Anda di halaman 1dari 12

JURNAL TAMBORA VOL. 3 NO.

2 JUNI 2019
http://jurnal.uts.ac.id
Science and Technology

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SERBUK EKSTRAK BELIMBING WULUH


(Averrhoa blimbi L.)
Reni Martina 1, Dinar Suksmayu Saputri 2 , Sahri Yanti3

1*Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Teknologi Sumbawa


2Program Studi Teknologi Hasil Pertanian /Fakultas Teknologi Pertanian
3 Universitas Teknologi Sumbawa

*Corresponding Author email: sahri.yanti@uts.ac.id

Abstract
Diterima The Averrhoa Blimbi L. is spread all over in Indonesia as home garden plant. It has not
Bulan Mei 2019 been yet cultivated and developed its utilization. The utilization of this Averrhoa Blimbi
L. that can be attempted is that as an instant powder. This fruit contains of chemical
elements functioning as natural antioxidant. This study attempts to investigate the
Diterbitkan variation concentration of Averrhoa Blimbi L. extract on antioxidant activity by using
Bulan Juli 2019 DPPH (1, 1-difenil-2-pikrilhidrazil) method and UV-Vis spectrophotometer. Based on
the result of the antioxidant activity test, it is found that different treatment shows
Keywords: different antioxidant activity. At concentration of Averrhoa Blimbi L.: sugar, Y1 (1:1) is
Aktivitas -7.8%, Y2 (2:1) is -3.4%, and Y3 (4:1) is 48.4%. This indicates that the more the extract
Antioksidan, of Averrhoa Blimbi L. is added, the higher antioxidant activity is. The organoleptic test
Serbuk Ekstrak in this study includes colour, aroma, texture, and taste. The most preferred treatment is
Y3 (Averrhoa Blimbi L.: sugar: = 4:1). The level of panelist acceptance score on the test
parameter is shown as follows: the colour is 2.34 (bright yellow), the aroma is 2.45 (a
little bit of sour aroma), the texture is 2.21 (smooth), and the taste is 2.15 (sweet and a
bit of sour).

PENDAHULUAN Daya simpan yang singkat, dan nilai


jualnya yang rendah menyebabkan pemanfaatan
Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
dan pengembangan buah belimbing wuluh belum
merupakan salah satu tanaman pekarangan rumah.
dilakukan secara optimal. Ferawati (2005) telah
Tanaman ini berasal dari Malaysia namun banyak
mengupayakan pengolahan belimbing wuluh untuk
ditemukan di Indonesia. Tanaman belimbing wuluh
dijadikan serbuk ekstrak Serbuk ekstrak
berbuah sepanjang tahun atau tidak musiman,
memudahkan masyarakat dalam memperoleh
sementara buahnya memiliki daya simpan yang
khasiatnya setiap saat, dan menambah nilai jual
relatif singkat, mempunyai rasa asam, sehingga
produk.
kurang disukai jika dikonsumsi secara langsung.
Sehingga bagi masyarakat Sumbawa, belimbing Mengingat potensi jumlah buah belimbing
wuluh dimanfaatkan sebagai bahan tambahan wuluh di Sumbawa yang tidak dimanfaatkan secara
makanan. Jika ditinjau dari khasiatnya, belimbing maksimal, maka perlu dilakukan “Uji Aktivitas
wuluh digolongkan sebagai buah yang memiliki Antioksidan Serbuk Ekstrak Belimbing Wuluh
aktivitas antioksidan yang bermanfaat bagi (Averrhoa bilimbi L.)”. Tujuannya adalah
kesehatan manusia, karena mengandung vitamin C. mengetahui cara pembuatan serbuk ekstrak
Vitamin C merupakan antioksidan yang dapat belimbing wuluh, menganalisis kadar antioksidan
melindungi sel dari agen penyebab kanker. menggunakan metode DPPH (1,1-difenil-2-
Senyawa antioksidan dapat menyumbangkan satu pikrilhidrazil) serta mengetahui pengaruh
atau lebih elektron kepada radikal bebas perbedaan konsentrasi ekstrak belimbing wuluh
(Suhartono, 2002) dengan gula terhadap aktivitas antioksidan.

ISSN 2527-970X | E-ISSN 2621- 542x


Copyright Jurnal TAMBORA 16
JURNAL TAMBORA VOL. 3 NO. 2 JUNI 2019
http://jurnal.uts.ac.id
Science and Technology

TINJAUAN PUSTAKA Selain sebagai antioksidan buah belimbing wuluh


Kandungan Belimbing Wuluh sangat bermanfaat sebagai obat batuk, mengobati
gusi berdarah, menghilangkan jerawat,
Belimbing wuluh merupakan tanaman
menghilangkan panu, menormalkan tekanan darah
pekarangan yang tidak memerlukan perawatan
tinggi, dan mengobati biduran. Selain itu air pada
khusus. Pohonnya hidup di ketinggian dari 5
buah tersebut dimanfaatkan sebagai pengawet ikan
sampai 500 mdpl. Tanaman ini mudah sekali
nila dan daging (Winarti, 1998).
tumbuh dan berkembangbiak melalui cangkok atau
persemaian biji. Jika ditanam lewat biji, pada usia Pembuatan Serbuk Ekstrak
3-4 tahun, sudah mulai berbuah dan setahunnya
Menurut Permana (2008), serbuk adalah
bisa mencapai 1.500 buah. Buahnya lonjong,
produk pangan yang berbentuk butiran, mudah
berwarna hijau muda dan kekuningan, mengandung
larut dalam air dingin atau panas, praktis dalam
banyak air dan rasanya asam (Lin, 1994).
penyajian dan memiliki daya simpan yang lama.
Pengolahan buah belimbing wuluh antara lain
Produk berbentuk serbuk telah lama dikembangkan
sebagai bumbu dapur, bahan pengawet makanan
dan hingga sekarang ini sudah banyak produk
dan obat batuk tradisional karena buahnya
serbuk ekstrak yang diedarkan. Pengolahan hasil
mempunyai rasa asam (Inyu, 2006).
pasca panen menjadi serbuk ekstrak dapat
Menurut Zakaria et al, (2007) dalam buah memperpanjang umur simpan buah (Muchtadi,
belimbing wuluh terkandung sekitar 6 mg/kg total 2010). Dalam pembuatan serbuk ekstrak, ada
senyawa volatil. buahnya memiliki antioksidan beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain
alami seperti vitamin A, C, beta-karoten dan pemilihan bahan, pemasakan dan pengkristalisasi.
sebagainya. Menurut Ikram et al, (2009) Belimbing Gula pasir dalam pembuatan serbuk ekstrak
wuluh memiliki nilai aktivitas antioksidan sebesar berpengaruh sebagai bahan pengkristal dan sebagai
91,89%. Manfaat produk berantioksidan ditentukan pemanis. Prinsip kristalisasi yaitu proses yang
oleh tingkat aktivitas antioksidannya. Beragam dilakukan dengan pemberian panas pada bahan
metode pengukuran telah dikembangkan untuk sampai terbentuk kristal. Penambahan gula dalam
mengukur karakteristik antioksidan (Erel, 2004 pembuatan serbuk ekstrak berfungsi sebagai
dalam Hassanbaglou dkk, 2012). pemanis, pengawet alami dan pengkristal. Gula
atau sukrosa mempunyai daya larut tinggi,
Adanya vitamin A, C dan E, buah maupun
kemampuan mengurangi kelembaban relatif dan
sayuran tersebut dapat berfungsi sebagai
mengikat air juga cukup besar sehingga bahan ini
antioksidan. Vitamin C pada buah belimbing wuluh
banyak digunakan untuk pengawetan makanan.
hampir sama dengan buah jeruk. (Gill et al., 2002).
Gula juga berfungsi membentuk tekstur, agen
Menurut Lingga (1990), kandungan vitamin C
pengikat flavour dan pembentuk flavour melalui
dalam buah belimbing wuluh sebesar 25 miligram
reaksi pencoklatan (browning) (Kumalaningsih,
dalam 100 gram. Kandungan vitamin C nya
2006). Sukrosa banyak terdapat tebu bisanya
mendekati kandungan vitamin C jeruk nipis yaitu
digunakan dalam bentuk kristal halus atau kasar.
sebesar 27 miligram/ 100 gram.
Sementara penggunaan dalam jumlah yang banyak,
Kandungan vitamin C yang cukup tinggi dipergunakan dalam bentuk cairan sukrosa (sirup).
tersebut menjadi acuan pemanfaatan buah (Winarno, 1997).
belimbing wuluh sebagai bahan baku pembuatan
Menurut Standar Nasional Indonesia 01-
serbuk ekstrak. Pengolahan belimbing wuluh
4320-1996, serbuk ekstrak adalah produk bahan
diharapkan memudahkan masyarakat
berbentuk serbuk yang dibuat dari campuran gula
mengkonsumsi, memanfaatkan khasiat - khasiat
dan rempah - rempah atau tanpa penambahan
belimbing wuluh, mengurangi kehilangan hasil
bahan makanan lain, dan bahan tambahan makanan
pertanian dan memper-panjang umur simpan
yang diizinkan. Dalam pembuatan serbuk ekstrak
(Muchtadi, 2000).
terjadi proses kristalisasi. Kristalisasi adalah suatu
proses pemisahan terjadi alih massa dari fase cair
menjadi kristalisasi padat (Earle, 2000).

17
JURNAL TAMBORA VOL. 3 NO. 2 JUNI 2019
http://jurnal.uts.ac.id
Science and Technology

Adapun tahap pembuatan serbuk ekstrak Produksi antioksidan di dalam tubuh manusia
antara lain: pencucian, penghancuran, penyaringan, terjadi secara alami untuk mengimbangi produksi
pencampuran, pemanasan, pengayakan. Pencucian radikal bebas. Peningkatan produksi radikal bebas
bertujuan untuk menghilangkan kotoran (tanah) terjadi akibat faktor stres, radiasi UV, polusi udara
yang menempel, dan memperoleh penampakan dan lingkungan sehingga diperlukan tambahan
yang baik. Pencucian dapat dilakukan dengan antioksidan dari luar (Sunarni, 2005).
menggunakan air atau dengan sikat (Baliwati, et al.,
Pada makanan, antioksidan digunakan
2004).
sebagai upaya untuk memperkecil terjadinya
Penghancuran dengan blender sampai kerusakan dalam makanan, memperpanjang masa
halus bertujuan untuk mengurangi endapan pada pemakaian dalam industri makanan, meningkatkan
ekstrak buah yang dihasilkan (Kumalaningsi dan stabilitas lemak yang terkandung dalam makanan
Suprayogi, 2006). Sementara penyaringan serta mencegah hilangnya kualitas sensori dan
bertujuan untuk mengurangi biji atau daging buah nutrisi (Hernani, 2005). Antioksidan tidak hanya
yang tidak hancur sempurna sehingga nanti akan digunakan dalam industri farmasi, tetapi juga
mempengaruhi penampilan dari produk yang digunakan secara luas dalam industri makanan dan
dihasilkan (Kumalaningsi, 2006). Pengayakan sebagainya (Tahir dkk, 2003).
bertujuan untuk menghasilkan tekstur yang
Salah satu metode untuk menganalisis
seragam agar dapat diolah lebih lanjut atau
aktivitas antioksidan adalah menggunakan DPPH
diperoleh penampilan atau bentuk komersial yang
(1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). DPPH biasanya
diinginkan (Bernasconi, et al., 2005).
digunakan sebagai substrat untuk menguji aktivitas
Analisis Antioksidan Menggunakan metode antioksidan. DPPH adalah bubuk kristal berwarna
DPPH gelap terdiri dari molekul radikal bebas yang stabil.
DPPH mempunyai berat molekul 394,32 dengan
Antioksidan dalam pengertian kimia
rumus C18H12N5O6 larut dalam air. Prinsipnya
adalah senyawa pemberi elektron (electron donors)
elektron ganjil pada molekul DPPH memberikan
dan secara biologi antioksidan merupakan senyawa
serapan maksimum pada panjang gelombang 517
yang mampu mengatasi dampak negatif oksidan
nm yang berwarna ungu. Warna ini akan berubah
dalam tubuh seperti kerusakan sel tubuh.
menjadi kuning lemah apabila elektron ganjil
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menangkal
tersebut berpasangan dengan atom hidrogen yang
radikal bebas. Penggunaan senyawa antioksidan
disumbangkan senyawa antioksidan. Reaksi terjadi
saat ini sudah semakin meluas seiring dengan
antara DPPH dengan atom H netral yang berasal
semakin besarnya pemahaman masyarakat tentang
dari antioksidan (Horton, 2006).
peranannya dalam menghambat penyakit seperti
penyakit jantung, kanker, serta gejala penuaan dini Metode sederhana untuk mengetahui
(Masaki, 2010). jumlahbesar aktivitas antioksidan yakni
mengunakan alat spektrofotometri dengan pereaksi
Antioksidan mempunyai peran
DPPH. Selain sederhana, juga mudah, dan
mengurangi kapasitas radikal bebas untuk
menggunakan sampel dalam jumlah yang sedikit
menimbulkan kerusakan. Ada dua cara dalam
dengan waktu yang singkat (Hanani 2005).
mendapatkan antioksdian, yaitu dari luar tubuh dan
dalam tubuh. Antioksidan didapatkan dengan METODE PENELITIAN
mengkonsumsi makanan dan minuman yang
Alat-alat yang digunakan adalah blender,
mengandung vitamin A, C, E, beta-karoten dan
wajan, pengaduk, kompor, saringan, tabung reaksi,
antoksidan enzim. Antioksidan terbagi menjadi
erlenmeyer, timbangan analitik, gelas ukur, labu
antioksidan enzim dan vitamin. Antioksidan enzim
takar, kuvet, botol vial dan Spektrofotometer UV-
meliputi superoksida dismutase (SOD), katalase
Vis.
dan glutation peroksidase (GSH.Prx). Antioksidan
Bahan yang digunakan adalah belimbing
vitamin lebih populer dibandingkan enzim.
wuluh Desa Pernek, Kecamatan Moyo Hulu,
Antioksidan vitamin mencakup alfa tokoferol
Kabupaten Sumbawa, NTB., air, gula, serbuk
(vitamin E), beta karoten dan asam askorbat
DPPH (1,1-Difenil-2-pikrilhidrazil) dan metanol.
(vitamin C) yang banyak didapatkan dari tanaman
Pembuatan Serbuk Ekstrak Belimbing
dan hewan (Sofia, 2006).
Wuluh antara lain Belimbing wuluh dicuci bersih,
kemudian disaring. Ekstrak belimbing wuluh

18
JURNAL TAMBORA VOL. 3 NO. 2 JUNI 2019
http://jurnal.uts.ac.id
Science and Technology

dituangkan ke dalam wajan lalu dipanaskan dengan


api sedang. Setelah mendidih, lalu tambahkan gula
dengan perbandingan ekstrak belimbing wuluh dan
gula, 1:1, 2:1, dan 4:1. Kemudian diaduk sampai
mengkristal lalu diamkan selama beberapa menit
sampai serbuk dingin. Dilakukan proses
pengayakan untuk mendapatkan hasil serbuk yang Y1 Y2 Y3
seragam. Serbuk ekstrak belimbing wuluh siap
untuk diuji. Gambar 1. Serbuk Ekstrak Belimbing Wuluh
Uji Antioksidan (Kekuda et al, 2010)
Ket:
Serbuk ekstrak belimbing wuluh sebanyak Y1: ekstrak belimbing wuluh: gula = 1:1
5 gr dimasukkan ke dalam labu takar 25 mL dan Y2: ekstrak belimbing wuluh: gula = 2:1
ditambahkan 25 mL metanol hingga tanda batas. Y3: ekstrak belimbing wuluh: gula = 4:1
Larutan yang telah diencerkan ditambahkan 2 mL
larutan DPPH 20 ppm dimasukkan ke dalam botol Berdasarkan gambar 1, terlihat perbedaan
vial. Kemudian diinkubasi selama 30 menit pada warna yaitu Y1 agak coklat dibandingkan dengan
suhu ruang. Campuran yang telah diinkubasi Y2 kuning dan Y3 warnanya lebih kuning.
dimasukkan dalam kuvet dan diukur serapannya Perbedaan warna terjadi karena perlakuannya
pada panjang gelombang 517 nm menggunakan berbeda. Perlakuan Y2 dan Y3 konsentrasi ekstrak
Spektrofotometer UV-Vis. belimbing wuluhnya lebih banyak dibandingkan
Uji Organoleptik (Setyaningsih et al., 2010) Y1. Semakin banyak penambahan ekstrak
belimbing wuluh, maka warnanya semakin
Sebanyak 25 orang panelis yang menarik. Warna kuning pada serbuk ekstrak
memberikan penilaiannya berdasarkan tingkat belimbing wuluh berasal dari vitamin C dan
kesukaannya terhadap produk meliputi warna, flavonoid. Flavonoid merupakan pigmen tumbuhan
aroma, tekstur dan rasa. Pengujian yang dilakukan dengan warna kuning, kuning jeruk, dan merah
adalah menggunakan metode hedonik (uji yang dapat ditemukan pada buah, sayuran dan
kesukaan) dengan skala penilaian 1-5 yaitu (1) sebagainya. Vitamin C adalah vitamin yang larut
sangat tidak suka (2) tidak suka (3) agak suka (4) dalam air. Adapun struktur vitamin C dapat dilihat
suka (5) sangat suka. pada gambar 2.
Rancangan Percobaan HO
CH2
Rancangan percobaan yang digunakan
pada kegiatan penelitian ini adalah rancangan acak CH
lengkap dengan 1 faktor variasi konsentrasi O OH
CH
belimbing wuluh dengan gula pada serbuk ekstrak. O C
Taraf pada faktor jenis perlakuan yaitu: C
C
Y1: ekstrak belimbing wuluh: gula = 1:1 OH
Y2: ekstrak belimbing wuluh: gula = 2:1 HO
Y3: ekstrak belimbing wuluh: gula = 4:1 Gambar 2. Struktur Kimia Vitamin C

Ulangan Perlakuan
Semakin cepat terjadi perubahan warna, semakin
Y1 (1:1) Y2 (2:1) Y3 (4:1) kuat kemampuannya dalam menangkal radikal
1 Y11 Y21 Y31 bebas. Terjadi absorbansi yang rendah ketika
2 Y12 Y22 Y32 radikal DPPH dihambat oleh senyawa antioksidan
3 Y13 Y23 Y33 melalui proses donor hidrogen (Molyneux, 2004).
Adapun reaksi DPPH-antioksidan terlihat pada
HASIL DAN PEMBAHASAN gambar 3.
Hasil pembuatan serbuk ekstrak belimbing wuluh
dengan berbagai perbandingan ekstrak belimbing
wuluh dapat dilihat pada gambar 1.

19
JURNAL TAMBORA VOL. 3 NO. 2 JUNI 2019
http://jurnal.uts.ac.id
Science and Technology

CH NO 2 Nilai aktivitas antioksidan pada perlakuan


CH
HC
C
Y1, Y2 dan Y3 yaitu -7,8%, -3,4% dan 48,4%.
C N CH Semakin banyak penambahan belimbing wuluh
CH N C
CH C maka aktivitas antioksidan serbuk ekstrak semakin
C O 2N tinggi. Hal ini dikarenakan pada perlakuan Y3
CH
C NO 2 memiliki ekstrak belimbing wuluh lebih banyak
CH
CH dibandingkan dengan YI dan Y2.
HC Dari hasil yang telah didapat diketahui
CH
CH
+ AH bahwa nilai kandungan antioksidan tertinggi pada
sampel serbuk ekstrak belimbing wuluh pada
CH NO 2 perlakuan Y3. Hal ini sejalan dengan pernyataan
CH Green (2004), nilai aktivitas antioksidan meningkat
HC
NH C
C CH seiring dengan meningkatnya penambahan sampel
CH N C dikarenakan semakin banyak senyawa antioksidan
CH C
C O 2N pada sampel yang menghambat radikal bebas
CH
C NO 2 DPPH. Adapun kandungan yang termasuk
CH antioksidan didalam belimbing wuluh yaitu vitamin
CH
HC A, C, beta-karoten, flavonoid dan sebagainya (Gill
CH et al., 2002).
CH
Gambar 3. Struktur DPPH Sebelum dan Setelah Untuk mengetahui adanya pengaruh
Menerima Donor Atom H (Molyneux, 2004) aktivitas antioksidan pada serbuk ekstrak belimbing
wuluh, selanjutnya dilakukan uji analisa ragam
Hasil pengujian aktivitas antioksidan dengan (ANOVA). Berdasarkan uji ANOVA aktivitas
metode radikal bebas DPPH pada serbuk ekstrak antioksidan pada serbuk ekstrak belimbing wuluh
belimbing wuluh diketahui grafik semakin naik. menunjukkan nilai F hitung (30,720) lebih besar
dari F tabel (5,143). Nilai P-value (0,001) lebih
kecil dari nilai α (0,05) sehingga dilakukan uji
Aktivitas Antioksidan (%)

48,4 b
50 lanjut. Pada Y1 dan Y2 tidak terdapat beda nyata
40 y = 43,8 + 28,1x sedangkan pada Y1 dan Y3 terdapat beda nyata.
30
Uji Organoleptik
20

10 Uji organoleptik yang dilakukan adalah uji


0
-7,8 a -3,4 a hedonik (uji kesukaan) pada minuman serbuk
-10
40 Y1 50 Y2 60 Y3 instan belimbing wuluh. Pengujian melibatkan 25
Konsentrasi orang panelis yang tidak terlatih untuk memberikan
penilaian berdasarkan tingkat kesukaannya
Grafik 4. Hasil Aktivitas Antioksidan terhadap produk meliputi warna, aroma, tekstur dan
rasa. Pengujian yang dilakukan adalah
Ket:
menggunakan metode hedonik (uji kesukaan)
Y1 = ekstrak belimbing wuluh: gula = 1:1 dengan skala penilaian 1-5 yaitu (1) sangat tidak
Y2 = ekstrak belimbing wuluh: gula = 2:1 suka (2) tidak suka (3) agak suka (4) suka (5)
Y3 = ekstrak belimbing wuluh: gula = 4: sangat suka.Adapun hasil rata-rata dari parameter
uji warna, aroma, tekstur dan rasa dapat dilihat
padagrafik 4.3.

2.3 2,23
2,16
Skala Penilaian

2.2 2,10
2.1
2 1,92
1.9
1.8
1.7
warna aroma tekstur rasa

Grafik 5. Hasil Organoleptik Serbuk Ekstrak


Belimbing Wuluh

20
JURNAL TAMBORA VOL. 3 NO. 2 JUNI 2019
http://jurnal.uts.ac.id
Science and Technology

Hasil organoleptik penilaian rata-rata Pada grafik 6 pengujian organoleptik


panelis untuk warna, aroma, tekstur dan rasa yaitu terhadap warna berkisar antara 2,11 sampai 2,34.
2,23; 2,16; 2,10 dan 1,92. Pada produk serbuk Warna produk pada perlakuan Y3 yaitu memperoleh
ekstrak belimbing wuluh yang paling tinggi tingkat skor tertinggi sebanyak 2,34, karena memiliki
penerimaan panelis yaitu pada warna dengan rata- warna lebih menarik yaitu kuning cerah. Perlakuan
rata 2,23 sedangkan tingkat yang paling rendah Y1 dan Y2 warna dari produknya memiliki warna
terdapat pada rasa yaitu dengan rata-rata 1,9. Dari yang agak coklat dan kuning pudar dibandingkan
hasil tingkat penerimaan panelis uji organoleptik dengan Y3. Warna kuning pada serbuk ekstrak ini
terdapat pada skor 2 (agak tidak suka). Berdasarkan dikarenakan di dalam belimbing wuluh terdapat
uji ANOVA pada hasil organoleptik didapatkan kadar vitamin C yang berwarna kuning. Semakin
pada uji warna dan tekstur tidak terdapat beda banyak belimbing wuluh yang ditambahkan maka
nyata atau tidak ada pengaruh pada penambahan warna produk semakin cerah. Hal ini dikarenakan
ekstrak belimbing wuluh. Sedangkan pada uji semakin banyak kadar vitamin C dalam serbuk
aroma dan rasa terdapat beda nyata atau ada ekstrak belimbing wuluh maka menghasilkan
pengaruh pada penambahan ekstrak belimbing warna semakin menarik.
wuluh.
Perubahan warna kuning pudar dan agak
Grafik 5 menunujukkan uji organoleptik coklat pada perlakuan Y1 dan Y2 disebabkan karena
yang memiliki tingkat penerimaan panelis paling sifat vitamin C yang mudah teroksidasi oleh panas.
tinggi yaitu pada warna produk. Warna berkaitan Pada proses pemanasan gula juga dapat berpotensi
erat dengan penerimaan produk pangan. Walaupun menyebabkan terjadinya karamelisasi. Gula yang
suatu produk bernilai gizi tinggi, aroma, rasa dan dipanaskan terlalu lama, maka warnanya akan
tekstur menarik namun jika warnanya kurang berubah menjadi coklat disertai dengan perubahan
menarik maka produk tersebut kurang diminati. Hal cita rasa. Winarno (1997) mengatakan bahwa pada
ini karena warna merupakan parameter pertama proses karamelisasi sukrosa terpecah menjadi
yang menentukan tingkat penerimaan konsumen glukosa dan fruktosan. Suatu bahan pangan
terhadap suatu produk (Fennema, 1985). Berbagai meskipun dinilai enak, tetapi memiliki warna yang
kerusakan seperti ketengikan, perubahan nilai gizi, tidak menarik, penentuan mutu suatu bahan pangan
perubahan aroma dan warna, serta kerusakan fisik pada umumnya tergantung pada warna (Winarno,
lain pada produk pangan karena oksidasi dapat 2002).
dihambat oleh antioksidan (Cooper dan Emory,
Untuk mengetahui adanya pengaruh warna
1997).
pada serbuk ekstrak belimbing wuluh, selanjutnya
dilakukan uji analisa ragam (ANOVA).
Uji Warna Berdasarkan uji ANOVA pada serbuk ekstrak
belimbing wuluh menunjukkan bahwa tidak
Warna merupakan salah satu parameter
terdapat beda nyata pada perlakuan Y1, Y2 dan Y3.
penting yang menentukan kualitas suatu produk.
Hal ini berdasarkan tabel menunjukkan nilai F
Hasil analisis organoleptik warna serbuk ekstrak
hitung (1,985) lebih kecil dari F tabel (3,12). Nilai
belimbing wuluh dapat dilihat pada grafik 6.
P-value (0,145) lebih besar dari nilai 𝜶 (0,05)
2,34 sehingga H0 ditolak, tidak dilakukan uji lanjut.
2,29
2.5 2,11
Skala Penilaian

Uji Aroma
2
1.5 Peranan aroma dalam produk pangan sama
1
pentingnya dengan warna karena akan menentukan
daya terima konsumen. Hasil analisis organoleptik
0.5
aroma serbuk ekstrak belimbing wuluh dapat
0 dilihat pada grafik 4.5.
Y1 Y2 Y3
Perlakuan
2,45 b
2,17 a
2.5 1,87 a
Grafik 6. Hasil Uji Warna Serbuk Ekstrak
Skala Penilaian

2
Belimbing Wuluh 1.5
1
0.5
0
Y1 Y2 Y3
Perlakuan

21
JURNAL TAMBORA VOL. 3 NO. 2 JUNI 2019
http://jurnal.uts.ac.id
Science and Technology

Grafik 7. Hasil Uji Aroma Serbuk Ekstrak Uji Tekstur


Belimbing Wuluh
Tekstur adalah titik-titik kasar atau halus
Pada grafik 7 aroma yang memiliki tingkat yang tidak teratur pada suatu permukaan. Tekstur
penerimaan panelis paling tinggi terdapat pada pada serbuk ekstrak belimbing wuluh ini dapat
perlakuan Y3 yaitu 2,45 sedangkan aroma produk disebabkan dengan penambahan gula. Penambahan
yang paling rendah yaitu pada perlakuan Y1 yaitu gula dapat berfungsi sebagai pembentuk tekstur.
1,87. Berdasarkan skor dari parameter tingkat Pembentukan tekstur yang dimaksud adalah
kesukaan menyatakan panelis tidak suka dari aroma pembentukan kristalisasi. Pada proses kristalisasi
serbuk ekstrak belimbing wuluh. Hal ini yang kurang sempurna atau seragam maka
berdasarkan tingkat kesukaan panelis mengatakan didapatkan tekstur yang kurang disukai oleh
bahwa pada perlakuan Y3 terdapat ada sedikit panelis. Pada pembentukan kristalisasi dapat
aroma asam dari serbuk ekstrak belimbing wuluh. dipengaruhi oleh gula (Gardjito dan Sari, 2005).
Aroma asam pada serbuk ekstrak belimbing wuluh Adapun hasil analisis organoleptik tekstur dapat
ini karena adanya beberapa kandungan asam pada dilihat pada grafik 8.
belimbing wuluh. Kandungan asam pada belimbing
wuluh yaitu asam asetat, asam sitrat, asam format,
2,08 2,21
asam laktat, asam oksalat dan asam askorbat 2.5 1,99

Skala Penilaian
Subhadrabandhu (2001). Adapun asam asetat 2
berfungsi sebagai pemberi rasa asam dan aroma 1.5
dalam makanan. Aroma asam dapat disebabkan 1
oleh senyawa volatil yang dihasilkan dari hidrolisis 0.5
asam oksalat. Asam sitrat yang terkena panas tidak
0
menghasilkan aroma (Gaman dan Sherington, Y1 Y2 Y3
1992).
Perlakuan
Untuk mengetahui adanya pengaruh
aroma pada serbuk ekstrak belimbing wuluh, Grafik 8 Hasil Uji Tekstur Serbuk Ekstrak
selanjutnya dilakukan uji analisa ragam (ANOVA). Belimbing Wuluh
Berdasarkan uji ANOVA pada serbuk ekstrak
belimbing wuluh menunjukkan bahwa F hitung Pada grafik 4.5 pengujian dilakukan untuk
(6,707) lebih besar dari F tabel (3,12) dan P-value mengetahui tanggapan kesukaan panelis terhadap
(0,002) lebih kecil dari 𝛼 (0,05) yaitu signifikan tekstur serbuk ekstrak. Tekstur yang memiliki
sehingga dilakukan uji lanjut. Pada perlakuan Y1 tingkat penerimaan panelis paling tinggi terdapat
dan Y2 tidak terdapat beda nyata sedangkan pada pada perlakuan Y3 yaitu 2,21. Sedangkan tekstur
Y1 dan Y3 terdapat beda nyata. yang memiliki rata-rata terendah yaitu pada
perlakuan Y1 dan Y2. Pada perlakuan Y1 memiliki
Setiap buah mempunyai aroma yang khas dan tekstur serbuk ekstrak belimbing wuluh agak kasar
penambahan pada suatu bahan pengolahan dapat dibandingkan Y2 dan Y3. Berdasarkan dari skor
mempengaruhi aroma. Aroma suatu produk pangan parameter tingkat kesukaan menyatakan panelis
dapat dinilai dengan cara mencium bau yang tidak suka dari tekstur serbuk ekstrak belimbing
dihasilkan dari produk tersebut. Indusri pangan wuluh. Hal ini pada proses penghalusan serbuk
menganggap aroma sangat penting diuji karena ekstrak belimbing wuluh tidak menggunakan
dapat memberikan penilaian terhadap hasil blender atau penghalusan sehingga tekstur yang
produksinya(Winarno, 2002). didapat kurang halus atau tidak seragam
Untuk mengetahui adanya pengaruh
tekstur pada serbuk ekstrak belimbing wuluh,
selanjutnya dilakukan uji analisa ragam (ANOVA).
Dari uji ANOVA menunjukkan tidak terdapat beda
nyata pada perlakuan Y1, Y2 dan Y3. Nilai F hitung
(1,261) lebih kecil dari F tabel (3,12) dan nilai P-
value (0,290) lebih besar dari nilai 𝛼 (0,05)
sehingga tidak dilakukan uji lanjut.

22
JURNAL TAMBORA VOL. 3 NO. 2 JUNI 2019
http://jurnal.uts.ac.id
Science and Technology

Uji Rasa PENUTUP


Rasa memiliki peranan penting dalam Kesimpulan
menentukan penerimaan suatu produk.
Cara pembuatan serbuk ekstrak belimbing
Penginderaan rasa terbagi menjadi empat rasa yaitu
wuluh yaitu bahan dicuci, diblender, disaring untuk
manis, asin, pahit dan asam. Penerimaan panelis
memisahkan ekstrak dengan ampasnya. Ekstrak
terhadap rasa dipengaruhi oleh senyawa kimia,
dicampur dengan gula kemudian dipanaskan
suhu, konsentrasi dan interaksi dengan komponen
sampai mengkristal dan dilakukan proses
rasa yang lain. Hasil analisis organoleptik warna
pengayakan untuk mendapatkan hasil serbuk
minuman serbuk ekstrak belimbing wuluh dapat
ekstrak yang seragam.Konsentrasi yang digunakan
dilihat pada grafik 9.
pada penelitian ini ekstrak belimbing wuluh: gula
Pengujian organoleptik terhadap rasa (1:1, 2:1, dan 4:1). Konsentrasi yang memiliki
berkisar antara 1,79 sampai 2,15. Organoleptik dari tingkat penerimaan panelis tertinggi terhadap
ketiga perlakuan pada rasa menunjukkan bahwa warna (2,34), aroma (2,45), tekstur (2,21) dan rasa
penilaian tingkat penerimaan panelis relatif sama (2,15) yaitu Y3 dengan konsentrasi ekstrak
atau panelis tidak menyukai rasa dari serbuk belimbing wuluh: gula = 4:1. Analisis antioksidan
ekstrak belimbing wuluh. Berdasarkan tingkat menggunakan metode DPPH yaitu dengan alat
penerimaan panelis rasa produk yang memiliki spektrofotometri UV-Vis. Kemudian diukur
tingkat penerimaan panelis tertinggi terdapat pada serapannya pada panjang gelombang 517 nm
perlakuan Y3 yaitu 2,15 (manis dan sedikit asam) dengan tujuan untuk menguji kemampuan aktivitas
sedangkan rasa produk yang paling rendah terdapat antioksidan yang terkandung dalam makanan.
pada perlakuan Y1 yaitu 1,79. Hal ini dikarenakan Aktivitas antioksidan pada serbuk ekstrak
semakin banyak penambahan ekstrak belimbing belimbing wuluh yang tertinggi terdapat pada
wuluh sehingga akan mempengaruhi rasa dalam perlakuan Y3 (4:1) yaitu 48,4. Semakin banyak
produk. ekstrak belimbing wuluh yang ditambahkan maka
semakin besar aktivitas antioksidan pada serbuk
Adanya rasa manis dan asam pada serbuk
instan
ekstrak belimbing wuluh ini berasal dari gula dan
kandungan asam pada belimbing wuluh. Adapun Ucapan Terima Kasih
kandungan asam pada belimbing wuluh adalah
Penulis mengucapkan terimakasih kepada
asam sitrat. Asam sitrat berfungsi sebagai pemberi
laboran kimia analitik Universitas Mataram, dan
rasa asam dan mengikat logam yang dapat
semua keluarga Dekanat FATETA UTS yang
mengkatalisis komponen cita rasa/ warna (Luthana,
selalu memberikan saran dan masukan sehingga
2009).
penelitian dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
2.5 2,15 b .
1,79 a 1,83 a
Skala Penilaian

2 Badan Standarisasi Nasional. 1996. SNI 01-4320-


1.5 1996: Syarat Mutu Minuman Serbuk Instan.
Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
1
Baliwati, Y. F., A. Khomsan dan C. M. Dwiriani,
0.5 2004, Pengantar Pangan dan Gizi, Penebar
0 Swadaya, Jakarta.
Y1 Y2 Y3 Bernasconi, G., H. Grester, H. Hauser, H. Satuble
Perlakuan dan E. Schneiter, 2005. Teknologi Kimia
Bagian 2. Terjemahan L, Hadojo, Pradnya
Grafik 9. Hasil Uji Rasa Serbuk Ekstrak Paramita, Jakarta.
Belimbing Wuluh Buckle, K. A., R. A. Edwards., G. H. Fleet, dan M.
Wooton. 1987. Ilmu Pangan (terjemahan).
Pengaruh rasa pada minuman serbuk UI Press, Jakarta.
ekstrak belimbing wuluh, selanjutnya dilakukan uji Cooper and Emory .1997. Metode Penelitian
analisa ragam (ANOVA). Berdasarkan uji ANOVA Bisnis. Jakarta: Erlangga.
didapatkan nilai F hitung 7,494 lebih besar dari F De Groot, H. dan Rauen, U., 1998, Tissue Injury
tabel 3,12 dan nilai P-value (0,001) lebih kecil dari By Reactive Oxygen Species and the
nilai 𝛼 (0,05) sehingga dilakukan uji lanjut. Hasil Protective Effects of Flavonoids, Fundam.
dari uji lanjut menunjukkan bahwa perlakuan Y1 Clin. Pharmachol., 12, 249-255.
dan Y2 tidak terdapat beda nyata sedangkan pada Earle, R.L. (2000). Unit Operation In Food
Y1 dan Y3 terdapat beda nyata. Processing. II Edition or Letter. Pergamen
Press, New York.

23
JURNAL TAMBORA VOL. 3 NO. 2 JUNI 2019
http://jurnal.uts.ac.id
Science and Technology

Ferawati, Y. (2005), Pengaruh Konsentrasi CaCl2 Kumalaningsi S. dan Supriyanto, 2006. Tamarillo
dan Metode Pengeringan Terhadap Sifat (Terung Belanda). Trubus Agrisarana,
Fisik, Kimia dan Organoleptik Belimbing Surabaya.
Wuluh Kering, Skripsi, JurusanTeknologi Luthana, Y. K., 2009. Asam Sitrat.
Hasil Pertanian, Universitas Muhammadiah http://www.wikipedia.org. Diakses pada
Malang, Malang. tanggal 21 agustus 2017.
Gaman PM, Sherington KB. 1992. Ilmu Pangan, Masaki, H. (2010) “Role of Antioxidants in the
Pengantar Ilmu Pangan,Nutrisi dan Skin: Anti-Aging Effects”. Journal of
Mikrobiologi, Murdijati G, et al, Dermatological Science. 58:85-90.
Penerjemah, Yogyakarta:Penerbit Gajah Muchtadi, 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan.
Mada University Press, Terjemahan dari: Bogor: Alfabeta CV.
The Sciece Of Food, An Introduction to Molyneux, P. (2004). “The Use of the Stable Free
Food Science, Nutricion and Mikrobiology. Radical Diphenylpicrylhydrazil (DPPH) for
Gardjito, Theresia Fitria Kartika Sari dan Murdijati. Estimating Antioxidant Activity”.
2005, Pengaruh Penambahan Asam Sitrat Songklanakarin J. sci. technol. 26 (2): 211-
Dalam Pembuatan Manisan Kering Labu 219.
Kuning (Cucurbita Maxima) Terhadap Sifat- Permana. 2008. “Bagaimana Cara Membuat
Sifat Produknya, Jurnal Teknologi Minuman Serbuk Instan”.
Pertanian, 1(2): 81-85. http://awpermana.com. Diakses pada hari
Gill, M.I., Tomas, F.A.B., Pierce, B.H., and Kader, Rabu, 8 Februari 2017.
A.A., 2002, Antioxidant Capacities, Setyaningsih, D., Apriyantono, A., dan Puspita,
Phenolic Compounds, Carotenoids, and S.M. 2010. Analisa Sensori untuk Industri
Vitamin C Contents of Nectarine, Peach, and Pangan dan Agro. IPB Press. Bogor.
Plum Cultivars from California, J. Agric. Sofia, D. 2006. “Antioksidan dan Radikal Bebas”.
Food Chem,50, 4976-4982. http://www.chemistry.org.
Hanani, E., A. Mun’im., R. Sekarini. 2005. Subhadrabandhu, S. 2001. Under Utilized Tropical
Identifikasi senyawa antioksidan dalam Fruits of Thailand. Food and Agriculture
spons Callispongia sp dari Kepulauan Organization of the United Nations Regional
Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian 2:127- Office for Asia and the Pacific. Bangkok,
133. Thailand.
Hassanbaglou, B., Hamid, A. A., Roheeyati, A. M., Suhartono, E., Fujiati, Aflanie, I. (2002). Oxygen
Saleh, N. M., Abdulamir, A. S., Khatib, A., toxicity by radiation and effect of glutamic
Sabu, M. C. (2012), “Antioxidant Activity of piruvat transamine (GPT) activity rat
Different Extracts From Leaves of Pereskia plasma after vitamine C treatmen, Diajukan
bleo (Cactaceae)”, Journal of Medicinal pada Internatinal seminar on Environmental
Plants Research, Vol. 6, No. 15, hal 2932- Chemistry and Toxicology, Yogyakarta.
2937. Sunarni, T. (2005). “Aktivitas Antioksidan
Hernani, Raharjo, M, (2005), Tanaman Berkhasiat Penangkap Radikal Bebas Beberapa
Antioksidan, Penebar Swadya, Jakarta. Kecambah dari Biji Tanaman Familia
Horton, H. R. Et al. (2006), Principles of Papilionaceae”, Jurnal Farmasi Indonesia,
Biochemistry, 4th ed. Upper Saddle River, Vol. 2, No. 2, hal. 53-61.
NJ: Pearson/prentice. Tahir, I., Wijaya, K., Widianingsih, D. (2003),
Ikram, E. H. K, Ismail, A, et al. (2009), “Terapan Analisis Hansch untuk Aktivitas
“Antioxidant capacity and total phenolic Antioksidan Senyawa Turunan
content of malaysian underutilized fruits”. Flavon/Flavonol”, Seminar on
Journal of Food Composition and Analisys, Chemometrics- Chemistry Dept Gadjah
Vol. 22, No. 5, hal 388-393. Mada University, 25 Januari. Yogyakarta.
Inyu. 2006. “Belimbing Wuluh (Averrhoa Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT.
bilimbiL.)”. http://inyu.multiply.com. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Diakses pada hari Kamis, 2 Februari 2017. Winarno, F.G. (1997). Kimia Pangan dan Gizi.
Kekuda T. R. P., Vinayaka K. S., Kumar S. V. P., Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sudharshan S. J. 2010, Antioxidant and Winarno F.G, Fardiaz S, Fardiaz, D. 1980.
Antibacterial Activity of Lichen Extracts, Pengantar Teknologi Pangan. PT. Gramedia,
Honey and Their Combination, Journal of Jakarta.
Pharmacy Research, 2 (12): 1875-1878. Winarti, S. 1998. Mikroflora Fermentasi Gatot
Kumalaningsih. (2006). Antioksidan Alami (Molded cassava) Tradisional.
Penangkal Radikal Bebas. Trubus Skripsi.Yogyakarta: Fakultas Teknologi
Agrisarana. Surabaya. Pertanian Universitas Gadjah Mada.

24
JURNAL TAMBORA VOL. 3 NO. 2 JUNI 2019
http://jurnal.uts.ac.id
Science and Technology

Zakaria Z. A., Mohd N. A., Hazalin N., et al, 2007.


Antinociceptive, anti-inflammatory and
antipyretic effects of Muntingia calabura
aqueous extract in animal models. J. nat.
med. 61:443-8.

25
JURNAL TAMBORA VOL. 3 NO. 2 JUNI 2019
http://jurnal.uts.ac.id
Science and Technology

25
JURNAL TAMBORA VOL. 3 NO. 2 JUNI 2019
http://jurnal.uts.ac.id
Science and Technology

26

Anda mungkin juga menyukai