Anda di halaman 1dari 5

1.

Fungsi APBD

Fungsi Otorisasi  bahwa anggaran daerah menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan
belanja pada tahun yang bersangkutan.

Fungsi Perencanaan  bahwa anggaran daerah menjadi pedoman bagi manajemen dalam
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

Fungsi Pengawasan  bahwa anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan
penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

Fungsi alokasi  bahwa anggaran daerah harus diarahkan untuk menciptakan lapangan
kerja/mengurangi penganguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan
efektivitas perekonomian.

Fungsi distribusi  bahwa kebijakan anggaran daerah harus memerhatikan rasa keadilan dan
kepatuhan.

Fungsi stabilisasi  bahwa anggaran daerah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan
keseimbangan fundamental perekonomian daerah.

2. Proses penyusunan APBD

3. Dana APBD yang bersumber dari pemerintah pusat


Dana Alokasi Umum (DAU) adalah sejumlah dana yang harus dialokasikan Pemerintah
Pusat kepada setiap Daerah Otonom(Provinsi/Kabupaten/Kota) di Indonesia setiap
tahunnya sebagai dana pembangunan.[1] DAU merupakan salah satu komponen belanja
pada APBN, dan menjadi salah satu komponen pendapatan pada APBD. Dana Alokasi
Umum (DAU) dialokasikan untuk provinsi dan kabupaten/kota. Jumlah keseluruhan DAU
ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari Pendapatan Dalam Negeri Neto dan ditetapkan
dalam APBN. Proporsi DAU antara provinsi dan kabupaten/kota dihitung dari perbandingan
antara bobot urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi dan kabupaten/kota.
Dalam hal penentuan proporsi dimaksud belum dapat dihitung secara kuantitatif, maka
proporsi DAU antara provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan dengan imbangan 10% dan
90%.Tujuan transfer DAU adalah sebagai pemerataan kemampuan keuangan antardaerah
untuk mendanai kebutuhan Daerah Otonom dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Dana Alokasi Khusus (DAK), adalah alokasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara kepada provinsi/kabupaten/kota tertentu dengan tujuan untuk mendanai kegiatan
khusus yang merupakan urusan Pemerintahan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
DAK termasuk di dalam Dana Perimbangan, di samping Dana Alokasi Umum (DAU).[1

Program yang menjadi prioritas nasional dimuat dalam Rencana Kerja Pemerintah tahun anggaran
bersangkutan. Menteri teknis mengusulkan kegiatan khusus yang akan didanai dari DAK dan
ditetapkan setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri
Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, sesuai dengan Rencana Kerja Pemerintah
dimaksud. Menteri teknis kemudian menyampaikan ketetapan tentang kegiatan khusus dimaksud
kepada Menteri Keuangan.
Kriteria Pengalokasian DAK, yaitu:

1. Kriteria Umum, dirumuskan berdasarkan kemampuan keuangan daerah yang tercermin dari
penerimaan umum APBD setelah dikurangi belanja PNSD;
2. Kriteria Khusus, dirumuskan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur
penyelenggaraan otonomi khusus dan karakteristik daerah; dan
3. Kriteria Teknis, yang disusun berdasarkan indikator-indikator yang dapat menggambarkan
kondisi sarana dan prasarana, serta pencapaian teknis pelaksanaan kegiatan DAK di
daerah.

4. Pengertian

RPJPD Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah atau disingkat RPJPD


Daerah Provinsi Jawa Barat adalah dokumen perencanaan pembangunan yang
merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasioanal
Tahun 2005-2025yang ditetapkan dengan Undang-undang Nomor 17 tahun 2007,
yang memuat visi, misi dan arahan pembangunan jangka panjang untuk periode
20 tahun terhitung dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2025.

Berdasarkan kebutuhan dan mengacu pada peraturan perundang-undangan,


Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyusun Rencan Pembangunan Jangka
Panjang daerah kurun waktu 2005-2025 yang diarahkan untuk mencapai tujuan
daerah dan nasional 20 tahun mendatang.
RPJMD ( Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) merupakan
dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk jangka periode selama 5
( lima ) tahunan yang berisi penjabaran dari visi , misi , dan program kepala
daerah dengan berpedoman pada RPJP Daerah serta memperhatikan RPJM
Nasional . ( Pasal 1 Angka 4 UU Nomor 17 Tahun 2007 Tentang ” Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 ” ).

RKPD adalah Rencana Kerja Pembangunan Daerah, yaitu dokumen perencanaan daerah untuk

periode 1 tahun. RKPD disusun UNTUK MENJAMIN keterkaitan dan konsistensi antara: 1.

perencanaan, 2. penganggaran, 3. pelaksanaan, dan 4. pengawasan. RKPD ditetapkan dengan

Peraturan Kepala Daerah. RKPD harus menjadi dasar penyusunan KUA dan PPAS serta LKPj, LPPD,

dan ILPPD.

5. Anggaran Berbasis Kinerja ( Performance Based Budgeting ) adalah penyusunan anggaran yang
didasarkan atas perencanaan kinerja, yang terdiri dari program dan kegiatan yang akan
dilaksanakan serta indikator kinerja yang ingin dicapai oleh suatu entitas anggaran ( budget
entity ).

6. Anggaran berbasis kinerja memilikin ciri-ciri antara lain:


7. 1. Secara umum sistem ini mengandung tiga unsur pokok yaitu:
8. a. Pengeluaran pemerintah diklasifikasikan menurut program dan kegiatan.
9. b. Pengukuran hasil kerja (Performance Measurement).
10. c. Pelaporan program (Program Reporting).
11. 2. Titik perhatian lebih ditekankan pada pengukuran hasil kerja, bukan pada pengawasan.
12. 3. Setiap kegiatan harus dilihat dari sisi efisiensi dan memaksimalkan output.
13. 4. Bertujuan untuk menghasilkan informasi biaya dan hasil kerja yang dapat digunakan untuk
penyusunan target dan evaluasi pelaksanaan kerja.
14. 5. Keterkaitan yang erat antara tujuan, sasaran dan proses penganggaran
15. Dalam menyusun anggaran berbasis kinerja ada hal yang perlu diperhatikan yaitu prinsip-prinsip
penganggaran, aktivitas semua dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja, peranan legislatif,
siklus perencanaan anggaran daerah, struktur APBD, dan penggunaan anggaran berbasis
kinerja.
16.  Prinsip-prinsip penganggaran
17. 1. Transparansi dan akuntabilitas anggaran
18. APBD harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan, sasaran, hasil, dan
manfaat yang diperoleh dari masyarakat dari suatu kegiatan atau proyek yang dianggarkan.
Anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui proses anggaran
karena menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat terutama pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan hidup masyarakat.
19. 2. Disiplin anggaran
20. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan
dalam jumlah cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan/proyek yang belum atau tidak
tersedia anggarannya dalam APBD atau perubahan APBD.
21. 3. Keadilan anggaran
22. Pemerintah daerah wajib mengalokasikan penggunaan anggarannya secara adil agar dapat
dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi dalam pemberian pelayanan
karena pendapatan daerah pada hakekatnya diperoleh melalui peran serta masyarakat.
23. 4. Efisiensi dan efektivitas anggaran
24. Penyusunan anggaran hendaknya dilakukan berlandaskan azas efisiensi, tepat guna, tepat
waktu pelaksanaan, dan penggunaannya dapat dipertanggung jawabkan. Dana yang tersedia
harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan dan kesejahteraan
untuk kepentingan masyarakat.
25. 5. Disusun dengan pendekatan kinerja
26. APBD disusun dengan pendekatan kinerja yaitu mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja
(output/outcome) dari perencanaan alokasi biaya atau input yang telah ditetapkan. Hasil kerjanya
harus sepadan atau lebih besar dari biaya atau input yang ditetapkan.

6. Pendapatan Asli Daerah (bahasa Inggris: Original Local Government Revenue) atau
disingkat PAD, adalah penerimaan dari sumber-sumber di dalam wilayah suatu daerah
tertentu, yang dipungut berdasarkan Undang-undang yang berlaku. PAD bertujuan
memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi
daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. [1] PAD terdiri dari
hasil pajak, retribusi daerah, pendapatan dari dinas-dinas, BUMN dan lain-lain, yang
dikalkulasikan dalam bentuk ribuan rupiah setiap tahunnya.[2] PAD sebagai salah satu
sumber penerimaan daerah mencerminkan tingkat kemandirian daerah. Semakin besar
PAD, mengindikasikan bahwa sebuah daerah mampu melaksanakan
desentralisasi fiskal dan ketergantungan terhadap pemerintah pusat berkurang. [3]

Sumber Pendapatan Asli Daerah

a) Pajak Daerah

a. Hasil Pajak Daerah;

Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

b) Hasil Retribusi Daerah;

Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran
atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009).

c) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

Bagi daerah yang memiliki BUMD seperti Perusahan Daerah Air Minum (PDAM), Bank
Pembangunan Daerah (BPD), badan kredit kecamatan, pasar, tempat hiburan/rekreasi, villa,
pesanggrahan, dan lain-lain keuntungannya merupakan penghasilan bagi daerah yang
bersangkutan (Hanif Nurcholis, 2007 : 184). Menurut Ahmad Yani (2004 : 40) hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan antara lain bagian laba, deviden, dan penjualan saham milik
daerah.

d. Lain-Lain PAD Yang Sah

Menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah, lain-lain PAD yang sah meliputi :

1. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan

2. Jasa giro

3. Pendapatan bunga

4. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, dan

5. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan
barang dan/atau jasa oleh daerah.

Anda mungkin juga menyukai