Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN TUTORIAL

MODUL 1 BLOK 7 ”INFEKSI BAKTERI VIRUS DAN JAMUR”

INSISIVUS 5

Tutor : Drg. Suci Rahmasari

Ketua : Afifarsyah Rayatama Putra (1811412019)

Sekretaris Meja : Bella Annisa (1811411020)

Sekretaris Papan : Shania Azzira (1811412010)

Nama Anggota:

Afifah Aprilia (1811412007)

Atikah Fadhilah (1811411014)

Harlin Triana Putri (1811413011)

Indriani Putri Pratiwi (1811411003)

Irma Sholekhah (1811412011)

Milna Trima Safitri (1811413021)

Neta Safna May Sarah (1811412005)

Utami Trifanta (1811411006)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ANDALAS

2019
A. Skenario 1 “Pipi Bengkak Bondan
Bondan (24 tahun) sudah 2 hari sakit gigi dan terlihat membengkak,
berwarna merah di pipi kanan disertai rasa sakit. Makin lama bengkak
semakin membesar dan sakit.
Pemeriksaan dokter gigi didapati bentuk muka Bondan yang asimetris
dengan pembengkakan besar pada regio mandibula sebelah kanan disertai
warna kemerahan dan sakit bila tersentuh. Pemeriksaan intra oral gigi
ditemukan gigi 47 gangren. Dokter gigi menjelaskan bahwa yang dialami
Bondan adalah infeksi yang sudah meluas dengan tanda-tanda reaksi
jaringan. Gigi 47 yang gangrene sebagai salah satu penyebabnya. Tanda-
tanda infeksi lainnya dapat dilihat atau didiagnosa melalui pemeriksaan darah.
Bagaimana saudara menjelaskan infeksi yang diderita Bondan?
B. Langkah seven jumps
1. Mengklarifikasi terminologi yang tidak diketahui dan mendefinisikan hal-
hal yang dapat menimbulkan kesalahan interpretasi.
2. Menentukan masalah.
3. Menganalisa masalah melalui brain storming dengan menggunakan prior
knowledge.
4. Membuat skema atau diagram dari komponen-komponen permasalahan
dan mencari korelasi dan interaksi agar masing-masing komponen untuk
membuat solusi secara terintegrasi.
5. Memformulasikan tujuan pembelajaran.
6. Mengumpulkan informasi di perpustakaan, internet, dan lain-lain.
7. Sintesa dan uji informasi yang telah diperoleh.

C. Diskusi
Langkah 1: Terminologi
“Gangren”
Pembahasan:
Gangrene adalah kematian jaringan akibat kurangnya suplai darah
ataupun infeksi pada jaringan.
“Asimetris”
Pembahasan:
Asimetris adalah ketidakseimbangan antara satu sisi dengan sisi
lainnya yang bisa terjadi pada setiap individu.

Langkah 2: Menentukan Masalah

1. Apa hubungan gangrene dengan keluhan Bondan?

2. Apa saja macam-macam gangrene?

3. Apa penyebab gigi gangrene?

4. Apa saja mikroorganisme penyebab infeksi pada rongga mulut?

5. Apa tanda-tanda reaksi jaringan yang terinfeksi?

6. Apa tanda-tanda infeksi pada darah?

7. Bagaimana mekanisme infeksi?

8. Apa saja komponen yang terlibat dalam reaksi jaringan?

9. Bagaimana respon imun terhadap infeksi?

10. Apa perbedaan infeksi bakteri, virus, dan jamur?

11. Bagaimana pencegahan agar tidak terinfeksi bakteri, virus, dan jamur?

Langkah 3: Menganalisa Masalah

1. Apa hubungan gangrene dengan keluhan Bondan?

Gangrene diawali oleh karies, yakni karies superficialis yang


meluas menjadi karies media, dan berlanjut menjadi karies profunda.
Karies profunda akan menyebabkan terjadinya nekrosis jaringan pulpa.
Padahal jaringan pulpa berisi pembuluh darah dan syaraf, sehingga
nekrosis jaringan pulpa menyebabkan suplai darah, oksigen, dan juga
nutrisi berkurang, bakteri pun berkembang dan berakumulasi pada
pulpa. Saat makan makanan/pun minuman dingin, gas akan memui
dalam rongga pulpa yang terinfeksi sehingga menekan ujung syaraf
akar gigi sebelahnya yang masih vital sehingga nyeri tak dapat
dihindarkan.

Jika karies berhasil menembus jaringan lunak (jaringan


periodontal) gangrene akan terjadi sehingga terjadi pembengkakan
pada region mandibula sebelah kanan diserti kemerahan.

2. Apa saja macam-macam gangrene?

Gangrene dibagi menjadi beberapa macam, yakni:

o Gangrene kering yang biasanya terjadi pada penyakit arteri


perifer dengan tanda-tanda kulit kering, mengerut, dan
berwarna kehitaman atau biru kecoklatan.

o Gangrene basah yang biasanya terjadi pada penyakit diabetes


mellitus, bekas luka bakar/frostbite dengan tanda-tanda kulit
bengkak, melepuh, dan terlihat basah atau berair.

o Gangrene gas yang biasanya terjadi pada luka akibat bedah,


cedera parah. Disebabkan oleh bakteri Clostridium Perfingens
yang menghasilkan racun dengan tanda-tanda awalnya kulit
terlihat normal namun lama-kelamaan akan berwarna ungu
kemerahan dan akan terbentuk gelembung udara.

o Gangrene internal yang biasanya terjadi karena terhambatnya


aliran darah ke organ dalam tubuh seperti pada usus dan
empedu. Gangrene internal dapat menyebabkan demam dan
nyeri hebat.

o Gangrene Fournier yang biasanya terjadi pada infeksi pada


daerah genital/kelamin dengan tanda-tanda bengkak disekitar
daerah genital disertai nyeri.
o Gangrene meleney merupakan gangrene yang langka (jarang
terjadi). Terjadi pada kasus infeksi 1-2 minggu pasca operasi.

3. Apa penyebab gigi gangrene?

Gigi gangrene diawali oleh munculnya karies superficialis,


dengan disertai kesehatan oral yang kurang baik menyebabkan karies
meluas hingga ke dentin menjadi karies media yang ditandai adanya
cavitas pada gigi dengan bau busuk dan terjadi perubahan warna pada
daerah yang terkena karies menjadi kecoklatan bahkan kehitaman. Jika
karies media dibiarkan terus menerus akan berkembang menjadi karies
profunda yang menyebabkan pulpa mengalami nekrosis karena
kekurangan suplai darah sehingga gigi menjadi non-vital. Jika karies
telah menembus gigi akan meluas ke jaringan lunak (jaringan
periodontal) sehingga terjadi gangrene.

4. Apa saja mikroorganisme penyebab infeksi pada rongga mulut?

a. Bakteri

 Staphylococcus aureus

 Staphylococcus epidermitis

 Streptococcus salivarius

 Bacterioides fragilis

 Lactobacillus

b. Virus (Herpes Simplex Virus / HSV)

c. Jamur (Candida albicans)

5. Apa tanda-tanda reaksi jaringan yang terinfeksi?

 Adanya rubor (kemerahan)

 Adanya kalor (panas)


 Adanya dolor (nyeri)

 Adanya tumor (pembengkakan)

 Adanya fungsiolaesa (perubahan fungsi jaringan)

6. Apa tanda-tanda infeksi pada darah?

o Peningkatan jumlah leukosit.

o Demam bahkan menggigil.

o Denyut jantung cepat (takikardia)

o Tingkat pernapasan meningkat.

o Berkeringat yang tidak normal.

7. Bagaimana mekanisme infeksi?

Mikroorganisme yang berhasil masuk ke jaringan akan


bereplikasi dan mengganggu jaringan karena sifatnya membahayakan.
Mikroorganisme yang masuk memanfaatkan sel inang untuk
melakukan replikasi dan bertahan hidup baik di dalam sel (intraseluler)
maupun di luar sel (ekstraseluler).

8. Apa saja komponen yang terlibat dalam reaksi jaringan?

 Sel-sel di dalam pembuluh darah seperti limfosit dan monosit.

 Faktor penggumpal darah seperti eosinophil dan basophil.

 Sel-sel pada jaringan ikat, seperti sel mast, fibroblast, dan


makrofag.

 ECM (serabut elastis, collagen, dan proteoglikan).

9. Bagaimana respon imun terhadap infeksi?

Respon imun terhadap infeksi yakni inflamasi sebagai


mekanisme pertahanan tubuh. Ketika tubuh mengenali adanya bahaya,
imun (sistem kekebalan tubuh) akan merespons dengan melepaskan
sel-sel darah putih dan senyawa kimia lain sebagai bentuk pertahanan
terhadap antigen yang masuk. Pelepasan sel darah putih akan
meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami infeksi sehingga
daerah tersebut menjadi kemerahan dan terasa hangat. Beberapa
senyawa kimia yang dilepaskan oleh sistem imun menyebabkan
kebocoran cairan ke dalam jaringan sehingga daerah yang terinfeksi
menjadi membengkak dan juga menyebabkan terjadi rangsangan pada
serabut saraf sehingga terasa nyeri. Inflamasi sering kali menimbulkan
rasa yang tidak nyaman, namun penting dalam proses penyembuhan
karena membantu menghancurkan sel yang rusak dan
mengeluarkannya lewat nanah.

10. Apa perbedaan infeksi bakteri, virus, dan jamur?

a) Bakteri

- Hidung berair.

- Bersin.

- Demam tidak mendadak (lebih dari 3 hari).

- Sakit tenggorokan.

- Sakit pada telinga.

- Sesak napas.

- Kadang batuk.

b) Virus

- Flu.

- Mimisan.

- Susah tidur
c) Jamur

- Gatal-gatal.

- Kemerahan pada daerah yang terinfeksi.

11. Bagaimana pencegahan agar tidak terinfeksi bakteri, virus, dan jamur?

 Melakukan vaksinasi.

 Melakukan imunisasi.

 Menjaga kebersihan.

 Menjaga pola hidup sehat.

 Untuk penderita diabetes, menjaga kadar gula darah melalui


control asupan nutrisi yang baik.

 Meningkatkan imunitas dengan mengkonsumsi makanan yang


bergizi dan istirahat yang cukup.

Langkah 4: Membuat Skema

Bondan

(24 tahun)

Sakit gigi, Gigi 47


pembengkakan, gangrene
kemerahan
INFEKSI

Definisi Penyebab Mekanisme Pencegahan

Macam- Tanda-tanda Respon tubuh


macam

Darah Jaringan

Langkah 5: Tujuan pembelajaran

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi infeksi.


2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan macam-macam infeksi.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan penyebab infeksi.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tanda-tanda infeksi.
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mekanisme terjadinya
infeksi.
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan respon tubuh terhadap

infeksi.
7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bagaimana pencegahan

terhadap infeksi.
8. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan patofisiologi karies dan

mikroorganisme yang berperan pada perkembangan karies.

Pembahasan Learning Objective (LO):

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi infeksi.

Menurut Potter & Perry pada tahun 2005, infeksi adalah proses invasif
oleh mikroorganisme dan berproliferasi di dalam tubuh yang menyebabkan
sakit. Sedangkan menurut Smeltzer & Brenda pada tahun 2002, infeksi adalah
beberapa penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan habitat patogenik
dalam tubuh.

Berdasarkan buku Immunobiology Edisi ke-5, Sistem Kekebalan dalam


Kesehatan dan Penyakit, infeksi adalag invasi dan multiplikasi mikroorganisme
dalam jaringan tubuh, seperti pada penyakit menular. Mikroorganisme
bereplikasi di dalam jaringan tubuh inang sehingga membahayakan inang.
Infeksi juga dianggap sebagai beberapa penyakit yang disebabkan oleh
pertumbuhan organisme patogenik dalam tubuh.

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan macam-macam infeksi.

Secara umum, infeksi dibagi menjadi 2 golongan besar, yakni:


 Infeksi yang terjadi karena terpapar oleh antigen dari luar tubuh.
Setelah antigen berhasil masuk ke dalam tubuh inang, antigen akan
menembus jaringan dan melakukan replikasi baik di dalam sel
(intraseluler) maupun di luar sel (ekstraseluler). Beberapa antigen
(pathogen) yang melakukan replikasi di dalam tubuh, yaitu Chlamydia,
Listeria, dan Rickettsia. Sedangkan antigen (pathogen) yang
melakukan replikasi di luar tubuh, yaitu Mycobacteria.
 Infeksi yang terjadi karena difusi cairan tubuh atau jaringan. Pathogen
yang menginfeksi tidak bisa hidup tanpa inang karena butuh inang
untuk hidup, contohnya Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Berdasarkan jenisnya, macam-macam infeksi dapat dibagi menjadi:
a. Kolonisasi
Kolonisasi merupakan suatu proses dimana benih mikroorganisme
menjadi flora yang menetap/residen. Mikroorganisme bisa tumbuh dan
berkembang biak tetapi tidak bisa menimbulkan penyakit. Infeksi
terjadi ketika microorganisme yang menetap sukses
menginvasi/menyerang bagian tubuh/host manusia yang sistem
pertahanannya tidak efektif sehingga pathogen dapat menyebabkan
kerusakan jaringan.
b. Infeksi Lokal
Infeksi local merupakan jenis infeksi spesifik dan terbatas pada bagian
tubuh tempat mikroorganisme menetap.
c. Infeksi Sistemik
Infeksi sistemik terjadi bila mikroorganisme menyebar ke bagian tubuh
yang lain dan menimbulkan kerusakan pada jaringan tersebut.
d. Bakterimia
Bakterimia terjadi ketika di dalam darah ditemukan adanya bakteri.
e. Septikimia
Septikimia merupakan jenis infeksi yang disebabkan oleh multiplikasi
bakteri dalam darah sebagai hasil dari infeksi sistemik.
f. Infeksi Akut
Infeksi akut adalah infeksi yang muncul dalam waktu singkat.
Infeksi Kronik
Infeksi kronik adalah infeksi yang terjadi secara lambat dalam periode
yang lama (dalam hitungan bulan bahkan tahun).
Berdasarkan penyebabnya, macam-macam infeksi dapat dibagi menjadi:
1) Bakteri
Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh
manusia yang sehat. Keberadaan bakteri sebagai flora normal sangat
penting dalam melindungi tubuh dari bakteri pathogen lain yang
datang. Namun pada beberapa kasus, bakteri dalam flora normal dapat
menyebabkan infeksi jika manusia tersebut memiliki toleransi rendah
terhadap keberadaan mikroorganisme. Bakteri pathogen lebih
berbahaya dan dapat menyebabkan infeksi baik secara sporadic
maupun endemic. Contohnya, yakni:
o Bakteri golongan gram-negatif
Prophyromonas gingivalis, Prevotella intermedia, Escherichia
coli, Streptococcus mutans dan Prevotella oralis.
o Bakteri golongan gram-positif
Arachnia spp, Eubacterium spp, dan Treponema pallidum.
o Bakteri yang membentuk spora (Actinomycetes)
o Bakteri yang terdapat di dalam rongga mulut
- Bakteri penyebab karies (Streptococcus mutans,
Lactobacillus acidophilus, dan Actinomyces viscocus)
- Bakteri penyebab periodontitis (Prevotella intermedia dan
Porphyromonas gingivalis)
2) Virus
Berdasarkan jenis inang yang diinfeksi, yakni:
 Virus pada tanaman (Tobacco Mosaic Virus (TMV) pada daun
tembakau)
 Virus pada hewan (Rhabdovirus penyebab rabies pada anjing)
 Virus pada manusia (HIV penyebab AIDS)
 Virus pada bakteri (Bakteriofag)
Berdasarkan asam nukleat penyusun, yakni:
 Virus DNA (Adenovirus penyebab pneumonia)
 Virus RNA (Orthomyxovirus penyebab influenza)
Penyebaran virus seperti Hepatitis Virus (penyebab hepatitis B dan C)
dapat ditularkan melalui tranfusi darah, suntikan, dan endoskopi.
Sedangkan penyebaran virus seperti Respiratory Syncytial Virus (RSV),
Rotavirus, dan Enterovirus dapat ditularkan melalui kontak tangan
secara langsung ke mulut.

3) Jamur
Jamur Candida Albicans merupakan flora normal yang hidup di dalam
rongga mulut, namun dapat menyebabkan infeksi Candidiasis jika
jumlahnya melebihi batas normal.

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan penyebab infeksi.

A. Bakteri
Berdasarkan bentuk, dibagi menjadi:
 Batang (Bacillus)
Basil tunggal, basil ganda (diplobasil), dan streptobasil.
 Bola (Coccus)
- Monococcus (Neisseria gonorrhoeae)
- Diplococcus (Diplococcus pneumonia)
- Streptococcus
- Staphilococcus
 Spiral
Berdasarkan pewarnaan gram, dibagi menjadi:
 Bakteri gram-positif
Bakteri gram-positif merupakan bakteri cosmopolitan yang jika
diberi pewarnaan gram berubah menjadi warna ungu.
Contohnya, Neisseria gonorrhoeae dan Treponema pallidum.
 Bakteri gram-negatif
Bakteri gram-negatif merupakan bakteri yang hidup pada
daerah ekstrim yang jika diberi pewarnaan gram berubah
menjadi warna merah/merah muda. Contohnya, Escherichia coli
dan S. mutans.
B. Virus
Virus menyerang sel dalam tubuh inang untuk melakukan replikasi dan
bertahan hidup. Contohnya Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Virus sebagai penyebab infeksi secara umum dibagi menjadi:
Virus penyebab infeksi pada saluran pernapasan
- Orthomyxovirus (influenza)
- Respiratory Synctial Virus (RSV)
- Adenovirus (Pneumonia)
Virus penyebab infeksi pada saluran pencernaan
- Rotavirus
- Norovirus
- Astrovirus
Ketiganya merupakan virus penyebab gastroenteritis.
Virus penyebab infeksi pada kulit
- Varicella zoster (cacar air)
- Papopavirus (kutil)
- Poxyvirus (cacar)
- Paramyxovirus (campak)
- Herpesvirus (herpes)
Virus penyebab infeksi pada hati
- Hepatitis Virus penyebab penyakit Hepatitis A, B, C , D ,
dan E.
Virus penyebab infeksi pada sistem saraf
- Enterovirus
- Arbovirus
- Poliovirus (polio)
- Human Immunodeficiency Virus (AIDS)
- Rhabdovirus (rabies)
- Arenavirus (meningitis)
C. Jamur
Yang rentan terkena infeksi jamur yakni penderita HIV/AIDS, pasien
kemoterapi, dan pasien pasca transplantasi organ.
Infeksi yang disebabkan oleh jamur dibagi menjadi:
 Candidiasis
Candidiasis disebabkan oleh jamur Candida yang hidup alami
di permukaan kulit, namun jika pertumbuhannya tidak
terkendali dapat menyebabkan infeksi. Biasanya Candidiasis
disebabkan oleh kurangnya kebersihan diri, sering
menggunakan pakaian ketat, dan kulit yang lembab.
 Candidiasis auris
Candida auris disebabkan oleh jamur Candida auris yang
kebal terhadap obat anti-jamur Candida. Candidiasis auris
dapat menyebabkan kematian. Penyebaran infeksi ini dapat
terjadi melalui pemakaian alat bersama yang terkontaminasi.
 Kurap
Kurap disebabkan oleh jamur yang hidup di tanah seperti
Epidermophyton dan Microsporum. Kurap dapat menyebar
jika menyentuh tanah yang terkontaminasi ataupun kontak
langsung antara manusia sehat-manusia terkontaminasi dan
manusia sehat-hewan terkontaminasi.
 Mucormicosis
Mucormicosis merupakan infeksi yang terjadi akibat
menghirup spora jamur Mucoralesm dan dapat terjadi jika
terpapar pada kulit yang luka saat defisiensi imunitas (pada
penderita kanker dan diabetes). Jamur Mucorales terdapat
pada daun, tanah, dan tumpukan kompos.
D. Parasit
Parasite sebagai penyebab infeksi dapat berpindah melalui kontak
mulut ataupun kulit.
 Protozoa (bersel 1)
Dapat ditularkan melalui serangga, makanan/minuman
terkontaminasi feses manusia yang terinfeksi parasite.
- Amoeba (Entamoeba penyebab amubiasis)
- Flagellate (Giardia penyebab giardiasis)
- Cilliata (Balantidium penyebab balantidiasis)
- Sporozoa (Plasmodium penyebab malaria)
 Cacing pada tubuh manusia
- Platyhelminthes (cacing pipih) penyebab taeniasis.
- Acanthocephala (cacing kepala duri)
- Nematoda (cacing kremi)
 Ektoparasit
Ektoparasit merupakan jenis parasite yang hidup diluar sel
hospes namun membutuhkan makanan yang berasal dari sel
hospes sehingga menghisap bagian sel hospes dan bersifat
merugikan.
- Kutu di kulit kepala
- Tungau penyebab kudis (Scabies)

4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tanda-tanda infeksi.

Inflamasi merupakan respon terhadap cedera jaringan dan infeksi.


Proses ini merupakan suatu mekanisme perlindungan dimana tubuh berusaha
untuk menetralisir, membasmi agen-agen yang berbahaya dan untuk
mempersiapkan keadaan untuk perbaikan jaringan yang terinfeksi ataupun
cedera. Tahap pada inflamasi ada 2, yakni tahap vaskuler (tahap yang terjadi
langsung setelah cedera/infeksi) dan tahap lambat yang terjadi ketika leukosit
menginfiltrasi jaringan.

Menurut Septiari (2012), tanda-tanda infeksi yaitu:

1. Rubor (kemerahan)

Rubor merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami


peradangan. Saat reaksi peradangan mulai timbul, maka arteriol yang
mensuplai daerah tersebut melebar sehingga banyak darah yang
mengalir ke dalam mikrosirkulasi local. Kapiler-kapiler darah yang
sebelumnya kosong atau sebagian saja meregang, dengan cepat
menjadi penuh terisi darah. Keadaan ini dinamakan hyperemia atau
kongesti.

2. Calor (panas)

Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya


karena tubuh mengkompensasi lebih banyak darah yang disalurkan ke
area yang terinfeksi untuk mengirim banyak antibody guna memerangi
antigen yang masuk.

3. Tumor (pembengkakan)

Pembengkakan yang terjadi pada area yang mengalami infeksi


disebabkan meningkatnya permeabilitas sel karena meningkatnya
aliran darah. Aliran darah yang meningkat untuk mengirim cairan dan
sel-sel nekrosis ke jaringan interstisial untuk dikeluarkan melalui
nanah. Cairan dan sel-sel nekrosis yang tertimbun di daerah
peradangan disebut eksudat.

4. Dolor (Nyeri)

Rasa nyeri pada area yang terinfeksi, terjadi karena sel mengalami
infeksi bereaksi mengeluarkan zat tertentu seperti histamine disertai
perubahan pH local yang dapat merangsang ujung saraf sehingga
timbul nyeri. Pembengkakan jaringan yang meradang mengakibatkan
peningkatan tekanan local sehingga menimbulkan rasa sakit. Nyeri
juga mengisyaratkan bahwa terjadi gangguan atau sesuatu yang tidak
normal.

5. Fungsiolesa

Adanya perubahan fungsi secara superfisial bagian yang bengkak dan


sakit disertai sirkulasi dari lingkungan kimiawi local yang abnormal,
sehingga organ tersebut terganggu dalam menjalankan fungsinya
secara normal.

Tanda-tanda (gejala) infeksi yang dapat dilihat secara umum, yakni:

 Infeksi disebabkan virus

- Demam - Urin berwarna


gelap
- Bersin
- Benjolan di atas
- Batuk
kulit
- Pilek
- Nyeri otot dan
- Kram perut sendi

- Diare - Sakit kepala

- Mual dan - Nafsu makan


muntah turun
 Infeksi disebabkan bakteri

- Demam - Bersin

- Muntah - Diare

- Batuk - Lemas

 Infeksi disebabkan jamur

- Bintik-bintik di - Batuk berdarah


kulit
- Sesak napas
- Ruam
- Demam
- Kulit pecah-pecah
- Sakit kepala
- Luka melepuh
- Hidung tersumbat
- Gatal-gatal
- Mual
- Bengkak

5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mekanisme terjadinya


infeksi.

Menurut Perry & Potter (2005), proses terjadinya infeksi seperti rantai yang
saling terkait antar berbagai faktor yang saling memengaruhi, yaitu agen
infeksi, reservoir, portal of exit, cara penularan, portal of entry, dan host
(pejamu yang rentan).
Agen infeksi

Host/pejamu Reservoir

Portal de exit Portal de entry


Cara penularan

a. Agen infeksi

Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain bakteri,


jamur, virus, dan protozoa. Mikroorganisme di kulit merupakan flora
transient maupun resident. Mikroorganisme transient normalnya ada
dan jumlahnya stabil. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi
tergantung pada jumlah mikroorganisme, virulensi (kemampuan
menyebabkan infeksi), kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup
dalam host, serta ketahanan imun host/pejamu.

b. Reservoir (sumber mikroorganisme)

Reservoir merupakan tempat dimana mikroorganisme dapat hidup,


baik berkembangbiak ataupun tidak. Adanya mikroorganisme dalam
tubuh tidak selalu menyebabkan penyakit pada hostnya karena
tergantung jumlahnya dan ketahanan imun hostnya.

c. Portal of entry

Sebelum seseorang terinfeksi, pathogen harus berhasil masuk ke


dalam tubuh. Kulit merupakan barrier pelindung tubuh terhadap
masuknya pathogen infeksius, rusaknya kulit atau ketidakutuhan kulit
(luka) dapat menjadi portal masuk bagi pathogen ke dalam tubuh.

d. Cara penularan

Pathogen dapat berpindah ke orang lain dengan berbagai cara, seperti


kontak langsung dengan penderita (oral, kulit, dan darah) dan kontak
tidak langsung (jarum atau balutan bekas luka penderita).

e. Portal of exit

Pathogen yang hidup dalam reservoir harus menemukan jalan keluar


untuk masuk ke dalam host dan menyebabkan infeksi. Jika
reservoirnya manusia, pathogen dapat keluar melalui saluran
pencernaan, pernapasan, kulit, membrane mukosa yang rusak, serta
berdarah.

f. Host/pejamu

Daya tahan tubuh pejamu sangat berperan penting dalam menangkal


terjadinya infeksi. Beberapa faktor yang memengaruhi kerentanan
tubuh terhadap infeksi pathogen, yakni usia, keturunan, stress (fisik
maupun emosional), status social dan ekonomi, nutrisi, terapi medis
yang dilakukan, pemberian obat pada penyakit tertentu, dan penyakit
yang diderita.

Mekanisme terjadinya infeksi dibagi menjadi 3 tahap, yakni:

TAHAP I

Pathogen menuju tempat yang menguntungkan melalui mekanisme


penyebaran, dengan 2 cara, yakni:

1. Transmisi langsung

Transmisi langsung merupakan penularan langsung yang dilakukan


oleh mikroba pathogen ke pintu masuk dari pejamu. Sebagai contoh
adanya sentuhan, gigitan, ataupun droplet nuclei saat bersin, batuk,
dan transfuse darah dengan darah yang telah terkontaminasi mikroba
pathogen.

2. Transmisi tidak langsung

Transmisi tidak langsung memerlukan perantara, seperti:


- Vehicle-borne (barang terkontaminasi seperti peralatan makan,
instrument bedah, dan lain-lain)

- Vector-borne (organisme yang memindahkan pathogen ke


pejamu seperti serangga yang dapat terjadi dengan 2 cara,
yakni cara mekanis melalui kaki vector yang hinggap pada
makanan dan cara biologis melalui pathogen yang berkembang
biak dalam tubuh vector dan pindah melalui gigitannya)

- Food-borne (makanan terkontaminasi yang masuk ke saluran


pencernaan pejamu)

- Water-borne (air)

- Air-borne (udara terkontaminasi yang masuk ke saluran


pernapasan pejamu, dan penyebarannya bisa terjadi lewat
batuk, bersin ataupun pathogen yang terbang bersama debu di
udara)

TAHAP II

Pathogen melakukan invasi ke jaringan yang akan di infeksi dengan mencari


akses untuk masuk sesuai masing-masing penyakit yang akan ditimbulkan
(port di entrée), seperti:

 Melalui lesi pada kulit, Hepatitis Simplex Virus penyebab penyakit


hepatitis B bisa masuk,

 Kerusakan kulit karena tindakan invasive, seperti sistoskopi dan


kateterisasi,

 Melalui inhalasi dari rongga hidung yang masuk ke saluran pernapasan,

 Melalui ingesti dari makanan yang masuk ke saluran pencernaan.

TAHAP III
Patogen akan melakukan perkembangbiakan setelah berhasil masuk dengan
tindakan destruktif terhadap jaringan, walaupun ada perlawanan dari jaringan
tetap akan terjadi infeksi jika pathogen penyebab infeksi sudah berhasil
masuk yang dapat mengakibatkan perubahan fungsi jaringan.

MEKANISME TERJADINYA INFEKSI PADA RONGGA MULUT (ABSES),


YAKNI:

Abses adalah rongga patologis yang berisi pus. Pus merupakan infeksi bakteri
campuran (Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus), jaringan
nekrosis, dan leukosit mati. Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus
akan menginfeksi gigi dan hingga menyebabkan kematian pulpa. Pulpa yang
telah mati akan menjadi media perkembangbiakan bakteri sehingga bakteri
berhasil merambah ke dalam jaringan periapikal dan menimbulkan respon
inflamasi dari jaringan yang terinfeksi. Jika infeksi berhasil menembus
jaringan periapikal dan melewati jaringan periodontal maka akan bertambah
parah menjadi facial abses.

6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan respon tubuh terhadap


infeksi.

3 fungsi sistem imun, yakni:

1) Sangat spesifik, maksudnya sanggup mengenal dan membedakan


berbagai molekul target.

2) Sanggup membedakan antara antigen diri dan antigen asing yang


masuk.

3) Fungsi memori, maksudnya sanggup bereaksi lebih cepat dan lebih


kuat daripada kontak pertama (kontak sebelumnya yang pernah
terjadi).

Saat mikroorganisme masuk ke dalam tubuh, monosit akan melakukan


perlawanan pertama kali. Sisa mikroorganisme tersebut akan memicu respon
imun. Materi asing yang tertinggal (antigen) menyebabkan rentetan respon
yang mengubah susunan biologis tubuh. Setelah antigen masuk ke dalam
tubuh, antigen tersebut akan bergerak menuju aliran darah ataupun aliran
limfe. Respon tubuh terhadap infeksi dibagi menjadi 2, yakni:

1. Respon tubuh spesifik

a. Imunitas seluler

Pada imunitas seluler, terdapat kelas limfosit T (CD4T) dan kelas


limfosit B (sel B). Limfosit T memainkan peran utama dalam
imunitas seluler karena terdapat reseptor antigen pada
membrane permukaan limfosit T (CD4T), bila antigen bertemu
dengan sel yang reseptor permukaannya sesuai maka akan
terjadi ikatan. Ikatan ini akan mengaktifkan limfosit T (CD4T)
untuk membagi diri dengan cepat guna membentuk sel yang
peka, mampu bergerak ke daerah terinfeksi dan berikatan
dengan antigen disertai dengan melepaskan limfokin untuk
menarik dan menstimulasi makrofag

menyerang antigen.

b. Imunitas humoral

Stimulasi sel B akan memicu respon imun humoral yang


menyebabkan terjadinya sintesa immunoglobulin/antibody yang
berguna untuk membunuh antigen. Sel B plasma dan sel B
memori akan terbentuk apabila sel B berikatan dengan satu
antigen. Sel B plasma mensintesis antibody dalam jumlah besar
untuk mempertahankan imunitas, sedangkan sel B memori akan
mempersiapkan tubuh menghadapi invasi antigen.

c. Antibody

Antibody merupakan protein bermolekul besar yang terbagi


menjadi IgA, IgM, IgD, IgE, IgG. Imunoglobulin M dibentuk saat
kontak awal dengan antigen, sedangkan Imunoglobulin G
menandakan infeksi yang terakhir.

2. Respon tubuh non-spesifik

a) Inflamasi

Jika jaringan terluka, maka pathogen akan masuk dan


merangsang mastosit untuk mengeluarkan histamine dan
prostaglandin sebagai upaya pertahanan awal, kemudian akan
terjadi vasodilatasi pembuluh darah sehingga aliran darah akan
meningkat dan menyebabkan terjadinya inflamasi (rubor, kalor,
tumor). Sel-sel fagosit yang dibawa aliran darah akan pindah ke
jaringan yang terinfeksi dan menelan pathogen yang masuk.
Sel-sel fagosit yang menelan pathogen akan ikut dikeluarkan
melalui nanah.

b) Protein komplemen (protein anti-mikrobia)

Komplemen merupakan senyawa protein yang ditemukan dalam


serum darah. Komplemen diaktifkan saat antigen dan antibody
terikat. Setelah komponen diaktifkan, maka akan terjadi
serangkaian proses katalitik.

c) Interferon

Interferon dikeluarkan untuk mengganggu kemampuan virus


bereplikasi di dalam tubuh.

7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bagaimana pencegahan


terhadap infeksi.

Pencegahan infeksi dari masing-masing pathogen dapat di klasifikasikan


menjadi:

a) Bakteri

- Rutin mencuci tangan setelah beraktifitas.

- Menerima vaksin.
- Menjaga kebersihan ketika mempersiapkan makanan.

- Tidak mengunakan barang pribadi bersama seperti handuk atau


pakaian.

b) Virus

- Menerima vaksin.

- Pemberian immunoglobulin pada pasien yang terganggu


imunitasnya.

- Mengkonsumsi makanan yang matang.

- Menghindari gigitan serangga seperti nyamuk.

- Menutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin
untuk menghindari penularan kepada orang lain.

c) Jamur

- Menjaga kebersihan kulit dengan mengeringkan tubuh segera


bila basah.

- Menggunakan alas kaki di tempat umum.

- Hindari memakai pakaian ketat.

- Segera cuci pakaian setelah dipakai.

- Rutin mengganti pakaian dalam dan kaus kaki.

d) Parasite

- Mencuci tangan hingga bersih terutama setelah menyentuh


makanan mentah dan setelah buang air besar.

- Mengonsumsi air kemasan.

- Hindari tertelan air danau, sungai, ataupun kolam.

- Memakan makanan matang.

Pencegahan infeksi dilakukan dengan menghindari dan mengupayakan agar


tidak berkontak dengan sumber mikroorganisme. Ada beberapa prinsip agar
terhindar dari infeksi, seperti:

1. Setiap orang harus dianggap dapat menularkan penyakit karena infeksi


bersifat asimptomatik.
2. Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi karena tidak
disadarinya imun yang sedang rentan terhadap serangan
mikroorganisme.

3. Seluruh peralatan yang telah berkontak dianggap telah terkontaminasi


sehingga setelah selesai digunakan harus di sterilisasi.

Ada beberapa praktek yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya


infeksi, yakni:

1) Cuci tangan sesuai aturan yang telah ditetapkan.

2) Menggunakan antiseptic.

3) Memproses alat bekas pakai untuk dibersihkan.

4) Menggunakan peralatan tajam dengan hati-hati agar tidak terjadi luka.

5) Mengelola sampah untuk menjaga kebersihan lingkungan dan sanitasi


lingkungan.

6) Menghindari kontak dengan hewan liar

7) Yang paling utama yakni menerapkan kehidupan yang sehat, menjaga


kebersihan, dan memakan makanan yang bergizi.

Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tetapi dapat dikurangi
kemungkinannya sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan
pencegahan infeksi secara benar dan konsisten.

8. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan patofisiologi karies dan


mikroorganisme yang berperan pada perkembangan karies.

Karies disebabkan oleh sisa-sisa makanan yang jarang dibersihkan dari gigi
sehingga menjadi tempat akumulasi bakteri seperti Streptococcus mutans dan
Lactobacillus. Kedua bakteri ini akan mengubah sisa makanan yang
mengandung gula (sucrose) menjadi asam laktat, jika asam laktat terus-
terusan berkontak dengan gigi akan menyebabkan demineralisasi kristal
hidroksiapatit, kalsium, dan fosfor pada enamel. Jika proses ini tidak ditangani
dan terus dibiarkan, karies akan menembus dentin menjadi karies media
bahkan terus berkembang hingga menjadi karies profunda yang telah sampai
ke pulpa dan menyebabkan pulpa nekrosis. Jika pulpa sudah mengalami
nekrosis, gigi sulit untuk dipertahankan dan seringkali karies yang sudah
menembus jaringan periapikal akan menyebabkan gangrene karena
menyebabkan infeksi pada jaringan lunak periodontal.

4 kriteria utama pembentukan karies, yakni:

1. Gigi

Akar permukaan gigi yang terkena resesi gingiva/penyakit periodontal


lebih rentan terkena karies karena lapisan sementum yang melapisi
akar tidak lebih tebal daripada enamel. Susunan gigi yang berantakan
juga tinggi resiko karies, serta pit dan fissure dalam juga rentan
terkena karies.

2. Bakteri

Bakteri Streptococcus mutans dan Lactobacillus akan terus


berakumulasi pada plak untuk bertahan hidup dengan menghasilkan
asam laktat yang berefek negatif pada gigi, jika dibiarkan terus-
menerus akan menyebabkan karies.

3. Difermentasi karbohidrat

Difermentasi karbohidrat maksudnya pengubahan karbohidrat yang


berasal dari debris menjadi asam untuk makanan bakteri.

4. Waktu

Waktu juga merupakan kriteria utama dalam menyebabkan karies,


karena karies merupakan penyakit kronis yang membutuhkan waktu
lama untuk menyebabkan karies. Seperti anak kecil yang terus-terusan
tidur sambil minum susu rentan terkena karies karena giginya tiap
malam terpapar asam laktat yang berasal dari sisa susu yang lengket
di giginya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Suroso, Theo. 2016. Biologi. Klaten: Intan Pariwara.


2. Campbell, N. A., Reece. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta:
Erlangga.
3. Charles A Janeway, Jr, Paul Traves, Mark Walport, & Mark J. Shlomchik. 2001.
Immunobiology , edisi 5. Sistem Kekebalan Tubuh dalam Kesehatan dan
Penyakit. New York: Ilmu Garland.
4. Charles A Janeway, et. al. Immunobiology , edisi 10. Adaptive Immunity to
Infection. New York: Ilmu Garland.
5. Regezi, J. Sciubba. Oral Pathology and Clinical Pathologic Corelations.
6. Abu Bakar, drg. Kedokteran Gigi Klinis. Jakarta: Quantum.
7. Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 2. EGC.
8. drg. Sitti Yundali Hangini, Dr. Mac Aditiawarman, S.H., M.Hum. 2012.
Kesehatan Gigi dan Mulut. Pusat Reka Cipta.
9. Eprints.undip.ac.id
10.Digiiib.unila.ac.id
11.Eprints.ums.ac.id
12.Dinas.ac.id
13.Repository.usu.ac.id

Anda mungkin juga menyukai