....
ii.
BAGIAN HUI(UM
'L'
SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN DAIRI
2016 , '.
BUPATI DAIRI
PROVINSI SUMATERA UTARA
BUPATI DAIRI,
t .
ketertiban umum;
i
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, perlu membentuk Peraturan Daerah
tentang Ketertiban Umum;
1
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 ten tang Hukum
Acara Pidana (Lemoaran Negara Republik Indonesia Tahun
1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Repllblik
Indonesia Nomor 3209);
\
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
i
132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4444);
2
11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);
3 .
17. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 ten tang
Pekerja Kefannasian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5044);
MEMUTUSKAN:
4
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
l! 7. Jalan adalah prasarana ttansportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan
bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan
tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air,
kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel.
8. Jalur hijau adalah setiap jalur yang terbuka sesuai rencana daerah yang
peruntukan, penataan dan pengawasannya dilakukan oleh Pemerintah
Daerah.
9. Taman adalah bidang tanah yang merupakan bagian dari ruang terbuka hijau
yang mempunyai fungsi tertentu, ditata dengan serasi, lestari dengan
menggunakan material taman, material buatan dan unsur-unsur alam jalur
hijau yang dipergunakan dan diolah untuk pertamanan .
5
10. Tempat umum adalah sarana yang dise1enggarakan oleh Pemerintah, swasta
atau perorangan yan~ digunakan untuk kegiatan bagi masyar~kat termasl.lk
di dalamnya adalah semua gedung-gedung perkantoran milik pemerintah
daerah, gedung perkantoran umum, dan tempat perbelanjaan.
J 11. Asusila adalah perbuatan tidak baik yang melanggar norma dan kaidah
kesopanan serta mengganggu ketertiban umum.
13. Pedagang Kaki Lima yang selanjutnya disingkat PKL adalah seseorang yang
melakukan kegiatan usaha perdagangan dan jasa yang menempati tempat-
tempat prasarana dan fasilitas umum baik yang mendapat izin pemerintah
daerah maupun yang tidak mendapat iOO pemerintah daerah an tara lain
badan jalan, trotoar, saluran air, jalur hijau, taman, bawah jembatan,
jembatan penyeberangan.
14. Gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai
dengan kehidupan normal yang layak dalam masyarakat setempat, serta
tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap diwilayah tertentu
dan hidup mengembara di tempat umum.
i
15. Anak jalanan adalah anak yang melewatkan atau memanfaatkan sebagian
besar waktunya untuk melakukan kegiatan sehari-hari di jalanan untuk
mencari nafkah dengan cara berkeliaran di tempat umum, pasar, pertokoan
dan pusat keramain lainnya.
16. Izin adalah dokumen yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan
peraturan daerah atau peraturan lain yang merupakan bukti legalitas,
menyatakan sah atau diperbolehkannya seseorang atau badan untuk
melakukan usaha atau kegiatan tertentu.
6
18. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh ,
kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang
,
telah ditetapkan.
21. Ruang Milik Jalan yang selanjutnya disebut ruang milik jalan adalah ruang
manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan.
23. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan
kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha, yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan
lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan dalam
bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi lainnya, lembaga dan b<:mtuk badan lainnya tennasuk kontrak
investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
24. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyedi~ barang dan/atau jasa
bagi pemenuhan kebutuhan wisatawatl dan penyelenggaraan pariwisata.
25. Satuan Polisi Pamong Praja yang selanjutnya disebut Satpol PP adalah
satuan kerja perangkat daerah Kabupaten Dairi yang menyelenggarakan
fungsi penegakan peraturan daerah serta penyelenggaraan ketertiban umum
dan keten~eraman masyarakat.
26. Pejabat yang berwenang adalah seorang pejabat yang diberikan kewenangan
oleh Bupati untuk mengeluarkan izin sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya berdasarkan peraturan daerah ini.
i.
7
BABII
ASAS, MAKSUD DAN TUJUAN
Bagian Kesatu
, Asas
Pasa12
Bagian Kedua
Maksud dan Tujuan
Pasal3
BABIII
RUANG LINGKUP
Pasa14
8
e.' pembinaan dan pengawasan;
f. kerjasama dan koordinasi;
g. ketentuan penyidikan;
J h.
i.
ketentuan pidana; dan
ketentuan penutup.
BABIV
HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT
Bagian Kesatu
Hak
Pasa15
(1) Setiap orang dan/atau badan memiliki hak yang sarna untuk merasakan
dan menikmati ketertiban dan ketenteraman.
(2) Setiap orang dan I atau badan mempunyai hak untuk mendapatkari.
perlindungan sebagai akibat dari tidak tertibnya masyarakat.
Bagian Kedua
Kewajiban
Pasa16
(2) Setiap orang dan I atau badan wajib untuk berupaya mencegah terjadinya
gangguan ketertiban dan ketenterarnan.
9
BABV
KETERTIBAN UMUM
Bagian Kesatu
, Umum
Pasal7
Bagian Kedua
Tertib Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Pasal8
(3) Kecuali atas izin Bupati atau pejabat yang berwenang, setiap orang
dan I atau badan dilarang:
a. membuat atau memasang portal;
10
b. membuat atau memasang alat pembatas kecepatan di jalan umum;
c. membuat atau memasang pintu penutup jalan;
d. membuat, memasang, memindahkan, dan membuat tidak berfungsi
rambu-rambu lalu lintas;
, e.
f.
g.
menggunakan ruang milikjalan tidak sesuai dengan fungsinya;
membongkar atau menggali jalan atau ruang milik jalan;
mengangkut bahan berbahaya dan beracun, bahan yang mudah
terba,kar, dan/atau bahan peledak dengan menggunakan alat angkut
yang terbuka;
h. memasang reklame pada kendaraan; atau
1. mengubah jalan, mengubah fungsi jalan/posisi jalan/saluran
tersier / sekunder.
(6) Setiap pemilik kendaraan dilarang mengubah fungsi kendaraan yang dapat
membahayakan pengendara, pen1,lmpang dan pengguna jalan.
11
Bagian Ketiga
Tertib Jalur Hijau, Taman, dan Tempat Um:um
Pasa19·
Bagian Keempat
Tertib Sungai, Saluran Air, Danau, dan Mata Air
Pasal'10
12
b. membuang sampah ke sungai, saluran air, danau dan mata air;
c. membuang limbah cair ke sungai, danau atau saluran air;
d. melakukan kegiatan usaha di pinggir danau kecuali atas izin Bupati atau
pejabat yang berwenang;
e. mengambil dan menggunakan air sungai, saluran air, danau dan mata air
untuk keperluan usaha yang bersifat komersial tanpa izin Bupati atau
pejabat yang berwenang;
f. mendirikan bangunan atau jembatan pada daerah· penguasaan sungai,·
saluran air dan dan au kecuali atas izin Bupati atau pejabat yang berwenang; .
atau
g. melakukan tindakan yang akan mengakibatkan pendangkalan dan/atau
pencemaran sungai, saluran air, danau dan mata air.
Pasal11
(1) Setiap orang dan/atau badan dilarang mengambil atau memindahkan tutup
got, selokan atau saluran air lainnya kecuali untuk kepentingan dinas.
(2) Setiap orang dan/ atau badan dilarang menutup saluran air
pembuangan/ drainase milik jalan dengan melakukan penutupan sementara
dan/ atau pengecoran permanen, kecuali atas izin Bupati atau pejabat yang
berwenang.
Pasal12
Setiap orang dan I atau badan dilarang menangkap ikan dengan menggunakan
bahan dan/ atau alat dalam bentuk apapun yang dapat merusak kelestarian
lingkungan hidup.
Bagian Kelima
Tertib Bangunan
Pasal13
13
b. mendirikan bangunan pada taman dan jalur hijau kecuali l,lntuk
kepentingan dinas;
c. mendirikan bangunan stasiun radio dan televisi siaran, dan stasiun relay, .
tanpa izin dari pejabat yang berwenang;
d. mendirikan bangunan reklame dan/ atau alat promosi lainnya yang dipasang
tanpa izin dari pejabat yang berwenang;
e. mendirikan bangunan menara/ tower telekomunikasi tanpa izin dari pejabat
yang berwenang;
f. mendirikan bangunan pada, trotoar, drainase I saluran tersier / sekunder,
sempadan sungai, sempadan situ, sempadan waduk, sempadan danau,
taman dan jalur hijau, kecuali untuk kepentingan dinas;
g. mendirikan warung/toko/kios di trotoar, sempadan jalan, bahu jalan, dan
halte pemberhentian kendaraan; atau
h. mendirikan posko/gardu/gazebo/tenda dan/atau sejenisnya pad a trotoar,.
drainase/saluran tersierlsekunder, sempadan sungai, sempadan situ,
sempadan waduk, sempadan danau, taman dan jalur hijau, kecuali atas izin
Bupati atau pejabat yang berwenang.
Pasa114
(1) Setiap orang dan/atau badan dilarang memanfaatkan atau menguasai tanah
,
dan bangunan milik Pemerintah Daerah, kecuali atas izin Bupati atau
Pejabat yang berwenang.
(2) Setiap orang dan I atau badan dilarang melakukan perubahan bangunan
peruntukap. rumah tinggal menjadi tempat kegiatan usaha, kecuali atas izin .
Bupati atau Pejabat yang berwenang.
(3) Setiap orang dan I atau badan dilarang melakukan perubahan fungsi
bangunan yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dan izin
mendirikan bangunan yang telah ditetapkan.
(4) Setiap orang dan/atau badan dilarang membangun pagar halaman ramah
secara tertutup dengan ketinggian lebih dati 1,5 (satu koma lima) meter .
..
14
Bagian Keenam
Tertib Pemilik dan Penghuni Bangunan
Pasal15
Pasal16
Bagian Ketujuh
Tertib Usaha Pariwisata
Pasal17
15
(2) Pengelola jasa penyediaan akomodasi, wajib:
a. mengawasi dan menyampaikan himbauan kepada pengunjung untuk
tidak membawa senjata tajam, senjata api, minuman keras, narkotika
serta untuk tidak melakukan praktek asusila dan tindak pidana
lainnya;
b.
I
memeriksa kelengkapan identitas setiap pengunjung yang datang; dan
c. menjaga kebersihan, ketentraman dan ketertiban di lingkungan
usahanya.
(3) Pengelola daya tarik wisata danjasa makanan dan minuman, wajib:
a. mengawasi dan menyampaikan himbauan kepada pengunjung untuk
tidak membawa senjata tajam, senjata api, minuman keras, narkotika
serta untuk tidak melakukan praktek asusila dan tindak pidana
lainnya; dan
b. menjaga kebersihan, ketentraman dan ketertiban di lingkungan
usahanya.
(5) Setiap orang dan I atau badan dilarang menyelenggarakan usaha pariwisata
tanpa izin Bupati atau Pejabat yang berwenang.
Bagian Kedelapan
Tertib Tempat dan Usaha Tertentu
Pasal18
(1) Setiap orang dan I atau badan yang melakukan kegiatan usahanya harus
bertanggung jawab terhadap ketertiban, kebersihan dan menjaga kesehatan .
lingkungan serta keindahan di sekitar temp at usaha yang bersangkutan.
··(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan prosedur penetapan tempat
usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati. '
16
Pasal19
Pasal20
(2) Setiap orang dan I atau badan dilarang melakukan usaha pengumpulan,
penyaluran tenaga kerja, pembantu rumah tangga atau pengasuh, tanpa izin
pejabat yang berwenang.
(3) Setiap orang dan I atau badan dilarang melakukan kegiatan usaha
pengumpulan, penampungan barang-barang bekas dan mendirikan tempat
kegiatan us aha yang menimbulkan pencemaran serta mengganggu
ketertiban umum.
Bagian Kesembilan
Tertib Kesehatan
Pasa121
17
d. membuat, meracik, menyimpan dan menjual obat-obat yang dilarang oleh
peraturan perundang-undangan dan I atau obat palsu; atau
e. memproduksi, mengedarkan, memperdagangkan, menimbun, menyimpan,
mengoplos, menjual dan menyajikan minuman danl atau makanan yang
memabukkan tanpa izin dari pejabat yang berwenang.
Bagian Kesepuluh
Tertib Kependudukan
Pasa122
(1) Setiap orang wajib memiliki Kartu Tanda Penduduk dan dokumen
administrasi kependudukan lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Setiap orang yang berkunjung atau bertamu lebih dari 24 (dua puluh empat)
jam wajib melaporkan diri kepada Kepala Lingkungan atau Kepala Dusun
setempat.
Bagian Kesebelas
Tertib So sial
Pasa123
(1) Setiap orang dan/atau badan dilarang meminta bantuan atau sumbangan
i yang dilakukan sendiri dan/atau bersama-sama di jalan, pasar, kendaraan
umum, lingkungan pemukiman, rumah sakit, lembaga pendidikan dan
kantor.
18
(2) Permintaan bantuan atau sumbangan untuk kepentingan sosial dan
kemanusiaan pada tempat selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dapat diberikan izin oleh Bupati atau pejabat yang berwenang.
Pasa124
Pasal25
Pasa126
19
Bagian Keduabelas
Tertib Peran Serta Masyarakat
Pasal27
(1) Setiap orang dan I atau badan dilarang menempatkan atau memasang
lambang, simbol, bendera, spanduk, umbul-umbul, maupun atribut-atribut
lainnya pada pepohonan sepanjang daerah milik jalan dan daerah ruang
milik jalan, pagar pemisah jembatan, pagar pemisah jalan, jalan, jembatan
penyeberangan, halte, terminal, taman, tiang listrik dan tempat umum
lainnya.
(3) Setiap orang atau badan yang menempatkan dan memasang lambang,
simbol, bendera, spanduk, umbul-umbul maupun atribut-atribut lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib mencabut serta membersihkan
sendiri setelah habis masa berlakunya.
Pasa128
Setiap orang dan I atau badan dilarang memasang lambang, simbol, bendera,
spanduk, umbul-umbul, dan atribut yang bersifat komersial maupun non
komersial di lingkungan kantor pemerintahan, tempat ibadah dan lingkungan
sekolah.
Pasal29
'. (1) Setiap orang dan/atau badan dilarang merusak prasarana dan sarana
uml.,lm pada waktu berlangsungnya penyampaian pendapat, unjuk rasa
danl atau pengerahan massa.
(2) Setiap orang danl atau badan dilarang membuang benda-benda danl atau
sarana yang digunakan pada waktu penyampaian pendapat, unjuk rasa,
rapat-rapat umum dan pengerahan massa di jalan, jalur hijau, dan tempat
umum lainnya.
20
Pasa130
Setiap orang danj atau badan pemilik rumah danj atau bangunan gedung wajib
memasang bendera Merah Putih pada peringatan hari besar nasional dan daerah
pada waktu tertentu sesuai dengan peraturan yang berlaku. .
Bagian Ketigabelas
Tertib Tempat Hiburan dan Keramaian
Pasa131
(2) Setiap penyelenggaraan tempat usaha hiburan yang telah mendapat izin
sebagaimana dimaksud pad!=l ayat (1) dilarang melaksanakan kegiatan lain
yang menyimpang dari izin yang ditetapkan.
; Pasal32
Pasa133
21
Bagian Keempatbelas
Tertib Lingkungan
Pasal34
(2) Setiap pemilik hewan peliharaan wajib menjaga, menyediakan tempat dan
menempatkan hewan peliharaannya untuk tidak berkeliaran danl atau
mengganggu.
(3) Setiap kegiatan usaha pemotongan hewan ternak wajib dilakukan di tempat
pemotongan hewan yang ditetapkan oleh Bupati.
(4) Pemotongan hewan ternak sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat
dilakukan di luar tempat pemotongan hewan hanya untuk keperluan
keagamaan atau upacara adat setelah mendapat izin dari Bupati atau .
pejabat yang berwenang.
Pasal35
Setiap orang dan I atau badan dilarang merusak hutan lindung dan hutan kota.
Pasal36
22
BAa VI
TINDAKAN PENERTIBAN
Pasal37
Pasa138
BAB VII
PARTISIPASI MASYARAKAT
Pasal39
(3) Apabila pelaku pelanggaran ketertiban umum tertangkap tangan oleh warga
masyarakat, maka warga masyarakat wajib menyerahkan pelaku
pelanggaran kepada instansi yang berwenang.
(4) Terhadap peJapor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan jarninan
keamanan dan perlindungan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundemg-undangan.
23
(5) Pemerintah Daerah dapat memberikan penghargaan kepada· anggota
masyarakat yang telah berjasa dalam membantu penyelenggaraan ketertiban
umum.
BAB VIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasa140
Pasa141
BABIX
KERJASAMA DAN KOORDINASI
Pasa142
(2) Satpol PP dalam hal meminta bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
bertindak sebagai koordinator operasi lapangan.
(3) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), didasarkan atas hubungan
fungsional, saling membantu, dan saling menghormati dengan·
mengutamakan kepentingan umum dan memperhatikan hierarki dan kode
etik birokrasi.
24
BAE3X
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal43
(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (I),
berwenang:
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau
laporan dari seseorang berkenaan dengan adanya tindak pidana;
b. melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian dan
melakukan pemeriksaan;
c. meminta keterangan dari perusahaan perorangan dan badan hukum
sehubungan dengan tindak pidana;
d. melakukan pengge1edahan untuk mendapat bahan bukti pembukuan,
pencatatan dan dokumen serta melakukan penyitaan terhadap barang
bukti tersebut;
e. meminta bantuan tenaga ahli dalam hubungannya dengan pemeriksaan
perkara;
f. menyuruh berhenti, melarang sese orang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang danl atau dokumen yang dibawa sebagaimana
dimaksud pada huruf d;
g. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
h. menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari Penyidik
Kepolisian Republik Indonesia, bahwa tidak terdapat cukup bukti, atau,
peristiwa tersebut" bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya
memberitahukan hal terse but kepada penuntut umum, tersangka, atau
keluarganya; dan/ atau
1. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan
tindak pidana dibidang ketertiban umum berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
25
(4) Penyidik Pegawai Negeri Sipil wajib membuat Berita Acara dalam
melaksanakan setiap tindakan:
a. pemeriksaan tersangka;
b. pemasukan rumah;
c. penyitaan benda;
d. pemeriksaan surat;
e. pemeriksaan saksi; dan
f. pemeriksaan di tempat kejadian perkara.
(~) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil
penyidikan kepada penuntut umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara
Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
BABXI
KETENTUAN PIDANA
Pasal44
(1) Setiap orang dan/atau hadan yang melanggar ketentuan Pasal 8 samp8.1
dengan Pasal 36, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga)
bulan atau pidana denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
(3) Jika pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
oleh undang-undang dinyatakan sebagai pelanggaran atau kejahatan, maka
dipidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang.
berlaku.
26
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasa145
Ditetapkan di Sidikalang
pada tang gal 14 September 2016
BUPATI DAIRI,
ttd.
Diundangkan di Sidikalang
pada tanggal14 September 2016
ttd.
SEBASTIANUS TINAMBUNAN
27
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI
NOMOR 1 TAHUN 2016.
TENTANG
KETERTIBAN UMUM
1. UMUM
Penyelenggaraan ketertiban umum merupakan salah satu urusan
pemerintahan konkuren antara pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi dan
Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Ketertiban umum dan
ketenteraman masyarakat merupakan manifestasi dari hak asasi manusia dalam
tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Sebagai instrumen regulasi yang berfungsi untuk mengendalikan dan
mengarahkan dinamika sosial masyarakat, pemerintah daerah berkewajiban
menciptakan suatu perangkat kebijakan yang dapat memenuhi kebutuhan
hukum masyarakat. Fenomena yang secara nyata terjadi dalam masyarakat
memerlukan perhatian yang khusus, terutama mengenai pertentangan
kepentingan, baik vertikal an tara pemerintah daerah dengan masyarakat,
maupun kepentingan horizontal antara masyarakat dengan masyarakat.
Dalam perkembangan dinamika kebijakan peraturan perundang-
undangan antara lain dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010
tentang Satuan Polisi Pamong Praja, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54
Tahun 2011 tentang Standar Operasional Prosedur Polisi Pamong Praja maupun
perkembangan sosiologis dan kebutuhan masyarakat yang belum terakomodir,
pengaturan mengenai ketertiban umum di Kabupaten Dairi perlu diatur.
Kewenangan Satuan Polisi Pamong Praja sebagai aparat penegakan
kebijakan daerah, harus disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan
masyarakat dan kebijakan peraturan perundang-undangan, serta hubungan
koordinasi dan sinergitas dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah Jainnya. Hal ini
didasarkan pada permasalahan yang dihadapi oleh Satuan Polisi Pamong Praja
dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya untuk menciptakan kondisi
yang kondusif dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
28
Terdapat 4 (empat) bentuk perilaku/kegiatan yang berpotensi
menimbulkan gangguan dan keresahan sosial, sehingga diperlukan sebuah
metode penertiban yang sistematis dan kolektif. Kegiatan bentuk
prilaku/kegiatan tersebut didefinisikan sebagai berikut:
1. terjadinya kegiatan pelanggaran terhadap kebijakan Daerah (Peraturan.
Daerah/Peraturan Bupati), an tara lain pelanggaran izin, pelanggaran tempat .
pelaksanaan usaha, pelanggaran dengan tidak melaksanakan kewajiban
terhadap pemerintah daerah dengan tidak mematuhi ketentuan peraturan ~
perundang-undangan seperti pendirian bangunan tanpa izin;
2. penyimpangan norma agama, kesusilaan, etika dan hukum, antara lain
adanya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS);
3. penyalahgunaan prasarana umum dan utilitas seperti jalan,pasar, taman,
jalur hijau, sungai, trotoar dan sebagainya; dan
4. tindak kriminal, antara lain kekerasan, penyalahgunaan narkotika dan obat
terlarang, perjudian, minuman keras dan sebagainya.
Pada dasarnya, ide ketertiban umum merupakan apresiasi dan
impelementasi dari aspirasi masyarakat yang mencita-citakan terwujudnya
kondisi masyarakat yang ideal, dimana masyarakat dapatmelaksanakan.
aktivitas secara normal, tanpa terganggu oleh kegiatan yang disebut "penyakit .
masyarakat". Berdasarkan kajian yang komprehensif, ide terse but diformulasikan .
dalam bentuk peraturan daerah yang secara umum mengatur tentang tata cara
dan upaya pemerintah daerah menciptakan ketertiban umum, keteraturan
p'emanfaatan sarana umum dan fasilitas Pemerintah Daerah.
Peraturan Daerah ini merupakan hasil peninjauan/kajian terhadap.
berbagai aspek kehidupan masyarakat yang berkembang sangat dinamis.
Berbagai penyesuaian dilakukan dalam rangka mengikuti perkembangan
kebutuhan m~syarakat dan mengantisipasi kebutuhan dalam pelaksanaan tugas
Pemerintah Daerah sehari-hari, khususnya dalam bidang penegakan Peraturan
I?aerah. Dalam Peraturan Daerah ini terdapat beberapa pengaturan diantaranya ;
penegakan ketertibart umum, pelaksanaan oleh Satuan Polisi Pamong Praja.
sebagai ujung tombak penegakan Peraturan Daerah, penguatan koordinasi dan
sinergitas antar Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam pelaksanaan tindakan
penertiban, muatan materi-materi yang yang disesuaikan dengan kondisi spesifik
daerah, antara lain mengenai kesehatan dan administrasi kependudukan,.
pemberian penghargaan terhadap warga masyarakat yang berjasa dalam,
membantu tugas pemerintah daerah menjaga ketertiban umum, dan lain-lain. :
29
Dengan adanya Peraturan Daerah tentang Ketertiban Umum ini diharapkan
dapat menjadi. pedQman yuridis yang memadai bagi aparat Pemerintah Daerah,
dinas telmis, dan instansi terkait lainnya dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya yang terkait dengan ketertiban umum.
30
Hurufc
Cukup jelas.
Hurufd
Cukup jelas.
Hurufe
Cukup jelas.
Huruff
Cukup jelas.
Huruf g
Yang dimaksud dengan "usaha tertentu" adalah suatu kegiatan
usaha yang menimbulkan dampak ganguan terhadap ketertiban dan
ketenteraman masyarakat serta lingkungan, seperti percaloan,
perdagangan orang, penyaluran pembantu rumah tangga tanpa izin,
dan usaha barang-barang bekas.
Hurufh
Cukup jelas.
Hurufi
Cukup jelas .
Hurufj
Cukup jelas.
Hurufk
Cukup jelas.
Hurufl
Cukup jelas.
Hurufm
Cukup jelas.
Pasal8
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup je1as.
Ayat (3)
Cukup jelas.
31
Ayat (4)
Hurufa
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "pornografi" adalah gambar, sketsa,
ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi,
kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya
melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau
pertunjukan dimuka umum, yang memuat kecabulan dan
eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam
masyarakat.
Yang dimaksud dengan "provokatiF adalah merangsang untuk
bertindak sesuatu, baik itu bersifat menghasut, himbauan,
ajakan maupun pengerahan massa.
Yang dimaksud dengan "diskriminatiF adalah perbuatan yang
berkenaan dengan segala bentuk pembedaan, pengecualian,
pembatasan, atau pemilihan berdasarkan unsur-unsur
tertentu, yang mengakibatkan pencabutan atau pengurangan
pengakuan, perolehan, atau pelak~anaan hak asasi manusia
dan kebebasan dasar dalam suatu kesetaraan di bidang sipil,
politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Hurufc
Cukup jelas.
Hurufd
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Hurufh
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jeias.
32
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal9
Cukup jelas.
Pas ell 10
Hurufa
Yang dimaksud dengan "daerah penguasaan sungai" adalah dataran
banjir, daerah retensi, bantaran atau daerah sempadan yang tidak
dibebaskan.
Hurufb
Cukup jelas.
Hurufc
Yang dimaksud dengan "limbah eaif" adalah sisa dari suatu hasil
usaha danl atau kegiatan yang berwujud eair dan diduga dapat
menurunkan kualitas lingkungan.
Hurufd :r
Cukup jelas.
Hurufe
Yang dimaksud d.engan "bersifat komersial" adalah diperdagangkan.
Huruff
Cukup jelas.
Hurufg
Cukup jelas. ,. ,.
Pasall1
Cukup jelas.
Pasal12
Cukup jelas.
Pasal13
Hurufa
Untuk memanfaatkan daerah di kawasan Saluran Udara Tegangan
Ekstra Tinggi dan Saluran Udara Tegangan Tinggi terlebih dahulu
hams mendapatkan rekomendasi dari Perusahaan Listrik Negara
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
33
Hurufb
Cukup jelas.
Hurufc
Cukup jelas.
Hurufd
Cukup jelas.
Humfe
Cukup jelas.
Huruff
Cukup jela~.
Hurufg
Cukup jelas.
Hurufh
Cukup jelas.
Pasal14
Cukup jelas.
Pa~al15
Cukup jelas.
Pasal16
Cukup jelas.
Pasal17
Ayat (I)
Yang dimaksud dengan "Pengelola tempat usaha pariwisata" adalah
setiap orang atau badan yang menyelenggarakan usaha kegiatan
hiburan dan rekreasi dimana kegiatan tersebut berupa usaha seni
pertunjukan, arena permainan, studio musik, serta kegiatan hiburan·
dan rekreasi lainnya yang bertujuan untuk pariwisata.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "Pengelola Jasa Penyediaan Akomodasi"
adalah setiap orang atau badan yang menyelenggarakan usaha
penyediaan pelayanan penginapan untuk wisatawan yang dapat
dilengkapi dengan pelayanan pariwisata lainnya, yaitu fasilitas
pariwisata pada hotel yang merupakan satu kesatuan dengan Tanda
Daftar Usaha Pariwisata seperti hiburan, olah raga, kesehatan,
penyewaaan ruangan dan peralatan yang secara fisik tidak mele bihi
4~% dari fisik bangunan. Jenis turunan usaha akomodasi seperti
34
losmen, gubuk pariwisata, resort, pesanggrahan, wisma dan rumah
penginapan dapat menjadi jenis akomodasi lainnya.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "Pengelola Daya Tarik Wisata" adalah setiap
orang atau badan yang menyelenggarakan usaha pengelolaan daya
tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya, dan/ atau daya tarik
wisata buatan/binaan manusia.
Yang dimaksud dengan "Pengelola Usaha Jasa Makanan dan
Minuman" adalah setiap orang atau badan yang menyelenggarakan
usaha jasa penyediaan makanan dan minuman yang dilengkapi
dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan dan
penyimpanan atau sejenisnya, sub bidang usaha makan minum
kh,ususnya usaha restoran dapat dilengkapi dengan pelayanan
pariwisata lainnya seperti karaoke, permainan anak, penyedian
souvenir, dan lain-lain yang tidak melebihi 40% dari total bangunan,
sedangkan jasa usaha makan dan minum seperti kantin, warung
dan sejenisnya tetap merupakan turunan usaha rnakan dan rninurn
yang dapat dikelompokkan menjadi us aha milcro dan keeil.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup je1as.
Pasal18
Cukup jelas.
Pasal19
Cukup jelas.
Pasa120
Cukup jelas.
Pasal21
Cukup jelas.
Pasal22
Cukup jelas.
Pasal23
Cukup jelas.
35
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "ketentuan perundang-undangan yang
berlaku" adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Standar
Operasional Prosedur Satuan Polisi Pamong Praja.
Pasa138
Cukup jelas.
Pasa139
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Dalam rangka pelayanan laporan dari masyarakat, Pemerintah
Daerah menyediakan layanan pengaduan yang memudahkan
masyarakat melaporkan kejadian pelanggaran atas ketertiban
umum
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal40
Cukup jelas.
Pasal41
Cukup jelas.
Pasal42
Cukup jelas.
Pasal43
Cukup jelas.
Pasal44
Cukup jelas.
Pasa145
Cukup jelas.
37
"
BUPATI DAIRI
PROVINSI SUMATERA. UTARA
BUPATI DAIRI,
1
3. Undang-Undang NQmor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);
dan
1;3UPATI DAIR!
MEMUTUSKAN:
BABI
KETENTUAN UMUM
Pasall
11. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disebut APE
Desa adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.
12. Alokasi Dana Desa yang selanjutnya disingkat ADD adalah dana
perimbangan yang diterima Kabupaten dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.
13. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui
Angga,ran Pendapatan dan Belanja Daerah dan digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat.
4
BA.B II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal2
BABIII
RUANG LINGKUP
Pasal3
BABIV
PERANGKAT DESA
Pasal 4
Pasal5
(1) Sekretariat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a,
dipimpin oleh Sekretaris Desa dibantu oleh Kepala Urusan yang bertugas
membantu Kepala Desa dalam bidang administrasi pemerintahan.
(2) Sekretariat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling banYak 3
(tiga) hidang urusan.
Pasal6
Pasal 7
(1) Pelaksana Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c,
merupakan unsur pembantu Kepala Desa sebagai pelaksana tugas
operasional.
(2) Pelaksana Telqlis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling banyak 3
(tiga) seksi.
Pasa18
BAB V
PENGANGKATAN PERANGKAT DESA
Bagian Kesatu
Persyaratan Calon Perangkat Desa
Pasal9
(1) Perangkat Desa diangkat dari warga Desa yang memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
7
(2) Dalam h~ bakal calon Perangkat Desa tidak ada yang memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, maka
persyaratan pendiq.ikan diturunkan menjadi Sekolah Menengah Pertama
.. atau yang sederajat.
Bagian Kedua
Mekanisme Pengangkatan
Pasal10
o.
d. hasil penjaringan dan penyaringan bakal calon masing-masing jabatan
Perangkat Desa sekurang-kurangnya 2 (dua) orang calon dan
dikonsultasikan oleh Kepala Desa kepada Camat;
e. apabila bakal calon Perangkat Desa kurang dari 2 (dua) orang calon
maka dilakukan perpanjangan penjaringan dan penyaringan;
f. Camat memberikan rekomendasi tertulis terhadap calon Perangkat
Desa selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari keIja;
g. rekomendasi yang diberikan Camat berupa' persetujuan atau
penolakan berdasarkan persyarata;n yang ditentukan;
h. dalam hal Camat memberikan persetujuan, Kepala Desa menerbitkan
Keputusan Kepala Desa tentang Pengangkatan Perangkat Desa; dan
1. dalam hal rekomendasi Camat berisi penolakan, Kepala Desa
melakukan penjaringan dan penyaringan kembali calon Perangkat
Desa.
(2) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan Perangkat Desa maka tugas
perangkat. desa yang kosong dilaksanakan oleh Pelaksana Tugas yang
memiliki posisi jabatan dan unsur yang sarna.
(3) Pelaksana Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh
Kepala Desa dengan Surat Perintab Tugas yang tembusannya
disampaikan kepada Bupati melalui Camat paling lambat 7 (tujuh) hari
terhitung sejak tanggal surat penugasan.
Pasalll
(1) Pegawai Negeri Sipil yang akan diangkat menjadi Sekretaris Desa harus
mendapatkan izin tertu1is dari Pejabat Pembina Kepegawaian.
(2) Oalam hal Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ~yat (l)
terpilih dan diangkat menjadi Sekretaris Desa, dibebaskan semen tara dari
jabat;annya selama menjadi Sekretaris Desa tanpa kehilangan hak sebagai
Pegawai Negeri Sipil.
Pasal12
(1) Perangkat Desa yang mencalonkan diri dalam pemilihan Perangkat Desa
diberi cuti terhitung sejak yang bersangkutan terdaftar sebagai bakal
calon Perangkat Desa sampai dengan selesainya pelaksanaan penetapan
calon terpilih.
(2) Tugas Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirangkap
oleh Perangkat Desa lainnya yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala
Desa.
Bagian Ketiga
Pembentukan Panitia
Pasal13
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penjaringan dan penyaringan
calon Perangkat Desa diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal14
(1) Dalam hal terjadi kekosongan seluruh perangkat desa maka panitia
penjaringan dan penyaringan perangkat desadilaksanakan oleh
Kecamatan.
Bagian Keempat
Pemberhentian Perangkat Desa
Pasal15
a. meninggal dunia;
c. diberhentikan.
1Q
(2) Perangkat Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf G karena:
b. berhalangan tetap;
Pasal16
Bagian Kelima
Larangan Perangkat Desa
Pasal17
Pasal18
(2) Dalam hal sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dilaksanakan, dilakukan tindakan pemberhentian sementara dan dapat
dilanjutkan dengan pemberhentian.
Pasal19
12
BABVI
KESEJAHTERAAN PERANGKAT DESA
Pasal20
Pasal21
(2) Jaminan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari
APBDesa dan sumber lain yang sah.
BAB VIII
PENINGKATAN KAPASITAS PERANGKAT DESA
.. Pasal22
(1) Perangkat Desa yang telah diangkat dengan Keputusan Kepala Desa wajib
mengikuti pelatihan awal masa tugas: dan program-program pelatihan
yang dilaksanakan oleh Pemerintah, Pem~rintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten, dan Pemerintah Desa.
•. (2) Biaya pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan pada:
a. Ariggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi;
c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten;
d. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; dan
e. sumber lain yang sah.
BABIX
PEMBIAYAAN
Pasal23
BABX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal24
(1) Perangkat Desa yang sudah ada pada saat Peraturan Daerah ini
diberlakukan tetap menjalankan tugas sampai dengan masa jabatannya
berakhir.
(2) Perangkat Desa yang diangkat dengan keputusan Kepala Desa yang tidak
sesuai dengan Peraturan Daerah ini wajib disesuaikan dengan Peraturan
i
Daerah ini paling lama 6 (enam) bulan.
14
(3) Sekretaris Desa yangherstatus sebagai Pegf;lwai Negeri Sipil tetap
menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan pelundang-
undangan.
BABXI
KETENTUANPENUTUP
Pasa125
Pasa126
15
Pasa127
Ditetapkan di Sidikalang
pada tanggal19 September 2016
BUPATI DAIRI,
ttd.
Diundangkan di Sidikalang
Eel-da tanggal 19 September 2016
ttd.
SEBASTIANUS TINAMBUNAN
16
PENJELASAN
ATAS
TENTANG
PERANGKAT DESA
I. UMUM
Peraturan Daerah ini merupakan pengaturan lebih lanjut ketentuan
Pasal 50 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan
ketentuan Pasal 70 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang
Perubahan A~s Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
da,n Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 83 Thun 2015 tentang Perangkat
Desa sehingga dalam rangka mengoptimalkan penyelenggaraan Pemerintahan
Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa,
dan pemberdayaan masyarakat Desa. Kepala Desa mengangkat Perangkat
Desa yang berkedudukan sebagai unsur penlbantu Kepala Desa, Perangkat
Desa terdiri dari Sekretaris Desa, Pe1aksana kewilayahan, dan Pelaksana
teknis. Sekretariat Desa dipimpin oleh Sekretaris Desa dibantu oleh unsur staf
sekretariat yang bertugas membantu Kepala Desa dalam bidang administrasi
pemerintahan, kemudian pelaksana kewilayahan merupakan unsur pembantu
Kepala Desa sebagai satuan tugas· kewilayahan dan jumlah pelaksana
kewilayahan ditentukan secara proporsional antara pelaksana kewilayahan
yang dibutuhkan dan kemampuan keuangan Desa serta dengan pelaksana
teknis merupakan unsur pembantu Kepala Desa sebagai pelaksana tugas
operasional.
17
Kemudian Perangkat Desa dalam me1aksanakan tugasnya menerima
penghasilan tetap, tunjangan, dan penerimaan lain yang sab sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, selain itu perangkat desa juga
memperoleh jaminan kesehatan. Dengan demikian beradasarkan peraturan
daerah ini Pemerintah Kabupaten Dairi perlu melakukai1 penataan kembali
terhadap pengisian jabatan sebagai Perangkat Desa, Sehingga dapat memenuhi
mnmtan masyarakat dalam memberikan pelayanan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan perekonomian Desa.
Pasall
Cukup jelas.
Pasa12
Cukup jelas.
Pasal3
Cukup jelas.
Pasal4
Cukup jelas.
Pasal5
Cukup jelas.
Pasa16
Cukup jelas.
Pasa17
Cukup jelas.
Pasa18
Cukup jelas.
Pasal9
Ayat (1)
Hurufa
Cukup jelas.
Hurufb
Cukup jelas.
Hurufc
Cukup jelas.
Hurufd
Hurufe
Cukup je1as.
Huruff
Hurufg
CUkup jelas.
Hurufh
Cukup jelas.
Hurufi
Cukup jelas.
Hurufj
Cukup jelas.
Hurufk
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
19
Pasal10
Ayat (1)
Hurufa
Cukup jelas.
Hurufb
Cukup jelas.
Hurufc
Cukup jelas.
Hurufd
Cukup jelas.
Hurufe
Cukup jelas.
Huruff
Hurufg
Cukup j elas.
Hurufh
Cukup jelas.
Hurufi
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
2Q
Pasa111
Ayat (1)
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasa112
Cukup jelas.
Pasa113
Cukup jelas.
Pasa114
CUkup jelas.
Pasa,115
Cukup jelas.
Pasa116
Cukup jelas.
Pasal17
Hurufa
Cukup jelas.
Hurufb
Cukup jelas.
Hurufc
Cukup jelas.
Hurufd
Cukup jelas.
Hurufe
Cukup jelas.
Huruff
Cukup jelas.
Hurufg
Cukup jelas.
Hurufh
Cukup jelas.
Hurufi
Cukup jelas.
Hurufj
Cukup jelas.
Hurufk
Hurufl
Cukup jelas.
Hurufm
·Cukup jelas.
Pasal18
Cukup jelas.
Pasal19
Cukup jelas.
Pa~a,120
Cukup jelas.
Pasal21
Cukup jelas.
Pasal22
"
Cukup jelas.
-;;
Pasa123
Cukup jelas.
Pasa124
Cukup jelas.
Pasa125
Cukup jelas.
~asa126
Cukup jelas.
Pasa127
Cukup jelas.
23
BUPATI DAIRI
PROVINSI SUMATERA UTARA
TENTANG
BUPATI DAIRI,
potensi desa;
pedoman;
1
Mengingat 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
2689);
5234);
2
6. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
5495);
5717);
3
9. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
Nomor 296);
dan
BUPATI DAIRI
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal1
4
3. Bupati adalah Bupati Dairi.
Kabupaten Dairi.
hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
Daerah.
9. Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUM Desa adalah
badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh
Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha
10. Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asH Desa,
dibeli atau diperoleh atas beban APBDesa atau perolehan hak lainnya
yang sah.
5
11. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
12. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu Perangkat Desa sebagai
16. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disebut APBDes
disetujui bersama oleh pemerintah desa dan BPD yang ditetapkan dengan
Peraturan Desa.
17. Kekayaan Desa adalah segala kekayaan dan sumber penghasilan desa
yang bersangkutan.
18. Permodalan BUM Desa adalah permodalan yang berasal dari kekayaan
desa yang dipisahkan, dana masyarakat desa dan sumber lain yang sah.
19. Usaha Desa adalah jenis usaha yang berupa pelayanan ekonomi desa
I
6
20. Penasehat adalah organ pengelola yang bertugas melakukan pengawasan
21. Pihak lain adalah instansi, lembaga, badan hukum dan perorangan di
22. Pelaksana Operasional BUM Desa adalah struktur organisasi inti dalam
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal2
Maksud dari penyusunan Peraturan Daerah ini adalah sebagai pedoman bagi
Pasal3
7
BABIII
RUANG LINGKUP
;; Pasa14
BUM Desa;
h. audit;
~
j. ketjasama BUM Desa antar desa;
BABIV
PEMBENTUKAN DAN KEDUDUKAN BUM DESA
Pasal5
(1) . Desa dapat mendirikan BUM Desa berdasarkan Peraturan Desa tentang
(2) Desa dapat mendirikan BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan mempertimbangkan :
8
b. potensi usaha ekonomi Desa;
Pasal6
(1) BUM Desa merupakan badan usaha milik desa yang independen dan
(2)
. - Pelaksana Operasional BUM Desa bertanggungjawab langsung kepada
Kepala Desa.
BABV
MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN PEMBENTUKAN BUM DESA
Bagian Kesatu
Maksud Pembentukan BUM Desa
Pasa17
kegiatan di bidang ekonomi danl atau pelayanan umum yang dikelola oleh
9
Bagian Kedua
Tujuan Pembentukan BUM Desa
Pasa18
Desa;
pihak ketiga;
Bagian Ketiga
Sasaran Pembentukan BUM Desa
Pasa19
sasaran:
10
b. tersedianya media beragam usaha dalam menunjang perekonomian dan
BAB VI
BENTUK, KEANGGOTAAN DAN ORGANISASI BUM DESA
Bagian Kesatu
Bentuk Organisasi BUM Desa
Pasal 10
(1) BUM Desa dapat terdiri dari unit-unit usaha yang berbadan hukum.
(2) Unit usaha yang berbadan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(3) Dalam hal BUM Desa tidak mempunyai unit-unit usaha yang berbadan
Pasal 11
b. lembaga keuangan mikro dengan andil BUM Desa sebesar 60% (enam
lembaga keuangan.
11
Pasal 12
(1) BUM Desa dapat menjalankan bisnis sosial (social business) sederhana
(2) Unit usaha dalam BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
(3) Ketentuan mengenai pemanfaatan sumber daya lokal dan teknologi tepat
guna sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Desa.
Pasal 13
e1) BUM Desa dapat menjalankan bisnis penyewaan (renting) barang untuk
(2) Unit usaha dalam BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
a. alat transportasi;
b. perkakas pesta;
c. gedung pertemuan;
d. rumah toko;
12
Pasal14
(2) Unit usaha dalam BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dan
Pasal15
(2) Unit usaha dalam BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
a. pabrik es;
c. hasil pertanian;
Pasal 16
(1) BUM Desa dapat menjalankan bisnis keuangan (financial business) yang
13
· (2) Unit usaha dalam BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
masyarakat Desa.
;.: Pasal 17
(1) BUM Desa dapat menjalankan usaha bersama (holding) sebagai induk
(2) Unit-unit usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berdiri
sendiri yang diatur dan dikelola seeara sinergis oleh BUM Desa agar
(3) Unit usaha dalam BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
masyarakat; dan
lainnya.
Bagian Kedua
Keanggotaan BUM Desa
Pasal 18
~.
14
(2) Keanggota8.11 BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
Bagian Ketiga
Organisasi BUM Desa
Pasal19
a. penasehat;
(2) Penasehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a secara ex-officio
terdiri dari:
a. direktur; dan
b. bagian.
15
(7) Organisasi BUM Desa dengan seluruh komposisinya diangkat dru1.
musyawarah des.a.
Bagian Keempat
Hak, Kewajiban dan Wewenang Pengurus BUM Desa
Paragraf 1
Hak
Pasal20
Paragraf2
Kewajiban
Pasal21
16
c. melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga perekonomian Desa
lainnya.
Paragraf 3
Wewenang
Pasal22
setiap bulan;
17
b. penetapan kebijakan pengembangan kegiatan usaha dari BUM Desa;
dan
Operasional.
BAS VII
PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN
PELAKSANA OPERASIONAL DAN PENGAWAS BUM DESA
Pasal23
adalah :
puluh) tahun;
perekonomian;
Pasa124
18
c. berdomisili atau bertempat tinggal di wilayah desa tersebut sekurang-
Pasal25
a. meninggal dunia;
c. mengundurkan diri;
BAB VIII
ALOKASI HASIL USAHA BUM DESA
Pasal26
(1) HasH usaha BUM Desa merupakan pendapatan yang diperoleh dati hasil
transaksi dikurangi dengan pengeluaran biaya dan kewajiban pada pihak
lain, serta penyusutan atas barang-barang inventaris dalam 1 (satu)
tahun buku.
19
(2) Pembagian hasil usaha BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(3) Alokasi pembagian hasil usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
BABIX
MASA BHAKTI PELAKSANA OPERASIONAL DAN PENGAWAS
Pasa127
(1) Masa bhakti Pelaksana Operasional dan Pengawas BUM Desa adalah
(2) Masa bhakti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhitung sejak ta11ggal
Desa.
(3) Pelaksana Operasional dan Pengawas yang telah habis masa bhaktinya
BABX
MEKANISME PENGELOLAAN,
PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPO~N
Bagian Kesatu
Pengelolaan
Pasal28
20
(2) Kepala Oesa selaku Penasehat melakukan evaluasi kinerja Pelaksana
dalam setahun.
Bagian Kedua
Pertanggungjawaban
Pasa129
\
(4) Selain kewajiban dimaksud pada ayat (1), Pelaksana Operasional wajib
Bagian Ketiga
Pelaporan
Pasal30
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari laporan berkala
21
(3) Laporan berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat
perkembangan usaha BUM Desa sekurang-kurangnya tentang laporan
keuangan semester.
dipertanggungjawabkan.
(7) Apabila laporan yang telah disempurnakan belum dapat diterima, dapat
BABXI
AUDIT
Pasa131
(2) Pelaksanaan audit keuangan BUM Desa dilakukan oleh akuntan publik
22
BAB XII
MODAL BUM DESA
Pasa132
Pasa133
(1) Penyertaan modal Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2)
d. aset Desa yang diserahkan kepada BUM Desa sesuai dengan ketentuan
masyarakat.
23
BAB XIII
KERJASAMA BUM DESA ANTAR DESA
Pasal34
(1) BUM Desa dapat melakukan kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih.
(2) Kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih dapat dilakukan dalam satu
kecamatan atau antar kecamatan dalam satu kabupaten.
(3) Kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih harus mendapat persetujuan
masing-masing Pemerintah Desa.
Pasa135
(1) Kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih dibuat dalam naskah
perjanjian kerjasama.
(2) Naskah perjanjian kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih paling
sedikit memuat:
a. subjek kerjasama;
b. objek kerjasama;
,.
c. jangka waktu;
..
d. hak dan kewajiban;
e. pendanaan;
f. keadaan memaksa;
g. pengalihan aset; dan
h. penyelesaian perselisihan.
(3) Naskah perjanjian kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih ditetapkan
Pasal36
Desa.
24
(2) Dalam hal kegiatan kerjasruna dilaksanakan antar unit usaha BUM Desa
BAB XIV
PEMBUBARAN BUM DESA
Pasal37
dimiJikinya;dan
BABXV
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Bagian Kesatu
Pembinaan
Pasa138
Desa.
25
Bagian Kedua
Pengawasan .
Pasal39
BAB XVI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasa140
(1) Bagi Desa yang telah memiliki dan menetapkan Peraturan Desa tentang
BUM Desa
. sebelum ketentuan dalam Peraturan
. Daerah ini diterbitkan
(2) Seluruh modal yang berasal dati bantuan pemerintah dan pihak lainnya
yang telah diterima harus dicatat oleh pemerintah desa yang selanjutnya
BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal41
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah
Kabupaten Dairi Nomor 16 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pembentukan dan
Tahurt 2006 Nomor 16, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Dairi Nomor
26
Pasal 42
Ditetapkan di Sidikalang
BUPATI DAIRI,
ttd.
Diundangkan di Sidikalang
ttd .
SEBASTIANUS TINAMBUNAN
UTARA: (66/2016).
27
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI
NOMOR 3 TAHUN 2016
TENTANG
PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN
BADAN USAHA MILIK DESA
1. UMUM
kewajiban masyarakat.
pemerintah Desa. Dengan demikian kegiatan ekonomi BUM Desa secara ideal
merupakan bagian dari usaha peningkatan ekonomi lokal dan regional dalam
28
Desa harus diatur tersendiri melalui Peraturan Des.a yang merujuk kepada
peraturan-peraturan di atasnya.
Pasall
Cukup jelas.
J.:>asal2
Cukup jel~s.
Pasal3
Cukup jelas.
Pasa14
Cukup jelas.
Pasal5
Cukup jelas.
Pasa16
Cukup jelas.
" Pasa! 7
Cukup jelas.
29
Pasa18
Cukup jelas.
Pasa19
Cukup jelas.
Pasa110
Cukup jelas.
Pasalll
Hurufa
Hurufb
Pasa112
Cukup jelas.
Pasa113
Cukup jelas.
Pasa114
Cukup jelas.
Pasal15
Cukupjelas.
Pasa116
Cukup jelas.
30
Pasal17
Cukup jelas.
Pasal18
Cukup jelas.
Pasal19
Ayat (1)
CukUp jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas .
.Ayat (3)
masyarakat setempat.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal20
Cukup jelas.
Pasa121
,. ....
Cukup jelas.
31
Pasal22
Cukup jelas.
Pasal23
Hurufa
Cukup jelas.
Hurufb
Cukup jelas.
Hurufc
Cukup jelas.
Hurufd
Cuku p jelas.
Hurufe
keterangan dari Kepala Desa danl atau instansi terkait ten tang
perekonomian.
Huruff
Pasal24
0-
Hurufa
Cukup jelas.
Hurufb
Cukup jelas.
32
Hurufc
Cukup jelas.
Hurufd
Cukup jelas.
Hurufe
Huruff
"S e hat jasmani dan rohani serta tidak terlibat narkoba" yang
dibuktikan dengan surat keterangan dati Rumah Sakit Umum
Daerah.
",'
Pasal25
Cukup jelas.
Pasal26
Cukup jelas.
Pasal27
Cukup jelas.
Pasal28
Ayat (1)
33
yang dimaksud dengan "akuntabel" adalah mekanisme
masyarakat.
BUM Desa.
dan nilai tambah kepada Desa, yang semakin hari semakin baik
dan meningkat.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal29
Cuku p jelas.
Pasa130
Cukup jelas.
34
Pasal31
Ayat (1)
Cukup jelas.
Pasal32
Cukup jelas.
Pasa133
Cukup jelas.
Pasa134
C~ln1p je1as.
Pasa135
Pasa136
Cukup jelas.
Pasa137
Cuk\1.p jelas.
Pasa138
Ayat (2)
Cukup jelas.
Cukup jelas.
35
Pasal39
Cukup jelas.
Pasal40
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pasa141
Cukup jelas.
Pasa142
Cukup jelas.
36
( SALINAN )
BUPATI DAIRI
PROVINSI SUMATERA UTARA
TENTANG
PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
KABUPATEN DAIRI TAHUN ANGGARAN 2015
BUPATI DAIRI,
-2-
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21
Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun
2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah
Daerah;
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun
2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik
Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 547);
14. Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 08 Tahun
2008 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Dairi Tahun
2008 Nomor 08, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Dairi Daerah Nomor 130);
15. Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 09 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Tahun .
Anggaran 2008 (Lembaran Daerah Kabupaten Dairi
Tahun 2008 Nomor 09, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Dairi Nomor 131);
16. Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 10 Tahun
2008 tentang Penambahan Penyertaan Modal Daerah
pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta
Nciho Kabupaten Daerah Tingkat II Dairi (Lembaran·
Daerah Kabupaten Dairi Tahun 2008 Nomor 10,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Dairi Nomor
132);
17. Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 11 Tahun
2008 tentang Penambahan Penyertaan Modal Daerah
pada PT Bank Sumut (Lembaran Daerah Kabupaten
Dairi Tahun 2008 Nomor 11, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Dairi Nomor 133);
18. Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 03 Tahun
2009 tentang Perusahaan Daerah Pasar Kabupaten
Dairi (Lembaran Daerah Kabupaten Dairi Tahun 2009
Nomor 03, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Dairi Nomor 148);
19. Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 14 Tahun
. 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Kabupaten Dairi Tahun Anggaran 2015 (Lembaran
Daerah Kabupaten Dairi Tahun 2014 Nomor 14);
20. Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 5 Tahun
2015 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Kabupaten Dairi Tahun Anggaran 2015
(Lembaran Daerah Kabupaten Dairi Tahun 2015
Nomor 5);
Dengan Persetujuan Bersama
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
·4·
12. Surplus/ defisit-LO adalah selisih antara pendapatan-LO dan beban selama
satu periode pelaporan, setelah diperhitungkan surplus/ defisit dari kegiatan
non operasional dan pos luar biasa.
13. Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/ atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran
berikutnya. .
14. Sisa Lebih Pembiayaan Ariggaran yang selanjutnya disebut SiLPA adalah
selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu
periode anggaran. .
15. Saldo Anggaran Lebih adalah akumulasi Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran/
Sisa Kurang Pembiayaan Anggaran tahun-tahun anggaran sebelumnya dan
tahun berjalan serta penyesuaian lain yang diperkenankan
16. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah
menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari .
pihak lain sehingga daerah dibebani kewajiban untuk membayar kembali.
17. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah .
Daerah dan/ atau hak Pemerintah Daerah Kabupaten Dairi yang dapat
dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya
berdasarkan peraturan perundang-undangan at an akibat lainnya yang sah.
18. Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar pemerintah daerah
dan/ atau kewajiban Pemerintah Daerah Kabupaten Dairi yang dapat dinilai
denganuang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan
peraturan perundang-undangan atau akibat lainnya yang sah.
19. Laporan realisasi anggaran adalah penyajian informasi realisasi
pendapatan, belanja, transfer, surplus/ defisit dan pembiayaan yang
masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode.
20. Neraca adalah penyajian posisi keuangan pemerintah daerah mengenai
aset, kewajiban dan ekuitas dana pada tanggal tertentu yang
+ mencantumkan pos-pos : kas dan setara kas, investasi jangka pendek,.
piutang pajak dan bukan pajak, persediaan, investasi jangka panjang, aset
tetap, kewajiban jangka pendek, kewajiban jangka panjang dan ekuitas
dana.
21. Laporan arus kas adalah penyajian informasi penerimaan dan pengeluaran
kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas
operasi, aktivitas investasi, aktivitas pendanaan dan aktivitas transitoris.
22. Laporan operasional adalah penyajian informasi mengenai seluruh kegiatan·
operasional keuangan entitas akuntansi dan entitas pelaporan yang
tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban dan surplus/defisit operasional
dari suatu entitas yang penyajiannya disandingkan dengan periode
sebelumnya.
23. Laporan· saldo anggaran lebih adalah penyajian informasi mengenai
perubahan akumulasi saldo SiLPA atau SiKPA pada tahun pelaporan dan
penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.
24. Laporan perubahan ekuitas adalah penyajian informasi mengenai
perubahan nilai ekuitas pada tahun pelaporan dan penyajiannya
disandingkan dengan periode sebelumnya.
25. Catatan atas laporan keuangan adalah penyajian informasi tentang
penjelasan pos-pos Laporan Keuangan dalam rangka pengungkapan yang
memadai.
-5-
BAB II
PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
Pasal 2
(2) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri dengan
laporan kinerja dan ikhtisar laporan keuangan Badan Usaha Milik
Daerah/Perusahaan Daerah.
Pasal 3
Pasal 4
-6-
, (3) Selisih anggaran dengan realisasi transfer sejumlah
Rp. (198.345.750,00) dengan rincian sebagai berikut :
a. anggaran belanja setelah perubahan Rp. 65.972 .600.250 ,00
b. realisasi R 65 .774 .254 .500,00
.!:92.:
selisih lebih/ (kurang) Rp. (198 .345.750 ,00)
(4) Selisih anggaran dengan realisasi surplus / defisi t sejumlah
Rp. 105.896.787.981,69 dengan rincian sebagai berikut :
a. surplus/ defisit setelah perubahan Rp. (84.276.492.010,00)
b . realisasi Rp. 21.620 .295.971,69
selisih lebih/ (kurang) Rp . 105.896.787.981,69
Pasal 5
Pasal 6
Laporan arus kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 untuk tahun yang
berakhir sampai dengan 31 Desember Tahun 2015 dengan rincian sebagai
berikut:
a . saldo awal kas per 1 Januari tahun 2015 Rp. 75.797.482.962,48
b. arus kas dari aktivitas operasi Rp. 201.330.288 . 181,69
. c. arus kas dari aktivitas investasi Rp . (181. 709. 992.210,00)
d. arus kas dari aktivitas pendanaan Rp. (1.268.724.888,22)
e. arus kas dari aktivitas transitoris Rp. 0,00
f. saldo akhir kas di BUD jKas Daerah Rp. 94.146.058.375,95
·7·
g. saldo akhir kas di bendahara pengeluaran Rp. 125.847.312,42
. h. saldo akhir kas lainnya di bendahara Rp. 1.166.149.207,94
pengeluaran
1. saldo akhir kas di bendahara penerimaan Rp. 90.947.674,00
J. saldo akhir kas di bendahara dana BOS Rp. 1.235.783.020,00
k. saldo akhir kas per 31 Desember Tahun 2015 Rp. 96.764.785.590,31
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
-8-
Pasal 11
Pasal 12
Pasal13
-9-
BAS III
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 14
Ditetapkan di Sidikalang
pada tanggal 29 September 2016
SUPATI DAIRI ,
ttd .
Diundangkan di Sidikalang
pada tanggal 29 September 2016
ttd.
SEBASTIANUS TINAMBUNAN
-10-
BUPATI DAIRI
PROVINSI SUMATERA UTARA
TENTANG
BUPATI DAIRI,
./{\
'.
Republik Indonesia Tahun 1964 Nomor 96, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2689 );
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia
;
Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lemharan Negara Republik
Indonesia Nomor 3851);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tamhahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
6. Vndang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
8. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
I' dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049);
9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5589);
10.Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4575);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 ten tang Sistem
Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4576) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2010 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005
tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 110, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5155);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual
Pada Pemerintah Daerah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 1425);
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2015 tentang
. Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Tahun Anggaran 2016 (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 903);
16. Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 08 Tahun 2008
tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten
Dairi (Lembaran Daerah Kabupaten Dairi Tahun 2008 Nomor
08, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Dairi Nomor 130);
p,
3
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DAIRI
dan
BUPATI DAIRI
MEMUTUSKAN :
Pasal 1
4
13. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima
sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain
sehingga daerah dibebani kewajiban untuk membayar kembali.
14. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada pemerintah
daerah dan/atau hak pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang sebagai
• akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-
undangan atan akibat lainnya yang sah.
~.
15. Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar pemerintah daerah
danl atau kewajiban pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang
berdasarkan peraturan perundang-undangan, perjanjian, atau berdasarkan sebab
lainnya yang sah.
Pasal 2
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 semula sejumlah
Rp. 1.113.493.269.000,00 berkurang sejumlah Rp. 31.183.451.889,00 sehingga
menjadi Rp. 1.082.309.817.111,00 dengan rincian sebagai berikut;
a. Pendapatan
1. semula Rp. 1.098.793.269.000,00
2. bertambah/ (berkurang) RQ. (101.382.636.949 137)
Jumlah p~ndapatan setelah perubahan Rp. 997.410.632.050,63
'.
-
b. Belanja
;-
c. Pembiayaan
1. Penerimaan
a) semula Rp. 18.000.000.000,00
b) bertambah/ (berkurang) RQ. 89.040.487.060 1 37
Jumlah penerimaan sete1ah perubahan Rp. 107.040.487.060,37
2. Pengeluaran
a) semula Rp. 3.300.000.000,00
b) bertambah/ (berkurang) R!2. 18.841.302.000 100
Jumlah pengeluaran setelah perubahan RQ. 22.141.302.000 1 00
;;-
Jumlah pembiayaan neUo
setelah perubahan (1 - 2) Rp. 84.899.185.060,37
;,
3. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
Tahun Berkenaan setelah perubahan Rp. 0,00
tz.
5
Pasal 3
. (1) P(::ndapatan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal2 huruf a ten:liri dari :
a. Pendapatan AsH Daerah
1. semula Rp. 75.647.999.000,00
;;.
2. bertambahf (berkurang) RQ. {. 9.803.668.661,37)
.
Jumlah Pendapatan AsH Daerah
setelah peru bahan Rp. 65.844.330.338,63
~"
O. Dana Perimbangan
1. semula Rp. 749.041.585.000,00
2. bertambah/ (berkurang) RQ. { 5.606.127 .694,OO}
Jumlah Dana Perimbangan
setelah perubahan Rp. 743.435.457.306,00
(2)Pendapatan AsH Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari
jenis pendapatan :
a. Pajak Daerah
1. semul~ Rp. 8.766.000.000,00
2. bertambahf (berkurang) RQ. 500.000.000,00
Jumlah Pajak Daerah setelah perubahan Rp. 9.266.000.000,00
,b. Retribusi Daerah
1. semula Rp. 45.717.493.000,00
2. bertambah/ (berkurang) RQ. (15.550.933.000,00}
Jumlah Retribusi Daerah setelah perubahan Rp. 30.166.560.000,00
./1\
(3) Dana Perimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari jenis
pendapatan :
a. Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak
1. semula Rp. 24.500.000.000,00
2. bertambah/ (berkurang) Rp. ! 4.746.789.000,OQl
Jumlah Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak .
setelah perubahan Rp. 19.753.211.000,00
(4) Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c terdiri dari jenis pendapatan :
a. Hibah
1. semula Rp. 1.250.000.000,00
2. bertambahf (berkurang) Rp. . 16.478.442.000,00
Jumlah Hibah setelah perubahan Rp. 17.728.442.000,00
b. Dana Darurat
1. semula Rp. 0,00
2. bertambah/ (berkurang) Rp. 0,00
Jumlah Dana Darurat setelah perubahan Rp. 0,00
,c. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya
1. semula Rp. 13.500.000.000,00
2. bertam bah / (berkurang) Rp. 13.872.405.406 200
Jumlah Dana Bagi HasH Pajak dari Provinsi
dan Pemerintah Daerah Lainnya
setelah perubahan Rp. 27.372.405.406,00
7
~. Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya
1. semula Rp. 0,00
2. bertambah/ (berkurang) RP.. 4.059.549.000 100
Jumlah Bantuan Keuangan dari Provinsi
atau Pemerintah Daerah Lainnya
setelah Peru bahan Rp.
. 4.059.549.000,00
Pasal 4
(1) Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b terdiri dari :
a. Belanja Tidak Langsung
1. semula Rp. 690.506.983.000,00
2. bertambah/ (berkurang) RQ. (47.478.102.410 100)
i'
Jumlah Belanja Tidak Langsung
setelah perubahan Rp. 643.028.880.590,00
b. Belanja Langsung
1. semula Rp. 422.986.286.000,00
2. bertambahj(berkurang) Rp.. 16.294.650.521 1 00
Jumlah Belanja Langsung setelah perubahan Rp. 439.280.936.521,00
(2) Belanja Tidak Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari
jenis belanja :
a. Belanja Pegawai
1. semula Rp. 548.620.983.000,00
2. bertambah/ (berkurang) Rp. (42.546.370.910,00)
Jumlah Belanja Pegawai setelah perubahan Rp. 506.074.612.090,00
b. Belanja Bunga
1. semula Rp. 555.000.000,00 .
2. bertam bah j (berkurang) =R=p,,-._--'(0..;:;3-",,5..::;.0.:-:;.0;,.,::0;,.,::0;...:..,.0::..,;0:::..;0=-z.•.;::..00.;:..L)
Jumlah Belanja Bunga setelah perubaban Rp. 205.000.000,00 t?
8
,c. Belanja Subsidi
1. sernula Rp. 0,00
2. bertarnbah / (berkurang) RQ. 0 1 00
Jurnlah Belanja S~bsidi setelah perubahan Rp. 0,00
d. Be1anja Hibah
1. sernula Rp. 2.340.000.000,00
2. bertarnbah/ (berkurang) RQ. 1.919.000.000 100
Jurnlah Belanja Hibah setelah perubahan Rp. 4.259.000.000,00
e. Belanja Bantuan Sosial
1. sernula Rp. 460.000.000,00
2. bertarnbah/ (berkurang) RQ. (460.000.000 100)
Jurnlah Belanja Bantuan Sosial
setelah perubahan Rp. 0,00
(3) Belanja Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari
jenis belanja :
a. Belanja Pegawai
1. semula Rp. 18.494.674.500,00
2. bertambah/ (berkurang) Rp. (295.145.000,00)
Jumlah Belanja Pegawai setelah
perubahan Rp. 18.199.529.500,00
.9
b. Belanja Barang dan Jasa
1. semula Rp. 178.431.675.500,00
2. bertambah/ (berkurang) Rp. 750.96~.760tOO
Jumlah Belanja Barang dan Jasa
setelah perubahan Rp. 179.182.644.260,00
c. Belanja Modal
1. semula Rp.226.059.936.000,00
2. bertambah/ (berkurang) Rp. 15.838.826.761,00
Jumlah Belanja Modal setelah perubahan Rp.241.898.762.761,00
Pasa15
(1) - Pembiayaan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasa12 huruf c terdiri dari·
jenis pembiayaan :
a. Penerimaan Pembiayaan
1. semula Rp. 18.000.000.000,00
2. bertambah/ (berkurang) Rp. 89.040.487.060,37
Jumlah Penerimaan Pembiayaan
setelah perubahan Rp. 107.040.487.060,37
b. Pengeluaran Pembiayaan
1. semula Rp. 3.300.000.000,00
2. bertambah/ (berkurang) Rp. 18.841.302.000,00
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan
setelah peru bahan Rp. 22.141.302.000,00
(2) Penerimaan Pembiayaan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
terdiri dad jenis pembiayaan :
a. SILPA Tahun Anggaran sebelumnya
1. semula Rp. 18.000.000.000,00
2. bertambah/ (berkurang) Rp. 76.271.905.688 137
JUl11:lah SILPA setelah perubahan Rp. 94.271.905.688,37
b. Pencairan Dana Cadangan
1. semul§ Rp. 0,00
2. bertambah/ (berkurang) Rp. 0100
Jumlah Pencairan Dana Cadangan
setelah perubahan Rp. 0,00
.• \1
10-
c. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
1. semula Rp. 0,00
2. bertambah / (berkurang) RQ. 0 1 00
Jumlah Penjualan Kekayaan Daerah
Yang Dipisahkan setelah perubahan Rp. 0,00
(3) Pengeluaran Pembiayaan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
terdiri dari jenis pembiayaan :
" a. Pembentukan Dana Cadangan
1. semula Rp. 0,00
2. bertambah/ (berkurang) Rp. 0 1 00
Jumlah Pembentukan Dana Cadangan
setelah peru bahan Rp. 0,00
11
d. Pemberian Pinjaman Daerah
1. semula Rp. 0,00
2. bertambahf (berkurang) Rp. 0,00
Jumlah Pemberian Pinjaman Daerah
setelah perubahan Rp. 0,00
Pasal6
i
Pasal7
12
Pasal8
Ditetapkan di Sidikalang
pada tanggal abtio ber ;) ou,
I PARA
iSEKDA j
KAOIS
' ----t-~--i
iSEKRETAPJS
KABID
Diundangkan di Sidikalang 1_
pada tanggal (, o~ -k" o'oer d-O l)O
SEBASTIA US TINAMBUNAN
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAIRI TAHUN 2016 NOM OR
13
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI
NOMOR TAHUN 2016
TENTANG
PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN 2016
1. UMUM
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 ten tang Perubahan Kedua
atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun
2015 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun
Anggaran 2016, mengamanatkan bahwa Perubahan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten Dairi Tahun Anggaran 2016 dilakukan yang didahului
dengan Perubahan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang ditetapkan dengan
Peraturan Bupati Dairi Nomor 12 Tahun 2016 tentang Perubahan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah Kabupaten Dairi Tahun 2016 yang kemudian dituangkan kedalam
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran (KUPA) dan Prioritas Plafon Anggaran
Sementara (PPAS) Perubahan APBD Kabupaten Dairi Tahun Anggaran 2016.
Perubahan terhadap pos Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah perlu dilakukan
untuk menyesuaikan terhadap Bantuan Keuangan dari Provinsi yang diterima setelah
APBD Kabupaten Dairi Tahun Anggaran 2016 ditetapkan dan adanya penambahan
Dana 8agi Hasil Pajak dari Provinsi.
Pasal1
Cukup jelas.
Pasa12
Cukup jelas.
Pasa13
Cukup jelas.
Pasa14
Cukup jelas.
Pasa15
Cukup jelas.
Pasa16
Cukup jelas.
Pasal7
Cukup jelas.
Pasa18
Cukup jelas.
15
)(0
BUPATI DAIRI
PROVINSI SUMATERA UTARA
TENTANG
BUPATI DAIRI,
I
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik .
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran'
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana"
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang
Investasi Pemerintah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 14 , Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4812);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1984
tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan
Perusahaan Daerah di Lingkungan Pemerintah Daerah;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2012
tentang Pedoman Pengelolaan Investasi Pemerintah
Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 754);
12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 31jPMK05j2016
tentang Tata Cara Penyelesaian Piutang Negara Yang
Bersumber Dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri,
Rekening Dana Investasi, Dan Rekening Pembangunan
Daerah Pada Perusahaan Daerah Air Minum (Berita,
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 280);
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 48 Tahun 2016
tentang Pedoman Penerimaan Hibah dari Pemerintah
Pusat kepada Pemerintah Daerah, dan Penyertaan Modal
Pemerintah Daerah kepada Perusahaan Daerah Air
Minum, dalam Rangka Penyelesaian Hutang Perusahaan
Daerah Air Minum kepada Pemerintah Pusat Secara Non
Kas (Berita Negara Republik' Indonesia Tahun 2016
Nomor 1101);
2
14. Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2008 tentang Pokok-
Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah
Kabupaten Dairi Tahun 2008 Nomor 08, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Dairi Nomor 130);
15. Peraturan Daerah Nomor 30 Tahun 2000 tentang
-; .. Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan
Daerah Air Minum Tirta Nciho (Lembaran Daerah
Kabupaten Dairi Nomor 30 Seri : D Nomor 20, Tambahan.
OJ
Lembaran Daerah Kabupaten Dairi Nomor 30);
16. Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 31 Tahun 2000 .
tentang Pengelolaan Air Minum (Lembaran Daerah
Kabupaten Dairi Nomor 31 Seri : B Nomor 7, Tambahan.
Lembaran Daerah Kabupaten Dairi Nomor 31);
17. Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 32 Tahun 2000
tentang Kepengurusan Perusahaan Daerah Air Minum
Tirta Nciho (Lembaran Daerah Kabupaten Dairi Nomor 32
Seri : D Nomor 21, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Dairi Nomor 32);
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
3
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Bagian Kesatu
Maksud
Pasa12
Bagian Kedua
Tujuan
Pasa13
BABIII
PENYERTAAN MODAL NON KAS
Pasa14
Penyertaan Modal Non Kas Pemerintah Daerah pada PDAM Tirta Nciho
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 sebagai penambahan penyertaan
modal secara non kas Tahun 2016.
4
BABIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal5
Ditetapkan di Sidikalang
pada tanggal 11 November 2016
BUPATI DAIRI,
ttd.
Diundangkan di Sidikalang
pada tanggal 11 November 2016
ttd.
SEBASTIANUS TINAMBUNAN
5
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI
NOMOR TAHUN 2016
.- TENTANG
PENYERTMN MODAL NON KAS PEMERINTAH DAERAH
KEPADA PERUSAHMN DAERAH AIR MINUM TIRTA NCIHO
KABUPATEN DAIRI
I. UMUM
Penyertaan modal Pemerin tah Daerah adalah pengalihan kepemilikan
barang milik daerah yang semula merupakan kekayaan yang tidak
dipisahkan menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk diperhitungkan
sebagai modal/ saham daerah pada PDAM Tirta Nciho Kabupaten Dairi.