Anda di halaman 1dari 50

EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK MAJEMUK TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BABY KAILAN


(Brassica oleracea L.) DENGAN HIDROPONIK
SISTEM SUMBU

I GUSTI NGURAH GALANG ADITYA


A24130053

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efisiensi Penggunaan


Pupuk Majemuk terhadap Pertumbuhan dan Produksi Baby Kailan (Brassica
oleracea L.) dengan Hidroponik Sistem Sumbu adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2018

I Gusti Ngurah Galang Aditya


NIM A24130053
ABSTRAK

I GUSTI NGURAH GALANG ADITYA. Efisiensi Penggunaan Pupuk Majemuk


terhadap Pertumbuhan dan Produksi Baby Kailan (Brassica oleracea L.) dengan
Hidroponik Sistem Sumbu. Dibimbing oleh NI MADE ARMINI WIENDI dan
JUANG GEMA KARTIKA.

Kebutuhan sayuran masih sangat tinggi di Indonesia. Seiring dengan


konversi lahan pertanian serta minat masyarakat terhadap konsumsi sayuran
berkualitas yang bebas pestisida dan mikroorganisme, maka teknik hidroponik
sistem sumbu sangat cocok dikembangkan dan diusahakan terutama di kota-kota
besar. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh aplikasi jenis pupuk
majemuk dan konsentrasi electrical conductivity (EC) terhadap pertumbuhan dan
produksi baby kailan varietas Nova dengan hidroponik sistem sumbu. Percobaan
ini dilaksanakan di greenhouse Kebun Percobaan Cikabayan dan Laboratorium
Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor,
Dramaga, Bogor, pada bulan Agustus 2017 sampai Oktober 2017. Rancangan
percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT)
dua faktor yang disusun secara faktorial. Faktor pertama yaitu jenis pupuk majemuk
(AB Mix, Growmore, dan Gandasil D) dan faktor kedua yaitu konsentrasi EC (1,5
mS cm-1; 2,0 mS cm-1; dan 2,5 mS cm-1). Setiap perlakuan diulang tiga kali sehingga
terdapat 27 satuan percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara
jenis pupuk majemuk dengan konsentrasi EC memberikan pengaruh yang nyata
terhadap tinggi tanaman pada 1 dan 3 MST, panjang tangkai daun pada 3 MST, dan
panjang daun pada 1 MST, serta berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman
pada 2 dan 4 MST, jumlah daun pada 3 MST, panjang tangkai daun pada 1, 2, dan
4 MST, panjang akar, dan bobot basah batang. Aplikasi pupuk AB Mix
menghasilkan morfologi tanaman baby kailan yang sangat nyata lebih baik
dibandingkan dengan pupuk Growmore dan pupuk Gandasil D. Aplikasi
konsentrasi EC 1,5 mS cm-1 menghasilkan jumlah daun pada 2 MST, panjang daun
pada 1 MST, lebar daun pada 2 MST yang nyata lebih tinggi, serta memberikan
hasil jumlah daun pada 3 MST yang sangat nyata lebih tinggi dibandingkan
konsentrasi EC 2,0 mS cm-1 dan 2,5 mS cm-1. Kombinasi pupuk AB Mix dengan
konsentrasi EC 1,5 mS cm-1 pada budidaya baby kailan dengan hidroponik sistem
sumbu menghasilkan tinggi tanaman pada 3 MST, jumlah daun pada 3 MST,
panjang tangkai daun pada 2 dan 3 MST, dan panjang daun pada 1 MST yang nyata
lebih tinggi dibandingkan kombinasi lainnya. Pupuk AB Mix dan konsentrasi EC
1,5 mS cm-1 merupakan perlakuan terbaik untuk budidaya baby kailan dengan
hidroponik sistem sumbu.

Kata kunci: baby kailan, electrical conductivity, hidroponik sistem sumbu, pupuk
majemuk
ABSTRACT

I GUSTI NGURAH GALANG ADITYA. Efficiency of Compound Fertilizer on


Growth and Yield of Baby Kale (Brassica oleracea L.) Using Wick System
Hydroponic. Supervised by NI MADE ARMINI WIENDI and JUANG GEMA
KARTIKA.

Vegetable has high demand in Indonesia. The conversion of agricultural


land and the demand in high quality of vegetables that are free of pesticides and
microorganisms causes wick system hydroponic to be one of the suitable alternative
solution to solve the problem. The aims of this experiment were to study the effect
of compound fertilizer application and electrical conductivity (EC) concentration
on growth and yield of baby kale with wick system hydroponic. This experiment
was carried out in the greenhouse of Cikabayan Experimental Field and Post-
Harvest Laboratory, Department of Agronomy and Horticulture, Bogor
Agricultural University, Dramaga, Bogor, from August to October 2017. The
experiment was designed using factorial Randomized Complete Block Design
(RCBD) with two factors. The first factor is the source of compound fertilizer (AB
Mix, Growmore, and Gandasil D) and the second factor is the concentration of EC
(1.5 mS cm-1, 2.0 mS cm-1, and 2.5 mS cm-1). Each treatment was replicated three
times so that there were 27 treatment units. The results showed that the interaction
between compound fertilizer with EC have significantly (95%) increase the baby
kale growth in term of height of plant at 1 and 3 weeks after planting (WAP), the
length of leaf stalk at 3 WAP, and the length of leaf at 1 WAP; and also have a very
significant effect (99%) on baby kale in term of height of plant at 2 and 4 WAP, the
number of leaves at 3 WAP, the length of leaf stalk at 1, 2, and 4 WAP, the length
of root, and fresh weight of stem. The application of AB Mix result showed the
morphology of baby kale are the best compared Growmore and Gandasil D. The
application of 1.5 mS cm-1 EC could increase the yield of baby kale significantly in
term of the number of leaves at 2 WAP, the length of leaf at 1 WAP, the width of
leaf at 2 WAP, and also very significant effect of baby kale in term of the number
of leaves at 3 WAP than the 2.0 mS cm-1 and 2.5 mS cm-1 EC. The application of
AB Mix with 1,5 mS cm-1 EC for baby kale with wick system hydroponic could
increase baby kale growth in term of height of plant at 3 WAP, the number of leaves
at 3 WAP, the length of leaf at 2 and 3 WAP, and the length of leaf at 1 WAP than
other treatments. AB Mix at 1.5 mS cm-1 EC is the best treatment for baby kale with
wick system hydroponic.

Keywords: baby kale, compound fertilizer, electrical conductivity, wick system


hydroponic
EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK MAJEMUK TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BABY KAILAN
(Brassica oleracea L.) DENGAN HIDROPONIK
SISTEM SUMBU

I GUSTI NGURAH GALANG ADITYA


A24130053

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kelancaran sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini ditulis berdasarkan hasil yang
didapatkan penulis dari penelitian yang dilakukan. Percobaan dilakukan pada bulan
Agustus sampai September 2017.
Penulis memberikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu dan mendukung baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini, yaitu:
1. Kedua orangtua (I Gusti Made Krisna Erawan dan Luh Dewi Anggreni),
adik (I Gusti Ayu Bulan Sistayani), nenek (I Gusti Nyoman Suwela),
dan keluarga yang lainnya atas semua yang telah diberikan baik berupa
doa, dukungan fisik, maupun moral selama perkuliahan dan penyusunan
skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ir. Sudradjat, M.S. selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan arahan dan saran selama kegiatan perkuliahan.
3. Ibu Dr. Ir. Ni Made Armini Wiendi, M.S. dan Ibu Juang Gema Kartika,
S.P., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan
arahan, saran, dukungan, waktu, dan kesempatan selama kegiatan
penelitian dan penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Hanif, Bapak Salah, serta pegawai lainnya di Kebun Percobaan
Cikabayan IPB, teman-teman Kos Mahayana, KMHD IPB, Magnolia,
serta Ratna Setiawinardi yang telah membantu dalam bentuk tenaga dan
waktu selama kegiatan perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
Saran dan kritik diperlukan untuk memperbaiki skripsi ini agar lebih baik.
Penulis berharap agar karya tulis ilmiah skripsi ini dapat bermanfaat untuk penulis
dan pembaca sehingga tercipta suatu kemajuan dalam ilmu pertanian dunia serta
Indonesia pada khususnya.

Bogor, Maret 2018

I Gusti Ngurah Galang Aditya


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii


DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
Hipotesis 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Deskripsi Umum Tanaman Baby Kailan 2
Hidroponik 3
Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System) 3
Pemupukan pada Sistem Hidroponik 4
Greenhouse 5
METODE 5
Tempat dan Waktu 5
Bahan dan Alat 5
Rancangan Percobaan 5
Prosedur Percobaan 6
Pengamatan Percobaan 8
Analisis Data 9
HASIL DAN PEMBAHASAN 10
Hasil Analisis Kandungan Nitrogen pada Tiga Jenis Pupuk
Majemuk 16
Aplikasi Pupuk Majemuk terhadap Komponen Pertumbuhan
Baby Kailan 17
Aplikasi Pupuk Majemuk terhadap Komponen Panen Baby
Kailan 26
Hasil Perbandingan Morfologi Baby Kailan 29
KESIMPULAN DAN SARAN 32
Kesimpulan 32
DAFTAR PUSTAKA 32
LAMPIRAN 35
RIWAYAT HIDUP 40
DAFTAR TABEL

1. Kebutuhan pupuk majemuk sesuai konsentrasi EC perlakuan untuk


7 liter larutan 7
2. Jumlah tanaman baby kailan yang mati selama percobaan 11
3. Rekapitulasi analisis ragam pengaruh jenis pupuk majemuk dan
konsentrasi EC terhadap semua peubah pengamatan 15
4. Kandungan hara nitrogen total pada semua jenis pupuk majemuk
dengan konsentrasi EC 1,0 mS c m-1 pada 1 liter air 17
5. Pengaruh interaksi antara jenis pupuk majemuk dengan konsentrasi
EC terhadap tinggi tanaman baby kailan varietas Nova pada 1-4 MST 18
6. Pengaruh tunggal jenis pupuk majemuk dan konsentrasi EC terhadap
tinggi tanaman baby kailan varietas Nova 19
7. Pengaruh tunggal jenis pupuk majemuk dan konsentrasi EC terhadap
diameter batang tanaman baby kailan varietas Nova 20
8. Pengaruh interaksi antara jenis pupuk majemuk dengan konsentrasi
EC terhadap jumlah daun tanaman baby kailan varietas Nova pada 3
MST 20
9. Pengaruh tunggal jenis pupuk majemuk dan konsentrasi EC terhadap
jumlah daun tanaman baby kailan varietas Nova 21
10. Pengaruh interaksi antara jenis pupuk majemuk dengan konsentrasi
EC terhadap panjang tangkai daun tanaman baby kailan varietas
Nova pada 1-4 MST 22
11. Pengaruh tunggal jenis pupuk majemuk dan konsentrasi EC terhadap
panjang tangkai daun tanaman baby kailan varietas Nova 23
12. Pengaruh interaksi antara jenis pupuk majemuk dan konsentrasi EC
terhadap panjang daun tanaman baby kailan varietas Nova pada 1
MST 23
13. Pengaruh tunggal jenis pupuk majemuk dan konsentrasi EC terhadap
panjang daun tanaman baby kailan varietas Nova 24
14. Pengaruh tunggal jenis pupuk majemuk dan konsentrasi EC terhadap
lebar daun tanaman baby kailan varietas Nova 25
15. Pengaruh interaksi antara jenis pupuk majemuk dengan konsentrasi
EC terhadap panjang akar dan bobot basah batang tanaman baby
kailan varietas Nova 26
16. Pengaruh tunggal jenis pupuk majemuk dan konsentrasi EC terhadap
panjang akar, bobot basah utuh, bobot basah tajuk, bobot basah layak
pasar, dan bobot basah layak konsumsi tanaman baby kailan varietas
Nova 27
17. Pengaruh tunggal jenis pupuk majemuk dan konsentrasi EC terhadap
bobot basah akar, bobot basah batang, bobot basah tangkai daun,
bobot basah daun, dan bagian yang dapat dikonsumsi (BDD) dari
tanaman baby kailan varietas Nova 28
18. Perbandingan ukuran panen baby kailan varietas Nova percobaan
dengan Agribusiness Development Station* 29
19. Persentase baby kailan varietas Nova yang layak jual sesuai kriteria
Agribusiness Development Station* 31
DAFTAR GAMBAR

1. Kondisi persemaian baby kailan varietas Nova pada 2 MSS 10


2. Kondisi percobaan budidaya baby kailan varietas Nova dengan
teknik hidroponik sistem sumbu pada 4 MST 11
3. Grafik suhu harian dalam greenhouse selama percobaan budidaya
baby kailan varietas Nova dengan teknik hidroponik sistem sumbu 12
4. Grafik kelembaban harian dalam greenhouse selama percobaan
budidaya baby kailan varietas Nova dengan teknik hidroponik sistem
sumbu 12
5. Grafik transpirasi harian setiap perlakuan jenis pupuk majemuk dan
konsentrasi EC pada budidaya baby kailan varietas Nova dengan
teknik hidroponik sistem sumbu pada pagi hari 13
6. Grafik kebutuhan harian setiap jenis pupuk majemuk pada budidaya
baby kailan varietas Nova dengan teknik hidroponik sistem sumbu 14
7. Perbandingan morfologi panen baby kailan varietas Nova percobaan
pada budidaya dengan teknik hidroponik sistem sumbu 30

DAFTAR LAMPIRAN

1. Tata letak percobaan 37


2. Rata-rata suhu dan kelembaban harian selama percobaan 38
3. Rata-rata evapotranspirasi dan kebutuhan pupuk harian 39
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di Indonesia, kebutuhan sayuran masih sangat tinggi. Kebutuhan yang


tinggi ini masih belum dapat dipenuhi oleh petani sayuran konvensional di
Indonesia. Menurut Respati et al. (2015), jumlah impor komoditas hortikultura
Indonesia tahun 2014 sebesar 1.632.166 ton sedangkan jumlah ekspornya sebesar
512.190 ton. Jumlah impor Indonesia untuk komoditas sayuran tahun 2013 sebesar
994.784 ton sedangkan jumlah ekspornya sebesar 128.330 ton (BPS dan Pusdatin,
2014). Hal ini menunjukan bahwa Indonesia masih mendatangkan sayuran dari
negara lain untuk memenuhi konsumsi sayuran dalam negeri. Akibatnya, distribusi
sayuran di pasaran tidak merata sehingga konsumsi sayuran terus menurun dalam
empat tahun terakhir yaitu dari 2010 sampai 2013 (Pusdatin, 2014). Penurunan
konsumsi tersebut dapat dihindari jika budidaya sayuran terus diusahakan dan
dikembangkan.
Budidaya tanaman baby kailan dapat dilakukan dengan teknik hidroponik.
Istilah hidroponik berasal dari bahasa Latin yaitu hydros (air) dan ponos (kerja).
Hidroponik dapat diartikan sebagai teknik budidaya tanaman di lingkungan
terkendali tanpa menggunakan media tanah namun menggunakan air yang optimal
untuk dapat memanfaatkan pupuk secara efisien. Masyarakat Indonesia masih
jarang yang mengusahakan tanaman dengan teknik hidroponik. Hal tersebut
disebabkan biaya investasi yang mahal, ketersediaan dan perawatan alat yang agak
sulit, serta membutuhkan keterampilan khusus (Roidah, 2014).
Seiring dengan konversi lahan pertanian menjadi perumahan, perkantoran,
perkebunan, serta minat masyarakat terhadap konsumsi sayuran berkualitas yang
bebas pestisida, dan mikroorganisme, maka teknik hidroponik sangat cocok
dikembangkan dan diusahakan terutama di kota-kota besar. Budidaya tanaman
secara hidroponik juga memiliki banyak keuntungan seperti penggunaan lahan yang
tidak terlalu luas, kualitas dan kuantitas tanaman tinggi, tanaman jarang terserang
hama dan penyakit, penggunaan input produksi yang lebih efektif dan efisien, serta
dapat diusahakan terus-menerus tanpa tergantung musim (Poerwanto dan Susila,
2014).
Teknik hidroponik sistem sumbu atau wick system merupakan salah satu
dari teknik hidroponik yang diarahkan untuk produksi konsumsi sendiri dengan
mudah dan murah. Teknik ini dapat dilakukan tanpa biaya yang mahal karena tidak
memerlukan aerator. Sumbu yang terbuat dari kain dimanfaatkan untuk penyerapan
air sehingga hanya sebagian kecil akar yang tergenang dalam air. Greenhouse
digunakan sebagai tempat untuk melakukan teknik budidaya hidroponik karena di
dalam greenhouse lingkungan tumbuh tanaman dapat terjaga, tanaman lebih
terlindung dari hama dan penyakit, serta pupuk majemuk tidak terkontaminasi oleh
air hujan.
Media tanam pada teknik hidroponik sistem sumbu yaitu menggunakan air
yang telah dilarutkan dengan pupuk majemuk. Penggunaan jenis pupuk majemuk
dengan konsentrasi yang tepat pada teknik hidroponik tanaman baby kailan akan
meningkatkan produksi, namun penggunaan pupuk majemuk dengan konsentrasi
2

yang berlebihan akan dapat menurunkan produksi. Rekomendasi konsentrasi EC


pada sayuran daun yaitu 1,2-1,9 mS cm-1 (Rohmaniyah et al., 2015).

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh aplikasi jenis pupuk


majemuk dan konsentrasi electrical conductivity (EC) terhadap pertumbuhan dan
produksi baby kailan varietas Nova dengan hidroponik sistem sumbu.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:


1. Terdapat interaksi yang nyata antara jenis pupuk majemuk dengan konsentrasi
EC terhadap pertumbuhan dan produksi baby kalian pada teknik hidroponik
sistem sumbu.
2. Terdapat jenis pupuk majemuk dan konsentrasi EC terbaik untuk media
hidroponik baby kailan sistem sumbu.

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Umum Tanaman Baby Kailan

Menurut klasifikasi tumbuhan menurut Samadi (2013), tanaman baby


kailan termasuk sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Famili : Cruciferae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica oleracea

Tanaman baby kailan juga biasa disebut kale dan termasuk sayuran yang
memiliki nilai ekonomi tinggi. Tanaman ini mirip tanaman sawi dan kembang kol.
Manfaat yang dimiliki tanaman ini juga banyak salah satunya terdapat antioksidan
untuk mencegah kanker (Alhadi et al., 2016). Umur panen tanaman ini cukup
singkat yaitu sekitar 30-40 hari setelah tanam (HST) untuk kailan dewasa
(Lampiran 2).
Baby kailan adalah tanaman yang cocok ditanam pada ketinggian lebih dari
500 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan menghendaki suhu udara 15 ºC-25 ºC
namun masih dapat tumbuh pada suhu udara 37 ºC. Pengontrolan lingkungan
tumbuh tanaman sangat penting dilakukan karena tanaman baby kailan akan
tumbuh maksimum pada intensitas cahaya sebesar 12916,69 Lux, pH 5,5-6,5, dan
suhu larutan pupuk sebesar 5ºC-15ºC. Menurut Ramadhan et al. (2015),
3

pertumbuhan tanaman baby kailan dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor
lingkungan tumbuh tanaman.

Hidroponik

Menurut Jensen (1997) hidroponik adalah suatu teknologi budidaya


tanaman di dalam larutan nutrisi atau air yang mengandung pupuk dengan atau
tanpa media tanam (pasir, kerikil, vermikulit, rockwool, perlite, peatmoss, coir, atau
serbuk gergaji) untuk penunjang bagi tanaman agar tumbuh tegak. Kelebihan teknik
hidroponik dibandingkan dengan budidaya tanaman menggunakan media tanah
yaitu jarang terdapat serangan hama dan penyakit serta lebih mudah dikendalikan,
penggunaan pupuk dan air lebih efisien, tidak memerlukan tenaga intensif, larutan
nutrisi dapat dipasok sesuai tingkat kebutuhan tanaman, dapat diusahakan di lahan
tidak subur maupun sempit, kebersihan lebih mudah dijaga, serta tanpa bergantung
musim (Suhardiyanto, 2010). Teknik hidroponik memerlukan modal awal yang
mahal, ketersediaan dan perawatan alat dan bahan dalam hidroponik yang agak
sulit, serta membutuhkan keterampilan khusus (Roidah, 2014).
Hidroponik adalah salah satu teknik budidaya tanaman yang diharapkan
dapat meningkatkan produksi dan kualitas tanaman (Wijayani dan Widodo, 2005).
Tanaman yang biasa dibudidayakan secara hidroponik adalah tanaman hortikultura
yang bernilai ekonomi tinggi seperti tanaman hias, tanaman sayuran, dan tanaman
buah. Berdasarkan jenis medianya hidroponik ada tiga macam yaitu kultur air,
kultur pasir, dan kultur bahan poros seperti kerikil dan pecahan genting (Lingga,
1985). Karsono (2008) menyatakan terdapat enam tipe dasar dari sistem
hidroponik, yaitu wick system (sistem sumbu), water culture (kultur air), nutrient
film technique (NFT), airoponic, ebb and flow (flood dan drain), dan drip irrigation
(irigasi tetes). Jenis dan tipe hidroponik diusahakan sesuai dengan jenis tanaman
yang akan dibudidayakan karena perbedaan ukuran tanaman.

Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System Hydroponic)

Hidroponik sistem sumbu (wick system) merupakan tipe hidroponik yang


paling murah, mudah, dan sederhana untuk dilakukan karena tidak membutuhkan
energi listrik untuk aerator yang berfungsi mengatur sirkulasi udara di dalam media
larutan air dan pupuk. Hidroponik sistem sumbu menggunakan sumbu sebagai
penyalur larutan nutrisi bagi tanaman dalam media tanam dan memanfaatkan
prinsip kapilaritas (Soeseno, 1985). Sistem ini bersifat pasif karena tidak ada
bagian-bagian yang bergerak. Sumbu yang digunakan harus memiliki daya
kapilaritas tinggi dan tidak cepat lapuk sehingga dapat berfungsi dengan baik
(Karsono, 2013). Sumbu yang baik digunakan yaitu kain flanel. Proses kapilarisasi
pada sistem ini hanya terjadi dari larutan nutrisi ke media tanam saja sehingga tidak
terjadi resirkulasi (Kurniawan, 2013).
Kelebihan hidroponik sistem sumbu yaitu tanaman mendapat suplai nutrisi
secara terus menerus. Kekurangan sistem ini yaitu tidak semua tanaman dapat
berkembang baik karena ketahanan akar tanaman berbeda terhadap kelebihan air
4

serta perawatan yang lebih intensif karena diperlukan pengontrolan terhadap


kondisi larutan pada media tanam.
Media tanam benih pada persemaian yang digunakan pada hidroponik
sistem sumbu ini yaitu rockwool. Rockwool merupakan metan anorganik berbentuk
busa dengan serabut halus. Rockwool dibuat dari batuan basil yang dipanaskan.
Media tanam benih ini sangat baik dan cocok untuk sayuran.

Pemupukan pada Sistem Hidroponik

Budidaya tanaman perlu memperhatikan kebutuhan nutrisi tanaman


tersebut. Nutrisi yang diperlukan tanaman terdiri atas 17 unsur hara atau nutrisi
esensial yang berasal dari udara dan media tanam. Unsur-unsur tersebut terbagi atas
unsur hara makro dan mikro yang dapat diurutkan berdasarkan kadarnya yaitu
karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), fosfor (P), belerang (S),
kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), silikon (Si), natrium (Na), besi (Fe),
mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), molibdenum (Mo), dan boron (B)
(Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Pemupukan adalah pemberian pupuk atau pemberian unsur hara kepada
tanaman. Pupuk yang terdiri atas berbagai unsur hara diberikan kepada tanaman
baik langsung maupun tidak langsung, untuk mendorong pertumbuhan tanaman,
meningkatkan produksi atau memperbaiki kualitas produksi (Leiwakabessy dan
Sutandi, 2004). Pupuk biasanya diberikan melalui tanah, tetapi dapat pula diberikan
lewat daun atau batang dalam bentuk larutan.
Pemupukan pada sistem hidroponik biasa diberikan pada larutan media
tanam. Karbondioksida yang diberikan ke udara dalam rumah kaca dapat pula
dipandang sebagai pupuk (Suhardi, 1983). Pupuk daun adalah bahan-bahan atau
unsur-unsur yang diberikan melalui daun dengan cara penyemprotan agar dapat
langsung diserap guna mencukupi kebutuhan bagi pertumbuhan dan
perkembangannya (Sutedjo, 1994). Pemberian larutan media tanam pada teknik
budidaya hidroponik disesuaikan dengan kebutuhan tanaman, mempertimbangkan
tiga hal yaitu jenis, konsentrasi EC, dan pH. Jenis larutan media tanam memiliki
komposisi berbeda-beda. Namun, secara umum komposisi larutan media tanam
terdiri atas unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan untuk tanaman.
Pengukuran electrical conductivity (EC) bertujuan untuk mengetahui
kemampuan daya hantar listrik larutan media tanam ke akar tanaman. Nilai EC
disesuaikan dengan umur dan fase pertumbuhan tanaman. Semakin tua tanaman
maka nilai EC yang diberikan juga semakin tinggi. Penentuan nilai EC juga
dipengaruhi oleh kondisi cuaca seperti suhu, kelembaban, dan penguapan. Jika
cuaca terlalu panas, maka digunakan EC rendah (Rosliana dan Sumarni, 2005).
Tanaman belum dewasa membutuhkan EC sebesar 1-1,5 mS cm-1, sedangkan untuk
tanaman dewasa sebesar 2,5–4 mS cm-1 (Untung, 2004). Nilai EC yang baik untuk
sayuran daun yaitu 1,5-2,0 mS cm-1 (Hermawan, 2004).
Potential of hydrogen (pH) merupakan ukuran derajat keasaman atau
kebasaan suatu larutan. Nilai pH larutan media tanam untuk budidaya teknik
hidroponik perlu diupayakan pada 5,5-6,5. Penambahan asam (HNO3, H3PO4, atau
H2SO4) akan menurunkan pH larutan nutrisi, sedangkan penambahan basa (KOH)
akan meningkatkan pH larutan media tanam (Suharidyanto, 2010).
5

Greenhouse

Greenhouse biasa digunakan untuk budidaya tanaman dengan teknik


hidroponik. Bahan penutup pada greenhouse sudah tidak lagi hanya terbuat dari
kaca namun sudah sebagian besar menggunakan plastik sehingga greenhouse
disebut sebagai rumah tanaman (Suhardiyanto, 2009). Pembuatan greenhouse
ditujukan untuk dapat melindungi tanaman sehingga diharapkan dapat berproduksi
maksimal.
Menurut Lingga (1985), pada dasarnya ada dua tipe greenhouse yaitu tipe
lean to (beratap tunggal) dan free standing. Atap greenhouse beratap tunggal dibuat
rata atau miring karena salah satu dindingnya menempel dengan bangunan lain
sehingga lebih lebih hemat dalam biaya rangka. Tipe free standing merupakan
greenhouse dengan sisinya bebas, tidak menempel. Bentuk-bentuk dari greenhouse
tipe free standing yaitu piggy back, shading house, dan tunnel house. Piggy back
mirip dengan rumah pada umumnya dengan di atasnya terdapat tambahan atap kecil
untuk pengeluaran hawa panas. Shading house yaitu greenhouse tanpa dinding
dengan hanya beratap net. Tunnel house berbentuk terowongan dan tertutup.
Greenhouse juga dapat dibedakan berdasarkan susunan bangunannya yaitu
greenhouse individu dan bersambung.

METODE

Tempat dan Waktu

Percobaan ini dilaksanakan di greenhouse Kebun Percobaan Cikabayan dan


Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor. Percobaan ini dimulai pada
bulan Agustus sampai dengan Oktober 2017.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah benih kailan varietas Nova, air, rockwool,
label, serta pupuk majemuk yaitu pupuk AB Mix, Growmore, dan Gandasil D. Alat
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu baki plastik, impraboard, kain flanel, pot
tanam, gelas ukur, tabung ukur, sprayer, pH meter, TDS (total dissolved solids) dan
EC (electrical conductivity) meter, higrometer, penggaris, jangka sorong digital,
timbangan digital, kamera, dan alat tulis.

Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak


(RKLT) dua faktor yang disusun dalam rancangan faktorial. Faktor pertama adalah
jenis pupuk majemuk yang terdiri atas tiga taraf yaitu AB Mix (J1), Growmore (J2),
dan Gandasil D (J3). Faktor kedua adalah konsentrasi EC yang terdiri atas tiga taraf
yaitu 1,5 mS cm-1 (K1); 2,0 mS cm-1 (K2); dan 2,5 mS cm-1 (K3). Terdapat sembilan
6

kombinasi perlakuan yaitu J1K1, J1K2, J1K3, J2K1, J2K2, J2K3, J3K1, J3K2, dan
J3K3 yang diulang sebanyak tiga kali, sehingga terdapat 27 satuan percobaan.
Setiap satuan percobaan terdapat enam tanaman. Jumlah tanaman baby kailan yang
ditanam dan diamati yaitu 162 tanaman. Tata letak percobaan disajikan pada
Lampiran 1.
Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2013), model linier yang digunakan
untuk analisis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + ρk + εijk

Keterangan:
i = pupuk AB Mix, Growmore, dan Gandasil D
j = 1,5 mS cm-1; 2,0 mS cm-1; dan 2,5 mS cm-1
k = 1, 2, dan 3
Yijk = Nilai pengamatan pada faktor jenis pupuk majemuk taraf ke-i, faktor
konsentrasi EC taraf ke-j, dan kelompok ke-k
µ = Nilai rataan umum
αi = Pengaruh utama faktor jenis pupuk majemuk taraf ke-i
βj = Pengaruh utama faktor konsentrasi EC taraf ke-j
(αβ)ij = Pengaruh interaksi dari faktor jenis pupuk majemuk taraf ke-i dan faktor
konsentrasi EC taraf ke-j
ρk = Pengaruh kelompok dan diasumsikan tidak berinteraksi dengan
perlakuan
εijk = Pengaruh galat percobaan yang menyebar normal (0, σ2) pada faktor jenis
pupuk majemuk taraf ke-i, faktor konsentrasi EC taraf ke-j, dan
kelompok ke-k

Prosedur Percobaan

Persiapan alat dan bahan


Alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian ini disiapkan terlebih
dahulu dengan jumlah yang disesuikan. Jumlah baki plastik dan impraboard yang
digunakan yaitu 27 buah, serta jumlah kain flannel dan pot tanam yang digunakan
yaitu 162 buah. Rockwool dan bibit baby kailan yang digunakan berjumlah 162
buah, namun rockwool dan bibit yang dipersiapkan pada persemaian berjumlah 220
buah untuk menghindari kekurangan bibit karena kematian. Tempat dan label
percobaan ditempelkan pada alat dan diletakkan pada tempat yang sesuai dengan
pengacakan rancangan percobaan.

Penyemaian
Benih baby kailan disemai di rockwool selama 3 minggu. Rockwool yang
akan digunakan harus dalam keadaan bersih dan sudah terpotong dalam beberapa
bagian. Penyemaian dilakukan dengan menanam satu benih baby kailan di media
rockwool yang sudah diberi satu lubang setiap potongnya. Benih yang telah ditanam
pada rockwool ditempatkan pada tempat yang gelap selama tiga hari untuk
mempercepat dan menyeragamkan perkecambahan.
Bibit tanaman diberi sinar matahari dan disemprot dengan pupuk AB Mix
dengan konsentrasi EC 1,0 mS cm-1 pada umur 3-21 hari setelah semai (HSS) yang
7

dilakukan 1-2 kali dalam sehari sesuai kondisi rockwool. Hal itu bertujuan agar
kebutuhan nutrisi baby kailan di persemaian tetap terpenuhi sehingga dapat tumbuh
dengan baik. Kegiatan pemeliharaan lain yang dilakukan di persemaian yaitu
menjaga kebersihan persemaian agar baby kailan terhindar dari hama dan penyakit
yang dapat menyebabkan tanaman mati.

Pembuatan larutan media tanam


Larutan media tanam dibuat dengan melarutkan setiap jenis pupuk majemuk
dengan air. Masing-masing dari tiga jenis pupuk majemuk dibuat dengan
konsentrasi EC 1,5 mS cm-1; 2,0 mS cm-1; dan 2,5 mS cm-1 dan diulang sebanyak
tiga kali sehingga didapatkan 27 kombinasi media tanam. Setiap larutan media
tanam tersebut dituangkan ke dalam baki plastik dengan volume air setiap bakinya
yaitu 7 liter. Jenis pupuk AB Mix dibuat larutan stok sedangkan pupuk Growmore
dan pupuk Gandasil D tidak karena berbentuk padatan. Sebanyak 625 g pupuk A
dan 625 g pupuk B dilarutkan dengan air dalam wadah terpisah sehingga didapatkan
volume larutan stok pupuk AB Mix yaitu 1250 ml larutan stok A dan 1250 ml
larutan stok B. Jumlah kebutuhan setiap jenis pupuk majemuk agar mencapai
konsentrasi EC yang dikehendaki sesuai dengan perlakuan untuk dilarutkan pada 7
liter air akan berbeda-beda (Tabel 1).

Tabel 1. Kebutuhan pupuk majemuk sesuai konsentrasi EC perlakuan untuk 7 liter


larutan
Jenis pupuk majemuk Konsentrasi EC (mS cm-1) Kebutuhan (g/7 l larutan)
1,5 14,00
AB Mix 2,0 18,30
2,5 22,70
1,5 11,90
Growmore 2,0 15,50
2,5 19,40
1,5 10,40
Gandasil D 2,0 13,00
2,5 16,00

Pindah Tanam
Bibit baby kailan yang sudah berumur 3 minggu setelah semai (MSS) siap
untuk dipindahkan ke tempat pembesaran. Rockwool dan bibit saat penyemaian
dibiarkan tetap menyatu saat akan dipindahkan. Rockwool dan bibit yang masih
menyatu tersebut kemudian diletakkan di dalam pot tanam yang sudah disusun. Di
atas setiap baki plastik diletakkan impraboard yang berisi enam lubang untuk
menaruh pot tanam yang telah berisi bibit baby kailan tersebut. Setiap baki plastik
juga telah diisi dengan jenis pupuk majemuk dan konsentrasi EC yang berbeda
sesuai dengan rancangan percobaan.

Pemeliharaan
Baby kailan dipelihara pada saat pemberian perlakuan. Pemeliharaan
tersebut diantaranya penyulaman, pengecekan air, pengecekan konsentrasi EC, pH,
dan suhu larutan media tanam. Pengontrolan larutan media tanam dilakukan setiap
8

pagi dengan menambahkan air, pupuk majemuk, NaOH, atau HCl untuk menjaga
agar volume, pH, dan konsentrasi EC larutan media tanam tetap sesuai dengan
perlakuan. Larutan media tanam ditambahkan air jika volume sudah berkurang.
Larutan media tanam ditambahkan NaOH untuk menaikkan pH atau HCl untuk
menurunkan pH dengan nilai pH yang dikehendaki yaitu 5,5-6,5, serta larutan
media tanam ditambahkan pupuk majemuk jika konsentrasi EC sudah kurang dari
konsentrasi EC perlakuan.

Pemanenan
Pemanenan baby kailan dilakukan pada saat tanaman berumur 4 minggu
setelah tanam (MST) pada pagi hari dan sore hari. Panen dilakukan dengan cara
mencabut tanaman dari pot tanamnya. Rockwool yang masih menempel dengan
akar tanaman dibersihkan menggunakan air agar didapatkan tanaman yang utuh
khususnya bagian akar tanaman. Pengamatan komponen panen dilakukan setelah
panen dengan mengukur panjang akar dan menimbang bobot setiap bagian dari
baby kailan.

Pengamatan Percobaan

Pengamatan baby kailan dilakukan mulai umur 0-4 minggu setelah tanam
(MST) dan setelah panen. Pengamatan komponen pertumbuhan vegetatif dan panen
baby kailan dilakukan terhadap enam tanaman dari setiap satuan percobaan serta
dilakukan juga pengamatan terhadap kondisi media tanam dan lingkungan tumbuh
percobaan.

Pengamatan Harian (0-4 MST)


1. Konsentrasi EC (mS cm-1). Pengamatan konsentrasi EC diukur menggunakan
TDS dan EC meter pada masing-masing larutan media tanam yang dilakukan
setiap pagi hari (07.00).
2. Nilai pH. Pengamatan pH diukur menggunakan pH meter pada masing-masing
larutan media tanam yang dilakukan setiap pagi hari (07.00).
3. Suhu (º C) media tanam. Pengamatan suhu media tanam diukur menggunakan
TDS dan EC meter pada masing-masing larutan media tanam yang dilakukan
setiap pagi hari (07.00).
4. Evapotranspirasi (ml). Pengamatan evapotranspirasi diukur dengan menghitung
volume larutan media tanam yang berkurang pada masing-masing larutan media
tanam dan dilakukan setiap pagi hari (07.00).
5. Suhu (º C) di dalam greenhouse. Pengamatan suhu di dalam greenhouse
dilakukan pada pagi (07.00), siang (13.00), dan sore (17.00) dan diukur
menggunakan higrometer yang diletakkan di dalam greenhouse.
6. Kelembaban (%) di dalam greenhouse. Pengamatan kelembaban di dalam
greenhouse dilakukan pada pagi (07.00), siang (13.00), dan sore (17.00) dan
diukur menggunakan higrometer yang diletakkan di dalam greenhouse.

Pengamatan Mingguan (1, 2, 3, dan 4 MST)


1. Tinggi tanaman (cm). Pengamatan tinggi tanaman diukur dengan menggunakan
penggaris dari pangkal batang sampai titik tumbuh.
9

2. Diameter batang (cm). Pengamatan diameter batang diukur dengan


menggunakan jangka sorong pada pangkal batang.
3. Jumlah daun (helai). Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan menghitung
daun yang telah membuka sempurna.
4. Panjang daun (cm). Pengamatan panjang daun diukur dengan penggaris dari
pangkal daun sampai ujung daun pada semua daun.
5. Lebar daun (cm). Pengamatan lebar daun diukur dengan penggaris di bagian
tengah daun dari sisi satu ke sisi lainnya pada semua daun.
6. Panjang tangkai daun (cm). Pengamatan panjang tangkai daun diukur mulai dari
pangkal tangkai daun yang melekat di batang sampai ujung batas dengan
pangkal daun pada semua daun.

Pengamatan Setelah Panen (4 MST)


1. Panjang akar (cm). Pengamatan panjang akar diukur mulai dari pangkal akar
sampai ujung akar terpanjang.
2. Bobot basah utuh (g). Pengamatan bobot basah utuh diukur dengan menimbang
semua bagian tanaman baby kailan dengan timbangan digital.
3. Bobot basah tajuk (g). Pengamatan bobot basah utuh diukur dengan menimbang
bagian atas tanaman baby kailan tanpa akar dengan timbangan digital.
4. Bobot basah layak pasar (g). Pengamatan bobot basah layak pasar diukur
dengan menimbang bagian tanaman baby kailan yang dapat dipasarkan setelah
dilakukan perompesan pada bagian tanaman baby kalian yang tidak masuk
kriteria pasar dengan timbangan digital.
5. Bobot basah layak konsumsi (g). Pengamatan bobot basah layak konsumsi
diukur dengan menimbang bagian tanaman baby kailan dari bobot basah layak
pasar yang telah dipilih untuk layak dikonsumsi dengan timbangan digital.
6. Bobot basah akar (g). Pengamatan bobot basah akar diukur dengan menimbang
akar dengan timbangan digital.
7. Bobot basah batang (g). Pengamatan bobot basah batang diukur dengan
menimbang batang dengan timbangan digital.
8. Bobot basah tangkai daun (g). Pengamatan bobot basah batang diukur dengan
menimbang tangkai daun dengan timbangan digital.
9. Bobot basah daun (g). Pengamatan bobot basah daun diukur dengan menimbang
daun dengan timbangan digital.
10. Bagian yang dapat dikonsumsi (%). Bagian yang dapat dikonsumsi yaitu
mengukur persentase bobot basah layak konsumsi per bobot basah tanaman
utuh tanaman baby kailan.
Bagian yang dapat dikonsumsi = Bobot basah layak konsumsi x 100%
Bobot basah tanaman utuh

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan Uji F pada taraf α = 1% dan α = 5%.
Apabila hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh nyata, maka dilakukan uji lanjut
dengan menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf α = 1% dan
α = 5%. Analisis data menggunakan perangkat lunak SAS.
10

HASIL DAN PEMBAHASAN

Benih kailan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu varietas Nova.
Deskripsi kailan varietas Nova disajikan pada Lampiran 2. Persentase benih kailan
yang tumbuh pada persemaian mencapai 93,33%. Kondisi bibit kailan pada
persemaian yaitu baik dengan bibit tumbuh tegak dan daun berwarna hijau,
walaupun hanya ada beberapa bibit yang daunnya menguning. Bibit kailan yang
telah berumur 3 MSS (minggu setelah semai) telah memiliki dua helai daun sejati
sehingga sudah siap untuk dipindah tanam ke dalam perlakuan.

Gambar 1. Kondisi persemaian baby kailan varietas Nova pada 2 MSS

Baby kailan yang ditanam pada baki plastik pembesaran hingga akhir
percobaan ada yang mengalami kematian yaitu sebesar 51 tanaman dari total 162
tanaman yang ditanam. Tanaman baby kailan pada 1 MST tidak ada yang mati,
namun kematian tanaman terus meningkat seiring bertambahnya umur tanaman
yaitu pada 2 MST sebesar 3 tanaman, pada 3 MST sebesar 10 tanaman, dan pada 4
MST sebesar 38 tanaman sehingga total tanaman yang mati sebesar 51 tanaman.
Kematian tanaman terjadi pada perlakuan pupuk Growmore dan Gandasil D,
sedangkan pada perlakuan pupuk AB Mix tanaman hidup semua. Kematian
terbanyak terjadi pada perlakuan pupuk Growmore dengan konsentrasi EC 2,0 dan
2,5 mS cm-1 yaitu 13 tanaman.
11

Tabel 2. Jumlah tanaman baby kailan yang mati selama percobaan


Jumlah Jumlah tanaman mati Jumlah Jumlah
tanaman (MST) tanaman tanaman
Perlakuan yang mati hidup
ditanam 1 2 3 4
1,5 18 0 0 0 0 0 18
AB Mix 18 0 18
2,0 0 0 0 0
(mS cm-1)
2,5 18 0 0 0 0 0 18
1,5 18 0 0 0 3 3 15
Growmore 18 13 5
2,0 0 0 1 12
(mS cm-1)
2,5 18 0 0 4 9 13 5
1,5 18 0 0 0 2 2 16
Gandsil D 18 9 9
2,0 0 1 2 6
(mS cm-1)
2,5 18 0 2 3 6 11 7
Total 162 0 3 10 38 51 111

Tanaman baby kailan yang mati diduga disebabkan oleh perlakuan jenis
pupuk majemuk yang diberikan tidak memberikan nutrisi yang cukup bagi
tanaman. Kekurangan nutrisi terlihat di tanaman pada perlakuan pupuk Gandasil D
untuk semua konsentrasi EC yaitu daun tanaman menguning. Serangan hama dan
penyakit pada baby kailan percobaan tidak ditemukan.

Gambar 2. Kondisi percobaan budidaya baby kailan varietas Nova dengan


teknik hidroponik sistem sumbu pada 4 MST

Kondisi lingkungan pada penelitian dapat dilihat dari nilai suhu dan
kelembaban di dalam greenhouse. Suhu di dalam greenhouse berkisar antara 21,2
°C sampai 41,0 °C. Suhu rata-rata harian di dalam greenhouse yaitu 30,90 °C
12

dengan suhu rata-rata pada pagi hari (07.00) yaitu 23,51 °C, siang hari (13.00) yaitu
39,85 °C, dan sore hari (17.00) yaitu 29,36 °C (Gambar 3).

Suhu Harian
45
40
35
30
Suhu (°C)

25
Pagi (07.00)
20
15 Siang (13.00)
10 Sore (17.00)
5
0
27 29 31 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
Agustus-September 2017

Gambar 3. Grafik suhu harian dalam greenhouse selama percobaan


budidaya baby kailan varietas Nova dengan teknik hidroponik
sistem sumbu

Kelembaban di dalam greenhouse berkisar antara 29% sampai 97%.


Kelembaban rata-rata harian di dalam greenhouse yaitu 62,13 % dengan
kelembaban rata-rata pada pagi hari (07.00) yaitu 92,10%, siang hari (13.00) yaitu
31,86%, dan sore hari (17.00) yaitu dan 62,41% (Gambar 4).

Kelembaban Harian
120
100
Kelembaban (%)

80
60 Pagi (07.00)
40 Siang (13.00)

20 Sore (17.00)

0
27 29 31 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
Agustus-September 2017

Gambar 4. Grafik kelembaban harian dalam greenhouse selama percobaan


budidaya baby kailan varietas Nova dengan teknik hidroponik
sistem sumbu
13

Suhu rata-rata di dalam greenhouse mengalami peningkatan dari pagi ke


siang hari kemudian mengalami penurunan dari siang ke sore hari, sedangkan
kelembaban rata-rata di dalam greenhouse mengalami penurunan dari pagi ke siang
hari kemudian mengalami peningkatan dari siang ke sore hari. Suhu yang tinggi
dan kelembaban yang rendah pada siang hari menyebabkan tanaman layu sesaat,
namun tanaman kembali segar pada sore hari karena suhu yang mulai menurun dan
kelembaban yang mulai meningkat (Wachjar dan Anggayuhlin, 2013).
Kondisi pH media tanam masing-masing perlakuan relatif stabil
dibandingkan dengan konsentrasi EC. Media tanam pada baby kailan yang telah
berumur 1 MST mulai mengalami perubahan EC setiap hari sehingga harus
dilakukan penambahan nutrisi dan air agar EC tetap sesuai perlakuan. Kondisi pH
media tanam yang mengalami penurunan (asam) ditambah NaOH, sedangkan pH
media tanam yang mengalami peningkatan (basa) ditambah HCl agar pH tetap pada
rentang 5,5-6,5. Volume media tanam setiap perlakuan berkurang setiap hari dan
pengurangan volume tersebut meningkat seiring dengan penambahan umur
tanaman. Pengurangan volume media tanam diakibatkan adanya transpirasi dari
tanaman (Gambar 5).

Transpirasi Harian
1200,00
1000,00
Volume (ml)

800,00
600,00 AB Mix
400,00 Growmore

200,00 Gandasil D

0,00
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28
Umur tanaman

Gambar 5. Grafik transpirasi harian setiap perlakuan jenis pupuk majemuk


dan konsentrasi EC pada budidaya baby kailan varietas Nova
dengan teknik hidroponik sistem sumbu pada pagi hari

Transpirasi baby kailan paling tinggi terjadi pada pupuk AB Mix dengan
konsentrasi EC 2,5 mS cm-1 pada umur 26 hari setelah tanam (HST). Transpirasi
adalah proses kehilangan air dari tumbuhan melalui stomata tanaman. Transpirasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kondisi tumbuhan, jenis tumbuhan,
umur tumbuhan, jenis media tanam, suhu, kelembaban, dan radiasi cahaya
matahari. Kondisi tanaman mempengaruhi laju transpirasi, kondisi tanaman yang
paling sehat pada perlakuan pupuk Goodplant menghasilkan nilai evapotranspirasi
paling tinggi pada teknik hidroponik sistem terapung (THST) termodifikasi (Siregar
et al., 2015). Evapotranspirasi tanaman caisim dengan metode irigasi tetes pada
tanah latosol paling tinggi terjadi pada fase tengah (16-30 HST) dan paling rendah
pada fase awal (0-15 HST) (Apriani et al., 2015). Radiasi cahaya matahari
14

berbanding lurus dengan evapotranspirasi dan yang paling tinggi terjadi pada siang
hari (Yanto, 2011). Menurut Marlina et al. (2015), jenis tanaman dan ukuran granul
dari tanah liat memberikan pengaruh sangat nyata terhadap nilai evapotranspirasi.
Evapotranspirasi paling tinggi terjadi pada media arang sekam serta
evapotranspirasi yang semakin tinggi dapat meningkatkan konsentrasi EC.
Kebutuhan masing-masing jenis pupuk majemuk berbeda-beda selama
percobaan (Gambar 6). Hal tersebut karena kandungan hara N total pada masing-
masing pupuk majemuk berbeda. Pupuk AB Mix merupakan pupuk yang
dibutuhkan paling banyak, sedangkan pupuk Growmore dan Gandasil D hanya
dibutuhkan pada awal percobaan. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk tidak terserap
oleh tanaman sehingga kandungan pupuk pada media tanam tetap dengan ditandai
dengan konsentrasi EC yang tetap. Kebutuhan pupuk AB Mix sebesar 33,95 g,
pupuk Growmore sebesar 15,92 g, dan pupuk Gandasil D sebesar 13,19 g karena
kandungan hara N total pada pupuk AB Mix adalah yang paling kecil yaitu sebesar
0,01 % sehingga membutuhkan jumlah pupuk yang lebih banyak dibandingkan
pupuk Growmore dan Gandasil D.

Kebutuhan Pupuk Harian


20,00
18,00
16,00
14,00
Volume (ml)

12,00
10,00 AB Mix
8,00 Growmore
6,00
Gandasil D
4,00
2,00
0,00
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28
Umur tanaman

Gambar 6. Grafik kebutuhan harian setiap jenis pupuk majemuk pada


budidaya baby kailan varietas Nova dengan teknik hidroponik
sistem sumbu

Rekapitulasi analisis ragam pada Tabel 3 menunjukkan bahwa Interaksi


antara jenis pupuk majemuk dengan konsentrasi EC memberikan pengaruh yang
nyata terhadap tinggi tanaman pada 1 dan 3 MST, panjang tangkai daun pada 3
MST, panjang daun pada 1 MST, serta memberikan pengaruh yang sangat nyata
terhadap tinggi tanaman pada 2 dan 4 MST, jumlah daun pada 3 MST, panjang
tangkai daun pada 1, 2, dan 4 MST, panjang akar, dan bobot basah batang.
Perlakuan jenis pupuk majemuk memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap
semua peubah yang diamati, sedangkan perlakuan konsentrasi EC memberikan
pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun pada 2 MST, panjang daun pada 1 MST,
lebar daun pada 2 MST, dan panjang akar, serta memberikan pengaruh yang sangat
nyata terhadap jumlah daun pada 3 MST. Kelompok memberikan pengaruh nyata
15

terhadap beberapa peubah yaitu jumlah daun pada 1 dan 3 MST, panjang tangkai
daun pada 1 dan 4 MST, panjang daun pada 4 MST, bobot basah layak pasar, dan
bobot basah layak konsumsi. Hal tersebut menunjukkan bahwa lingkungan tumbuh
pada percobaan ini tidak homogen, sehingga rancangan lingkungan yang digunakan
pada percobaan ini sudah tepat yaitu Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
(RKLT). Cahaya matahari diduga menjadi faktor lingkungan yang menyebabkan
ulangan memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil.

Tabel 3. Rekapitulasi analisis ragam pengaruh jenis pupuk majemuk dan


konsentrasi EC terhadap semua peubah pengamatan
Peubah Jenis Konsentrasi Kelompok Interaksi KK
pupuk EC (U) (J x K) (%)
(J) (K)
Tinggi tanaman (cm)
1 MST ** tn tn * 10,67
2 MST ** tn tn ** 10,95
3 MST ** tn tn * 13,44
4 MST ** tn tn ** 11,55
Diameter batang (cm)
1 MST ** tn tn tn 7,27
2 MST ** tn tn tn 5,98
3 MST ** tn tn tn 4,71
4 MST ** tn tn tn 6,67
Jumlah daun (helai)
1 MST ** tn * tn 6,91
2 MST ** * tn tn 7,07
3 MST ** ** * ** 10,10
4 MST ** tn tn tn 13,56
Panjang tangkai daun (cm)
1 MST ** tn * ** 5,73
2 MST ** tn tn ** 6,92
3 MST ** tn tn * 7,57
4 MST ** tn * ** 7,84
Panjang daun (cm)
1 MST ** * tn * 3,89
2 MST ** tn tn tn 10,88
3 MST ** tn tn tn 8,95
4 MST ** tn * tn 12,21
16

Tabel 3. Rekapitulasi analisis ragam pengaruh jenis pupuk majemuk dan


konsentrasi EC terhadap semua peubah pengamatan (Lanjutan)
Peubah Jenis Konsentrasi Kelompok Interaksi KK
pupuk EC (U) (J x K) (%)
(J) (K)
Lebar daun (cm)
1 MST ** tn tn tn 5,88
2 MST ** * tn tn 8,16
3 MST ** tn tn tn 8,09
4 MST ** tn tn tn 12,24
Panjang akar ** * tn ** 13,85
Bobot basah utuh ** tn tn tn 20,17
Bobot basah tajuk ** tn tn tn 19,74
Bobot basah layak ** tn * tn 19,41
pasar
Bobot basah layak ** tn * tn 18,86
konsumsi
Bobot basah akar ** tn tn tn 33,75
Bobot basah batang ** tn tn ** 16,47
Bobot basah ** tn tn tn 21,40
tangkai daun
Bobot basah daun ** tn tn tn 22,00
Bagian yang dapat ** tn tn tn 16,86
dikonsumsi (BDD)
Keterangan: (**) berpengaruh nyata pada taraf uji 1%, (*) berpengaruh nyata pada taraf uji
5%, (tn) tidak berpengaruh nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α = 1%
dan α = 5%, MST: minggu setelah tanam.

Hasil Analisis Kandungan Nitrogen pada


Tiga Jenis Pupuk Majemuk

Masing-masing jenis pupuk majemuk memiliki kandungan nutrisi atau hara


yang berbeda (Tabel 4). Hal ini dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman yang
berbeda pula. Analisis kandungan hara N (nitrogen) total pupuk AB Mix,
Growmore, dan Gandasil D dilakukan pada konsentrasi EC 1,0 mS c m-1. Hasil
analisis masing-masing jenis pupuk majemuk menunjukkan kandungan hara N total
pada pupuk Growmore merupakan yang paling tinggi yaitu sebesar 0,03 %, pupuk
Gandasil D sebesar 0,02 %, dan pupuk AB Mix sebesar 0,01 %, namun hasil yang
diperoleh menunjukkan pupuk AB Mix memberikan pengaruh paling baik terhadap
semua peubah pertumbuhan. Menurut Siregar et al. (2015), jenis pupuk majemuk
Goodplant dan Nutrimix memiliki kandungan unsur N paling tinggi dan
memberikan hasil paling tinggi dari semua parameter pengamatan. Kandungan hara
nitrogen pada setiap jenis pupuk majemuk berbeda. Pupuk Growmore memiliki
jumlah kandungan hara nitrogen paling tinggi sesuai yang tertera pada kemasan
17

produk dan sesuai dengan hasil analisis dibandingkan pupuk AB Mix dan Gandasil
D. Hasil analisis yang dilakukan sudah sesuai dengan hasil pada kemasan produk.

Tabel 4. Kandungan hara nitrogen total pada semua jenis pupuk majemuk dengan
konsentrasi EC 1,0 mS c m-1 pada 1 liter air
N pada Jumlah N N hasil Jumlah N
Jenis pupuk Kebutuhan
kemasan sesuai analisis sesuai hasil
majemuk (g)
(%) kemasan (g) (%) analisis (g)
AB Mix 1,30 - - 0,01 0,00013
Growmore 1,20 32 0,384 0,03 0,00036
Gandasil D 1,10 20 0,220 0,02 0,00022

Bentuk nitrogen pada setiap jenis pupuk majemuk juga berbeda dan
mempengaruhi penyerapan oleh tanaman. Pupuk AB Mix mengandung nitrogen
dalam bentuk NO3- (nitrat) dan NH4+ (amonium), sedangkan pupuk Growmore
mengandung nitrogen dalam bentuk NH3 (amoniak), NO3- (nitrat), dan CO(NH2)2
(urea), serta pupuk Gandasil D mengandung nitrogen dalam bentuk N total.
Amoniak diserap daun dari udara atau dilepaskan daun ke udara, sedangkan nitrat
dan amonium diserap tanaman melalui akar. Menurut Jones, Jr. (2005), urea tidak
direkomendasikan sebagai sumber N dalam formulasi hidroponik karena
hidrolisisnya menghasilkan NH4 yang dapat merupakan kation yang tidak
diinginkan dalam larutan nutrisi. Jika NO3 adalah satu-satunya bentuk N dalam
larutan nutrisi, hasil serapannya menghasilkan peningkatan dalam pH, sedangkan
kebalikannya jika NH4 adalah satu-satunya sumber N walaupun ada beberapa
pengecualian tergantung pada kondisi lingkungan dan spesies tanaman (Hershey,
1992). NO3 secara umum mudah diserap dalam lingkungan asam, sementara NH4
lebih baik diserap pada pH yang lebih tinggi.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pupuk AB Mix lebih baik digunakan pada
budidaya hidroponik karena mengandung nitrat dan amonium, sedangkan pupuk
Growmore akan lebih baik jika digunakan dengan penyemprotan pada daun karena
mengandung amoniak. Kandungan unsur N total yang paling rendah pada pupuk
AB Mix akan mudah diserap baby kailan dibandingkan dengan kandungan unsur N
total pada Growmore dan Gandasil D. Hal tersebut juga terlihat pada Gambar 3 dan
4 yang menunjukkan bahwa terdapat evapotranspirasi pada pupuk Growmore dan
Gandasil D, namun pemberian pupuk hanya pada awal percobaan dan mulai umur
1 HST hingga panen kebutuhan pupuk mendekati 0 g yang menunjukkan tanaman
menyerap air dan tidak dapat menyerap pupuk yang diberikan.

Aplikasi Pupuk Majemuk terhadap


Komponen Pertumbuhan Baby Kailan

Hasil analisis ragam menunjukkan interaksi antara perlakuan jenis pupuk


majemuk dengan konsentrasi EC memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman pada 1 dan 3 MST serta memberikan pengaruh sangat nyata terhadap
tinggi tanaman pada 2 dan 4 MST. Pada 1 MST, kombinasi pupuk AB Mix dengan
konsentrasi EC 2,0 mS cm-1 memberikan hasil tinggi tanaman terbaik, namun tidak
berbeda nyata dengan kombinasi pupuk AB Mix dengan konsentrasi EC 2,5 mS
18

cm-1 dan kombinasi pupuk Growmore dengan konsentrasi EC 1,5 mS cm-1. Pada 2
MST, kombinasi pupuk AB Mix dengan konsentrasi EC 2,0 mS cm-1 memberikan
hasil tinggi tanaman terbaik, namun tidak berbeda nyata dengan kombinasi pupuk
AB Mix dengan konsentrasi EC 2,5 mS cm-1. Pada 3 MST, kombinasi pupuk AB
Mix dengan konsentrasi EC 2,0 mS cm-1 memberikan hasil tinggi tanaman terbaik,
namun tidak berbeda nyata dengan kombinasi AB Mix dengan konsentrasi EC 1,5
mS cm-1 dan kombinasi AB Mix dengan konsentrasi EC 2,5 mS cm-1. Pada 4 MST,
kombinasi pupuk AB Mix dengan konsentrasi EC 2,5 mS cm-1 memberikan hasil
tinggi tanaman terbaik, namun tidak berbeda nyata dengan kombinasi pupuk AB
Mix dengan konsentrasi EC 2,0 mS cm-1 (Tabel 5).

Tabel 5. Pengaruh interaksi antara jenis pupuk majemuk dengan konsentrasi EC


terhadap tinggi tanaman baby kailan varietas Nova pada 1-4 MST
Tinggi tanaman (cm)
Perlakuan -1
1,5 mS cm 2,0 mS cm-1 2,5 mS cm-1
1 MST
AB Mix 3,54bcd 4,35a 4,09ab
Growmore 3,88abc 3,05de 3,38cde
Gandasil D 3,09de 3,27cde 2,73e
2 MST
AB Mix 5,25b 6,29a 6,22a
Growmore 4,83b 3,53c 3,81c
Gandasil D 3,53c 3,57c 2,93c
3 MST
AB Mix 7,45a 8,63a 8,45a
Growmore 5,55b 4,06cd 4,54bc
Gandasil D 3,83cd 3,87cd 3,07d
4 MST
AB Mix 10,25b 12,56a 12,61a
Growmore 6,07c 4,15d 4,70cd
Gandasil D 4,07d 4,04d 3,43d
Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama
pada umur yang sama menunjukkan hasil tidak berbeda nyata berdasarkan uji
DMRT pada taraf α = 1% dan α = 5%.

Perlakuan jenis pupuk majemuk memberikan pengaruh sangat nyata


terhadap tinggi tanaman pada 1-4 MST. Aplikasi pupuk AB Mix memberikan hasil
tinggi tanaman terbaik pada 1-4 MST dibandingkan dengan pupuk Growmore dan
Gandasil D. Perlakuan konsentrasi EC tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi EC tidak
dapat menginduksi pertumbuhan tinggi tanaman baby kailan (Tabel 6).
19

Tabel 6. Pengaruh tunggal jenis pupuk majemuk dan konsentrasi EC terhadap


tinggi tanaman baby kailan varietas Nova
Tinggi tanaman (cm)
Perlakuan
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
Jenis pupuk
AB Mix 3,99a 5,92a 8,18a 11,81a
Growmore 3,44b 4,05b 4,72b 4,97b
Gandasil D 3,03c 3,35c 3,59c 3,84c
Uji F ** ** ** **
Konsentrasi EC
1,5 mS cm-1 3,51 4,54 5,61 6,80
2,0 mS cm-1 3,56 4,46 5,52 6,92
2,5 mS cm-1 3,40 4,32 5,35 6,91
Uji F tn tn tn tn
Interaksi
Uji F * ** * **
KK (%) 10,67 10,95 13,44 11,55
Keterangan: (**) berpengaruh nyata pada taraf uji 1%, (*) berpengaruh nyata pada taraf uji
5%, (tn) tidak berpengaruh nyata, angka-angka yang diikuti huruf yang sama
pada kolom dan peubah yang sama menunjukkan hasil tidak berbeda nyata
berdasarkan uji DMRT pada taraf α = 1% dan α = 5%, MST: minggu setelah
tanam.

Menurut Pitriana (2016), bahwa kebutuhan konsentrasi EC larutan nutrisi


untuk tanaman berbeda sesuai dengan umur dan jenis tanaman. Jenis Brassica
oeracea membutuhkan konsentrasi EC larutan nutrisi sebesar 1 mS cm-1 pada umur
4-23 HST; 1,7 mS cm-1 pada umur 24-38 HST; dan 2 mS cm-1 pada umur 39-54
HST. Kebutuhan pupuk untuk tanaman akan meningkat seiring dengan peningkatan
umur tanaman. Tingkat konsentrasi EC memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman pada 14 dan 18 HST, luas daun pada 26 dan 30 HST, panjang akar pada
30 HST, serta bobot basah pada 30 HST, sedangkan konsentrasi EC 2,5 mS cm-1
memberikan hasil paling baik terhadap bobot basah sawi (Pratiwi et al., 2015).
Hasil tanaman bayam paling tinggi dihasilkan dari penggunaan konsentrasi EC 3,0
mS cm-1 (Subandi et al., 2015).
Hasil analisis ragam pada Tabel 7 menunjukkan interaksi antara perlakuan
jenis pupuk majemuk dengan konsentrasi EC tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap diameter batang pada 1-4 MST. Perlakuan jenis pupuk majemuk
memberikan pengaruh sangat nyata terhadap diameter batang pada 1-4 MST.
Aplikasi pupuk AB Mix memberikan hasil diameter batang terbaik pada 1-4 MST
dibandingkan dengan pupuk Growmore dan Gandasil D. Perlakuan konsentrasi EC
tidak memberikan pengaruh nyata terhadap diameter batang. Hal ini menunjukkan
bahwa penambahan konsentrasi EC tidak dapat menginduksi pertumbuhan
diameter batang tanaman baby kailan.
20

Tabel 7. Pengaruh tunggal jenis pupuk majemuk dan konsentrasi EC terhadap


diameter batang tanaman baby kailan varietas Nova
Diameter batang (cm)
Perlakuan
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
Jenis pupuk
AB Mix 0,22a 0,29a 0,40a 0,52a
Growmore 0,18b 0,20b 0,23b 0,24b
Gandasil D 0,16c 0,18c 0,19c 0,22c
Uji F ** ** ** **
Konsentrasi EC
1,5 mS cm-1 0,19 0,23 0,28 0,32
2,0 mS cm-1 0,19 0,22 0,28 0,33
2,5 mS cm-1 0,19 0,22 0,27 0,32
Uji F tn tn tn tn
Interaksi
Uji F tn tn tn tn
KK (%) 7,27 5,98 4,71 6,67
Keterangan: (**) berpengaruh nyata pada taraf uji 1%, (*) berpengaruh nyata pada taraf uji
5%, (tn) tidak berpengaruh nyata, angka-angka yang diikuti huruf yang sama
pada kolom dan peubah yang sama menunjukkan hasil tidak berbeda nyata
berdasarkan uji DMRT pada taraf α = 1% dan α = 5%, MST: minggu setelah
tanam.

Hasil analisis ragam pada Tabel 8 menunjukkan interaksi antara perlakuan


jenis pupuk majemuk dengan konsentrasi EC memberikan pengaruh sangat nyata
terhadap jumlah daun pada 3 MST. Kombinasi pupuk AB Mix dengan konsentrasi
EC 2,0 mS cm-1 memberikan hasil jumlah daun terbaik, namun tidak berbeda nyata
dengan kombinasi pupuk AB Mix dengan konsentrasi EC 1,5 mS cm-1 dan
kombinasi pupuk AB Mix dengan konsentrasi EC 2,5 mS cm-1 pada 3 MST.

Tabel 8. Pengaruh interaksi antara jenis pupuk majemuk dengan konsentrasi EC


terhadap jumlah daun tanaman baby kailan varietas Nova pada 3 MST
Jumlah daun (helai)
Perlakuan
1,5 mS cm-1 2,0 mS cm-1 2,5 mS cm-1
AB Mix 7,44a 7,75a 7,61a
Growmore 4,67b 3,38cd 4,09bc
Gandasil D 4,00bcd 3,13d 1,80e
KK (%) 10,10
Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama
menunjukkan hasil tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α =
1% dan α = 5%.

Perlakuan jenis pupuk majemuk memberikan pengaruh sangat nyata


terhadap jumlah daun pada 1-4 MST. Aplikasi pupuk AB Mix memberikan hasil
21

jumlah daun terbaik pada 1-4 MST dibandingkan dengan pupuk Growmore dan
Gandasil D, namun tidak berbeda nyata dengan pupuk Growmore pada 1 MST.
Perlakuan konsentrasi EC memberikan pengaruh sangat nyata terhadap jumlah
daun pada 3 MST serta memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun pada 2
MST. Aplikasi konsentrasi EC 1,5 mS cm-1 memberikan hasil jumlah daun terbaik
pada 2 dan 3 MST, namun tidak berbeda nyata dengan konsentrasi EC 2,0 mS cm-
1
pada 2 MST. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi EC pada 1 dan
4 MST tidak dapat menginduksi pertumbuhan jumlah daun tanaman baby kailan
(Tabel 9).

Tabel 9. Pengaruh tunggal jenis pupuk majemuk dan konsentrasi EC terhadap


jumlah daun tanaman baby kailan varietas Nova
Jumlah daun (helai)
Perlakuan
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
Jenis pupuk
AB Mix 3,57a 5,38a 7,60a 8,79a
Growmore 3,54a 4,57b 4,05b 3,85b
Gandasil D 3,15b 3,46c 2,98c 2,25c
Uji F ** ** ** **
Konsentrasi EC
1,5 mS cm-1 3,45 4,67a 5,37a 5,21
2,0 mS cm-1 3,49 4,55a 4,76b 4,84
2,5 mS cm-1 3,31 4,18b 4,50b 4,83
Uji F tn * ** tn
Interaksi
Uji F tn tn ** tn
KK (%) 6,91 7,07 10,10 13,56
Keterangan: (**) berpengaruh nyata pada taraf uji 1%, (*) berpengaruh nyata pada taraf uji
5%, (tn) tidak berpengaruh nyata, angka-angka yang diikuti huruf yang sama
pada kolom dan peubah yang sama menunjukkan hasil tidak berbeda nyata
berdasarkan uji DMRT pada taraf α = 1% dan α = 5%, MST: minggu setelah
tanam.

Hasil analisis ragam pada Tabel 10 menunjukkan interaksi antara perlakuan


jenis pupuk majemuk dengan konsentrasi EC memberikan pengaruh nyata terhadap
panjang tangkai daun pada 3 MST serta memberikan pengaruh sangat nyata
terhadap panjang tangkai daun pada 1, 2 dan 4 MST. Pada 1 MST, kombinasi pupuk
AB Mix dengan konsentrasi EC 2,5 mS cm-1 memberikan hasil panjang tangkai
daun terbaik, namun tidak berbeda nyata dengan kombinasi pupuk AB Mix dengan
konsentrasi EC 2,0 mS cm-1. Pada 2 MST, kombinasi pupuk AB Mix dengan
konsentrasi EC 2,0 mS cm-1 memberikan hasil panjang tangkai daun terbaik, namun
tidak berbeda nyata dengan kombinasi pupuk AB Mix dengan konsentrasi EC 1,5
mS cm-1 dan kombinasi pupuk AB Mix dengan konsentrasi EC 2,5 mS cm-1. Pada
3 MST, kombinasi pupuk AB Mix dengan konsentrasi EC 2,0 mS cm-1 memberikan
hasil panjang tangkai daun terbaik, namun tidak berbeda nyata dengan kombinasi
22

pupuk AB Mix dengan konsentrasi EC 1,5 mS cm-1 dan kombinasi pupuk AB Mix
dengan konsentrasi EC 2,5 mS cm-1. Pada 4 MST, kombinasi pupuk AB Mix
dengan konsentrasi EC 2,0 mS cm-1 memberikan hasil panjang tangkai daun
terbaik, namun tidak berbeda nyata dengan kombinasi pupuk AB Mix dengan
konsentrasi EC 2,5 mS cm-1.

Tabel 10. Pengaruh interaksi antara jenis pupuk majemuk dengan konsentrasi EC
terhadap panjang tangkai daun tanaman baby kailan varietas Nova pada
1-4 MST
Panjang tangkai daun (cm)
Perlakuan -1
1,5 mS cm 2,0 mS cm-1 2,5 mS cm-1
1 MST
AB Mix 3,58b 3,79ab 3,91a
Growmore 2,93c 2,23e 2,54d
Gandasil D 2,62d 2,55d 2,55d
2 MST
AB Mix 4,68a 4,86a 4,61a
Growmore 3,43b 2,44c 2,81c
Gandasil D 2,75c 2,73c 2,74c
3 MST
AB Mix 5,70a 6,01a 5,95a
Growmore 3,62b 2,72c 3,19bc
Gandasil D 2,89c 2,98c 2,90c
4 MST
AB Mix 6,87b 7,84a 7,62a
Growmore 3,98c 3,07d 3,43cd
Gandasil D 3,13d 3,31d 2,85d
Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama
pada umur yang sama menunjukkan hasil tidak berbeda nyata berdasarkan uji
DMRT pada taraf α = 1% dan α = 5%.

Perlakuan jenis pupuk majemuk memberikan pengaruh sangat nyata


terhadap panjang tangkai daun pada 1-4 MST. Aplikasi pupuk AB Mix memberikan
hasil panjang tangkai daun terbaik pada 1-4 MST dibandingkan dengan pupuk
Growmore dan Gandasil D. Perlakuan konsentrasi EC tidak memberikan pengaruh
nyata terhadap panjang tangkai daun. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan
konsentrasi EC tidak dapat menginduksi pertumbuhan panjang tangkai daun
tanaman baby kailan (Tabel 11).
23

Tabel 11. Pengaruh tunggal jenis pupuk majemuk dan konsentrasi EC terhadap
panjang tangkai daun tanaman baby kailan varietas Nova
Panjang tangkai daun (cm)
Perlakuan
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
Jenis pupuk
AB Mix 3,76a 4,72a 5,89a 7,45a
Growmore 2,57b 2,90b 3,18b 3,49b
Gandasil D 2,57b 2,74b 2,92b 3,10c
Uji F ** ** ** **
Konsentrasi EC
1,5 mS cm-1 3,05a 3,62a 4,07 4,66
2,0 mS cm-1 2,86b 3,34b 3,90 4,74
2,5 mS cm-1 3,00ab 3,38b 4,01 4,63
Uji F tn tn tn tn
Interaksi
Uji F ** ** * **
KK (%) 5,73 6,92 7,57 7,84
Keterangan: (**) berpengaruh nyata pada taraf uji 1%, (*) berpengaruh nyata pada taraf uji
5%, (tn) tidak berpengaruh nyata, angka-angka yang diikuti huruf yang sama
pada kolom dan peubah yang sama menunjukkan hasil tidak berbeda nyata
berdasarkan uji DMRT pada taraf α = 1% dan α = 5%, MST: minggu setelah
tanam.

Hasil analisis ragam pada Tabel 12 menunjukkan interaksi antara perlakuan


jenis pupuk majemuk dengan konsentrasi EC memberikan pengaruh nyata terhadap
panjang daun pada 1 MST. Kombinasi pupuk AB Mix dengan konsentrasi EC 2,5
mS cm-1 memberikan hasil panjang daun terbaik, namun tidak berbeda nyata
dengan kombinasi pupuk AB Mix dengan konsentrasi EC 1,5 mS cm-1 pada 1 MST.

Tabel 12. Pengaruh interaksi antara jenis pupuk majemuk dan konsentrasi EC
terhadap panjang daun tanaman baby kailan varietas Nova pada 1 MST
Panjang daun (cm)
Perlakuan
1,5 mS cm-1 2,0 mS cm-1 2,5 mS cm-1
AB Mix 4,18ab 4,07b 4,40a
Growmore 3,55c 3,35cd 3,16de
Gandasil D 3,21de 2,98e 3,04e
KK (%) 3,89
Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama
menunjukkan hasil tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α =
1% dan α = 5%.

Perlakuan jenis pupuk majemuk memberikan pengaruh sangat nyata


terhadap panjang daun pada 1-4 MST. Aplikasi pupuk AB Mix memberikan hasil
panjang daun terbaik pada 1-4 MST dibandingkan dengan pupuk Growmore dan
24

Gandasil D. Perlakuan konsentrasi EC memberikan pengaruh nyata terhadap


panjang daun pada 1 MST. Aplikasi konsentrasi EC 1,5 mS cm-1 memberikan hasil
panjang daun terbaik, namun tidak berbeda nyata dengan konsentrasi EC 2,5 mS
cm-1 pada 1 MST. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi EC pada
2-4 MST tidak dapat menginduksi pertumbuhan panjang daun tanaman baby kailan
(Tabel 13).

Tabel 13. Pengaruh tunggal jenis pupuk majemuk dan konsentrasi EC terhadap
panjang daun tanaman baby kailan varietas Nova
Panjang daun (cm)
Perlakuan
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
Jenis pupuk
AB Mix 4,22a 7,45a 9,87a 12,37a
Growmore 3,35b 4,70b 5,44b 6,17b
Gandasil D 3,08c 3,62c 3,89c 4,48c
Uji F ** ** ** **
Konsentrasi EC
1,5 mS cm-1 3,65a 5,48 6,67 7,57
2,0 mS cm-1 3,47b 4,95 6,15 7,81
2,5 mS cm-1 3,53ab 5,33 6,40 7,65
Uji F * tn tn tn
Interaksi
Uji F * tn tn tn
KK (%) 3,89 10,88 8,95 12,21
Keterangan: (**) berpengaruh nyata pada taraf uji 1%, (*) berpengaruh nyata pada taraf uji
5%, (tn) tidak berpengaruh nyata, angka-angka yang diikuti huruf yang sama
pada kolom dan peubah yang sama menunjukkan hasil tidak berbeda nyata
berdasarkan uji DMRT pada taraf α = 1% dan α = 5%, MST: minggu setelah
tanam.

Hasil analisis ragam pada Tabel 14 menunjukkan interaksi antara perlakuan


jenis pupuk majemuk dengan konsentrasi EC tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap lebar daun. Perlakuan jenis pupuk majemuk memberikan pengaruh sangat
nyata terhadap lebar daun pada 1-4 MST. Aplikasi pupuk AB Mix memberikan
hasil lebar daun terbaik pada 1-4 MST dibandingkan dengan pupuk Growmore dan
Gandasil D. Perlakuan konsentrasi EC memberikan pengaruh nyata terhadap lebar
daun pada 2 MST. Aplikasi konsentrasi EC 1,5 mS cm-1 memberikan hasil lebar
daun terbaik, namun tidak berbeda nyata dengan konsentrasi EC 2,5 mS cm-1 pada
2 MST. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi EC pada 1, 3, dan 4
MST tidak dapat menginduksi pertumbuhan lebar daun tanaman baby kailan.
25

Tabel 14. Pengaruh tunggal jenis pupuk majemuk dan konsentrasi EC terhadap
lebar daun tanaman baby kailan varietas Nova
Lebar daun (cm)
Perlakuan
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
Jenis pupuk
AB Mix 3,99a 6,77a 9,13a 11,44a
Growmore 3,30b 4,60b 5,36b 6,56b
Gandasil D 3,16b 3,63c 3,92c 4,62c
Uji F ** ** ** **
Konsentrasi EC
1,5 mS cm-1 3,56 5,26a 6,32 7,44
2,0 mS cm-1 3,37 4,68b 5,85 7,54
2,5 mS cm-1 3,51 5,06ab 6,23 7,64
Uji F tn * tn tn
Interaksi
Uji F tn tn tn tn
KK (%) 5,88 8,16 8,09 12,24
Keterangan: (**) berpengaruh nyata pada taraf uji 1%, (*) berpengaruh nyata pada taraf uji
5%, (tn) tidak berpengaruh nyata, angka-angka yang diikuti huruf yang sama
pada kolom dan peubah yang sama menunjukkan hasil tidak berbeda nyata
berdasarkan uji DMRT pada taraf α = 1% dan α = 5%, MST: minggu setelah
tanam.

Pupuk AB Mix dikemas secara terpisah yaitu nutrisi A dan nutrisi B karena
kandungan yang terdapat pada keduanya berbeda dan akan bersifat toksik jika
digabungkan. Pupuk AB Mix merupakan nutrisi tanaman hidroponik dalam bentuk
padatan yang mudah dilarutkan pada penggunaannya sehingga penggunaan pupuk
AB Mix menghasilkan pertumbuhan vegetatif baby kailan terbaik. Pupuk
Growmore dan Gandasil D merupakan pupuk daun yang cara penggunaannya
disemprotkan ke daun tanaman sehingga penggunaannya tidak efektif pada teknik
hidroponik.
Pupuk AB Mix menghasilkan nilai paling tinggi pada parameter tinggi
tanaman, jumlah daun, berat basah, dan berat kering pakchoi (Sesanti dan Sismanto,
2016). Menurut Nugraha dan Susila (2015), jenis pupuk NPK 15:15:15 dan NPK
12:14:12 tidak dapat digunakan sebagai sumber hara pengganti pupuk AB Mix pada
budidaya bayam, pakchoy, dan selada secara hidroponik. Aplikasi konsentrasi EC
paling rendah ini juga lebih efisien dibandingkan dengan penggunaan konsentrasi
EC 2,0 dan 2,5 mS cm-1 dari segi biaya produksi karena lebih murah. Konsentrasi
EC berbanding lurus dengan besaran volume yang dibutuhkan. Hal ini
menunjukkan aplikasi konsentrasi EC rendah, maka kebutuhan juga rendah
sehingga lebih hemat. Keuntungan yang paling besar didapatkan dengan
penggunaan konsentrasi EC yang minimal tetapi produksi maksimal.
Pertumbuhan baby kailan yang dihasilkan dari aplikasi kombinasi pupuk
AB Mix dengan konsentrasi EC 1,5 mS cm-1 adalah yang paling cepat. Hal ini
dibuktikan dari keragaan tanaman yang tinggi, batang besar, daun banyak, tangkai
26

daun panjang, serta permukaan daun luas. Pertumbuhan tanaman yang baik akan
berkorelasi positif dengan hasil panen.

Aplikasi Pupuk Majemuk terhadap


Komponen Panen Baby Kailan

Hasil analisis sidik ragam pada Tabel 15 menunjukkan interaksi antara


perlakuan jenis pupuk majemuk dengan konsentrasi EC memberikan pengaruh
sangat nyata terhadap panjang akar dan bobot basah batang. Kombinasi pupuk AB
Mix dengan konsentrasi EC 2,0 mS cm-1 memberikan hasil panjang akar terbaik,
namun tidak berbeda nyata dengan kombinasi pupuk AB Mix dengan konsentrasi
EC 2,5 mS cm-1. Kombinasi pupuk AB Mix dengan konsentrasi EC 2,5 mS cm-1
memberikan hasil bobot basah batang terbaik, namun tidak berbeda nyata dengan
kombinasi pupuk AB Mix dengan konsentrasi EC 2,0 mS cm-1.

Tabel 15. Pengaruh interaksi antara jenis pupuk majemuk dengan konsentrasi EC
terhadap panjang akar dan bobot basah batang tanaman baby kailan
varietas Nova
Konsentrasi EC (mS cm-1)
Perlakuan
1,5 2,0 2,5
Panjang akar (cm)
AB Mix 10,43b 13,73a 13,61a
Growmore 4,50d 6,50c 3,03de
Gandasil D 3,09de 1,52e 3,48d
Bobot basah batang (g)
AB Mix 5,80b 7,29a 7,46a
Growmore 0,62c 0,39c 0,39c
Gandasil D 0,29c 0,21c 0,18c
Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama
pada peubah yang sama menunjukkan hasil tidak berbeda nyata berdasarkan
uji DMRT pada taraf α = 1% dan α = 5%.

Perlakuan jenis pupuk majemuk memberikan pengaruh sangat nyata


terhadap panjang akar, bobot basah utuh, bobot basah tajuk, bobot basah layak
pasar, dan bobot basah layak konsumsi. Aplikasi pupuk AB Mix memberikan hasil
panjang akar, bobot basah utuh, bobot basah tajuk, bobot basah layak pasar, dan
bobot basah layak konsumsi terbaik dibandingkan dengan pupuk Growmore dan
Gandasil D. Perlakuan konsentrasi EC memberikan pengaruh nyata terhadap
panjang akar. Aplikasi konsentrasi EC 2,0 mS cm-1 memberikan hasil panjang akar
terbaik, namun tidak berbeda nyata dengan konsentrasi EC 2,5 mS cm-1. Hal ini
menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi EC tidak dapat menginduksi
peningkatan bobot basah utuh, bobot basah tajuk, bobot basah layak pasar, dan
bobot basah layak konsumsi tanaman baby kailan (Tabel 16).
Konsentrasi EC yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan dapat
menghambat pertumbuhan tanaman. Efisiensi akar tanaman dalam menyerap unsur
27

hara akan menurun apabila nilai EC yang terlampau tinggi (Wulansari, 2012). Hasil
bobot segar per tanaman kailan pada hidroponik sistem wick tertinggi diperoleh dari
penggunaan media tanam kombinasi (serbuk gergaji + arang sekam + cocopeat)
dengan nilai EC 2,0-2,5 mS cm-1 (Laksono dan Sugiono, 2016).

Tabel 16. Pengaruh tunggal jenis pupuk majemuk dan konsentrasi EC terhadap
panjang akar, bobot basah utuh, bobot basah tajuk, bobot basah layak
pasar, dan bobot basah layak konsumsi tanaman baby kailan varietas
Nova
Bobot Bobot
Bobot
Panjang Bobot basah basah
basah
Perlakuan akar basah utuh layak layak
tajuk
(cm) (g) pasar konsumsi
(g)
(g) (g)
Jenis pupuk
AB Mix 12,59a 39,59a 37,07a 35,20a 34,06a
Growmore 4,68b 4,12b 3,86b 2,81b 2,66b
Gandasil D 2,70c 1,40b 1,32b 0,60b 0,53b
Uji F ** ** ** ** **
Konsentrasi EC
1,5 mS cm-1 6,01b 14,48 13,56 12,43b 12,05b
2,0 mS cm-1 7,25a 15,58 14,62 14,56b 13,95b
-1
2,5 mS cm 6,71ab 15,05 14,07 19,45a 18,84a
Uji F * tn tn tn tn
Interaksi
Uji F ** tn tn tn tn
KK (%) 13,85 20,17 19,74 19,41 18,86
Keterangan: (**) berpengaruh nyata pada taraf uji 1%, (*) berpengaruh nyata pada taraf uji
5%, (tn) tidak berpengaruh nyata, angka-angka yang diikuti huruf yang sama
pada kolom dan peubah yang sama menunjukkan hasil tidak berbeda nyata
berdasarkan uji DMRT pada taraf α = 1% dan α = 5%, MST: minggu setelah
tanam.

Semua bagian tajuk tanaman baby kailan yaitu batang, tangkai daun, dan
daun dapat dikonsumsi. Perhitungan bobot basah layak pasar berbeda dengan
perhitungan bobot basah layak konsumsi. Perhitungan bobot basah layak konsumsi
dapat bersifat subjektif karena kesukaan setiap konsumen akan berbeda. Perbedaan
hasil pada kedua peubah tersebut yaitu disebabkan pada bobot basah layak
konsumsi dilakukan pemotongan bagian batang baby kailan yang sudah tua pada
baby kailan layak pasar. Hal tersebut karena konsumen biasanya memotong bagian
batang yang tua karena akan terasa keras atau alot jika dikonsumsi.
Perlakuan jenis pupuk majemuk memberikan pengaruh sangat nyata
terhadap bobot basah akar, bobot basah batang, bobot basah tangkai daun, bobot
basah daun, dan bagian yang dapat dikonsumsi. Aplikasi pupuk AB Mix
memberikan hasil bobot basah akar, bobot basah batang, bobot basah tangkai daun,
28

bobot basah daun, dan bagian yang dapat dikonsumsi terbaik dibandingkan dengan
pupuk Growmore dan Gandasil D. Perlakuan konsentrasi EC tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap bobot basah akar, bobot basah batang, bobot basah tangkai
daun, bobot basah daun, dan bagian yang dapat dikonsumsi. Hal ini menunjukkan
bahwa penambahan konsentrasi EC tidak dapat menginduksi peningkatan bobot
basah akar, bobot basah batang, bobot basah tangkai daun, bobot basah daun, dan
bagian yang dapat dikonsumsi dari tanaman baby kailan (Tabel 17).
Keragaan tanaman saat panen pada perlakuan pupuk AB Mix pada semua
konsentrasi EC adalah yang terbaik dibandingkan dengan pupuk Growmore dan
Gandasil D. Hal ini ditunjukkan dengan bobot basah tajuk, bobot basah layak pasar,
serta bobot basah layak konsumsi yang hampir sama. Kesamaan tersebut
menunjukkan hanya sedikit bagian tanaman dari baby kailan yang mengalami
kerusakan seperti daun menguning dan layu.

Tabel 17. Pengaruh tunggal jenis pupuk majemuk dan konsentrasi EC terhadap
bobot basah akar, bobot basah batang, bobot basah tangkai daun, bobot
basah daun, dan bagian yang dapat dikonsumsi (BDD) dari tanaman baby
kailan varietas Nova
Bobot
Bobot Bobot
Bobot basah
basah basah BDD
Perlakuan basah akar tangkai
batang daun (%)
(g) daun
(g) (g)
(g)
Jenis pupuk
AB Mix 2,53a 6,85a 8,05a 22,17a 86,22a
Growmore 0,25b 0,46b 0,43b 2,97b 63,40b
Gandasil D 0,09b 0,23b 0,14b 0,95c 25,97c
Uji F ** ** ** ** **
Konsentrasi EC
1,5 mS cm-1 0,92 2,24b 2,74 8,59 59,82b
2,0 mS cm-1 0,96 2,63ab 3,01 8,98 58,54b
-1
2,5 mS cm 0,99 2,68a 2,87 8,52 78,29a
Uji F tn tn tn tn tn
Interaksi
Uji F tn ** tn tn tn
KK (%) 33,75 16,47 21,40 22,00 16,86
Keterangan: (**) berpengaruh nyata pada taraf uji 1%, (*) berpengaruh nyata pada taraf uji
5%, (tn) tidak berpengaruh nyata, angka-angka yang diikuti huruf yang sama
pada kolom dan peubah yang sama menunjukkan hasil tidak berbeda nyata
berdasarkan uji DMRT pada taraf α = 1% dan α = 5%, MST: minggu setelah
tanam.
29

Hasil Perbandingan Morfologi Baby Kailan

Umur panen baby kailan berbeda dengan umur panen kalian. Penelitian ini
menggunakan metode perbandingan untuk menentukan umur panen baby kailan.
Ukuran baby kailan percobaan dibandingkan dengan ukuran kriteria panen baby
kailan Agribusiness Development Station sehingga jika sudah masuk kriteria, maka
baby kailan percobaan layak dipanen. Perbandingan baby kailan percobaan dan
Agribusiness Development Station tersaji pada Tabel 18.

Tabel 18. Perbandingan ukuran panen baby kailan varietas Nova percobaan dengan
Agribusiness Development Station*
Kriteria
Morfologi panen percobaan
Agribusiness
Peubah
Development Gandasil
AB Mix Growmore
Station* D
Tinggi tanaman (cm) 3,63- 5,63 11,81 4,97 3,84
Diameter batang (cm) 0,65- 0,85 0,52 0,24 0,22
Jumlah daun (helai) 2,86- 4,86 8,79 3,85 2,25
Panjang tangkai daun (cm) 5,35- 7,35 7,45 3,49 3,09
Panjang daun (cm) 7,79 - 9,79 12,37 6,17 4,48
Lebar daun (cm) 7,15- 9,15 11,44 6,56 4,62
Bobot basah tanaman (g) 9,00-11,00 35,20 2,81 0,33
Keterangan: Agribusiness Development Station merupakan proyek agribisnis hortikultura
dari kerjasama Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan Taiwan Technical
Mission (Misi Teknik Taiwan).

Hasil perbandingan didapatkan bahwa baby kailan percobaan layak dipanen


pada umur 4 MST karena telah masuk atau melebihi ukuran panen baby kailan
Agribusiness Development Station. Baby kailan percobaan yang layak dipanen
pada umur 4 MST hanya baby kailan yang diberi perlakuan pupuk AB Mix pada
semua konsentrasi EC, namun belum masuk kriteria pada peubah diameter batang
karena masih lebih kecil. Baby kailan yang diberi perlakuan pupuk Growmore dan
Gandasil D pada umur 4 MST beberapa sudah mengalami kematian sehingga jika
umur panen ditambah maka diperkiran akan semakin banyak tanaman yang mati.
Menurut Ramadhan et al. (2015), pemanenan baby kailan dilakuan saat tanaman
berumur 30 HST.
Pemanenan baby kailan pada umur 4 MST juga didasari karena beberapa
tanaman baby kailan menunjukkan gejala daun menguning pada umur 4 MST pada
perlakuan kombinasi pupuk AB Mix dengan konsentrasi EC 1,5 mS cm-1 yang
diduga karena kekurangan unsur nitrogen. Oleh karena itu, penggunaan konsentrasi
EC 1,5 mS cm-1 akan kurang baik jika digunakan untuk pembesaran baby kailan
lebih dari empat minggu. Perlakuan yang tidak menunjukkan gejala defisiensi unsur
hara hanya pada perlakuan pupuk AB Mix dengan konsentrasi EC 2,0 dan 2,5 mS
cm-1.
Keragaan baby kailan percobaan juga bermacam-macam yang disajikan
pada Gambar 7. Keragaan paling buruk yaitu terdapat pada perlakuan pupuk
Gandasil D yaitu daun tanaman menguning hingga mengering dan tanaman kerdil,
sedangkan pada perlakuan pupuk Growmore keragaan tanaman yaitu berdaun hijau
30

namun kerdil. Keragaan tanaman yang buruk dapat mengurangi keuntungan karena
kualitas paling diutamakan dalam budidaya sayuran. Perlakuan pupuk AB Mix
memiliki keragaan paling baik yaitu daun besar, berwarna hijau, mulus tanpa
lubang, dan diameter batang cukup besar.

(a.1) (a.2) (a.3)

(b.1) (b.2) (b.3)

(c.1) (c.2) (c.3)


Keterangan: (a): AB Mix, (b): Growmore, dan (c): Gandasil D
(1): konsentrasi EC 1,5 mS cm-1, (2): 2,0 mS cm-1, dan (3): 2,5 mS cm-1

Gambar 7. Perbandingan morfologi panen baby kailan varietas Nova percobaan


pada budidaya dengan teknik hidroponik sistem sumbu

Unsur nitrogen berfungsi untuk merangsang pertumbuhan secara


keseluruhan, membentuk hijau daun yang berguna dalam fotosintesis, dan
membentuk protein, lemak, dan persenyawaan organik lainnya. Tanaman akan
mengalami gejala defisiensi unsur nitrogen jika tanaman kekurangan unsur
nitrogen. Gejala kekurangan unsur nitrogen pada tanaman yaitu tanaman tumbuh
kurus dan tersendat, daun tua menguning dan mengering mulai dari bagian bawah
ke bagian atas, serta buah kerdil kekuningan dan cepat matang (Lingga dan
Marsono, 2013).
Hasil persentase pada Tabel 19 didapatkan dari jumlah tanaman sebesar 18
tanaman. Tabel 19 menunjukkan bahwa keragaan dan ukuran baby kailan
percobaan yang didapatkan berbeda pada setiap perlakuan jenis pupuk majemuk.
Hal tersebut dikarenakan bentuk N yang dikandung pada setiap pupuk majemuk
berbeda. Hanya perlakuan kombinasi pupuk AB Mix dengan semua taraf
konsentrasi EC yang layak untuk dijual sesuai tiga kriteria Agribusiness
Development Station (tinggi tanaman, jumlah daun, dan bobot basah layak pasar)
31

dengan persentase layak jual sebesar 100%. Pupuk AB Mix mengandung nitrogen
dalam bentuk NO3- (nitrat) dan NH4+ (amonium), sedangkan pupuk Growmore
mengandung nitrogen dalam bentuk NH3 (amoniak), NO3- (nitrat), dan CO(NH2)2
(urea), serta pupuk Gandasil D mengandung nitrogen dalam bentuk N total. Nitrat
dan amonium yang terkandung dalam AB Mix diserap tanaman dengan baik
sehingga dapat menghasilkan keragaan dan ukuran tanaman terbaik sehingga
persentase baby kailan layak jual pada perlakuan kombinasi pupuk AB Mix dengan
semua taraf konsentrasi EC sebesar 100%.
Tabel 19. Persentase baby kailan varietas Nova yang layak jual sesuai kriteria
Agribusiness Development Station*
Konsentrasi EC (mS cm-1)
Perlakuan
1,5 2,0 2,5
Tinggi tanaman (%)
AB Mix 100,00 100,00 100,00
Growmore 33,33 22,22 16,67
Gandasil D 50,00 33,33 11,11
Jumlah daun (%)
AB Mix 100,00 100,00 100,00
Growmore 83,33 22,22 22,22
Gandasil D 44,44 11,11 0,00
Bobot basah layak pasar (%)
AB Mix 100,00 100,00 100,00
Growmore 0,00 0,00 0,00
Gandasil D 0,00 0,00 0,00
Keterangan: Agribusiness Development Station merupakan proyek agribisnis hortikultura
dari kerjasama Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan Taiwan Technical
Mission (Misi Teknik Taiwan).

Perlakuan kombinasi pupuk Growmore dengan semua taraf konsentrasi EC


belum dapat dijual sesuai kriteria tersebut karena pada kriteria bobot basah layak
pasar persentase yang masuk yaitu 0%. Perlakuan kombinasi pupuk Gandasil D
dengan semua taraf konsentrasi EC belum dapat dijual sesuai kriteria tersebut
karena pada kriteria bobot basah layak pasar persentase yang masuk yaitu 0% dan
perlakuan kombinasi Gandasil D dengan konsentrasi EC 2,5 mS cm-1 pada kriteria
jumlah daun persentase yang masuk sebesar 0%. Terjadi penurunan persentase baby
kailan layak jual pada perlakuan pupuk Growmore dan Gandasil D pada kriteria
peubah tinggi tanaman dan jumlah daun seiring dengan peningkatan konsentrasi
EC. Hal tersebut diduga tanaman mengalami keracunan. Efisiensi akar tanaman
dalam menyerap unsur hara akan menurun apabila nilai EC yang terlampau tinggi
(Wulansari, 2012).
32

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Interaksi antara jenis pupuk majemuk dengan konsentrasi EC memberikan


pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman pada 1 dan 3 MST, panjang tangkai
daun pada 3 MST, dan panjang daun pada 1 MST, serta berpengaruh sangat nyata
terhadap tinggi tanaman pada 2 dan 4 MST, jumlah daun pada 3 MST, panjang
tangkai daun pada 1, 2, dan 4 MST, panjang akar, dan bobot basah batang. Aplikasi
pupuk AB Mix menghasilkan morfologi tanaman baby kailan yang sangat nyata
lebih baik dibandingkan dengan pupuk Growmore dan pupuk Gandasil D. Aplikasi
konsentrasi EC 1,5 mS cm-1 menghasilkan jumlah daun pada 2 MST, panjang daun
pada 1 MST, lebar daun pada 2 MST yang nyata lebih tinggi, serta memberikan
hasil jumlah daun pada 3 MST yang sangat nyata lebih tinggi dibandingkan
konsentrasi EC 2,0 mS cm-1 dan 2,5 mS cm-1. Kombinasi pupuk AB Mix dengan
konsentrasi EC 1,5 mS cm-1 pada budidaya baby kailan dengan hidroponik sistem
sumbu menghasilkan tinggi tanaman pada 3 MST, jumlah daun pada 3 MST,
panjang tangkai daun pada 2 dan 3 MST, dan panjang daun pada 1 MST yang nyata
lebih tinggi dibandingkan kombinasi lainnya. Pupuk AB Mix dan konsentrasi EC
1,5 mS cm-1 merupakan perlakuan terbaik untuk budidaya baby kailan dengan
hidroponik sistem sumbu.

DAFTAR PUSTAKA

[BPS dan Pusdatin] Badan Pusat Statistik dan Pusat Data dan Informasi. 2014.
Nilai Ekspor Impor Komoditas Hortikultura Tahun 2010-2014.
http://hortikultura.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2015/06/Bab-
III.pdf. [28 November 2016].
[Pusdatin] Pusat Data dan Informasi. 2014. Konsumsi Perkapita dalam Rumah
Tangga Setahun Menurut Hasil Susenas.
https://aplikasi2.pertanian.go.id/konsumsi/tampil_susenas_kom2_th.php.
[28 November 2016].
Alhadi D.G.D, Triyono S., dan Haryono N. 2016. Pengaruh penggunaan beberapa
warna lampu neon terhadap pertumbuhan tanaman kailan (Brassica
oleraceae) pada sistem hidroponik indoor. Jurnal Tenik Pertanian
Lampung. 5(1): 13-24.
Apriani H. D., Sumono, dan Panggabean S. 2015. Kajian kinerja irigasi tetes pada
tanah latosol dengan budidaya tanaman caisim (Brassica juncea L.). J.
Rekayasa Pangan dan Pert. 3(1). 109-116.
Hermawan. 2004. Pengaruh Tingkat EC (Electrical Conductivity) terhadap
Pertumbuhan Empat Varietas Selada pada Sistem Ebb dan Flow [Skripsi].
Departemen Biologi FMIPA. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Jensen M.H. 1997. Hydroponics. Hort.Science. 32(6):1018-1020.
33

Jones, Jr., J.B. 2005. Hydroponics: a Practical Guide for The Soilless Grower (2nd
ed.). CRC Press, Florida.
Karsono S. 2008. Pengenalan Sistem Hidroponik. Parung Farm, Bogor.
Karsono S. 2013. Exploring Classroom Hydroponics. Parung Farm, Bogor.
Kurniawan A. 2013. Akuaponik: Sederhana Berhasil Ganda. UBB Press:
Pangkalpinang.
Laksono R.A. dan Sugiono D. Karakteristik agronomis tanaman kailan (Brassica
oleraceae L. var. acephala DC.) kultivar Full White 921 akibat jenis media
tanam organik dan nilai EC (Electrical Conductivity) pada hidroponik
sistem wick. 2016.
Leiwakabessy F.M. dan Sutandi A. 2004. Diktat Kuliah Pupuk dan Pemupukan.
Departemen Tanah. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Lingga P. 1985. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Lingga P. dan Marsono. 2013. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Marlina I., Triyono S., dan Tusi A. 2015. Pengaruh media tanam granul dari tanah
liat terhadap pertumbuhan sayuran hidroponik sistem sumbu. Jurnal Teknik
Pertanian Lampung. 4(2): 143-150.
Mattjik A.A. dan Sumertajaya I.M. 2013. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi
SAS dan Minitab. IPB Press, Bogor.
Nugraha R.U. dan Susila A.D. 2015. Sumber sebagai hara pengganti AB Mix pada
budidaya sayuran daun secara hidroponik. J. Hort. Indonesia 6(1): 11-19.
Pitriana S.H. 2016. Efisiensi Produksi Sayuran Daun dengan Sistem Hidroponik
Nutrient Film Technique (NFT) di PT Amazing Farm, Lembang, Jawa Barat
[Skripsi]. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Poerwanto R. dan Susila A.D. 2014. Teknologi Hortikultura. IPB Press, Bogor.
Pratiwi P.R., Subandi M., dan Mustari E. 2015. Pengaruh tingkat EC (Electrical
Conductivity) terhadap pertumbuhan tanaman sawi (Brassica juncea L.)
pada sistem instalasi aeroponik vertikal. Jurnal Agro. 2(1): 50-55.
Ramadhan H., Tusi A., Suhandy D., dan Zulkarnain I. 2015. Rancang bangun
sistem hidroponik pasang surut untuk tanaman baby kailan (Brassica
oleraceae) dengan media tanam serbuk serabut kelapa. Jurnal Tenik
Pertanian Lampung. 4(4): 281-292.
Respati E., Komalasari W.B., Wahyuningsih S., dan Manurung M. 2015. Buletin
triwulanan ekspor impor komoditas pertanian. Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian. 7(1).
Rohmaniyah L.K., Indradewa D., dan Putra E.T.S. 2015. Tanggapan Tanaman
Kangkung (Ipomea reptans Poir.), Bayam (Amaranthus tricolor L.), dan
Selada (Latuca sativa L.) terhadap Pengayaan Kalsium secara Hidroponik.
Vegetalika. 4(2): 63-78.
Roidah I.S. 2014. Pemanfaatan lahan dengan menggunakan sistem hidroponik.
Jurnal Universitas Tulungagung Bonorowo. 1(2): 43-49.
Rosliani R. dan Sumarni N. 2005. Budidaya Tanaman Sayuran dengan Sistem
Hidroponik. Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Bandung.
Rosmarkam A. dan Yuwono N.W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius,
Yogyakarta.
34

Rubatzky E.V. dan Yamaguchi M. 1998. Sayuran Dunia Jilid 2. ITB Press,
Bandung.
Samadi B. 2013. Budidaya Intensif Kailan secara Organik dan Anorganik. Pustaka
Mina, Jakarta.
Sesanti R.N. dan Sismanto. 2016. Pertumbuhan dan hasil pakchoi (Brassica rapa
L.) pada dua sistem hidroponik dan empat jenis nutrisi. Jurnal Kelitbangan.
4(1).
Siregar J., Triyono S., dan Suhandy D. 2015. Pengujian beberapa nutrisi hidroponik
pada selada (Lactuca sativa L.) dengan teknologi hidroponik sistem
terapung (THST) termodifikasi. Jurnal Teknik Pertanian Lampung. 4(1):
65-72.
Soeseno S. 1985. Bercocok Tanam secara Hidroponik. PT Gramedia, Jakarta.
Subandi M., Salam N.P., dan Frasetya B. 2015. Pengaruh berbagai nilai EC
(Electrical Conductivity) terhadap pertumbuhan dan hasil bayam
(Amaranthus sp.) pada hidroponik sistem rakit apung (Floating
Hydroponics System). 9(2): 136-152.
Suhardi. 1983. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Kanisius, Yogyakarta.
Suhardiyanto H. 2009. Teknologi Ruman Tanaman untuk Iklim Tropika Basah
Pemodelan dan Pengendalian Lingkungan. IPB Press, Bogor.
Suhardiyanto H. 2010. Teknologi Hidroponik untuk Budidaya Tanaman. IPB Press,
Bogor.
Sutedjo M.M. 1994. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Untung O. 2004. Hidroponik Sayuran Sistem NFT (Nutrient Film Technique).
Penebar Swadaya, Jakarta.
Wachjar A. dan Anggayuhlin R. 2013. Peningkatan produktivitas dan efisiensi
konsumsi air tanaman bayam (Amaranthus tricolor L.) pada teknik
hidroponik melalui pengaturan populasi tanaman. Bul. Agrohorti. 1(1): 127-
134.
Wijayani A. dan Widodo W. 2005. Usaha meningkatkan kualitas beberapa varietas
tomat dengan sistem budidaya hidroponik. Ilmu Pertanian. 12(1):77-83.
Wulansari A.N.D. 2012. Pengaruh Macam Larutan Nutrisi pada Hidroponik Sistem
Rakit Apung terhadap Pertumbuhan dan Hasil Baby Kailan (Brassica
oleraceae var. alboglabra) [Skripsi]. Program Studi Agronomi. Fakultas
Pertanian. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Yanto. 2011. Model evapotranspirasi pada vegetasi dengan ketebalan kanopi yang
bervariasi. Dinamika Rekayasa. 7(1): 17-22.
LAMPIRAN
37

Lampiran 1. Tata letak percobaan

Ulangan II

J3K1 J1K2 J2K1 J1K1 J3K2 J2K2 J1K3 J3K3 J2K3

Ulangan I

J1K3 J3K2 J2K1 J2K2 J3K3 J1K1 J2K3 J1K2 J3K1

Ulangan III

J3K2 J2K3 J3K3 J1K2 J1K3 J2K1 J2K2 J3K1 J1K1

Barat

Selatan Utara

Timur

Keterangan:
J1 : Perlakuan pemberian larutan nutrisi dengan jenis komposisi AB Mix
J2 : Perlakuan pemberian larutan nutrisi dengan jenis komposisi Growmore
J3 : Perlakuan pemberian larutan nutrisi dengan jenis komposisi Gandasil D
K1 : Perlakuan pemberian larutan nutrisi dengan konsentrasi EC 1,5 mS cm-1
K2 : Perlakuan pemberian larutan nutrisi dengan konsentrasi EC 2,0 mS cm-1
K3 : Perlakuan pemberian larutan nutrisi dengan konsentrasi EC 2,5 mS cm-1
38

Lampiran 2. Rata-rata suhu dan kelembaban harian selama percobaan

Rata-rata suhu harian (°C) Rata-rata kelembaban harian (%)


Waktu
07.00 13.00 17.00 07.00 13.00 17.00
27-08-2017 21,2 38,0 27,6 90,0 32,0 55,0
28-08-2017 24,4 40,2 31,3 83,0 30,0 48,0
29-08-2017 23,2 38,1 25,3 91,0 38,0 83,0
30-08-2017 22,5 39,4 30,7 97,0 37,0 64,0
31-08-2017 22,8 40,5 30,8 97,0 33,0 63,0
01-09-2017 22,2 40,1 31,8 96,00 33,0 54,0
02-09-2017 22,0 40,2 31,2 96,0 31,0 54,0
03-09-2017 22,9 40,0 31,1 94,0 29,0 52,0
04-09-2017 23,1 39,9 31,7 94,0 34,0 55,0
05-09-2017 24,2 40,7 25,0 95,0 31,0 84,0
06-09-2017 24,1 39,1 26,4 95,0 32,0 75,0
07-09-2017 23,4 39,0 30,2 92,0 33,0 55,0
08-09-2017 23,0 41,0 32,1 95,0 32,0 52,0
09-09-2017 23,4 41,0 31,8 92,0 31,0 59,0
10-09-2017 24,1 39,3 28,1 96,0 33,0 73,0
11-09-2017 24,2 38,9 28,4 93,0 30,0 70,0
12-09-2017 25,1 39,6 28,8 94,0 30,0 57,0
13-09-2017 21,2 40,0 31,0 97,0 31,0 54,0
14-09-2017 23,8 39,3 30,9 93,0 32,0 53,0
15-09-2017 23,0 40,5 31,0 84,0 31,0 55,0
16-09-2017 24,5 39,8 31,3 90,0 29,0 49,0
17-09-2017 23,4 40,1 30,7 89,0 33,0 52,0
18-09-2017 24,1 40,1 30,0 92,0 30,0 55,0
19-09-2017 25,2 40,6 31,5 90,0 34,0 48,0
20-09-2017 24,5 39,8 27,1 91,0 30,0 78,0
21-09-2017 23,8 40,0 30,7 88,0 32,0 53,0
22-09-2017 22,4 40,5 25,6 93,0 32,0 87,0
23-09-2017 25,0 40,2 24,2 84,0 31,0 87,0
24-09-2017 25,1 39,7 25,0 90,0 30,0 86,0
39

Lampiran 3. Rata-rata evapotranspirasi dan kebutuhan pupuk harian

Rata-rata evapotranspirasi Rata-rata kebutuhan pupuk


harian (ml) harian (ml)
Waktu
AB Growmo Gandasil AB Growmo Gandasil
Mix re D Mix re D
27-08-2017 0,00 0,00 0,00 18,33 15,60 13,13
28-08-2017 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
29-08-2017 14,44 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
30-08-2017 138,89 53,33 76,67 0,00 0,00 0,00
31-08-2017 133,33 194,44 111,11 0,00 0,00 0,00
01-09-2017 191,11 168,89 195,55 0,00 0,00 0,00
02-09-2017 203,33 168,89 151,11 0,00 0,00 0,00
03-09-2017 166,67 183,33 190,00 0,11 0,00 0,00
04-09-2017 181,11 122,22 135,56 0,53 0,00 0,00
05-09-2017 165,56 137,78 80,00 0,09 0,00 0,00
06-09-2017 174,44 115,56 92,22 0,00 0,00 0,00
07-09-2017 182,22 116,67 112,22 0,48 0,00 0,00
08-09-2017 238,89 131,11 114,44 0,23 0,06 0,06
09-09-2017 262,22 166,67 111,11 0,65 0,22 0,00
10-09-2017 284,44 148,89 120,00 0,12 0,00 0,00
11-09-2017 348,89 187,78 142,22 0,61 0,00 0,00
12-09-2017 367,78 146,67 94,44 0,34 0,00 0,00
13-09-2017 374,44 140,00 112,22 0,64 0,00 0,00
14-09-2017 450,00 140,00 107,78 0,50 0,00 0,00
15-09-2017 475,55 158,89 95,55 0,74 0,00 0,00
16-09-2017 582,22 182,22 113,33 0,86 0,00 0,00
17-09-2017 746,67 205,56 133,33 1,00 0,00 0,00
18-09-2017 767,78 224,45 178,89 1,09 0,00 0,00
19-09-2017 567,78 112,22 78,89 1,18 0,00 0,00
20-09-2017 744,45 133,33 114,44 0,88 0,00 0,00
21-09-2017 814,44 156,67 128,89 1,25 0,00 0,00
22-09-2017 983,33 128,89 153,33 2,28 0,00 0,00
23-09-2017 964,44 155,56 135,56 0,65 0,04 0,00
24-09-2017 931,11 170,00 125,56 1,39 0,00 0,00
40

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Denpasar, Bali pada 22 September 1995. Penulis


merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak I Gusti Made
Krisna Erawan dan Ibu Luh Dewi Anggreni. Pendidikan menengah atas ditempuh
penulis pada tahun 2010-2013 di SMA Santo Yoseph Denpasar.
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2013 melalui
jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama
perkuliahan, penulis mengikuti kepengerusan di UKM Kerohanian Kesatuan
Mahasiswa Hindu Dharma Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai