Anotasi Bibliografi Jadi1 PDF
Anotasi Bibliografi Jadi1 PDF
ANOTASI BIBLIOGRAFI
Civic Education “…the foundation course work in school designed to prepare young citizens
for an active role in their communities in their adult lives”. Citizenship Education or
Education for Citizenship “…both these in school experiencess as well as out of school or
non formal/informal learning which takes place in the family, the religious organization,
community organizations, the media, etc which help to shape the totality of the citizen”.
(Cogan, 1999:4)
Komentar
Civic Education adalah suatu mata pelajaran dasar di sekolah yang dirancang untuk
mempersiapkan warganegara muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif
dalam masyarakat. Sedangkan Citizenship Education atau Education for Citizenship
digunakan sebagai istilah yang memiliki pengertian yang lebih luas yang mencakup
pengalaman belajar di sekolah dan luar sekolah seperti rumah, organisasi keagamaan,
organisasi kemasyarakatan, media massa dan lain-lain yang berperan membantu
proses pembentukan totalitas atau keutuhan sebagai warganegara.
Attributes of Citizenship
The five attributes of citizenship: 1) a sense of identity, 2) the enjoyment of certain rights, 3) the
fulfilment of corresponding obligations, 4) a degree of interest and involvement in public affairs,
and 5) an acceptance of basic societal values. All five are conveyed through a wide variety of
institutions, both governmental and non governmental, including the media, but they are
usually seen as a particular responsibility of the school. Citizenship education, in the broadest
sense, is an important task in all contemporary societies. (Cogan and Derricot, 1998: 2-3)
Komentar
Secara konseptual, seorang warganegara seyogyanya memiliki lima ciri utama, yaitu: jati diri,
kebebasan untuk menikmati hak tertentu, memenuhi kewajiban-kewajiban terkait, tingkat minat
dan keterlibatan dalam urusan publik, tingkat dan pemilikan nilai-nilai dasar kemasyarakatan.
Kesemuanya disampaikan melalui bermacam institusi, baik pemerintahan maupun
nonpemerintahan, termasuk media, tetapi hal tersebut biasanya dilihat sebagai bagian dari
tanggung jawab sekolah. Pendidikan kewarganegaraan, dalam pengertian yang luas, adalah
tugas yang penting di dalam semua masyarakat masa ini.
Komentar
Dalam pandangan Cogan dan Dericot, kewarganegaraan multidimensional
dikonsepsikan atas empat dimensi, yaitu personal, sosial, temporal, dan spatial.
A citizen was defined as ‘a constituent member of society’. Citizenship, on the other hand, was
said to be ‘a set of characteristics of being a citizen’. And finally, citizenship education, the
underlying focal point of the study, was defined as ‘the contribution of education to
development of those characteristics of being a citizen’. (Cogan and Derricott, 1998:13)
Komentar
Warganegara adalah anggota suatu masyarakat. kewarganegaraan adalah
seperangkat karakteristik yang terdapat dalam warganegara. Dan pendidikan
kewarganegaraan adalah kontribusi pendidikan untuk mengembangkan
karakteristik-karakteristik untuk menjadi warganegara.
Multidimensional Citizenship
Komentar
Kewarganegaraan multidimensional, istilah ini untuk menggambarkan kompleksitas,
konseptualisasi bersegi banyak dari kewarganegaraan dan pendidikan
kewarganegaraan yang diperlukan warganegara untuk keluar dari tantangan.
Komentar
Karakteristik warganegara abad ke-21 adalah sebagai berikut:
1. kemampuan mengenal dan mendekati masalah sebagai warga masyarakat global
2. kemampuan bekerjasama dengan orang lain dan memikul tanggung jawab atas peran
atau kewajibannya dalam masyarakat
3. kemampuan untuk memahami, menerima, dan menghormati perbedaan-perbedaan
budaya
4. kemampuan berpikir kritis dan sistematis
5. memiliki kepekaan terhadap dan mempertahankan hak asasi manusia (seperti hak
kaum wanita, minoritas etnis, dsb
6. kemampuan mengubah gaya hidup dan pola makanan pokok yang sudah biasa guna
melindungi lingkungan
7. kemampuan menyelesaikan konflik dengan cara damai tanpa kekerasan
8. kemauan dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan politik pada tingkatan
pemerintahan lokal, nasional, dan internasional
Civic Education
Komentar
Pendidikan kewarganegaraan dirumuskan secara luas mencakup proses penyiapan
generasi muda untuk mengambil peran dan tanggung jawabnya sebagai warganegara,
dan secara khusus, peran pendidikan termasuk di dalamnya persekolahan,
pengajaran, dan belajar dalam proses penyiapan warganegara tersebut.
The purpose of citizenship education in schools and colleges is to make secure and to
increase the knowledge, skills and values relevant to the nature of participative democracy;
also to enhance the awareness of rights and duties, and the sense of responsibilities needed
for the development of pupils into active citizens.
Komentar
Tujuan pendidikan kewarganegaraan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi adalah
untuk memberikan kenyamanan dan untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan-keterampilan dan nilai-nilai yang relevan dengan hakikat demokrasi
partisipatif; juga untuk meningkatkan kesadaran akan hak dan kewajiban, dan
perasaan tanggung jawab yang diperlukan untuk pengembangan para siswa menjadi
warganegara aktif.
Education for citizenship is concerned with both the personal development of students and the
political and social development of society at local, national and international levels. On a
personal level, CE is about integration into society. It is about overcoming structural barriers to
equality: challenging racism and sexism in institutions, for instance… on political and social
level it is about creating a social order that will help provide security without the need for
repression.
Komentar
Pendidikan kewarganegaraan mempunyai kaitan dengan pengembangan pribadi para siswa
dan pengembangan kehidupan politik dan sosial masyarakat tingkat lokal, nasional dan
internasional. Pada tingkat personal, Pendidikan kewarganegaraan adalah menitikberatkan
pada pengintegrasian ke dalam masyarakat. hal tersebut dimaksudkan sebagai upaya untuk
menanggulangi penghalang-penghalang struktural ke arah persamaan: menentang rasisme
dan sexism dalam institusi-institusi, sebagai contoh… pada tingkat sosial dan politis adalah
sekitar menciptakan suatu tatanan sosial yang dapat membantu menyediakan kenyamanan
tanpa penindasan.
Citizenship is conceptualised and contested along a continuum, which range from a minimal to
a maximal interpretation (McLaughliin, 1992). Minimal: Thin, Exclusive, Elitist, Civics
education, Formal, Content led, Knowledge based, Didactic transmission, Easier to achieve,
and measure in practice. Maximal: Thick, Inclusive, Activist, Citizenship education,
Participative, Process led, Values based, Interactive interpretation, More difficult to achieve,
and measure in practice. (Kerr, 1999:14)
Komentar
Pendidikan Kewarganegaraan minimal, didefinisikan secara sempit, hanya mewadahi aspirasi
tertentu, berbentuk pengajaran kewarganegaraan, bersifat formal, terikat oleh isi, berorientasi
pada pengetahuan, menitikberatkan pada proses pengajaran, hasilnya mudah diukur.
Pendidikan Kewarganegaraan maksimal, didefinisikan secara luas, mewadahi berbagai
aspirasi dan melibatkan berbagai unsur masyarakat, kombinasi pendekatan formal dan
informal, dilabeli citizenship education, menitikberatkan pada partisipasi siswa melalui
pencarian isi dan proses interaktif di dalam maupun di luar kelas, hasilnya lebih sukar dicapai
dan diukur karena kompleksnya hasil belajar.
Komentar
Quigley, C.N. Buchanan Jr. J.H. & Bahmueller, C.F. eds. (1991).
Civitas: A Framework for Civic Education.
Center for Civic Education: Calabasas.
The Center for Citizenship Education of the United States of America proposed the three interrelated
components of civic virtues, civic knowledge and civic skills as the aims
and/or framework for citizenship education.(Quigley, Buchanan Jr., and Bahmueller, 1991).
1. Civic virtues consists of the traits of character, disposition, and commitments necessary for the
preservation and improvement of democratic governance and citizenship. Examples of civic virtues
are individual responsibility, self-discipline, integrity, patriotism, toleration of diversity, patience and
consistency, and compassion for others. Commitments include, a dedication to human rights,
equality, the common good, and a rule of law.
2. Civic knowledge covers fundamental ideas and information that learners must know and use to
become effective and responsible citizens of a democracy. Civic knowledge normally includes types
and systems of government, politics, political institutions and processes and the role of citizens in
relation to the governance.
3. Civic skills include the intellectual skills required to understand, compare, explain and evaluate
various principles and practices of government and citizenship. They also include the participatory
skills that enable citizens to monitor and influence public policies (Quiqley 2000).
Komentar
The Center for Citizenship Education Amerika Serikat mengusulkan tiga komponen yang saling
berinterrelasi dari kebaikan kewarganegaraan, pengetahuan kewarganegaraan, dan
keterampilan kewarganegaraan sebagai tujuan dan/atau kerangka Pendidikan
Kewarganegaraan.
1. Kebaikan kewarganegaraan terdiri dari ciri-ciri dari karakter, disposisi, dan komitmen yang
penting bagi pemeliharaan dan perbaikan pemerintahan dan kewarganegaraan demokratis.
Contoh-contoh dari kebajikan-kebajikan kewarganegaraan adalah tanggung jawab individu,
disiplin diri, integritas, patriotisme, toleransi dalam keragaman, kesabaran dan konsistensi,
dan rasa kasihan untuk yang lain. Komitmen-komitmen termasuk, suatu pengabdian terhadap
hak azasi manusia, persamaan, kebaikan umum, dan aturan hukum.
2. Pengetahuan kewarganegaraan meliput gagasan dan informasi pokok bahwa para pelajar
harus mengetahui dan terbiasa sebagai warganegara yang efektif dan bertanggung jawab
dalam suatu demokrasi. Pengetahuan kewarganegaraan secara normal termasuk jenis-jenis
dan sistem dari pemerintah, politik, lembaga politik, dan proses dan peran dari para
warganegara dalam hubungannya dengan pemerintah.
3. Keterampilan kewarganegaraan termasuk keterampilan intelektual yang diperlukan untuk
memahami, membandingkan, menjelaskan dan mengevaluasi berbagai prinsip dan
praktek-praktek dari pemerintah dan kewarganegaraan. Termasuk juga keterampilan
berpartisipasi yang memungkinkan warganegara untuk memonitor dan mempengaruhi
kebijakan-kebijakan publik (Quiqley 2000).
Patrick (1997) proposed nine global trends that have broad potential for influencing citizenship
education in the constitutional democracies of the world. They are:
(1) Conceptualising of citizenship education in terms of the three interrelated components of
civic knowledge, civic skills and civic virtue.
(2) Systematic teaching of core concepts about democratic governance and citizenship.
(3) Analysis of case studies by students to apply core concepts or principles.
(4) Development of decision-making skills.
(5) Comparative and international analysis of government and citizenship.
(6) Development of participatory skills and civic virtues through cooperative learning activities.
(7) The use of literature to teach civic virtues.
(8) Active learning of civic knowledge, skills and virtues.
(9) The connection of content and process in teaching and learning of civic knowledge, skills
and virtues.
Komentar
Patrick (1997) mengungkapkan sembilan kecenderungan global yang secara luas biasa
berpotensi mempengaruhi pendidikan kewarganegaraan di dalam negara-negara yang
menganut faham demokrasi konstitutional. Kecenderungan yang dimaksud adalah:
Teaching of values
“… it is next to impossible to separate the teaching of values from schooling itself; it is a part of
schooling whether people are willing to acknowledge it or not. The question ... is how the
educator can influence students’ character development effectively so that the impact is
positive.” (Williams 2000:34)
Komentar
Hampir tak mungkin untuk memisahkan pengajaran nilai dari pendidikan di sekolah;
hal itu merupakan suatu bagian dari pendidikan di sekolah apakah orang-orang
memiliki kemauan untuk mengakuinya atau tidak. Pertanyaannya ialah bagaimana
pendidik dapat mempengaruhi pengembangan karakter siswa secara efektif sehingga
berdampak positif.
Conceptions of Character
“Good character consists of knowing the good, desiring the good, and doing the good …”
(Lickona, 1991:51)
Much of the debate about whether and how to teach for character is tied into a debate about
what “character” means. Character can refer to:
• personality traits or virtues such as responsibility and respect for others
• emotions such as guilt or sympathy
• social skills such as conflict management or effective communication
• behaviours such as sharing or helping, or
• cognitions such as belief in equality or problem-solving strategies.
Komentar
Menurut Lickona, karakter baik terdiri dari mengetahui yang baik, menginginkan yang
baik, dan melakukan yang baik.
Sebagian besar perdebatan sekitar apa dan bagaimana mengajar karakter terikat pada
suatu debat tentang apa makna "karakter". Karakter dapat mengacu pada:
1. ciri kepribadian atau kebaikan seperti tanggung jawab dan rasa hormat untuk yang
lain
2. emosi seperti rasa bersalah atau simpati
3. keterampilan-keterampilan sosial seperti pengendalian konflik atau komunikasi
efektif
4. perilaku-perilaku seperti sharing atau membantu, atau
5. pengamatan-pengamatan seperti kepercayaan di dalam persamaan atau strategi
memecahkan masalah.
Thomas Lickona, menguraikan karakter sebagai "suatu bagian dari disposisi yang
dapat merespon terhadap situasi-situasi yang secara moral baik. Karakter
mengandung tiga bagian yang saling berhubungan: pengetahuan moral, perasaan
moral, dan perilaku moral" (Lickona, 1991:51).
Conceptions of Citizenship
Most experts agree that citizenship involves a number of interrelated skills, beliefs and actions.
Osborne identifies five elements that constitute citizenship and that influence outcomes
typically represented in curriculum. These elements are described in the chart on the following
page. (Osborne, Kenneth et al., 1999).
Element of Citizenship
National
Observance of rights General intellectual
consciousness or Political literacy Values
and duties skills
identity
• Sense of identity • Knowledge of the • Understanding and • Understanding of • Literacy and
as a national political, legal and belief in basic rights societal values intellectual
citizen social institutions of and duties of • Knowledge and competence
• Awareness of one’s country citizenship skills to deal with
multiple identities, • Understanding of • Understanding of conflicting values in
such as regional, key political and how to deal with, acceptable ways
cultural, ethnic, social issues and if possible
religious, class, • Necessary skills resolve conflicts
gender and knowledge for
• Sense of global or effective political
world citizenship participation
In Osborne’s view, global citizenship is part of national identity, in which students come to see
themselves as members of a world community and learn to balance the claims of nation
against claims that transcend national boundaries.
Komentar
Para ahli setuju bahwa kewarganegaraan melibatkan sejumlah keterampilan yang
saling berhubungan, kepercayaan dan tindakan-tindakan. Osborne mengidentifikasi
lima unsur-unsur yang melembagakan kewarganegaraan dan mempengaruhi
hasil-hasil yang pada umumnya mewakili dalam kurikulum. Unsur-unsur itu
sebagaimana tergambar dalam tabel di atas.
Dalam pandangan Osborne, kewarganegaraan global adalah bagian dari kepribadian
nasional, di mana para siswa datang untuk melihat diri mereka sebagai anggota suatu
masyarakat dunia dan belajar untuk menyeimbangkan klaim-klaim tentang bangsa
terhadap klaim-klaim bangsa lintas nasional.
Citizen Participation
Komentar
Partisipasi warganegara adalah hal fundamental dalam tata pemerintahan yang
demokratis. Masalah sudah ditujukan di dalam partisipasi warganegara dalam banyak
cara, termasuk di dalamnya pemakaian teknologi untuk melibatkan warganegara
dalam proses pengambilan keputusan.
Global Citizen
At Oxfam education we feel that our curriculum for global citizenship is an extremely useful
planning tool for teachers wanting to help young people make sense of the world and to
develop not only knowledge and understanding but also to skills and attitudes to do so. We see
a global citizen as someone who:
1. is aware of the wider world and has a sense of their own roles as a world citizen
2. respects and values diversity
3. has an understanding of how the world works economically, politically, socially, culturally,
technologically and environmentally
4. is outraged by social injustice
5. participates in and contributes to the community at a large of levels from the local to the
global
6. is willing to act to make the world a more equitable and sustainable place
7. takes responsibility for their actions
Komentar
The Citizenship Advisory Group defined ‘effective education for citizenship’ as comprising three
separate but interrelated strands. These are to be developed progressively through a young person’s
education and training experiences, from pre-school to adulthood (DfEE, 1998:11–13) namely:
1. social and moral responsibility: ‘...children learning from the very beginning self confidence and
socially and morally responsible behaviour both in and beyond the classroom, both towards those in
authority and towards each other’. This strand acts as an essential pre-condition for the other two
strands;
2. community involvement: ‘...learning about and becoming helpfully involved in the life and
concerns of their communities, including learning through community involvement and service to the
community’. This, of course, like the other two strands, is by no means limited to children’s time in
school;
3. political literacy: ‘...pupils learning about, and how to make themselves effective in, public life
through knowledge, skills and values’. Here the term ‘public life’ is used in its broadest sense to
encompass realistic knowledge of, and preparation for, conflict resolution and decision making,
whether involving issues at local, national, European or global level.
Komentar
1. tanggung jawab sosial dan moral: '...anak-anak belajar mulai dari kepercayaan diri,
tanggung jawab sosial dan moral baik dalam maupun di luar kelas, kedua-duanya
ditujukan ke arah pengembangan otoritas dan yang lainnya. Tahapan ini bertindak
sebagai satu prasyarat penting untuk dua tahapan yang lainnya;
2. keterlibatan masyarakat: '...belajar tentang dan menjadi dengan bermanfaat
melibatkan diri di dalam kehidupan dan consern dengan masyarakat-masyarakat
mereka, termasuk belajar keterlibatan dalam masyarakat dan layanan kepada
masyarakat'. Hal ini, tentu saja, seperti dua hal yang lain, sama sekali tidak dibatasi
pada waktu anak-anak di sekolah;
3. melek politik: '... para murid belajar tentang, dan bagaimana membuat diri mereka
efektif di dalam, pengetahuan hidup publik, keterampilan-keterampilan dan nilai-nilai'.
Di sini istilah 'hidup publik' digunakan dalam pengertian yang paling luas yang meliputi
pengetahuan realistis, dan persiapan untuk, resolusi konflik dan pengambilan
keputusan, dengan menyertakan isu-isu lokal, nasional, orang Eropa atau tingkatan
global.
Character Education
Branson, Margaret Stimmann. (1998).
The Role of Civic Education
A Forthcoming Education Policy Task Force Position Paper From The Communitarian Network
Learning activities such as the following tend to promote character traits needed to participate
effectively. For example:
Civility, courage, self-discipline, persistence, concern for the common good, respect for others, and
other traits relevant to citizenship can be promoted through cooperative learning activities and in
class meetings, student councils, simulated public hearings, mock trials, mock elections, and
students courts.
Self-discipline, respect for others, civility, punctuality, personal responsibility, and other character
traits can be fostered in school and community service learning projects, such as tutoring younger
students, caring for the school environment, and participating in voter registration drives.
Recognition of shared values and a sense of community can be encouraged through celebration of
national and state holidays, and celebration of the achievements of classmates and local citizens.
Attentiveness to public affairs can be encouraged by regular discussions of significant current
events.
Reflection on ethical considerations can occur when studnts are asked to evaluate, take, and
defend positions on issues that involve ethical considerations, that is, issues concerning good and
bad, rights and wrong.
Civic mindedness can be increased if schools work with civic organizations, bring community
leaders into the classroom to discuss issues with students, and provide opportunities for students to
observe and/or participate in civic organizations. (Branson, 1998:15).
Komentar
Aktivitas belajar yang dapat meningkatkan ciri-ciri karakter, dalam hal ini termasuk di dalamnya
nation and character building, antara lain adalah:
1. Sopan santun, keperwiraan, disiplin pribadi, ketekunan, kepedulian terhadap kepentingan
umum, menghormati orang lain, dan sifat-sifat lain yang berhubungan dengan
kewarganegaraan dapat dikembangkan melalui kegiatan belajar yang kooperatif dan di dalam
pertemuan-pertemuan kelas, dewan pelajar, simulasi dengan pendengar publik, simulasi
pemilu, simulasi sidang pengadilan, dan mahkamah pelajar.
2. Disiplin pribadi, menghormati orang lain, sopan santu, tepat waktu, tanggung jawab pribadi, dan
karakter-karakter lainnya dapat dipupuk di sekolah dan proyek-proyek belajar pelayanan
masyarakat, seperti membantu mengajari siswa yang lebih muda, merawat lingkungan sekolah,
dan partisipasi di dalam kepanitiaan pemilu.
3. Pengenalan terhadap nilai-nilai bersama serta kepedulian terhadap masyarakat sekitar dapat
didorong melalui perayaan hari-hari libur nasional dan negara bagian, serta perayaan atas
prestasi yang telah dicapai oleh teman sekelas ata warga setempat di sekitarnya.
4. Kepedulian terhadap urusan-urusan publik dapat didorong melalui diskusi-diskusi teratur
mengenai pentingnya kejadian-kejadian aktual yang sedang berlangsung.
5. Perenungan mengenai masalah-masalah etis dapat terjadi manakala siswa diminta untuk
mengevaluasi, mengambil atau mempertahankan suatu pendapat tentang hal-hal yang
melibatkan pertimbanga-pertimbangan etis, yakni isu-isu mengenai baik buruk, benar salah.
Kepekaan kewarganegaraan dapat ditingkatkan jika sekolah-sekolah bekerjasama dengan
organisasi-organisasi kemasyarakatan, mengundang para pemuka masyarakat masuk ke kelas
untuk mendiskusikan isu-isu yang sedang berkembang dengan para siswa, serta menyediakan
peluang bagi siswa untuk mengamati langsung dan/atau berpartisipasi di dalam
organisasi-organisasi kemasyarakatan.
Character Education
Character is ultimately who we are expressed in action, in how we live, in what we do – and so
the children around us know, they absorb and take stock of what they observe, namely us-we
adults living and doing things in a certain spirit, getting on with one another in our various ways.
Coles (dalam Branson, 1998:14)
Komentar
Pada dasarnya, karakter adalah kepada siapa kita mengekspresikan perbuatan kita,
bagaimana kita hidup, apa yang kita kerjakan – dan demikianlah anak-anak di sekitar
kita mengetahuinya, merekapun kemudian menyerap dan menyimpan hasil
pengamatan mereka, yaitu – kita para orang dewasa ini hidup dan melakukan sesuatu
dengan spirit tertentu, bergaul satu sama lain dengan berbagai cara.
Civic Virtues
Civic virtues are the qualities of character and personal skills necessary to make the exercise
of citizenship meaningful. Civic virtues give us the capacity to exercise our rights, promote our
interests and meet our duties. (L. Bray, Bernard and Larry W. Chappel, 2005:86).
Komentar
Kebajikan-kebajikan kewarganegaraan adalah kualitas dari karakter dan
keterampilan-keterampilan pribadi yang diperlukan untuk kebermaknaan latihan
kewarganegaraan. Kebajikan-kebajikan kewarganegaraan memberikan kepada kita
kapasitas untuk berlatih hak-hak kita, mempromosikan minat kita dan
kewajiban-kewajiban kita
Human rights education shall be defined as training dissemination and information efforts
aimed at the building of a universal culture of human rights through the imparting of knowledge
and skills and the moulding of attitudes. (UN Decade for Human Rights Education Plan of
Action). (Davies, 2000:6).
Komentar
Pendidikan hak azasi manusia seyogyanya didefinsikan sebagai pelatihan dan
usaha-usaha informasi yang ditujukan untuk pembangunan suatu kultur universal dari
hak azasi manusia melalui pengetahuan dan keterampilan serta penuangan
sikap-sikap.
Komentar
Pendidikan kewarganegaraan dalam demokrasi adalah pendidikan untuk
mengembangkan dan memperkuat dalam atau tentang pemerintahan otonom (self
government). Pemerintahan otonom demokratis berarti bahwa warganegara aktif
terlibat dalam pemerintahan sendiri; mereka tidak hanya menerima didikte orang lain
atau memenuhi tuntutan orang lain.
Multicultural Education
Multiculturalism can be defined as, “A philosophical position and movement that deems that
the gender, ethnic, racial, and cultural diversity of a pluralistic society should be reflected in all
of the institutionalized structures of educational institutions, including the staff, the norms, and
values, the curriculum, and the student body” (Banks & Banks, 1997: 435).
Komentar
Multikulturalisme dapat digambarkan sebagai, "Suatu posisi dan gerakan yang filosofis
yang menganggap bahwa gender, kesukuan, rasial, dan keanekaragaman budaya dari
suatu masyarakat plural harus dicerminkan di dalam semua lembaga pendidikan,
termasuk staf, norma-norma, nilai-nilai, kurikulum, dan siswa".
Global Citizenship
Banks, James A. (2004).
Teaching for Multicultural Literacy, Global Citizenship, and Social Justice.
(Parts of this paper are adapted from: James A. Banks, “Introduction: Democratic Citizenship Education
in Multicultural Societies.” In James A. Banks (Editor). Diversity and Citizenship Education: Global
Perspectives (pp. 3-15). San Francisco: Jossey-Bass, 2004;
and from James A. Banks, “Teaching Literacy for Social Justice and Global Citizenship,” Language Arts,
81 (1), September 2003, pp. 18-19)
Citizenship education should help students develop thoughtful and clarified identifications with
their cultural communities and their nation-states. It should also help them to develop clarified
global identifications and deep understandings of their roles in the world community. Students
need to understand how life in their cultural communities and nations influences other nations
and the cogent influence that international events have on their daily lives.
Komentar
Pendidikan Kewarganegaraan perlu membantu para siswa mengembangkan pengetahuan dan
identifikasi yang jelas tentang masyarakat, budaya dan negara bangsa mereka. Hal tersebut
diperlukan untuk menolong mereka dalam mengembangkan identifikasi global dan
pemahamanmendalam tentang peran mereka dalam masyarakat dunia. Para siswa perlu
memahami bagaimana hidup di dalam masyarakat budaya mereka dan pengaruh satu negara
terhadap negara lain serta keyakinan bahwa kejadian internasional itu berakibat pada hidup
mereka sehari-hari.
Civic Education
Branson, Margaret S. (1998).
The Role of Civic Education: A Forthcoming Education Policy Task Force Position
Paper from the Communitarian Network.
Washington, DC: Center for Civic Education
Komentar
Citizenship
Gould and Kolb (1964:88) defined citizenship as a ‘relationship existing between a natural
person and political society, known as a state, by which the former owes allegiances and the
latter protection.’
Komentar
Gould dan Kolb menggambarkan kewarganegaraan sebagai suatu ‘hubungan yang
ada antara orang dan masyarakat politik secara alami, yang dikenal sebagai suatu
negara, dimana pembentuk berhutang kepada kesetiaan-kesetiaan dan perlindungan.'
Citizenship Education
Citizenship education has been described as ‘the contribution of education to the development
of those characteristics of being a citizen’ (Cogan 1998:13), and the ‘process of teaching
society’s rules, institutions, and organizations, and the role of citizens in the well-functioning of
society’ (Villegas-Reimer 1997:235).
Komentar
Pendidikan kewarganegaraan digambarkan sebagai ‘kontribusi pendidikan untuk
pengembangan karakteristik-karakteristik warganegara' (Cogan 1998:13), dan 'proses
tentang aturan pengajaran masyarakat, institusi, dan organisasi-organisasi, dan peran
warganegara dalam masyarakat yang berfungsi secara baik'.
Kubow, Grossman and Ninomiya (1998) argued that only a citizenship education that
encompasses four interrelated dimensions, namely personal, spatial, social and temporal, will
equip students to meet the challenges of the twenty-first century.
Komentar
Kubow, Grossman dan Ninomiya berpendapat bahwa hanya Pendidikan
Kewarganegaraan yang meliputi empat dimensi yang saling berhubungan, yakni
personal, spatial, sosial dan temporal, akan mempersiapkan siswa dalam menghadapi
tantangan abad ke-21.
The Center for Citizenship Education of the United States of America proposed the three
interrelated components of civic virtues, civic knowledge and civic skills as the aims and/or
framework for citizenship education.(Quigley, Buchanan Jr., and Bahmueller, 1991).
Komentar
CCE mengusulkan tiga komponen yang saling berinterrelasi – kebajikan,
pengetahuan, dan keterampilan kewarganegaraan sebagai tujuan dan/atau kerangka
Pendidikan Kewarganegaraan.
Citizenship
Fachruddin. (2005).
Educating for Democracy: Ideas and Practices of Islamic Civil Society Association in
Indonesia.
Dissertation at University of Pittsburgh: Not published.
Komentar
Dengan mengutip beberapa pendapat, Fachrudin mengemukakan bahwa kewarganegaraan
mengacu pada satu identitas atau atribut yang mendorong individu untuk berpikir tentang diri
mereka sebagai bagian dari suatu masyarakat atau suatu negara. Kewarganegaraan adalah
juga suatu identitas fundamental yang membantu individu di dalam masyarakat (perasaan
kewarganegaraan). Kewarganegaraan adalah juga suatu status (keanggotaan penuh dari
suatu negara) yang dirundingkan oleh negara bangsa, yang membawa hak-hak (aspek
horisontal) dan tanggung jawab atau konsekuensi-konsekuensi (aspek vertikal)
Education for democratic citizenship aims at developing people’s capabilities of thoughtful and
responsible participation as democratic citizens in a political, economic, social, and cultural life
(Naval, Print & Veldhuis, 2002: 114).
Komentar
Pendidikan untuk kewarganegaraan demokratis mengarah kepada pengembangan
kemampuan berpartisipasi dan tanggung jawab sebagai warganegara demokratis,
dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Fachruddin. (2005).
Educating for Democracy: Ideas and Practices of Islamic Civil Society Association in
Indonesia.
Dissertation at University of Pittsburgh
The notions of education for democracy may be classified into the following:
a. Developing people’s capabilities of thoughtful and responsible participation as democratic
citizens in various spheres of life.
b. Providing a set of core values of democracy or democratic attitudes such as respect for
reasonable differences, different viewpoints, and human dignity, respect for minority rights,
a caring attitude toward others, justice, equality, participation, freedom as requirements of
citizens in order to create a democratic society.
c. Teaching how to use the concept of democracy in terms of a form of government
especially, a democratic government.
d. Making citizens ‘political’: citizens believe in, commit to, uphold, and carry out fundamental
democratic principles and become effective citizens or politically literate.
Fachrudin (2005:40)
Komentar
The concept of democracy and citizenship are complex and can, therefore, not be
encompassed within simple definitions. There are multiple version of democratic citizenship
and even these are changing over time, in correspondence with social, economic, and political
developments on global and local levels. Thus the concept of democratic citizenship can be
depicted as being constantly ‘under construction’ (Veldhuis, 1997). (Fachrudin, 2004:89)
Komentar
Konsep demokrasi dan kewarganegaraan bersifat kompleks oleh karena itu, tidak
dapat diartikan dalam definisi yang sederhana. Terdapat multiversi terntang
kewarganegaraan demokratis dan bahkan ini selalu bertukar setiap waktu, sesuai
dengan pengembangan kehidupan sosial, ekonomi, dan politik pada tingkat lokal
maupun global. Dengan demikian konsep dari kewarganegaraan demokratis dapat
dilukiskan sebagai hal yang terus menerus ‘underconstruction’.
The UN resolution declaring the decade for human rights education, 1995-2004 state
Human rights education should involve more than provision of information and should
constitute a comprehensive life-long process by which people at all levels of development and
in all strata of society learn respect for the dignity of others and the means and methods of
ensuring that respect in all societies. (United Nations, 1994, General Assembly Resolution
49/184).
Komentar
Resolusi PBB menyepakati bahwa pendidikan hak azasi manusia perlu melibatkan
lebih dari sekedar informasi tetapi perlu melembagakan proses yang menyeluruh
dimana orang-orang pada semua tingkat pengembangan dan dalam semua strata
masyarakat belajar menghargai martabat orang lain dan penghargaan dalam semua
masyarakat.
Dennis Banks. (2000). Notes that simply put, human rights education is all learning that
develops the knowledge, skills and values of human rights
Komentar
Dennis Banks mengemukakan bahwa pendidikan hak azasi manusia adalah semua
pembelajaran yang mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dari
hak azasi manusia
Kofi Annan, secretary general of the united nations, in this message for human rights day 2000 asks:
Why is human rights education so important? Because, as it says in the constitution of the united nations
educational, scientific, and cultural organisation (UNESCO), ‘since wars begin in the minds of men (sic),
it is in the minds of men that the defence of peace must be constructed’. The more people know their
rights, and the more they respect those of others, the better the chance that they will live together in
peace. Only when people are educated about human rights can we hope prevent human rights
violations, and thus prevent conflict, as well (2000).
Komentar
Mengapa pendidikan hak azasi manusia demikian penting? Sejak peperangan-peperangan
dimulai dalam pikiran orang (maka), ada pikiran dari orang tentang pertahanan dan perdamaian
yang harus dibangun. Semakin banyak orang-orang mengetahui hak-hak mereka, dan semakin
banyak mereka menghormati hak yang lain, semakin baik kesempatan bahwa mereka akan
hidup bersama-sama secara damai. Hanya ketika orang-orang dididik tentang hak azasi
manusia kita dapat berharap mencegah pelanggaran-pelanggaran hak azasi manusia, dan
seperti itu juga mencegah konflik,
Those promoting Human Rights Education must focus on changing the language so that
people begin to use the word ‘human rights’ in their everyday lives. In this way, the language of
human rights will be incorporated into our culture and thoughts. … Only then will we be able to
change what is principally ‘a legal and constitutional law culture’ to a system of laws and a
constitution based on human rights. Only then will people …see the need for Human Rights
Education. (O’Brien (2000), in Dobozy B, Eva. (2004:119).
Komentar
Pendidikan hak azasi manusia harus berfokus untuk mengubah bahasa sehingga
orang-orang mulai menggunakan kata 'hak azasi manusia’ dalam kehidupannya
sehari-hari. Dengan cara ini, bahasa hak azasi manusia akan menyatu dalam kultur
dan pemikiran kita. … setelah itu kita akan mampu mengubah terutama ‘hukum dan
konstitusi negara' ke arah suatu sistem hukum dan konstitusi yang berdasar pada hak
azasi manusia. Baru setelah itu orang-orang …melihat kebutuhan akan Pendidikan
Hak Azasi Manusia.
They are among the qualities needed to teach well about human rights in civic education.
First, teach the idea of human rights within a framework of core concepts by which
representative democracy is defined and understood internationally.
Second, confront the complexity and controversy associated with defining, using, and
justifying the idea of human rights in a constitutional and representative democracy.
Third, examine the inevitable and ongoing conflict in every genuine constitutional and
representative democracy between majority rule and minority rights.
Fourth, teach comparatively and internationally about human rights in a constitutional and
representative democracy.
Fifth, teach the civic dispositions and virtues that enable citizens to secure equal protection for
the human rights of everyone in their community through the institutions of constitutional and
representative democracy. (Patric, John J, 2006:12)
Komentar
Terdapat kualitas yang diperlukan untuk mengajar hak azasi manusia dalam Pendidikan
Kewarganegaraan dengan baik.
1. Mengajarkan gagasan tentang hak azasi manusia dalam suatu kerangka konsep inti
dimana demokrasi perwakilan digambarkan dan dipahami secara internasional.
2. Menghadapkan kompleksitas dan kontroversi dengan penjelasan, penggunaan, dan
pembenaran gagasan hak azasi manusia dalam demokrasi konstitutional dan
perwakilan.
3. Menguji konflik berkelanjutan dan tak bisa terelakkan dalam setiap demokrasi
konstitutional dan perwakilan antara aturan mayoritas dan hak-hak minoritas.
4. Mengajarkan secara komparatif dan internasional tentang hak azasi manusia dalam
demokrasi konstitutional perwakilan.
5. Mengajarkan disposisi dan kebajikan kewarganegaraan tentang perlindungan yang
sama terhadap hak asasi manusia dari setiap orang di dalam masyarakat melalui
institusi dari demokrasi konstitusional dan perwakilan.
Civic Education
Komentar
Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan dalam pemerintahan otonom,
Pemerintahan otonom (sendiri) berarti keikutsertaan aktif di dalam pemerintahan
sendiri, bukan persetujuan pasif dalam tindakan-tindakan orang lain.
The first and primary reason for civic education in a constitutional democracy is that the health
of the body politic requires the widest possible civic participation of its citizens consistent with
the public good and the protection of individual rights. The aim of civic education is therefore
not just any kind of participation by any kind of citizen; it is the participation of informed and
responsible citizens, skilled in the arts of deliberation and effective action. (Quigley and
Bahmueller, 1991:3).
Komentar
Alasan pertama dan utama untuk Pendidikan Kewarganegaraan dalam demokrasi
konstitutional adalah bahwa negara hukum yang sehat memerlukan partisipasi
warganegara yang luas, yang konsisten dengan warganegara yang baik dan
perlindungan hak-hak individu. Tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan tidak hanya
segala hal partisipasi warganegara; tetapi keikutsertaan para warganegara secara
bertanggung jawab, terampil dalam kesabaran dan tindakan efektif.
Civic Education
No one’s civic potential can be fulfilled without forming and maintaining an intention to pursue
the common good; to protect individuals from unconstitutional abuses by government and from
attacks on their rights from any source, public or private; to seek the broad knowledge and
wisdom that informs judgment of public affairs; and to develop the skill to use that knowledge
effectively. Such values, perspectives, knowledge, and skill in civic matters make responsible
and effective participation possible. Fostering these qualities constitutes the mission of civic
education. (Quigley and Bahmueller, 1991:3)
Komentar
Tak satupun potensi kewarganegaraan dapat dipenuhi tanpa pembentukan dan pemeliharaan
terhadap niat untuk mengejar kebaikan umum; perlindungan individu dari pelecehan-pelecehan
oleh pemerintah dan dari serangan atas hak-hak mereka dari setiap sumber, publik atau
pribadi; untuk mencari pengetahuan dan kebijaksanaan yang luas yang menginformasikan
penilaian publik affairs; dan untuk mengembangkan keterampilan dalam menggunakan
pengetahuan itu secara efektif. Nilai-nilai seperti itu, perspektif, pengetahuan, dan keterampilan
dalam hal kewarganegaraan membuat kemungkinan partisipasi yang bertanggungjawab dan
efektif. Mengembangkan kualitas ini merupakan misi Pendidikan Kewarganegaraan.
Civic Education
Komentar
Kebajikan adalah prinsip dari pemerintahan republik…kebajikan dalam republik adalah
cinta dari negerinya, cinta persamaan. Kebajikan bukanlah suatu kebajikan moral,
bukan kebajikan Kristiani, tetapi kabajikan publik.
Civic Education
In the CIVITAS curriculum framework, civic virtue is described in terms of civic dispositions and
civic commitment.
1. Civic dispositions refer to those attitudes and habits of mind of the citizen that are
conducive to the healthy functioning and common good of the democratic system.
2. Civic commitments refer to the freely given, reasoned commitments of the citizen to the
fundamental values and principles of American constitutional democracy.
(Quigley and Bahmueller, 1991:11)
Komentar
Di dalam kerangka kurikulum CIVITAS, kebajikan kewarganegaraan digambarkan
dalam istilah disposisi dan komitmen kewarganegaraan.
1. Disposisi kewarganegaraan mengacu kepada sikap dan kebiasaan-kebiasaan
pikiran dari warganegara yang berfungsi bagi sistem demokrasi yang sehat dan
kebaikan umum dari.
2. Komitmen kewarganegaraan mengacu kepada kebebasan yang diberikan,
komitmen yang rasional dari warganegara terhadap nilai fundamental dan
prinsip-prinsip demokrasi konstitutional Amerika.
Civic education’s unique responsibility is not simply to increase participation rates, but to
nurture competent and responsible participation. Such participation involves more than merely
influencing or attempting to influence public policy. Competent and responsible participation
must based upon moral deliberation, knowledge, and reflective inquiry.
(Quigley and Bahmueller, 1991:40)
Komentar
Tanggung jawab khas Pendidikan Kewarganegaraan bukan sekedar untuk
meningkatkan rata-rata partisipasi, tetapi untuk memelihara partisipasi yang
bertanggungjawab dan kompeten. Partisipasi seperti melibatkan lebih dari sekedar
untuk mempengaruhi atau mencoba untuk mempengaruhi kebijakan publik. Partisipasi
yang bertanggung jawab dan kompeten harus berdasar pada kesabaran moral,
pengetahuan, dan reflektif inkuiri.
Handbook (:8)
What are its essential elements?
Komentar
Pendidikan kewarganegaraan melibatkan suatu cakupan luas dari unsur-unsur yang berbeda
terpelajar, termasuk:
" pengetahuan dan mengerti -eg. tentang topik-topik seperti hukum dan aturan-aturan, proses
yang demokratis, media, hak azasi manusia, keaneka ragaman, uang dan ekonomi, perkembangan
berkelanjutan dan dunia sebagai suatu masyarakat global; dan tentang konsep-konsep, seperti
demokrasi, keadilan, persamaan, kebebasan, otoritas dan kepastian hukum
" keterampilan-keterampilan dan keserasian-keserasian -eg. pemikiran kritis, informasi
penganalisaan, pendapat-pendapat pernyataan, ambil bagian dalam diskusi-diskusi dan debat-debat,
negosiasi, resolusi konflik dan mengambil bagian di dalam tindakan masyarakat
" nilai-nilai dan disposisi-disposisi -eg. hormati untuk keadilan, demokrasi dan kepastian
hukum, keterbukaan, toleransi, keberanian untuk mempertahankan pandangan, dan suatu
kesediaan untuk mendengarkan, bekerja dengan dan berpihak kepada yang lain.
Anotasi Bibliografi
Civic/Citizenship Education