Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KELOMPOK 13
Timothy 150116017
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SURABAYA
2017
Pendahuluan
- Konseling pekerjaan
d) Metodemetode penilaian
tujuan. Kriteria adalah caracara untuk mendeskripsi pegawai yang sukses
itu seperti apa, contohnya dari kehadiran, kualitas kerja, dan keselamatan
adalah tiga kriteria yang paling penting untuk seorang pegawai yang
sukses. Sekarang, bagaimana kita bisa mengukur kehadiran, kualitas, dan
keselamatan? Ada dua pilihan penting yang harus dibuat: pusat dimensi
penilaian kinerja dan penggunaan ranking atau rating.
i. Pusat dimensi penilaian
Kita harus mengetahui dimensi penilaian kinerja seseorang. Tanpa
panjang kata, berikut penjelasan dimensi penilaian yang berupa sifat,
kompetensi, jenisjenis tugas, tujuannya, dan kinerja kontekstual.
Dimensi kinerja traitfocused
supervisor hanya sekedar “jadilah orang yang lebih bertanggung
jawab dan ramah”. Saran seperti itu tidak cukup untuk mengubah
perilakunya karena tidak cukup spesifik.
Dimensi kinerja competencyfocused
pegawai, kemampuan, dan keahlian. Contohnya, keahlian menulis,
mengatur dimensi dalam kompetensi adalah mudah untuk memberi
writing skill nya buruk, maka pegawai tersebut harus mengambil
writing course.
Dimensi kinerja taskfocused
berkonsentrasi pada tugastugas yang muncul bersamaan dan bisa
juga membayangkan kinerja pegawai, biasanya lebih mudah untuk
membenarkan kesalahannya jika skor seorang pegawai lemah pada
sebuah dimensi.
Dimensi kinerja goalfocused
yang dicapai oleh pegawai. Keuntungannya pendekatan dimensi ini
membuat pegawai lebih mudah untuk mengerti mengapa perilaku
tertentu diharapkan. Jika dua hal yang mendasari tujuan tersebut,
akan menjadi penting dan jelas tujuan tersebut.
Kinerja kontekstual (Contextual Performance)
contextual performance, yang adalah, usaha seorang pegawai bisa
mengerjakan tugastugas yang diperlukan tapi tidak selalu bagian
yang ingin pegawaipegawainya tidak hanya pegawai yang efektif
tapi dapat berorganisasi dengan baik juga.
ii. Menimbang dimensi
dimensidimensi membuat rasa filosofis yang baik, beberapa dimensi
semua dimensi secara sama agar lebih mudah untuk menghitung dan
menjelaskan kepada para pegawai secara administratif.
performance)
menggunakan employee comparisons, objective measures, atau rating.
Tiga hal tersebut dapat digunakan sesuai hasil yang diinginkan, berikut
penjelasan penggunaan halhal tersebut.
Perbandingan pegawai (Employee comparisons)
individual dalam skala. Berikut penjelasan tiga sistem employee
comparisons.
yang paling atas dan bawah cukup mudah, tetapi memutuskan 2
atau ke31 akan lebih susah.
Paired comparison: Metode ini mengaitkan perbandingan
pegawai yang terbaik.
terbagibagi, maka ada persentase tertentu pegawai yang buruk,
ratarata, dan bagus.
Pengukuran objektif (Objective measures)
kinerja. Berikut penjelasan empat sistem objective measures.
dalam kuantitas didapat dari menghitung jumlah perilaku kerja
yang sesuai di tempat.
Kualitas kerja (Quality of work): kualitas biasanya diukur dari
ada standar yang membandingkan pekerjaan pegawai.
melihat kinerja pegawai adalah melihat kehadirannya.
Keamanan (Safety): para pegawai yang mengikuti aturan, tidak
akan ada kecelakaan yang terjadi di ruang lingkup pekerjaan
pekerjaan pegawai pada setiap dimensi. Berikut dua jenis ratings
of performance:
Graphic rating scale: skala yang sederhana, dari 5 sampai 10
dimensi ditambah katakata semacam “baik” dan “buruk” yang
mengikuti ujung skala. Keuntungannya adalah penggunaannya
mudah, tapi skala ini dikritik karena risiko kesalahannya cukup
besar.
Behavioral checklists: metode ini terdiri dari daftar perilaku,
dapat melakukan yang disuruh oleh organisasi dan masih tidak
Faktorfaktor tersebut dinamai kontaminasi.
e) Melatih penilai (Train raters)
penting dalam sistem penilaian kinerja (Hauenstein, 1998). Ketika para
meningkatkan kepuasan pegawai dengan penilaiannya. Pelatihan tersebut
mengedukasi penilai dengan informasi seputar pekerjaan, berlatih dalam
dilatarbelakangi bidang rating (Hauenstein & Foti, 1989). Tujuan frameof
reference training adalah mengkomunikasi definisi kinerja organisasi yang
pegawai yang relevan ketika evaluasi kinerja (Uggerslev & Sulsky, 2008).
f) Observasi dan dokumentasi
supervisor mengobservasi perilaku pegawai dan mendokumentasi critical
buruk kinerja pegawai. Dokumentasi tersebut tertulis dalam buku catatan
critical incident yang berisikan kinerja baik dan buruk pegawai yang
diobservasi oleh supervisor.
sebagai, berikut:
Kesan pertama: Penelitian psikologi mengindikasi bahwa kita
kepribadiannya. Sadar pada kesan pertama itu penting karena
kinerja bisa berubahubah, yang artinya bahwa seseorang yang
performanya bagus pada tahun pertama bisa jadi performanya
tidak bagus selama beberapa tahun kemudian (Reb & Greguras,
2008).
perilaku terkini selama periode evaluasi.
dan kreatif dan mendapatkan promosi jabatan.
Konsistensi perilaku dengan opini supervisor: Kita cenderung
sungguh susah untuk dilupakan.
pegawainya daripada sifatnya, membantu supervisor mengingat perilaku
perilaku ketika mengevaluasi kinerja, dan memberikan contoh perilaku
saat mereview rating kinerja dengan pegawaipegawai.
Distibution error
Kesalahan yang paling umum saat mengevaluasi
penilaian kinerja termasuk distribusi nilai di skala nilai, yang
dikenal sebagai distribution error. Distribution error terjadi
saat penilai hanya meggunakan satu bagian dari penilaian skala.
Contohnya, dari 5 skala nilai, supervisor mungkin menilai
semua pekerjaanya dari 4 atau 5.
Halo error
Halo error terjadi saat penilai membolehkan atribut
tunggal atau kesan semuanya dari individu untuk
mempengaruhi nilai yang ia buat di setiap dimensi kerja yang
relevan. Contohnya, guru mungkin berpikir bahwa yang siswa
mempunyai kreativitas tinggi sebagai anak yang pintar,
faktanya, siswa tersebut mempunya nilai dibawah rata-rata.
Halo effect terjadi saat penilai mempunya pengetahuan
yang kurang tentang pekerjaan, dan tidak familiar dengan
orang yang akan dinilai (Kozlowski, Kirsch, & Cao ,
1986).Halo error juga terjadi saat penilaian kelompok daripada
supervisor menilai dari subordinates (Viswesvaran, Schmidt, &
Ones, 2005). Halo error mungkin atau tidak mungkin menjadi
masalah yang serius (Balzer & Sulsky, 1992). Hal ini dapat
dikurangi dengan mempunyai supervisor yang menilai tiap
trait at separate times. Oleh karena itu, supervisor mungkin
menilai pegawai di kehadirannya dalam satu hari dan kemudian
melihat selanjutnya.
Proximity error
Proximity error yaitu kesalahan yang terjadi ketika
penilaian terhadap satu dimensi mempengaruhi penilaian
dimensi selanjutnya yang berdekatan atau memiliki kesamaan
lokasi. Contohnya, supervisor memberikan pegawai nilai 5 di
dimensi awal. Karena dimensi kedua secara fisik berada pada
form rating di samping yang pertama, ada kecenderungan
untuk memberikan rating yang sama pada dimensi pertama dan
kedua.
Contrast error
Contrast error yaitu kesalahan penilaian pegawai akibat
evaluator terpengaruh oleh penilaian pegawai sebelumnya
(Bravo & Kravitz,1996). Sebagai contoh, manajer bank
mempunyai 6 pegawai yang dinilai dua kali dalam setahun tiap
5 Februari dan 5 Agustus. Manajer membuat evaluasi dalam
urutan abjad, dimulai dari Joan Carr kemudian Donna Chan.
Joan Carr adalah pegawai bank terbaik yang ada, dan ia
kemungkinan menerima nilai tertinggi di setiap dimensi.
Setelah menilai Carr, manajer akan menilai Chan. Saat
dibandingkan dengan Carr, Chan bukanlah pegawai yang baik.
Chan mungkin mendapat penilaian yang sangat rendah, diawah
nilai yang seharusnya diterima saat ia dinilai setelahnya Carr.
Infrequent observation
Kesalahan penilaian kinerja akibat supervisor tidak
memiliki kesempatan untuk mengamati langsung perilaku kerja
pegawainya. Infrequent observation terjadi karena 2 hal.
Pertama, para manager sering sibuk dengan pekerjaan mereka
sendiri sehingga mereka tidak mempunyai waktu untuk “walk
the floor” dan mengamati perilaku pegawainya. Karena itu,
mereka membuat kesimpulan berdasarkan pekerjaan yang telah
diselesaikan atau melalui kepribadian pegawai (Fieldman,
1981).
Wawancara (Interview)
Karena pegawai dan supervisor sering merasa cemas
tentang review kinerja, ini ada, ide bagus untuk memulai
evaluasi dengan sedikitperbincangan (basa-basi) untuk
mengurangi ketegangan.
PUSTAKA ACUAN
Anupama, Binu, M. & Dulababu, T. (2011). The need of ‘720 degree performance
appraisal’ in the new economy companies. ZENITH, 1(4), 39-50.
Byars, L. I. & Lelie W. R. (2006). Human resource management (8thed.).
McGraw-Hill, USA.