SKRIPSI
OLEH :
DEDE KHAIRUDDIN
NIM. 06C10104269
SKRIPSI
OLEH :
DEDE KHAIRUDDIN
NIM. 06C10104269
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Mengetahui,
Dekan Ketua
Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada 26 Agustus 2015 dan dinyatakan
memenuhi memenuhi syarat diterima.
iv
RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Penulis
Nama : Dede Khairuddin
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Meulaboh, 22 Desember 1986
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Nasional Meulaboh T. Tuan. Desa Peunaga Cut
Ujong, Kecamata Mereubo, Kabupaten Aceh barat
v
PERSEMBAHAN
S
ebuah perjalan panjang yang luar biasa
Yang mengiring kaki untuk berjalan ke ruang dosen
lebih sering dari biasanya,
yang membuat mata terus menatap ke layar laptop
lebih dari biasanya,
tangan yang mengetik lebih dari biasanya,
leher yang sering menunduk ke arah keyboard,
lapisan tekad yang seribu kali
lebih keras dari celotehan dosen,
serta mulut yang selalu nanya tentang revisia,
sebuah akhir dan juga awal perjalanan baru
5 cm menuju wisuda,,,
Semoga ketekunan dan usaha ini membawa manfaat dan sepanggal ilmu ini
menyadarkanku bahwa ilmuku belum seberapa. Sebait kasih dari yang Maha
pengasih, semoga memberikku kesempatan untuk terus belajar dan rendah diri
dalam berilmu....
Dede Khairuddin
vi
ABSTRAK
Salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja yaitu
dengan pegendalian bahaya-bahaya lingkungan kerja dengan menggunakan alat
pelindung diri sesuai dengan standar kerja yang telah ditentukan dalam prograa
keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Namun dilapangan masih sering ditemui para
pekerja yang kurang memperhatikan tentang penting alat pelindung diri bagi dirinya
sendiri maupun orang lain. Ada beberapa faktor personal pekerja yang berhubungan
dengan penggunaan alat pelindung diri (APD) pada saat bekerja meliputi
pengetahuan, sikap, tingkat pendidikan, umur, masa kerja, dan kenyamanan.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif korelatif dengan pendekatan
secara cross sectional untuk mengetahui faktor-faktor yangn berhubungan dengan
penggunaan alat pelindung diri (APD) pada petugas Bagian Port Operation dan
TransshipmentPT. MIFA Aceh Barat tahun 2015. Sampel penelitian ini didapat
dengan menggunakan teknik total sampling yang berjumlah 35 orang. Metode
pengambilan data secara primer yaitu dengan menggunakan kuesioner untuk
mendapatkan data penelitian langsung dari responden.
Hasil penelitian dengan menggunakan uji statistik Chi-Square (X2) didapatkan
terdapat hubungan pengetahuan (p=0,030), sikap (p=0,024), umur (p=0,049), tingkat
pendidikan (p=0,004), masa kerja (p=0,030), dan kenyamanan (p=0,032) dengan
penggunaan alat pelindung diri (APD) masker pada petugas PT. MIFA Aceh Barat.
Hasil penelitian ini dapat menjelaskan bahwa penggunaan alat pelindung diri (APD)
khususnya masker pada pekerja saat bekerja sangat ditentukan oleh faktor internal
pekerja itu sendiri, diluar faktor lain yang juga ikut memberikan andil pada pekerja
dalam menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan standar kerja, sehingga perlu
kesadaran dari pekerja itu sendiri untuk dapat berkerja sesuai dengan standar
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang telah ditetapkan pemerintah.
vii
ABSTRACT
Dede Kahiruddin. Factors the use of Mask Personal Protective Equipment (PPE)
On Field of Port Operation and TransshipmentOfficer at PT. MIFA, Aceh Barat,
2015.
Improving the health and safety of workers is hazards control by using personal
protective equipment (PPE) with work occupational standard health and safety
program. But at this time, frequently encountered workers who are less concerned
about the importance of personal protective equipment for themselves and others.
There are several personal factors with the use of Mask Personal Protective
Equipment (PPE) ; knowledge ; attitude ; education ; age ; years of service; and
comfort.
The objective of this research was to find out the correlation between factors the use
of mask Personal Protective Equipment (PPE) On Field of Port operation and
TransshipmentOfficer at PT. MIFA Aceh Barat. The design of this research was
descriptive correlatif with cross sectional study.The sample was selected by using a
total sampling technique, resulting in the selection of 33 respondents. The instrument
of data collection was a set of questionnaires. The data were analysed by using a Chi-
Square Test.
Based on bivariate analysis, it was found that there was a significant correlation
between knowledge (p = 0.030), attitude (p = 0.024), age (p = 0.049), education (p =
0.004), age (p = 0,030 ), and comfort (p = 0.032) with the use of mask personal
protective equipment (PPE) On Officer at PT. MIFA, Aceh Barat.
Results of this study are expected to information for the PT. MIFA to use personal
protective equipment on during works. Controlling by supervisior from management
to use of personal protective equipment on officier its very important.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat
Petugas Bagian Port Operation dan Transshipment PT. Mifa Aceh Barat Tahun
2015”. Skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam meraih deraja
skripsiini, banyak masukan dan saran yang membangun yang penulis dapatkan,
1. Bapak Dr. Prof. Jasman J. Ma’ruf, MBA selaku Rektor Universitas Teuku Umar
Meulaboh.
3. Ibu Teungku Nih Farisni, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu
4. Bapak Jun Musnadi Is, SKM., M.Kesselaku pembimbing I dan Ibu Fitriani,
Junaidi, SKM., M.Kes selaku penguji II yang telah memberi kritik dan saran
6. Keluarga tercinta yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan baik moril
ix
7. Serta rekan-rekan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku
Kritik dan saran yang membangun yang telah diberikan dari seluruh pihak
sangat penulis harapkan, untuk dapat menjadikan skripsiini lebih baik dan
karena tidak satu pun yang terjadi di muka bumi ini kecuali atas kehendak-Nya.
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... v
PERSEMBAHAN .............................................................................................. vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
ABSTRAC ....................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
DAFTAR ISI...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi
xi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 51
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 51
4.2 Hasil Penelitian .......................................................................... 52
4.3 Pembahasan ............................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
xiii
Tabel4.11 Hubungan umur dengan penggunaan alat pelindung diri (APD)
masker pada petugas bagian Port Operation dan
TransshipmentPT. MIFA Aceh Barat Tahun 2015 (n=35) ........... 60
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori ...................................................................... 45
Gambar 2.2 Kerangka Konsep................................................................... 45
Gambar 4.1 Peta Wilayah PT. MIFA Aceh Barat ...................................... 52
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
suatu sikap berfikir yang menghasilkan suatu lingkungan kerja yang menjadi
bagian terpadu pada setiap prosedur yang dijalankan oleh perusahaan atau
instansi kerja. Tujuan dari program keselamatan dan kesehatan kerja yaitu untuk
serta produktivitas nasional, menjamin keselamatan setiap orang lain yang ada di
tempat kerja dan sumber produksi dipelihara serta dipergunakan secara aman
dan efesien.
tercipatanya keamanan dan kenyamanan hidup sehat bagi setiap penduduk untuk
mewujudkan terciptanya derajat kesehatan yang optimal. Selain itu, tujuan lain
Kesehatan adalah kondisi yang bukan hanya terbebas dari penyakit, cacat dan
kelemahan, tetapi juga kondisi yang positif dari kesejahteraan fisik, mental dan
Program kesehatan kerja juga meliputi kesehatan para buruh dan pekerja
1
2
kerja.Terbukti masih tingginya angka kecelakaan kerja dan keracunan kerja yang
dihadapi para pekerja di negara ini baik secara langsung maupun tidak
kualitas daya dukung yang harus menjadi prioritas utama dalam meningkat
kerja yaitu dengan pegendalian bahaya-bahaya lingkungan kerja baik secara fisik
maupun kimia, sehingga dapat tercipta lingkungan kerja yang sehat, aman, dan
salah satu sumber gangguan yang tak dapat di abaikan.Dalam kondisi tertentu,
merupakan salah satu APD yang paling utama untuk digunakan oleh petugas
dengan tingkat paparan debu tinggi seperti petugas pertambangan batu bara.
Pemakaian APD masker untuk melindungi saluran pernafasan dari paparan debu
lapangan sangat sulit diterapkan. Hal ini dikarenakan beberapa faktor, terutama
faktor manusianya sendiri (internal). Selain itu, aspek perilaku pekerja yang
3
2003).
penggunaan masker dengan gambaran klinis, faal paru dan foto toraks pekerja
terpajan debu semen” yang dilakukan pada 182 responden didapatkan bahwa
faal paru yang lebih rendah pada 34,5% pekerja dibandingkan kelompok dengan
Salah satu tempat lingkungan kerja dengan tingkat keterpaparan debu yang
pertambangan batu bara. Debu yang berasal dari batu bara merupakan salah satu
dapat terpapar dengan debu hasil batu bara, terutama bila tidak dilengkapi
alat pelindung diri sesuai dengan standar prosedur operasional (SOP) PT. MIFA
mencakup helm, kacamata safety, sepatu safety, rompi dan sarung tangan.
Adapun alat pelindung yang sering digunakan di area kerja mencakup sepatu,
masker kain, masker 3M, rompi dan helm. Adapun berdasarkan observasi
alat pelindung yang digunakan yaitu helm, sepatu, rompi, dan masker.
yang sering dialami oleh petugas PT. MIFA selama bertugas dilapangan yang
4
langsung berhubungan dengan paparan debu dari batu bara diketahui petugas
saat berkerja sering mengalami rasa sesak pada saat bernafas, batuk, dan juga
pusing karena terkena paparan debu dari hasil batu bara. Adapun untuk
pelindung diri (APD) masker pada petugas bagian Port Operation dan
saja faktor – faktor yang berhubungan dengan penggunaan APD masker pada
petugas bagian Port Operation dan TransshipmentPT. Mifa Aceh Barat Tahun
2015.
1.3.1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan petugas bagian Port Operation dan
1.3.2. Untuk mengetahui hubungan sikap petugas bagian Port Operation dan
1.3.3. Untuk mengetahui hubungan umur petugas bagian Port Operation dan
1.3.5. Untuk mengetahui hubungan masa kerja petugas bagian Port Operation dan
1.3.6. Untuk mengetahui hubungan kenyamanan petugas bagian Port Operation dan
1.4.2 Ho : Tidak ada hubungan antara sikap dengan penggunaan APD masker
1.4.4 Ho : Tidak ada hubungan antara umur dengan penggunaan APD masker
1.4.5 Ho : Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan penggunaan APD
1.5.1 Sebagai tambahan informasi dan masukan pada PT. Mifa terkait tentang
1.5.2 Sebagai bahan masukan untuk dapat meningkatkan kualitas keselamatan dan
1.5.3 Sebagai informasi untuk dapat membantu mengurangi dan mencegah masalah
1.5.4 Sebagai referensi dukungan untuk penelitian yang lebih komprehensif terkait
pernapasan.
1.5.5 Melatih diri untuk bisa berpikir secara ilmiah dalam menemukan dan
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Katman (2008) keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu sikap
berfikir yang menghasilkan suatu lingkungan kerja yang merupakan bagian terpadu
pada setiap prosedur yang dijalankan oleh suatu perusahaan atau instansi kerja.
Tujuan dari program keselamatan dan kesehatan kerja yaitu untuk melindungi tenaga
kerja atas hak keselamatannya dan kesehatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
menjamin keselamatan setiap orang lain yang ada di tempat kerja dan sumber
undang – undang keselamatan dan kesehatan kerja (UU K3) No. 1 tahun 1970 adalah
1. Untuk menjaga kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan tiap orang pada saat
berkerja.
2. Untuk melindungi setiap orang saat berkerja terhadap resiko yang dapat
7
8
mana yang dapat dilakukan untuk pekerja suatu lingkungan kerja yang aman tanpa
instansi kerja juga mempunyai kewajiban khusus yang perlu untuk ditaati dan
b. Memeriksa kesehatan umum para pekerja yang meliputi kesehatan fisik dan
mental.
kondisi dan bahaya yang dapat timbul di tempat kerja, semua tentang
pengamanan dan lat pelindung yang diharuskan di tempat kerja, alat pelindung
diri (APD) bagi pekerja yang bersangkutan, dan cara dan sikap aman dalam
melaksanakan tugas.
f. Memenuhi dan mentaati semua syarat dan ketentuan yang berlaku bagi usaha
g. Melaporkan setiap kecelakaan yang terjadi di tempat kerja kepada pejabat yang
h. Menempatkan semua syarat keselamtan kerja yang diwajibkan dalam satu buku
pelaksanaannya di tempat kerja atau di tempat – tempat yang mudah terlihat dan
terbaca serta menurut petunjuk pekerja pengawas atau ahli keselamatan kerja.
tempat kerja dan semua bahan pembinaan lainnya pada tempat – tempat yang
mudah terlihat dan terbaca serta menurut petunjuk pekerja pengawas atau ahli
keselamatan kerja.
j. Menyediakan secara cuma – cuma alat pelindungan diri bagi pekerja dan orang
lain yang memasuki tempat kerja beserta petunjuk – petunjuk yang diperlukan
k. Pengaturan sistem keamanan kerja dalam hubungannya dengan tanaman dan zat
l. Penyediaan lingkungan kerja yang aman (seperti pengendalian tingkat bising dan
getaran).
n. Penyediaan tempat yang memadai untuk informasi bahaya yang sesuai dengan
instruksi latihan dan pengamatan para pekerja yang dapat memberikan rasa
keamanan kerja.
10
memberikan upah yang sama untuk pekerja lepas dan para pekerja tetap. Upah
tersebut dapat diperpanjang untuk urusan lebih yang ditentukan oleh perusahaan,
seperti upah pekerja sampingan yang terdapat pada hampir setiap perusahaan dan
beberapa pekerja kontrak yang melakukan jenis pekerjaan yang berbeda. Selanjutnya
yang sesuai dengan saran yang diberikan sehubungan dengan keselamatan dan
d. Personil yang telah terpilih dengan tepat pada tingkat senioritas akan menjadi
kesehatan kerja atau pada saat anggota keselamatan dan kesehatan kerja ada
perusahaan .
cocok tentang sikap menghargai pada keselamatan dan kesehatan di tempat kerja
Kewajiban para pekerja seperti dinyatakan di bawah ini. Saat bekerja seorang
a. Memberikan keterangan yang benar jika diminta oleh perusahaan atau pegawai
diwajibkan.
kerja serta alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan oleh pekerja yang
bersangkutan, kecuali pada hal –hal khusus yang ditentukan lain oleh perusahaan
f. Memiliki sikap peduli pada keselamatan dan kesehatan dirinya dan semua orang
yang mungkin dapat terkena dengan bekerja mengikuti aturan di tempat kerja.
mendapat cedera dan bekerja sama dalam latihan. Pekerja yang cedera harus
sesuai keuntungan dapat ditinjau kembali jika upaya yang semestinya sudah tidak
4. Rehabilitasi
yang memungkinkan terjadinya cedera terhadap pekerja baik secara fisik, psikologis,
sosial dan kondisi ekonomi yang dialami sebelum cedera maupun selama menderita
cedera tersebut. Untuk semua fasilitas rehabilitasi disediakan dana untuk tindakan
peningkatan kecakapan kerja, atau pelatihan untuk sesuatu yang lain seperti karir,
tempat kerja, kendaraan dan modifikasi rumah, servis peralatan rumah tangga serta
Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek – aspek yang cukup luas, yaitu
perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Perlindungan
tersebut bermaksud agar tenaga kerja secara aman melakukan pekerjaannya sehari –
dan pada dirinya yang dapat menimpa dan mengganggu dirinya serta pelaksanaan
adalah satu segi penting dari perlindungan tenaga kerja. Dalam hubungan ini, bahaya
yang dapat timbul dari alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, keadaan tempat
13
kerja, lingkungan, cara melakukan pekerjaan, karakteristik fisik dan mental daripada
menjadi sebab sakit, cacat dan kematian dapat dikurangi atau ditekan sekecil –
sehingga membantu bagi hubungan buruh atau tenaga kerja dan pengusaha yang
dan kultural yang sangat luas. Tingkat pendidikan, latar belakang kehidupan yang
luas, seperti kebiasaan hidup sehari – hari, kepercayaan yang dianut dan lain – lain
Pada masyarakat yang menjadi salah satu aspek penting pembangunan adalah
bidang ekonomi dan sosial, maka keselamatan dan kesehatan kerja lebih ditampilkan
itu, keselamatan dan kesehatan kerja harus diterapkan sedini mungkin untuk
mengurangi angka kecelakaan kerja sehingga dengan angka kecelakaan kerja yang
Bahaya kerja adalah setiap keadaan dalam lingkungan kerja yang berpotensi
untuk terjadinya cedera dan penyakit atau gangguan kesehatan akibat kerja. Beberapa
1. Bahaya kimiawi, meliputi kosentrasi uap, gas atau aerosol dalam bentuk debu
atau fume yang berlebihan di lingkungan kerja. Para pekerja dapat terpajan oleh
15
bahan kimiawi ini dengan cara inhalasi, absorbsi melaluin kulit atau dengan
2. Bahaya fisik, mencakup kebisingan, vibrasi, suhu lingkungan kerja yang terlalu
3. Bahaya biologis, seperti serangga, jamur, bakteri, virus, riketsia, klamidia yang
4. Bahaya ergonomis, mencakup desain peralatan kerja, mesin dan tempat kerja
berlebihan dengan atau tanpa posisi kerja yang janggal dapat mengakibatkan
penyelesaian masalah pekerjaan, beban tugas yang terlalu padat atau sangat
kurang, kerja lembur atau shift malam, lingkungan tempat kerja yang kurang
Jadi, manajemen bahaya kerja merupakan suatu alat yang bila digunakan dengan
benar akan menghasilkan lingkungan kerja yang aman, bebas dari ancaman bahaya
di tempat kerja. Tahapan manajemen bahaya kerja antara lain adalah sebagai berikut
(Harrianto, 2009) :
mendeteksi adanya ancaman bahaya di tempat kerja. Langkah ini merupakan hal
yang paling pertama dilakukan dalam manajemen bahaya kerja sebelum evaluasi
yang lebih mendetail dilaksanakan. Bahaya kerja meliputi pengukuran kasar bahaya
proses, mesin dan peralatan kerja, serta inspeksi tempa kerja (walk – through survey)
dibutuhkan untuk mengidentifikasi para pekerja yang terpajan ancaman bahaya kerja.
Evaluasi bahaya kerja adalah suatu proses yang dilaksanakan untuk dapat
menetapkan seberapa besar resiko bahaya kerja yang ditemukan di tempat kerja.
merupakan jalan masuk untuk terjadinya intoksikasi sistemik. Oleh karena itu,
pengukuran objektif dosis bahaya kerja yang diterima oleh para pekerja merupakan
komponen penting pada manajemen evaluasi bahaya kerja. Akan tetapi sebaliknya
pada awal tahap ini, tingkat pengendalian pada bahaya kerja serius yang ditemukan
pada tahap indenfikasi bahaya kerja serius yang ditemukan pada tahap identifikasi
berikutnya dapat diperkirakan akibat yang ditimbulkan oleh bahaya kerja yang
kecelakaan kerja, serta derajat pemajanan bahaya kerja yang terjadi (Harrianto,
2009).
semua faktor yang mengakibatkan bahaya kerja pada manusia. Penilalian ini akan
resiko khusus.
c. Resiko berat : sangat mungkin terjadi dan akan berakibat sangat buruk, maka
pekerja dan ancaman bahaya tempat kerja. Sebagian besar kecelakaan di tempat kerja
peristiwa atau penyebab yang saling berkaitan. Oleh sebab itu, mencegah bahaya
18
atau kecelekaan kerja yang paling efektif adalah dengan menghilangkan rangkaian
cukup, membuat standar kerja yang maksimum, memenuhi standar kerja, dan
mencukupi.
motivasi pekerja atau menempatkan pekerja pada pekerjaan yang paling sesuai
c. Meniadakan tindakan yang ceroboh dengan mengikuti metode kerja yang telah
keselamatan kerja.
jika bekerja di tempat yang tinggi untuk menghindarkan personel lain tertimpa
bahan atau perkakas yang jatuh, memasang pagar – pagar pelindung yang
berbahaya dari proses dan menghilangkan atau menurunkan tingkat bising mesin
manual.
g. Mengendalikan bahaya, jika bahaya tidak dapat dikurangi atau bahan berbahaya
h. Melakukan kerja yang aman dengan membeli polis asuransi untuk keamanan,
pencegahan pada bahan kimia dan proses kerja yang berbahaya, dan sistem kerja
yang sesuai. Penggunaan peralatan pelindung diri sering kali dilihat sebagai barang
murah untuk melindungi para pekerja. Meskipun demikian, langkah pengendalian ini
Ada beberapa alasan untuk hal itu, antara lain adalah alat pelindung diri
mungkin tidak nyaman untuk dipakai, peralatan perlindungan diri harus cocok
dengan pribadi pekerja, orang yang bertanggung jawab untuk memilih peralatan
perlindungan diri hanya memiliki sedikit atau tidak memilih pengetahuan pentingnya
batas – batas penggunaan alat tersebut, dan pemeliharaan standar sering tidak baik
Alat pelindung diri adalah alat yang digunakan oleh para pekerja selama
maksud dan tujuan untuk melindungi pekerja agar selama bekerja mendapat
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, antara lain mengenai (Suma’mur, 2009) :
1. Kewajiban untuk menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru
tempat kerja (Pasal 9, ayat 1 b) dan alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang
perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja berada di bawah pimpinan
yang menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut
7. Rasa “tidak nyaman” tidak berlebihan (rasa “tidak Nyaman” tidak mungkin
Beberapa jenis alat pelindung diri (APD) bagi pekeerja dapat di bagi menjadi
APD kepala adalah alat pelindung diriyang digunakan pada kepala pekerja
dengan maksut untuk melindungi dari kecelakaan yang mengenai kepala pekerja,
alat pelindung diri yang digunakan pada mata yang biasanya berhubungan
dengan debu atau cahaya menyakitkan dengan maksud untuk menyaring udara atau
bahaya, tetapi jenis terbatas sesuai dengan pembuatannya. Adapun contoh lainalat
pelindung diri mata adalah kaca mata biasa yang dapat mengurangi radiasi atau sinar
yang dapat mengakibatkan cacat pada tangan para pekerja. Contoh alat pelindung
alat pelindung diriyang digunakan pada kaki dan biasanya digunakan oleh
alat pelindung diri masker yang digunakan pada muka khususnya oleh para
pekerja dan dipakai dengan maksud untuk pekerja dari gas, uap, debu. Alat
pelindung pernafasan dapat berupa masker atau alat respirator yang dapat digunakan
alat pelindung diri yang digunakan oleh para pekerja untuk mengurangi
alat pelindung diri telinga ini adalah sumbatan telinga yang terbuat dari karet elastic
yang dirancang khusus tipe yang dimasukkan (ear plug), tipe tertutup (the muff type).
Alat pelindung diri masker adalah alat yang terbuat dari kain kasa lembut dan
mempunyai tali dikedua sisinya yang dipakai dihidung dan mulut dan berguna untuk
sangat mudah dan murah karena terbuat dari kain kasa ringan dan dapat dipakai lagi
2. Masker berhidung
Masker ini dapat menyaring debu sampai 0,5 mikron, apabila sudah sulit
bernafas maka disarankan untuk melepasnya, karena filter telah rusak atau
Respirator adalah alat yang bekerja dengan menarik udara yang dihirup melalui suatu
Jenis respirator yang sering dijumpai adalah respirator sekali pakai dan
respirator separuh masker. Respirator sekali pakai dibuat dari bahanfilter dan sangat
cocok untuk debu berukuran pernafasan. Bagian muka alat tersebut bertekanan
masker adalah alat respirator yang dibuat dari karet atau plastik dan dirancang
menutupi hidung dan mulut. Alat ini memiliki cartridge filter yang dapat diganti dan
sangat cocok untuk debu, gas, dan uap. Bagian muka bertekanan negatif karena
3. Masker bertabung
Masker ini lebih baik dari pada masker berhidung, karena dilengkapi dengan
tabung oksigen akan tetapi sangat dirasa tidak nyaman saat memakainya karena
24
terlalu besar dan tabung yang dipakai biasanya mempengaruhi apa-apa yang
Adapun masker untuk mengurangi debu dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
Pemakaian masker sekali pakai biasanya digunakan pada intensitas debu yang
sangat banyak dan mengandung racun.Masker ini tidak dapat dicuci dan harus
dibuang.
Masker jenis ini dapat dilakukan perawatan berkala dengan mencuci dan
digunakan pada intensitas debu yang tidak mangandung racun atau tercemar dengan
obat pestisida. Salah satu contohnya adalah masker kain kasa (Soedjono, 2005).
pekerja dapat meminimalkan paparan dan keracunan debu yang masuk ke saluran
pernafasan pekerja serta memberikan keuntungan masa kerja lebih panjang karena
pekerja terindar dari paparan debu beracun yang dapat meracuni tubuh atau bahkan
2.4.3 Akibat pekerja apabila tidak menggunakan alat pelindung diri masker
Dampak pekerja apabila pada saat bekerja tidak menggunakan masker maka
akan terpapar debu atau timbal dari hasil penyapuan maupun dari hasil pembuangan
apabila paru-paru ini tergangu oleh benda asing atau debu benda asing maka
seseorang akan terjadi sakit pada saluran pernafasan tersebut. Debu dari hasil
penyapuan sangat berbahaya karena partikelnya yang sangat kecil dan tajam, apabila
terhirup atau masuk kedalam tubuh kita dan nantinya akan menempel atau tertancap
Salah satu fungsi tubuh yang mengatur dan mempunyai kualitas gerak dan
selanjutnya menjadi pusat dari organ-organ lainnya adalah syaraf. Apabila syaraf kita
tercemar oleh debu maka terjadi kemunduran aktifitas iritasi sensorik ,hal ini dapat
terjadi jika tidak segera ditanggulangi maka mengakibatkan selaput radang yang
terkena iritasi.
Oksigen yang telah kita hirup dari udara selanjutnya diedarkan keseluruh
tubuh kita dengan perantara darah yaitu hemoglobin. Debu dapat menghambat proses
tersebut apabila masuk kedalam tubuh kita (Ahmad 2003). Debu, aerosol dan gas
zat itu menembus ke dalam paru-paru dapatterjadi bronchitis toksik, edema paru atau
pneumonitis.
1. Debu
Debu adalah partikel yang disebabkan oleh kekuatan – kekuatan alami atau
maupun anorganik misal kayu, biji logam, arang batu dan sebagainya. Debu dapat
a. Debu Inert adalah debu yang efek utamanya adalah peningkatan beban
Contoh debu ini adalah debu sisa penghalusan atau pengamplasan kayu.
b. Debu Fibrogenik, debu ini merusak daerah perifer paru-paru, umunya partikel
c. Debu Iritan kimia, paparan jangka panjang terhadap berbagai bahan kimia iritan
d. Debu Alergen, debu ini meliputi bahan organic yang berasal dari binatang atau
e. Debu Karsinogen, debu asbes dan uranium adalah cuntoh terbaik dari
Debu kerap dapat kita lihat dan beberapa macam gas bias kita ketahui dari
manggunakan dengan baik, macam masker sesuai dengan paparan yang dihadapidan
2. Timbal (Pb)
Timbal atau yang kita kenal sehari-hari dengan timah hitam dan dalam bahasa
logam golongan IV–A pada tabel periodik unsur kimia. Mempunyai nomor atom
(NA) 82 dengan bobot atau berat (BA) 207,2 adalah suatu logam berat berwarna
kelabu kebiruan dan lunak dengan titik leleh 327°C dan titik didih 1.620°C. Pada
suhu 550 - 600°C Timbal (Pb) menguap dan membentuk oksigen dalam udara
membentuk timbal oksida. Bentuk oksidasi yang paling umum adalah timbal (II).
Walaupun bersifat lunak dan lentur, timbal sangat lapuh dan mengkerut pada
pendinginan, sulit larut dalam air dingin, air panas dan air asam. Timbal (Pb) dapat
larut dalam asam nitrit, asam asetat dan asam sulfat pekat (Palar, 2004).
a. Timbal mempunyai titik cair rendah sehingga jika digunakan dalam bentuk cair
b. Timbal merupakan logam yang lunak sehingga mudah diubah menjadi berbagai
bentuk.
c. Sifat kimia timbal (Pb) menyebabkan logam ini dapat berfungsi sebagai lapisan
d. Timbal dapat membentuk alloy dengan logam lainnya, dan alloy yang terbentuk
e. Densitas timbal (Pb) lebih tinggi dibandingkan dengan logam lainnya kecuali
Timbal yang terdapat dijalan raya berasal dari sisa pembuangan pembakaran
kenderaan bermotor. Timbal, atau Tetra Etil Lead (TEL) yang banyak pada bahan
bakar terutama bensin, diketahui bisa menjadi racun yang merusak sistem
pernapasan, sistem saraf, serta meracuni darah. Penggunaan timbal (Pb) dalam bahan
kandungan timbal (Pb) dalam bahan bakar, dilakukan sejak sekitar tahun 1920-an
Tetra Etil Lead (TEL) selain meningkatkan oktan, juga dipercaya berfungsi
sebagai pelumas dudukan katup mobil (produksi di bawah tahun 90-an), sehingga
katup terjaga dari keausan, lebih awet, dan tahan lama. Penggunaan timbal (Pb)
dalam bensin lebih disebabkan oleh keyakinan bahwa tingkat sensitivitas timbal (Pb)
tinggi dalam menaikkan angka oktan. Setiap 0,1 gram timbal (Pb) perliter bensin,
menurut ahli tersebut mampu menaikkan angka oktan 1,5 sampai 2 satuan. Selain itu,
harga timbal (Pb) relatif murah untuk meningkatkan satu oktan dibandingkan dengan
Hasil pembakaran dari bahan tambahan (aditive) timbal (Pb) pada bahan
bakar kendaraan bermotor menghasilkan emisi timbal (Pb) inorganik. Logam berat
timbal (Pb) yang bercampur dengan bahan bakar tersebut akan bercampur dengan oli
dan melalui proses di dalam mesin maka logam berat timbal (Pb) akan keluar dari
a. Gangguan neurologi
Gangguan neurologi (susunan syaraf) akibat tercemar oleh timbal (Pb) dapat
glukosuria, dan jika paparannya terus berlanjut dapat terjadi nefritis kronis.
Paparan timbal dengan kadar yang rendah yang berlangsung cukup lama dapat
menurunkan IQ.
penurunan sintesis globin walaupun tak tampak adanya penurunankadar zat besi
dalam serum. Anemia ringan yang terjadi disertai dengan sedikit peningkatan kadar
ALA (Amino Levulinic Acid) urine. Pada anak-anak juga terjadi peningkatan ALA
dalam darah. Efek dominan dari keracunan timbal (Pb) pada sistem hemopoitik
keracunan timbal (Pb) pada manusia. Dibandingkan dengan orang dewasa, anak -
anak lebih sensitif terhadap terjadinya anemia akibat paparan timbal (Pb). Terdapat
korelasi negatif yang signifikan antara Hb dan kadar timbal (Pb) di dalam darah.
Efek pencemaran timbal (Pb) terhadap kerja otak lebih sensitif pada anak-
anak dibandingkan pada orang dewasa. Gambaran klinis yang timbul adalah rasa
malas, gampang tersinggung, sakit kepala, tremor, halusinasi, gampang lupa, sukar
konsentrasi dan menurunnya kecerdasan pada anak dengan kadar timbal (Pb) darah
sebesar 40-80 µg/100 ml dapat timbul gejala gangguan hematologis, namun belum
Gejala yang timbul pada lead encephalopathy antara lain adalah rasa cangung,
mudah tersinggung, dan penurunan pembentukan konsep. Apabila pada masa bayi
psikologis dan penampilan pendidikannya akan tampak pada umur sekitar 5-15
tahun. Akan timbul gejala tidak spesifik berupa hiperaktifitas atau gangguan
psikologis jika terpapar timbal (Pb) pada anak berusia 21 bulan sampai 18 tahun
(Sudarmaji, 2006).
1. Pengetahuan (Knowladge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
31
raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
lebih berprestasi bila pekerja tersebut ditempatkan dalam bidang kerja yang bersifat
(Budiono, 2003).
penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan
2. Sikap (Atittude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan
suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu
perilaku. Sikap masih merupakan reaksi yang tertutup, bukan merupakan reaksi
kata-kata atau tindakan yang merupakan respon atau reaksi dari sikapnya terhadap
objek tertentu, baik yang berupa orang, peristiwa, situasi dan lain sebagainya. Sikap
32
tidak identik dengan respon dalam bentuk perilaku. Sebagai suatu respon sikap hanya
akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki
timbulnya reaksi individu. Sebagai suatu reaksi maka sikap berhubungan dengan dua
hal yaitu suka, setuju yang membawa pada sikap positif (favourable) dan tidak suka,
tidak setuju atau sikap negatif (unfavourable). Sikap bersifat dinamis dan terbuka
objek atau situasi yang relatif, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan
memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku
3. Umur
mental, kemauan kerja, dan tanggung jawab seseorang. Menurut teori psikologi
Untuk melakukan kegiatan tersebut, pekerja muda akan lebih disiplin menjaga
4. Tingkat Pendidikan
rohaniah yang berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun di luar sekolah,
untuk pembangunan persatuan dan masyarakat adil dan makmur dan selalu ada
sosial yakni orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol
(khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau
(1) tentang sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa jenjang pendidikan yang
termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan dasar, menengah dan
Semakin tinggi jenjang pendidikan yang seseorang tempuh maka kemungkinan akan
semakin baik pula tingkah laku dan pola berpikirnya (Hadikusumo, 2001).
penulis membagi tingkat pendidikan responden kedalam dua kelompok yaitu tingkat
pendidikan pada jenjang diploma dan tingkat pendidikan pada jenjang sarjana.
yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi maka dalam kegiatan bekerjanya
sehari – hari akan lebih baik dibandingkan dengan pekerja yang mempunyai tingkat
5. MasaKerja
Kebudayaan, 2001) bahwa masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja pada
suatu kantor, badan, dsb. Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga
kerja itu bekerja di suatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif
maupun negatif. Akan memberi pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin
masa kerja maka akan timbul kebiasaan pada tenaga kerja. Hal ini biasanya terkait
Adapun di PT. MIFA yang telah berdiri selama 2 tahun, penulis membagi
mempengaruhi hal positif adalah seorang pekerja akan semakin terampil dalam
adalah semakin lama terpapar debu pengamplasan di lingkungan kerja yang dapat
Masa kerja dapat memberikan pengaruh yang baik karena semakin lama
menjalankan pekerjaannya. Masa kerja dapat memberikan hal yang kurang baik
karena semakin lama pekerja bekerja di tempat tertentu akan mengalami kebiasaan
dalam bekerja. Faktor gangguan saluran pernafasan juga dipengaruhi oleh lama
6. Kenyamanan
Perasaan tidak nyaman (risih, panas, berat, terganggu) yang timbul pada saat
tidak mau memakai adalah tidak sadar/tidak mengerti, panas, sesak, tidak enak
dipakai, tidak enak dipandang, berat, mengganggu pekerjaan, tidak sesuai dengan
bahaya yang ada, tidak ada sangsi, dan atasan juga tidak memakai (Budiono, 2003 ;
Santoso, 2003).
kerja. Terjadinya perubahan perilaku pada seseorang harus ada unsur – unsur
(Notoatmodjo, 2007) :
36
1) Pengertian atau pengetahuan tentang apa yang akan dilakukan, dimana pemakaian
masker tenaga kerja harus mengetahui tujuan atau manfaat dari masker.
2) Keyakinan atau kepercayaan tentang apa yang akan dilakukan. Pemakaian masker
tenaga kerja akan dilakukan apabila mereka merasakan keyakinan akan manfaat
Beban kerja adalah beban yang diterima atau ditanggung oleh pekerja dalam
kerja adalah suasana yang tidak mendukung karena panas atau iklim kerja yang tidak
mendukung. Waktu lamanya menggunakan APD dirasa sebagi beban kerja kerena
semakin lama pekerja menggunakan APD semakin tidak nyaman dan merasa risih
aman dan mengikuti setiap prosedur dan petunjuk kerja yang telah ditetapkan Salah
satu bentuk pengawasanyang dilakukan adalah pengawasan pada bahaya dari cara
kerja, karena dapat membahayakan tenaga kerja itu sendiri dan orang lain
disekitarnya. Antara lain pemakaian alat pelindung diri yang tidak semestinya dan
transporting, and weathering). Debu batubara yang dapat meledak adalah apabila
terdiri dariunsur anorganik utama dan unsur anorganik minor (Mustakfir, 2009).
Unsur anorganik utama : Si, Al, Ca, Fe, Mg, Na, Ti, K
Unsur anorganik minor : Be, Se, V, Cr, Co, Ni, Cu, Zn, Ga, Ge, As, Hg, Pb,Rb, Sr,
tinggi danpada proses gasifikasi batubara. Adapun mineral utama pada batubara
misalnya calcite (CaCO3), sulfida, misalnya pirit (FeS2), oksida, misalnya quartz
38
(SiO2), dan logam berikatan organik : ion exchangeable metal (COO-Na+, dan lain-
beratmolekul ratusan sampai ribuan atau lebih, yang tersusun dari unit dasar
ikatanmetilen, ikatan ether, dan ikatan lain. Adapun makromolekul itu sendiri
terhubungdengan ikatan nonkovalen seperti ikatan π (ikatan Van der Walls bertipe
aromatic flat space), ikatan hidrogen, ikatan ion, dan ikatan lainnya, membentuk
membentuk material stabil berupa gas, zat cair (tar), zat padat(char). Reaksi pirolisis
ini berlangsung dalam hitungan mili detik sampai beberapapuluh mili detik.
2. Sifat Fisik
39
a. Berat jenis
batubaranya. Tetapiberat jenis batubara turun sedikit dari lignit (1,5g/cm3) sampai
batubarabituminous (1,25 g/cm3), kemudian naik lagi menjadi 1,5 g/cm3 untuk
antrasitsampai grafit 2,2 g/cm3.Berat jenis batubara juga sangat bergantung kepada
jumlah dan jenismineral yang dikandung abu dan juga kekompakan atau
memperhitungkanfaktor komersial.
b. Kekerasan
juga tergantung kepada komposisi dan jenis batubaranya. Semakin tuabatubara itu
akan lebih keras, dimana batubara yang keras akan mempengaruhiproses blending
diketahui melalui penentuan HGI (Hardgrove Grindabilty Indeks)yaitu sifat fisik dari
c. Warna
40
dan timbulnyastruktur cincin yang berpolimer diantara radikal karboksil dan amino.
ganggang(algae/exime) atau sel luar dari spora atau tepung sari (pollen).Kadar
dengan vitrain, berkadar nitrogen dan belerang yang tinggi, inidisebabkan oleh
kandungan proteinnya yang tinggi yang berasal dari sporadan tepung sari.
mengandung besi, serpihan dan potongan mineralberbutir yang tidak terlarutkan serta
bakteri dalam sedimen yang diendapkanoleh air. Batubara ini mempunyai kadar abu
yang tinggi dan dinamakanbatubara suram atau kusam (bulk or dull coal).Fusain
d. Goresan
41
hitamlegam.
e. Pecahan
3. Sifat Kimia
dari batubara tersebut, baik senyawa organik ataupun senyawaanorganik. Sifat kimia
a. Karbon
batubarakira-kira 60% sampai 100%. Presentasenya akan lebih kecil pada lignit
danmenjadi besar pada antrasit dan hampir seratus persen dalam grafit. Unsur
b. Hidrogen
c. Oksigen
d. Nitrogen
e. Sulfur
tigabentuk yaitu sulfur pirit (pyritic sulphur), anorganik sulfur, sulfur organik
dansulfat. Sulfur pirit biasanya berjumlah berkisar 20% sampai 80% dari total
sulfurdan terdapat dalam makrodeposit (lensa urat, kekar bola dan lain-lainnya)
menimbulkandebu yang banyak. Debu batubara juga dapat terbentuk pada proses
penyiraman air yangcukup, debu yang terbentuk akan terendapkan pada lantai kerja
(Mustakfir, 2009).
(Edmonton, 2010) :
akibat inhalasi jangka lama partikel debu batubara sehingga terjadi akumulasiatau
terkumpulnya debu tersebut yang menimbulkan respon imun di jalan napas kecildan
penurunanfungsi paru atau dapat berkembang menjadi fibrosis masif progresif yang
mencapai45%.
vital. Penelitilain melaporkan penurunan KVP karena debu tambang batubara lebih
sebagianlagi restriktif.
3. Asma Kerja
dengan pemakaianpada umumnya <1 ppm dan selalu <5 ppm.Sedangkan untuk
dengan konsentrasi tinggi≥ 100 ppm.Dalam hal ini perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut untukmengungkapkan hal ini, sangat dianjurkan uji provokasi inhalasi agen
pada penyakit ini adalah penurunan angka restriktif padasaat pemeriksaan paru dan
nafas yang terputus-putus dan pendek.Penurunan fungsiparu timbul pada saat terjadi
Faktor pekerja :
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Tingkat pendidikan
4. Umur Pemakaian Alat Pelindung
5. Masa kerja Diri (APD) Masker
6. Kenyamanan
Beban kerja
Pengawasan (Controlling)
Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat disusun sebagai berikut ini :
Variabel Independen
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Tingkat pendidikan
4. Umur
5. Masa kerja
6. kenyamanan
46
Variabel Dependen
Pemakaian Alat Pelindung Diri
(APD) Masker
7. Beban kerja
8. Pengawasan
Keterangang :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Gambar 2.2 : Kerangka konsep
Sumber : Suma’mur (2009)
BAB III
METODE PENELITIAN
korelatif yaitu penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan
yang melihat hubungan antara variabel (variabel independen dan variabel dependen).
Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study, salah satu metode di
mana data yang dikumpulkan hanya pada suatu saat tertentu (Notoadmojo,2010).
Penelitian ini direncanakan akan dilakukan pada tanggal 10-12 Agustus 2015.
3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah petugas PT. Mifa bagian Port Operation
3.2.2 Sampel
Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
total sampling atau sampel jenuh yaitu pengambilan sampel di mana seluruh populasi
dijadikan sebagai sampel (Arikunto, 2010). Pada penelitian ini berjumlah 35 orang.
47
48
Pada penelitian ini data yang telah dikumpulkan akan diolah melalui
3.4.1 Editing, yaitu hasil wawancara, angket atau pengamatan dari lapangan harus
3.4.2 Coding, setalah semua kuesioner diedit atau disuting, selanjutnya dilakukan
dengan kode 001 sampai dengan 035 pada responden terakhir. Selanjutnya
3.4.3 Processing (data entri), yakni jawaban dari masing – masing responden yang
dalam bentuk kode dimasukkan ke dalam master tabel atau data base
ini adalah program SPSS 16.0 (Statistical Package for the Social Science
16.0).
3.4.4 Cleaning, apabila data dari setiap sumber data atau responden selesai
tujuan yang hendak dianalisis. Dimana dalam penelitian ini analisis statistik
baik dengan cara menyebarkan angket kuesioner, secara langsung kepada responden
penelitian.
Data sekunder merupakan data penunjang yang diperoleh peneliti dari PT.
Mifa Aceh Barat berkaitan dengan petugas dan penggunaan APD di area kerja.
3.7.1 Pengetahuan
Tinggi :x≥3
Rendah : x <3
3.7.2 Sikap
Positif : x ≥ 7,5
Negatif : x <7,5
3.7.3 Umur
3.7.6 Kenyamanan
Nyaman : x ≥ 2,5
3.8.1 Univariat
Data yang telah dikumpulkan akan dianalisa dengan cara analisa univariat,
interval kelas yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Sudjana,
2008) :
distribusi frekuensi ditemukan prentase perolehan (P) untuk tiap-tiap kategori dengan
fi
P= 100%
n
Keterangan:
P = Persentase
fi = Frekuensi Teramati
n = Jumlah Populasi
3.8.2 Bivariat
dengan penggunaan alat pelindung diri (APD) masker pada petugas bagian Port
tabel silang yang dikenal dengan baris kali kolom (B x K) dengan derajat kebebasan
(df) yang sesuai dengan tingkat kemaknaan (α) 0,05. Skor diperoleh dengan
menerima hipotesis adalah: jika p-value< 0,05 maka Ho ditolak, dan jika p-value ≥
(2002).sebagai berikut :
1. Bila tabel kontingensi 2x2 dan tidak ada nilai Expected (harapan) kurang dari 5,
2. Bila tabel kontingensi 2x2 dijumpai nilai Expected (harapan) kurang dari 5,
3. Bila tabel kontingensi lebih dari 2x2, misalnya 3x2, 3x3 dan sebagainya, maka
bagian dari Grup Reswara Minergi Hartama di bawah payung PT ABM Investama
Aceh Barat.PT. MIFA Bersaudara terletak di Desa Peunaga Cut Ujong, Meurebo,
Aceh Barat.Adapun batasan letak PT. MIFA secara geografis adalah sebagai
berikut :
Adapun letak wilayah PT. MIFA dapat dilihat pada peta adalah sebagai
berikut :
53
54
10-12 Agustus 2015 pada petugas bagian transit PT. MIFA yaitu sebanyak 35 orang
penggunaan alat pelindung diri (APD) masker pada petugas bagian Port Operation
dan TransshipmentPT. Mifa Aceh Barat. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah dengan mengajukan pertanyaan sesuai dengan daftar kuesioner dalam bentuk
Aceh Barat di tahun 2015 dalam penelitian ini adalah jenis kelamin yang dapat
1. Pengetahuan
alat pelindung diri (APD) masker dikategorikan tinggi jika x ≥ 3 dan dikategorikan
55
rendah jika x<3. Adapun hasil pengkategorian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2
berikut:
tehadap penggunaan alat pelindung diri (APD) masker adalah pada kategori rendah
2. Sikap
pelindung diri (APD) masker dikategorikan positif jika x ≥ 7,5 dan dikategorikan
negatif jika x <7,5. Adapun hasil pengkategorian tersebut dapat dilihat pada tabel
4.3 berikut :
penggunaan alat pelindung diri (APD) masker adalah pada kategori negatif yaitu
3. Umur
pelindung diri (APD) masker dapat dikategorikan menjadi tiga berdasarkan kategori
umur menurut Depkes RI.yaitu kategori remaja akhir jika berumur 17-25 tahun,
dewasa awal jika berumur 26-35 tahun dan dewasa akhir jika berumur 36-45 tahun.
Adapun hasil pengkategorian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:
penggunaan alat pelindung diri (APD) masker berada pada kategori remaja akhir
4. Tingkat pendidikan
penggunaan alat pelindung diri (APD) masker dapat dikategorikan menjadi dua yaitu
tingkat pendidikan pada jenjang diploma dan tingkat pendidikan pada jenjang
sarjana. Adapun hasil pengkategorian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:
terhadap penggunaan alat pelindung diri (APD) masker berada pada kategori sarjana
5. Masa kerja
Masa kerja responden terhadap penggunaan alat pelindung diri (APD) masker
dapat dikategorikan menjadi dua yaitu baru jika berkerja <1 tahun dan lama jika
berkerja ≥1 tahun. Hasil pengkategorian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:
Pada tabel 4.6 di atas menunjukkan mayoritas masa kerja repsonden terhadap
penggunaan alat pelindung diri (APD) masker berada pada kategori baru yaitu
6. Kenyamanan
alat pelindung diri (APD) masker dikategorikan nyaman jika x ≥ 2,5 dan
dikategorikan tidak nyaman jika x <2,5. Adapun hasil pengkategorian tersebut dapat
terhadap penggunaan alat pelindung diri (APD) masker berada pada kategori tidak
oleh responden dapat dikategorikan menjadi dua yaitu ada jika tampak menggunakan
masker sesuai dengan standar yang ada pada saat berkerja dan tidak ada jika tidak
tampak menggunakan masker sesuai dengan standar yang ada pada saat bekerja.
Adapun hasil pengkategorian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8 : Distribusi frekuensi penggunaan alat pelindung diri (APD) masker
oleh responden bagian Port Operation dan Transshipment
PT. MIFA Aceh Barat tahun 2015 (n=35)
Penggunaan alat pelindung diri
No f %
(APD) masker
1. Tidak ada 19 54,3
2. Ada 16 45,7
Total 35 100
Sumber : Data primer (diolah 2015)
Pada tabel 4.8 di atas menunjukkan penggunaan alat pelindung diri (APD)
masker oleh responden mayoritasnya berada pada kategori “tidak ada” yaitu
metode analisa statistik Chi Square Test( x 2 ), yang perhitungannya dilakukan dengan
masker
masker pada petugas PT. MIFA Aceh Barat dapat dilihat pada tabel berikut :
pengetahuan pada kategori rendah cenderung penggunaan alat pelindung diri (APD)
penggunaan alat pelindung diri (APD) maskernya berada pada kategori ada yaitu
Hasil uji statistik yang telah dilakukan, didapatkan p-value 0,030 yang berarti
p-value<0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa null (Ho) ditolak, yang
berarti ada hubungan pengetahuan dengan penggunaan alat pelindung diri (APD)
masker pada petugas Port Operation dan Transshipment PT. MIFAAceh Barat tahun
2015.Dari hasil analisis juga diperoleh nilai OR = 6,160, hal tersebut dapat diartikan
bahwa pengetahuan mempunyai pengaruh sebesar 6,1 kali untuk penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) masker pada petugas bagian Port Operation dan
Analisa bivariat untuk hubungan sikap dengan penggunaan alat pelindung diri
(APD) masker oleh petugas PT. MIFA Aceh Barat dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.10: Hubungan sikap dengan penggunaan alat pelindung diri (APD)
masker pada petugas bagian Port Operation dan Transshipment
PT. MIFA Aceh Barat Tahun 2015 (n=35)
Penggunaan APD masker Total
Sikap Tidak ada Ada OR 𝜶 p-value
f %
f % f %
Negatif 13 72,2 5 27,8 18 100
Positif 6 35,3 11 64,7 17 100 4,767 0,05 0,024
Total 19 54,3 16 45,7 35 100
Sumber : Data Primer (Diolah, 2015)
Berdasarkan pada tabel 4.10, dapat diketahui bahwa responden dengan sikap
pada kategori negatif cenderung penggunaan alat pelindung diri (APD) maskernya
responden dengan sikap pada kategori positif cenderung penggunaan alat pelindung
diri (APD) maskernya berada pada kategori ada yaitu 11 (64,7%)dari 17 responden.
Hasil uji statistik yang telah dilakukan, didapatkan p-value 0,024 yang berarti
p-value<0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa null (Ho) ditolak, yang
berarti ada hubungan sikap dengan penggunaan alat pelindung diri (APD) masker
pada petugas Port Operation dan Transshipment PT. MIFA Aceh Barat tahun 2015.
Hasil analisis juga diperoleh nilai OR = 4,767, hal tersebut dapat diartikan bahwa
sikap mempunyai pengaruh sebesar 4,7 kali untuk penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) masker pada petugas bagian Port Operation dan Transshipment PT. MIFA
Analisa bivariat untuk hubungan umur dengan penggunaan alat pelindung diri
(APD) masker oleh petugas PT. MIFA Aceh Barat dapat dilihat pada tabel berikut :
61
Tabel 4.11: Hubungan umur dengan penggunaan alat pelindung diri (APD)
masker pada petugas bagian Port Operation dan Transshipment
PT. MIFA Aceh Barat Tahun 2015 (n=35)
Penggunaan APD masker Total
Umur Tidak ada Ada α p-value
f %
f % f %
Remajaakhir (17-25 tahun) 11 78,6 3 21,4 14 100
Dewasa awal (26-35 tahun) 3 30 7 70 10 100
0,05 0,049
Dewasa akhir (36-45 tahun) 5 45,5 6 54,4 11 100
Total 19 54,3 16 45,7 35 100
Sumber : Data Primer (Diolah, 2015)
Berdasarkan pada tabel 4.11, dapat diketahui bahwa responden dengan umur
pada kategori remaja akhir cenderung penggunaan alat pelindung diri (APD)
penggunaan alat pelindung diri (APD) maskernya berada pada kategori ada yaitu 7
(70%) dari 10 responden serta responden dengan umur pada kategori dewasa akhir
cenderung penggunaan alat pelindung diri (APD) maskernya berada pada kategori
Hasil uji statistik yang telah dilakukan, didapatkan p-value 0,049 yang berarti
p-value<0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa null (Ho) ditolak, yang
berarti ada hubungan umur dengan penggunaan alat pelindung diri (APD) masker
pada petugas Port Operation dan Transshipment PT. MIFA Aceh Barat tahun 2015.
(APD) masker
Analisa bivariat untuk hubungan sikap dengan penggunaan alat pelindung diri
(APD) masker oleh petugas PT. MIFA Aceh Barat dapat dilihat pada tabel berikut :
62
diploma cenderung penggunaan alat pelindung diri (APD) maskernya berada pada
tingkat pendidikan pada kategori sarjana cenderung penggunaan alat pelindung diri
(APD) maskernya berada pada kategori ada yaitu 13(72,2%) dari 18 responden.
Hasil uji statistik yang telah dilakukan, didapatkan p-value 0,004 yang berarti
p-value<0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa null (Ho) ditolak, yang
berarti ada hubungan tingkat pendidikan dengan penggunaan alat pelindung diri
(APD) masker pada petugas Port Operation dan Transshipment PT. MIFA Aceh
Barat tahun 2015. Hasil analisis juga diperoleh nilai OR = 12,133, hal tersebut dapat
diartikan bahwa tingkat pendidikan mempunyai pengaruh sebesar 12,1 kali untuk
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) masker pada petugas bagian Port Operation
masker
63
pelindung diri (APD) masker oleh petugas PT. MIFA Aceh Barat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.13 : Hubungan masa kerja dengan penggunaan alat pelindung diri
(APD) masker pada petugas bagian Port Operation dan
Transshipment PT. MIFA Aceh Barat Tahun 2015 (n=35)
Penggunaan APD masker Total
Masa Kerja Tidak ada Ada OR 𝜶 p-value
f %
f % f %
Baru (< 1 tahun) 14 73,7 5 26,3 19 100
Lama (≥1 tahun) 5 31,2 11 68,8 16 100 6,160 0,05 0,030
Total 19 54,3 16 45,7 35 100
Sumber : Data Primer (Diolah, 2015)
Berdasarkan pada tabel 4.13, dapat diketahui bahwa responden dengan masa
kerja pada kategori baru cenderung penggunaan alat pelindung diri (APD)
sedangkan responden dengan masa kerja pada kategori lama cenderung penggunaan
alat pelindung diri (APD) maskernya berada pada kategori ada yaitu 11(68,8%)dari
16 responden.
Hasil uji statistik yang telah dilakukan, didapatkan p-value 0,030 yang berarti
p-value<0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa null (Ho) ditolak, yang
berarti ada hubungan masa kerja dengan penggunaan alat pelindung diri (APD)
masker pada petugas Port Operation dan Transshipment PT. MIFA Aceh Barat tahun
2015. Hasil analisis juga diperoleh nilai OR = 6,160, hal tersebut dapat diartikan
bahwa masa kerja mempunyai pengaruh sebesar 6,1 kali untuk penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) masker pada petugas bagian Port Operation dan
pelindung diri (APD) masker oleh petugas PT. MIFA Aceh Barat dapat dilihat pada
tabel berikut :
kenyamanan pada kategori tidak nyaman cenderung penggunaan alat pelindung diri
(APD) maskernya berada pada kategori tidak ada yaitu 15 (71,4%)dari 21 responden,
penggunaan alat pelindung diri (APD) maskernya berada pada kategori ada yaitu 10
(71,4%)dari 14 responden.
Hasil uji statistik yang telah dilakukan, didapatkan p-value 0,032 yang berarti
p-value<0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa null (Ho) ditolak, yang
berarti ada hubungan kenyamanan dengan penggunaan alat pelindung diri (APD)
masker pada petugas Port Operation dan Transshipment PT. MIFA Aceh Barat tahun
2015. Hasil analisis juga diperoleh nilai OR = 6,250, hal tersebut dapat diartikan
bahwa kenyamanan mempunyai pengaruh sebesar 6,2 kali untuk penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) masker pada petugas bagian Port Operation dan
4.3 Pembahasan
65
Berdasarkan pada tabel 5.9, diketahui bahwa dari hasil uji statistik dengan
Chi-Square pada = 0,05 didapatkan nilai P-value0,030 < 0,05 dapat dikatakan
bahwa hipotesa null (Ho) ditolak yang berarti ada hubungan pengetahuan dengan
penggunaan alat pelindung diri (APD) masker pada petugas Port Operation dan
menyebutkan bahwa alat pelindung diri adalah alat yang digunakan oleh para pekerja
dengan maksud dan tujuan untuk melindungi pekerja agar selama bekerja mendapat
kenyamanan dan keselamatan. Dalam hal ini bila dikaitkan dengan kriteria pekerjaan
dari petugas penyapu jalan salah satu alat pelindung diri yang wajib dikenakan pada
transit PT. Mifa mempunyai keuntungan lebih besar dari pada tidak menggunakan
pekerja dapat meminimalkan paparan dan keracunan debu yang masuk ke saluran
pekerja terhindar dari masalah kesehatan yang disebabkan oleh paparan debu
batubara.
Walaupun demikian, dilapangan masih sering kita jumpai bebera dari pekerja
masih enggan untuk menggunakan masker pada saat bekerja. Salah satu faktor yang
mempengaruhi pekerja dalam menggunakan masker pada saat bekerja adalah faktor
66
Selain itu, diungkapkan juga bahwa suatu perilaku yang didasari oleh pengetahuan
biasa akan lebih bertahan lama jika dibandingkan dengan perilaku yang tidak
Hal ini sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh Wibowo (2010)
dengan judul ” faktor – faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan alat
pelindung diri di areal pertambangan PT. Antam Tbk. Unit Bisnis Pertambangan
Emas Pongkor Kabupaten Bogor” yang dilakukan pada 73 responden yang diambil
berdasarkan hasil uji statistik chi square diketahui terdapat hubungan antara
perilaku seseorang yang dalam penelitian ini perilaku dalam penggunaan masker
pada saat berkerja oleh petugas penyapu jalan. Dengan adanya pengetahuan yang
baik tentang keuntungan dan kerugian dari penggunaan serta tidak menggunakan
masker pada saat berkerja akan menimbulkan sikap yang positif dari pekerja untuk
ditimbulkan dari debu yang terhirup secara langsung oleh mereka pada saat bekerja.
Paparan debu yang terjadi secara terus – menerus dalam jangka waktu yang
lama dapat berpengaruh terhadap kesehatan pekerja. Kesehatan yang buruk akan
67
menyebablan masa produktif pekerja menjadi menurun. Hal ini, bila dapat dipahami
oleh pekerja, maka hal tersebut dapat dicegah dengan meminimalkan paparan
langsung dari debu pada saat bekerja. Akan tetapi hal ini tidak akan terjadi jika
pengetahuan pekerja tentang perlunya penggunaan alat pelindungan diri pada saat
pendidikan yang dimiliki oleh responden yang sebagian besarnya adalah sarjana
(51,4%). Dimana semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang biasanya akan disertai
dengan makin tinggi pula pengetahuan yang dimilkinya, begitu juga sebaliknya.
Untuk itu, dalam upaya peningkatan pengetahuan pekerja tentang manfaat alat
pelindung diri khususnya masker dalam bentuk program penyuluhan kesehatan kerja
4.2.2 Hubungan sikap dengan penggunaan alat pelindung diri (APD) masker
Berdasarkan pada tabel 5.10, diketahui bahwa dari hasil uji statistik dengan
Chi-Square pada = 0,05 didapatkan nilai P-value0,024 < 0,05 dapat dikatakan
bahwa hipotesa null (Ho) ditolak yang berarti ada hubungan sikap dengan
penggunaan alat pelindung diri (APD) masker pada petugas Port Operation dan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas,
68
akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan
reaksi yang tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka dan merupakan kesiapan untuk
objek. Sebagai suatu reaksi maka sikap berhubungan dengan dua hal yaitu suka,
setuju yang membawa pada sikap positif (favourable) dan tidak suka, tidak setuju
atau sikap negatif (unfavourable). Bila dikaitkan dengan penggunaan masker oleh
tindakan postif yang relevan yaitu penggunaan masker pada saat bekerja, yang bila
Sikap positif dari pekerja untuk dapat menggunakan alat pelindung diri
khususnya masker sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan masker yang digunakan
pada saat bekerja sebagaimana yang dikemukakan dalam Soedjono (2005), untuk
meminimalkan paparan dan keracunan debu yang masuk secara langsung ke sistem
ada beberapa dampak serius dari kesehatan yang disebabkan oleh paparan debu
batubara di area kerja dalam jangka waktu panjang diantaranya beresiko mengalami
kerusakan organ paru, gangguan pada saraf, serta gangguan transportasi O 2 oleh
Hal ini sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh Adhitya (2007)
dengan judul ”faktor -faktor yang berhubungan dengan penggunaan masker pada
Ditinjau dari aspek sikap berdasarkan hasil uji statistik chi square diketahui terdapat
69
membentuk suatu perilaku, disamping aspek pengetahuan dan tindakan. Sikap yang
positif akan sesuatu hal yakni penggunaan masker cenderung akan menyetujui
penggunaan masker pada sebagai alat pelindung diri pada saat bekerja. Apalagi jika
didukung dengan pengetahuan yang tinggi tentang manfaat alat pelindung diri
sebagai proteksi diri dari bahaya kerja yang dapat terjadi pada saat bekerja akan lebih
peduli dan respect terhadap alat pelindung diri ini khususnya masker.
Pengabaian akan pentingnya alat pelindung diri yang sesuai dengan standar
kerja selain dapat berpengaruh terhadap kesehatan, namun juga akan berpengaruh
terhadap produktifitas pekerja. Apalagi bila dilihat dari hasil penelitian diketahui
mayoritas responden berumur pada kategori remaja akhir (40%). Dimana pada
kategori itu biasanya pekerja cenderung lebih produktif, namun bila kaedah dari
keselamatan serta kesehatan kerja sering diabaikan oleh pekerja bukan hal tidak
mungkin produktifitas serta lama masa kerjanya akan menurun atau berkurang,
serta penyediaan kelengkapan alat pelindung diri perlu diberikan kepada pekerja,
agar para pekerja dapat lebih produktif dan terhindar dari masalah kesehatan yang
4.2.3 Hubungan umur dengan penggunaan alat pelindung diri (APD) masker
Berdasarkan pada tabel 5.11, diketahui bahwa dari hasil uji statistik dengan
Chi-Square pada = 0,05 didapatkan nilai P-value0,049 < 0,05 dapat dikatakan
bahwa hipotesa null (Ho) ditolak yang berarti ada hubungan umur dengan
70
penggunaan alat pelindung diri (APD) masker pada petugas Port Operation dan
mempengaruhi kondisi fisik, mental, kemauan kerja, dan tanggung jawab seseorang.
dewasa muda dan dewasa tua. Dewasa muda adalah umur dari 20 – 40 tahun dan
dewasa tua 41-65 tahun sedangkan umur tua adalah diatas 65 tahun.
seseorang secara aspek psikologis (mental) terjadi perubahan dari segi taraf berfikir
seseorang yang semakin matang dan dewasa. Dalam hal ini bila dikaitkan dengan
penggunaan alat pelindung diri, bisa dikatakan orang dengan umur yang telah berada
pada kategori awal cenderung mempunyai pemikiran yang lebih matang untuk
memutuskan hal yang tergolong baik untuk dirinya terutma kesehatannya dengan
menggunakan masker pada saat bekerja dan itu dapat mempertahankan kesehatannya
Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah diteliti oleh Hiday (2012) dengan
responden yang diambil secara total sampling.Dilihat dari aspek umur dalam
penelitian ini dengan menggunakan uji statistik Shapiro wilk didapatkan terdapat
hubungan antara umur dengan praktik penggunaan masker pada pekerja dibagian
kerja seperti praktik penggunaan masker. Pekerja dengan umur yang lebih tua
biasanya cenderung akan mempunyai pengalaman yang tidak dimiliki oleh pekerja
dengan umur yang relatif lebih muda. Hal ini bisa dilihat dari lamanya masa kerja
yang telah ditekuni oleh seseorang yang dalam penelitian ini rata-rata responden
mempunyai masa kerja pada kategori baru yaitu sebanyak 54,3%. Dengan masa kerja
yang masih dalam kategori baru bisa saja pengalaman yang didapatkan masih
menggunakan masker atau menggunakan masker tetapi tidak sesuai dengan standar
Hal ini selain minimnya informasi, keengganan penggunaan masker ini bisa
saja terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja yang beresiko terhadap paparan
debu batubara untuk selalu menggunakan masker selama berada di area kerja.Oleh
karena itu, pemberian informasi dan juga penyediaan bahan alat pelindungan diri
yang siap pakai secara optimal dapat membantu pekerja untuk dapat melakukan
pekerjaan beresikonya dengan lebih optimal sesuai dengan standar kesehatan kerja
Berdasarkan pada tabel 5.12, diketahui bahwa dari hasil uji statistik dengan
Chi-Square pada = 0,05 didapatkan nilai P-value0,004 < 0,05 dapat dikatakan
bahwa hipotesa null (Ho) ditolak yang berarti ada hubungan tingkat pendidikan
dengan penggunaan alat pelindung diri (APD) masker pada petugas Port Operation
manusia, jasmaniah, dan rohaniah yang berlangsung seumur hidup, baik di dalam
maupun di luar sekolah, untuk pembangunan persatuan dan masyarakat adil dan
lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup, sehingga dia dapat memperoleh atau
optimal.
dalam kehidupan sehari – hari. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang seseorang
tempuh maka kemungkinan akan semakin baik pula tingkah laku dan pola
tingkat pendidikan yang tinggi maka dalam kegiatan bekerjanya sehari – hari akan
lebih baik dibandingkan dengan pekerja yang mempunyai tingkat pendidikan yang
rendah.
73
Hal ini diperkuat oleh penelitian yang pernah dilakukan oleh Hiday (2012)
responden yang diambil secara total sampling.Dilihat dari aspek pendidikan dalam
penelitian ini dengan menggunakan uji statistik Shapiro wilk didapatkan terdapat
kesadaran penggunaan masker oleh petugas pada saat bekerja sangat dipengaruhi
oleh pengetahuan petugas akan manfaat dari masker serta kerugian jika tidak
maka semakin baik pula pengetahuan yang dimilikinya yang kemudian akan semakin
Walaupun demikian, hal tersebut bukan merupakan faktor mutlak oleh yang
masker, karena masih ada faktor lain yang menyebabkan petugas tidak menggunakan
masker atau menggunakan masker tapi belum sesuai dengan standar kesehatan yang
telah ditetapkan sebagai alat pelindung diri, seperti kurangnya pengawasan dari
4.2.5 Hubungan masa kerja dengan penggunaan alat pelindung diri (APD)
masker
74
Berdasarkan pada tabel 5.13, diketahui bahwa dari hasil uji statistik dengan
bahwa hipotesa null (Ho) ditolak yang berarti ada hubungan masa kerja dengan
penggunaan alat pelindung diri (APD) masker pada petugas Port Operation dan
Kebudayaan, 2001) bahwa masa kerja merupakan jangka waktu orang sudah bekerja
pada suatu kantor, badan, dan sebagainya. Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau
lamanya tenaga kerja itu bekerja di suatu tempat.Masa kerja dapat mempengaruhi
kinerja baik positif maupun negatif.Akan memberi pengaruh positif pada kinerja bila
dengan semakin lamanya masa kerja maka akan timbul kebiasaan pada tenaga kerja.
Hal ini biasanya terkait dengan pekerjaan yang bersifat monoton dan berulang-ulang.
mempengaruhi hal positif adalah seorang pekerja akan semakin terampil dalam
adalah semakin lama terpapar debu pengamplasan di lingkungan kerja yang dapat
Masa kerja dapat memberikan pengaruh yang baik karena semakin lama
menjalankan pekerjaannya. Masa kerja dapat memberikan hal yang kurang baik
karena semakin lama pekerja bekerja di tempat tertentu akan mengalami kebiasaan
75
dalam bekerja. Faktor gangguan saluran pernafasan juga dipengaruhi oleh lama
Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah diteliti oleh Hiday (2012) dengan
responden yang diambil secara total sampling.Dilihat dari aspek masa kerja dalam
penelitian ini dengan menggunakan uji statistik Shapiro wilk didapatkan terdapat
hubungan antara masa kerja dengan praktik penggunaan masker pada pekerja
seseorang akan berpengaruh terhadap pengalaman kerja yang dimilikinya. Hal ini
dikarenakan pengalaman kerja yang telah dilalui seseorang dalam jangka waktu yang
lama menyebabkan seseorang dapat mengerti tentang dampak positif dan negatif
dengan alat pelindung diri pada saat bekerja, yang mana bila alat tersebut tidak
disediakan atau kesediaan bahannya sangat terbatas bisa saja seseorang memodifikasi
beberapa bahan atau barang yang dapat digunakan untuk dijadikan alat pelindung
Berdasarkan pada tabel 5.14, diketahui bahwa dari hasil uji statistik dengan
Chi-Square pada = 0,05 didapatkan nilai P-value0,032 < 0,05 dapat dikatakan
bahwa hipotesa null (Ho) ditolak yang berarti ada hubungan kenyamanan dengan
penggunaan alat pelindung diri (APD) masker pada petugas Port Operation dan
terganggu) yang timbul pada saat menggunakan alat pelindung diri akan
respon yang berbeda-beda. Alasan pekerja tidak mau memakai adalah tidak
sadar/tidak mengerti, panas, sesak, tidak enak dipakai, tidak enak dipandang, berat,
mengganggu pekerjaan, tidak sesuai dengan bahaya yang ada, tidak ada sangsi, dan
kerja. Terjadinya perubahan perilaku pada seseorang harus ada unsur – unsur yaitu
terdiri dari pengertian atau pengetahuan tentang apa yang akan dilakukan, dimana
pemakaian masker tenaga kerja harus mengetahui tujuan atau manfaat dari masker,
keyakinan atau kepercayaan tentang apa yang akan dilakukan, serta sarana yang
tersedia.
Hal ini sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh Adhitya (2007)
dengan judul ”faktor -faktor yang berhubungan dengan penggunaan masker pada
sampling. Ditinjau dari aspek kenyamanan berdasarkan hasil uji statistik chi square
77
sangat mempengaruhi seseorang untuk menggunakan alat pelindung diri pada saat
diri pada saat bekerja, maka alat pelindung diri khususnya masker tidak dirasakan
sebagai beban pada saat bekerja.Apalagi pada saat bekerja masker yang digunakan
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
penggunaan alat pelindung diri (APD) masker pada petugas bagian transit PT.
2. Ada hubungan antara sikap dengan penggunaan pelindung diri (APD) masker
pada petugas bagian Port Operation dan TransshipmentPT. MIFA Aceh Barat
3. Ada hubungan antara umur dengan penggunaan pelindung diri (APD) masker
pada petugas bagian Port Operation dan TransshipmentPT. MIFA Aceh Barat
(APD) masker pada petugas bagian Port Operation dan Transshipment PT.
5. Ada hubungan antara masa kerja dengan penggunaan pelindung diri (APD)
masker pada petugas bagian Port Operation dan Transshipment PT. MIFA
78
79
5.2 Rekomendasi
1. Bagi PT. MIFA Aceh Barat, khususnya di bidang kesehatan dan keselamatan
petugas penyapu jalan tentang alat pelindung diri untuk dapat meningkatkan
2. Bagi petugas bagian Port Operation dan Transshipment PT. MIFA, untuk
penggunaan alat pelindung diri pada saat bekerja agar dapat terhindar dari
3. Bagi peneliti lain, agar dapat menjadikan penelitian ini sebagai dasar
alat pelindung diri (APD) pada petugas kebersihan atau petugas dengan
pekerjaan beresiko, khususnya untuk faktor yang tidak diteliti oleh peneliti
Edmonton. 2010. Coal Dust at The Work Site. Work Safe Alberta : New York
. (2009). Hygiene perusahaan dan kesehatan kerja. CV. Haji Masagung : Jakarta
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) MASKER
PADA PETUGAS BAGIAN PORT OPERATION DAN TRANSSHIPMENTPT. MIFA ACEH BARAT TAHUN 2015
Jadwal Kegiatan
2015
No Kegiatan
Mei Jun Jul Agu Sep
Jan Feb Mar Apr
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Dede Khairuddin
NIM. 06C1014269
Pembimbing II : Fitriani, SKM., M.Kes 2………
Lampiran 2
No URAIAN JUMLAH
1 Biaya penggandaan proposal dan skripsi
a. Print Rp. 100.000,-
b. Foto copy untuk seminar Rp. 100.000,-
c. Foto copy untuk sidang Rp. 100.000,-
d. Internet
Rp. 50.000,-
2 Keperluan kertas dan alat tulis
a. 5 rem kertas kwarto A4s 70 gram Rp. 150.000,-
@ Rp. 30.000
b. Tinta Rp. 35.000,-
3 Biaya pelaksanaan pengumpulan data
a. Biaya pengambilan surat-surat Rp. 20.000,-
b. Biaya pengumpulan data Rp. 700.000,-
4. Biaya konsumsi seminar Rp. 65.000,-
Dede Khairuddin
Pembimbing II : Fitriani, SKM., M.Kes 2……… NIM. 06C1014269
Lampiran 3
Kepada Yth,
Calon Responden Penelitian
Di Tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Dede Khairuddin
Nim : 06C1014269
Dede Khairuddin
NIM. 06C1014269
Lampiran 4
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa bersedia untuk
berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Teuku Umar yang bernama Dede Khairuddin,NIM
06C1014269, yang berjudul “Faktor - Faktor Yang Berhubungn Dengan
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Masker Pada Petugas Bagian Port
Operation Dan TransshipmentPT. Mifa Aceh Barat Tahun 2015”.
Saya mengetahui informasi yang saya berikan ini sangat besar manfaatnya
bagi peningkatan dan pengembangan bidang kesehatan masyarakat di masa yang
akan datang. Saya menyadari dan mengerti bahwa penelitian ini tidak membawa
dampak apapun bagi diri saya sehingga saya dengan sukarela dan tanpa rasa terpaksa
bersedia membantu penelitian ini.
Demikian persetujuan ini saya buat dengan sejujur-jujurnya tanpa paksaan
dari pihak manapun dan agar dapat dipergunakan seperlunya.
LEMBARAN KUESIONER
Petunjuk pengisian :
a. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti
b. Pilih jawaban yang paling tepat menurut bapak/ibu.
c. Isilah tanda chek list (√) pada salah satu kolom jawaban yang tersedia
A. Data Responden
1. Umur : ……….Tahun
4. Pengetahuan
Jawaban
No. Pernyataan Tidak
Ya (a)
(b)
Penggunaan masker merupakan standar wajib sebagai alat
1.
pelindung diri pada saat berkerja.
Masker dapat dibuat dengan kain apa saja yang dapat menutup
2.
hidung.
Menggunakan masker pada saat berkerja dapat melindungi
3.
diri dari debu dan asap kendaraan bermotor.
Menggunakan masker tidak dapat melindungi diri dari zat
4.
racun yang berbahaya yang ada dujalanan.
Dampak dari tidak menggunakan masker dalam jangka waktu
5. yang panjang adalah terkena gangguan pada sistem
pernapasan/paru-paru.
Masker yang terbuat dari kain sebagai alat pelindung diri
6.
hanya dapat digunakan satu kali saja.
Lampiran 5
5. Sikap
a. Sangat sering (SS)
b. Sering (S)
c. Kurang setuju (KS)
d. Tidak setuju (TS)
Jawaban
No. Pernyataan SS S KS TS
(a) (b) (c) (d)
1. Saya menggunakan masker hanya untuk debu saja.
Saya hanya menggunakan masker jika ada disediakan oleh
2.
pihak perusahaan.
Saya merasa penggunaan masker tidak terlalu
3.
bermanfaat/penting.
Masker dapat mencegah saya terkena resiko penyakit paru
4.
akibat terkena paparan debu dalam waktu lama.
Menggunakan masker membuat saya lebih aman dalam
5.
bekerja.
6. Kenyamanan
Jawaban
No. Pernyataan Ya Tidak
(a) (b)
Menggunakan masker pada saat berkeja membuat saya susah
1.
bernapas.
Menggunakan masker membuat saya lebih percaya diri dan
2.
mantap dalam berkerja.
3. Menggunakan masker pada saat berkerja membuat saya susah
berbicara/berkomunikasi.
4. Menggunakan masker merusak penampilan saya.
5. Masker yang saya kenakan pada saat berkerja membuat muka
terasa kepanasan
7. Penggunaan Masker
Jawaban
No. Pernyataan Tidak
Ada (a)
ada (b)
1. Tampak menggunakan masker pada saat sedang berkerja
Tampak menggunakan masker yang sesuai dengan standar
kesehatan yang dianjurkan sebagai alat pelindung diri yaitu
2. kain dengan 4 tali pada setiap sisi dan dapat menutupi bagian
mulut dan hidung untuk masker yang dapat digunakan
berkali-kali atau tampak menggunakan masker sekali pakai.
Lampiran 5
TABEL SKOR
a. Nyaman, x >2,5
b. Tidak nyaman, x<2,5