Jika pasien memiliki saluran napas yang paten dan respirasi yang spontan, perawat harus
melakukan pengkajian lebih lanjut terhadap tamda-tanda cedera inhalasi seperti bertambahnya
keparauan suara, stridor (pernapasan yang berbunyi), frekuensi dan dalamnya respirasi abnormal,
atau perubahan mental yang disebabkan oleh hipoksia. Pengkajian keperawatan mencakup
peninjauan terhadap hasil-hasil labolatorium dan pemerilsaan sinar-x. Meskipun foto ronsen
toraks dan analisis gas darah arteri mungkin pada mulanya tampak normal, perubahan sering
akan terjadi bersamaan dengan progresivitas cedera inhalasi. Perawat harus segera melaporkan
kepada dokter setiap tanda yang menunjukkan gangguan napas akibat edema dan siap membantu
dalam pelaksanaan intubasi (untuk membuka saluran napas) atau eskaratomi jika diperlukan.
Para pakar tidak lagi merekomendasikan terapi profilaktik antibiotik atau kortokosteroid untuk
cedera inhalasi. Jika infeksi benar-benar terjadi, teri antibiotik akan dipandu oleh hasil
pemeriksaan kultur, pewarnaan Gram dan tes sensitivitas sputum.
2. Syok Sirkulasi
Pasien harus dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda awal syok hipovolemik atau kelebihan
muatan cairan yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat. Yang paling sering
dijumpai adalah kekurangan cairan yang dapat berkembang menjadi syok sirkulasi (atau syok
distribusi). Tanda-tanda syok sirkulasi mencakup status mental yang berubah, perubahan pada
status mental yang berubah, perubahan pada status respirasi, penurunan haluaran urin, perubahan
ada tekanan darah, tekanan vena sentral serta tekanan baji kapiler pulmonalis dan curah jantung,
dan peningkatan frekuensi denyut nadi. Syok sirkulasi ditangani dengan meningkatkan jumlah
cairan infus dan pemantauan status cairan yang ketat.