Anda di halaman 1dari 5

KONSEKUENSI MENGIMANI AL QURAN

Iman kepada al quran menuntut beberapa hal yang harus dipenuhi sebagai konsekuensi
diantaranya yaitu :
1. Akrab dengan al quran
Melakukan interaksi yang intens dengan al quran. Interaksi intens hanya bisa
dilakukan dengan 2 hal, yaitu mempelajari dan mengajarkan al quran kepada orang
lain.

Sebaik-baik kalian adalah orang yang memperlajari al quran dan mengajarkannya


(HR. Bukhari)
Yang perlu dipelajari dan diajarkan yaitu :
a. Bacaannya : membaca dengan baik sesuai makhraj dan tajwidnya menjadi indikasi
keimanan seseorang terhadap al quran. Seorang mukmin diwjibkan mempelajari
dan mengajarkan al quran kepada orang lain dengan baik dan benar.

b. Pemahamannya : memahami makna ayat secara tekstual (yang tersurat dengan


jelas) dan kontekstual (yang tersirat, sesuai pemahaman salafush shalih dengan
riwayat yang sahih)

c. Penerapannya : mengamalkan apa yang sudah dipelajari dan dipahami dalam


kehidupan sehari-hari dan mengajak orang lain melakukan hal yang sama.
d. Penghafalan dan penjagaan : melafalkan dan menjaga hafalan untuk diri sendiri

dan mengajarkan kepada orang lain.


2. Mendidik diri dengan al quran
Al quran berisi nilai-nilai dan ajaran yang ideal, sementara manusia dan kehidupan
disekitarnya terkadang jauh dari kata al quran. Dalam kondisi seperti ini, mukmin
akan terus berusaha untuk mendidik dirinya agar sifat dan karakternya sesuai dengan
al quran.
3. Tunduk dan selalu menerima hukum-hukum yang ada di dalamnya
Al quran sebagai hukum dan perundangan tidak cukup dibaca dan dikaji. Al quran
harus dipatuhi dengan segala ketundukan yang utuh. Penolakan dan pembangkangan
terhadapnya hanya menyebabkan kerusakan dan kehancuran
4. Menyeru orang untuk juga beriman dan mau mengamakan al quran
Mukmin yang baik yakin bahwa al quran adalah kebenaran yang haqiqi maka ia
mengajak orang lain kepadanya dengan cinta dan penuh tanggung jawab. Ia
menyadari sebagian nilai dan hukum-hukumnya hanyadapat ditegakkan bersama
orang lain dalam sebuah jamaah.

5. Menegakkan al quran di bumi


Nilai dan hukum yang menyangkut kehidupan pribadi ditegakkan dalam dirinya
sebagai individu. Dalam konteks kehidupan sosial ia tegakkan bersama dengan kaum
mukminin yang lainnya secara berjamaah.

SYARAT MENGAMBIL MANFAAT AL QURAN


Persoalan dalam mengambil manfaat agar mukmin dapat hidup sesuai dengan
karakter al quran, bukan pada kesulitan memahami teks dan tafsirnya, melainkan pada
hadir-tidaknya hati dalam ‘membacanya’. Ada beberapa syarat menurut Sayyid
Quthub agar kita optimal memanfaatkan al quran sebagai pedoman yaitu :
1. Menghadirkan hati.
Membekali diri dengan persiapan perasaan, pengetahuan, dan pengalaman dalam
memahami nash-nash al quran dan merasakan sentuhannya

2. Menghadirkan suasana
Menghadirkan konteks dan suasana dengan memfokuskan diri dengan perasaan
dan inderanya pada suasana dan lingkungan saat diturunkannya al quran, baik di
makkah dan di madinah, agar dapat menemukan jejak dan pengaruh al quran saat
diturunkan. Ini akan sangat membantu memahami teks-teks sebagai sebuah
konteks. Teks tidak dipahami secara berdiri sendiri, melainkan dalam sebuah
konteks.
3. Mengikuti cara interaksi sahabat dengannya
Mempelajari dan memerhatikan sikap para sahabat-lingkungan mekah dan
madinah- dengan al quran dan interaksi mereka serta kehidupan mereka bersama
al quran :
a. Tidak memahami ayat secara parsial/terpisah melainkan ada kaitan ayat satu
dengan lainnya.
b. Memasuki al quran tanpa membawa persepsi dan pemahamanmasa lalu
c. Mengimani secara mutlak seluruh ayat bahkan yang awalnya bertentangan
dengan logika : logika harus menyesuaikan dengan al quran, bukan sebaliknya
d. Merasakan bahwa ayat-ayat al quran ditujukan untuknya
4. Memahami tujuan azasi al quran
Memahami dan meyakini bahwa al Qur’an merupakan petunjuk dan tuntunan
yang lengkap untuk: membentuk kepribadian individu dan membentuk
masyarakat yang barakah.
5. Mengamalkan dan menerapkannya
Mengamalkannya dalam praktek, dan menerapkannya dalam kehidupan,
menyibukkan diri, perasaan dan anggota tubuh dengan kesibukan yang
berorientasi pada al Qur’an.

BAHAYA MELUPAKAN ALQURAN


Manfaat al-Qur’an bagi umat manusia sangat besar. Namun kenyataan menunjukkan bahwa
al-Qur’an telah ditinggalkan bahkan oleh kaum Muslimin sendiri. Akibatnya umat manusia
menghadapi berbagai problem yang tiada habis-habisnya. Dahulu yang meninggalkan dan
melupakan al-Qur’an adalah orang munafik dari ahli kitab, namun kini kaum muslimin
termasuk di dalamnya. Melupakan al-Qur’an sama halnya dengan menjauhkan diri dari
fungsi dan manfaatnya, bahkan tidak menghormati kedudukannya. Akibatnya, akan
mendatangkan berbagai bahaya yang disebut dalam al-Qur’an sendiri, di antaranya:

1. Kesesatan yang nyata


Hukum yang ada dalam al-Qur’an adalah petunjuk yang menyerahkan. Siapa yang tidak
menggunakan al-Qur’an sebagai petunjuk berarti menggunakan selainnya. Padahal petunjuk
yang sebenarnya adalah petunjuk Allah.

2. Kesempitan dan kesesakan


Barangsiapa yang Allah kehendaki untuk mendapat petunjuk, Allah akan melapangkan
dadanya. Sebaliknya yang tidak mendapat petunjuk, dadanya akan terasam sempit
menghimpit seakan naik ke ketinggian langit.

3. Kehidupan yang sempit


Siapa yang tidak mengikuti petunjuk Allah, maka kehidupannya psti akan penuh dengan
masalah. Mengikuti petunjuk buatan manusia sama saja menjerumuskan diri dalam
kepentingan berbagai pihak sehingga akan terombang-ambing di antara kepentingan-
kepentingan itu.

4. Kebutaan mata hati


Mereka tidak dapat melihat kebenaran al-Qur’an bukan karena mata mereka buta. Kebutaan
yang lebih parah adalah apabila mengenai hati. Orang yang mengalami kebutaan secara lahir
mungkin saja mendapatkan kehidupan yang baik selama hatinya tidak buta.

5. Kekerasan hati
Di antara kemukjizatan al-Qur’an adalah kekuatannya meluluhkan hati sehingga orang yang
kasar dan kaku pun menjadi lembut karenanya. Contoh yang sangat ekstrim adalah ‘Umar bin
al-Khaththab ra. Saat amarah, kebencian dan permusuhannya

berkobar-kobar justru beliau tersentuh oleh al-Qur’an yang sedang dibacakan. Tidak
tersentuhnya hati oleh al-Qur’an adalah akibat sekat yang ada menjadikannya keras. Padahal
bila sudah mengeras, hati lebih keras dibanding batu.

6. Kedhaliman dan kehinaan


Meninggalkan hal yang bermanfaat dan menggantikannya dengan kesesatan merupakan
tindakan kedhaliman terhadap diri sendiri dan orang lain. Kedhaliman semacam ini akan
menyebabkan hilangnya kehormatan sehingga orang akan hina di mata Allah dan di mata
manusia.

7. Menjadi teman setan


Setan akan menjadi sangat senang apabila manusia meninggalkan kitab suci Tuhannya.
Karena mereka akan menjadi teman yang loyal kepadanya.

berkobar-kobar justru beliau tersentuh oleh al-Qur’an yang sedang dibacakan. Tidak
tersentuhnya hati oleh al-Qur’an adalah akibat sekat yang ada menjadikannya keras. Padahal
bila sudah mengeras, hati lebih keras dibanding batu.

6. Kedhaliman dan kehinaan


Meninggalkan hal yang bermanfaat dan menggantikannya dengan kesesatan merupakan
tindakan kedhaliman terhadap diri sendiri dan orang lain. Kedhaliman semacam ini akan
menyebabkan hilangnya kehormatan sehingga orang akan hina di mata Allah dan di mata
manusia.

7. Menjadi teman setan


Setan akan menjadi sangat senang apabila manusia meninggalkan kitab suci Tuhannya.
Karena mereka akan menjadi teman yang loyal kepadanya.

DAFPUS

Yusuf Al-Qardhawi, Bagaimana Berinteraksi Dengan Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka


AlKautsar, 2000) hlm. 161.
Muhammad Daud Ali, Pengantar Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2000), hlm. 93.
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132161222/lainlain/AQ+pedoman+manusia.pdf

Anda mungkin juga menyukai