Anda di halaman 1dari 10

KEBERLANJUTAN MATERIAL KONSTRUKSI PADA

PEMBANGUNAN RUMAH BETAWI

Khotijah Lahji,1 Rita Walaretina,2


1Jurusan Arsitektur, FTSP-Universitas Trisakti, Jakarta, email : iik_lahji@yahoo.com
2Jurusan Arsitektur, FTSP-Universitas Trisakti, Jakarta, email : ritawalaretina@gmail.com

INFORMASI ARTIKEL Abstrak


Masyarakat Betawi pada awalnya bermukim di daerah pesisir dan
pedalaman kota Jakarta. Perkampungan Betawi di daerah
pedalaman berada diantara kebun buah dengan lahan yang cukup
luas. Pembangunan rumah Betawi biasanya dilakukan secara
bergotong royong dan menggunakan bahan lokal berasal dari
kayu yang tersedia di sekitar rumah. Pada dasarnya rumah Betawi
memiliki tiga tipe rumah dengan bentuk yang sederhana. Material
konstruksi serta metoda membangun yang digunakan pada saat
itu terbukti mengkonsumsi rendah energi melalui penggunaan
material yang renewable, dan reuse. Proses modernisasi serta
perubahan yang terjadi akibat tuntutan jaman, mengakibatkan
hilangnya sebagian besar rumah Betawi. Upaya pemerintah untuk
tetap menghadirkan kembali rumah Betawi sebagai representasi
dari kearifan lokal dilakukan melalui replika rumah Betawi yang
menggunakan material baru. Eksplorasi tentang budaya
membangun rumah Betawi yang ramah lingkungan serta nilai-
nilai yang mendasari konsep keberlanjutan adalah informasi
penting dalam menentukan material yang tepat pada
pembangunan rumah Betawi saat ini. Penggunaan bahan
konstruksi rumah Betawi asli dapat digantikan dengan alternatif
Kata kunci: jenis material lainnya yang tetap memperhatikan prinsip-prinsip
Keberlanjutan, keberlanjutan.
Material konstruksi,
Rumah betawi Kata Kunci: keberlanjutan, material konstruksi, rumah Betawi

Abstract
Betawi people were originally settled in the coastal and inland areas
of Jakarta. Betawi village in the hinterland is among the fruit
gardens with a large land. The construction of Betawi houses is
usually perfomed by mutual cooperation among the community and
by using local materials, i.e., wood which is available from the
surrounding areas. Basically there are three types of Betawi houses
in its simple form. In building the house, the low energy consumption
is applied through the use of renewable and reuse materials.
However, the process of modernization and the changing of times
resulted in the loss of many Betawi houses. The government's effort
to maintain the Betawi house as the representative of local wisdom
can be achieved through the replica of Betawi house by using new
materials. The exploration of the environmental friendly building
methods as well as sustainability concept of the Betawi house are
important information in determining the right materials for the
current construction of Betawi house. The use of original materials
for Betawi house can be replaced by the other types of materials as
an alternative that remain attentive to the principles of
sustainability.
Keywords: sustainability, construction materials, Betawi house

© 2018
115
PENDAHULUAN masyarakat asli betawi tempo dulu belum banyak
Latar Belakang terungkap.

Etnis Betawi dikatakan sebagai penduduk asli Upaya pemerintah untuk menghadirkan kembali
(indigenous people) Jakarta, merupakan suku yang permukiman bernuansa Betawi, diwujudkan pada
terbentuk dari campuran orang-orang Melayu, penataan lingkungan pada kawasan rural yang
Sunda, Jawa, Bugis, Makassar, Bali, Ambon dan ras memiliki Setu (danau), dihuni oleh sebagian
lain seperti Arab, Cina, Portugis dan lain sebagainya masyarakat Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah,
(Hidayah, 1997). Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Kawasan ini
ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya Betawi
Perkampungan Betawi pada awalnya berada di yang disebut Perkampungan Budaya Betawi melalui
daerah pedalaman (Condet, Kebun Jeruk, Ciputat ketetapan pemerintah dengan Surat Keputusan
Sukabumi Ilir dan beberapa wilayah lain) dan di Gubernur DKI Jakarta No.92 tahun 2000, dilengkapi
pesisir (wilayah Marunda Pulo dan Marunda Besar) dengan Peraturan Daerah No.3 tahun 2005.
Jakarta. Condet dan Marunda Pulo pada awaknya Perkampungan ini dikenal nama Setu Babakan dan
merupakan dua wilayah yang paling banyak rumah memiliki luas wilayah 289 ha.
Betawi asli dan mendapat perlindungan dari Pemda
DKI. Pada kawasan ini pemerintah menetapkan
beberapa zona dan membangun replika beberapa
Perkampungan masyarakat Betawi di daerah rumah Betawi pada zona inti yang berfungsi sebagai
pedalaman biasanya berpencar, dikelilingi oleh pusat informasi tentang budaya Betawi dan wisma
kebun buah yang luas dengan batas kepemilikan yang dapat digunakan oleh masyarakat luas.
lahan ditandai melalui penanaman pohon-pohon. Pembangunan replika rumah Betawi yang
Sedangkan permukiman yang berada di daerah dilakukan memakai material baru yang
pesisir biasanya rumah-rumah cenderung mendominasi elemen konstruksi.
berkelompok dekat dengan badan air (sungai dan
laut) dan dipadati oleh empang-empang tempat Perbedaan proses pembangunan rumah Betawi asli
pembiakan ikan. (tempo dulu) dengan replika rumah Betawi yang
ada saat ini, memberikan informasi mengenai
Pada dasarnya rumah Betawi memiliki bentuk dan material konstruksi dalam pelaksanaan
pembagian ruang yang sederhana, tidak terikat oleh pembangunannya terkait dengan prinsip-prinsip
kepercayaan maupun orientasi tertentu dalam berkelanjutan. Hal ini berguna sebagai bahan
perletakannya (Harun dkk, 1991). Struktur yang pertimbangan bagi pihak-pihak berkepentingan
digunakan juga bersifat fungsional, dikelompokkan untuk menentukan jenis material konstruksi agar
ke dalam tiga jenis bangunan (rumah), yaitu: rumah konsep keberlanjutan dapat terlaksana dengan
gudang, rumah joglo, dan rumah bapang/kebaya maksimal.
(Harun, dkk, 1991). Pembangunan rumah Betawi
yang asli dilakukan bersama secara gotong-royong, Konsep Berkelanjutan
menggunakan bahan lokal berupa kayu-kayu yang Pada hakekatnya konsep pembangunan
ada di sekitar rumah mereka dengan konsumsi berkelanjutan meliputi fisik maupun non fisik.
energi yang rendah dalam proses Proses berkelanjutan dapat diperumpamakan
pembangunannya. sebagai bola salju, dimulai dari program kecil dan
Perkembangan kota Jakarta dan perubahan yang kegiatan sederhana menuju program yang lebih
terjadi akibat tuntutan jaman mengakibatkan besar dan kompleks, membutuhkan sumber daya
pudarnya kultur Betawi serta hilangnya sebagian dan waktu yang panjang.
besar permukiman Betawi. Rumah-rumah Betawi Pembangunan berkelanjutan merupakan integrasi
mengalami transformasi akibat tuntutan fungsi dan dari aspek teknologi, ekologi dan ekonomi untuk
pengaruh modernisasi. Namun demikian masih mencapai kualitas bangunan yang akan
dapat ditemui beberapa rumah yang mendekati asli memberikan dampak positif bagi manusia dan
di daerah Petamburan, Pejompongan dan Palmerah lingkungannya. Konsep keberlanjutan ini tetap
dalam lingkungan yang jauh berbeda dari aslinya. diupayakan selama fase daur hidup bangunan, yang
Perekaman tentang rumah Betawi asli sampai saat diawali dari rancangan, konstruksi dan
ini masih terbatas pada hirarki ruang, bentuk pemanfaatan bangunan (operasional, pemeliharaan
bangunan dan penggolongan tipe rumah Betawi dan perawatan bangunan), terkait dengan
melalui sketsa (Harun dkk, 1991). Sedangkan detil konservasi energi, air, dan material serta reuse dan
tentang bagaimana cara membangun dan recycle limbah padat, cair, dan gas (Yodelson, 2009).
penggunaan material lokal sebagai kejeniusan Prinsip pembangunan berkelanjutan meliputi:
reduce (pengurangan dalam pemanfaatan sumber
116
daya), reuse (pemakaian kembali), recycle Greenship, 2013; CIB dalam Kemenpera, 2015)
(pemakaian kembali hasil olahan baik sumber daya dapat disimpulkan bahwa implementasi konsep
alam maupun buatan). Ketiga prinsip tersebut keberlanjutan pada rumah Betawi adalah
bertujuan untuk efisiensi biaya daur hidup pentahapan konstruksi dengan memperhatikan
bangunan (effiiency of life cycle costing) dan aspek keberlanjutan material dan budaya antara
mendapatkan kualitas hidup terbaik. Semua prinsip lain: reduce (efisiensi), reuse, participatory planning
keberlanjutan dapat dicapai pada setiap tahap and construction, natural protection, cultural (local
pembangunan yang diawali dengan tahap wisdom) seperti tercantum pada Gambar 1.
perencanaan, pemrograman, pengembangan
rancangan, konstruksi, operasional, pemeliharaan,
modifikasi, dan dekonstruksi (Greenship, 2013).
Dampak pemanasan global dan perubahan iklim
akibat eksploitasi secara besar-besaran terhadap
alam yang tidak diikuti oleh pemikiran jangka
panjang berdasarkan konsep berkelanjutan
menghasilkan hal-hal negatif yang tidak dapat
dihindari (Kemenpera, 2015). Pola berfikir jangka
panjang ini harus disosialisasikan pada semua pihak Gambar 1. Implementasi Konsep Keberlanjutan
atau stakeholder untuk bersama-sama bertanggung Rumah Betawi.
jawab melestarikan pembangunan yang ekologis
baik fisik maupun nonfisik (sosial budaya). Hal ini Pemakaian material konstruksi, non konstruksi
dapat tercapai apabila keikutsertaan pihak serta dimensi material dalam pembangunan rumah
pemerintah dalam mengatur pelaksanaan konsep tinggal dibagi dalam beberapa klasifikasi yang teriri
keberlanjutan sebagai wujud penertiban dalam dari 5 kelas, seperti pada Tabel 1.
keberlanjutan pembangunan yang berwawasan Tabel 1. Klasifikasi kualitas kayu
lingkungan. Keikutsertaan pemerintah ini dapat
diwujudkan dalam bentuk regulasi atau peraturan. K Tipe Kerap Kuat Kuat Kegunaan
lasikas kayu atan lentur tekan Dalam
i kayu kayu kayu kayu konstruksi
Pelaksanaan prinsip keberlanjutan material (kg/cm² (kg/c
bangunan dan efisiensi energi pada rumah tinggal ) m²)
meliputi siklus dan efisiensi material yang sesuai I Ulin/ Jati ˃ 0,90 ˃1100 ˃ 650 Pondasi,
kolom ,balok
dengan konsep ramah lingkungan, terdiri atas dan sloof
beberapa tolok ukur, antara lain (Greenship 2013: I Bengkirai/ 0.60- 725- 535- Pondasi
I Merbau 0,90 1100 650 panggung,
4/1-40): kolom,
• Pemakaian kembali material bekas baik dari Balok, atap
bangunan lama atau dari tempat lain minimum I Kamper 0.40 - 500- 300- Dinding,
II /Kruing/ .60 725 425 kusen dan
5-10% atau lebih dari material bangunan Kelapa lisplank
secara keseluruhan I Meranti 0.30 - 360- 215- -
V 0.40 500 300
• Pemakaian kembali hasil olahan material V sengon ˂ 0.30 < 360 < 215 -
proses daur ulang sebagai material bangunan Sumber: Atlas Kayu Indonesia, 2005
minimal 5-10% dari material bangunan
• Pengurangan (pemakaian material dengan Kayu klas I dan II dapat digunakan sebagai material
secara efisien) melalui analisa beban struktur konstruksi apabila umur kayu telah mencapai masa
(value engineering), dengan redimintion produktif pada umur minimal 40 - 50 tahun. Pada
material bangunan yang tepat, sesuai besaran masa tersebut pertumbuahan diameter kayu
beban struktur serta kekutan konstruksinya. mencapai 0.75-1cm/tahun dengan ketinggian 0.75-
• Penggunaan material dengan bahan baku 1m/tahun. Dengan usia tersebut diatas dan capaian
utama yang berasal dari sumber daya secara radial mencapai 35-50 cm dengan ketinggian
terbarukan dengan masa panen jangka pendek mencapai 40-60 meter. Penambahan ketebalan
(˂10 thn) minimal 2-5% dari material yang (diameter) kayu setelah umur 50 th, mengalami
digunakan perlambatan yaitu 0.5 cm pertahun. Maka untuk
• Penggunaan material lokal atau regional mencapai diameter 60-70 cm memerlukan waktu
dengan tujuan mengurangi jejak karbon dan 70-80th. Sedangkan kayu klas III dan IV mengalami
konservasi energi yaitu pengangkutan material pertumbuan secara radial sebesar 1cm per tahun
tidak melebihi jarak 1000 km dan minimal 10%. (Muliadi, Lahji, Simurangkir, Ruslim, 2017).
Konsep kerangka berfikir keberlanjutan dan aspek
material berkelanjutan (Edwards et al, 2012;
117
Tabel 2. Klasifikasi Keawetan kayu METODE
Kondisi Durasi Penelitian ini merupakan studi kualitatif-
Konstruksi eksploratif untuk mendeskripsikan pembangunan
I II III IV V rumah Betawi terkait dengan nilai-nilai yang
Pada tanah 10-20 5-15 5-10 Sangat Tidak mendasari proses keberlanjutan pembangunan dan
lembab tahun tahun tahun pendek dianjur
penggunaan material yang ramah lingkungan.
Tidak 20 15 10 bebera Sangat
terendam tahun tahun tahun pa pendek Metode wawancara semi-terstruktur, pengukuran
air tahun lapangan serta penggambaran ulang dilakukan
Dibawah takter takter Sangat Bebera pendek dengan langkah-langkah berikut ini meliputi :
Rangka batas batas lama pa • Wawancara kepada pelaku konstruksi yaitu
atap tahun
Rangka takter takter takter 20 20 pemilik atau penghuni rumah tentang proses
atap+ cat batas batas batas tahun tahun pembangunan, proteksi alam secara natural,
Serangan tidak jaran cepat sangat sangat pengawetan material yang di kerjakan oleh
rayap- g cepat cepat masyarakat Betawi.
tanah
Serangan tidak tidak hampi Tidak sangat
• Pengukuran langsung luas ruang dalam rumah
bubuk r tidak berarti cepat Betawi yaitu rumah milik ibu Latifah di
kayu Pejompongan dan rumah milik pak Khotip di
Sumber: Atlas Kayu Indonesia, 2005 Pejompongan.
• Pengukuran material konstruksi pada bagian
Bahan konstruksi pada rumah Betawi selain kayu dinding dan atap
buah-buahan, juga digunakan bambu. Bambu yang • Idetifikasi dan pengelompokan kayu dan
tumbuh di Indonesia pada umumnya terdiri dari 6 bamboo sebagai material utama konstruksi.
jenis bambu, yaitu bambu ori, petung, legi/batu, • Identifikasi material atap dan lantai
apus, ulung dan ampel. Setiap jenis bambu memiliki • Informasi tentang konsumsi energi dalam
kualitas serta kegunaan yang berbeda dalam proses pembuatan (industri) dan pemasangan
konstruksi bangunan (Tabel 3). material konstruksi bangunan (Tato, Giaovanni
Claresta. 2011)
Tabel 3. Klasifikasi kualitas bambu
Data tersebut digunakan sebagai bahan untuk
Jenis Wak- Kepa Kuat Kuat Manfaat
bambu dalam
menganalisis keberlanjutan rumah Betawi yang
tu Datan/ lentur/ teka
panen kg/cm³ kg/cm n/ konstruksi berkaitan dengan: effisiensi material, konsumsi
² kg/c energi, proteksi lingkungan alam dan konservasi
m² kearifan lokal untuk mendukung konsep
Ori 6-8 th 0.744 880 450 Bahan keberlanjutan rumah Betawi. Aspek green building
struktur
bangunan dan konsep sustainable construction, dalam
Petung 5-6 th 0.717 939 471 Konstruksi melaksanakan pembangunan dan penggunaan
atap, material digunakan dalam menganalisis data.
dinding
Legi/ba 3-4 th 0.613 796 390 Sumpit
tu makanan HASIL DAN PEMBAHASAN
Apus 1-3 th 0.590 818 371 pagar
Metode Membangun Rumah Betawi
Ulung 2-3 th 0.685 838 384 alat musik
Ampel 4-5 th 0.769 991 458 Bahan Berdasarkan Peraturan Kemenpera no:
bangunan 05/PRT/M/2015 tentang Implementasi Konstruksi
Sumber: Tato, 2013 Berkelanjutan (Sustainable Contruction) yang telah
Konsumsi energi untuk setiap bahan bangunan didiskripsikan oleh CIB (Council International du
memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Hal ini Batiment atau International Council for Building
dapat dilihat pada Tabel 4. (Kemenpera, 2015), bahwa konstruksi
berkelanjutan adalah pendekatan yang dimulai dari
Tabel 4. Konsumsi energi material bangunan kesadaran pelaku konstruksi terhadap pentingnya
penerapan bangunan berkelanjutan.
Material Konsumsi Kepadatan Penggunaan energi Konsep membangun yang berkelanjutan dilakukan
energi kg/cm3 MJ/cm3
MJ/kg secara bertahap yaitu pemrograman,
Beton 0.80 2400 1920 pengembangan desain dan konstruksi. Keseluruhan
Baja 30 7800 234000 pentahapan ini harus memperhatikan aspek
Kayu 0,5-1 600 300 efisiensi (reduce), penggunaan kembali (reuse)
Bambu 0.5 600 300 material dan energi, proteksi alam terhadap
Sumber: Tato, 2013 ekosistim akibat dampak dari pembangunan. Hal ini
118
perlu dilestarikan karena proses pembangunan Betawi. Pohon buah-buah yang ditanam
rumah Betawi merupakan kearifan lokal di samping selain kelapa adalah pohon mangga bacang,
kegiatan budaya lainnya. Masyarakat Betawi tempo sawo, nangka, jambu, duku dan rambutan
dulu telah melakukan pembangunan rumah adat serta belimbing (hasil wawancara dengan
yang melibatkan seluruh masyarakat secara gotong bapak Sholohin 2015). Semua jenis
royong. Pentahapan pembangunan rumah Betawi tanaman di atas merupakan jenis vegetasi
disederhanakan menjadi tiga tahap, yaitu: dengan tajuk yang cukup lebar. Vegetasi
perencanaan, pengembangan desain, serta dengan batang besar yaitu pohon kelapa,
konstruksi. sawo, mangga, nangka, cempedak
dimanfaatkan sebagai material konstruksi
a. Tahap perencanaan dan pengembangan dan akan ditanam di bagian samping dan
rancangan pada rumah Betawi, meliputi: depan rumah. Pembatas lahan
• Penentuan lahan, luasan dan vegetasi menggunakan tanaman bluntas, saga,
Pembangunan rumah Betawi dilakukan bangle, sekaligus sebagai tanaman obat.
secara turun temurun dari lahan yang telah Tanaman obat-obatan lainnya (jahe, serai,
dibagikan oleh orang tua kepada anaknya, salam, jeruk limau dan blimbing sayur)
dengan luas lahan adalah 400 sampai 800 ditanam pada bagian belakang rumah,
m² (hasil wawancara dengan ibu Latifah dekat dengan dapur.
2015). Penentuan lahan didasarkan konsep Hasil dari pohon buah-buahan di atas
keberlanjutan proteksi alam terhadap menambah pendapatan keluarga. Hal ini
banjir dan longsor. Upaya proteksi yang sesuai dengan konsep keberlanjutan
dimaksud adalah penanaman pohon buah- ekonomi keluarga. (Yodelson, 2009).
buahan yang juga berfungsi sebagai
peneduh sekaligus berfungsi untuk b. Tahap perancangan rumah betawi
mengurangi polusi (CO2). Konsep Rumah Betawi yang akan dirancang dalam hal
peneduhan merupakan pendinginan pasif ini adalah tipe rumah Bapang. Bentuk rumah
(penurunan suhu ruang luar) pada adalah empat persegi panjang, terbagi dalam 3
kawasan permukiman betawi, yang kelompok ruang, yaitu: ruang depan, ruang
sekaligus sebagai implementasi konsep tengah dan ruang belakang. Rumah ini memiliki
green building (Greenship, 2013). bentuk atap pelana yang tidak penuh. Kedua sisi
• Pengolahan ruang luar (pekarangan). luar atap merupakan terusan dengan sebutan
Jenis vegetasi yang ditanam pada ruang luar sorondoy. Sedangkan detail dan ragam hias
adalah kelapa. Pohon kelapa sebagai yang menunjukkan adanya pengaruh dari
tanaman wajib karena batangnya dapat berbagai kebudayaan, merupakan hal signikan
dimanfaatkan sebagai material bangunan, sebagai karakter rumah Betawi.
daunnya untuk pembungkus ketupat dan Karakter rumah Betawi secara visual dikenali
buahnya digunakan untuk campuran dodol melalui: ragam hias pada atap (gigi balang),
langkan (pagar teras) dan elemen konstruksi
(kolom, dinding, kusen dan komponen balok
yang terlihat); yang dibuat dari material kayu.

Belakang

tengah

Depan
Desain Rumah Rumah Betawi (tipeBapang) milik ibu Latifah
bapang betawi Pejompongan

Rumah Betawi (tipe Bapang) milik Bapak Chotip-Rawa Belong


Jakarta Barat
Gambar 2 Rumah Betawi tipe Bapang
Sumber: data lapangan, 2016

119
c. Tahap Konstruksi kayu dan bambu tersebut yang cukup
Pelaksanaan pembangunan rumah lama bertujuan untuk melarutkan zat
Betawi dilakukan dalam beberapa pati dan gula serta zat-zat lain yang
tahap: terkandung dalam kayu dan bambu.
Dengan demikian serangga dan jamur
• Pematangan lahan dengan cara tidak menyerang.
pemadatan dan penggaraman. Cara ini
dilakukan dengan menyiram lahan yang Kayu yang digunakan untuk
akan dibangun dengan air garam terus sloof/dompol yang terkait dengan tanah
memerus selama satu tahun. Tujuan yang lembab maka dalam proses
penggaraman ini adalah membersihkan perendaman sebaiknya dalam kolam
lahan dari serangga yang terdapat yang ditambahkan kapur. Penambahan
dipermukaan atau yang berada di dalam kapur akan membuat permukaan kayu
tanah (sumber: hasil wawancara dengan dan bambu semakin keras sehingga
bapak Solihin 2016). Proteksi alam yang kedap terhadap air.
dilakukan secara sederhana dalam
pembasmian serangga tanpa bahan • Pembuatan pondasi
kimia, merupakan tindakan ramah Pemasangan pondasi batu kali sebagai
lingkungan yang dilakukan secara arif tumpuan konstruksi, diatas pondasi
oleh masyarakat Betawi pada saat itu, dipasang sloof kayu (dompol), Material
tanpa menimbulkan dampak polusi. dompol adalah kayu dengan kualitas
Pekerjaan ini adalah, ini merupakan kekuatan kayu kelas II, atau kayu klas III
pengendalian aspek tepat guna lahan yang memiliki ketahanan terhadap
(appropriate site development) serangga dan jamur yang relatif panjang,
(Greenship, 2013) dan kedap terhadap kelembaban.
• Pemilihan kayu dan bambu sebagai • Perangkaian komponen struktur dan
material konstruksi dan non konstruksi kostruksi
berasal dari sekitar lokasi pembangunan Proses selanjutnya adalah
rumah. Proses pelaksanakan ini tidak merangkaikan semua material kayu dan
memerlukan energi atau dapat bambu sebagai rangka rumah Betawi.
dikatakan bahwa proses konstruksi Kemudian ditutup dengan material
rendah energi, karena tidak dinding kayu dan kusen sebagai rangka
membutuhkan pengangkutan dalam pintu dan jendela, atap dan plafon.
pengadaan material tersebut. Seluruh proses pembangunan dilakukan
• Proses pengawetan kayu, dilakukan secara gotong-royong. sebagai
dengan cara sebagai berikut: implementasi partisipatori masyarakat
- Pengawetan kayu dan bambu pada tahap konstruksi pembangunan
sebagai material konstruksi rumah. (Edwards et al, 2012; Greenship,
direndam pada empang atau rawa 2013; CIB dalam Kemenpera, 2015).
yang terdapat disekitar lahan.
Waktu yang dilakukan untuk
perendaman selama 2-3 bulan
- Setelah direndam maka kayu dan
bambu diangkat dan ditiriskan
untuk proses pengeringan dengan
cara diangin-anginkan dan dijemur
pada panas matahari.
- Setelah proses pengeringan
dianggap cukup maka kayu dan
bambu siap untuk dirakit menjadi
rangka konstruksi rumah Betawi.

Kegiatan pengawetan dengan


perendaman di atas tidak menggunakan
zat kimia, sehingga ekosistem rawa
(empang ikan) terpelihara. Perendaman

120
Serangkaian konstruksi pada rumah betawi menerus hingga jangka waktu kurang lebih satu
dapat digambatkan sebagai berikut : tahun. Proses ini bertujuan untuk mengurangi
kelembaban dan menghindari binatang-binatang
yang keluar dari tanah, serta dapat membantu
pemadatan pada permukaan tanah. Proses
pengabuan ini sebagai kearifan lokal yang dimilik
oleh masyarakat Betawi. (Solihin, 2016).
Material lantai tanah ini kemudian diganti
dengan material tegel PC yang dalam proses
pembuatannya tanpa pembakaran sehingga
konsumsi energi rendah.
Dari uraian di atas, maka dapat dirangkum
penggunaan kayu dan bambu sebagai material
konstruksi rumah Betawi dapat dilihat pada
Tabel 5.

Tabel 5. Material konstruksi pada rumah Betawi


Elemen
N kons- Jenis material Dimensi
o truksi bangunan
Lantai:
1
Gambar 3. Rancangan rumah Betawi tipe . - Sloof/dompol Kayu kelapa 8x15 cm
Bapang -Lantai Tanah/tegel pc 20x20 cm
Sumber: data lapangan, 2016 Bagian
2 dinding:
. -kolom Kayu kelapa 12x12 cm
-balok Kayu kelapa, 8x12 cm
KEBERLANJUTAN MATERIAL KONSTRUKSI sawo /nangka
-dinding pengisi Kayu manga, 2x30 cm
Penggunaan material konstruksi pada rumah -kusen/bukaan bacang 2x12 cm
Betawi tempo dulu didominasi oleh material -daun jendela Kayu manga 6x12 cm
-daun pintu Kayu nangka, 6x12 cm
kayu dan bambu. Kayu yang digunakan sebagai sawo
material struktur konstruksi adalah kayu pohon Kayu nangka,
buah-buahan yang terdapat di sekitar lahan, sawo
Elemen
N kons- Jenis material Dimensi
antara lain kayu kelapa, dan nangka. o truksi bangunan
Berdasarkan Tabel 1. tentang kualitas kayu, Bagian
3 atap dan
maka kayu kelapa, nangka sebagai material . plafon
-penutup atap Genteng 20x31 cm
struktur utama dan termasuk kayu kelas III. -reng plentong ¼ bambu
Kayu kelas III adalah kayu yang mempunyai -kasau Belahan bambu Ø 6-7 cm
kekuatan lentur 500-750 kg/m² dan kekuatan -gording ¼ 8x12 cm
Bambu utuh
tekan tekan 300-425 kg/m², sehingga kayu ini -kuda2 Kayu kelapa, 8x12 cm
dapat direkomendasikan sebagai material nangka, sawo
konstruksi bangunan sederhana satu lantai, -penutup plafon Kayu kelapa,
nangka, sawo
(Badan Standarisasi Nasional No. 7973 -2013). Anyaman bilik
bambu ( kulit
Berdasarkan tabel 2 tentang keawetan kayu, bamboo)
kayu kelas III merupakan tipe kayu yang kurang Ornamen
4 lisplang Kayu manga, 2x20 cm
tahan terhadap serangan hama rayap dan jamur, . gigi balang bacang
maka untuk mencapai keawetan dengan umur
yang panjang diperlukan pengawetan. (Atlas Sumber : data lapangan 2016
Kayu Indonesia 2005). Kayu mangga bacang
dan sawo sebagai konstruksi dinding dan elemen Aspek-aspek keberlanjutan material kosntruksi
arsitektur termasuk jenis kayu kelas IV yang yang dapat dilakukan pada pembangunan rumah
perlu pengawetan. betawi adalah :

Material lantai pada rumah betawi awalnya • Menggunakan material dengan bahan baku
adalah dari tanah yang dipadatkan. Kelembaban utama yang berasal dari sumber daya
lantai tanah yang tidak dapat dihindari terutama terbarukan yaitu menggunakan material
pada saat hujan, maka disiasati dengan konstruksi dengan masa panen jangka
pentaburan abu sisa pembakaran kayu bakar pendek (˂10 thn) minimal 2-5% dari
dapur. Penaburan ini dilakukan secara terus material konstruksi kayu. (Greenship 2013).

121
Material konstruksi utama pada rumah 1995). Pengurangan material konstruksi
Betawi tempo dulu adalah kayu kelapa, sawo pada rumah betawi masih dimungkinkan
dan nangka yang umur panennya mencapai terutama pada material unrenewable. Pada
35-40 th (Atlas kayu Indonesia 2005), maka rumah betawi Berdasarkan analisis fungsi/
kayu ini merupakan material tidak value engineering analysis yang dijadikan
terbarukan /unrenewable. Untuk dasar metode untuk mereduce balok (elemen
mengurangi penggunaan kayu unrenewable horizontal) dan kolom (elemen vertikal)
ini, maka digantikan dengan bambu yang dengan cara pendekatan mekanika teknik
mempunyai spesifikasi hampir sama dengan dengan formula tegangan ijin kayu terhadap
kayu kelas III. beban mati dan beban hidup suatu
Karakteristik rumah betawi secara visual konstruksi yang akan menghasilkan dimensi
adalah rumah kayu, maka elemen konstruksi elemen struktur yang optimal (Jimmy
yang dapat diganti adalah kuda-kuda dan Siswanto 2005). Hal ini dapat dijelaskan
gording, karena konstruksi ini secara visual melalui gambar 4.
akan tertutup oleh plafon anyaman bilik
bambu. Komponen konstruksi lainnya tetap
menggunakan kayu buah-buahan, karena
efisiensi/pengurangan yang dapat dilakukan
adalah 7,8 % dari jumlah kayu yang
digunakan.

Berdasarkan tabel 3, tentang klasifikasi


kualitas bambu, jenis bambu yang digunakan
sebagai pengganti kayu kelapa dan nangka
adalah bambu jenis betho. Bambu ini masa
panen adalah 3-4 th dan mempunyai kuat
lentur 796 kg/cm² dan kuat tekan 390
kg/cm².

• Proses konstruksi yang dapat memenuhi Gambar 4: Perletakan Kolom dan Balok
aspek konservasi energi dan mengurangi pada Rumah Betawi
jejak karbon maka pengadaan material tidak Sumber : Data Lapangan 2016
melebihi 1000 km, dan material tersebut
minimal 10 % dari material konstruksi. Dimensi kolom dan balok di bagian tengah
(Greenship, 2013). Pada proses mempunyai dimensi lebih besar dari pada
pembangunan konstruksi rumah betawi bagian pinggir, hal ini dikarenakan gaya atau
hampir 100 % tidak menimbulkan jejak area beban di bagian tengah lebih besar.
karbon. Hal ini karena penggunaan material Upaya pengurangan dimensi ini tetap
konstruksi merupakan material lokal. memperhatikan perilaku beban.
Penutup atap genteng yang memerlukan
pengangkutan sekitar 100 km dari lokasi • Reduce atau efisiensi material bangunan
pembangunan. Berdasarkan Tabel 4 tentang pada melalui reuse. (Greenship, 2013). Reuse
konsumsi energi material bangunan, maka adalah penggunaan kembali material bekas
konsumsi energi yang diperlukan untuk konstruksi lama yang masih dapat
material kayu maksimum 0.5-1Mj/Kg dan digunakan dengan penyesuaian dimensi
bambu maksimal 0.5 Mj/Kg. hal ini pada bangunan baru. Penggunaan material
menunjukan bahwa proses konstruksi konstruksi rumah pada saat itu belum
rumah betawi sangat rendah energi. menggunakan material reuse, untuk yang
Kearifan lokal ini perlu dilestarikan sebagai akan datang aspek reuse ini merupakan isu
konsep ramah lingkungan. keberlanjutan. Material konstruksi rumah
betawi yang terbuat dari kayu dan bambu
• Reduce atau efisiensi material bangunan serta genteng sebagai penutup atap, maka
melalui value engineering analysis (analisa potensi untuk menggunakan material reuse
pembebanan struktur dan dimensi material) sangat mudah untuk dilakukan.
dengan tujuan mengurangan volume
material unrenewable (Kirk & Dell’Isola, Keseluruhan proses pembangunan rumah
Betawi dan penggunaan material konstruksi

122
berkelanjutan saat ini sudah jarang digunakan material bekas (kayu dan bamboo dan genting
bahkan telah hilang. Adapun upaya pemerintah bekas dengan kualitas baik dengan harga
untuk menghadirkan replika permukiman murah). Recyle adalah upaya mendaur ulang
Betawi telah dilaksanakan, akan tetapi konsep sampah sekitar menjadi komponen material
keberlanjutan belum sepenuhnya dilaksanakan. konstruksi pada permukiman betawi yang akan
Hal ini dapat dilihat bahwa replika rumah Betawi datang.
yang ada menggunakan tanpa menimbulkan
Untuk melestarikan budaya membangun rumah
dampak polusi. Hal ini dapat dilihat pada
betawi dan penggunaan material lokal, maka
material konstruksi rangka atap menggunakan
keikutsertaan pemerintah sangat diperlukan
baja ringan, material ini merupakan material
melalui Peraturan Daerah dengan konsep
yang konsumsi energinya sangat tinggi. Kolom
keberlanjutan budaya, proteksi alam,
dan balok terbuat dari beton bertulang kemudian
keseimbangan energi dan material dengan cara:
terbungkus dengan kayu. Lantai terbuat dari
keramik yang dalam proses industrinya sangat
(1) Penanaman kembali pohon pohon yang
tinggi energi dan jejak karbonpun tidak dapat berbatang lebar dan bertajuk besar.
dihindari. Keberlanjutan budaya yang masih (2) Penanaman material konstruksi masa panen
dipertahankan adalah pengaturan ruang luar yang lebih pendek (3-6 tahun).
yang berupa pepohonan dengan tajuk besar (3) Menggunakan material konstruksi rendah
dengan tujuan peneduhan. energi dalam proses konstruksi.
(4) Pengawetan kayu dan bambu sebagai
KESIMPULAN bentuk perbaikan kualitas material
konstruksi dengan tidak memberikan
Konsep keberlanjutan pada rumah betawi
dilakukan secara bertahap yaitu pemrograman, dampak polusi air maupun udara.
pengembangandesaindan konstruksi.
DAFTAR PUSTAKA
Seluruh pentahapan konstruksi telah
memperhati-kan proteksi alam dan lingkungan. Edwards, Brian. 2010. Rough Guide to
Hal ini diimplementasikan melalui: (1) Sustainability: a Design Primer.
Penanaman kembali pohon buah buahan yang Copenhagen:
bertajuk besar bertujuan proteksi alam, Riba.
pengurangan jejak karbon dan perbaikan Greenship,2013. Panduan Teknis: Perangkat
terhadap iklim mikro, serta keberlanjutan aspek Penilaian Bangunan Hijau untuk Bangunan
ekonomi. (2) Pemadatan dan penggaramaan Baru. Versi 1.2. Jakarta: Green Building
lahan bertujuan memperkuat daya dukung tanah Councel Indonesia.
dan menghindari serangga tanpa menimbulkan Harun, Ismet B dkk. 1991. Rumah Traditional
dampak polusi. (3) Pemilihan bahan lokal Betawi. Jakarta: Dinas Kebudayaan DKI
sebagai tindakan hemat energi. (4) Pengawetan Jakarta.
dengan perendaman kayu dan bambu secara Hidayah, Zulyani. 1997. Ensiklopedia Suku
alamiah tanpa menggunakan zat kimia, sebagai Bangsa di Indonesia. Jakarta: PT Pustaka
implementasi terpeliharanya ekosistem rawa. LP3ES Indonesia.
(5) Pelaksanaan konstruksi rumah Betawi Juwana, Jimmy Siswanto, 2005. Panduan Sistem
dengan cara partisipatori masyarakat Betawi Bangunan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
dalam bentuk gotong royong. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Aspek yang harus ditambahkan pada proses Rakyat (Kemenpera),2015). Pedoman
keberlanjutan saat ini adalah aspek reduce, reuse Umum Implementasi Konstruksi
serta recycle material konstruksi. Aspek reduce Berkelanjutan dan Penyelenggaraan
dapat dilakukan melalui (1) penggantian Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum dan
material tidak terbarukan/unrenewable menjadi Permukiman. Jakarta: Kemenpera.
material renewable yaitu beberapa material Kirk, Stephen J & Dell’Isola, Alphonse J. 1995. Life
kayu menjadi bambu. (2) Analisa value Cycle Costing for Design. Professional. New
engineering sebagai upaya efisiensi material York: McGraw-Hill.
konstruksi un renewable melalui pengurangan Martawijaya, Abdurahim; Kartasujana, Iding,
dimensi material. Keseluruhan aspek ini Kadir, Kosasi, Prawira, Soewanda Among.
diperlukan karena keberadaan material 2005. Atlas Kayu Indonesia. Bogor: Badan
konstruksi rumah betawi yang semakin langka. Penelitian dan Pengembangan Departemen
Aspek reuse adalah penggunaan kembali Kehutanan.

123
Saidi, Ridwan. 1987. Profil Orang Betawi, Asal
Muasal, Kebudayaan, dan Adat Istiadatnya.
Jakarta: PT Gunara Kata
Saidi, Ridwan. 2002. Babad Tanah Betawi.
Jakarta: PT Gria Media Prima.
Shuji Funo, Bambang F. Ferianto and Kyouta
Yamada. (2005). Considerations on
Typology of Kampung House and Betawi
House of KAMPUNG LUAR BATANG
(JAKARTA) . Journal of Asian Architecture
and Building Engineering, Vol. 4, No. 1
pp.129-136 .
Standar Nasional Indonesia (SNI). 2013.
Spesifikasi Desain untuk Konstruksi Kayu.
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional No.
7973-2013.
International Seminar ‘Applying Local
Knowledge for Livable Space’ (63-72).
Yudelson, Jerry. (2009). Green Building through
Integrated Design. New York, USA: McGraw-
Hill Construction.
Muliadi, Mus; Lahjie, Abubakar; Simorangkir,
B.D.A.S.; Ruslim, Yosep. (2017).
Bioeconomic and Environmental Valuation
of Dipterocarp Estate Forest based on Local
Wisdom in Kutai Kartanegara, Indonesia.
Biodiversitas, Voloume 18, Number 1, Pp.
401-408.
Tato, Giaovanni Claresta. 2011. Bambu sebagai
Konstruksi dan Nonkonstruksi. Retrieved
October 2017 dari
http://www.academia.edu
.

124

Anda mungkin juga menyukai