
tengah sampai utara, Maluku, Irian Jaya dan Lombok sampai Nusa Tenggara Timur , infeksi
terbanyak adalah falciparum dan vivax.5
Etiologi
Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, yang berasal dari famili plasmodidae.
Plasmodium pada manusia menginfeksi eritrosit dan mengalami perkembangbiakan
secaraseksual di jaringan hati dan eritrosit . untuk perkembangan seksualnya terjadi dalam tubuh
nyamuk Anopheles betina.7 di dunia terdapat sekitar 170 spesies plasmodium yang dikenal, tetapi
hanya 4 yang menjadi penyebab malaria pada manusia yaitu:6

 Plasmodium falciparum
Dulu dikenal sebagai “subtertian atau malaria tertian maligna” merupakan spesies yang
paling mematiakan dan jika tidak diobati dapat fatal dalam beberapa hari sejak awitan.
Plasmodium ini merupakan penyebab malaria tropika/malaria serebral.
 Plasmodium vivax
Spesies ini dapat bersembunyi di dalam tubuh (hati) dan dapat kambuh selama 3 tahun ke
depan . plasmodium ini merupakan penyebab malaria tertiana.
 Plasmodium ovale
Spesies ini jarang, tapi bisa pula bersembunyi di dalam tubuh, plasmodium ini merupakan
penyebab malaria ovale.
 Plasmodium malariae
Spesies ini dapat bersembunyi aliran darah selama bertahun-tahun tanpa menimbulkan
gejala. Meskipun begitu, orang yang telah terinfeksi dapat menularkan ke orang lain
melalui gigitan nyamuk atau transfuse darah.
Tiga spesies plasmodium terakhir dapat mengalami rekurensi berminggu-minggu
setelah terlihat penyembuhan dari suatu serangan primer. Hal ini berbeda dengan infeksi-
infeksi Plasmodium falciparum yang kecuali pada kasus strai-strain yang resisten
terhadap obat, jarang mengalami rekurensi setelah pemberian obat standar.

7
Gambar 1. Siklus hidup Plasmodium

Plasmodium memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya yaitu manusia dan nyamuk
anopheles betina (lihat gambar 1). Siklus pada manusia mulai terjadi pada saat nyamuk
anopheles infektif menghisap darah manusia. Sporozoit yang berada di kelenjar liur nyamuk
akan masuk akan masuk ke dalam peredaran darah selama lebih kurang ½ jam. Setelah itu
sporozoit masuk kedalam sel hati dan menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi
skizon di hati yang terdiri dari 10.000-30.000 merozoit hati (tergantung spesiesnya), siklus ini
disebut siklus eksoeritrositer yang berlangsung selama lebih kurang 2 minggu. Pada P.vivax dan
P.ovale sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi skizon tetapi ada yang
menjadi bentuk dorman yang disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel
hati selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun,
akan menjadi aktif sehingga akan menimbulkan relaps (kambuh).1
Merozoit yang berasal dari skizon hati yamg pecah masuk ke peredaran darah dan
menginfeksi sel darah merah. Hal ini disebut sebagai sporulasi. Di dalam sel darah merah,
parasite terus berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30 merozoit tergantung
spesiesnya). Proses perkembangan aseksual ini di sebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang
terinfeksi (skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya.
Siklus ini disebut siklus eritrositer.1

8
Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang menginfeksi sel darah merah
membentuk stadium seksual (gametosit jantan dan betina). Apabila nyamuk anopheles betina
mengisap darah yang mengandung gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan betina
melakukan pembuahan sehingga dihasilkan zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian
menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung nyamuk,ookinet akan menjadi
ookista dan selanjutnya pecah mengeluarkan ribuan sporozoit. Sporozoit ini bersifat infektif dan
siap di tularkan ke manusia.1

Masa inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai timbulnya gajala
klinis yang di tandai dengan demam. Masa inkubasi bervariasi tergantung spesies plasmodium.
Masa prepaten adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai parasit dapat di deteksi
dalam darah tepi dengan pemeriksaan mikroskopis.1

Patofisiologi
Demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon (sporulasi) yang mengeluarkan
bermacam-macam antigen. Antigen ini merangsang sel-sel makrofag, monosit atau limfosit yang
mengeluarkan berbagai macam sitokin, antara lain TNF (tumor necrosis factor). TNF akan
dibawa aliran darah ke hipotalamus yang merupakan pusat pengatur suhutubuh dan terjadi
demam.Proses skizogoni pada keempat plasmodium memerlukan waktu yang bebeda-beda.P.
falciparum memerlukan waktu 36-48 jam, P. vivax dan P. ovale 48 jam, danP. malariae 72
jam. DemampadaP. falciparum dapat terjadi setiap hari, P. vivax/ P.ovale selang waktu satu
hari, dan P. malariae demam timbul selang waktu 2 hari.1,2
Anemia terjadi karena pecahnya sel darahmerahyang terinfeksi maupun yang tidak
terinfeksi. Plasmodium falciparum menginfeksi semua jenis sel darah merah, sehingga anemia
dapat terjadi pada infeksi akut dan kronis. Plasmodium vivax dan P. ovale hanya menginfeksi
sel darah merah muda yang jumlahnya hanya 2% dari seluruh jumlah sel darah merah,
sedangkan Plasmodium malariae menginfeksi seldarah merah tua yang jumlahnya hanya 1%
dari jumlah sel darah merah. Sehingga anemia yang disebabkan olehP. vivax, P. ovaledanP.
malariae umumnya terjadi pada keadaan kronis.1,2
Splenomegali terjadi karena limpa merupakan organ retikuloendothelial, dimana
Plasmodium dihancurkan oleh sel-sel makrofag dan limposit. Penambahan sel-sel radang ini
menyebabkan limpa membesar.1,2

9
MalariaberatakibatPlasmodium falciparum mempunyai patogenesis yang khusus. Eritrosit
yang terinfeksi P. falciparum akan mengalami proses sekuestrasi yaitu tersebarnya eritrosit
yang berparasit tersebut ke pembuluh kapiler alat dalam tubuh. Selain itu pada permukaan
eritrosit yang terinfeksi akan membentuk knob yang berisi berbagai antigen Plasmodium
falciparum. Pada saat terjadi proses sitoadherensi, knob tersebut akan berikatan dengan reseptor
sel endotel kapiler. Akibat dari proses ini, terjadilah obstruksi (penyumbatan) dalam pembuluh
kapiler yangmenyebabkan iskemia jaringan. Terjadinya sumbatan ini juga didukung oleh proses
terbentuknya "rosette" yaitu bergerombolnya sel darah merah yang berparasit dengan sel darah
merah lainnya. Pada proses sitoaderensi inididugajuga terjadiproses imunologik
yaituterbentuknya mediator-mediator antara lain sitokin (TNF, interleukin), di mana mediator
tersebut mempunyai peranan dalam gangguan fungsi pada jaringan tertentu.1,2

Gambar 2. Patofisiologi Malaria

10
Manifestasi klinis
Manifestasi klinik malaria tergantung pada imunitas penderita, tingginya transmisi infeksi
malaria. Berat/ringannya infeksi dipengaruhi oleh jenis plasmodium, daerah asal infeksi, umur,
faktor genetic, keadaan kesehatan dan nutrisi, pengobatan sebelumnya.
Trias malaria adalah keadaan mengigil yang diikuti dengan demam dan keluar keringat
yang banyak seperti berikut:
 Demam
Demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon (sporulasi) yang
mengeluarkan bermacam-macam antigen. Antigen ini merangsang sel-sel makrofag,
monosit atau limfosit yang mengeluarkan berbagai macam sitokin, antara lain TNF
(tumor necrosis factor). TNF akan dibawa aliran darah ke hipotalamus yang merupakan
pusat pengatur suhutubuh dan terjadi demam.Proses skizogoni pada keempat plasmodium
memerlukan waktu yang bebeda-beda.P. falciparum memerlukan waktu 36-48 jam, P.
vivax dan P. ovale 48 jam, danP. malariae 72 jam. Demam padaP. falciparum dapat
terjadi setiap hari, P. vivax/ P.ovale selang waktu satu hari, dan P. malariae demam
timbul selang waktu 2 hari.
 Splenomegali
Merupakan gejala malaria kronik, limpa mengalami kongesti, menghitam dan
mengeras karna timbunan penghancuran parasit, pigmen, sel radang, dan jaringan ikat.
 Anemia
Anemia terjadi akibat pecahnya eritrosit yang terinfeksi maupun tidak terinfeksi,
palcifarum menginfeksi semua jenis eritrosit, vivax, ovale, menginfeksi eritrosit muda
 Ikterus

Dapat terjadi karna hemolisis dan gangguan hepar.5

Keadaan kilnik dalam perjalanan infeksi malaria.5


 Serangan primer : keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi serangan
proksimal yang terdiri dari menggigil, panas dan berkeringat. Serangan proksimal ini

11
dapat pendek atau panjang tergantung dari perbanyakan parasit dan keadaan imunitas
penderita.
 Periode latent : periode tanpa gejala dan tanpa parisetamia selama terjadinya infeksi
malaria. Biasanya terjadi diantara dua keadaan paroksismal.
 Recrudescense : berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam masa 8 minggu sesudah
berakhirnya serangan primer. Berulangnya gejala klinik sesudah periode laten dan
serangan primer.
 Recurrence : berulangnya gejala klinik atau parasitemia setelah 24 minggu berakhirnya
serangan primer.
 Relaps : berulangnya gejala klinik atau parasitemia yang lebih lama dari waktu diantara
serangan periodic dari infeksi primer yaitu setelah periode yang lama dari masa latent
(samapai lima tahun), biasanya terjadi karena infeksi tidak sembuh atau oleh bentuk di
luar eritrosit (hati) pada malaria vivax atau ovale.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita malaria antara lain adalah malaria serebral,
hiperpireksia, gagal ginjal akut, edema paru akut, komplikasi gastro intestinal, gagal hati, black
water fever, dan anemia serta depresi sumsum tulang.1
Malaria serebral dapat terjadi perlahan-lahan atau segera setelah gejala permulaan timbul.
Penderita mengalami nyeri kepala, tidak bertenaga, kemudian jatuh dan koma. Hal-hal ini
disebabkan karena penyumbatan kapiler susunan saraf pusat oleh eritrosit yang terinfeksi
parasit.1
Terkadang, hiperpireksia terjadi bersama-sama dengan malaria serebral. Hiperpireksia
terjadi karena gangguan kapiler pusat pengatur panas di hipotalamus. Pada keadaan ini, suhu
meningkat hingga 40C atau lebih, kulit panas dan kering, serta penderita dapat mengalami
koma.1
Gagal ginjal akut disebabkan oleh anoksi ginjal karena berkurangnya aliran darah dalam
ginjal dengan akibat filtrasi glomerulus dan aktivitas tubulus terhenti. Gagal ginjal akut ini dapat
dilihat dengan terjadinya oliguria dantekanan darah yang menurun.3
Edema paru akut merupakan komplikasi yang jarang terjadi. Edema paru akut ini
disebabkan terjadinya transudasi cairan ke dalam alveolus.3

12
Pada komplikasi gastrointestinal mirip dengan kolera atau disentri. Diare cair, kejang otot
dan dehidrasi menyerupai kolera. Diare dengan darah, lendir, pus disertai nyeri perut dan demam
seperti disentri.1
Gagal hati dapat terjadi karena konstriksi pembuluh darah viseral sehingga aliran darah ke
dalam hati berkurang. Pada hati terjadi vasokonstriksi cabang-cabang kecil vena porta dengan
akibat hipertensi portal, degenerasi, dan nekrosis sel hati.1
Black water fever disebabkan karena penghancuran eritrosit yang banyak. Akibat dari
hemolisis intravaskuler yang berat ini, terjadilah hemoglobinuria yang menyebabkan urin
berwarna gelap.1

Pencegahan
Dengan meningkatkan kewaspadaan terhadap resiko malaria, mencegah gigitan nyamuk
dengan cara menggunakan kelambu berinsektisida, kawat kasa nyamuk dan lain-lain,
pengendalian vector dan kemoprolaksis tergantung dari pola resistensi daerah kunjungan, usia
pelancong, lama kunjungan, kehamilan dan kondisi penyakit tertentu penderita , atovaquon-
proguanil (malarone) biasanya paling ideal karna berefek pada parasit yang beredar di darah dan
di hati karenanya boleh di hentikan 1 minggu setelah selesai perjalanan , kloroquine dan
mefloquine, dosisiklin bisa diberentikan 4 minggu setelah perjalanan. Dan untuk dosisiklin dan
malarone harus di mulai 1 minggu sebelum perjalanan, dan yang lain di mulai dari 2-3 minggu
sebelum perjalanan.
Penatalaksanaan
 Pengobatan simptomatik :
Pemberian antipiretik untuk mencegah hipertermia : parasetamol 15 mg/KgBB/x, beri
setiap 4 jam dan lakukan juga kompres hangat.
 Bila kejang, beri antikonvulsan : Dewasa : Diazepam 5-10 mg IV (secara perlahan jangan
lebih dari 5 mg/menit) ulang 15 menit kemudian bila masih kejang. Jangan diberikan
lebih dari 100 mg/24 jam.
 Bila tidak tersedia Diazepam, sebagai alternatif dapat dipakai Phenobarbital 100 mg IM/x
Dewasa diberikan 2 x sehari.1,5

13
Pemberian obat anti malaria spesifik :
Untuk penatalaksanaan kasus malaria berat, dibagi menjadi 4 bagian yaitu tindakan umum,
pengobatan simptomatik, pemberian obat anti malaria, dan penanganan komplikasi. Pada
tindakan umum, bebaskan jalan napas dan mulut untuk menghindari asfiksia dan bila perlu diberi
oksigen. Berikan cairan untuk memperbaiki keadaan umum penderita. Lakukan pengecekan
terhadap tanda-tanda vital setiap 30 menit. Lakukan pemeriksaan darah tebal untuk konfirmasi
diagnosis. Sedangkan untuk kasus malaria tanpa komplikasi, hanya dilakukan pemeriksaan darah
tebal untuk konfirmasi.1
Selanjutnya pada pengobatan simptomatik, berikan antipiretik seperti parasetamol pada
penderita demam untuk mencegah hipertermia dan berikan antikonvulsan seperti diazepam pada
penderita dengan kejang.1
Tahap ketiga adalah pemberian obat antimalaria. Obat antimalaria yang beredar umumnya
dikelompokkan menjadi obat antimalaria kelompok kuinolon (klorokuin, kina, primakuin,
amodiakuin, meflokuin, dan halofantrin), obat antimalaria kelompok anti-folat (sulfadoksin,
primetamin, proguanil, klorproguanil, dan dapson), dan kelompok obat antimalaria baru
(artemisinin, lumefantrin, atovakuon, tafenokuin, pironaridin, piperakuin, artemison, WR99210
dan antibiotik). Di Indonesia saat ini selain tersedia obat antimalaria standar (klorokuin, kina,
primakuin dan sulfadoksin-pirimetamin) juga obat antimalaria artesunat dalam kemasan
kombinasi dengan amodiakuin.1
Obat antimalaria terdiri dari 5 jenis, antara lain:1
1. Skizontisid jaringan primer yang membasmi parasit pra-eritrosit, yaitu proguanil, pirimetamin
2. Skizontisid jaringan sekunder yang membasmi parasit ekso-eritrosit, yaitu primakuin
3. Skizontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit, yaitu kina, klorokuin, dan amodiakuin
4. Gametosid yang menghancurkan bentuk seksual. Primakuin adalah gametosid yang ampuh
bagi keempat spesies. Gametosid untuk P.vivax, P.malaria, dan P.ovale adalah kina,
klorokuin, dan amidokuin
5. Sporontosid mencegah gametosid dalam darah untuk membentuk ookista dan sporozoid
dalam nyamuk anopheles, yaitu primakuin dan proguanil.
Saat ini, pengobatan ACT merupakan pilihan obat utama karena efektif mengatasi
plasmodium yang resisten terhadap pengobatan lain. Selain itu, artemisin dapat membunuh
semua spesies plasmodium penyebab malaria pada semua stadium. Penggunaan obat ACT

14
(Artemisin base Combination Therapy) diberikan karena pemberian golongan artemisin secara
monoterapi akan mengakibatkan terjadinya rekrudensi. Di Indonesia, ACT yang tersedia adalah
artesunat 200 mg + amodiaquin 200 mg yang diberikan selama 3 hari. Gabungan artesunat dan
amodiaquin ini memiliki nama dagang Artesumoon. Namun, untuk pemakaian obat golongan
artemisin ini, harus disertai dengan pemeriksaan parasit yang positif, bila tidak, tetap digunakan
obat non ACT seperti:1
- Klorokuin 250 mg, 4 tablet hari I & II, lalu 2 tablet hari III.
- Sulfadoksin 500 mg + pirimetamin 25 mg (SP), 3 tablet dosis tunggal.
- Kina sulfat 220 mg, 3x10 mg/KgBB selama 7 hari.
- Primakuin 15 mg, 3 tablet dosis tunggal untuk P. falciparum dan 1 tablet/hari selama 14 hari
untuk P. vivax
Terakhir adalah penanganan komplikasi. Bila terjadi gejala serebral, maka dapat diberikan
diazepam, paraldehid, chlorpromzin, atau fenobarbital. Pemakaian kortikosteroid seperti
deksamethason tidak dianjurkan karena justru memperpanjang koma, menimbulkan komplikasi
pneumonia dan perdarahan gastrointestinal. Bila terjadi gangguan fungsi ginjal, keseimbangan
cairan dan elektrolit darah harus dijaga melalui pemberian infus normal saline dan furosemid.
Bila terjadi anemia berat (Hb < 6g% atau hematokrit < 20% atau jumlah eritrosit < 2 juta/mm3)
diberikan transfusi darah dan obat anti anemia yaitu asam folat 5 mg selama 3-4 minggu. Bila
terjadi gangguan hati, diberikan klorokuin dengan dosis 5 mg/kgBB. Bila terjadi black water
fever, rawat secara intensif dan istirahat total. Bila terjadi edema paru, kurangi beban jantung
kanan dengan tidur setengah duduk, beri furosemid dan oksigen serta membatasi pemberian
cairan.1

- Bila tidak memungkinkan dirujuk, maka penanganannya : lanjutkan penatalaksanaan


sesuai protap umum Rumah Sakit (seperti telah diuraikan diatas), yaitu :
Pengobatan spesifik dengan obat anti malaria.
Pengobatan supportif/penunjang (termasuk perawatan umum dan pengobatan
simptomatik)

15
*Fungsi masing-masing obat:
 Pemakaian artesunat dan amodiakuin bertujuan untuk membunuh parasit stadium
aseksual
 Pemakaian klorokuin bertujuan membunuh parasit stadium aseksual dan seksual
 Primakuin bertujuan untuk membunuh gametosit yang berada di dalam darah,hipnozoit di
sel hati dan parasit aseksual di eritrosit1,5
Prognosis
Telah kita ketahui sebelumnya, bahwa dikenal ada 4 jenis plasmodium pada malaria.
Keempat jenis plasmodium ini memiliki masing-masing prognosis sebagai berikut:1
p. vivax (baik, tidak menyebabkan kematian dan tidak terdapat komplikasi dan cepat ditangani)
p. malariae (tanpa pengobatan dapat menimbulkan relaps 30-50 tahun)
p. ovale (baik jika tidak terdapat komplikasi lain dan cepat ditangani)
kesimpulan
hipotesis diterima karena hasil dari anamnesis pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
yang telah dilakukan pada pemeriksaan parasit malaria ditemukan plasmodium vivax.

Daftar Pustaka

1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al. buku ajar ilmu penyakit dalam: Anamnesis dan
Pemeriksaan Fisik. Ed 6. Jilid 3. Jakarta: Interna Publishing 2014.h 595-637
2. Departemen Parasitologi FKUI. Buku ajar parasitology kedokteran. Sutanto I, editor.
Jakarta : Badan Penerbit FKUI; 2013.h.189-241
3. Santoso M. Standart pelayanan medis penyakit dalam: Rumah Sakit Umum Daerah Koja
Jakarta : Yayasan Diabetes Indonesia; 2004. H. 13-7
4. Wahyu GG. Apa yang dokter anda tidak katakan tentang demam berdarah. Jakarta : PT
Mizan Publika; 2011
5. Fakultas Kedokteran Indonesia. Kapita Selekta Kedokteran.malaria. Ed.4. Jakarta: Media
Aesculapius 2014.h 728-32
6. Departemen Kesehatan RI. Pedoman penatalaksanaan kasus malaria di Indonesia.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2008. H.7.3

16

Anda mungkin juga menyukai