Anda di halaman 1dari 17

BUPATI SIAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK


NOMOR 18 TAHUN 2007

TENTANG

BADAN USAHA MILIK DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIAK,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 81 (1) Peraturan


Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4587) perlu ditetapkan Peraturan
Daerah Kabupaten Siak tentang Badan Usaha Milik Desa.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan


Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan
Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna,
Kabupaten Kuantan Singingi dan Kota Batam (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 181, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3902), sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2003 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 31, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4274);

2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Pemerintah Daerah
menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4548);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 20,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273);
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman


Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4593);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian


Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Propinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737).

10. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 91 Tahun 1991 tentang


Pasar Desa;

11. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 tentang


Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah.

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SIAK


dan

BUPATI SIAK

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK TENTANG


BADAN USAHA MILIK DESA

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Siak;
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah;
3. Kepala Daerah adalah Bupati Siak;
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga
Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah;
5. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
6. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Desa
dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
7. Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah Kepala Desa dan
Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa;
8. Badan Permusyawaratan Desa, selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang
merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Desa;
9. Lembaga Kemasyarakatan atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang
dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra Pemerintah
Desa dalam memberdayakan masyarakat;
10. Peraturan Daerah adalah Peraturan Daerah Kabupaten Siak;
11. Peraturan Desa adalah perundang-undangan yang dibuat oleh BPD bersama Kepala
Desa;
12. Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDES adalah suatu
lembaga/badan perekonomian Desa yang berbadan hukum dibentuk dan dimiliki oleh
Pemerintah Desa, dikelola secara ekonomis, mandiri dan professional dengan modal
seluruhnya atau sebagian besar merupakan kekayaan Desa yang dipisahkan;
13. Pasar Desa adalah Pasar yang berada diwilayah administrasi Pemerintah Desa, bersifat
histories, tradisional dan dikelola atau dikembangkan oleh Pemerintah Desa.

BAB II
ASAS, TUJUAN DAN FUNGSI BUMDES

Bagian Pertama
Asas

Pasal 2

BUMDES dikelola berdasarkan asas-asas :


a. Transparan, pengelolaan kegiatan BUMDES harus terbuka sehingga dapat diketahui,
diikuti, dipantau, diawasi dan dievaluasi oleh warga masyarakat Desa secara luas;
b. Akuntabel, pengelolaan kegiatan BUMDES harus mengikuti kaidah dan peraturan yang
berlaku sehingga dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat Desa;
c. Partisipasi, masyarakat dan anggota warga masyarakat Desa terlibat secara aktif dalam
proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pelestarian kegiatan;
d. Berkelanjutan, pengelolaan kegiatan harus memberikan hasil dan manfaat kepada warga
masyarakat secara berkelanjutan;
e. Akseptabel, keputusan-keputusan dalam pengelolaan kegiatan harus berdasarkan
kesepakatan antar pelaku dalam warga masyarakat Desa sehingga memperoleh masukan
dari semua pihak;
f. Otonomi, pengelolaan BUMDES didasarkan pada perhitungan-perhitungan professional
perusahaan yang tidak dipengaruhi kepentingan kekuasaan atau kepentingan lainnya;
g. Keterpaduan, pengelolaan BUMDES terpadu dengan kegiatan ekonomi lainnya di
Desa;
h. Keswadayaan, Masyarakat berpartisipasi terutama dalam penyertaan modal BUMDES,
dengan demikian masyarakat merasa ikut memilikinya

Bagian Kedua
Tujuan

Pasal 3

BUMDES dibentuk dengan tujuan :


a. Memperoleh keuntungan untuk memperkuat Pendapatan Asli Desa;
b. Memajukan perekonomian Desa;
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;
d. Memberikan pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat;
e. Meningkatkan pengelolaan aset - aset Desa yang ada.
Bagian Ketiga
Fungsi

Pasal 4

BUMDES berfungsi sebagai motor penggerak perekonomian Desa dan kesejahteraan


masyarakat Desa dengan cara :
a. Pembentukan usaha baru yang berakar dari sumber daya yang ada serta optimalisasi
kegiatan-kegiatan ekonomi masyarakat Desa yang telah ada;
b. Pengumpulan modal usaha dari berbagai sumber;
c. Peningkatan kesempatan berusaha dalam rangka memperkuat otonomi Desa dan
mengurangi pengangguran;
d. Membantu Pemerintah Desa dalam mengurangi dan meningkatkan kesejahteraan warga
terutama masyarakat miskin di Desanya;
e. Memberikan pelayanan dan bantuan sosial kepada masyarakat Desa.

BAB III
SIFAT USAHA, WILAYAH USAHA DAN JENIS USAHA

Bagian Pertama
Sifat Usaha

Pasal 5

Dalam menjalankan usahanya BUMDES berorientasi mendapatkan keuntungan.

Bagian Kedua
Wilayah Usaha

Pasal 6

(1) Lingkup wilayah kerja BUMDES pada dasarnya meliputi satu Desa atau beberapa Desa
sesuai dengan potensi ekonomi yang layak untuk dikelola atau dikembangkan secara
berdaya guna dan berhasil guna;
(2) Lingkup wilayah beberapa Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
terlebih dahulu membentuk kerjasama antar Desa.

Bagian Ketiga
Jenis Usaha BUMDES

Pasal 7

Jenis Usaha BUMDES dapat berupa :


a. Pemberdayaan lembaga keuangan mikro yang telah ada di Desa;
b. Pelayanan jasa antara lain simpan pinjam, perkreditan, angkutan darat dan air, listrik
Desa dan lain sejenisnya;
c. Penyaluran 9 ( sembilan ) bahan pokok;
d. Perdagangan umum antara lain hasil pertanian, pertambangan, industri kecil dan
kerajinan rakyat.
e. Pasar Desa;
f. Kegiatan perekonomian lainnya yang sesuai potensi Desa dan mampu meningkatkan
nilai tambah bagi masyarakat antara lain wisata Desa dan pengelolaan galian c.
BAB IV
PENDIRIAN BADAN USAHA MILIK DESA

Bagian Pertama
Pendirian

Pasal 8

BUMDES didirikan dengan prinsip-prinsip :


a. Desa dapat memiliki usaha untuk meningkatkan pelayanan dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa;
b. Sebagai pusat pelayanan ekonomi dan merupakan satu kesatuan ekonomi masyarakat
setempat;
c. Didirikan bersama dengan cara musyawarah oleh Pemerintah Desa dan warga
masyarakat;
d. Menjamin kelestarian lingkungan dan kesetaraan gender;
e. Menyangkut kepentingan dan hajat hidup sebagian besar warga Desa dan memberikan
sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat.

Pasal 9

(1) Inisiatif pendirian BUMDES dapat berasal dari Pemerintah Desa, BPD, tokoh
masyarakat dan Lembaga Kemasyarakatan Desa;
(2) Sebelum BUMDES dibentuk terlebih dahulu dilakukan studi kelayakan yang sekurang-
kurangnya meliputi :
a. Identifikasi potensi dan kebutuhan yang di dalamnya berisi peluang, tantangan,
kekuatan dan kelemahan melalui musyawarah Desa;
b. Bentuk kelembagaan BUMDES yang disesuaikan dengan potensi Desa;
c. Jenis usaha yang tepat bagi potensi dan kebutuhan Desa;
d. Permodalan;
e. Kepengurusan dan pertanggungjawaban;
f. Pola pembagian saham dan keuntungan;
(3) Studi Kelayakan dilakukan oleh Pemerintah Desa dibantu oleh Tim Pendamping yang
ditunjuk oleh Pemerintah Kabupaten;
(4) Ketentuan lebih lanjut pendirian BUMDES diatur dalam Peraturan Desa.

Pasal 10

(1) Pembentukan BUMDES ditetapkan dengan Peraturan Desa berpedoman pada Peraturan
Perundang-undangan;
(2) Jenis-jenis usaha sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 ayat (4) huruf a sampai c
dibentuk melalui Peraturan Kepala Desa dengan persetujuan BPD serta berpedoman
kepada Peraturan Perundang-undangan.

Bagian kedua
Permodalan

Pasal 11

Modal BUMDES diperoleh dari :


a. Modal sendiri yang diusahakan oleh Pemerintah Desa yakni modal yang berasal dari
kekayaan Desa atau aset Desa merupakan aset yang dipisahkan pembukuannya;
b. Tabungan masyarakat;
c. Bantuan, yang berasal dari Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten;
d. Sumbangan pihak lain yang sah;
e. Pinjaman, yang diperoleh dari lembaga-lembaga keuangan dan lembaga lain atau dari
masyarakat baik secara kelompok maupun perorangan;
f. Modal penyertaan dalam bentuk penyertaan modal masyarakat Desa, pihak lain, atau
kerjasama bagi hasil dan lainnya atas dasar saling menguntungkan.

Pasal 12

(1) BUMDES dapat melakukan pinjaman sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan;


(2) Pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah mendapat persetujuan
Kepala Desa dan BPD.

Pasal 13

(1) Jika modal BUMDES merupakan modal penyertaan, maka modal yang berasal dari
Pemerintah Desa sedikit-dikitnya 51 % (Lima puluh satu per seratus);
(2) Kepemilikan saham Pemerintahan Desa atas nama kelembagaan.

Bagian ketiga
Bentuk Badan Usaha

Pasal 14

(1) Bentuk badan usaha dirumuskan dan diputuskan melalui musyawarah Desa antara
Pemerintah Desa, BPD, tokoh masyarakat, lembaga pemberdayaan masyarakat, dan
dapat mengundang tenaga ahli;
(2) Pilihan bentuk Badan Usaha mengacu pada potensi Desa setempat;
(3) Mengundang ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk memperoleh
wawasan yang lebih mendalam terhadap potensi dan bentuk Badan Usaha yang akan
dipilih.

Pasal 15

BUMDES dapat berbentuk Badan Usaha :


a. Perusahaan Desa;
b. Perseroan Terbatas;
c. Usaha bersama;
d. Koperasi.

BAB V
ORGANISASI PENGELOLAAN BUMDES

Bagian Pertama
Susunan Organisasi

Pasal 16

(1) BUMDES merupakan bagian dari sistem Pemerintahan Desa yang berada di Desa;
(2) BUMDES berada di bawah koordinasi Pemerintah Desa;
(3) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diletakkan pada Kepala Urusan
Pembangunan yang berpedoman kepada Peraturan Desa.
Pasal 17

Susunan organisasi pengelolaan BUMDES terdiri dari :


1. Ketua Badan Pengurus yang membawahi :
a. Bidang Usaha Produksi;
b. Bidang Usaha Jasa;
c. Sekretaris;
d. Bendahara;
e. Anggota.
2. Pengawas

Bagian Kedua
Tugas, Kewajiban, dan Hak Pengurus

Pasal 18

Pengurus BUMDES bertugas :


a. Mengembangkan dan membina badan usaha agar tumbuh dan berkembang menjadi
lembaga yang dapat melayani kebutuhan ekonomi masyarakat;
b. Mengusahakan agar tetap tercipta pelayanan ekonomi Desa yang adil dan merata;
c. Memupuk usaha kerjasama dengan lembaga-lembaga perekonomian lainnya;
d. Menggali dan memanfaatkan potensi ekonomi Desa untuk meningkatkan Pendapatan
Asli Desa;
e. Memberikan laporan perkembangan kepada Pemerintah Desa.

Pasal 19

Pengurus berkewajiban :
a. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban setiap akhir tahun kepada Pemerintah
Desa;
b. Laporan kegiatan utama usaha dan perubahan selama tahun buku berjalan;
c. Laporan rincian neraca rugi laba dan penjelasan atas dokumentasi.

Pasal 20

(1) Pengurus berhak mendapat gaji dan tunjangan penghasilan yang besarannya
disesuaikan dengan kemampuan usaha;
(2) Standar besaran gaji dan tunjangan pengurus diatur lebih lanjut dalam Peraturan Desa.

Bagian Ketiga
Pemilihan dan Pemberhentian Pengurus

Pasal 21

Syarat-syarat pengurus BUMDES :


a. Warga Desa setempat yang memiliki jiwa wirausaha;
b. Bertempat tinggal dan menetap di Desa sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun;
c. Berkepribadian baik, jujur, adil, cakap, berwibawa, penuh pengabdian terhadap
perekonomian Desa;
d. Pendidikan minimal SLTA;
e. Usia sekurang-kurangnya 25 tahun;
f. Bukan perangkat Desa atau anggota BPD.

Pasal 22

(1) Pengurus dipilih melalui musyawarah yang dihadiri oleh Pemerintah Desa, BPD, Tokoh
Masyarakat, dan Lembaga Kemasyarakatan Desa;
(2) Pengurus disahkan melalui Keputusan Kepala Desa;
(3) Tata cara pemilihan pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Desa.

Pasal 23

Kepengurusan dapat diberhentikan apabila :


a. Meninggal dunia;
b. Mengundurkan diri;
c. Telah selesai masa baktinya;
d. Tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik selama-lamanya 2 (dua) bulan;
e. Tersangkut tindakan pidana yang telah berketetapan hukum sedikitnya 6 (enam) bulan.

Pasal 24

Masa bakti kepengurusan 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali
periode masa jabatan.

Bagian Keempat
Pengawas

Pasal 25

Syarat-syarat anggota Badan Pengawas BUMDES :


a. Warga Desa setempat yang memiliki kemampuan organisasi dan pembukuan keuangan;
b. Bertempat tinggal dan menetap di Desa sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun;
c. Berkepribadian baik, jujur, adil, cakap, berwibawa, penuh pengabdian terhadap
perekonomian Desa;
d. Pendidikan minimal SLTA;
e. Usia sekurang-kurangnya 25 tahun;
f. Bukan perangkat Desa atau anggota BPD.

Pasal 26

(1) Anggota Badan Pengawas dipilih melalui musyawarah Pemerintah Desa, BPD, Tokoh
masyarakat dan Lembaga Kemasyarakatan Desa;
(2) Tata cara pemilihan Badan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Desa;
(3) Jumlah anggota Badan Pengawas 3 (tiga) orang atau 5 (lima) orang sesuai dengan
kebutuhan;
(4) Masa bakti Badan Pengawas 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu)
kali periode masa jabatan.

Pasal 27

Pengawas dapat diberhentikan apabila :


a. Meninggal dunia;
b. Mengundurkan diri;
c. Telah selesai masa baktinya;
d. Tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik selama-lamanya 2 (dua) bulan;
e. Tersangkut tindakan pidana yang telah berketetapan hukum sedikitnya 6 (enam) bulan.

Pasal 28

Apabila BUMDES belum berbadan hukum, Badan Pengawas terdiri dari :


a. Pemerintah Desa;
b. BPD;
c. Tokoh masyarakat yang dianggap mampu dan memenuhi syarat yang akan diatur dalam
Peraturan Desa.
Pasal 29

Dalam melakukan tugasnya Badan Pengawas berkewajiban :


a. Melaporkan hasil pengawasan perkembangan kegiatan usaha BUMDES setiap
triwulannya kepada Pemerintahan Desa dan juga apabila terjadi gejala menurunnya
kinerja kepengurusan;
b. Memberikan pendapat dan saran kepada Pemerintahan Desa terhadap pelaksanaan
BUMDES;
c. Mengikuti perkembangan kegiatan usaha dan memberikan pendapat serta saran
mengenai setiap masalah yang dianggap penting bagi pengelolaan BUMDES.

Pasal 30

Untuk melaksanakan kewajibannya Badan Pengawas memiliki kewenangan :


a. Meminta penjelasan dari pengurus mengenai segala persoalan yang menyangkut
pengelolaan BUMDES;
b. Melindungi BUMDES dari hal-hal yang dapat merusak kelangsungan dan citra
BUMDES;
c. Melakukan audit terhadap BUMDES.

BAB VI
BAGI HASIL

Pasal 31

Penggunaan laba BUMDES :


(1) Setiap tahun wajib menyisihkan jumlah tertentu dari laba bersih untuk cadangan dari
masing-masing unit usaha;
(2) Jumlah tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah penyisihan laba bersih
sampai sekurang-kurangnya 20 % (dua puluh persen) dari modal;
(3) Bila belum mencapai jumlah 20 % (dua puluh persen) hanya dapat dipergunakan
menutup kerugian.

BAB VII
POLA HUBUNGAN KELEMBAGAAN

Bagian Pertama
Pemerintah Desa dengan Bumdes

Pasal 32

(1) Dalam menjalankan usahanya BUMDES bersifat otonom dan bertanggungjawab


kepada Pemerintah Desa;
(2) Dalam rangka penyehatan BUMDES, Pemerintah Desa wajib :
a. Membina dan mengembangkan usaha agar tunbuh dan berkembang menjadi
lembaga dan atau Badan usaha yang bermanfaat bagi warga Desa;
b. Mengusahakan agar tetap tercipta pelayanan yang adil dan merata;
c. Memupuk kerjasama yang baik dengan lembaga perekonomian lainnya;
d. Mengusahakan kekompakan dalam tubuh BUMDES untuk mencegah kemungkinan
adanya orang-orang yang akan menjadikan BUMDES mencapai kepentingan
pribadi atau golongan.
Bagian Kedua
BPD dan BUMDES

Pasal 33

Terhadap BUMDES BPD wajib :


a. Melindungi BUMDES bagi kemanfaatan kesejahteraan warga Desa;
b. Melindungi BUMDES terhadap hal-hal yang dapat merusak kelangsungan dan citra
BUMDES;
c. Melakukan evaluasi kinerja BUMDES bersama Pemerintah Desa.

Bagian Ketiga
Mekanisme Pertanggungjawaban

Pasal 34

(1) BUMDES bertanggungjawab kepada Pemerintah Desa yang sekurang-kurangnya


dilakukan satu kali dalam setahun;
(2) Tata cara pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur melalui
Peraturan Desa.

Bagian Keempat
Audit Keuangan

Pasal 35

(1) Setiap akhir tahun anggaran dilakukan audit independen terhadap BUMDES;
(2) Hasil audit diserahkan kepada Pemerintah Desa;
(3) Tata cara penunjukan audit independen diatur lebih lanjut melalui Peraturan Desa.

BAB VIII
PENGGABUNGAN DAN PEMBUBARAN

Pasal 36

(1) Suatu Badan Usaha dapat digabung atau dibubarkan hanya apabila setelah dilakukan
audit bidang usaha yang bersangkutan tidak memenuhi kelayakan untuk diteruskan;
(2) Kelayakan sebagiamana dimaksud pada ayat (1) meliputi keuangan, usaha, potensi,
SDM, manajemen, dan kebutuhan masyarakat;
(3) Penggabungan dan/atau pembubaran setiap bidang usaha dilakukan melalui Peraturan
Kepala Desa dengan persetujuan BPD.

Pasal 37

(1) Pembubaran BUMDES ditetapkan melalui Peraturan Desa;


(2) Semua asset atau modal usaha BUMDES yang dibubarkan setelah dikurangi kewajiban-
kewajiban sebagai tanggungan kepada Pemerintah Desa sebagai asset Desa.

BAB IX
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 38

Kepengurusan, pengawas, permodalan, tata cara pengelolaan, pertanggungjawaban,


pembubaran dan lain-lain selain usaha Desa sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini
berlaku ketentuan yang mengatur masing-masing Badan Usaha tersebut.
Pasal 39

Segala bentuk Badan Usaha yang dipilih tidak menghilangkan pertanggungjawaban


BUMDES kepada Pemerintah Desa setiap tahunnya dan hubungan BUMDES dengan
Pemerintah Desa dan BPD sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini.

BAB X
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 40

Segala peraturan pelaksanaan yang mengatur mengenai BUMDES yang bertentangan


dengan Peraturan Daerah ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 41

Peraturan Desa sebagai pelaksana dari Peraturan Daerah ini ditetapkan paling lama 2 (dua)
tahun sejak Peraturan Daerah ini ditetapkan.

Pasal 42

Camat memfasilitasi pelaksanaan Peraturan Daerah ini.

Pasal 43

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 44

Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Siak.

Ditetapkan di Siak Sri Indrapura


pada tanggal 4 September 2007

BUPATI SIAK,

H. ARWIN AS, SH

Diundangkan di Siak Sri indrapura


pada tanggal 6 September 2007

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SIAK,

Drs. H. ADLI MALIK


Pembina Tk. I NIP. 420003914

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIAK


TAHUN 2007 NOMOR 18
PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK


NOMOR 18 TAHUN 2007

TENTANG

BADAN USAHA MILIK DESA

1. UMUM

Pemerintah Desa sebagai satuan Pemerintahan terendah merupakan ujung


tombak dalam penyelenggaraan Pemerintahan dan pembangunan. Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memiliki tugas
menyelenggarakan Pemerintahannya yang memiliki hak, wewenang, dan kewajiban
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan Pemerintahan dan kepentingan
masyarakat berdasarkan hak asal usul dan nilai-nilai sosial budaya yang ada pada
masyarakat setempat diberikan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang mengikuti
perkembangan Desa itu sendiri. Dengan demikian urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Desa mencakup urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Kabupaten/Kota yang diserahkan pengaturannya kepada Desa, tugas pembantuan dari
Pemerintah dan Pemerintah Daerah, urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan
perundang-undangan yang diserahkan kepada Desa.

Dalam rangka melaksanakan urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan


Desa dan untuk peningkatan pelayanan serta pemberdayaan masyarakat, Desa
mempunyai sumber pendapatan yang terdiri atas Pendapatan Asli Desa, bagi hasil pajak
daerah dan retribusi daerah Kabupaten / Kota, bagian dari dana perimbangan keuangan
pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten / Kota. Bantuan dari pemerintah dan
pemerintah daerah serta hibah dan sumbangan dari pihak ketiga.

Sumber pendapatan Desa dapat diusahakan oleh Desa berasal dari Badan Usaha
Milik Desa, pengelolaan pasar Desa, pengelolaan kawasan wisata kala Desa,
pengelolaan galian C dengan tidak menggunakan alat berat dan sumber lainnya.

Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDES adalah suatu
lembaga/badan perekonomian Desa yang berbadan hukum dibentuk dan dimiliki oleh
Pemerintah Desa, dikelola secara ekonomis, mandiri dan professional dengan modal
seluruhnya atau sebagian besar merupakan kekayaan Desa yang dipisahkan.

Pada akhirnya BUMDES dibentuk dengan tujuan memperoleh ketentuan untuk


memperkuat Pendapatan Asli Desa, Memajukan perekonomian Desa. meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Desa, Memberikan pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat
dan meningkatkan pengelolaan aset-aset Desa yang ada sehingga dapat berfungsi
sebagai motor penggerak perekonomian Desa.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Angka 1 : Cukup jelas
Angka 2 : Cukup jelas
Angka 3 : Cukup jelas
Angka 4 : Cukup jelas
Angka 5 : Cukup jelas
Angka 6 : Cukup jelas
Angka 7 : Cukup jelas
Angka 8 : Cukup jelas
Angka 9 : Cukup jelas
Angka 10 : Cukup jelas
Angka 11 : Cukup jelas
Angka 12 : Cukup jelas
Angka 13 : Cukup jelas

Pasal 2
Huruf a : Cukup Jelas
Huruf b : Cukup Jelas
Huruf c : Cukup Jelas
Huruf d : Cukup Jelas
Huruf e : Cukup Jelas
Huruf f : Cukup Jelas
Huruf g : Cukup Jelas
Huruf h : Cukup Jelas

Pasal 3
Huruf a : Cukup Jelas
Huruf b : Cukup Jelas
Huruf c : Cukup Jelas
Huruf d : Cukup Jelas
Huruf e : Cukup Jelas

Pasal 4
Huruf a : Cukup Jelas
Huruf b : Cukup Jelas
Huruf c : Cukup Jelas
Huruf d : Cukup Jelas
Huruf e : Cukup Jelas

Pasal 5 : Cukup Jelas

Pasal 6
Ayat (1) : Cukup Jelas
Ayat (2) : Cukup Jelas

Pasal 7
Huruf a : Cukup Jelas
Huruf b : Cukup Jelas
Huruf c : Cukup Jelas
Huruf d : Cukup Jelas
Huruf e : Cukup Jelas
Huruf f : Cukup Jelas

Pasal 8
Huruf a : Cukup Jelas
Huruf b : Cukup Jelas
Huruf c : Cukup Jelas
Huruf d : Cukup Jelas
Huruf e : Cukup Jelas

Pasal 9
Ayat (1) : Cukup Jelas
Ayat (2)
Huruf a : Cukup Jelas
Huruf b : Cukup Jelas
Huruf c : Cukup Jelas
Huruf d : Cukup Jelas
Huruf e : Cukup Jelas
Huruf f : Cukup Jelas
Ayat (3) : Cukup Jelas
Ayat (4) : Cukup Jelas

Pasal 10
Ayat (1) : Cukup Jelas
Ayat (2) : Cukup Jelas

Pasal 11
Huruf a : Cukup Jelas
Huruf b : Cukup Jelas
Huruf c : Cukup Jelas
Huruf d : Cukup Jelas
Huruf e : Cukup Jelas
Huruf f : Cukup Jelas

Pasal 12
Ayat (1) : Cukup Jelas
Ayat (2) : Cukup Jelas

Pasal 13
Ayat (1) : Cukup Jelas
Ayat (2) : Cukup Jelas

Pasal 14
Ayat (1) : Cukup Jelas
Ayat (2) : Cukup Jelas
Ayat (3) : Cukup Jelas

Pasal 15
Huruf a : Cukup Jelas
Huruf b : Cukup Jelas
Huruf c : Cukup Jelas
Huruf d : Cukup Jelas

Pasal 16
Ayat (1) : Cukup Jelas
Ayat (2) : Cukup Jelas
Ayat (3) : Cukup Jelas

Pasal 17
Ayat (1)
Huruf a : Cukup Jelas
Huruf b : Cukup Jelas
Huruf c : Cukup Jelas
Huruf d : Cukup Jelas
Huruf e : Cukup Jelas
Ayat (2) : Cukup Jelas

Pasal 18
Huruf a : Cukup Jelas
Huruf b : Cukup Jelas
Huruf c : Cukup Jelas
Huruf d : Cukup Jelas
Huruf e : Cukup Jelas
Pasal 19
Huruf a : Cukup Jelas
Huruf b : Cukup Jelas
Huruf c : Cukup Jelas

Pasal 20
Ayat (1) : Cukup Jelas
Ayat (2) : Cukup Jelas

Pasal 21
Huruf a : Cukup Jelas
Huruf b : Cukup Jelas
Huruf c : Cukup Jelas
Huruf d : Cukup Jelas
Huruf e : Cukup Jelas
Huruf f : Cukup Jelas

Pasal 22
Ayat (1) : Cukup Jelas
Ayat (2) : Cukup Jelas
Ayat (3) : Cukup Jelas

Pasal 23
Huruf a : Cukup Jelas
Huruf b : Cukup Jelas
Huruf c : Cukup Jelas
Huruf d : Cukup Jelas
Huruf e : Cukup Jelas

Pasal 24 : Cukup Jelas

Pasal 25
Huruf a : Cukup Jelas
Huruf b : Cukup Jelas
Huruf c : Cukup Jelas
Huruf d : Cukup Jelas
Huruf e : Cukup Jelas
Huruf f : Cukup Jelas

Pasal 26
Ayat (1) : Cukup Jelas
Ayat (2) : Cukup Jelas
Ayat (3) : Cukup Jelas
Ayat (4) : Cukup Jelas

Pasal 27
Huruf a : Cukup Jelas
Huruf b : Cukup Jelas
Huruf c : Cukup Jelas
Huruf d : Cukup Jelas
Huruf e : Cukup Jelas

Pasal 28
Huruf a : Cukup Jelas
Huruf b : Cukup Jelas
Huruf c : Cukup Jelas
Pasal 29
Huruf a : Cukup Jelas
Huruf b : Cukup Jelas
Huruf c : Cukup Jelas

Pasal 30
Huruf a : Cukup Jelas
Huruf b : Cukup Jelas
Huruf c : Cukup Jelas

Pasal 31
Ayat (1) : Cukup Jelas
Ayat (2) : Cukup Jelas
Ayat (3) : Cukup Jelas

Pasal 32
Ayat (1) : Cukup Jelas
Ayat (2)
Huruf a : Cukup Jelas
Huruf b : Cukup Jelas
Huruf c : Cukup Jelas
Huruf d : Cukup Jelas

Pasal 33
Huruf a : Cukup Jelas
Huruf b : Cukup Jelas
Huruf c : Cukup Jelas

Pasal 34
Ayat (1) : Cukup Jelas
Ayat (2) : Cukup Jelas

Pasal 35
Ayat (1) : Cukup Jelas
Ayat (2) : Cukup Jelas
Ayat (3) : Cukup Jelas

Pasal 36
Ayat (1) : Cukup Jelas
Ayat (2) : Cukup Jelas
Ayat (3) : Cukup Jelas

Pasal 37
Ayat (1) : Cukup Jelas
Ayat (2) : Cukup Jelas

Pasal 38 : Cukup Jelas

Pasal 39 : Cukup Jelas

Pasal 40 : Cukup Jelas

Pasal 41 : Cukup Jelas

Pasal 42 : Cukup Jelas


Pasal 43 : Cukup Jelas

Pasal 44 : Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIAK


NOMOR 12 TAHUN

Anda mungkin juga menyukai