Anda di halaman 1dari 2

NAMA : NOVINDA KURNIA I

NIM : 041711333193

Carbon Business Accounting: The Impact of Global Warming on The Cost and Management
Accounting Profession
Perdagangan karbon (emission trading) adalah salah satu mekanisme dalam Protokol
Kyoto. Model perdagangan ini dapat digambarkan demikian:
1. Perusahan-perusahaan awalnya melakukan kesepakatan (melalui regulasi pemerintah)
tentang seberapa besar CO2 yang akan dihasilkn oleh produksi mereka.
2. Jika perusahaan tertentu dalam memproduksi barang/jasa menghasilkan emisi CO2 kurang
dari batas maksimal, mereka memiliki nilai kredit.
3. Sebaliknya, jika perusahaan tertentu melebihi ambang batas emisi CO2, maka mereka
dapat mmbeli kredit dari prusahaan yang memiliki emisi di bawah ambang batas.
Implikasi dari perdagangan karbon ini adalah munculnya manajemen biaya karbon, dimana
ini merupakan efisiensi emisi CO2 dalam penggunaan bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya OH
pabrik, biaya OH lingkungan, serta isu-isu yang terkait dengan manajemen standar akuntansi
karbon. Pada akhirnya, implikasi dari carbon cost management ini adalah akuntansi karbon.
Perusahaan dapat menggabungkan pelaporan akuntansi karbon mereka dengan environmental
accounting reporting.
Terkait dengan era karbon, SKM (system control managemen) sebuah perusahaan
seharusnya didesain untuk menopang paradigma carbonaccounting. Dalam hal ini, dua aspek
penting SKM adalah, pertama, perilaku manajemen dalam mencapai target efisiensi karbon. Tanpa
perubahan perilaku manajemen dalam level personal, sistem perusahaan tidak akan mampu
menopang gagasan paradigma carbonaccounting. Kedua, sistem informasi reward dan punishment
di lingkungan manajemen dalam mencapai efisiensi karbon. Ketersediaan sistem tersebut akan
memicu akuntabilitas manajerial dalam efisiensi karbon, sebagai bagian dari tanggungjawan social
perusahaan dalam menyelamatkan dunia dari ancaman global warming.
Dalam perspektif paradigma carbonaccounting, dimensi penyelamatan ekologi adalah
faktor penting dalam keberlanjutan ekonomi negara, bahkan dunia. Oleh karena itu, paradigma
carbonaccounting harus didukung oleh corporate governance yang melingkupi kesehatan dan
keberlanjutan ekonomi sosial. Faktor penting implementasi carbonaccounting dalam perspektif
corporate governance adalah adanya jaminan dari institusi (profesi atau institusi hukum) tentang
akuntabilitas dan transparansi pelaporan manajemen karbon oleh perusahaan. Dua aspek tersebut
memberi dukungan pada keberlanjutan ekologi dan ekonomi sosial secara keseluruhan, sebagai
tujuan utama dalam efisiensi karbon.
Dampak Global Warming pada Profesi Akuntan dan Sistem Akuntansi
Terkait dengan bidang akuntansi, carbon cost management merupakan era baru gagasan
transaksi ekonomi berbasis ekologi, yang dinamakan akuntansi karbon (Carbonaccounting).
Dalam terminologi akuntansi, Carbonomics memberi dampak pada Carbonaccounting. Pada
tahapan selanjutnya, era Carbonacccounting akan berkembang jika didukung oleh berbagai sistem
dan perekayasaan akuntansi yang memadai. Pada era Carbonaccounting, sebuah gagasan untuk
menghubungkan produk dengan efisiensi CO2 perlu mendapat dukungan dan perhatian secara
serius, sebab satu gagasan dalam efisiensi emisi CO2 adalah satu tindakan dalam penyelamatan
dunia. Inilah makna penting Paradigma Carbonaccounting dalam pengembangan profesi dan
perekayasaan akuntansi dalam situasi dunia yang tengah dilanda kecemasan akibat global
warming.
Akuntansi karbon atau carbonaccounting merupakan salah satu kebutuhan pada era global
sekarang ini. Dimana maraknya industry yang menghasilkan limbah, emisi dalam operasionalnya
sehingga bisa mengakibatkan global warming pengaruh lingkungan lainnya, dan juga menganggu
kesehatan masayrakat. Maka dengan adanya akuntansi karbon yang kunci utamanya sebagai
efisiensi gas rumah kaca, khususnya Co2 yang terkait dengan proses produksi maupun penyediaan
barang dan jasa.
Selain itu, Standar akuntansi karbon merupakan isu strategis yang diduga mampu
mendorong paradigma Carbonaccounting. Standar akuntansi karbon, selain sebagai pijakan
transparansi dan akuntabilitas dalam pelaporan manajemen karbon, juga menjadi dasar bagi
pengambilan keputusan terkait dengan biaya produksi berbasis efisiensi emisi karbon. Karena
batas wilayah pencemaran emisi karbon dalam ruang udara bersifat semu, maka standar akuntansi
karbon juga harus mengatur tentang biaya litigasi dalam sengketa perdagangan karbon. Semakin
transparan dan akuntabel standar karbon akan semakin mendorong perubahan paradigma
manajemen menuju Carbonaccounting.
Jadi, seharusnya akuntansi karbon dipelajari dan ditetapkan dalam perusahaan yang dalam
operasionalnya menghasilkan limbah dan gas berbahaya lainnya. Kemudian terkait dengan era
karbon sekarang ini, sistem kontrol manajemen sebuah perusahaan seharusnya didesain untuk
menopang paradigma carbonaccounting. Dalam hal ini, dua aspek penting SKM adalah:
1. Perilaku manajemen dalam mencapai target efisiensi karbon. Tanpa perubahan perilaku
manajemen dalam level personal, sistem perusahaan tidak akan mampu menopang gagasan
paradigma carbonaccounting.
2. Sistem informasi reward dan punishment di lingkungan manajemen dalam mencapai
efisiensi karbon. Ketersediaan sistem tersebut akan memicu akuntabilitas manajerial dalam
efisiensi karbon, sebagai bagian dari tanggungjawan social perusahaan dalam
menyelamatkan dunia dari ancaman global warming.
Kesehatan masyarakat di sekitar industri juga akan membaik. Penerapan akuntansi karbon
juga bisa mengurangi potensi bencana alam. Masyarakat juga diuntungkan dengan pembangunan
sarana dan prasarana baru melalui kucuran dana dari hasil kemitraan REDD. Selain itu, akan
muncul lapangan pekerjaan baru yang menunjang penerapan akuntansi karbon di suatu negara.

Anda mungkin juga menyukai