Anda di halaman 1dari 138

KARYA TULIS ILMIAH

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. A DENGAN POST OPERASI SECTIO


CAESAREA DENGAN INDIKASI PRE EKLAMSI BERAT DIRUANG
RAWAT INAP KEBIDANAN RUMAH SAKIT
ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
TAHUN 2015

OLEH

RETNO TRIWAHYUNI
NIM: 12103084015375

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS
SUMATERA BARAT
TAHUN 2015
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. A DENGAN POST OPERASI SECTIO
CAESAREA DENGAN INDIKASI PRE EKLAMSI BERAT DIRUANG
RAWAT INAP KEBIDANAN RUMAH SAKIT
ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
TAHUN 2015

LAPORAN STUDI KASUS

DiajukanUntukMemenuhi Salah SatuSyaratDalammenyelesaikanPendidikan


Program Diploma III Keperawatan Di STIKesPerintis Sumatera Barat

OLEH

RETNO TRIWAHYUNI
NIM : 12103084015375

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS
SUMATERA BARAT
TAHUN 2015
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS BUKITTINGGI
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

Karya Tulis Ilmiah, Laporan Studi Kasus Juli 2015

RETNO TRIWAHYUNI
NIM : 12103084015375

Asuhan Keperawatan Pada Ny.A Dengan Post Operasi Sectio Caesarea Dengan
Indikasi Preeklamsi Berat di Ruang Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Ahmad
Mochtar Bukittinggi Tahun 2015

Vi + V Bab ( 108Halaman ) + 7Tabel + 3Gambar + 4 Lampiran

ABSTRAK

Sectio caesarea adalah tindakan operasi paling konservasif. Indikasi tindakan operasi
obsetric dipertimbangkan dengan melihat adanya indikasi pada ibu, indikasi pada janin,
indikasi profilaks dan indikasi vital. Salah satu indikasi dilakukan tindakan Sectio Caesarea
adalah Preekalmpsia berat. Preeklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang
ditandai dngan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan
edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Berdasarkan data pasien post SC di RSUD Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi dari bulan Januari – Mei 2015 yaitu sebanyak 131 orang
dengan indikasi pre eklamsi, CVD, letak sungsang. Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk
mengetahui gambaran asuhan keperawatan yang tepat bagi klien dengan tindakan sectio
caesarea dengan preeklamsi berat. Penyusunan karya tulis ini menggunakan metode
deskriptif .Tehnik pengambilan data yang digunakan adalah wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Hasil laporan kasus ditemukan data pada Ny.A
telah memunculkan beberapa diagnosa diantaranya diagnosa gangguan rasa nyaman ( nyeri )
berhubungan dengan trauma pembedahan post sectio caesarea teratasi sebagian dengan
teknik relaksasi dan pemberian analgetik, diagnosa infeksi berhubungan dengan luka post op
sectio caesarea tertasi sebagian dengan melakukan perawatan luka, dan diagnosa cemas
berhubungan dengan krisis situasi sudah teratasi dengan memberikan informasi tentang
keadaan bayi dan kondisinya saat ini. Untuk mencegah meningkatnya preeklamsi
beratsebaiknya pasien di beri informasi yang memadai mengenai preeklamsiitu sendiri dan
aspek-aspeknya. Dengan diperolehnya informasi yang cukup maka pencegahan pun dapat
dilakukan dengan segera. Dan adapun untuk pasien yang telah mengalami atau menderita
post op sc dengan indikasi preeklamsi, maka harus segera dilakukan perawatan yang intensif,
agar tidak terjadi infeksi pada luka post op.

Kata kunci : Sectio Caesarea, Preeklamsi Berat

Daftar Bacaan : 10 ( 2001 – 2013 )


School Of Health Science, Perintis Fundation, West Sumatera
Diploma Of Nursing
Scientific Papers, July 2015

RETNO TRIWAHYUNI
12103084015375

Nursing Care Plan Ny. A With Post Surgery Sectio Caesarea DenganIndikasi
Preeclampsia weight in Inpatient Obstetrics Space Hospital Ahmad Mochtar
Bukittinggi 2015

Vi + V chapter (108 pages) + 7 Table +3 Pictures +4 Enclosure

ABSTRACT

Sectio caesarea is most konservasif surgery. Indications surgery obsetric considered


to see indications of maternal, fetal indications, indications and indications profilaks
vital. One indication of Caesarea Sectio action is Preekalmpsia weight. Severe
preeclampsia is a pregnancy complication marked, with the onset of hypertension
160/110 mmHg or more accompanied by proteinuria and edema at 20 weeks or
more. Based on data from patients in hospitals post SC Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi from January - May 2015 as many as 131 people with pre-eclampsia
indication, CVD, breech. Scientific Paper is to describe the proper nursing care for
clients with action sectio caesarea with severe preeclampsia. The preparation of this
paper uses descriptive method .Data engineering retrieval used were interviews,
observation, physical examination and documentation. Results of case reports found
the data on Ny.A has raised some diagnostics including diagnosis of a disorder
comfortable feeling (pain) associated with post surgical trauma sectio caesarea
partially resolved with relaxation techniques and providing analgesic, diagnosis of
infection associated with post-op wound sectio caesarea tertasi partly by doing
wound care, and diagnosis of anxiety associated with the crisis situation is resolved
by providing information about the baby's condition and current condition. To
prevent severe preeclampsia increased patient should be given sufficient information
about preeclampsia itself and its aspects. By obtaining enough information so
prevention can be done immediately. And as for patients who have suffered or suffer
from post op sc with an indication of preeclampsia, it must be done immediately
intensive care, to prevent post-op wound infection.

Keywords : Sectio Caesarea, Preeclampsia Weight


Bibliography : 10 ( 2001 – 2013 )
Bismillahirrahmanirrahim….
AssalamualaikumWarrahmatullahiWabarakatuh…

Ya Allah..
Sujud syukurku kehadirat – Mu ya Rabbi
Atas kebesaran – Mu dan kemurahan – Mu
Atas prestasi yang telah kugapai, atas perjuangan yang disertai campur tangan – Mu
Hingga aku dapat menyelesaikan jenjang pendidikan ini

” Allah akan meninggikan orang – orang yang beriman diantara kamu dan orang – orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat ” ( Al Mujadilah 11 ).

Untuk Ibunda ( Elmi ) dan Ayahanda ( Wahendrik ) tercinta....


Kupersembahkan karya kecilku sebagai rasa terimakasihku kepadamu...

Sejernih air sungai yang mengalir di perbukitan....


Seindah sang mentari yang menyapa sang bumi....
Seabadi bunga eidelweis....
Kasih sayang dan cinta yang diberikan kepadaku....
Mengorbankan seluruh waktumu demi membesarkanku,
Memberikan yang terbaik untukku....

Ibu dan ayah, maafkan segala kesalahan yang telah kuperbuat kepadamu,
Kumasih belum mampu membalas setiap tetesan demi tetesan keringat yang kau
Korbankan untukku, kuhanya mampu terus meminta dan bergantung kepadamu
Semoga Allah Swt senantiasa memberikan rizki, kesehatan, dan umur yang panjang
kepadamu, serta membalas semua pengorbanan, cinta, kasih sayang yang diberikan.

Karya kecilku ini juga kupersembahkan kepada abang, kakak dan adikku (bg Rio,kak Ririn
dan dek Redy)dan untuk abang dan kakak iparku ( bg Hendra dan kak Yana)
Tetaplah seimbangkan antara doa dan usaha dalam mengarungi lorong kehidupan ini
Juga untuk seluruh keluarga besar
Terimakasih atas doa dan supportnya

Juga kepada dosen Pembimbing ku,


IbuNs.Kalpana Kartika, S.Kep yang telah bersedia mengorbankan
sebagian waktunya untuk membimbingku
terimakasih atas segalanya yang ibu berikan
semoga Allah senantiasa membalas semua kebaikan yang telah Ibu perbuat

buat Bapak dan ibu dosen di program studi DIII Keperawatan


terimakasih atas ilmu yang telah diberikan selama ini
semoga ilmu yang diberikan bisa menjadi manfaat secara pribadi
maupun secara sosial

Kawan-kawan semuanya anak D.kep yang ga bisa disebutin satu persatu, sahabat sahabatku
Resti (Kamex), Fathan, Messa yang selalu menemaniku dan buat adikkost Ade. Buat Rudi,
Agus, Bg Benni makasi supportnya Dan untuk teman-teman andia kak Ami, Dila, dan Bg
oka makasi supportnya dan bukunya. I LOVE ALL

Maafkansmuakesalahanku,,,
Akubahagiatelahmengenal kalian..akubahagiaada di antarakalian,,,kalian
smuakanttpjadisahabatku..smogakebersamaaniniknslaluada...akuknslalumerindukankeceriaankit
a...
Thanks for everything
Atas semua waktunya dalam suka maupun duka

Sebuah kenyataan
Kita belum menjadi pribadi sebaik
yang sesungguhnya bisa kita capai.
Kita masih suka menunda,memanjakan rasa malas,
mencurigai orang baik,
bersahabat dengan orang-orang palsu,mendebat nasehat baik,
lalai bersyukur, cepat mengeluh,sombong kepada yang lemah,
tapi minder di depan yang kuat.
Berita gembiranya:
Kehidupan yang lebih baik
masih tersedia bagi kita yang memperbaiki diri.

( Mario Teguh )

By : Retno Triwahyuni Amd.Kep


KATA PENGANTAR

Denganmengucapkanpujidansyukurkehadirat Allah SWT, atasrahmatdankarunia-

Nya yang telahdiberikankepadapenulissehinggaLaporanStudiKasusdenganjudul “

AsuhanKeperawatanPadaNy.ADengan Post OperasiSectio

CaesareaDenganIndikasiPre Eklamsi Berat Di

RuangRawatInapKebidananRsAhcmadMochtarBukittinggiTahun2015inidapatdisaj

ikandalambentuktulisan. Dalampenyusunaninipenulismengucapkanterimakasihkepada:

1. Ibu Ns. EndraAmalia. M.Kepselakupenanggungjawab Program Studi DIII

KeperawatanSTIKesPerintis Sumatera Barat.

2. Ibu Ns. Kalpana Kartika, Skep selakupembimbing yang

telahmemberikanbimbingandanarahandalampembuatanLaporanStudiKasusini

3. IbuYasnini, Amd.Kebselakupembimbingklinik yang

telahmemberikanbimbingandalampembuatanlaporanstudikasusini.

4. BapakdanIbuStafPengajar Program Studi DIII Keperawatan STIKES Perintis

Sumatera Barat yang telahbanyakmemberikanilmusertabimbingan yang

bermanfaatbagipenulis.

5. PimpinanbesertastafRSUD Dr. AchmadMochtarBukittinggiyang

telahmengizinkanpenulisuntukmelakukanStudikasusdanmembantudalampembuatanL

aporanStudiKasusini

i
6. Yang tercintaayahandadanibundasertaabang, kakak,adikdan orang

sangatakucintaidansayangiyang

telahmemberikandoronganmorildanmaterilsertaselalumemberikansemangatdando’are

studalampenyusunanLaporanStudiKasusini

7. Rekan - rekanmahasiswaSTIKesPerintis D III Keperawatanangkatan

XXIVdansahabat – sahabat yang senasibseperjuangan yang

telahbanyakmembantudanmemberikanmasukan – masukan yang

berhargadalampenyelesaianLaporanStudiKasusini

8. Semuapihak yang telahikutsertamembantupenulis,

baiksecaralangsungmaupuntidaklangsung

PenulismenyadaribahwaLaporanStudiKasusinijauhdarikesempurnaan,

halinibukanlahsuatukesenjanganmelainkankarenaketerbatasanilmudankemampuanpen

ulis.Untukitupenulisberharaptanggapandankritikanserta saran yang

bersifatmenbangundarisemuapihak demi kesempurnaanlaporanstudikasusini

Akhir kata penulismengharapkan agar

LaporanStudiKasusinibermanfaatbagikitasemua, semogaallah SWT

memberikanrahmaddanhidayahkepadakitasemua. Amieen

WassalamualaikumWarahmatullahiWabarakatuh

Bukittinggi, Juli 2015

ii
Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN PERSETUJUAN
PERNYATAAN PENGUJI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang………………………………………… .................. 1
1.2 Tujuan .............................................................................................. 3
1.3 Manfaat ............................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN TEORITIS


2.1 KonsepDasar.................................................................................... 6
2.1.1 Pengertian ...................................................................................... 6
2.1.2 AnatomiFisiologi System Reproduksi .......................................... 7
2.1.3 Etiologi .......................................................................................... 10
2.1.4 Manifestasi Klinis ......................................................................... 12
2.1.5 Patofisiologi (Woc) ....................................................................... 13
2.1.6 PemeriksaanPenunjang ................................................................. 16
2.1.7 Penatalaksanaan ............................................................................ 16
2.1.8 Komplikasi .................................................................................... 17
2.1.9 Konsep Pre Eklamsi Berat ............................................................. 17
2.1.10Konsep Post Partum ...................................................................... 20
2.2 AsuhanKeperawatanTeoritis ......................................................... 39
2.2.1 Pengkajian ..................................................................................... 39
2.2.2 DiagnosaKeperawatan .................................................................. 43
2.2.3 IntervensiKeperawatan .................................................................. 45
iii
2.2.4 ImplementasiKeperawatan ............................................................ 66
2.2.5 Evaluasi ......................................................................................... 66

BAB III TINJAUAN KASUS


3.1 Pengkajian ........................................................................................ 67
3.2 DiagnosaKeperawatan ...................................................................... 83
3.3IntervensiKeperawatan ....................................................................... 84
3.4 ImplementasidanEvaluasi................................................................. 90

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian ........................................................................................100
4.2 DiagnosaKeperawatan ......................................................................101
4.3 IntervensiKeperawatan .....................................................................103
4.4 Implementasi ....................................................................................104
4.5 Evaluasi ............................................................................................105

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.......................................................................................106
5.2 Saran .................................................................................................107

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1.InsisiSectio Caesarea ..........................................................6

Gambar 2.2Genitalia Eksterna ...............................................................7

Gambar 2.3GenetaliaInterna ..................................................................8

v
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1.10 Tingkat Involusio Uteri ...................................................22

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan ...................................................45

Tabel 3.1 DataAnakSebelumnya .....................................................72

Tabel 3.2Tabel Data Biologis ................................................................76

Tabel 3.3TabelAnalisa Data ..................................................................31

Tabel 3.4Intervensi Keperawatan ..........................................................83

Tabel 3.5Implementasi Keperawatan ....................................................90

vi
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sectio caesarea adalah tindakan operasi paling konservasif. Indikasi tindakan

operasi obsetric dipertimbangkan dengan melihat adanya indikasi pada ibu,

indikasi pada janin, indikasi profilaks dan indikasi vital ( Manuaba, 2004 : 197 ).

Kelahiran dengan sectio caesarea merupakan prosedur pembedahan kedua yang

paling sering dilakukan yang mencakup 20 – 25 % dari semua kelahiran di

Inggris dan 28 % dari semua kelahiran di Amerika Serikat ( Errol R. Norwitz,

2007 : 133 ).

Perawatan pasien dengan Sectio Caesarea (SC) merupakan masalah yang rawan

karena banyaknya komplikasi yang didapatkan baik pada ibu dan janin seperti

aspirasi metabolisme pulmonary, infeksi pada luka, infeksi saluran kemih,

cedera bladder atau bowel dan komplikasi akibat anastesi diantaranya adalah

perubahan pola nafas, brakikardi maupun kelemahan fisik.

Pada pasien Post SC perawatan yang utama adalah balance cairan dan

pemenuhan kebutuhan dasar. Balance cairan harus selalu dimonitor karena pada

pasien post SC banyak kehilangan cairan darah sehingga intake dan output

diharapkan tetap seimbang untuk menghindari dehidrasi. Sedangkan pemenuhan

kebutuhan dasar sangat diperhatikan oleh perawat karena pada pasien post SC

1
2

masih dalam kondisi immobilisasi. Permasalahan tersebut memerlukan

perawatan yang komprehensif dari perawat. Maka untuk mengatasi hal

tersebut peran perawat sebagai pelaksana keperawatan dituntut untuk

memiliki kemampuan yang memadai dalam menanggulanginya

diantaranya kemampuan untuk membantu perawatan menurunkan tekanan

darah, membantu ADL (Activity DailyLiving) pasien, memberi pertolongan

mental serta pendidikan pada pasien dan keluarga ( Manuaba, 2004 : 198 ).

Data BPS, statistic kesra dan BKKBNdi Indonesia menunjukan : penyebab

kematian ibu tahun 2007 meliputi, perdarahan 28%, pre eklamsia 24%, infeksi

11%, komplikasi perperinium 8%, abortus partus macet/lama 5% dan lain-lain

18% ( Depkes RI,2007 ). Berdasarkan data pasien post SC di Rumah Sakit DR.

ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI dari bulan Januari – Mei 2015 yaitu

sebanyak 131 orang dengan indikasi pre eklamsi, CVD, letak sungsang.

Salah satu indikasi dilakukan tindakan Sectio Caesarea adalah Preekalmpsia

berat. Preeklampsia dan eklampsia merupakan salah satu komplikasi kehamilan

yang disebabkan langsung oleh kehamilan itu sendiri, sebab terjadinya masih

belum jelas. Syndrome preeklampsia dengan hipertensi, oedema dan proteinuria

sering tidak diperhatikan oleh wanita bersangkutan sehingga tanpa disadari

dalam waktu yang singkat, jika tidak dilakukan tindakan yang tepat untuk

mencegah hal tersebut akan muncul preeklampsia berat bahkan akan menjadi

eklampsia (Cunningham, 2005).


3

Gangguan hipertensi dalam kehamilan menjadi penyebab tertinggi kedua

mortalitas ibu, setelah penyakit embolik, dan dijumpai dalam 12 – 12 %

kehamilan. Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab utama mortalitas

an morbiditas perinatal. Gangguan hipertensi dalam kehamilan dikelompokkan

menjadi hipertensi gestasional, preeklamsi, hipertensi kronis, dan preeklamsi

kronis ( Peter Muller,2011 : 163 ).

Preeklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dngan

timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan edema

pada kehamilan 20 minggu atau lebih ( Asri Hidayat, 2009 : 61 ).

Berdasarkan penjelasan di atas sehingga penulis tertarik untuk melakukan studi

kasus tentang ibu post SC dengan indikasi Preeklamsia berat.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mampu melakukan asuhan keperawatan dengan pasien Post Op Sectio

Caesarea dengan indikasi preeklamsi berdasarkan pendekatan proses

keperawatan di Unit Rawat Inap Kebidanan RSUDAchmad Mochtar

Bukittinggi Tahun 2015.

1.2.2 Tujuan Khusus :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny. A, maka penulis diharapkan:

1. Mengetahui konsep teori : pengertian, anatomi dan fisiologi, etiologi,

patafisologi dan WOC, manifestasi klinis, penatalaksanaan, pemeriksaan


4

penunjang dan komplikasimengenai post op sectio caesarea dengan

indikasi preeklamsi berat

2. Mampu melaksanakan pengkajian dan mengidentifikasi data dalam

menunjang asuhan keperawatan pada pasien Ny.Adengan post op sectio

caesarea dengan indikasi preeklamsi beratDi Unit Rawat Inap Kebidanan

RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2015.

3. Mampu menemukan diagnosa keperawatan pada asuhan keperawatan

pasien Ny.Adengan post op sectio caesarea dengan indikasi preeklamsi

beratDi Unit Rawat Inap Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi

Tahun 2015.

4. Mampu menyusun perencanaan pada asuhan keperawatan pasien

Ny.Adengan post op sectio caesarea dengan indikasi preeklamsi beratDi

Unit Rawat Inap Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun

2015.

5. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada asuhan keperawatan

pasien Ny.Adengan post op sectio caesarea dengan indikasi preeklamsi

beratDi Unit Rawat Inap Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi

Tahun 2015.

6. Mampu melaksanakan evaluasi pada asuhan keperawatan pasien

Ny.Adengan post op sectio caesarea dengan indikasi preeklamsi beratDi

Unit Rawat Inap Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun

2015.

7. Mampu melaksanakan pendokumentasianasuhan keperawatan pasien

Ny.Adengan post op sectio caesarea dengan indikasi preeklamsi beratDi


5

Unit Rawat Inap Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun

2015.

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Rumah Sakit

Memberikan masukan bagi tim kesehatan Rumah Sakit Dr. Achamd Mochtar

Bukittinggi dalam memberikan Asuhan keperawatan pada klien post op sectio

caesarea dengan indikasi pre eklamsi berat.

1.3.2 Bagi institusi pendidikan

Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam

pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang

dan masukan bagi mahasiswa dalam menggali dan mengembangakan ilmu

dan memberikan asuhan keperawatan pada klien post op sectio caesarea

dengan indikasi preeklamsi berat.

1.3.3 Bagi penulis

Memberikan pengetahuan dan memperbanyak pengalaman bagi penulis

dalam memberikan dan menyusun asuhan keperawatan pada klien dengan

post sectio caesarea dengan indikasi pre eklamsi berat.


6

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar

2.1.1 Pengertian

Sectio caesarea adalah tindakan operasi paling konservasif. Indikasi tindakan

operasi obsetric dipertimbangkan dengan melihat adanya indikasi pada ibu,

indikasi pada janin, indikasi profilaks dan indikasi vital ( Manuaba, 2004 : 197

).

Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui

suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim dalam

keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Sarwono, 2009 :536).

Gambar 2.1 Insisi Sectio Caesarea

Sectio caesarea adalah kelahiran janin melalui jalur abdominal ( laparatomi )

yang memerlukan insisi dalam uterus ( histerotomi ) ( Errol R. Norwitz, 2007 :

133).

6
7

Preeklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dngan

timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan edema

pada kehamilan 20 minggu atau lebih ( Asri Hidayat, 2009 : 61 ).

Jadi dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa Sectio

Caesarea dengan indikasi Preeklampsia adalah Masa setelah proses

pengeluaran janin yang dapat hidup di luar kandungan dari dalam uterus ke

dunia luar dengan menggunakan insisi pada perut dan karena adanya

hipertensi, edema, dan proteinuria.

2.1.2 Anatomi Dan Fisiologi

Menurut Syaifuddin ( 2009 : 312 ) , anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita :

- Genitalia eksterna

2.2 Genitalia Eksterna

Genitalia eksterna sering dinamakan vulva, yang artinya pembungkus atau

penutup vulva terdiri dari :


8

1. Mons pubis

Merupakan bantalan jaringan lemak yang terletak di atas simpisis pubis

2. Labia mayora

Terdiri dari 2 buah lipatan kulit dengan jaringan lemak di bawah nya yang

berlanjut ke bawah sebagai perluasan dari mons pubis dan menyatu menjadi

perinium

3. Labia minora

Merupakan 2 buah lipatan tipis kulit yang terletak di sebelah dalam labia

mayora, labia minora tidak memiliki lemak subkutan.

4. Klitoris

Merupakan tonjolan kecil jaringan erektif yang terletak pada titik temu labia

minora di sebelah anterior , sebagai salah satu zona erotik yang utama pada

wanita.

5. Vestibulum

Adalah rongga yang di kelilingi oleh labia minora .

6. Perinium

Struktur ini membentang dari fourchette ( titik temu labia minora di sebelah

posterioranus

- Genitalia interna

2.3 Genetalia Interna


9

1. Vagina

Merupakan saluran fibromuskuler elastis yang membentang ke atas danke

belakang dari vulva hingga uterus. Dinding anterior vagina memiliki panjang 7,5

cm dan dinding posteriornya 9 cm.

Fungsi vagina

-Lintasan bagi spermatozoa

- Saluran keluar bagi janin dan produk pembuahan lainnya saat persalinan

- saluran keluar darah haid

2. Uterus

Berbentuk seperti buah advokat, sebesar telur ayam. Terdiri dari fundus uteri,

korpus uteri dan serviks uteri. Korpus uteri merupakan bagian uterus terbesar

dan sebagai tempat janin berkembang.

Uterus terdiri dari :

-fundus uteri

-korpus uteri

Fungsi uterus adalah

Menyediakan tempat yang sesuai bagi ovum yang suadah di buahi untuk

menanamkan diri

Jika korpus luteum tidak berdegenerasi, yaitu jika korpus luteum

dipertahankan oleh kehamilan, maka estrogen akan terus di produksi

sehingga kadar nya tetap berada di atas nilai ambang perdarahan haid dan

amenorea merupakan salah satu tanda pertama untuk kehamilan

Memberikan perlindungan dan nutrisi pada embrio atau janin sampai matur.

Mendorong keluar janin dan plasenta pada persalinan.


10

Mengendalikan perdarahan dari tempat perlekatan plasenta melalui

kontraksi otot-otot.

3. Tuba fallopi

Disebut juga dengan oviduct, saluran ini terdapat pada setiap sisi uterus dan

membentang dari kornu uteri ke arah dinding lateral pelvis.

4. Ovarium

Merupakan kelenjar kelamin. Ada 2 buah ovarim yang masing-masing terdapat

pada tiap sisi dan berada di dalam kavum abdomen di belakang ligamentum

latum dekat ujung fibria tuba falopi.Fungsi ovarium adalah untuk produksi

hormon dan ovulasi.

2.1.3 Etiologi

Indikasi sectio caesarea (Cuningham, F Garry, 2005:

595)(http://andhrey.blogspot.com/2014/05/asuhan-keperawaatan-sc.html)

a. Riwayat sectio caesarea

Uterus yang memiliki jaringan parut dianggap sebagai kontraindikasi untuk

melahirkan karena dikhawatirkan akan terjadi rupture uteri. Resiko ruptur

uteri meningkat seiring dengan jumlah insisi sebelumnya, klien dengan

jaringan perut melintang yang terbatas disegmen uterus bawah , kemungknan

mengalami robekan jaringan parut simtomatik pada kehamilan berikutnya.

Wanita yang mengalami ruptur uteri beresiko mengalami kekambuhan ,

sehingga tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan persalinan

pervaginam tetapi dengan beresiko ruptur uteri dengan akibat buruk bagi ibu

dan janin.
11

b. Distosia persalinan

Distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya

kemajuan persalinan, persalinan abnormal sering terjadi terdapat disproporsi

antara bagian presentasi janin dan jalan lahir, kelainan persalinan terdiri dari :

Ekspulsi (kelainan gaya dorong)

Oleh karena gaya uterus yang kurang kuat, dilatasi servik(disfungsi uterus)

dan kurangnya upaya otot volunter selama persalinan kala dua.

Panggul sempit

Kelainan presentasi, posisi janin.

c. Gawat janin

Keadaan gawat janin bisa mempengaruhi keadaan keadaan

janin,jikapenentuan waktu sectio caesarea terlambat, kelainan neurologis

seperti cerebral palsy dapat dihindari dengan waktu yang tepat untuk sectio

caesarea.

d. Letak sungsang

Janin dengan presetasi bokong mengalami peningkatan resiko prolaps

tali pusat dan terperangkapnya kepala apabila dilahirkan pervaginam

dibandingkan dengan janin presentasi kepala.

e. CPD (Chepalo Pelvic Disproportion)

CPD adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar

kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara

alami.
12

f. Pre-Eklamsi

Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung

disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas.Setelah

perdarahan dan infeksi, Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab

kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan.

g. Ketuban pecah dini (KPD)

KPD adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan

ditunggu satu jam belum terjadi impart. Sebagian besar KPD adalah hamil

aterm diatas 37 minggu.

h. Bayi Kembar (Gemili)

Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar.Hal ini karena

kelahiran kembar memiliki resiko terjadinya komplikasi tinggidari pada

kelahiran 1 bayi.Selain itu bayi kembar pun dapat mengalami

sungsang.Sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.

i. Faktor Hambatan Jalan Lahir

Adanya hambatan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir tidak memungkinkan

adanya pembukaan, adanya tumor, dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali

pusat pendek dan ibu sulit bernafas.

2.1.4 Manifestasi Kilnis

Ada beberapa hal tanda dan gejala post sectio caesarea

Pusing

Mual muntah
13

Nyeri di sekitar luka operasi

Adanya luka bekas operasi

Peristaltik usus menurun

( Sarwono, 2005 )

2.1.5 Patofisiologi dan WOC

Ovum dibuahi oleh sperma, ovum yang telah dibuahi membelah diisi sambil

bergerak menuju rahim kemudian melekat pada mukosa rahim untuk

selanjutnya bersarang diruang rahim disebut implantasi. Setelah janin

bertambah dalam rahim dan cukup bulan akan menuju jalan lahir. Apabila

kelainan letak janin, kehamilan yang melewati dari taksiran persalinan dan

keadaan ibu yang bermasalah selama hamil maka persalinan normal sulit untuk

dilakukan, hal ini di indikasikan kelahiran secara sectio caesarea.

Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di

atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi

dilakukan tindakan ini yaitu preeklamsi berat, distorsi kepala panggul,

disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu.

Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Setelah dilakukan sectio caesarea

ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa

kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu

produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar

hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh

karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril.

Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa

nyaman.
14

Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat

regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya

terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir

dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin

bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap

tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk

pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yan

berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga

mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.

Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi

proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk

metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang

menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan

menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat

beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain

itu motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu

konstipasi ( Doenges, Sarwono,2009 : 208,Errol R. Norwitz, 2007: 41 ).


15
16

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

Dapat dilakukan pemeriksaan, diantaranya (Smeltzer 2001 :

339)(http://andhrey.blogspot.com/2014/05/asuhan-keperawaatan-sc.html) :

1. Darah rutin (mis Hb)

2. Urinalisis : menentukan kadar albumin/glukosa

3. USG abdomen

4. Gula darah sewaktu

2.1.7 Penatalaksanaan

2.1.7.1 Keperawatan

1. Kaji ulang prinsip keperawatan pasca bedah

2. Jika masih terdapat perdarahan lakukan masase uterus,

3. Berikan perawatan luka post op operasi secara intensif (Sarwono, 2009 :

537)

2.1.7.2 Medis

1. Obat pencegah kembung


Digunakan untuk mencegah perut kembung dan memperlancar saluran
pencernaan, alinamin F, prostikmin, perimperan.
2. Antibiotik dan antiinflamasi
3. Amfisin 2 gr IV setiap 6 jam
4. Metronidazol 500 ml IV setiap 24 jam
17

2.1.8 Komplikasi
Komplikasi sectio caesarea mencakup periode masa nifas yang normal dan

komplikasi setiap prosedur pembedahan utama. Kompikasi sectio caesarea

(Hecker, 2001 ; 341)( http://andhrey.blogspot.com/2014/05/asuhan-

keperawaatan-sc.html)

a. Perdarahan

Perdarahan primer kemungkinan terjadi akibat kegagalan mencapai hemostasis

ditempat insisi rahim atau akibat atonia uteri, yang dapat terjadi setelah

pemanjangan masa persalinan.

b. Sepsis sesudah pembedahan

Frekuensi dan komplikasi ini jauh lebih besar bila sectio caesarea dilakukan

selama persalinan atau bila terdapat infeksi dalam rahim. Antibiotik profilaksis

selama 24 jam diberikan untuk mengurangi sepsis.

2.1.9 Konsep Teori Pre Eklamsi Berat

2.1.9.1 Pengertian

Preeklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dngan

timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan edema

pada kehamilan 20 minggu atau lebih ( Asri Hidayat, 2009 : 61 ).

Preeklamsi berat adalah gangguan multi sistem yang bersifat spesifik terhadap

kehamilan dan masa nifas ( Errol R. Norwitz, 2007 : 42 ).


18

Pre eklamsi diartikan sebagai hipertensi yang terjadi setelah usia gestasi 20

minggu disertai proteinuria ( Tony Hollingworth, 2011 : 163 ).

2.1.9.2 Etiologi

Penyebab preeklamsi tidak diketahui. Sejumlah teori mencakup adanya respon

abnormal imunologis ibu terhadap alograf janin, abnormalitas genetik yang

mendasari, ketidakseimbangan kaskade prostanoid, dan adanya toksin dalam

aliran darah ( Errol R. Norwitz, 2007 : 42 ).

2.1.9.3 Manifestasi Klinis

Sakit kepala berat

Penglihatan kabur

Peningakatan tekanan darah ≥ 160/110 mmHg

Edema pada paru

Kejang / koma

Proteinuria

( Errol R. Norwitz, 2007 : 41 )

2.1.9.4 Patofisiologi

Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi

peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke

organ , termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar

dari timbulnya proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan

resistensi aliran darah dan timbulnya hipertensi arterial.Vasospasme dapat


19

diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors.

Pre eklampsia yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang

lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan

pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth

Retardation.

Preeklamsia berat dihubungkan dengan kerusakan endotelial vaskuler yang

disebabkan oleh vasospasme dan vasokontriksi arteriolar. Sirkulasi arteri

terganggu olehadanya area konstriksi dan dilatasi yang bergantian. Kerusakan

endoterial menyebabkan kebocoran plasma kedalam ruang ekstravaskuler dan

memungkinkan terjadinya agregasi trombosit. Tekanan osmotik koloid

menurun saat protein masuk keruang ekstravaskuler, dan wanita beresiko

mengalami hipovolemia dan perubahan perfusi dan oksigenasi jaringan. Edema

paru dapat terjadi paru non kardiogenik atau kardiogenik. Edema paru non

kardiogenik terjadi karena kapiler pulmonari menjadi lebih permeabel dan

rentang terhadap kebocoran cairan. Edema paru kardiogenik terjadi karena

peningkatan tekanan hidrostatik dalam kapiler pulmonari, peningkatan ini

terjadi karena penumpukan cairan dalam bantalan pulmonari.

Vasospasmen arteri dan kerusakan endotelial juga mengurangi perfusi keginjal.

Penurunan perfusi keginjal menyebabkan penurunan GFR dan oliguria.

Kerusakan endotelial kapiler glomerulus memungkinkan protein menembus

membran kapiler dan masuk kedalam urine, yang menyebabkan proteinuria,

peningkatan nitrogen urea darah dan peningkatan kreatinin serum. Hati juga

terpengaruh oleh vasospasme multisistem dan kerusakan endotelial. Penurunan

perfusi kehati menyebabkan iskemik dan nekrosis. (Patricia dkk,2013).


20

2.1.10 Konsep Post Partum

2.1.10.1 Pengertian

Post partum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran

bayi,plasenta,serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ

plasenta,serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ

kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu.

Post partumadalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar

lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya

organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan

seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni,

dkk, 2009).

Post partum adalah periode 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ - organ

reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil.Menurut Bobak

(2004).

Post partum (nifas/puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta

sampai alat – alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal

berlangsung selama enam minggu atau 42 hari.Ambarwati & Wulandari

(2008).

2.1.10.2 Periode Post Partum

Menurut Saleha (2009) tahapan yang terjadi pada post partum adalah sebagai

berikut :

1. Periode ImmediatePost partum (24 jam)


21

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini

sering terdapat masalah, misalnya perdarahan kerana atonia uteri. Oleh

karena itu, dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,

pengeluaran lochea, tekanan darah, dan suhu.

2. Periode EarlyPost partum (24 jam – 1 minggu)

Pada fase ini memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada

perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu mendapatkan

makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.

3. Periode Late Post partum (1 minggu – 5 minggu)

Pada periode ini tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari

serta konseling KB.

2.1.10.3 Perubahan Fisiologis

1. Alat-alat reproduksi

a. Uterus

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah

melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah

plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus (Bobak, 2005).

Tinggi fundus uterus menurut masa involusi

Waktu Sejak Posisi Fundus Uteri Berat Uterus Lochea

Melahirkan

12 jam 1 cm dibawah pusat 100 gr Rubra

24 jam 3 cm dibawah 100 gr Rubra

pusat,terus turun 1
22

cm/ hari

9 hari Tidak teraba di bawah 500 gr Serosa

simpisis

5-6 minggu Kembali mendekati 50 gr Alba

keadaan sebelum

hamil

Tabel 2.1.10 Tingkat Involusio Uteri

b. Lochea

Menurut mochtar (1998) yang dimaksud lochea adalah cairan yang

berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Macam –

macam lochea fisiologi

1) Lochea rubra

Berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,

verniks kaseosa, lanugo, dan meconium, selama 2 hari post

partum.

2) Lochea Sanguinolenta

Berwarna kuning berisi darah dan lender yang terdiri dari darah

lama, serum, leukosit dan debris jaringan hari 3 –7 post partum.

3) Lochea serosa

Berwarna kuning, cairan tidak berupa darah lagi, pada hari ke 7 -

14 post partum
23

4) Lochea alba

Cairan putih mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mucus,

serum, bakteri. Bertahan selama setelah 2-6 minggu setelah bayi

lahir.

c. Serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong

berwarna merah kehitaman. Konsistensi lunak, kadang –kadang

terdapat perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk

rongga rahim. Setelah dua jam dapat dilalui oleh dua sampai tiga jari

dan setelah tujuh hari hanya dapat dilalui satu jari (Mochtar, 1998).

d. Ligament, Fasia dan Diagfragma Pelvis

Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu

persalinan, setelah bayi baru lahir, secara berangsur – angsur menjadi

ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang jatuh ke belakang dan

menjadi retrofleksi, karena ligamentum rotundum menjadi kendor.

Setelah melahirkan, kebiasaan wanita Indonesia melakukan berkusuk

atau berurut, dimana sewaktu diurut tekanan intra abdominalis

bertambah tinggi. Karena setelah melahirkan, ligamentum, fasia, dan

jaringan penunjang menjadi kendor. Bila dilakukan urut, banyak

wanita akan mengeluh kandungannya turun atau terbalik. Untuk

memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan – latihan dan

gimnastik pasca persalinan.


24

e. Vagina dan perineum

Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam pemisahan

mukosa dalam vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semulanya

sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum

hamil, 6 sampai 8 minggu setelah bayi lahir.

Jaringan perineum yang lembut menjadi edema da kebiruan. Jika

terdapat luka bekas episiotomi pada proses penyembuhannya maka

seperti penyembuhan luka operasi lain. Tanda – tanda infeksi (nyeri,

merah, panas, bengkak, atau rabas) atau tepian insisi tidak saling

mendekat bisa saja terjadi. Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya

perawatan kebersihan vagina dan perineum. Apabila tidak ada

komplikasi infeksi luka episiotomi dapat sembuh dalam waktu satu

minggu (Mochtar, 2002; Bobak, 2005).

f. Payudara dan laktasi

Pada masa hamil terjadi perubahan payudara, terutama mengenai

besarnya. Hal ini disebabkan oleh proliferasi sel – sel duktus

laktiferus. Proses proliferasi dipengaruhi hormon yang dihasilkan

plasenta, yaitu laktogen, prolaktin, kotiogonadotropin, estrogen dan

progesteron. Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron

menurun dengan lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi

sehingga tidak ada hambatan terhadap prolaktin oleh estrogen.

Pembuluh payudara menjadi bengkak terisi darah, menyebabkan

hangat, bengkak, dan rasa sakit. Keadaan tersebut di sebut

engorgement (Bobak, 2005).


25

1. Menurut (Sarwono, 2005) Perubahan yang terjadi pada kedua mamae

antara lain sebagi berikut:

a) Proliferasi jaringan, terutamakelenjar- kelenjar dan alveolus mamae

danlemak

b) Pada duktus latiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat

dikeluarkan dan berwarna kuning (kolostrum).

c) Hipervaskularisasi terdapat pada permukaan mamae pada bagian

dalam mamae.

d) Setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan progesteron

terhadap hipofisis hilang.

2. Ada tiga refleks Maternal utama sewaktu menyusui adalah sebagai

berikut :

a) Refleks Prolaktin

Prolaktin merupakan hormon laktogenik yang penting untuk

memulai dan mempertahankan sekresi susu. Stimulus isapan bayi

mengirim pesan ke hipotalamus yang merangsang hipofisis anterior

untuk melepas prolaktin, suatuhormon yang meningkatkan produksi

susu oleh sel-sel alveolar kelenjar mamae. Jumlah prolaktin yang

disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan

besarnya stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas, dan lamanya

bayi menghisap.

b) Refleks Ereksi Puting Susu

Stimulasi puting susu oleh mulut bayi menyebabkan ereksi. Refleks

ereksi puting susu ini membantu propulsi susu melalui sinus-sinus

laktiferus ke pori-pori putting susu.


26

c) Refleks Let-Down

Refleks ini dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau, dapat

juga ibu tidak merasakan sensasi apapun. Tanda-tanda Let-Down

adalah tetesan susu dari payudara sebelum bayi mulai memperoleh

susu dari payudara ibu dan susu menetes dari payudara lain yang

tidak sedang diisap oleh bayi. Reflek Let-Down dapat terjadi selama

aktivitas seksual karena oksitosin dilepas selama orgasme.

Kebanyakan ibu merasa sangat rileks atau mengantuk setelah

mereka menyusui. Peningkatan rasa haus juga merupakan tanda

bahwa proses menyusui berlangsung baik. (Bobak, 2004)

3. Manfaat ASI bagi bayi yaitu mengandung berbagai zat penangkal infeksi,

mudah dicerna karena mengandung zat pencerna, bukan protein asing

sehingga tidak menyebabkan alergi, kontak kasih sayang ibu dan bayi

lebih lama, ibu merasa bangga dan dibutuhkan, isapan bayi membantu

rahim berkontraksi sehingga mengurangi perdarahan setelah melahirkan,

dengan pemberian ASI Ekslusif (secara 4 bulan terus menerus) dapat

menjarangkan kehamilan atau bermakna KB, dengan menyusui teratur,

produksi hormon akan teratur pula sehingga ASI tetap tersedia cukup abgi

bayi yang dikasihi, ASI lebih murah dan selalu tersedia, steril dan hangat

setiap waktu.

4. Tanda-tanda bayi kekurangan ASIyaituusia 2 minggu berat badan bayi

masih kurang dari berat badan lahir, dalam 6 bulan pertama pertambahan

berat badan bayi kurang dari 600 gram, BAK kurang dari 6 kali dengan

warna kuning dan berbau tajamdanBAB jarang dan sedikit tinjanya

kering, keras dan berwarna hijau.


27

3 Sstem urinaria

Selama kehamilan terjadi peningkatan cairan ekstraseluler 50%. Setelah

melahirkan cairan ini dieliminasi sebagai urin. Aseton uria bisa terjadi pada

wanita yang tidak mengalami komplikasi persalinan atau setelah persalinan

lama yang disertai dehidrasi. Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung

kemih selama proses melahirkan. Selain itu, rasa nyeri padsa panggul akibat

dorongan saat melahirkan, laserasi vagina, atau episiotomi menurunkan atau

mengubah reflek berkemih. Dengan mengosongkan kandung kemih secara

adekuat, tonus kandung kemih biasanya akan pulih dalam lima sampai tujuh

hari setelah bayi lahir.

4 Sistem pencernaan

Secara khas penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama

waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anestesia bisa

memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal. Buang

air besar biasanya tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu

melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot menurun selama

proses persalinan dan pada awal pasca partum, diare sebelum persalinan,

kurang makan atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga rasa nyeri yang

dirasakannya di perineum akibat episiotomi, laserasi atau hemoroid.

Kebiasaan buang air besar yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus

otot kembali ke normal (Bobak, 2004).


28

5 Sistem muskuloskletal

Teregangnya otot dinding abdomen secara bertahap selama kehamilan

mengakibatkan hilangnya kekenyalan otot. Hal ini jelas terlihat setelah

melahirkan dinding perut tampak lembek dan kendor

6 Sistem kardiovaskuler

Tekanan darah ibu stabil, apabila terjadi penurunan tekanan darah sistolik

lebih atau 20 mmHg saat posisi tidur ke posisi duduk disebut hipotensi

ortostatik. Kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg atau diastolik 15 mmHg dan

disertai sakit kepala atau gangguan penglihatan maka dicurigai pre eklampsi

post partum. Nadi berkisar 60-80 denyutan permenit, segera setelah partus

dapat terjadi bradikardi. Bila terjadi takikardi sedangkan badan tidak panas,

mungkin ada perdarahan berlebih. Suhu dalam 12 jam pertama meningkat

atau sama dengan 380C, namun bila terjadi peningkatan lebih dari 38 0C

maka dicurigai adanya infeksi (Bobak, 2004).

Tujuan pengawasan adaptasi fisiologi dan psikologi pada klien post partum

a. Meningkatkan fungsi tubuh

b. Meningkatkan istirahat dan kenyamanan klien

c. Meningkatkan hubungan baik bagi orang tua dan bayinya

d. Memberikan kesempatan pada orang tua untuk merawat bayinya

e. Klien dapat merawat diri sendiri dan bayinya secara efektif

Masa post partum di bagi menjadi 3 tahap

a. Periode immediate post partum/ 1 jam pertama (kala IV)

b. Peridoe early poet partum (minggu I)

c. Periode late post partum (minggu II – IV)


29

2.1.10.4Adaptasi Fisiologi

a. Tanda- tanda vital

1. Suhu Badan

Satu hari (24jam) postprtum suhu badan akan naik sedikit (37,5°C – 38°C)

sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan

kelelahan. Apabila keadaan normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada

hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI, buah dada

menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak

turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis, tractus

genitalis atau sistem lain.

2. Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis

melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat.

3. Tekanan darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu

melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum

dapat menandakan terjadinya preeklampsi postpartum.

b. Sistem cardiovaskuler

Untuk TD biasanya tidak terjadi peningkatan tetapi TD menurun sifatnya

sementara (hipotensi artastik) biasanya terjadi penurunan sistolik 20 ml

air raksa disertai nyeri kepala,perubahan penglihatan,ini dicurigai pre

eklamsi post partum.


30

c. Sistem pencernaan

Berkaitan dengan terjadinya konstipasi karena peregangan janin dalam

rahim menyebabkan BAB keras.

2.1.10.5Adaptasi Psikologi

a. Fase hooney moon : kontak antara anak dan orang tua

b. Bonding dan attachment :pada fase ini ibu harus menyusui bayinya agar

bayi dapat mengenal dan merasakan kehangatan ibunya,fase ini terjadi

pada kala IV (masa setelah keluarnya plasenta sampai 2 jam post partum)

Perubahan post partum menurut saleha(2009)

a. Fase taking in (periode tingkah laku ketergantungan )berlangsung selama

1 sampai 2 hari

b. Fase taking hold (periode anatara tingkah laku mandiri dan

ketergantungan )berlangsung selama 3-4 hari

c. Fase letting Go(periode kemandirian dalam peran lain)

Post Partum blues

a. Kekecewaan pada masa post partum yang berkaitan dengan mudah

tersinggung,nafsu makan dan pola tidur terganggu.

b. Penyebabnya adalah perubahan abnormal dan peran transisi yaitu rasa

tidak nyaman dan kelelahan atau kehabisa tenaga

c. Bagi orang tua yang kurang mengerti tentang hal itu ,maka akan timbul

rasa bersalah yang dapat mengakibatkan depresi post partum.

(Saleha 2009)
31

2.1.10.6 Adaptasi Keluarga

1. Adaptasi psikologis orangtua

Ketika kelahiran telah dekat, klien mengalami kegembiraan dengan

kelahiran bayi. Perasaan emosi yang tinggi menurun dengan cepat setelah

kelahiran bayi, terjadi perubahan psikologis yang cukup kompleks.

Kondisi psikologis ibu dipengaruhi pula oleh respon anggota keluarga

terhadap kelahiran bayi, sehingga seluruh keluarga, perlu mempersiapkan

diri secara psikologis dalam menerima kehadiran anggota keluarga baru

Beberapa adaptasi psikologis antara lain :

a. Adaptasi parental

Proses menjadi orangtua terjadi sejak masa konsepsi. Selama periode

prenatal, ibu merupakan bagian pertama yang memberikan lingkungan

untuk berkembang dan tumbuh sebelum anak lahir. Proses menjadi

orangtua tidak mudah dan sering menimbulkan konflik dan krisis

komunikasi karena ketergantungan penuh bayi pada orangtua.

Untuk menjadi orangtua diperlukan komponen yaitu :

1. kemampuan kognitif dan motorik, merupakan komponen pertama dari

respon menjadi orangtua dalam perawatan bayi.

2. Kemampuan kognitif dan afektif merupakan komponen psikologis

dalam perawatan bayi. Perasaan keibuan, kebapakan, dan pengalaman

awal menjadi orangtua.


32

b. Fase maternal

Tiga fase yang terjadi pada ibu post partum yang disebut “Rubin

Maternal Phases” yaitu :

1) Taking in (periode ketergantungan)

Fase ini terjadi antara satu sampai tiga hari setelah persalinan dimana ibu

berfokus pada diri sendiri, bersikap pasif dan tergantungan secara

emosional ibu berusaha untuk mengintegrasikan pengalaman persalinan

dalam kehidupannya.

2) Taking hold (fase transisi antara ketergantungan dan kemandirian)

Terjadi antara ketiga sampai kesepuluh hari setelah persalinan dalam fasi

ini secara bertahap tenaga ibu pulih kembali, ibu merasa lebih nyaman,

focus perhatian mulai beralih pada bayi, ibu sangat antusias dalam

merawat bayinya, mulai mandiri dalam perawatan diri, terbuka pada

pengajaran perawatan, saat yang tepat untuk memberi informasi tentang

perawatan bayi dan diri sendiri.

3) Letting go (fase mampu sendiri)

Fase ini antara dua sampai empat minggu setelah persalinan dimana ibu

mulai menerima peran barunya yaitu sebagai ibu dari bayi yang baru

lahir. Ibu melepas bayangan persalinan dengan harapan yang tidak

terpenuhi serta mapu menerima kenyataan.

2. Adaptasi ayah

Kemampuan ayah dalam beradaptasi dengan kelahiran bayi dipengaruhi

oleh keterlibatan ayah selama kehamilan, partisipasi saat persalinan,


33

struktur keluarga, identifikasi jenis kelamin, tingkat kemampuan dalam

penampilan dan latar belakang cultural.

Ayah mungkin menjadi anggota keluarga yang terlupakan, terutama bila

hal ini merupakan anak yang pertama. Sebelum bayi tiba di rumah, ia

merupakan bagian terbesar dari keluarganya yang terdiri dari dua orang.

Aktivitas siang hari dimana mudah disesuaikan dengan pasangannya

malam hari tanpa gangguan. Kini rumah menjadi tidak terkendali, makan

menjadi tidak terjadwal, tidur mengalami gangguan dan hubungan

seksual untuk sementara ditangguhkan. Ayah harus dilibatkan dalam

perwatan anak dan pemeliharaan aktivitas rumah. Dengan berbagai

tanggung jawab seperti ini, mereka menjadi bagian dari pengalaman

mengasuh anak. Sebagai akibat, pasangan menjadi lebih dekat.

Sebagai ayah baru, peran ayah tidak kurang rumitnya dibandingkan peran

istri. Tentu sang ayah tidak mengandung si bayi selam 9 bulan, tetapi

harus membuat penyesuaian secara fisik dan emosi ketika waktu

persalinan semakin dekat dan persiapan untuk bayi menjadi penting

sekali. Di satu pihak, sang ayah ungkin merasa seolah-olah tidak ada

hubungan dengan persalinan tetapi pada sisi lain ini adalah bayinya juga.

Ketika bayi akhirnya lahir, sang ayah mungkin merasa sangat lega dan

juga gembira serta gugup. Sewaktu menyaksikan kelahiran bayi,

perasaan komitmen dan cinta membanjir ke permukaan menghilangkan

kekhwatiran bahwa sang ayah tidak akan pernah mempunyai keterikatan


34

dengan bayinya. Sang ayah juga merasakan penghargan yang besar dan

cinta kepada istri lebih dari pada sebelumnya. Pada waktu yang sama,

merenungkan tanggung jawab untuk merawat baka ini salam 20 tahun ke

depan dapat membuat sang ayah lemah.

Pendekatan terbaik adalah menjadi ayah yang seaktif mungkin. Misalnya,

saat istrinya melahirkan di rumah sakit, ayah mungkin di tempatkan di

dalam ruang rawat gabung sampai waktunya membawa pulang bayi ke

rumah. Ini akan membantu ayah merasa tidak seperti penonton tetapi

lebih sebagai peserta aktif. Ayah akan mengenal bayinya dari permulaaan

juga memungkinkan ayah berbagi pengalaman emonsional dengan

istirnya.

Begitu seluruh keluarga berada di rumah, sang ayah dapat dan harus

membantu memakaikan popok, memandikan dan membuat senang bayi.

Kebalikan dengan sterotype kuno, pekerjaan ini bukanlah pekerjaan

eksklusif wanita.

Tidak ada alasan mengapa seorang ayah tidak mampu melaksanakan

pekerjaan sehari-hari mengurus rumah dan anak sebaik ibu. Umumnya

ayah yang bersedia mengurus rumah tangga hanya untuk menyenangkan

istrinya saja. Alangkah baiknya jika pekerjaan ini dikerjakan dengan

perasaan bahwa sudah selayaknya menerima tanggung jawab di dalam

rumah yaitu merawat anak dan rumah tangga sehari-hari.


35

3. Adaptasi sibling

Biasanya kelahiran adik atau bayi dapat menjadi suatu perubahan pada

sibling atau saudara, anak pertama lebih ingin mempertahankan dirinya

lebih tinggi dari adik barunya.

Salah satu peristiwa kunci dalam kehidupan anak adalah kelahiran adik

baru. Kehamilan itu sendiri merupkan waktu ideal bagi anak-anak untuk

memahami darimana bayi berasal dan bagaimana bayi itu dilahirkan.

Anak mungkin memiliki reaksi campuran terhadap adik baru, bergairalah

karena mendapat teman bermain baru, takut akan ditelantarkan dan

sering kecewa ketika sang adik tidak mau segera bermain. Akan tetapi

persaingan sengit yang ditakutkan oleh banya orang tua bukan tidak

dapat dihindari. Temperamen anak tertentu itu dan cara orang tua

memperlakukan anak adalah faktor kunci yang menentukan seberapa

besar persaigan yang terjadi di antara saudara kandung.

Tidak mudah memang untuk menjaga keseimbangan yang tepat antara

menyesuaikan diri dengan kebutuhan bayi baru dan membantu anak yang

lebih besar mengatasi perubhahn itu. Usahakan agar anak yang lebih

besar mendapat beberapa keistimewaan, mungkin dengan waktu tidur

lebih larut atau waktu khusus untuk perhatian yang tidak terbagi

untuknya. Pastikan pula bahwa anak yang lebih kecil dilindungi dari

perlakuan marah dan suka memerintah dari anak yang lebih besar, lebih

kuat dan lebih pandai.


36

Percekcokan yang bercampur dengan permainan yang menyenangkan

adalah pola yang lazim di antara kakak dan adik. Tidak bijaksana bila

kita mengharapkan seseorang anak selalu bertindak adil menurut standar

orang dewaasa. Lebih baik mengajar semua anak karena tidak bertengkar

atau memarahi mereka semua ketika mereka berkelahi daripada mencoba

menyelidiki siapa yang benar dan siapa yang salah. Walaupun tanpa bisa

dihindari sekali waktu mungkin bertindak berlebihan, waspadalah agar

seorang anak jangan selalu diberi dukungan dengan mengorbakan anak

lain.

2.1.10.7Perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada ibu post partum

a. Payudara

Perubahan payudara ibu post partum dipengaruhi oleh hormone

esterogen,progesterone,HPL,dan prolactin.sedangkan hormone yang

berfungsi untuk memperlancar ASI yaitu insulin,kortikosteroid dan

tiroksin.pada ibu post partum payudara akan tegang,penuh dan terasa

nyeri bila disusukan pada bayi.

b. Abdomen

Setelah post partum perut akan terasa ringan dan adanya strie serta linea

nigra.

c. Jalan lahir

Pada jalan lahir umumnya pada hari 1-3 lochea berwarna rubra,setiap

pengeluaran lochea bila disertai dengan perpanjangan pengeluaran darah

ada kemungkinan mengalami kedaan abnormal seperti terdapatnya sisa


37

ketuban atau luka jalan lahir yang masih berdarah (Obstetri

fisiologi,2001)

d. Kembalinya rahim kebentuk asal

Pada waktu kehamilan terjadi perubahan ada otot rahim yang disebabkan

karena adanya pembesaran ukuran sel.

e. Perubahan kulit

Pada waktu hamil terjadi pigmentasi pada beberapa tempat karena proses

hormonal yaitu berupa :Kloasma gravidarum pada pipi .setelah persalinan

hormonal berkurang dan hiperpigmentasi menghilang serta pada dinding

perut akan menjadi putih mengkilat.

f. Dinding perut

Otot dinding perut memanjang sesuai dengan besarnya pertumbuhan

hamil dan setelah persalinan dinding perut akan kendor sesuai dengan

jumlah kehamilan dan tergantung pada perawatan ibu selama masa nifas.

2.1.10.8Fisiologi penyembuhan luka

Pertama-tama,dilakukan pemeriksaan secara teliti untuk memastikan apakah

ada perdarahan yang harus dihentikan.Kemudian,tentukan jenis trauma ,tajam

atau tumpul,luasnya kematian jaringan,banyaknya kontaminasi,dan berat

ringannya luka (Buku ajar ilmu bedah,2005)

Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membentuk cikal bakal jaringan

baru dan dengan dikeluarkannya subtract oleh fibroblast,memberikan

pertanda bahwa makrofag,pembuluh tubuh secara normal akan berespon

terhadap cedera dengan dilakukannya proses section caesarea “proses

peradangan”,yang dikarakteristikan dengan lima tanda utama


38

:bengkak(swelling),kemerahan (redness),panas(heat), nyeri (pain), dan

kerusakan fungsi (impaired function).

a. Proses Penyembuhannya

1. Fase Inflamasi

Fase inflamasi adalah adanya respon vaskuler dan seluler yang terjadi

akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak.

Tujuan yang hendak dicapai adalah menghentikan perdarahan dan

membersihkan area luka dari benda sing dan sel mati dan bakteri.

Secara klinis fase inflamasi ini ditandai dengan : hangat pada

kulit,odema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke 3 atau ke

4.

2. Fase proliferative

Proses kegiatan yang penting pada fase ini adalah memperbaiki dan

menyembuhkan luka section caesarea dan ditandai dengan poliferasi

sel.

3. Fase Maturasi

Fase ini dimulai pada minggu ke 3 setelah perlukaan dan berakhir

sampai kurang lebih 12 bulan.tujuan dari fase ini adalah

menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan

penyembuhan yang kuat dan bermutu.

Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan

kekuatan jaringan perut mampu atau tidak mengganggu untuk

melakukan aktifitas normal.


39

b. Faktor- factor yang mempengaruhi penyembuhan luka

1. Usia

2. Status nutrisi,banyak vitamin terutama vitamin c membantu dalam

metabolism yang terlibat dalam penyembuhan luka.

3. Status imunologi

4. Penyakit metabolisme

5. Pemakian obat obat steroid yang dapat menekan respon inflamasi dan

meningkatkan resiko inflamasi.

6. Kebersihan

7. Istirahat dan posisi. (Potter dan Perry,2006)

2.2 Asuhan Keperawatan Teoritis

2.2.1 Pengkajian

1. Identitas klien

Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan , agama, alamat,

status perkawinan, ruang rawat, MR , diagnosa medik, tanggal masuk, tanggal

pengkajian, tanggal operasi, serta penanggung jawab.

2. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya klien mengeluh nyeri atau tidak nyaman dari berbagai sumber

misalnya trauma bedah/ insisi, nyeri distensi kantung kemih meliputi keluhan
40

atau berhubungan dengan gangguan atau penyakit dirasakan saat ini dan

keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi.

b. Riwayat kesehaatan dahulu

Didapatkan data klien pernah riwayat sc sebelumnya, tekanan darah tinggi,

panggul ibu sempit, serta letak bayi sungsang. Meliputi penyakit yang lain

dapat mempengaruhi penyakit sekarang, apakah pasien pernah mengalami

penyakit yang sama.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga ada yang mengalami riwayat SC dengan indikasi letak sungsang,

panggul sempit, dan sudah riwayat SC sebelumnya atau penyakit yang lain.

d. Riwayat menstruasi

Kaji menarche, siklus haid, lama haid, ganti duk, masalah dalam menstruasi

e. Riwayat kehamilan dan persalinan sekarang

Pada saat dikaji klien melahirkan pada kehamilan ke berapa, lama masa

kehamilan, dan kelainan selama hamil, kaji tanggal persalinan, jenis persalinan,

penyulit persalinan, keadaan anak, apgar score dan lain-lain

f. Riwayat nifas

a. Dikaji tinggi fundus uteri

b. Lochea

a) Lochea rubra terdiri dari sebagian besar darah, dan robekan

tropoblastik
41

b) Lochea serosa terdiri dari darah yang sudah tua ( coklat ), banyak

serum.Jaringan sampai kuning cair 3 sampai 10 hari.

c) Lochea alba terus ada hingga kira-kira 2-6 minggu setelah persalinan.

Kekuningan berisi selaput lendir leucocye dan kuman yang telah

mati.Jumlah lochea digambarkan seperti sangat sedikit, moderat dan

berat.( jacobson, 1985 ).

3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum, tingkat kesadaran, tanda-tanda vital.
a. Kepala
Rambut : rambut dapat bersih atau kotor, warna bervariasi sesuia dengan
ras, rambut rontok atau tidak.
Mata : penglihatan baik/ tidak, kongjungtiva anemis/tidak, sklera
ikterik/tidak.
Hidung : hidung simetris / tidak, bersih/tidak, secret ada/tidak, ada
pembengkakan/tidak.
Telinga : ganggua pendengaran/tidak, adanya serumen / tidak, simetris atau
tidak.
Mulut : kebersihan mulut, mukosa bibir dan kebersihan gigi

b. Leher
Adanya pembengkakan kelenjer tyroid/tidak, warna kulit leher.

c. Thorax
Payudara : ASI ada/tidak, puting susu menonjol/tidak
Paru- paru :
I : simetris kiri kanan/ tidak
P: teraba massa / tidak
P: perkusi diatas lapang paru biasanya normal
A : suara nafas biasanya normal ( vesikuler )
42

Jantung
I: ictus cordis terlihat/tidak
P: ictus cordis terba/tidak
P: suara ketuk jantung
A: reguler, adakah bunyi tambahan tidak

d. Abdomen
I: abdomen mungkin masih besar atau menonjol, terdapat luka operasi tertutup
perban
A: bising usus +/-
P: nyeri pada luka operasi, TFU di umbilicus setelah janin lahir
P: difan muskuler pertahanan otot

e. Genetalia
Lihat keadaaan perineum bersih/tidak, jumlah dan warna lochea post sc hari
ke3 biasanya warna lochea rubra, dan berapa kali ganti duk.

f. Ekstremitas
Post sc dapat terjadi kelemahan sebagai dampak anestesi yang mendefresikan
sistem saraf pada muskulosskletal sehingga menurunkan yonus otot.

4. Data Sosial Ekonomi


Sectio caeserae dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dengan berbagai
indikasi.

5. Data Spiritual
Pasien dengan post SC sulit melaksanaakan ibadah karena kondisi kelemahan
setelah SC.

6. Data Psikologis

Pasien biasanya dalam keadaan labil, cemas akan keadaan seksualitasnya

dan harga diri pasien terganggu. (Mitayani,2011)


43

1. Bounding (Ikatan emosional seseornag dengan orang lain) :dinilai dengan

menggunakan score (3-12)

2. Taking in

a. Berorientasi pada diri sendiri

b. Takut ketergantungan yang meningkat

3. Taking Hold

Apakah ada rasa tertarik pada bayi

Letting Go

Apakah bias melakukan perawatan mandiri

Post partum blues

a. After pain

b. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan seksual

c. Pengetahuan ibu tentang tanda-tanda komplikasi (perdarahan setelah

melahirkan)

7. Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorium : pemeriksaan Hb dan leukosit, biasanya pasien dengan post sc
akan mengalami kekurangan darah dan peningkatn leukosit.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan trauma pembedahan post

op SC.

2. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/ luka post op

3. Cemas berhubungan dengan krisis situasi

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi

penyakit
44

5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot

6. Resiko terjadinya cidera berhubungan dengan vasospasme dan peningkatan

tekanan darah

7. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan transisi

8. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik

9. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan keterbatasan

pengetahuan ibu.

10. Resiko terhadap perubahan menjadi orang tua b/d kurangnya dukungan dari

orang terdekat, tidak tersedianya model peran.

11. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri atau ketidaknyamanan,

proses persalinan dan kelahiran melelahkan.

( doegoes marylin, 2001 )( https://wayanpuja.wordpress.com/2011/06/25/askep-

pasien-dengan-post-operasi-seksio-sesaria/ )
WOC Hamil 42 minggu (cukupbulan)

Preeklamsi Berat Post Partum Normal

Sectio Caesarea

Post Sc

Post Anastesi Spinal Luka Post Operasi Nifas

Penurunansaraf Penurunansaraf Jaringan Jaringan Uterus Laktasi Psikologi


Ekstremitasbawah Otonom terputus terbuka
Progesterone dan Perubahanpsikologi
Esterogenmenurun
Kelumpuhan Penurunansaraf Merangsang area Proteksi Kontraksi uterus
Vegetative sensorikmotorik kurang Prolaktinmeningkat PenambahanAnggotabaru

MK:Cemas Perubahankelenjer

Penurunanperistaltic MK:Nyeri Invasi Afektif TidakAdekuat susuterangsang KebutuhanMeningkat


MK:Mobilitas Usus Bakteri

PengelupasanAtonia Isapanbayi MK:Perubahan proses keluarga


desidu Uteri

MK: MK: gangguan MK:Restiinfeksi Lochea Perdarahan oksitosin

Konstipasi pola tidur hipovolemik Anemi ejeksi ASI

Hb02 adekuattdkadekuat

Metabolismeanaerob ASI keluar ASI tdkkeluar MK: ketidakefektifan

Asamlaktatmningkat efektif Inefektik pemberian ASI

Suplai o2 kejaringan MK:IntoleransiLaktasi Laktasi


menurun aktifitas

Nekrose Mk :kurangpengethuan
Sumber: (Sarwono,2009)
2.2.2 Intervensi Keperawatan

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Keperawatan

1. Gangguan rasa Tujuan : melaporkan 1. Tentukan karakteristik dan lokasi 1. Klien mungkin tidak secara verbal

nyaman ( nyeri ) nyeri hilang ketidaaknyamanan. Perhatikan melaporkan nyeri dan

berhubungan dengan Kriteria Hasil : isyarat verbal dan non verbal ketidaknyamanan secara langsung.

trauma pembedahan - Klien tampak seperti meringis, kaku dan Membedakan karakteristik khusus dari

post op SC. rileks gerakan melindungi atau terbatas. nyeri membantu membedakan nyeri

- Klien tampak pasca operasi daari terjadinya

mampu istirahat komplikasi.

2. Meningkatkan pemecahan masalah,

2. Berikan informasi dan petunjuk membantu mengurangi nyeri

antisipasi mengenai penyebab berkenaan dengan ansietas dan

ketidaknyamanan dan intervensi ketakutan karena ketidaktahuan dan

45
45
yang tepat. memberikan rasa control.

3. Pada banyak klien, nyeri dapat

menyebabkan gelisah serta TD dan

nadi meningkat. Analgesic dapat

3. Evaluasi tekanan darah menurunkan Tekanan Darah

(TD) dan nadi: perhatikan

perubahan prilaku (bedakan antara

kegelisahan karena kehilangan 4. Selama 12 jam pertama pascapartum,

darah berlebihan dan arena nyeri) kontrafksi uterus kuat dn teratur, dan

ini berlanjut selama 2-3 hari

4. Perhatikan nyeri tekan uterus dan berikutnya, meskipun frekuensi dan

adanya/ karakteristik nyeri intensitasnya dikurangi. Factor-factor

penyerta: perhatikan infuse yang memperberat nyeri penyerta

oksitosin pasca operasi. meliputi mulitipara, overdistensi

uterus, menyusui, dan pemberian

46
preparat ergot dan ksitosin.

5. Merilekskan otot, dan mengalihkan

perhatian dari sensasi nyeri.

Meningkatkan kenyamanan dan

menurunkan distraksi tidak

menyenangkan, meningkatkan rasa

sejahtera.

5. Ubah posisi klien, kurangi

rangsangan yang berbahaya, dan

berikan gosokan punggung. 6. Nafas dalam meningkatkan upaya

Anjurkan penggunaan teknik pernapasan. Pembebatan menurunkan

pernapasan dan relaksasi dan regangan dan ketegangan area insisi

distraksi. Seperti dipelajari pada dan mengurangi nyeri dan

kelas melahirkan anak . anjurkan ketidaknyamanan berkenaan dengan

47
keberadaan dan partisipasi gerakan atot abdomen. Batuk

pasangan bila tepat. diindikasikan bila sekresi atau ronki

6. Lakukan latihan nafas dalam dan terdengar.

batuk dengan menggunakan 7. Meningkatkan kenyamanan yang

prosedur-prosedur pembebatan memperbaiki status psikologis dan

dengan tepat, 30 menit setelah meningkatkan mobilitas. Penggunaan

pemberian analgesic obat yang bijaksana memungkinkan

ibu yang menyusui menikmati dalam

memberikan makan tanpa efek-efek

samping pada bayi.

8. Analgesia yang di kontrol pasien

Kolaborasi memberikan penghilangan nyeri cepat

7. Berikan analgesic setiap 3-4 jam, tanpa efek samping/oversedasi.

berlanjut dari rute IV /

intramuslular sampai ke rute oral.

48
Berikan obat pada klien yang

menyusui 48-60 menit sebelum

menyusui.

8. Tinjau ulang / pantau penggunan

analgesia yang dikontrol pasien

(PCA) sesuai indikasi.

2. Resiko infeksi Tujuan : tidak 1. Kaji tanda tanda vital ( tekanan 1. Menetapkan data dasar klien,

berhubungan dengan terjadinya infeksi darah, nadi, suhu, dan pernafasan terjadinya peradangan dapat diketahui

trauma jaringan / luka ) dari penyimpangan tanda – tanda vital

post op Kriteria hasil: terutama peningkatan suhu tubuh

49
-bebas dari infeksi 2. Diteksi awal dalam menentukan

2. Kaji adanya tanda-tanda infeksi ( tindakan lanjutan yang tepat dari tanda

rubor, calor, dubor, tumor, – tanda infeksi

kerusakan fungsi jaringan)

3. Mencegah dehidrasi memaksimalkan

volume sirkulasi dan aliran urin.

3. Dorong masukan cairan oral dan Protein dan vitamin c diperlukan untuk

diet tinggi protein, vitamin c, dan pembentukan kolagen : besi

besi. diperlukan untuk sintesis Hb

4. Membantu mencegah atau membatasi

penyebaran infeksi

4. Anjurkan dan gunakan teknik

50
mencuci tangan dengan cermat

dan pembuangan pengalas

kotoran, pembalut erineal, dan 5. Perawatan luka dapat mempercepat

linen terkontaminasi dengan tepat. penyembuhan luka dan mengurangi

Diskusikan dengan klien resiko infeksi

pentingnya kelanjutan tindakan- 6. Dengan keadaan luka yang kering dan

tindakan ini setelah pulang. bersih dapat mengurangi resiko

5. Lakukan perawatan luka dan ganti terjadinya infeksi

balutan 7. Perlu untuk mematikan organisme

6. Anjurkan klien untuk tetap

menjaga luka tetap kering dan

bersih

51
7. Berikan antibiotic khusus untuk

proses infeksi yang teridentifikasi.

3. Ansietas berhubungan Tujuan: melaporkan 1. Dorong keberadaan / partisipasi 1. memberikan dukungan emosional:

dengan krisis situasi bahwa ansietas sudah dari pasangan dapat mendorong pengungkapan

menurun masalah.

Kriteria hasil: 2. Tentukan tingkat ansietas klien 2. Kelahiran sesar mungkin dipandang

-klien rileks, dapat tidur dan sumber dari asalah. Mendorong sebagai suau kegagalan daam hidup oleh

/ istirahat dengan benar. klien pasangaan untuk klien / pasangan dan hal tersebut dapat

mengungkapkan kebutuhan dan memiliki dampak negative dalam proses

harapan yang tidak terpenuhi. ikatan / menjadi orang tua .

Memberikan informasi sehubungan

dengan normalnya perasaan tersebut. 3. membantu menfasilitasi adaptasi yang

52
3. Bantu klien/ pasangan dalm positif terhadap peran baru : mengurangi

mengidentifikasi mekanisme koping perasaan ansietas.

yang lazim dn perkembangan

strategi koping baru jikadibutuhkan. 4. Khayalan yang disebabkan oleh

4. Berikan informasi yang akurat kurangnya informasi atau

tentang keadaan klien / bayi kesalahpahaman dapat meningkatkan

tingkat ansietas.

5. Mengurangi ansietas yang mungkin

5. Mulai kontak antara klien / berhubungan dengan penanganan bayi,

pasangan dengan bayi sesegera takut terhadap sesuatu yang tidak

mungkin, jika bayi dibawa ke diketahui, dan menganggap hal yang

neonatal intensive care unit ( NICU buruk berkenaan dengan keadaan bayi.

). Bentuk jalur komunikasi antara

staf perawatan dan klien / pasangan.

53
4. Kurang pengetahuan 1. Kaji kesiapan dan motivasi klien 1. Periode pasca partum dapat menjadi

berhubungan dengan untuk belajar. Bantu klien / pasangan pengalaman positif bila kesempatan

tidak mengena sumber dalam mengidentifikasi kebutuhan- penyuluhan diberikan untuk membantu

informasi penyakit kebutuhan mengembangkan pertumbuhan

ibu,maturasi, dan komperensi. Namun,

klien membutuhkan waktu untuk

bergerak dari fase “mengambil” sampai

fase “ menahan” yang penerimaan dan

kesiapannya ditingkatkan dan ia secara

emosi dan fisik siap untuk memepelajari

informasi baru untuk mempelajari

informasi baru untuk memudahkan

penguasaan peran barunya. Pada hari ke

2 atau ke 3 pascapartum, klien biasanya

54
menerima penyuluhan.

2. Membantu menjamin kelengkapan

informasi yang diterima orangtua dari

staf dan menurunkan konfusi klien yang

disebabkan oleh diseminasi nasihat atau

informasi yang menimbulkan konflik.

2. Berikan rencana penyuluhan

tertulis dengan menggunakan format 3. Membantu klien mengenali perubahan

yang standarisasi atau normal dari respon-respon abnormal

ceklis,dokumentasi informasi yang yang mungkin memerlukan tindakan-

diberikan dan respon klien. tindakan. Status emosionallien mungkin

kadang-kadang labil pada waktu ini dan

sering dipengaruhi oleh kesejahteraan

fisik. Antisipasi perubahan ini dapat

55
3. Berikan informasi yang menurunkan stress berkenaan dengan

berhubungan dengan perubahan transisi periode ini yang memerlukan

fisiologis dan psikologis yang pembelajaran peran baru dan

normal berkenaan dengan kelahiran pelaksanaan tanggung jawab baru.

sesar dan kebutuhan berkenaan 4. Klien yang telah menjalani kelahiran

dengan periode pascapartum sesarea memerlukan bantuan lebih

banyak bila pertama kali dirumah

daripada klien yang mengalami kelahiran

per vagina. Tangga dan penggunaan

ayunan rendah atau keranjang dapat

menyebabkan kesulitan untuk klien pasca

operasi.

5. Evakuasi pascapartum untuk klien

yang telah menjalani kelahiran sesarea

56
4. Diskusikan rencana-rencana untuk mungkin dijadwalkan minggu ketiga

penatalaksanaan dirumah : daripada minggu keenam Karena

membantu pekerjaan rumah, susunan peningkatan resiko infeksi.

fisik rumah,pengaturan tidur bayi.

5. Berikan atau kuatkan informasi

yang berhubungan dengan

pemeriksaan pascapartum lanjutan.

5. Konstipasi Tujuan : Eliminasi 1. Auskultasi terhadap adanya bising 1. Menentukan kesiapan terhadap

berhubungan dengan Klien usus pada keempat kuadran setiap 4 pemberian makan per oral, dan

57
penurunan tonus otot Lancar jam setelah kelahiran sesarea. kemungkinan terjadinya komplikasi mis

Kriteria Hasil: ileus. Biasanya, bising usus tidak

- Bising usus terdengar pada hari pertama setelah

kembali normal prosedur pembedahan, terdengar samar

- Pola komunikasi pada hari ke 2 dan aktif pada hari ketiga.

kembali normal 2. Menandakan pembentukan gas dan

2. Palpasi abdomen, perhatikan akumulasi atau kemungkinan ileus

distensi atau ketidaknyamanan paralitik

3. Makanan kasar dan meningkatkan

3. Anjurkan cairan oral yang adekuat cairan yang menghasilkan bulk,

bila masukan oral sudah mulai merangsang eliminasi dan mencegah

kembali. Anjurkan peningkatan diet konstipasi defekasi.

makanan kasar daan buah-buahan

58
dan sayurandan bijinya. 4. Latihan kaki mengencangkan otot-otot

4. Anjurkan latihan kaki dan abdomen dan memperbaiki mobilitas

pengencangan abdominal, tingkatkan abdomen. Ambulasi progresif setelh 24

ambulasi dini jam meningkatkan peristaltic dan

pengeluaran gas, dan menghilangkan

atau mncegah nyeri karena gas.

5. Membantu dalam menciptakan

kembali pola evakuasi normal dan

meningkatkan kemandirian.

5. Identifikasi aktifitas-aktifitas 6. Memudahkan kemampuan

dimana klien dapat untukambulasi : namun, narkotik, bila

menggunakannnya dirumah untuk digunakan, dapat menurunkan aktifitas

merangsang kerja usus. usus.

6. KolaborasiBerikan analgesic 30 7.Melunakkan feses, merangsang

59
menit sebelum ambulasi peristaltic dan membantu

mengembalikan fungsi usus.

7. Beikan pelunak feses atau katartik

ringan.

6. Resiko terjadinya Tujuan:menurunkan 1.Tinjau ulang catan prenatal daan 1. Adanya faktor-faktor resiko seperti

cidera berhubungan faktor-faktorresiko dan intra partal terhadap faktor-faktor kelelahan miometrial, distensi uterus

dengan fungsi perlindungan diri yang mempredisposisikan klien pada berlebihan, stimulasi oksitosin lam, atau

biokimia atau regulasi kriteria hasil: komplikasi.catat kadar HB dan tromboflebitis prenatal memungkinkan

-klien bebas dari kehilangan darah operatif. klien lebih rentan terhadap komplikasi

komplikasi pascaoperasi.

2. Tekanan darah yang tinggi dapat

menandakan terjadinya atau berlanjutnya

60
2.Pantau TD,nadi,dan suhu.catat hipertensi memerlukan magnesium sulfat

kulit dingin, basah: nadi lemah dan (MgSO4) atau pengobatan anti

halus : perubahan prilaku : hipersensitif lain.

pelambatan pengisian kapiler : atau Hipotensi dan tacikardi dapat

sianosis. menunjukan dehidrasi dan hipovolemi

tetapi mungkin tidak terjadi sampai

volume darah sirkulasi telah menurun

sampai 35%-50%, dimana tanda

vasokontriksi mungkin terlihatLuka beah

pireksia dapat menandakan infeksi.

3. Luka bedah dengan drain dapat

membasahi balutan : namun rembesan

biasanya tidak terlihat dan dapat

menunjukan terjadinya komplikasi.

61
3. Inspeksi balutan terhadap 4. Aliran lochea seharusnya tidak banyak

pendarahan berlebihan. Catat tanggal atau mengandung bekuan : fundus harus

drainase pada balutan beritahu tetap berkontraksi dengan kuat pada

dokter bila rembesan berlanjut. umbiliku. Tonjolan uterus

mengakibatkan peningkatan aliran dan

kehilangan darah.

4. Perhatikan karakter dan jumlah 5. Fungsi ginjal adalah indek kunci dari

aliran lokhea dan konsistgensi volume darah sirkulasi. Bila haluaran

fundus. menurun berat jenis meningkat dan

sebaliknya. Urin

6. Meningkatkan aliran balik vena,

mencegah stasis/ penumpukan pada

ekremitas bawah, menurunkan resiko

62
5. Pantau masukan cairan dan flebitis.

haluaran urin perhatikan penampilan

warna, konsistensi dan berat jenis

urin.

6. Anjurkan latihan kaki/pergelangan

kaki dan ambulasi dini.

7. Proses keluarga Tujuan : tidak 1. Anjurkan dan gunakan teknik 1. Membantu mencegah atau membatasi

berhubungan dengan terjadinya infeksi mencuci tangan dengan cermat dan penyebaran infeksi

perkembangan transisi pembuangan pengalas kotoran,

Kriteria hasil: pembalut erineal, dan linen

-bebas dari infeksi terkontaminasi dengan tepat.

Diskusikan dengan klien pentingnya

kelanjutan tindakan-tindakan ini

63
setelah pulang.

2.Tinjau ulang Hb/Ht prenatal : 2. Anemia, diabetes dan persalinan yang

perhatikan adanya kondisi yang lama sebelum kelahiran sesar

mempredisposisikan klien pada meningkatkan resiko infeksi dan

infeksi pasca operasi pelambatan penyembuhan.

3.Mencegah dehidrasi memaksimalkan

3. Dorong masukan caian oral dan volume sirkulasi dan aliran urin. Protein

diet tinggi protein, vitamin c, dan dan vitamin c diperlukan untuk

besi. pembentukan kolagen : besi diperlukan

untuk sintesis Hb

4.Demam setelah pasca operasi hari

ketiga., leukositosis dan tacikardia

4.Kaji suhu, nadi dan jumah sel darah menunjukan infeksi peningkatan suhu

putih sampai mengindikasikan infeksi.

64
Peningkatan sampai 380C dalam waktu 24

jam pertama sangat mengindikasikan

infeksi, peningkatan sampai 380C pada

hari kedua dalam 10 hari pertama pasca

partum adalah bermakna.

5. Membantu menghilangkan media

pertumbuhan bakteri : meningkatkan

hygine

6. Bakterimia lebih sering pada klien yang

mengalami pecah ketuban selam 6 jam

5. Berikan perawatan perineal dan atau lebih lama dari pada klien yang

kateter dan penggantian pengalas ketubannya tetap utuh sebelum kelahiran

sering. sesarea.

6. Dapatkan kultur darah, vagina, dan 7. Perlu untuk mematikan organisme

65
urin bila infeksi dicurigai.

7. Berikan antibiotic khusus untuk

proses infeksi yang teridentifikasi.

66
67

2.2.2 Implementasi

Implementasiadalahinisiatifdarirencanatindakanuntukmencapaitujuan yang spesifik(

Nursalam,2001).

Tahappelaksanaandimulaisetelahrencanatindakandisusundanbergunauntukmemenuhi

kebutuhanklienmencapaitujuan yang diharapkansecara optimal.

Pelaksanaantindakankeperawatan harusdiikutiolehpencatatan yang

lengkapdanakuratterhadapsuatukejadiandalam proses keperawatan.

Dokumentasitindakankeperawataninibergunauntukkomunikasiantartimkesehatansehi

nggamemungkinkanpemberiantindakankeperawatan yang berkesinambungan.

2.2.3 Evaluasi

Evaluasiadalah stadium pada proses

keperawatandimanatarafkeberhasilandalampencapaiantujuankeperawatandinilaidank

ebutuhanuntukmemodifikasitujuanatauintervensikeperawatanditetapkan (Brooker,

2001).

Evaluasi yang diharapkan padapasien denganpost op dengan indikasi preeklamsi

adalahsebagaiberikut:

1. Informasikesehatanterpenuhi
2. Tidakmengalamiinfeksi dan cidera post op sc
3. Nyeriberkurangatauterdaptasi
4. Tidak tejadi kontipasi
5. Kecemasanberkurang
68

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN

3.1.1 Identitas Klien

Nama : Ny. A No MR : 413484

Umur : 33 Tahun Ruang Rawat : Kebidanan

Jenis kelamin : Perempuan Tgl Masuk : 21-06-2015

Status : Kawin Tgl Pengkajian : 24-06-2015

Agama : Islam Tanggaloperasi : 21-06-2015

Pekerjaan : Petani Diagnosa Medias : Postop SC+PEB

Alamat : Kubang Pipih, Baso

Penanggung jawab

Nama : Ny. A

Umur : 43Tahun

Hubungan keluarga : Kakak Kandung

Pekerjaan : Petani

Alamat : Kubang Pipih, Baso

68
69

3.1.2 Alasan Masuk

Klien masuk ke RS.Dr. Achmad Mochtar Bukittingi pada tanggal 21 Juni

2015 dengan G3P2A0H2 dengan keluhan, tekanan darah tinggi 180/110

mmHg,kepala sakit, pinggang sakit, klien muntah.

3.1.3 Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Padasaatdilakukanpengkajiantanggal 24 juni 2015 di ruangkebidanan,klien

dengan G3P3A0H3 klien post op SC hari ke-3. Klien mengatakan lukanya

masih basah, nyeri disekitar luka, luka sedikit berbau. Klien mengatakan

lukanya nyeri saat dibaw miring. Klien mengatakan kepala pusing banyak

fikiran terutama memikirkan bayinya. Klien mengatakan tidak mengetahui

cara perawatan post sc karena pertama kallinya operasi. Klien mengatakan

masih bingung kenapa dirinya tidak bisa melahirkan secara normal.

Tampakluka post op scsepanjang±12 cm

vertical,lukaklientampakmasihbasah,agakberbau. Klien tampak meringis,

skala nyeri 4. Klientampaktidaktenangdan bingung danbanyakfikiran,

klien selalubertanyatentangperawatan post op sc.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Klienmengatakantidakadamenderitapenyakit yang kronis,

penyakitketurunan, sepertihipertensi, diabetes melitus ,

klienmengatakanbaru pertama kali SC dengan indikasi preeklamsi, 2 orang

anak sebelumnya lahir normal.


70

c. Riwayat kesehatan keluarga

Klien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit turunan

seperti Dm,jantung ,hipertensi ataupun penyakit keturunan lainnya.

Genogran

Keterangan :

: perempuan

: laki-laki

: klien

: meninggal

: tinggal serumah
71

d. Riwayatmenstruasi

Menarce : umur 14 tahun

Siklushaid : teratur

Lama haid : 6hari

Masalahselamahaid : tidakada

e. RiwayatKehamilan dan Persalinan

HPHT : 11 September 2014

Tanggalpersalinan : 21 Juni 2015

Jenis persalinan : SC ( Sectio Caesarea )

Kesulitan persalinan : preeklamsi berat ( TD tinggi 180/110

mmHg)

Berat badan bayi : 2000 gram

Panjang badan bayi : 46 cm

Lama persalinan : 1 jam

Mengkonsumsi obat selama hamil : vit ibu hamil

Berat badan ibu sebelum hamil : 55 kg

Penaikan berat badan ibu : 8 kg

Jenis KB : suntik KB selama 4 tahun


72

Data anak sebelumnya :

Tabel 3.1 data anak sebelumnya

Jenis Kelamin Umur Berat Panjang Jenis Persalinan

Badan Badan

Perempuan 11 tahun 3500 gram 48cm Normal

Laki – laki 5 tahun 2800 gram 46cm Normal

Laki-laki 3 hari 2000 gram 46cm SC

Pengkajian fisik bayi

Umur : 3hari

BB : 2000 gram

PB : 46 cm

Jeniskelamin : Laki-laki

Daya hisap : bayi terpasang OGT

3.1.4 Pemeriksaan fisik ( Tanggal 24 Juni 2015 )

Kesadaran : Composmentis

GCS : 15

Tanda vital

Suhu : 36.5 °C RR : 22 x/i

Nadi : 88 x/i TD : 130/90 mmHg


73

1. Kepala

- Rambut

Rambut klien berwarna hitam ikal,rambut klien terlihat bersih, pertumbuhan

rambut merata, tidak teraba adanya benjolan.

- Mata

Keadaan mata bersih kiri dan kanan. Mata simetris kiri dan

kanan,tidakadamenggunakanalat bantu penglihatan,konjungtiva tidak anemis,

sclera tidakikterik, tidakadanyaudemapada palpebral.

- Hidung

Simetris, tidakada secret, ronggahidungtampakbersih, tidakadapembengkakan,

tidakadanyeritekan, penciuman normal.

- Telinga

Dauntelingasimetriskiridankanan, serumenadadalambatas normal,

tidakadaperdarahan di telinga, tidakterabaadanyapembengkakan,

tidakadanyeritekan, pendengaran normal.

- Mulut dan gigi

Simetris, mukosamulutlembabdanberwarnamerahmuda, lidahbersih,

tidakadasariawan, tidakadaperdarahanpadagusi, palatumutuh dan gigi bersih

dan tidak ada caries.


74

2. Leher

I : Simetris kiri dan kanan ,tidak ada pembesaran kelenjer tiroid, warna kulit

leher sama dengan kulit yang lain sawo matang, jvp 3 cm diatas sudut

sternum

P : Tidak ada teraba pembengkakan kelenjer tiroid.

3. Thorak

- Payudara

Simetriskiridankanan, warnasekitar areola hitamkecoklatan

,colostrumada, tidakadakelainanpadapayudara, putingsusumenonjol,

payudaraterasapadat, dan air susuklien(+). Banyak air susu 3-4 cc , dan

diambil 6X sehari. ASI diantar ke ruangan perinatologi dan diberikan

pada bayi melalui OGT.

- Paru-paru

I : Simetris kiri dan kanan, pergerakkan dinding dada simetris

P : Tidak teraba adanya pembengkakan dan massa

P : Perkusi diatas permukaan paru resonan

A : suara nafas vesikuler

- Jantung

I : simetris kiri dan kanan, ictus cordis tidak teraba, dan tidak ada

pembesaran pada jantung

P : Tidak ada pembengkakkan / benjolan

P : Suara ketuk jantung redup


75

A : irama jantung teratur dan tidak ada bunyi tambahan seperti mur-mur

dan gallop

4. Abdomen

I :Simetris kiri dan kanan, Terdapatluka post op scvertical sepanjang

±12 cm pada abdomenklien, luka masih sedikit basah dan agak sedikit

berbau.

A : Bising usus normal 18x/i ( nilai normal 5 – 24 x /i )

P : Nyeri tekan abdomen di quadran 3 dan 4, tinggi fundus uteri 2 jari

dibawah pusat

P : tympani

5. Punggung

Tidak terdapat lesi, tidak terlihat adanya kelainan tulang tidak ada bengkak

dan tidak ada massa.

6. Ekstermitas

Atas : Keadaan lengkap kiri dan kanan, tidak terpasang infus.

Simetriskiridankanan, capilary refillkurangdari 3detik, tidakadasianosis,

tidakadapembengkakan, tidakadakelainan.

Bawah : Keadaan lengkap kiri dan kanan. Simetriskiridankanan

,tidakadapembengkakan, tidakterdapatlesi, tidakterdapatkelainan.


76

7. Kekuatan Otot

5.5.5.5 5.5.5.5

5.5.5.5 5.5.5.5

8. Genitalia : klien tidak terpasang kateter, locheaserosa,warna merah

kecoklatan, klien ganti duk 2 kali sehari, kosistensi encer, dan berbau amis.

9. Integumen : Warna kulit sawo matang, turgor baik, tidak ada oedeme, akral

hangat.

3.1.5 Data Biologis

3.2 Tabel Data Biologis

AKTIVITAS SEHAT SAKIT


Makanan dan Minuman
Makan
Menu MB (Makan Biasa) MB ( Makan Biasa )
Porsi 3 x sehari 3x sehari
Makananan Tidak ada Tidak ada
Kesukaan
Pantangan Tidak ada Tidak ada

Minum
Jumlah ± 8 gelas / hari ± 8 gelas / hari

Minuman Kesukaan Air putih Air putih


Tidak ada Tidak ada
Pantangan

Eliminasi
BAB
± 1x/hari ± 1x sehari
Frekuensi
77

Warna Kuning lembek Kuning lembek


Bau Khas Khas
Konsistensi Lembek Lembek

Kesulitan Tidak ada Tiak ada

BAK
Frekuensi
Warna 4-6 /hari 4-6/hari
Kuning jernih Kuning jernih
Bau
Khas Khas ( obat- obatan )
Konsistensi
Cair Cair
Kesulitan
Tidak ada Tidak ada
Jumlah
±800cc/ hari ±600 cc / hari
Istirahat dan tidur
Waktu tidur
22.00 23.00 ke atas
Lama tidur
8 jam 5 jam
Hal yang
Tidak ada Tidak ada
mempermudah tidur
Kesulitan tidur

Tidak ada Tidak ada


Persoral hygiene
Mandi
2 x/hari 1x/hari
Cuci rambut
2x/hari 1x/ 2hari
Gosok gigi 2x/hari 1x/hari
Potong kuku 1x seminggu Tidak ada

3.1.6 Riwayat Alergi

Klienmengatakantidakmemilikiriwayatalergibaikituobat,

minumandanmakanan.
78

3.1.7 Data Psikologis

1. Bounding

Padafaseiniibusudahmenyusuibayinyanamun tidak secara langsung karena

bayi masih dirawat diruangan perinatologi.

2. Taking in

Padafaseinidinilaitingkahlakuibudalamketergantungandengan orang

disekitarnya,padafaseinisiibuketergantunganpadasaatakanberaktifitas,karena

kondisiibu yang

belummemungkinkanuntukberaktifitassendiri,inihanyaberlangsungselama 2

hari.

3. Taking hold

Pada fase ini ibu masih belum bisa menggendong bayinya, dan ibu

mersakan cemas karena memikirkan kondisi bayinya yang kurang normal.

4. Letting Go

Si

ibusudahmulaibisamelakukanperawatansendirisepertimandidanberpakaianse

ndiri.

3.1.8 Data Sosial Ekonomi

Klienadalahseorangpetani, ekonomi klien kurang mencukupi untuk biaya

hidup sehari-hari . Klien dirawatdenganbiayaBPJS dan dibantu oleh

kakaknya, hubungankliendengankeluargabaik, selama di

rumahsakithubungankliendenganperawatbaikdanramah.

3.1.9 Data Spritual


79

Sebelumnya di rumahklienjarangmelakukankegiatanibadahshalatdanselama

di rumahsakitklientidakadamelakukankegiatanibadahshalat.

3.1.10 Data Penunjang

Laboratorium

- Tanggal 21 Juni 2015 Nilai Normal

HBG : 13 ,9 g/dL ( 11,5-17,0 g/dL )

RBC : 4,65 10^6/µL ( 3,80- 6,50 10^6/µL )

HCT : 40,4 % ( 37,0 – 54,0 % )

WBC : 13,14 10^3/µL ( 5,0 – 10,0 10^3/µL )

- Tanggal 22 Juni 2015

HGB : 12,4 g/dL ( 11,5-17,0 g/dL )

RBC : 4,15 10^6/µL ( 3,80- 6,50 10^6/µL )

HCT : 36,7 % ( 37,0 – 54,0 % )

WBC: 16,47 10^3/µL ( 5,0 – 10,0 10^3/µL )

- Tanggal 24 Juni 2015

HGB : 13,7 g/dL ( 11,5-17,0 g/dL )

RBC : 4,40 10^6/µL ( 3,80- 6,50 10^6/µL )

HCT : 37,8 % ( 37,0 – 54,0 % )

WBC: 9,8 10^3/µL ( 5,0 – 10,0 10^3/µL )

3.1.11 Data Pengobatan

- Tanggal 24 Juni 2015

a. Obat Oral
80

Antalgin ( 2x1 ) tablet

Vitamin C ( 3x1 ) tablet

Cefixim ( 2 x1 ) tablet

b. Obat Injeksi

1. Ceftriaxon 1 gr ( 2x1 )

3.1.12 Data Fokus

a. Data Subjectif

1. Klien mengatakan luka post op sc masih tetutup verban

2. Klien mengatakan lukanya masih basah

3. Klien mengatakan nyeri

4. Klien mengatakan lukanya nyeri saat dibawa miring

5. Klien mengatakan luka sedikit berbau

6. Klien mengatakan kepala pusing

7. Klien mengatakan banyak fikiran terutama memikirkan bayinya

8. Klien mengatakan tidak mengetahui cara perawatan post sc karena

pertama kallinya operasi

9. Klien mengatakan masih bingung kenapa dirinya tidak bisa

melahirkan secara normal

b. Data Objectif

1. Tampak luka post op sc sepanjang ± 12 cm vertical

2. Luka klien tampak agak berbau

3. Luka klien tampak masih basah

4. Klien tampak meringis


81

5. Skala nyeri 4

6. Klien tampak memegang kepalanya

7. Klien tampak tidak tenang dan banyak fikiran

8. Klien selalu bertanya tentang perawatan post op sc

9. Klien tampak bingung dengan kondisinya

10. Tekanan darah : 130/90 mmHg

11. Suhu : 36,5 ºC

12. Pernafasan : 22x/i

13. Nadi : 88x/i

14. Data penunjang :

HGB : 13,7 g/dL ( 11,5-17,0 g/dL )

RBC : 4,40 10^6/µL ( 3,80- 6,50 10^6/µL )

HCT : 37,8 % ( 37,0 – 54,0 % )

WBC: 9,8 10^3/µL ( 5,0 – 10,0 10^3/µL )

3.1.13 Analisa Data

3.3 Tabel Analisa Data

No Data Fokus Masalah Etiologi

1. Data subjectif : Gangguan rasa Trauma

1. Klien mengatakan nyeri pada nyaman ( nyeri ) pembedahan post

luka post op op SC

2. Klien mengatakan lukanya

nyeri saat dibawa miring

Data objectif :
82

1. Klien tampak meringis

2. Skala nyeri 4

3. Tampak luka post op sc

vertical ±12 cm

4. Tekanan darah : 130/90

mmHg

2. Data subjectif : Infeksi Luka post op sc

1. Klien mengatakan luka post

op sc masih tetutup verban

2. Klien mengatakan lukanya

masih basah

3. Klien mengatakan nyeri

disekitar luka

4. Klien mengatakan luka

sedikit berbau

Data objectif :

1. Tampak luka post op sc

sepanjang ± 12 cm vertical

2. Luka klien tampak masih

basah

3. Luka klien tampak agak

berbau

4. Tekanan darah : 130/90


83

mmHg

3. Data Subjectif : Cemas Krisis situasi

1. Klien mengatakan kepala

pusing

2. Klien mengatakan banyak

fikiran terutama memikirkan

bayinya

Data Objectif :

1. Klien tampak memegang

kepalanya

2. Klien tampak tidak tenang dan

banyak fikiran

3. Tekanan darah : 130/ 90

mmHg

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan trauma pembedahan

post SC

2. Infeksi berhubungan dengan luka post op SC

3. Cemas berhubungan dengan krisis situasi


3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

3.4 Tabel Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan / kriteria hasil Intervensi Rasional

keperawatan

Rabu / 24 Juni 2015

1. Gangguan rasa Tujuan : setelah 1. Tentukan karakteristik dan lokasi 1. Klien mungkin tidak secara

nyaman ( nyeri ) dilakukan tindakan ketidaaknyamanan. Perhatikan verbal melaporkan nyeri dan

berhubungan dengan keperawatan 3 x 24 jam isyarat verbal dan non verbal ketidaknyamanan secara

trauma pembedahan diharapkan nyeri seperti meringis, kaku dan langsung. Membedakan

post SC berkurang / hilang gerakan melindungi atau karakteristik khusus dari

Data subjectif : Kriteria Hasil : terbatas. nyeri membantu

1. Klien - skala nyeri 0 membedakan nyeri pasca

mengatakan nyeri - klien tampak rileks operasi daari terjadinya

pada luka post op - TTV dalam batas komplikasi.

84
2. Klien normal 2. Berikan informasi dan petunjuk 2. Meningkatkan pemecahan

mengatakan antisipasi mengenai penyebab masalah, membantu

lukanya nyeri ketidaknyamanan dan intervensi mengurangi nyeri berkenaan

saat dibawa yang tepat. dengan ansietas dan

miring ketakutan karena

Data objectif : ketidaktahuan dan

1. Klien tampak memberikan rasa control.

meringis 3. Evaluasi tekanan darah 3. Pada banyak klien, nyeri

2. Skala nyeri 4 (TD) dan nadi: perhatikan dapat menyebabkan gelisah

3. Tampak luka post perubahan prilaku (bedakan serta TD dan nadi

op sc vertical ±12 antara kegelisahan karena meningkat. Analgesic dapat

cm kehilangan darah berlebihan dan menurunkan Tekanan Darah

4. Tekanan darah : karena nyeri)

130/90 mmHg

85
4. Anjurkan penggunaan teknik 4. Merilekskan otot, dan

pernapasan dan relaksasi dan mengalihkan perhatian dari

distraksi. Anjurkan keberadaan sensasi nyeri. Meningkatkan

dan partisipasi pasangan bila kenyamanan dan

tepat. menurunkan distraksi tidak

menyenangkan,

meningkatkan rasa sejahtera.

5. Kolaborasi dalam pemberian 5. Analgesia yang di kontrol

analgetik sesuai indikasi pasien memberikan

penghilangan nyeri cepat

tanpa efek

samping/oversedasi.

2. Infeksi berhubungan Tujuan : setelah 1. Kaji tanda tanda vital ( tekanan 1. Menetapkan data dasar

dengan luka post op dilakukan tindakan darah, nadi, suhu, dan pernafasan klien, terjadinya peradangan

86
SC keperawatan 3x24 jam ) dapat diketahui dari

Data subjectif : diharapkan luka bekas penyimpangan tanda – tanda

1. Klien mengatakan operasi tidak terjadi vital terutama peningkatan

luka post op sc infeksi suhu tubuh

masih tetutup verban KH :

2. Klien mengatakan - tidak ada tanda-tanda 2. Diteksi awal dalam

lukanya masih basah infeksi menentukan tindakan

3. Klien mengatakan - luka kering 2. Kaji adanya tanda-tanda infeksi ( lanjutan yang tepat dari

nyeri disekitar luka rubor, calor, dubor, tumor, tanda – tanda infeksi

4. Klien mengatakan kerusakan fungsi jaringan) 3. Mencegah dehidrasi

luka sedikit berbau memaksimalkan volume

Data objectif : 3. Dorong masukan cairan oral dan sirkulasi dan aliran urin.

1. Tampak luka post diet tinggi protein, vitamin c, dan Protein dan vitamin

op sc sepanjang 12 besi. cdiperlukan untuk

87
cm vertical pembentukan kolagen : besi

2. Luka klien tampak diperlukan untuk sintesis Hb

masih basah 4. Anjurkan dan gunakan teknik 4. Membantu mencegah atau

3. Luka klien tampak mencuci tangan dengan cermat membantu membatasi

agak berbau dan pembuangan pengalas penyebaran infeksi

4. Luka klien tampak kotoran, pembalut erineal, dan

masih basah linen terkontaminasi dengan

5. Tekanan darah : tepat. Diskusikan dengan klien

130/90 mmHg pentingnya kelanjutan tindakan-

tindakan ini setelah pulang.

5. Lakukan perawatan luka dan 5. Perawatan luka dapat

ganti verban mempercepat penyembuhan

luka dan mengurangi resiko

infeksi

88
6. Anjurkan klien untuk tetap 6. Dengan keadaan luka yang

menjaga luka tetap kering dan kering dan bersih dapat

bersih mengurangi resiko

terjadinya infeksi

7. Berikan antibiotic khusus untuk 7. Perlu untuk mematikan

proses infeksi yang organisme

teridentifikasi.

3. Cemas berhubungan Tujuan : setelah 1. Kaji tanda- tanda vital ( tekanan 1. Perbandingan dari tekanan

dengan krisis situasi dilakukan tindakan darah, suhu, nadi dan pernafasan darah memberikan

1. Klien keperawatan 3 x 24 jam ) gambaran yang lebih

mengatakan diharapkan kejang tidak lengkap tentang

kepala pusing terjadi keterlibatan/ bidang

2. Klien KH : masalah vaskular.

mengatakan - Klien tampak tenang

89
banyak fikiran - TTV dalam batas 2. Ciptakan lingkungan yang 2. Lingkungan yang nyaman

terutama normal nyaman pada klien bisa membuat klien lebih

memikirkan nyaman dan tenang

bayinya 3. Anjurkan klien untuk istirahat 3. Dengan istirahat klien dapat

Data Objectif : mengurangi pikirannya

1. Klien tampak 4. Mengurangi fikiran


4. Anjurkan klien untuk tetap
memegang sehingga tidak terjadi
tenang
kepalanya peningkatan tekanan darah

2. Klien tampak 5. Menambah wawasan klien


5. Jelaskan kepada klien tentang
tidak tenang dan dan memberikan informasi
kondisi anaknya.
banyak fikiran agar klien

3. Tekanan darah : mengetahuikondisi

130/ 90 mmHg anaknya.

90
3.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

3.5 Tabel Implementasi dan Evaluasi

No Hari/ Tanggal Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi Paraf

1. Rabu / 24 Juni Gangguan rasa 09.00 1. Menentukan karakteristik S: Klien mengatakan

2015 nyaman ( nyeri ) dan lokasi luka masih terasa

berhubungan ketidaaknyamanan. nyeri

dengan trauma Perhatikan isyarat verbal O : skala nyeri 5

pembedahan post dan non verbal seperti Tekanan darah

op SC meringis, kaku dan 130/90 mmHg

gerakan melindungi atau A: masalah belum

terbatas. teratasi

2. Memberikan informasi dan P : Implementai

petunjuk antisipasi dilanjutkan

mengenai penyebab

91
ketidaknyamanan dan

intervensi yang tepat.

3. Mengevaluasi tekanan

darah

(TD) dan nadi: perhatikan

perubahan prilaku

(bedakan antara

kegelisahan karena

kehilangan darah

berlebihan dan karena

nyeri)

4. Menganjurkan

penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

92
dan distraksi. Anjurkan

keberadaan dan partisipasi

pasangan bila tepat.

5. Berkolaborasi dalam

pemberian analgetik sesuai

indikasi

2. Rabu / 24 Juni Infeksi 09.30 1. Mengkaji tanda tanda vital S: klien mengatakan

2015 berhubungan ( tekanan darah, nadi, luka masih sedikit

dengan luka post suhu, dan pernafasan ) basah, masih sedikit

op SC 2. Mengkaji adanya tanda- nyeri.

tanda infeksi ( rubor, calor, O : luka klien tampak

dubor, tumor, kerusakan masih sedikit basah

fungsi jaringan) dan agak berbau

3. Mendorong masukan A : masalah setengah

93
cairan oral dan diet tinggi teratasi

protein, vitamin c, dan P : implementasi

besi. dilanjutkan

4. Menganjurkan dan

gunakan teknik mencuci

tangan dengan cermat dan

pembuangan pengalas

kotoran, pembalut erineal,

dan linen terkontaminasi

dengan tepat. Diskusikan

dengan klien pentingnya

kelanjutan tindakan-

tindakan ini setelah

pulang.

94
5. Melakukan perawatan luka

dan ganti verban

6. Menganjurkan klien untuk

tetap menjaga luka tetap

kering dan bersih

7. Memberikan antibiotic

khusus untuk proses

infeksi yang

teridentifikasi.

3. Rabu / 24 Juni Cemas 10.00 1. Mengkaji tanda- tanda S : klien mengatakan

2015 berhubungan vital ( tekanan darah, masih kefikiran

dengan krisis suhu, nadi dan pernafasan bayinya yang

situasi ) mengalami kelainan

2. Menciptakan lingkungan O: tekanan darah :

95
yang nyaman pada klien 130/ 90 mmHg

3. Menganjurkan klien untuk Klien tampak masih

istirahat belum tenang

4. Menganjurkan klien untuk A : masalah setengah

tetap tenang teratasi

5. Menjelaskan kepada klien P : implementasi

tentang resiko kejang dilanjutkan

4. Kamis/ 25 Juni Infeksi 08.30 1. Mengkaji tanda tanda vital S : klien mengatakan

2015 berhubungan ( tekanan darah, nadi, luka sudah mulai

dengan luka post suhu, dan pernafasan ) kering dan tidak bau

op SC 2. Mengkaji adanya tanda- lagi

tanda infeksi ( rubor, calor, O: luka klien tampak

dubor, tumor, kerusakan sudah kering dan

96
fungsi jaringan) tidak ada tanda-tanda

3. Mendorong masukan infeksi

cairan oral dan diet tinggi A: masalah teratasi

protein, vitamin c, dan P : implementasi

besi. dihentikan pasien

4. Menganjurkan dan pulang

gunakan teknik mencuci

tangan dengan cermat dan

pembuangan pengalas

kotoran, pembalut erineal,

dan linen terkontaminasi

dengan tepat. Diskusikan

dengan klien pentingnya

kelanjutan tindakan-

97
tindakan ini setelah

pulang.

5. Melakukan perawatan luka

dan ganti verban

6. Menganjurkan klien untuk

tetap menjaga luka tetap

kering dan bersih

5. Kamis/ 25 Juni Gangguan rasa 09.15 1. Menentukan karakteristik S : Klien mengatakan

2015 nyaman ( nyeri ) dan lokasi nyeri mulai

berhubungan ketidaaknyamanan. berkurang saat

dengan trauma Perhatikan isyarat verbal dibawa miring

pembedahan post dan non verbal seperti O : klien tampak

op SC meringis, kaku dan mulai rileks, skala

gerakan melindungi atau nyeri 3, tekanan

98
terbatas. darah 120/80 mmHg

2. Memberikan informasi dan A : Masalah sebagian

petunjuk antisipasi teratasi

mengenai penyebab P : implementasi

ketidaknyamanan dan dihentikan pasien

intervensi yang tepat. pulang

3. Mengevaluasi tekanan

darah

(TD) dan nadi: perhatikan

perubahan prilaku

(bedakan antara

kegelisahan karena

kehilangan darah

berlebihan dan karena

99
nyeri)

4. Menganjurkan

penggunaan teknik

pernapasan dan relaksasi

dan distraksi. Anjurkan

keberadaan dan partisipasi

pasangan bila tepat.

Berkolaborasi dalam

pemberian analgetik sesuai

indikasi

6. Kamis/ 25 Juni Cemas 09.45 1. Mengkaji tanda- tanda S : klien mengatakan

2015 berhubungan vital ( tekanan darah, fikiran sudah mulai

dengan krisis suhu, nadi dan pernafasan tenang dan kepala

situasi ) tidak pusing lagi.

100
2. Menciptakan lingkungan O: klien tampak

yang nyaman pada klien sudah mulai tenang

3. Menganjurkan klien untuk dan senang karena

istirahat bisa pulang.

4. Menganjurkan klien untuk Tekanan darah :

tetap tenang 120/80 mmHg

5. Menjelaskan kepada klien A : masalah teratasi

tentang resiko kejang P: implementasi

dihentikan pasien

pulang

101
102
100

BAB IV

PEMBAHASAN

Selama penulis melakukan Asuhan Keperawatan Pada Ny. A Dengan Post Op

Sectio Cesarea dengan indikasi Preeklamsi Berat di Ruang Rawat Inap

Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi pada tanggal 24 Juni 2015

sampai dengan tanggal 25 Juni 2015, ada beberapa hal yang perlu dibahas dan

diperhatikan.

Dalam penerapan asuhan keperawatan tersebut penulis telah berusaha mencoba

menerapkan Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Post Op Sectio Cesarea

dengan indikasi Preeklamsi Berat sesuai dengan teori-teori yang ada. Untuk

melihat lebih jelas asuhan keperawatan yang diberikan dan sejauh mana

keberhasilan yang dicapai, akan diuraikan sesuai dengan tahap-tahap proses

keperawatan di mulai dari pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi,

implementasi, dan evaluasi.

4.1 Pengkajian

Pengkajian adalah merupakan tahap yang sistematis dalam pengumpulan data

tentang individu, keluarga dan kelompok

(Carpenito & Moyet, 2007)

Dalam melakukan pengkajian pada klien data di dapatkan dari klien , beserta

keluarga , catatan medis serta tenaga kesehatan lainnya.

100
101

4.1.1 Riwayat kesehatan sekarang

Dalamtinjauanteoritisdengantinjauankasustidakadaterdapatkesenjanganpadasaat

dilakukanpengkajian. Pada tinjauan teori biasanya klien mengeluh nyeri, luka

bekas post op SC, dan pada tinjauan kasus juga ditemukan klien mengatakan

nyeri, dan luka bekas post op SC.

4.1.2 Riwayat kesehatan dahulu

Terdapatkesenjangandalamtinjauanbiasanyaklienadariwayathipertensi atau

penyakit seperti DM,

jantungsedangkanberdasarkanhasilwawancarapadaNy.Atidakditemukanadanyari

wayathipertensi maupun penyakit yang lain.

4.1.3 Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada teoritis dan pada kasus sama karena pemeriksaan fisik

penting untuk menentukan keadaan pasien. Pemeriksaan fisik pada teori

mengacu pada pemeriksaan head to toe, pemeriksaan keadaan umum, tingkat

kesadaran serta TTV ( TD, P, N, S ) pada kasus penulis juga melakukan

pemeriksaan head to toe, pemeriksaan kesadaran, keadaan umum, serta

pemeriksaan TTV ( TD, N, P, S ).

4.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan

mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan

resiko tinggi ( Doenges, 2000 : 8 ).


102

Pada tinjauan teoritis ditemukan 11 diagnosa keperawatan sedangkan pada

tinjauan kasus ditemukan 3 diagnosa keperawatan. Diagnosa yang ditemukan

pada teori :

1. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan trauma pembedahan post

op SC.

2. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/ luka post op

3. Cemas berhubungan dengan krisis situasi

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi

penyakit

5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot

6. Resiko terjadinya cidera berhubungan dengan vasospasme dan peningkatan

tekanan darah

7. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan transisi

8. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik

9. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan

ibu.

10. Resiko terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan kurangnya

dukungan dari orang terdekat, tidak tersedianya model peran.

11. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri atau ketidaknyamanan, proses

persalinan dan kelahiran melelahkan.

( Doegoes marylin, 2001 ).

Sedangkan pada kasus ditemukan 3 diagnosa yaitu :


103

1. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan trauma pembedahan

post op SC.

2. Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/ luka post op

3. Cemas berhubungan dengan krisis situasi

Diagnosa pada kasus yang tidak ditemukan di teori adalah

1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi

penyakit

2. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot

3. Resiko terjadinya cidera berhubungan dengan vasospasme dan peningkatan

tekanan darah

4. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan transisi

5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik

6. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan keterbatasan

pengetahuan ibu.

7. Resiko terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan

kurangnya dukungan dari orang terdekat, tidak tersedianya model peran.

8. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri atau ketidaknyamanan,

proses persalinan dan kelahiran melelahkan.

Diagnosa yang lainnya tidak muncul pada tinjauan kasus karena tidak ada data

pendukung pada tinjauan kasus diatas.

4.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang

diharapkan dari pasien dan tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
104

Intervensi keperawatan dipilih untuk membantu pasien dalam mencapai hasil

pasien yang diharapkan dan tujuan pemulangan ( Doenges, 2000 : 10 ).

Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan kepada klien berdasarkan

prioritas masalah yang ditemukan, tidak semua rencana tindakan pada teori dapat

ditegakkan pada tinjauan kasus karena rencana tindakan pada tinjauan kasus

disesuaikan dengan keluhan dan keadaan pasien.

4.4 Implementasi

Setelah rencana tindakan ditetapkan, maka dilanjutkan dengan melakukan

rencana tersebut dalam bentuk nyata, dalam melakukan asuhan keperawatan pada

klien post sectio caesarea dengan indikasi preeklamsi berat, hal ini tidaklah

mudah. Terlebih dahulu penulis mengatur strategi agar tindakan keperawatan

dapat terlaksana, yang dimulai dengan melakukan pendekatan pada klien agar

nantinya klien mau melaksanakan apa yang perawat anjurkan, sehingga seluruh

rencana tindakan keperawatan yang dilaksanakan sesuai dengan masalah yang

dihadapi klien.

Dalam melakukan rencana tindakan, penulis tida menemukan kesulitan yang

berarti, hal ini disebabkan karena :

a. Adanya faktor perencanaan yang baik dan sistematik sehingga memudahkan

untuk melakukan tindakan keperawatan

b. Pendekatan yang dilakukan pada klien dan keluarga dengan baik sehingga

klien merasa percaya pada penulis dan mudah dalam pemberian serta

pelaksanaan tindakan keperawatan


105

c. Adanya kerja sama yang baik dengan petugas ruangan, sehingga penulis

mendapat bantuan dalam melalaksanakan tindakan keperawatan.

4.5 Evaluasi

Dari 3 diagnosa keperawatan yang penulis tegakkan sesuai dengan apa yang

penulis temukan dalam melakukan studi kasus dan melakukan asuhan

keperawatan, kurang lebih sudah mencapai perkembangan yang lebih baik dan

optimal, maka dari itu dalam melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai

hasil yang maksimal memerlukan adanya kerja sama antara penulis dengan klien,

perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya.

Penulis tidak dapat melihat perkembangan selama 3 hari berturut-turut karena

pada hari kedua pasien sudah dibolehkan pulang.

1. Pada diagnosa 1 yaitu gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan

trauma pembedahan post sc dianggap masalah sudah teratasi sebagian karena

nyeri klien sudah berkurang dan skala nyeri 3.

2. Pada diagnosa 2 yaitu infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/ luka post

op diangaap masalah sudah teratasi sebagian karena tidak ada tampak tanda-

tanda infeksi lagi hanya luka masih belum kering sepenuhnya.

3. Pada diagnosa 3 yaitu cemas berhubungan dengan krisis situasi dianggap

masalah sudah teratasi karena klien sudah mulai tenang, tidak cemas dan

lebih rileks, tekanan darah sudah kembali normal 120/80 mmHg.


106

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Sectio Caesarea dengan indikasi Preeklampsia adalah Masa setelah proses

pengeluaran janin yang dapat hidup di luar kandungan dari dalam uterus ke

dunia luar dengan menggunakan insisi pada perut dan karena adanya hipertensi,

edema, dan proteinuria.

Dari uraian diatas penulis dapat mengambil kesimpulan :

1.1.1 Pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan sectio caesarea

diruang rawat inap kebidanan Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi tahun 2015 dapat dilakukan dengan baik dan tidak

mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data.

1.1.2 Pada diagnosa asuhan keperawatan pada pasien dengan sectio caesarea

diruang rawat inap kebidanan Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi tahun 2015 dapat dirumuskan 3 diagnosa pada tinjauan

kasus.

1.1.3 Pada perencanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan sectio

caesarea diruang rawat inap kebidanan Rumah Sakit Dr. Achmad


107

Mochtar Bukittinggi tahun 2015 semua perencanaan dapat diterapkan

pada tinjauan kasus.

1.1.4 Pada implementasi asuhan keperawatan pada pasien dengan sectio

caesarea diruang rawat inap kebidanan Rumah Sakit Dr. Achmad

Mochtar Bukittinggi tahun 2015 hampir semua dapat dilakukan, namun


106
ada beberapa rencana tindakan yang penulis tidak lakukan tetapi

dilakukan oleh perawat ruangan tersebut.

1.1.5 Evaluasi pada pasien dengan sectio caesarea diruang rawat inap

kebidanan Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2015

dapat dilakukan dan dari 3 diagnosa hampir semua masalah teratasi dan

klien boleh pulang.

5.2 Saran

5.1.1 Bagi Mahasiswa

Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari informasi dan

memperluas wawasan mengenai Post Op SC dengan indikasi preeklamsi

beratkarena dengan adanya pengetahuan dan wawasan yang luas

mahasiswa akan mampu mengembangkan diri dalam masyarakat dan

memberikan pendidikan kesehatan bagi masyarakat mengenai SC dengan

indikasi preeklamsi, dan fakor –faktor pencetusnya serta bagaimana

pencegahan untuk kasus tersebut.

5.1.2 Bagi Rumah Sakit

Untuk mencegah meningkatnya preeklamsi beratsebaiknya pasien di beri

informasi yang memadai mengenai preeklamsiitu sendiri dan aspek-


108

aspeknya. Dengan diperolehnya informasi yang cukup maka pencegahan

pun dapat dilakukan dengan segera. Dan adapun untuk pasien yang telah

mengalami atau menderita post op sc dengan indikasi preeklamsi, maka

harus segera dilakukan perawatan yang intensif, agar tidak terjadi infeksi

pada luka post op.

5.1.3 Bagi Institusi Pendidikan

Peningkatan kualitas dan pengembangan ilmu mahasiswa melalui studi

kasus agar dapat menerapkan asuhan keperawatan secara komprehensif.


DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M E. 2000, RencanaAsuhanKeperawatanPedomanUntukPerencanaan


Dan PendokumentasianPerawatanPasien. Jakarta : EGC
Doengoes , M .2001. RencanaPerawatanMaternitas / Bayi .Jakarta : EGC
F. Gary Cunningham .2005 Obstrerti Williamsalihbahasa: Huriawati Hartono.
Jakarta. EGC
Hidayat, Asri. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Jogjakarta : Nuha Medika
Hollingworth, Tony. 2011. Diagnosis Banding Dalam Obstetri Dan Ginekologi.
Jakarta : EGC
http://andhrey.blogspot.com/2014/05/asuhan-keperawaatan-sc.html
https://wayanpuja.wordpress.com/2011/06/25/askep-pasien-dengan-post-operasi-
seksio-sesaria/
Norwitz, Errol. 2007. At A Glace Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta : Erlangga
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan
BinaPustakaSarwonoPrawirohardjo
Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta : Salemba Medika
LAMPIRAN
Discharge Planning

Nama pasien : Ny. A

No MR : 413484

Dx medis : Post Op Sectio Caesarea + Pre Eklamsi Berat

Tanggal masuk : 21 Juni 2015

Tanggal keluar : 24 Juni 2015

1. Menjelaskan kepada klien tentang minum obat yang benar,

( dosis obat, nama obat, fungsi obat )

Nama obat Fungsi obat Dosis obat

Cefixim Untuk mencegah 2 x 1 tablet

terjadinya infeksi pada

luka post operasi.

Antalgin Menghilangkan rasa nyeri 2 x 1 tablet

Vit C Obat untuk menambah 3 x 1 tablet

vitamin dan daya tahan

dalam tubuh
2. Menjelaskan pada klien tentang control luka

Setelah klien pulang dari rumah sakit anjurkan 1 minggu setelah ia pulang kontrol

ke poli kebidanan, atau bisa control ke puskesmas atau bidan terdekat.

3. Menjelaskan pada klien tentang cara mencegah infeksi

- Anjurkan pada klien untuk melakukan aktifitas ringan di rumah

- Anjurkan pada klien agar menjaga kebersihan agar luka tidak terjadi infeksi

- Jangan memegang luka dengan tangan yang tidak bersih

- Menjelaskan pada klien agar minum obat secara teratur

4. Menganjurkan mengosumsi makanan yang mengandung protein tinggi

- Anjurkan klien untuk makan makanan yang mengandung protein tinggi seperti

(daging dan telur)

-Makan makanan yang mengandung serat seperti buah-buahan dan sayur- sayuran
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama ; RETNO TRIWAHYUNI


Tempat / TanggalLahir ; Bukittinggi / 04 Agustus 1994
Agama ;Islam
JumlahBersaudara ;4 Orang
AnakKe ; 3( Tiga )
Alamat ; Jln. Pinggir Irigasi RT 01 RW 02 Kel. Muaro
Payakumbuh Utara

Nama Orang Tua


Ayah ; Wahendrik
Ibu ; Elmi

RiwayatPendidikan
1. TkRaudhatul Athfal Talawi Sawahlunto : 1999 - 2000
2. SDN 13 Nankodok Payakumbuh : 2000 - 2006
3. SMP N 2 Payakumbuh : 2006 - 2009
4. SMA N 3 Payakumbuh : 2009 - 2012
5. StikesPerintis Sumatera Barat : 2012 – 2015

Anda mungkin juga menyukai