PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelaksanaan pekerjaan pembangunan dan renovasi adalah pekerjaan yang
melibatkan berbagai unsur keilmuan diantaranya, sumber daya manusia (tenaga kerja),
teknologi yang mencakup peralatan dengan metode kerja dan disiplin ilmu sosial serta sistem
pengelolaan yang mendukung terlaksananya pekerjaan pembangunan dan renovasi. Upaya
pengendalian kecelakaan pembangunan dan renovasi harus memperhatikan semua unsur
tersebut diatas.
Dasar pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di jasa pembangunan dan
renovasi adalah: Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Kontruksi, Undang-
Undang No.1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, Peraturan Menteri Kesehatan No 66
Tahun 2016 tentang K3 rumah sakit, peraturan Pemerintah No. 29/2000 Pasal 30 ayat (1),
Demikian juga dengan Pedoman Teknis K3 Kontruksi Bangunan dalam Keputusan Menteri
Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No. 174/MEN/1986 dan 104/KPTS/1986.
Walaupun keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kegiatan pembangunan dan renovasi
telah didukung, oleh peraturan dan perundang-undangan, standar nasional maupun
internasional lainnya, namun kecelakaan di bidang kontruksi tetap tinggi. Kedua proses
tersebut menimbulkan resiko terkait dengan keselamatan di Rumah Sakit. Untuk itu,
diperlukan panduan keselamatan dalam pembangunan (PCRA) agar pengerjaan
pembangunan dan renovasi dapat berlangsung tanpa menimbulkan bahaya terhadap pasien,
staf maupun pengunjung Rumah Sakit.
B. DEFINISI
Proses pembangunan dan renovasi merupakan hal yang tidak terhindarkan dari
operasional rumah sakit. Adapun proses yang ada pada PCRA renovasi bangunan adalah
1. Pembangunan
Proses membuat struktur bangunan maupun prasarana yang sebelumnya tidak
ada dalam pembangunan Rumah Sakit menjadi ada.
2. Renovasi
Proses perbaikan suatu struktur bangunan maupun prasarana yang
sebelumnya sudah ada dalam bangunan Rumah Sakit.
3. Sistem HVAC (Heating Ventilation, Air Conditioning)/ Sistem Tata Udara
Sistem yang mengondisikan lingkungan melalui pengendalian suhu,
kelembaban, arah pergerakan udara dan mutu udara.
1
PEDOMAN AKREDITASI
4. Kelembaban nisbi
Parameter untuk menyatakan banyaknya uap di dalam udara berupa
nisbah antara tekanan uap yang ada saat itu dan tekanan uap maksimum yang
mungkin dicapai dalam suhu dan tekanan udara saat itu.
5. Kelembaban Udara
Banyaknya kandungan uap di atmosfer.
6. ICRA (Infection Control Risk Assesment)
Proses untuk menentukan potensial terjadinya penularan infeksi yang
dapat terjadi dari udara dan air melalui kontaminasi geologis di fasilitas selama
adanya kegiatan pemeliharaan, pembongkaran, perbaikan.
a) Pembangunan dan renovasi bangunan dapat mempertimbangkan :
b) Identifikasi hazard
c) Analisa Resiko terkait hazard tersebut
7. Menentukan/ memutuskan cara untuk mengeliminasi dan mengendalikan
hazard Suatu kegiatan membangun sarana atau prasarana dalam sebuah
bidang arsitektur atau tekhnik sipil
C. Tujuan
1. Sebagai acuan dalam pelaksanaan pembangunan maupun renovasi di
lingkungan Rumah Sakit.
2. Mencegah dan pengendalian bahaya selama berlangsungnya pengerjaan
proyek
3. Sebagai acuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program keselamatan dan
kesehatan kerja.
4. Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit meliputi, kualitas pelayanan,
manajemen risk clinical govermance
D. Sasaran
Seluruh petugas dapat mengerti dan mampu melaksanakan pembangunan maupun
renovasi di lingkungan Rumah Sakit sesuai panduan pembangunan atau renovasi dengan
mengutamakan keselamatan pasien, karyawan dan masyarakat di sekitar Rumah Sakit.
E. Landasan Hukum
1. Undang-undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
a) Pasal 7 tentang persyaratan
b) Pasal 8 Tentang Lokasi
2
PEDOMAN AKREDITASI
c) Pasal 9 Tentang Bangunan
d) Pasal 10 Tentang Sarana
e) Pasal 11 Tentang Prasarana
2. Undang-undang No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006 Tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 66 Tahun 2016
Tentang K3 Rumah Sakit
5. Pedoman teknis sarana dan prasarana Rumah Sakit Kelas B.
3
PEDOMAN AKREDITASI
BAB II
RUANG LINGKUP
H. Lampiran–lampiran
4
PEDOMAN AKREDITASI
BAB III
KEBIJAKAN
1. PCRA merupakan bagian yang penting pada perencanaan renovasi, kontruksi dan
pemeliharaan bangunan di rumah sakit. Assessment PCRA mulai dilakukan sebelum
pekerjaan proyek dimulai dan assesment meliputi seluruh aktivitas pekerjaan dari
pelatakan batu pertama hingga serah terima gedung.
2. Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) akan melakukan assessment PCRA
secara proaktif sejak fase awal desain perencanaan sampai fase akhir proyek untuk
semua renovasi, kontruksi dan proyek-proyek pemeliharaan banguan. Dalam
pelaksanaannya Komite K3 dibantu oleh bagian umum, IPSRS, penaggungjawab proyek
dan pengawas proyek yang akan bersama-sama mengawasi jalannya kontruksi
berlangsung serta memantau berjalannya sistem pencegahan dan pengendalian infeksi.
3. Assessment PCRA difokuskan terutama pada pencegahan, selain itu pemantauan,
pengujian, dan intervensi ketika teridentifikasi terjadinya suatu masalah.
5
PEDOMAN AKREDITASI
BAB IV
TATA LAKSANA
A. ALUR PEMBANGUNAN ATAU RENOVASI
Pembangunan atau renovasi dikerjakan oleh rumah sakit
Ka unit/ Kabag/kasie
ruangan/instalasi
Pengerjaan Proyek
pembangunan /
Renovasi
Pembersihan
Serah Terima Evaluasi dari
sisa Proyek
Komite K3
6
PEDOMAN AKREDITASI
B. URAIAN TUGAS PENANGGUNG JAWAB PELAKSANA PEMBANGUNAN ATAU
RENOVASI
1. Pelaksanan pembangunan atau renovasi
a) Swakelola
Pelaksana pembangunan atau renovasi dilakukan sendiri oleh pihak Rumah Sakit.
b) Pihak ketiga/ vendor
2. Pelaksana pembangunan diserahkan kepada pihak lain di luar (pihak ketiga) tidak
dilakukan oleh Rumah Sakit.
3. Penanggung jawab proses pembangunan dan renovasi terdiri dari pihak Rumah Sakit
a) Penanggung jawab : Kepala Bagian Umum
b) Tugas :
1) Menyusun perencanaan proses pengerjaan, termasuk menyusn gambar teknik
dan anggaran
2) Melakukan analisa dampak terhadap proses pelayanan bersama dengan Komite
PPI, K3RS.
3) Melakukan koordinasi dengan pihak user selama proses pengerjaan
4) Melakukan pengawasan terhadap pihak kontraktor terutama di bidang aspek
keselamatan serta detail
5) Mengawasi proses serah terima dari kontaktor ke user setelah pekerjaan selesai
6) Melakukan dokumentasi proses kontruksi/ renovasi
4. Pihak kontraktor
a) Penanggung jawab
Pimpinan proyek atau perwakilan perusahaan kontraktor yang bertanggung
jawab atas proses pengerjaan.
b) Tugas
1) Berkoordinasi dengan pihak Rumah Sakit dalam hal perencanaan
pengerjaan sehubungan dengan hasil analisa dampak serta
melakukan antisipasi terhadap kemungkinan dampak tersebut
2) Berkoordinasi dengan pihak Rumah Sakit sehubungan dengan
pengadaan dan penempatan material yang diperlukan untuk proses
konstruksi dan renovasi yang akan dilakukan
3) Memastikan bahwa seluruh pekerja dan proses pengerjaan yang
terjadi mengikuti standar keselamatan dan pencegahan serta
pengendalian infeksi yang berlaku di RSSM
4) Mengawasi pengerjaan proyek dari hari kehari
5) Memastikan bahwa proses pengerjaan berlangsung sesuai dengan
7
PEDOMAN AKREDITASI
rencana
6) Melakukan pembersihan berkala sesuai perencanaan
7) Melakukan koordinasi harian dengan pihak RSSM
8) Melakukan penyerahan hasil proyek kepada pihak RSSM
C. IDENTIFIKASI PERENCANAAN PEMBANGUAN ATAU RENOVASI
1. Fasilitas yang akan dibangun
Pembanguan atau renovasi diluar gedung atau didalam gedung dengan menyebutkan
unit atau area
2. Luas area yang akan dibangun
Disebutkan dengan besaran ukuran misalkan m2
3. Material apa yang digunakan, contoh : semen, kayu, batu bata dll
4. Lama perkerjaan : hari, minggu, bulan, atau tahunan
5. Unit terkait dalam pembuatan pembangunan atau renovasi
6. Ijin-ijin yang terkait dengan pembanguan atau renovasi contohnya : IMB, Ijin penggunaan
air tanah dll
7. Hasil koordinasi atau notulen rapat dengan komite K3RS dan KPPI
8. Potensi kecelakaan kerja yang kemungkinan terjadi seperti : terjatuh, tertimpa, terpotong,
terlindas, dll
D. PENILAIAN RESIKO PEMBANGUNAN ATAU RENOVASI TERHADAP PELAYANAN
Penilaian dampak :
1. Penilaian dampak dilakukan seobjektif mungkin dengan mengumpulkan informasi
sebelum menilai resiko dari suatu aktifitas
2. Informasi tentang suatu aktifitas (durasi, frekuensi, lokasi dan siapa yang melakukan)
3. Tindakan pengendalian resiko yang telah ada peralatan atau mesin yang dugunakan
untuk melakukan aktifitas
8
PEDOMAN AKREDITASI
diharapakkan kontraktor menyerahkan atau menjelaskan seluruh tahapan proses
pembangunan / renovasi. Kemudian Tim K3 akan melakukan identifikasi bahayanya dan
penilaian resikonya
Risiko yang sudah teridentifikasi harus ditentukan peringkatnya (grading) dengan
memperhatikan :
a) Tingkat peluang / frekwensi kejadian (likelihood)
TINGKAT
DESKRIPSI PELUANG / FREKUENSI
RISIKO
3 Sedang (1 -2 tahun/kali)
Rating Efek
Tingkat Efek Terhadap
Konseku Terhadap Efek Pada Lingkungan
Konsekuensi Perusahaan
ensi Manusia
9
PEDOMAN AKREDITASI
4 Berat Epidemic, Cidera Menghentikan proses Menimbulkan kerusakan
yang berakibat di beberapa/depart lingkungan yang besar dan
hari hilang dan emen atau rugi luas, terus menerus dalam
berakibat cacat kurang dari Rp 1 jangka waktu yang panjang
sebagian milyar dan mulai dari dapat direhabilitasi tetapi
Rp.100.000.000 mkemerlukan biaya yang mahal
3 Sedang Cidera yang Menghentikan proses Menimbulkan kerusakan
berakibat hari disuatu bagian / lingkungan yang besar
hilang (lost time) departemen atau rugi (melebihi nilai baku mutu
tanpa berakibat kurang dari lingkungan/ketentuan lainnya)
cacat Rp100.000.000 dan dan luas (menyebar sampai
mulai dari keluar lokasi/tempat kejadian)
Rp.1.000.000 namun tidak bersifat permanen.
2 Ringan Cidera ringan Menghentikan proses Menimbulkan kerusakan
mendapat P3K sebagian kecil atau lingkungan di wilayah setempat
tau perawatan rugi kurang dari Rp yang dapat segera ditangani
edis dan dapat 1.000.000 dan mulai dan tidak bersifat permanen
bekerja kembali dari Rp 1
diwaktu shiftnya
1 Nearmiss Hanya Tidak ada pengaruh Tidak ada polusi yang signifikan
memerlukan dan dapat diabaikan
penanganan P3K
3. .Analisa Resiko
Analisa dilakukan dengan menentukan score risiko tersebut untuk menentukan
prioritas penanganan dan level manajemen yang harus bertanggung jawab untuk
mengelola/mengendalikan risiko/ tersebut termasuk dalam kategori
biru/hijau/kuning/merah.
a) Risiko atau insiden yang sudah dianalisis akan dievaluasi lebih lanjut sesuai skor dan
grading yang didapat dalam analisis.
b) Pemeringkatan memerlukan keterampilan dan pengetahuan yang sesuai, dan
meliputi proses berikut :
1) Menilai secara obyektif beratnya/dampak/akibat dan menentukan suatu skor
2) Menilai secara obyektif kemungkinan/peluang/frekuensi suatu peristiwa terjadi dan
menentukan suatu skor
3) Mengalikan dua parameter untuk memberi skor risiko
10
PEDOMAN AKREDITASI
c) Penilaian risiko akan dilaksanakan sebagai berikut.
1) Resiko dinilai oleh Tim K3, yang akan mengidentifikasi bahaya, efek yang
mungkin terjadi dan pemeringkatan risiko.
2) Resiko dinilai oleh unit/bagian/instalasi/bagian/komite terkait.
Setelah resiko ditetapkan, maka kemudia resiko akan dilakukan
grading/pemeringkatan untuk mendapatkan nilai tingkat peluang terjadi dan
tingkat dampak nya. Setelah didapat, maka akan dikalikan dengan rumus berikut
d) Analisa Resiko
1) Resiko dinilai oleh Tim K3
2) Resiko dinilai oleh unit/bagian/instalasi/bagian/komite terkait.
Setelah mendapatkan skor resiko, maka Tim K3 akan menganalisa resiko tersebut
dengan menggunakan Risk Grading Matriks
11
PEDOMAN AKREDITASI
Keterangan :
Ekstrem : Harus selalu monitor (Setiap akan ada pekerjaan terkait/setiap hari)
Tinggi : Harus selalu dimonitor (seminggu sekali)
Moderate : Secara periodik dimonitor (Sebulan sekali)
Low : Sesekali dimonitor (setiap enam bulan sekali
12
PEDOMAN AKREDITASI
BAB V
DOKUMENTASI
Pencatatan penilaian kriteria risiko akibat dampak renovasi atau konstruksi dengan
menggunakan metode PCRA dilakukan oleh IPS (instalasi Pemeliharaan Sarana) Rumah
Sakit dan Komite K3 Rumah Sakit bila terdapat proyek pemeliharaan, perbaikan,
pembongkaran, konstruksi maupun renovasi di Rumah Sakit.
Pelaporan pemantauan penilaian kriteria risiko akibat dampak renovasi atau
konstruksi dilakukan oleh komite K3 Rumah Sakit bekerjasama dengan IPS Rumah Sakit dan
dilaporkan ke Direktur Utama setiap 6 bulan sekali.
13
PEDOMAN AKREDITASI