Anda di halaman 1dari 3

Kasus

Seorang laki-laki 60 tahun di diagnosa COPD, klien mengeluh sesak nafas


semakin meningkat sejak 1 SMRS. Sesak semakin meningkat saat beraktivitas.
Riwayat sesak sejak 2 tahun yang lalu, batuk berdahak kehijauan ± 2 minggu.
Dari pemeriksaan fisik paru didapatkan ekspirasi memanjang, wheesing (+/+).
Dari pemeriksaan fisik paru didapatkan leukositosis, SPO2 93%, pemeriksaan
foto thorak didapatkan kesan hiperinflasi. Klien memiliki riwayat merokok sejak
25 tahun yang lalu sebanyak 1 bungkus/hari. Klien di sarankan untuk masuk
ruang ICU, TTV 100/60 mmHg, RR: 30 x/menit, Nadi: 109 x/menit. Klien
mendapat O2 6 l/menit (NRM) di UGD. GCS klien Somnolen.
1. Apa maksud dari COPD?
Pembahasan :
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Chronic Obstroctive
Pulmonary Diaseases (COPD) merupakan suatu istilah yang sering di
gunakan untuk sekelompok penykit paru-paru yang berangsur lama dan
ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai
gambaran patofisiologi utamanya. (Irman Somantri, 2009).
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan suatu kelainan
dengan ciri-ciri adanya keterbatasan aliran udara yang tidak sepenuhnya
reversible. (Lynden Saputra, 2010).
Selain itu menurut Arita murwani (2011) Penyakit Paru Obstruktif Kronis
(COPD/PPOK) merupakan satu kelompok penyakit paru yang
mengakibatkan obstruksi yang menahun dan persistem dari jalan napas di
dalam paru, yang termasuk dalam kelompok ini adalah : bronchitis,
emfisema paru, asma terutama yang menahun, bronkiektosis.

2. Apa etilogi COPD dan jelaskan patofisiologi nya mengapa klien di


sarankan rawat ICU?
Pembahasan :
a. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan Penyakit Paru Obstruksi Kronis
(PPOK) menurut Mansjoer (2008) dan Ovedoff (2006) adalah :
1) Kebiasaan merokok, polusi udara, paparan debu, asap dan gas-gas
kimiawi.
2) Faktor usia dan jenis kelamin sehingga mengakibatkan
berkurangnya fungsi paru-paru, bahkan pada saat gejala penyakit
tidak dirasakan.
3) Infeksi sistem pernafasan akut, seperti pneumonia, bronkitis, dan
asmaorang dengan kondisi ini berisiko mendapat PPOK.
4) Kurangnya alfa anti tripsin. Ini merupakan kekurangan suatu
enzim yang normalnya melindungi paru-paru dari kerusakan
peradangan orang yang kekurangan enzim ini dapat terkena
empisema pada usia yang relatif muda, walau tidak merokok.
b. Patofisiologi
Faktor risiko dari PPOK adalah merokok. Komponen-komponen
asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus
bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami
kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan pada sel-
sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem eskalator
mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam
jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas. Mukus berfungsi
sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan
menjadi sangat purulen. Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat.
Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit
dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan. (Jackson,
2014).
Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya
peradangan kronik pada paru. Mediator-mediator peradangan secara
progresif merusak struktur-struktur penunjang di paru. Akibat
hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka
ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi
karena ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru
secara pasif setelah inspirasi. Dengan demikian apabila tidak terjadi
recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran
udara kolaps. (Grece & Borley, 2011).
3. Sebutkan diagnosa keperawatan yang muncul sesuai kasus?
4. Sebutkan intervensi keperawatan yang muncul sesuai kasus?
5. Sebutkan tindakan mandiri dan kolaborasi pada kasus diatas?

Anda mungkin juga menyukai