Anda di halaman 1dari 4

Komplikasi Luka Bakar

1. Gagal Napas Akut

Jika pasien memiliki saluran napas yang paten dan respirasi yang spontan, perawat harus
melakukan pengkajian lebih lanjut terhadap tamda-tanda cedera inhalasi seperti bertambahnya
keparauan suara, stridor (pernapasan yang berbunyi), frekuensi dan dalamnya respirasi abnormal,
atau perubahan mental yang disebabkan oleh hipoksia. Pengkajian keperawatan mencakup
peninjauan terhadap hasil-hasil labolatorium dan pemerilsaan sinar-x. Meskipun foto ronsen
toraks dan analisis gas darah arteri mungkin pada mulanya tampak normal, perubahan sering
akan terjadi bersamaan dengan progresivitas cedera inhalasi. Perawat harus segera melaporkan
kepada dokter setiap tanda yang menunjukkan gangguan napas akibat edema dan siap membantu
dalam pelaksanaan intubasi (untuk membuka saluran napas) atau eskaratomi jika diperlukan.

Para pakar tidak lagi merekomendasikan terapi profilaktik antibiotik atau kortokosteroid untuk
cedera inhalasi. Jika infeksi benar-benar terjadi, teri antibiotik akan dipandu oleh hasil
pemeriksaan kultur, pewarnaan Gram dan tes sensitivitas sputum.

2. Syok Sirkulasi

Pasien harus dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda awal syok hipovolemik atau kelebihan
muatan cairan yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat. Yang paling sering
dijumpai adalah kekurangan cairan yang dapat berkembang menjadi syok sirkulasi (atau syok
distribusi). Tanda-tanda syok sirkulasi mencakup status mental yang berubah, perubahan pada
status mental yang berubah, perubahan pada status respirasi, penurunan haluaran urin, perubahan
ada tekanan darah, tekanan vena sentral serta tekanan baji kapiler pulmonalis dan curah jantung,
dan peningkatan frekuensi denyut nadi. Syok sirkulasi ditangani dengan meningkatkan jumlah
cairan infus dan pemantauan status cairan yang ketat.

3. Gagal Ginjal Akut


Haluaran urin yang tidak memadai dapat menunjukkan resusitasi cairan yang tidak adekuat atau
awal terjadinya gagal ginjal akut, khususnya jika hemoglobin atau myoglobin terdeteksi dalam
urin. Pasien semacam ini memerlukan jumlah cairan yang lebih besar untuk meningkatkan
haluaran urin guna membilas tubulus renis dan mencegah nekrosis tubuler yang akut yang dapat
menyebabkan gagal ginjal. Haluaran urin, kualitas urin dan kadar BUN (blood urea nitrogen)
serta kreatinin harus dipantau dengan ketat.
4. Sindrom Kompartemen
Status neurovascular ekstremitas harus dinilai dengan teliti, khususnya jika luka bakar tersebut
melingkar (sirkumferensial). Pengkajian ini akan membantu kita untuk mendeteksi gangguan
sirkulasi akibat peningkatan edema karena konstriksi yang disebabkan oleh pembentukan eskar
pada luka bakar derajat tiga. Denyut nadi perifer diperiksa satu jam sekali dengan alat ultrasound
Doppler. Meninggikan ekstremitas yang sakit mungkin diperlukan untuk membantu mengurangi
edema. Setiap rasa nyeri pada ekstremitas, tidak terabanya denyut nadi perifer, atau hilangnya
sensibilitas harus segera dilaporkan kepada dokter agar eskaratomi dapat dilaksanakan jika perlu.
5. Ileus Paralitik
Dilatasi lambung dan ileus paralitik kerapkali terjadi pada periode awal pasca-luka bakar. Mual
dan distensi abdomen (kembung, meteorismus) merupakan gejala yang ditemukan. Selang
nasogatrik harus dipasang secara dini dalam penanganan untuk mencehgah vomitus dan aspirasi
asam lambung ke dalam paru-paru. Selang tersebut dihubungkan dengan alat penghisap
intermiten rendah sampai bising usus terdengar kembali. Daerah abdomen harus di periksa
secara teratur untuk menilai distensi dan bising usus
. setelah syok luka bakar teratasi dan bising serta serta aktivitas usus pulih kembali, pelaksanaan
nutrisi oral harus dimulai sesegera mungkin.
6. Tukak Curling
Pasien luka bakar yang berat cenderung untuk mengalami tukak atau ulkus pada lambung serta
duodenum karena hipersekresi asam lambung dan erosi mukosa lambung yang ditimbulkannya
sebagai respons terhadap stress luka bakar. Nilai pH lambung dan erosi mukosa lambung harus
diperiksa secara teratur pada pasien dengan selang nasogatrik.
Anatomi Fisiologi Sistem Integumen
A. Anatomi Kulit
Kulit merupakan organ tubuh yang paling luar dan membatasi bagian dalam tubuh dari
lingkungan luar. Luas kulit pada orang dewasa sekitar 1.5m 2 dan beratnya sekitar 15% dari berat
badan secara keseluruhan. Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh, mencakup 12-15% berat
tubuh. Sistem integument berperan dalam homeostatis, proteksi, pengaturan suhu, reseptor,
sintesis biokimia dan penyerapan zat. Kulit terdiri atas tiga bagian utama, yaitu epidermis,
dermis, dan hipodermis/subdermis.
1. Epidermis
Lapisan epidermis terdiri dari empat lapisan, yaitu :
a. Lapisan basal/stratum germinativum
1) Terdiri dari sel-sel kuboid yang tegak lurus terhadap dermis.
2) Tersusun sebagai tiang pagar atau palisade.
3) Lapisan terbawah dari epidermis.
4) Terdapat melanosit yaitu sel dendritic yang membentuk melanin yang berfungsi
untuk melindungi kulit dari sinar matahari.
b. Lapisan malpigi/stratum spinosum
Lapisan malpigi merupakan :
1) Lapisan epidermis yang paling tebal.
2) Terdiri dari sel polygonal.
3) Sel-sel mempunyai protoplasma yang menonjol yang terlihat seperti duri.
c. Lapisan granular/stratum granulosum
Stratum granulosum terdiri dari butir-butir granula keratohialin yang bersofilik.
d. Lapisan tanduk/korneum
Lapisan tanduk/korneum terdiri dari 20-25 lapis sel tanduk tanpa inti.
2. Dermis/korium
Dermis merupakan lapisan di bawah epidermis, yang terdiri dari jaringan ikat yang
mempunyai dua lapiran yaitu pars papilaris, yang merupakan sel fibroblast yang
berfungsi memproduksi kolagen dan retikularis yang terdapat banyak pembuluh darah,
limfe, akar rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebasea.
3. Subdermis/hipodermis
Lapisan subdermis merupakan lapiran terdalam yang banyak mengandung sel liposit
yang menghasilkan banyak lemak. Lapisan subdermis juga merupakan jaringan adipose
yang berfungsi sebagai bantalan antara kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang.
Fungsi subdermis adalah :
a. Sebagai mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan pengaturan panas.
b. Sebagai bantalan terhadap trauma.
c. Sebagai tempat penumpukan energy.
B. Kelenjar-Kelenjar pada Kulit
1. Kelenjar Sebasea
Kelenjar sebasea berfungsi mengontrol sekresi minyak ke dalam ruang antara folikel
rambut dan batang rambung yang akan melumasi rambut sehingga menjadi halus lentur
dan lunak.
2. Kelenjar Keringat
Kelenjar keringat di klasifikasikan menjadi 2 kategori, yaitu:
a. Kelenjar ekrin, terdapat disemua kulit. Melepaskan keringat sebagai reaksi
peningkatan suhu lingkungan dan suhu tubuh. Kecepatan sekresi keringat dikendalikan
oleh saraf simpatik. Pengeluaran keringat pada tangan, kaki, aksila, dahi merupakan
reaksi tubuh terhadap stress, nyeri, dan lain-lain.
b. Kelenjar apokrin, terdapat di aksila, anus, skrotum, labia mayora, dan bermuara pada
ffolikel rambut. Kelenjar ini aktif pada masa pubertas, pada wanita akan membesar dan
berkurang pada siklus haid.

Anda mungkin juga menyukai