Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

COMMON COLD

Oleh :

SITI ANDINI MANDATI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN & PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MALUKU HUSADA

KAIRATU

2019
LAPORAN PENDAHULUAN
COMMON COLD

I. TINJAUAN TEORISTIS
A. DEFINISI
Common Cold adalah suatu infeksi virus pada selaput hidung, sinus dan saluran udara
yang besar. Common cold dikenal juga dengan istilah"pilek"
Anak dan bayi sering terjadi common cold dibandingkan orang dewasa. Bayi lebih
rentan terkena common cold dibandingkan anak yang lebih besar. Dalam 1 tahun bayi bisa
terkena common cold hingga 7 kali atau bahkan lebih.penyebabnya adalah bayi lebih mudah
tertular oleh saudaranya atau orang dewasa di sekitarnya selain itu daya tahan tubuh bayi
relatif lebih rendah. oleh karena itu,penting untuk mencegah penularan ke bayi dan anak
keika ada orang dewasa di sekitarnya sedang sakit.

B. ETIOLOGI
Belum diketahui apa yang menyebabkan seseorang lebih mudah tertular pilek.
Berbagai virus yang menyebabkan terjadinya common cold :
1. Rhinovirus
a. Virus influenza A, B, C
b. Virus Parainfluenza
c. Virus sinsisial pernafasan.
Semuanyanya mudah ditularkan melalui ludah yang dibatukkan atau dibersinkan oleh
penderita lewat udara,yang kemudian masuk melalui saluran pernapasan orang yang
ditularkan lalu menginfeksi pada bagian tubuh yang pertahanannya melemah.
Common cold biasanya tidak berbahaya dan kebanyakan dapat sembuh dengan
sendirinya. pada suatu saat dibandingkan waktu lain.
Dalam keadaaan dingin tidak menyebabkan common cold akan tetapi karena
menghirup udara dingin tingkat produksi lendir naik secara signifikan, dan menyebabkan
beberapa lendir atau cairan keluar dari hidung anda. Ketika udara dingin, tubuh akan
memberi respon dengan meningkatkan suplai darah ke hidung anda untuk menghangatkan
area di sekitar hidung.Meningkatnya aliran darah ke hidung ini tidak hanya membantu untuk
menghangatkan udara yang dingin, namun juga secara tidak langsung menyebabkan efek
samping dimana kelenjar yang menghasilkan lendir di hidung anda mendapatkan suplai darah
yang lebih banyak dari biasanya.
Hal ini akan menyebabkan kelenjar-kelenjar tersebut memproduksi lendir atau cairan
lebih banyak dari keadaan normal dan sebagian cairan yang berlebihan tersebut akan meluber
keluar dari hidung.
Setelah anda kembali ke lingkungan dengan udara yang hangat, pembuluh darah kecil
di hidung anda akan kembali menyempit dan kelenjar yang menghasilkan lendir akan
kembali memproduksi lendir dalam tingkat normal.
Kedinginan tidak menyebabkan pilek atau meningkatkan resiko untuk tertular
penyakit common cold, tetapi common cold bisa tertular jika kondisi tubuh kurang sehat
sehingga rentan terhadap penyakit.

C. FAKTOR PREDISPOSISI
Kelelahan, gizi buruk, anemia, dan kedinginan. Walaupun umur bukan factor yang
menentukan daya rentan, namun infeksi sekunder purulen lebih banyak dijumpai pada anak
kecil. Penyakit ini sering diderita pada waktu pergantian musim.

D. PATOFISIOLOGI
Semuanya mudah ditularkan melalui ludah yang dibatukkan atau dibersinkan oleh
penderita. Setidaknya ada 100 jenis virus penyebab common cold ini. Penyakit ini akan
sembuh dengan sendirinya karena virus-virus ini adalah self limiting artinya akan mati
dengan sendirinya bila masa inkubasi telah berakhir.
Walaupun infeksi biasanya pada saluran napas atas namun sering menyebar ke saluran
napas bawah menimbulkan trakeitis, bronchitis, atau pneumonitis. Pada saluran napas atas
virus ini menyebabkan nekrosis dan deskuamasi epitel bersilia disertai serbukan padat sel
radang terutama limfosit. Penyebaran infeksi ke saluran napas bawah atau paru,
menyebabkan nekrosis serta sel pelapis alveoli mengelupas, histologik merupakan gambaran
pneumonitis virus. Common cold menyebabkan komplikasi seperti pneumonia bacteria
sekunder, pneumonia virus primer dan meningkatkan tahap serangan penyakit kronik yang
sedia ada.
Periode prepatogenesis dan patogenesis common cold:
1. Prepatogenesis dimulai kurang dari 24 jam
2. Masa inkubasi virus berlangsung sekitar 1-3 hari
Biasanya gejala awal berupa rasa tidak enak di hidung atau tenggorokan.Kemudian
penderita mulai bersin-bersin, hidung meler dan merasa sakit ringan. Tanda-tanda
sistematik common cold mulainya mendadak dan meliputi demam, menggigil, nyeri
kepala, mialgia, nyeri lumbosakral, dan sangat lemah.
3. Patogenesis biasanya berlangsung sekitar 4-10 hari.
Sesak nafas dengan/ tanpa sumbatan hidung, bersin-bersin, tenggorokan gatal, hidung
meler (sekret hidung menjadi lebih kental, berwarna kuning-hijau dan jumlahnya tidak
terlalu banyak.), batuk, suara serak, lemas, sakit kepala, demam (biasanya ringan). Gejala
biasanya akan menghilang dalam waktu 4-10 hari, meskipun batuk dengan atau tanpa
dahak seringkali berlangsung sampai minggu kedua.
Batuk merupakan reflek pertahanan yang timbul akibat iritasi percabangan trakea
bronchial. Kemampuan untuk batuk merupakan mekanisme yang penting untuk
membersihkan saluran nafas bagian bawah.

E. MANIFESTASI KLINIK
Gejala mulai timbul dalam waktu 1-3 hari setelah terinfeksi.
Biasanya gejala awal berupa:
1. Rasa tidak enak di hidung
2. Rasa tidak enak di tenggorokan
3. Bersin-bersin
4. Tenggorokan gatal
5. Hidung meler
6. Batuk
7. Suara serak
8. Cemas
9. Sakit kepala
10. Demam (biasanya ringan)
11. Sesak nafas
Biasanya tidak timbul demam, tetapi demam yang ringan bisa muncul pada saat
terjadinya gejala.Hidung mengeluarkan cairan yang encer dan jernih dan pada hari-hari
pertama jumlahnya sangat banyak sehingga mengganggu penderita.
Selanjutnya sekret hidung menjadi lebih kental, berwarna kuning-hijau dan jumlahnya
tidak terlalu banyak.Gejala biasanya akan menghilang dalam waktu 4-10 hari, meskipun
batuk dengan atau tanpa dahak seringkali berlangsung sampai minggu kedua.

F. KOMPLIKASI
Common cold di sebabkan infeksi virus. Antibiotic tidak bermanfaat dalam pengobatan
common cold. Anti biotic hanya berfungsi pada infeksi bakteri. efektif mempercepat
penyembuhan. Pemberian obat batuk pilek pada bayi justru mempunyai resiko timbulnya
efek samping obat.
Common cold dapat sembuh dengan sendirinya sehingga tidak memerlukan pengobatan
khusus,yang lensibih penting di perlukan anak dan bayi adalah pemberian cairan atau imun
lebih banyak dan pemantauan kondisi emergensi.
Komplikasi bisa memperpanjang terjadinya gejala:
1. Infeksi saluran udara (trakea) disertai sesak di dada dan rasa terbakar
2. Gangguan pernafasan yang lebih berat terjadi pada penderita bronkitis atau asma yang
menetap
3. Infeksi bakteri pada telinga, sinus atau saluran udara (infeksi trakeobronkial).
4. Otitis media (infeksi telinga). Sekitar 5-15% anak yang terkena common cold terjadi
infeksi pada telinga bagian tengah.penyebabnya adalah adanya saluran yang
menghubungkan antara tenggorokan dan rongga telinga.
5. Komplikasi tersebut lebih sering terjadi pada anak atau bayi dengan factor resikao
tertentu :
a. Anak berusia kurang dari 2 tahun, karena daya tahan tubuh rendah
b. Anak menderita penyakit immunodefisiensi (daya tahan tubuh rendah)
c. Anak mendapatkan pengobatan kortikosteroid jangka panjang
d. Anak menderita penyakit kronik seperti jantung

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah dilakukan apabila gejala sudah berlangsung selama lebih 10 hari
atau dengan demam > 37,8°C. pemeriksaan darah ini dilakukan untuk melihat leukositis.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan :
1. Usahakan untuk beristirahat dan selalu dalam keadaan hangat dan nyaman, serta
diusakahan agar tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain.
2. Jika terdapat demam atau gejala yang berat, maka penderita harus menjalani tirah baring
di rumah.
3. Minum banyak cairan guna membantu mengencerkan sekret hidung sehingga lebih
mudah untuk dikeluarkan/dibuang.
4. Untuk meringankan nyeri atau demam dapat diberikan asetaminofen atau ibuprofen.
5. Pada penderita dengan riwayat alergi, dapat diberikan antihistamin.
6. Menghirup uap atau kabut dari suatu vaporizer bisa membantu mengencerkan sekret dan
mengurangi sesak di dada.
7. Mencuci rongga hidung dengan larutan garam isotonik bisa membantu mengeluarkan
sekret yang kental
8. Batuk merupakan satu-satunya cara untuk membuang sekret dan debris dari saluran
pernafasan. Oleh karena itu sebaiknya batuk tidak perlu diobati, kecuali jika sangat
mengganggu dan menyebabkan penderita susah tidur. Jika batuknya hebat, bisa diberikan
obat anti batuk
9. Antibiotik tidak efektif untuk mengobati common cold, antibiotik hanya diberikan jika
terjadi suatu infeksi bakteri.
I. Pencegahan
1. Jagalah kebersihan diri dan lingkungan
2. Sebaiknya sering mencuci tangan, membuang tisu kotor pada tempatnya serta
membersihkan permukaan barang-barang.
3. Vitamin C dosis tinggi (2000 mg per hari) belum terbukti bisa mengurangi resiko tertular
atau mengurangi jumlah virus yang dikeluarkan oleh seorang pender

II. TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama
a. Pilek dengan ingus encer, jernih disertai dengan bersin
b. Panas
c. Batuk ringan
d. Conjungtiva merah dan mata berair\
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pilek dengan ingus jernih dan encer diawali dengan bersin,
Berlanjut pada batuk ringan tanpa dahak disertai dengan panas diikuti dengan
hyperemia pada conjungtiva dan mata berair, Keadaan menurun, pucat, lesu, rewel,
nafsu makan menurun
b. Riwayat Penyakit Lalu
Faktor resiko antara lain : ISPA, Infeksi menahun / kronis, Demam, Malnutrisi
3. Riwayat penyakit keluarga
Common cold adalah penyakit menular yang bersifat endemic (mewabah) dan biasanya
didapat anak-anak dari orang dewasa.
4. Pertumbuhan / Perkembangan
5. Pemeriksaan fisik
Untuk melihat bentuk tubuh perbandingan bagian kepala, tubuh dan anggota tubuh lainnya
dengan memperhatikan apakah ada cedera dan kelainan untuk memperoleh kesan klinis
tentang gejala / tanda dari Seborea pada bayi.
Kepala : Tidak ada haematom, tidak ada benjolan.
Muka : Tidak pucat
Mata : Simetris, conjungtiva tidak anemis, selera tidak uterus.
Hidung : Terdapat secret cair dan jernih.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar Lympe, Hyroid.
Telinga: Bersih tidak ada seramen.
Dada : Tidak ada tarikan intercostae.
Axilla : Tidak ada pembesaran kelenjar lympe.
Perut : Bising usus normal, tidak ada nyeri tekan, turgor baik.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Inefektif perubahan jalan napas b.d obstruksi brhonchial.


2. Gangguan pola nafas b.d adanya secret yang menumpuk.
3. Hipertermi b.d proses inflamatory.

C. INTERVENSI

Dx 1: Inefektif perubahan jalan napas b.d obstruksi brhonchial.

Tujuan : Jalan udara pasien akan menjadi tetap dengan bunyi napas jelas.

Kriteria hasil :

Jalan napas bersih dan pernapasan berlangsung tanpa hambatan. Tidak ada batuk. Bunyi
napas jelas.

Intervensi Rasional
1. Auskultasi paru-paru untuk rhonchi dan1. Menentukan kecukupan pertukaran
crackles. gas dan luasan jalan napas terhalangi
oleh sekret.

2. Kaji karakteristik sekret : kuantitas,


2. Adanya infeksi yang dicurigai ketika
warna, konsistensi, bau.
sekret tebal, kuning atau berbau busuk.
3. Kaji status hidrasi pasien: turgor kulit,3. Menentukan kebutuhan cairan.
mukosa membran, lidah, intake dan output Cairan dibutuhkan jika turgor kulit
selama 24 jam, hematocrit. jelek. Mukosa membran output,
hematocrit tinggi.<lidah dan kering,
intake.

4. Membatuk mengeluarkan sekret.

4. Bantu pasien dengan membatuk bila5. Sekresi bergerak oleh gravitasi selagi
perlu. posisi berubah. Meninggikan kepala
5. Posisi pasien berada pada body aligment
tempat tidur menggerakan isi
yang benar untuk pola napas optimal
abdominal menjauhi diaphragma
(kepala tempat tidur 450, jika ditoleransi
untuk meningkatkan kontraksi
900).
diaphragmatis.

6. Sekresi bergerak oleh gravitasi selagi


posisi berubah. Meninggikan kepala
6. Menjaga lingkungan bebas allergen
tempat tidur menggerakan isi
(misal debu, bulu unggas, asap) menurut
abdominal menjauhi diaphragma
kebutuhan individu.
untuk meningkatkan kontraksi
diaphragmatis.

7. Tingkatkan kelembaban ruangan dengan


7. Melembabkan dan menipiskan sekret
dingin ringan.
guna memudahkan pengeluarannya.
8. Memudahkan pernapasan melalui
hidung dan cegah kekeringan
membran mukosa oral.
8. Berikan decongestans (NeoSynephrine)
seperti pesanan.
9. Mencairkan sekret sehingga lebih
mudah dikeluarkan.

9. Mendorong meningkatkan intake cairan


dari 1 ½ sampai 2 l/hari kecuali
kontradiksi.

Dx 2 : Gangguan pola nafas b.d adanya secret yang menumpuk.

Tujuan : Jalan nafas efektif setelah sekret dikeluarkan

Kriteria Hasil :

1. Klien tidak bernafas lagi melalui mulut


2. Jalan nafas kembali normal terutama hidung

Intervensi Rasional
1. Kaji penumpukan secret yang ada. 1. Mengetahui tingkat keparahan dan
tindakan selanjutnya.

2. Observasi tanda-tanda vital.


2. Mengetahui perkembangan klien
sebelum dilakukan operasi.

3. Kolaborasi dengan tim medis


3. Kerjasama untuk menghilangkan
obat yang dikonsumsi

Dx 3: hipertermi b.d inflamatory.

Tujuan: suhu tubuh pasien akan berada dalam batas normal

Kriteria Hasil : Suhu tubuh normal 380C (98,60F).

Intervensi Rasional
1. Ukur temperatur tubuh. 1. Menunjukkan adanya demam dan
luasannya.

2. Hangat, kering, kulit memerah


2. Kaji temperatur kulit dan warna.
menunjukkan suatu demam.

3. Indikasi leukopenia dibutuhkan


untuk melindungi pasien dari infeksi
3. Monitor jumlah WBC.
tambahan. Leukocytosis menujukkan
suatu inflamatory atau adanya proses
infeksi.

4. Tentukan keseimbangan cairan dan


4. Ukur intake dan output.
perlu meningkatkan intake.

5. Berikan antipiyretic seperti dipesan.


5. Kurangi demam melalui tindakan
pada hypothalmus.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 1992, Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga, Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono, 1999, Ilmu Kebidnan, Jakarta.

JH Piego, 2000, Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, JNPKKR, Jakarta

http://niarahayu9.blogspot.com/2011/12/influenza.html

http://keperawatanadil.blogspot.com/2007/11/askep-influenza.html

http://priskamaharani86.wordpress.com/2012/12/

http://priskamaharani86.wordpress.com/author/priskamaharani86/

Sumantri, Imam. 2008. Asuhan Keperawatan Sistem Pernafasan. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai