Anda di halaman 1dari 9

2.

1 Hipertensi
2.1.1 Definisi
Hipertensi adalah apabila tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan darah
diastolik ≥90 mmHg pada pemeriksaan yang berulang. Pembagian derajat keparahan
hipertensi seseorang menurut A Report of the American College of Cardiology atau
American Heart Association 2017, klasifikasinya adalah sebagai berikut.6
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah AHA 2017
Klasifikasi Sistolik Diastolik
Normal <120 mmHg <80 mmHg
Elevated 120-129 mmHg <80 mmHg
Hipertensi stage 1 130-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi stage 2 ≥ 140 mmHg ≥90 mmHg
Hipertensi Urgency >180 mmHg >120 mmHg
Hipertensi >180 mmHg + target >120 mmHg + target
Emergency organ damage organ damage

Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah JNC VIII


Klasifikasi Sistolik Diastolik
Optimal <120 mmHg <80 mmHg
Normal <130 mmHg <85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Hipertensi derajat I 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensi derajat II 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Hipertensi derajat ≥180 mmHg ≥110 mmHg
III

2.1.2 Etiologi
Berdasarkan etiologi, hipertensi terbagi atas 2 yaitu:
1. Hipertensi Primer
Hipertensi primer dimana penyebabnya tidak diketahui seperti idiopatik
walaupun dikaitkan dikaitkan dengan faktor gaya hidup seperti jarang
bergerak serta pola makan yang kurang sehat.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder dimana telah diketahui penyebabnya contohnya penyebab
terbanyak adalah penyakit ginjal.7

2.1.3 Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya hipertensi masih belum dapat diketahui. Namun,
ada beberapa mekanisme yang akan memengaruhi terjadinya hipertensi antara
lain:
A. Curah jantung dan tahanan perifer
Keseimbangan curah jantung dan tahanan perifer berpengaruh terhadap
skala pengukuran tekanan darah. Sebagian besar kasus hipertensi esensial,
terjadi peningkatan pada tahanan perifer tanpa diikuti peningkatan curah
jantung. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan pada kondisi tersebut tubuh
akan kekurangan untuk suplai oksigen dan nutrisi sehingga mengakibatkan
daya kontraksi jantung menurun dan menyebabkan terjadinya penurunan curah
jantung. Selain itu, tekanan darah dipengaruhi oleh konsentrasi sel otot halus
yang terdapat pada arteriol. Apabila terjadi peningkatan konsentrasi otot halus
yang semakin lama, maka akan mengakibatkan penebalan pembuluh darah
arteriol yang diperantarai oleh angiotensin sehingga terjadi peningkatan
tahanan perifer yang bersifat irreversible.
B. Sistem Renin Angiotensin Aldosteron
Sistem renin angiotensin aldosteron merupakan suatu sistem endokrin yang
penting dalam mengontrol tekanan darah. Renin disekresi dari aparat
juxtaglomerular ginjal (Lumbantobing, 2008). Renin Angiotensin Aldosteron
(RAA) bekerja dengan mengubah 10 angiotensinogen menjadi angiotensin I.
Angiotensi I yang masih inaktif diubah menjadi angiotensin II dengan bantuan
angiotensin converting enzyme (ACE). ACE memiliki peranan yang penting
dalam mengatur tekanan darah. Angiotensin II menyebabkan terjadinya
peningkatan tekanan darah karena memiliki sifat sebagai vasokonstriktor.
C. Sistem Saraf Otonom Sirkulasi
Sistem saraf otonom akan menyebabkan terjadinya vasokonstriksi dan
dilatasi arteriol. Sistem saraf otonom memiliki peran dalam mempertahankan
tekanan darah. Pada hal ini, hipertensi terjadi karena adanya interaksi antara
sistem saraf otonom dan sistem renin angiotensin aldosteron sehingga akan
memengaruhi keseimbangan natrium dan volume sirkulasi.8

2.1.4 Gejala Hipertensi


Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki
gejala khusus. Gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :gejala ringan
seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah, tengkuk terasa
pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat
ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah dari
hidung).9

2.1.5 Faktor Risiko


Faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat dan tidak dapat
dikontrol, antara lain:
a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:
1. Jenis Kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda.
Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita
hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon estrogen
setelah menopause.10 Peran hormone estrogen adalah meningkatkan kadar HDL yang
merupakan faktor pelindung dalam pencegahan terjadinya proses aterosklerosis. Efek
perlindungan hormone estrogen dianggap sebagai adanya imunitas wanita pada usia
premenopause. Pada premenopause, wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit
hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses
ini terus berlanjut dimana terjadi perubahan kuantitas hormon estrogen sesuai dengan
umur wanita secara alami. Umumnya, proses ini mulai terjadi pada wanita umur 45-55
tahun.11
2. Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang
yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang
berusia lebih muda.. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai
menurun, karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada
kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi
sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan
hormon sesudah menopause. Kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk
samping dari keausan arteriosclerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan
akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan
menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri. Arteri
kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima
puluhan dan enampuluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan resiko
hipertensi. Prevalensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan
kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun.
3. Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan
kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium
Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan
riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80%. Kasus hipertensi esensial dengan
riwayat hipertensi dalam keluarga. Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.10
Tekanan darah tinggi cenderung diwariskan dalam keluarganya. Jika salah seorang
dari orang tua ada yang mengidap tekanan darah tinggi, maka akan mempunyai
peluang sebesar 25% untuk mewarisinya selama hidup anda. Jika kedua orang tua
mempunyai tekanan darah tingi maka peluang untuk terkena penyakit ini akan
meningkat menjadi 60%.13
b. Faktor resiko yang dapat dikontrol:
1. Merokok
Fakta otentik menunjukan bahwa merokok dapat menyebabkan tekanan darah
tinggi. Kebanyakan efek ini berkaitan dengan kandungan nikotin. Asap rokok (CO)
memiliki kemampuan menarik sel darah merah lebih kuat dari kemampuan menarik
oksigen, sehingga dapat menurunkan kapasitas sel darah merah pembawa oksigen ke
jantung dan jaringan lainnya. Laporan dari Amerika Serikat menunjukkan bahwa
upaya menghentikan kebiasaan merokok dalam jangka waktu 10 tahun dapat
menurunkan insiden penyakit jantung koroner (PJK) sekitar 24.4%.14 Nikotin
mengganggu sistem saraf simpatis yang mengakibatkan meningkatnya kebutuhan
oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga meningkatkan
frekuensi denyut jantung, tekanan darah, dan kebutuhan oksigen jantung, merangsang
pelepasan adrenalin, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga
mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian tubuh lainnya.15
2. Status Gizi
Masalah kekurangan atau kelebihan gizi pada orang dewasa merupakan masalah
penting karena selain mempunyai resiko penyakitpenyakit tertentu juga dapat
mempengaruhi produktivitas kerja. Oleh karena itu, pemantauan keadaan tersebut
perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan
mempertahankan berat badan yang ideal atau normal. Indeks Massa Tubuh (IMT)
adalah salah satu cara untuk mengukur status gizi seseorang. Seseorang dikatakan
kegemukan atau obesitas jika memiliki nilai IMT≥25.0. Obesitas merupakan faktor
risiko munculnya berbagai penyakit degeneratif, seperti hipertensi, penyakit jantung
koroner dan diabetes mellitus. Data dari studi Farmingham (AS) yang diacu dalam
Khomsan (2004) menunjukkan bahwa kenaikan berat badan sebesar 10% pada pria
akan meningkatkan tekanan darah 6.6 mmHg, gula darah 2 mg/dl, dan kolesterol
darah 11 mg/dl. Prevalensi hipertensi pada seseorang yang memiliki IMT>30 pada
laki-laki sebesar 38% dan wanita 32%, dibanding dengan 18% laki-laki dan 17%
perampuan yang memiliki IMT <25.16
3. Konsumsi Na (Natrium)
Pengaruh asupan garam terhadap terjadinya hipertensi melalui peningkatan
volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. Faktor lain yang ikut berperan yaitu
sistem renin angiotensin yang berperan penting dalam pengaturan tekanan darah.
Produksi rennin dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain stimulasi saraf simpatis.
Renin berperan dalam proses konversi angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin
II menyebabkan sekresi aldosteron yang mengakibatkan menyimpan garam dalam air.
Keadaan ini yang berperan pada timbulnya hipertensi.

4. Stres
Hubungan antara stress dan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis
peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu).
Stres yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah yang menetap tinggi.
Walaupun hal ini belum terbukti tetapi angka kejadian masyarakat di perkotaan lebih
tinggi dari pada di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stres yang
dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.13 Stres akan meningkatkan resistensi
pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf
simpatis.18
2.1.6 Komplikasi
Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya sehingga
menimbulkan komplikasi. Komplikasi tersebut dapat menyerang berbagai target organ
tubuh yaitu otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri, serta ginjal. Sebagai dampak
terjadinya komplikasi hipertensi, kualitas hidup penderita menjadi rendah dan
kemungkinan terburuknya adalah terjadinya kematian pada penderita akibat komplikasi
hipertensi yang dimilikinya. Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa
penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan
tekanan darah pada 19 organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya
autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II, stress oksidatif, down regulation, dan lain-
lain.
Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas
terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya
kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor-β
(TGF-β).45 Umumnya, hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik
secara langsung maupun tidak langsung.19 Kerusakan organ-organ yang umum ditemui
pada pasien hipertensi adalah
1) Jantung
a. Hipertrofi ventrikel kiri
b. Angina atau infark miokardium
c. Gagal jantung
2) Otak
a. Stroke atau transient ishemic attack
3) Penyakit ginjal kronis
4) Penyakit arteri perifer
5) Retinopati

2.2.7 Tatalaksana
a. Non Farmakologis
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan
darah, dan secara umum sangat menguntungkan dalam menurunkan risiko permasalahan
kardiovaskular. Pada pasien yang menderita hipertensi derajat 1, tanpa faktor risiko
kardiovaskular lain, maka strategi pola hidup sehat merupakan tatalaksana tahap awal,
yang harus dijalani setidaknya selama 4 – 6 bulan. Bila setelah jangka waktu tersebut,
tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang diharapkan atau didapatkan faktor risiko
kardiovaskular yang lain, maka sangat dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi.
Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines adalah:
1. Penurunan berat badan. Mengganti makanan tidak sehat dengan
memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan dapat memberikan
manfaat yang lebih selain penurunan tekanan darah, seperti menghindari
diabetes dan dislipidemia.
2. Mengurangi asupan garam. Di negara kita, makanan tinggi garam dan
lemak merupakan makanan tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak
jarang pula pasien tidak menyadari kandungan garam pada makanan cepat
saji, makanan kaleng, daging olahan dan sebagainya. Tidak jarang, diet
rendah garam ini juga bermanfaat untuk mengurangi dosis obat
antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk asupan
garam tidak melebihi 2 gr/ hari.
3. Olah raga. Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 – 60
menit/ hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan tekanan
darah. Terhadap pasien yang tidak memiliki waktu untuk berolahraga
secara khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk berjalan kaki,
mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam aktifitas rutin mereka di
tempat kerjanya.
4. Mengurangi konsumsi alkohol. Walaupun konsumsi alkohol belum
menjadi pola hidup yang umum di negara kita, namun konsumsi alkohol
semakin hari semakin meningkat seiring dengan perkembangan pergaulan
dan gaya hidup, terutama di kota besar. Konsumsi alkohol lebih dari 2
gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat
meningkatkan tekanan darah. Dengan demikian membatasi atau
menghentikan konsumsi alcohol sangat membantu dalam penurunan
tekanan darah.
5. Berhenti merokok. Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti
berefek langsung dapat menurunkan tekanan darah, tetapi merokok
merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, dan
pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok.20
b. Terapi Farmakologi
Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada pasien
hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah > 6
bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi derajat ≥ 2.
Beberapa prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga
kepatuhan dan meminimalisasi efek samping, yaitu:
a. Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal
b. Berikan obat generic (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi biaya
c. Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80 tahun ) seperti pada usia
55 – 80 tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid.
d. Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-i)
dengan angiotensin II receptor blockers (ARBs).
e. Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi
farmakologi.
f. Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur. Algoritme tatalaksana
hipertensi yang direkomendasikan berbagai guidelines memiliki persamaan
prinsip, dan dibawah ini adalah algoritme tatalaksana hipertensi secara umum,
yang disadur dari A Statement by the American Society of Hypertension and
the International Society of Hypertension 2013;20

Gambar 2.1 Algoritma Tatalaksana Hipertensi

Anda mungkin juga menyukai