Anda di halaman 1dari 127

I

HIMPUNAN PERATURAN DAERAH


KABUPATEN DAIRI TAHUN 2016

....
ii.

BAGIAN HUI(UM
'L'
SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN DAIRI
2016 , '.
BUPATI DAIRI
PROVINSI SUMATERA UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI


NOMOR 1 TAHUN 2016
TENTANG
KETERTIBAN UMUM

DENGAN RAI-IMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI DAIRI,

Menimbang a. bahwa penyelenggaraan ketertiban umum merupakan


urusan wajib Pemerintah Daerah, maka untuk
niewujudkan Kabupaten Dairi yang tertib, tenteram,
lingkungan hidup yang sehat, nyaman, rukun, dan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku, diperlukan adanya pengaturan di bidang

t .
ketertiban umum;
i
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, perlu membentuk Peraturan Daerah
tentang Ketertiban Umum;

Mengingat 1. Pasa! 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1964 tentang Penetapan


Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Dairi
dengan mengubah Undang-Undang Nomor 7 Drt. Tahun
1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten di
Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1964 Nomor 9) menjadi Undang-Undang
'-
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1964 Nomor
96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2689);

1
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 ten tang Hukum
Acara Pidana (Lemoaran Negara Republik Indonesia Tahun
1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Repllblik
Indonesia Nomor 3209);

4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan


dan Permukiman (Lembaran Negara Republik _Indonesia
Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3461);

5. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang


Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Dimuka Umum
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor
181, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3789);

6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan


Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara, Republik
Indonesia Nomor 4247);

7. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 ten tang Jalan

\
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
i
132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4444);

8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan


Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 . '
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);

9. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang


Pengelolaan Persampahan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambaban Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4851);

10. Undang-Undang Nomor 22 Tabun 2009 ten tang Lalu


Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5025);

2
11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);

12. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);

13. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234);

14. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah diubah. beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tabun 2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang


Prasarana dan Lalu Lintas T~pi Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3529);

16. Peraturan Pemerintah Nomor .79 Tahun 2005 tentang


Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

3 .
17. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 ten tang
Pekerja Kefannasian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5044);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang


Satuan Polisi Pamong Praja (Lemba,ran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 9, Tambahan Lembaran·
Negara Republik Indonesia Nomor 5094):

19. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang


Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa
Produk Tembakau Bagi Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 278, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5380);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang


Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 260, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3527);

21. Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013 tentang


Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol
i
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
~ Nomor 190);

22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015


tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Be rita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036);

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DAIRI
dan
BUPATI DAIR!

MEMUTUSKAN:

Menetapkan PERATURAN DAERAH TENTANG KETERTIBAN UMUM.

4
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

J 1. Daerah adalah Kabupaten Dairi.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan


Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.

3. Bupati adalah Bupati Dairi.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah


lembaga Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Dairi yang berkedudukan
sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah .

5. Ketertiban 'Umum adalah suatu keadaan dinamis yang memungkinkan


Pemerintah Daerah dan masyarakat dapat melakukan kegiatannya dengan
tenteram, tertib, dan teratur.

6: Kepentingan dinas adalah kepentingan yang terkait dengan penyelenggaraan


pemerintahan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya atau dalam rangka
pelayanan kepentingan umum sesuai ketentuan peraturan perundang-
iii,
undangan.

l! 7. Jalan adalah prasarana ttansportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan
bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan
tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air,
kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel.

8. Jalur hijau adalah setiap jalur yang terbuka sesuai rencana daerah yang
peruntukan, penataan dan pengawasannya dilakukan oleh Pemerintah
Daerah.

9. Taman adalah bidang tanah yang merupakan bagian dari ruang terbuka hijau
yang mempunyai fungsi tertentu, ditata dengan serasi, lestari dengan
menggunakan material taman, material buatan dan unsur-unsur alam jalur
hijau yang dipergunakan dan diolah untuk pertamanan .

5
10. Tempat umum adalah sarana yang dise1enggarakan oleh Pemerintah, swasta
atau perorangan yan~ digunakan untuk kegiatan bagi masyar~kat termasl.lk
di dalamnya adalah semua gedung-gedung perkantoran milik pemerintah
daerah, gedung perkantoran umum, dan tempat perbelanjaan.

J 11. Asusila adalah perbuatan tidak baik yang melanggar norma dan kaidah
kesopanan serta mengganggu ketertiban umum.

12. Terminal bayangan adalah lokasi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan


sebagian fungsi terminal oleh orang pribadi atau badan tanpa izin dari
Pemerintah Daerah.

13. Pedagang Kaki Lima yang selanjutnya disingkat PKL adalah seseorang yang
melakukan kegiatan usaha perdagangan dan jasa yang menempati tempat-
tempat prasarana dan fasilitas umum baik yang mendapat izin pemerintah
daerah maupun yang tidak mendapat iOO pemerintah daerah an tara lain
badan jalan, trotoar, saluran air, jalur hijau, taman, bawah jembatan,
jembatan penyeberangan.

14. Gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai
dengan kehidupan normal yang layak dalam masyarakat setempat, serta
tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap diwilayah tertentu
dan hidup mengembara di tempat umum.
i

15. Anak jalanan adalah anak yang melewatkan atau memanfaatkan sebagian
besar waktunya untuk melakukan kegiatan sehari-hari di jalanan untuk
mencari nafkah dengan cara berkeliaran di tempat umum, pasar, pertokoan
dan pusat keramain lainnya.

16. Izin adalah dokumen yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan
peraturan daerah atau peraturan lain yang merupakan bukti legalitas,
menyatakan sah atau diperbolehkannya seseorang atau badan untuk
melakukan usaha atau kegiatan tertentu.

17. Minuman Beralkohol adalah minuman yang mengandung etilalkohol atau ..


etanol (C2HSOH) yang diproses dari bahan hasil· pertanian yang
mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau
fermentasi tanpa destilasi.

6
18. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh ,
kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang

,
telah ditetapkan.

19. Menara telekomunikasi yang selanjutnya disebut menara adalah bangUn-


bangunan untuk kepentingan umum yang didirikan di atas tanah, atau
1;>angunan yang merupakan satu kesatuan konstruksi dengan bangunan
gedung yang dipergunakan untuk kepentingan umum yang struktur fisiknya
dapat berupa rangka baja yang diikat oleh berbagai simpul atau berupa
bentuk tunggal tanpa simpul, dimana fungsi, desain dan konstruksinya
disesuaikan sebagai sarana penunjang menempatkan perangkat
telekomunikasi.

21. Ruang Milik Jalan yang selanjutnya disebut ruang milik jalan adalah ruang
manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan.

22. Orang adalah orang perorangan atau individu.

23. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan
kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha, yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan
lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan dalam
bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi lainnya, lembaga dan b<:mtuk badan lainnya tennasuk kontrak
investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

24. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyedi~ barang dan/atau jasa
bagi pemenuhan kebutuhan wisatawatl dan penyelenggaraan pariwisata.

25. Satuan Polisi Pamong Praja yang selanjutnya disebut Satpol PP adalah
satuan kerja perangkat daerah Kabupaten Dairi yang menyelenggarakan
fungsi penegakan peraturan daerah serta penyelenggaraan ketertiban umum
dan keten~eraman masyarakat.

26. Pejabat yang berwenang adalah seorang pejabat yang diberikan kewenangan
oleh Bupati untuk mengeluarkan izin sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya berdasarkan peraturan daerah ini.

i.

7
BABII
ASAS, MAKSUD DAN TUJUAN

Bagian Kesatu

, Asas

Pasa12

Pelaksanaan ketertiban umum berasaskan ketaqwaan dan keimanan kepada


Tuhan Yang Maha Esa dengan memperhatikan nilai-nilai budaya, susila, moral,
keadilan, perlindungan hukum, dan kepastian hukum.

Bagian Kedua
Maksud dan Tujuan

Pasal3

(1) Peraturan Daerah ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi Pemerintah


Daerah dalam mengawasi, mencegah dan menindak setiap kegiatan yang
mengganggu ketertiban umum.

(2) Ketertiban umum bertujuan untuk menumbuhkan Kabupaten Dairi yang


tertib, tenteram, lingkungan hidup yang sehat, nyaman, rukun,dan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BABIII
RUANG LINGKUP

Pasa14

Ruang lingkup Peraturan Daerah ini meliputi:


a. hak dan kewajiban masyarakat;
b. ketertiban umumj
c. tindakan penertiban;
d. partisipasi masyarakat;

8
e.' pembinaan dan pengawasan;
f. kerjasama dan koordinasi;
g. ketentuan penyidikan;

J h.
i.
ketentuan pidana; dan
ketentuan penutup.

BABIV
HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT

Bagian Kesatu
Hak

Pasa15

(1) Setiap orang dan/atau badan memiliki hak yang sarna untuk merasakan
dan menikmati ketertiban dan ketenteraman.

(2) Setiap orang dan I atau badan mempunyai hak untuk mendapatkari.
perlindungan sebagai akibat dari tidak tertibnya masyarakat.

Bagian Kedua
Kewajiban

Pasa16

(1) Setiap orang dan/atau badan wajib menciptakan, memelihara ketertiban


dan melestarikan ketertiban dan ketenterarnan.

(2) Setiap orang dan I atau badan wajib untuk berupaya mencegah terjadinya
gangguan ketertiban dan ketenterarnan.

9
BABV
KETERTIBAN UMUM

Bagian Kesatu

, Umum

Pasal7

Ketertiban Umum dalam Peraturan Daerah ini meliputi:


a. tertib lalu !intas dan angkutan jalan;
b. tertib jalur hijau, taman, dan tempat umum;
c. tertib sungai, saluran air, danau dan mata air;
d. tertib bangunan;
e. tertib pemilik dan penghuni bangunan;
f. tertib usaha pariwisata;
g. tertib tempat dan us aha tertentu;
h. tertib kesehatan;
i. tertib kependudukan;
j. tertib sosial;
k. tertib peran serta masyarakat;
1. tertib tempat hiburan dan keramaian; dan
'Ii m. tertib lingkungan.

Bagian Kedua
Tertib Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Pasal8

(1) Setiap pengendara kendaraan bermotor dilarang menimbulkari suara yang


sifatnya mengganggu ketertiban umum.

(2) Setiap pengendara kendaraan bermotor dilarang membunyikan klakson dan .


wajib mengurangi kecepatan kendaraan pada waktu melintasi tempat ibadah
selama ibadah berlangsung, lembaga pendidikan, fasilitas pelayanan
kesehatan dan rumah duka.

(3) Kecuali atas izin Bupati atau pejabat yang berwenang, setiap orang
dan I atau badan dilarang:
a. membuat atau memasang portal;

10
b. membuat atau memasang alat pembatas kecepatan di jalan umum;
c. membuat atau memasang pintu penutup jalan;
d. membuat, memasang, memindahkan, dan membuat tidak berfungsi
rambu-rambu lalu lintas;

, e.
f.
g.
menggunakan ruang milikjalan tidak sesuai dengan fungsinya;
membongkar atau menggali jalan atau ruang milik jalan;
mengangkut bahan berbahaya dan beracun, bahan yang mudah
terba,kar, dan/atau bahan peledak dengan menggunakan alat angkut
yang terbuka;
h. memasang reklame pada kendaraan; atau
1. mengubah jalan, mengubah fungsi jalan/posisi jalan/saluran
tersier / sekunder.

(4) Setiap orang dan/ atau badan dilarang:


a. membuat atau mendirikan terminal bayangan;
b. membangun atau memasang reklame, atau tulisan dan gambar yang
bersifat pornografi, provokatif, diskriminatif, bernuansa suku, agama,
ras, dan antar golongan;
c. membuat bangunan atau konstuksi, atau memasang reklame yang
dapat mengganggu, menghalangi rambu lalu !intas, dan mengancam
keselamatan pengguna jalan;
d. menempatkan sesuatu yang dapat mengganggu atau menghalangi·
fungsi jalan, ruang milik jalan dan pengguna jalan;
e. merusak, mengambil atau memindahkan komponen bangunan
pelengkap jalan, kecuali untuk kepentingan dinas;
f. menjajakan dagangan, mengemis dan mengamen dijalan;
g. bertempat tinggal dan/ atau melakukan kegiatan usaha di tempat
dan/atau mengunakan tepi jalan, trotoar, gorong-gorong dan emperan
bangunan; atau
h. mengangkut bahan berdebu dan bahan berbau busuk detlgan
menggunakan alat angkut yang terbuka.

(5) Setiap pengendara dan penumpang kendaraan dUarang membuang sampah


ke jalan atau ruang milik jalan.

(6) Setiap pemilik kendaraan dilarang mengubah fungsi kendaraan yang dapat
membahayakan pengendara, pen1,lmpang dan pengguna jalan.

11
Bagian Ketiga
Tertib Jalur Hijau, Taman, dan Tempat Um:um

Pasa19·

Setiap orang dan I atau badan dilarang:


a. memasuki atau berada di jalur hijau atau taman yang bukan untuk umum,
kecuali untUk kepentingan dinas;
b. melakukan perbuatan yang dapat merusak jalur hijau danl atau taman
beserta kelengkapannya;
c. bertempat tinggal dan I atau melakukan kegiatan usaha di jalur hijau,
taman, atau tempat umum;
d. melakukan perbuatan merusak, mengambil atau menguasai terhadap taman
dan tempat umum beserta kelengkapannya;
e. melompat atau menerobos pagar sepanjang jalur hijau, taman, dan tempat
umum, kecuali untuk kepentingan dinas;
f. memanjat, memotong, menebang pohon dan tanaman yang tumbuh di
sepanjang jalan, jalur hijau, atau taman, kecuali untuk kepentingan dinas
danl atau keselamatan manusia;
g. membangun atau memasang reklame yang bersifat pomografi, provo.katif,
diskriminatif, dan suku, agama, ras, dan antar golongan;
h. membuat atau mendirikan terminal bayangan;
1. menempatkan benda dengan maksud untuk melakukan suatu usaha di
Jalur Hijau;
j. membuang sampah tidak pada tempatnya; atau
k. berkumpul atau bertingkah laku di jalan, jalur hijau, taman dan tempat
umum yang patut diduga berbuat asusila.

Bagian Keempat
Tertib Sungai, Saluran Air, Danau, dan Mata Air

Pasal'10

Setiap orang dan I atau badan dilarang:


a. menempati atau bertempat tinggal di daerah penguasaan sungai, saluran'
air, danau, dan mata air;

12
b. membuang sampah ke sungai, saluran air, danau dan mata air;
c. membuang limbah cair ke sungai, danau atau saluran air;
d. melakukan kegiatan usaha di pinggir danau kecuali atas izin Bupati atau
pejabat yang berwenang;
e. mengambil dan menggunakan air sungai, saluran air, danau dan mata air
untuk keperluan usaha yang bersifat komersial tanpa izin Bupati atau
pejabat yang berwenang;
f. mendirikan bangunan atau jembatan pada daerah· penguasaan sungai,·
saluran air dan dan au kecuali atas izin Bupati atau pejabat yang berwenang; .
atau
g. melakukan tindakan yang akan mengakibatkan pendangkalan dan/atau
pencemaran sungai, saluran air, danau dan mata air.

Pasal11

(1) Setiap orang dan/atau badan dilarang mengambil atau memindahkan tutup
got, selokan atau saluran air lainnya kecuali untuk kepentingan dinas.
(2) Setiap orang dan/ atau badan dilarang menutup saluran air
pembuangan/ drainase milik jalan dengan melakukan penutupan sementara
dan/ atau pengecoran permanen, kecuali atas izin Bupati atau pejabat yang
berwenang.

Pasal12

Setiap orang dan I atau badan dilarang menangkap ikan dengan menggunakan
bahan dan/ atau alat dalam bentuk apapun yang dapat merusak kelestarian
lingkungan hidup.

Bagian Kelima
Tertib Bangunan

Pasal13

Setiap orang dan I atau badan dilarang:


a. mendirikan bangunan dalam kawasan Saluran Udara Tegangan Ekstra
Tinggi dan Saluran Udara Tegangan Tinggi pada radius yang tidak sesuai .
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
"

13
b. mendirikan bangunan pada taman dan jalur hijau kecuali l,lntuk
kepentingan dinas;
c. mendirikan bangunan stasiun radio dan televisi siaran, dan stasiun relay, .
tanpa izin dari pejabat yang berwenang;
d. mendirikan bangunan reklame dan/ atau alat promosi lainnya yang dipasang
tanpa izin dari pejabat yang berwenang;
e. mendirikan bangunan menara/ tower telekomunikasi tanpa izin dari pejabat
yang berwenang;
f. mendirikan bangunan pada, trotoar, drainase I saluran tersier / sekunder,
sempadan sungai, sempadan situ, sempadan waduk, sempadan danau,
taman dan jalur hijau, kecuali untuk kepentingan dinas;
g. mendirikan warung/toko/kios di trotoar, sempadan jalan, bahu jalan, dan
halte pemberhentian kendaraan; atau
h. mendirikan posko/gardu/gazebo/tenda dan/atau sejenisnya pad a trotoar,.
drainase/saluran tersierlsekunder, sempadan sungai, sempadan situ,
sempadan waduk, sempadan danau, taman dan jalur hijau, kecuali atas izin
Bupati atau pejabat yang berwenang.

Pasa114

(1) Setiap orang dan/atau badan dilarang memanfaatkan atau menguasai tanah
,
dan bangunan milik Pemerintah Daerah, kecuali atas izin Bupati atau
Pejabat yang berwenang.

(2) Setiap orang dan I atau badan dilarang melakukan perubahan bangunan
peruntukap. rumah tinggal menjadi tempat kegiatan usaha, kecuali atas izin .
Bupati atau Pejabat yang berwenang.

(3) Setiap orang dan I atau badan dilarang melakukan perubahan fungsi
bangunan yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dan izin
mendirikan bangunan yang telah ditetapkan.

(4) Setiap orang dan/atau badan dilarang membangun pagar halaman ramah
secara tertutup dengan ketinggian lebih dati 1,5 (satu koma lima) meter .

..

14
Bagian Keenam
Tertib Pemilik dan Penghuni Bangunan

Pasal15

Setiap pemilik, penghuni bangunan, dan/atau rumah wajib:


• a. menjaga keamanan, kebersihan, keindahan, ketertiban lingkungan,
kesusilaan, kepatutan, dan kelestarian alam di lingkungannya;
b. membuat sumur resapan air hujan pada setiap bangunan baik bangunan
yang ada atau yang akan dibangun, disesuaikan dengan luasan laban yang
ada sesuai ketentuan teknis berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
c. membuang bagian dari pohon, dan I atau tumbuh-tumbuhan yang dapat
mengganggu keselamatan umum atau dapat menimbulkan bahaya bagi
sekelilingnya; dan
d. memelihara dan mencegah kerusakan ruang milik jalan karena penggunaan
oleh pemilik/penghuni bangunan atau rumah.

Pasal16

Setiap orang atau badan dilarang menggunakan dan menyediakan, atau


mengunjungi bangunan atau rumah sebagai tempat untuk berbuat asusila.

Bagian Ketujuh
Tertib Usaha Pariwisata

Pasal17

(1) Pengelola tempat usaha pariwisata, wajib:


a. mengawasi dan menyampaikan himbauan kepada pengunjung untuk·
tidak membawa senjata tajam, senjata api, minuman keras, narkotika
serta -untuk tidak melakukan praktek asusila dan tindak pidana-
lainnya;
h. melarang pengunjung menggunakan seragam sekolah, seragam dinas
pegawai negeri sipil, tentara, atau polisi, kecuali untuk kepentingan
dinas I sekolah; dan
c. menjaga kebersihan, ketenteraman dan ketertiban di lingkungan··
usahanya.

15
(2) Pengelola jasa penyediaan akomodasi, wajib:
a. mengawasi dan menyampaikan himbauan kepada pengunjung untuk
tidak membawa senjata tajam, senjata api, minuman keras, narkotika
serta untuk tidak melakukan praktek asusila dan tindak pidana
lainnya;
b.
I
memeriksa kelengkapan identitas setiap pengunjung yang datang; dan
c. menjaga kebersihan, ketentraman dan ketertiban di lingkungan
usahanya.

(3) Pengelola daya tarik wisata danjasa makanan dan minuman, wajib:
a. mengawasi dan menyampaikan himbauan kepada pengunjung untuk
tidak membawa senjata tajam, senjata api, minuman keras, narkotika
serta untuk tidak melakukan praktek asusila dan tindak pidana
lainnya; dan
b. menjaga kebersihan, ketentraman dan ketertiban di lingkungan
usahanya.

(4) Pengelola jasa penyediaan akomodasi dilarang menyediakan fasilitas dan


layanan tambahan yang bertentangan dengan norma agama, norma
kesusilaan, dan norma hukum.

(5) Setiap orang dan I atau badan dilarang menyelenggarakan usaha pariwisata
tanpa izin Bupati atau Pejabat yang berwenang.

Bagian Kedelapan
Tertib Tempat dan Usaha Tertentu

Pasal18

(1) Setiap orang dan I atau badan yang melakukan kegiatan usahanya harus
bertanggung jawab terhadap ketertiban, kebersihan dan menjaga kesehatan .
lingkungan serta keindahan di sekitar temp at usaha yang bersangkutan.

··(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan prosedur penetapan tempat
usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati. '

16
Pasal19

$etiap orang dan/atau badan dilarang melakukan pekerjaan atau bertindak


sebagai calo penjualan karcis angkutan umum, penjualan tiket hiburan,
p~ngujian kenderaan bermotor dan pelayanan perizinan danl atau kegiatan
sejenis.

Pasal20

(1) Setiap orang dan/atau badan dilarang melakukan usaha perdagangan


manusia.

(2) Setiap orang dan I atau badan dilarang melakukan usaha pengumpulan,
penyaluran tenaga kerja, pembantu rumah tangga atau pengasuh, tanpa izin
pejabat yang berwenang.

(3) Setiap orang dan I atau badan dilarang melakukan kegiatan usaha
pengumpulan, penampungan barang-barang bekas dan mendirikan tempat
kegiatan us aha yang menimbulkan pencemaran serta mengganggu
ketertiban umum.

(4) Setiap orang dan/atau badan dilarang melakukan kegiatan penumpukan


.
dan I atau 'penimbunan, terhadap produk atau barang pokok yang dapat
menimbulkan gangguan terhadap ketersediaan produk atau barang pokok.

Bagian Kesembilan
Tertib Kesehatan

Pasa121

Setiap orang danl atau badan dilarang:


a. menyelenggarakan dan/atau melakukan pelayanan kesehatan tanpa izin;
b. menyelenggarakan dan/atau melakukan praktek pengobatan tradisional
yang dapat membahayakan kesehatan dan melanggar norma susila dan
kaidah agama;
c. merokok di dalam kawasan tanpa rokok;

17
d. membuat, meracik, menyimpan dan menjual obat-obat yang dilarang oleh
peraturan perundang-undangan dan I atau obat palsu; atau
e. memproduksi, mengedarkan, memperdagangkan, menimbun, menyimpan,
mengoplos, menjual dan menyajikan minuman danl atau makanan yang
memabukkan tanpa izin dari pejabat yang berwenang.

Bagian Kesepuluh
Tertib Kependudukan

Pasa122

(1) Setiap orang wajib memiliki Kartu Tanda Penduduk dan dokumen
administrasi kependudukan lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.

(2) Setiap orang yang berkunjung atau bertamu lebih dari 24 (dua puluh empat)
jam wajib melaporkan diri kepada Kepala Lingkungan atau Kepala Dusun
setempat.

(3) Setiap penghuni rumah kost/kontrakan wajib melaporkan diri kepada


Kepala Lingkungan atau Kepala Dusun setempat dan mengurus
adrninistrasi kependudukan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Setiap pemilik/pengelola rumah kost/kontrakan wajib melaporkan
penghuninya kepada Kepala Desai Lurah melalui Kepala Lingkungan atau
Kepala Dusun setempat secara periodik.

Bagian Kesebelas
Tertib So sial

Pasa123

(1) Setiap orang dan/atau badan dilarang meminta bantuan atau sumbangan
i yang dilakukan sendiri dan/atau bersama-sama di jalan, pasar, kendaraan
umum, lingkungan pemukiman, rumah sakit, lembaga pendidikan dan
kantor.

18
(2) Permintaan bantuan atau sumbangan untuk kepentingan sosial dan
kemanusiaan pada tempat selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dapat diberikan izin oleh Bupati atau pejabat yang berwenang.

(3) Tempat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:


a. rumah makan;
b. terminal;
c. stasiun pengisian bahan bakar umum;
d. penyelenggaraan pameranJbazar amal;
e. tempat hiburanJrekreasi; atau
f. hotel.

(4) Setiap orang dilarang:


a. melakukan kegiatan sebagai penjaja seks komersial;
b. menyuruh, memfasilitasi, membujuk, memaksa orang lain untuk
menjadi penjaja seks komersial; dan I atau
c. memakai jasa penjaja seks komersial.

Pasa124

Setiap pimpinan lembaga pendidikan, wajib:


a. mengawasi peserta didik agar mematuhi jam belajar;
b. mengawasi agar tidak terjadi praktek asusila, penyalahgunaan narkotika,
tawuran pelajar dan tindak pidana lainnya; dan
c. berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah, Badan Nasional Narkotika dan
Kepolisian dalam melaksanakan pencegahan,. penindakan, dan
pemberantasan asusila, pencegahan penyalahgunaan narkotika dan tindak .
pidana lainnya.

Pasal25

Setiap orang dilarang melakukan tawuran dan kebut-kebutan kendaraan


bermotor.

Pasa126

Setiap orang danJ atau badan dilarang melakukan pengemisan dan


pergelandangan atau menyuruh orang lain untuk melakukan pengemisan dan

pergelandangan.

19
Bagian Keduabelas
Tertib Peran Serta Masyarakat

Pasal27

(1) Setiap orang dan I atau badan dilarang menempatkan atau memasang
lambang, simbol, bendera, spanduk, umbul-umbul, maupun atribut-atribut
lainnya pada pepohonan sepanjang daerah milik jalan dan daerah ruang
milik jalan, pagar pemisah jembatan, pagar pemisah jalan, jalan, jembatan
penyeberangan, halte, terminal, taman, tiang listrik dan tempat umum
lainnya.

(2) Penempatan dan pemasangan lambang, simbol, bendera, spanduk, umbul-


umbul maupun atribut lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan setelah mendapat izin dari Bupati atau pejabat yang berwenang.

(3) Setiap orang atau badan yang menempatkan dan memasang lambang,
simbol, bendera, spanduk, umbul-umbul maupun atribut-atribut lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib mencabut serta membersihkan
sendiri setelah habis masa berlakunya.

Pasa128

Setiap orang dan I atau badan dilarang memasang lambang, simbol, bendera,
spanduk, umbul-umbul, dan atribut yang bersifat komersial maupun non
komersial di lingkungan kantor pemerintahan, tempat ibadah dan lingkungan
sekolah.

Pasal29

'. (1) Setiap orang dan/atau badan dilarang merusak prasarana dan sarana
uml.,lm pada waktu berlangsungnya penyampaian pendapat, unjuk rasa
danl atau pengerahan massa.

(2) Setiap orang danl atau badan dilarang membuang benda-benda danl atau
sarana yang digunakan pada waktu penyampaian pendapat, unjuk rasa,
rapat-rapat umum dan pengerahan massa di jalan, jalur hijau, dan tempat
umum lainnya.

20
Pasa130

Setiap orang danj atau badan pemilik rumah danj atau bangunan gedung wajib
memasang bendera Merah Putih pada peringatan hari besar nasional dan daerah
pada waktu tertentu sesuai dengan peraturan yang berlaku. .

Bagian Ketigabelas
Tertib Tempat Hiburan dan Keramaian

Pasa131

(1) Setiap orang danjatau badan dilarang menyelenggarakan temp at usaha


hiburan tanpa izin Bupati atau pejabat yang berwenang.

(2) Setiap penyelenggaraan tempat usaha hiburan yang telah mendapat izin
sebagaimana dimaksud pad!=l ayat (1) dilarang melaksanakan kegiatan lain
yang menyimpang dari izin yang ditetapkan.

(3) Setiap orang dan/ atau badan yang meyelenggarakan permainan


ketangkasan yang bersifat komersial wajib memiliki izin.

; Pasal32

(1) Bupati menetapkan jenis kegiatan keramaian yang menggunakan tanda


masuk.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenal Jenis kegiatan keramaian sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasa133

Penyelenggaraan kegiatan keramaian di luar gedung danj atau memanfaatkan


jalur jalan yang dapat mengganggu kepentingan umum wajib mendapat izin dari
Bupati atau pejabat yang berwenang.

21
Bagian Keempatbelas
Tertib Lingkungan

Pasal34

(1) Setiap orang dan/atau badan dilarang menan.gkap, memelihara, mernburu,


memperdagangkan atau membunuh hewan tertentu yang jenisnya telah
ditetapkan untuk dilindungi oleh undang-undang.

(2) Setiap pemilik hewan peliharaan wajib menjaga, menyediakan tempat dan
menempatkan hewan peliharaannya untuk tidak berkeliaran danl atau
mengganggu.

(3) Setiap kegiatan usaha pemotongan hewan ternak wajib dilakukan di tempat
pemotongan hewan yang ditetapkan oleh Bupati.

(4) Pemotongan hewan ternak sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat
dilakukan di luar tempat pemotongan hewan hanya untuk keperluan
keagamaan atau upacara adat setelah mendapat izin dari Bupati atau .
pejabat yang berwenang.

Pasal35

Setiap orang dan I atau badan dilarang merusak hutan lindung dan hutan kota.

Pasal36

Setiap orang dan I atau badan dilarang:


a. merusak jaringan pipa air;
b. membalik arah meter air dengan cara merusak, melepas, danl atau
menghilangkan segel pabrik dan segel dinas;
c. mengambil air langsung dari pipa distribusi atau pipa dinas se belum meter
air.

22
BAa VI
TINDAKAN PENERTIBAN

Pasal37

(1) Untuk mepciptakan ketertiban umum di Daerah, Pemerintah Daerah


melakukan tindakan penertiban terhadap pelanggaran peraturan daerah
dem/ atau .kebijakan Pemerintah Daerah.

(~) Tindakan penertiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan


oleh Satpol PP berdasarkan laporan masyarakat, pihak lain atau temuan
langsung di lapangan.

(3) Tindakan penertiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasa138

Dalam melaksanakan tindakan penertiban, Satpol PP melakukan koordinasi


dengan instansifSatuan Kerja Perangkat Daerah terkait.

BAB VII
PARTISIPASI MASYARAKAT

Pasal39

(1) Masyarakat berpartisipasi, berhak dan bertanggungjawab dalam


menciptakan ketertiban umum.

(2) Partisipasi masyarakat berupa tindakan untuk meJaporkan kepada.


Pemerintah Daerah, apabila mengetahui atau menduga terjadinya perbuatan
yang melanggar ketertiban umum.

(3) Apabila pelaku pelanggaran ketertiban umum tertangkap tangan oleh warga
masyarakat, maka warga masyarakat wajib menyerahkan pelaku
pelanggaran kepada instansi yang berwenang.
(4) Terhadap peJapor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan jarninan
keamanan dan perlindungan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundemg-undangan.

23
(5) Pemerintah Daerah dapat memberikan penghargaan kepada· anggota
masyarakat yang telah berjasa dalam membantu penyelenggaraan ketertiban
umum.

BAB VIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasa140

(1) Pembinaan terhadap penyelenggaraan ketertiban umum dilakukan oleh


Bupati.

(2) Pembinaan penyelenggaraan ketertiban umum dilakukan melalui kegiatan:


a. sosialisasi produk hukum;
b. bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat dan aparat; dan
c. bimbingan teknis kepada aparat dan pejabat perangkat daetah.

Pasa141

Pengawasan terhadap ketentuan dalam peraturan daerah ini dilakukan oleh.


Satpol PP bersama Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan instansi terkait lainnya.

BABIX
KERJASAMA DAN KOORDINASI

Pasa142

(1) Satpol PP dalam melaksanakan tugasnya dapat meminta bantuan dan/atau·


kerjasama dengan Satuan Perangkat Kerja Daerah terkait dan I atau
Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan I atau lembaga lainnya.

(2) Satpol PP dalam hal meminta bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
bertindak sebagai koordinator operasi lapangan.

(3) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), didasarkan atas hubungan
fungsional, saling membantu, dan saling menghormati dengan·
mengutamakan kepentingan umum dan memperhatikan hierarki dan kode
etik birokrasi.

24
BAE3X
KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal43

(I) Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan pemerintah daerah


diberikan kewenangan untuk melakukan penyidikan terhadap ketentuan
dalam Peraturan Daerah inL

(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (I),
berwenang:
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau
laporan dari seseorang berkenaan dengan adanya tindak pidana;
b. melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian dan
melakukan pemeriksaan;
c. meminta keterangan dari perusahaan perorangan dan badan hukum
sehubungan dengan tindak pidana;
d. melakukan pengge1edahan untuk mendapat bahan bukti pembukuan,
pencatatan dan dokumen serta melakukan penyitaan terhadap barang
bukti tersebut;
e. meminta bantuan tenaga ahli dalam hubungannya dengan pemeriksaan
perkara;
f. menyuruh berhenti, melarang sese orang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang danl atau dokumen yang dibawa sebagaimana
dimaksud pada huruf d;
g. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
h. menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari Penyidik
Kepolisian Republik Indonesia, bahwa tidak terdapat cukup bukti, atau,
peristiwa tersebut" bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya
memberitahukan hal terse but kepada penuntut umum, tersangka, atau
keluarganya; dan/ atau
1. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan
tindak pidana dibidang ketertiban umum berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

(3) Dalam melaksanakan tugasnya, Penyidik Pegawai Negeri Sipil tidak


berwenang me1akukan penangkapan dan/ atau penahanan.

25
(4) Penyidik Pegawai Negeri Sipil wajib membuat Berita Acara dalam
melaksanakan setiap tindakan:
a. pemeriksaan tersangka;
b. pemasukan rumah;
c. penyitaan benda;
d. pemeriksaan surat;
e. pemeriksaan saksi; dan
f. pemeriksaan di tempat kejadian perkara.

(~) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil
penyidikan kepada penuntut umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara
Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

BABXI
KETENTUAN PIDANA

Pasal44

(1) Setiap orang dan/atau hadan yang melanggar ketentuan Pasal 8 samp8.1
dengan Pasal 36, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga)
bulan atau pidana denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

(3) Jika pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
oleh undang-undang dinyatakan sebagai pelanggaran atau kejahatan, maka
dipidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang.
berlaku.

26
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP

Pasa145

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Dairi.

Ditetapkan di Sidikalang
pada tang gal 14 September 2016

BUPATI DAIRI,

ttd.

KRA. JOHNNY SITOHANG ADINEGORO

Diundangkan di Sidikalang
pada tanggal14 September 2016

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN DAIRI,

ttd.

SEBASTIANUS TINAMBUNAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAIRI TAHUN 2016 NOMOR 1


NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI, PROVINSI SUMATERA
UTARA: (67/2016).

27
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI
NOMOR 1 TAHUN 2016.
TENTANG
KETERTIBAN UMUM

1. UMUM
Penyelenggaraan ketertiban umum merupakan salah satu urusan
pemerintahan konkuren antara pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi dan
Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Ketertiban umum dan
ketenteraman masyarakat merupakan manifestasi dari hak asasi manusia dalam
tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Sebagai instrumen regulasi yang berfungsi untuk mengendalikan dan
mengarahkan dinamika sosial masyarakat, pemerintah daerah berkewajiban
menciptakan suatu perangkat kebijakan yang dapat memenuhi kebutuhan
hukum masyarakat. Fenomena yang secara nyata terjadi dalam masyarakat
memerlukan perhatian yang khusus, terutama mengenai pertentangan
kepentingan, baik vertikal an tara pemerintah daerah dengan masyarakat,
maupun kepentingan horizontal antara masyarakat dengan masyarakat.
Dalam perkembangan dinamika kebijakan peraturan perundang-
undangan antara lain dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010
tentang Satuan Polisi Pamong Praja, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54
Tahun 2011 tentang Standar Operasional Prosedur Polisi Pamong Praja maupun
perkembangan sosiologis dan kebutuhan masyarakat yang belum terakomodir,
pengaturan mengenai ketertiban umum di Kabupaten Dairi perlu diatur.
Kewenangan Satuan Polisi Pamong Praja sebagai aparat penegakan
kebijakan daerah, harus disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan
masyarakat dan kebijakan peraturan perundang-undangan, serta hubungan
koordinasi dan sinergitas dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah Jainnya. Hal ini
didasarkan pada permasalahan yang dihadapi oleh Satuan Polisi Pamong Praja
dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya untuk menciptakan kondisi
yang kondusif dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

28
Terdapat 4 (empat) bentuk perilaku/kegiatan yang berpotensi
menimbulkan gangguan dan keresahan sosial, sehingga diperlukan sebuah
metode penertiban yang sistematis dan kolektif. Kegiatan bentuk
prilaku/kegiatan tersebut didefinisikan sebagai berikut:
1. terjadinya kegiatan pelanggaran terhadap kebijakan Daerah (Peraturan.
Daerah/Peraturan Bupati), an tara lain pelanggaran izin, pelanggaran tempat .
pelaksanaan usaha, pelanggaran dengan tidak melaksanakan kewajiban
terhadap pemerintah daerah dengan tidak mematuhi ketentuan peraturan ~
perundang-undangan seperti pendirian bangunan tanpa izin;
2. penyimpangan norma agama, kesusilaan, etika dan hukum, antara lain
adanya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS);
3. penyalahgunaan prasarana umum dan utilitas seperti jalan,pasar, taman,
jalur hijau, sungai, trotoar dan sebagainya; dan
4. tindak kriminal, antara lain kekerasan, penyalahgunaan narkotika dan obat
terlarang, perjudian, minuman keras dan sebagainya.
Pada dasarnya, ide ketertiban umum merupakan apresiasi dan
impelementasi dari aspirasi masyarakat yang mencita-citakan terwujudnya
kondisi masyarakat yang ideal, dimana masyarakat dapatmelaksanakan.
aktivitas secara normal, tanpa terganggu oleh kegiatan yang disebut "penyakit .
masyarakat". Berdasarkan kajian yang komprehensif, ide terse but diformulasikan .
dalam bentuk peraturan daerah yang secara umum mengatur tentang tata cara
dan upaya pemerintah daerah menciptakan ketertiban umum, keteraturan
p'emanfaatan sarana umum dan fasilitas Pemerintah Daerah.
Peraturan Daerah ini merupakan hasil peninjauan/kajian terhadap.
berbagai aspek kehidupan masyarakat yang berkembang sangat dinamis.
Berbagai penyesuaian dilakukan dalam rangka mengikuti perkembangan
kebutuhan m~syarakat dan mengantisipasi kebutuhan dalam pelaksanaan tugas
Pemerintah Daerah sehari-hari, khususnya dalam bidang penegakan Peraturan
I?aerah. Dalam Peraturan Daerah ini terdapat beberapa pengaturan diantaranya ;
penegakan ketertibart umum, pelaksanaan oleh Satuan Polisi Pamong Praja.
sebagai ujung tombak penegakan Peraturan Daerah, penguatan koordinasi dan
sinergitas antar Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam pelaksanaan tindakan
penertiban, muatan materi-materi yang yang disesuaikan dengan kondisi spesifik
daerah, antara lain mengenai kesehatan dan administrasi kependudukan,.
pemberian penghargaan terhadap warga masyarakat yang berjasa dalam,
membantu tugas pemerintah daerah menjaga ketertiban umum, dan lain-lain. :

29
Dengan adanya Peraturan Daerah tentang Ketertiban Umum ini diharapkan
dapat menjadi. pedQman yuridis yang memadai bagi aparat Pemerintah Daerah,
dinas telmis, dan instansi terkait lainnya dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya yang terkait dengan ketertiban umum.

; II. PASAL OEM! PASAL


Pasall
Cukup jelas.
Pasal2
Cukup jelas.
Pasal3
Cukup jelas.
Pasal4
Cukup jelas.
Pasal5
Cukup jelas.
Pasal6
Cukup jelas.
Pasal7
Hurufa
Cukup jelas.
Hurufb
Yang dimak~ud dengan "jalur hijau" adalah jalur pene:mpatan
tanaman serta elemen lansekap lainnya yang terletak di dalam ruang
milik jalan maupun di dalam ruang pengawasan jalan, sering disebut
jalur hijau karena dominasi elemen lansekapnya adalah tanaman yang
pada umumnya berwarna hijau.
Yang dimaksud dengan "taman" adalah lahan terbuka yang berfungsi .
so sial dan estetika sebagai sarana kegiatan rekreatif, edukasi atau
kegiatan lain.
Yang dimaksud dengan "tempat umum" adalah sarana yang dapat··
dimanfaatkan bersama-sama untuk kegiatan bagi masyarakat yang
dikelola oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat.

30
Hurufc
Cukup jelas.
Hurufd
Cukup jelas.
Hurufe
Cukup jelas.
Huruff
Cukup jelas.
Huruf g
Yang dimaksud dengan "usaha tertentu" adalah suatu kegiatan
usaha yang menimbulkan dampak ganguan terhadap ketertiban dan
ketenteraman masyarakat serta lingkungan, seperti percaloan,
perdagangan orang, penyaluran pembantu rumah tangga tanpa izin,
dan usaha barang-barang bekas.
Hurufh
Cukup jelas.
Hurufi
Cukup jelas .
Hurufj
Cukup jelas.
Hurufk
Cukup jelas.
Hurufl
Cukup jelas.
Hurufm
Cukup jelas.
Pasal8
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup je1as.
Ayat (3)
Cukup jelas.

31
Ayat (4)
Hurufa
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "pornografi" adalah gambar, sketsa,
ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi,
kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya
melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau
pertunjukan dimuka umum, yang memuat kecabulan dan
eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam
masyarakat.
Yang dimaksud dengan "provokatiF adalah merangsang untuk
bertindak sesuatu, baik itu bersifat menghasut, himbauan,
ajakan maupun pengerahan massa.
Yang dimaksud dengan "diskriminatiF adalah perbuatan yang
berkenaan dengan segala bentuk pembedaan, pengecualian,
pembatasan, atau pemilihan berdasarkan unsur-unsur
tertentu, yang mengakibatkan pencabutan atau pengurangan
pengakuan, perolehan, atau pelak~anaan hak asasi manusia
dan kebebasan dasar dalam suatu kesetaraan di bidang sipil,
politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Hurufc
Cukup jelas.
Hurufd
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Hurufh
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jeias.

32
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal9
Cukup jelas.
Pas ell 10
Hurufa
Yang dimaksud dengan "daerah penguasaan sungai" adalah dataran
banjir, daerah retensi, bantaran atau daerah sempadan yang tidak
dibebaskan.
Hurufb
Cukup jelas.
Hurufc
Yang dimaksud dengan "limbah eaif" adalah sisa dari suatu hasil
usaha danl atau kegiatan yang berwujud eair dan diduga dapat
menurunkan kualitas lingkungan.
Hurufd :r

Cukup jelas.
Hurufe
Yang dimaksud d.engan "bersifat komersial" adalah diperdagangkan.
Huruff
Cukup jelas.
Hurufg
Cukup jelas. ,. ,.

Pasall1
Cukup jelas.
Pasal12
Cukup jelas.
Pasal13
Hurufa
Untuk memanfaatkan daerah di kawasan Saluran Udara Tegangan
Ekstra Tinggi dan Saluran Udara Tegangan Tinggi terlebih dahulu
hams mendapatkan rekomendasi dari Perusahaan Listrik Negara
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

33
Hurufb
Cukup jelas.
Hurufc
Cukup jelas.
Hurufd
Cukup jelas.
Humfe
Cukup jelas.
Huruff
Cukup jela~.
Hurufg
Cukup jelas.
Hurufh
Cukup jelas.
Pasal14
Cukup jelas.
Pa~al15

Cukup jelas.
Pasal16
Cukup jelas.
Pasal17
Ayat (I)
Yang dimaksud dengan "Pengelola tempat usaha pariwisata" adalah
setiap orang atau badan yang menyelenggarakan usaha kegiatan
hiburan dan rekreasi dimana kegiatan tersebut berupa usaha seni
pertunjukan, arena permainan, studio musik, serta kegiatan hiburan·
dan rekreasi lainnya yang bertujuan untuk pariwisata.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "Pengelola Jasa Penyediaan Akomodasi"
adalah setiap orang atau badan yang menyelenggarakan usaha
penyediaan pelayanan penginapan untuk wisatawan yang dapat
dilengkapi dengan pelayanan pariwisata lainnya, yaitu fasilitas
pariwisata pada hotel yang merupakan satu kesatuan dengan Tanda
Daftar Usaha Pariwisata seperti hiburan, olah raga, kesehatan,
penyewaaan ruangan dan peralatan yang secara fisik tidak mele bihi
4~% dari fisik bangunan. Jenis turunan usaha akomodasi seperti

34
losmen, gubuk pariwisata, resort, pesanggrahan, wisma dan rumah
penginapan dapat menjadi jenis akomodasi lainnya.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "Pengelola Daya Tarik Wisata" adalah setiap
orang atau badan yang menyelenggarakan usaha pengelolaan daya
tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya, dan/ atau daya tarik
wisata buatan/binaan manusia.
Yang dimaksud dengan "Pengelola Usaha Jasa Makanan dan
Minuman" adalah setiap orang atau badan yang menyelenggarakan
usaha jasa penyediaan makanan dan minuman yang dilengkapi
dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan dan
penyimpanan atau sejenisnya, sub bidang usaha makan minum
kh,ususnya usaha restoran dapat dilengkapi dengan pelayanan
pariwisata lainnya seperti karaoke, permainan anak, penyedian
souvenir, dan lain-lain yang tidak melebihi 40% dari total bangunan,
sedangkan jasa usaha makan dan minum seperti kantin, warung
dan sejenisnya tetap merupakan turunan usaha rnakan dan rninurn
yang dapat dikelompokkan menjadi us aha milcro dan keeil.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup je1as.
Pasal18
Cukup jelas.
Pasal19
Cukup jelas.
Pasa120
Cukup jelas.
Pasal21
Cukup jelas.
Pasal22
Cukup jelas.
Pasal23
Cukup jelas.

35
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "ketentuan perundang-undangan yang
berlaku" adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Standar
Operasional Prosedur Satuan Polisi Pamong Praja.
Pasa138
Cukup jelas.
Pasa139
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Dalam rangka pelayanan laporan dari masyarakat, Pemerintah
Daerah menyediakan layanan pengaduan yang memudahkan
masyarakat melaporkan kejadian pelanggaran atas ketertiban
umum
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal40
Cukup jelas.
Pasal41
Cukup jelas.
Pasal42
Cukup jelas.
Pasal43
Cukup jelas.
Pasal44
Cukup jelas.
Pasa145
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAIRI NOMOR 178

37
"
BUPATI DAIRI
PROVINSI SUMATERA. UTARA

.. PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI


NOMOR 2 TAHUN 2016
TENTANG
PERANGKAT DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI DAIRI,

Menimbang a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 50 ayat (2)


Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 83 Tahun 2015
tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat
Desa;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a, perlu membentuk Peraturan
Daerah tentang Perangkat Desa;

Mengingat 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1964 tentang


Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1964. tentang Pembentukan.
Daerah Tingkat II Dairi dengan mengubah Undang-
Undang Nomor 7 Drt. Tahun 1956 tentang
Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten di Propinsi
Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1964 Nomor 9) menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1964
Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2689);

1
3. Undang-Undang NQmor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);

4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa


..
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5459);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahart
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587),
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang - Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahutl 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang


Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomar 6 Tahuri
2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomar 123, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5539), sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47
Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun. 2014
tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5717);

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015


tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036):
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 83 Tahun 2015
tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat
Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 5);

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2015


tentang Susunan Organisasi dan Tata KeIja Pemerintah
Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 6);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DAIRI

dan

1;3UPATI DAIR!

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG PERANGKAT DESA.

BABI
KETENTUAN UMUM

Pasall

Dalam. Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kabupaten Oairi.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara


pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom.

3. Bupati adalah Bupati Oairi.


4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat OPRD adalah
lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.
5. Perangkat Desa adalah un sur staJ yang membantu Kepala Desa dalam
penyusunan kebijakan dan koordinasi yang diwadahi dalam Sekretariat
Desa, dan unsur pendukung tugas Kt;pala Desa dalam pelalrsanaan
kebijakan yang diwadahi dalam bentuk pelaksana teknis dan unsur
kewilayahan.

6. Camat adalah pemimpin kecamat.an yang berada di bawah dan


bertanggung jawab kepada Bupati melalui sekretaris daerah .

. 7. Kepala Desa adalah pejabat Pemerintah Desa yang mempunyai wewenang,


tugas dan kewajiban urituk menyelengga,rakan rumah tangga Desanya dan
melaksanakan tugas dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

8. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah


yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak
asal-usul, dan! atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

9. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan


kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

10. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu Perangkat Desasebagai


un sur penye1enggara Pemerintahan Desa.

11. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disebut APE
Desa adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.

12. Alokasi Dana Desa yang selanjutnya disingkat ADD adalah dana
perimbangan yang diterima Kabupaten dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.

13. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui
Angga,ran Pendapatan dan Belanja Daerah dan digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat.

4
BA.B II
MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal2

(1) Pembentukan Peraturan Daerah ini dimaksudkan sebagai pedoman


atau acuan dalam pengangkatan dan pemberhentian Perangkat Desa,
kesejahteraan Perangkat Desa dan peningkatan kapasitas aparatur
Pemerintahan Desa.

(2) Pembentukan Peraturan Daerah ini bertujua,n untuk mensinergikan


pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan desa antara Kepala Desa
dan Perangkat Desa dalam melaksanakan tugas, fungsi, wewenang, dan
tanggungjawab lebih optimal dan berkualitas.

BABIII
RUANG LINGKUP

Pasal3

Ruang lingkup Peraturan Daerah ini meliputi:


a. perangkat desa;
b. pengangkatan dan pemberhentian perangkat desa;
c. kesejahteraan perangkat desa; dan
d. peningkatan kapasitas aparatur pemerintahan desa.

BABIV
PERANGKAT DESA

Pasal 4

(1) Perangkat Desa terdiri atas:


a. Se~etariat Desa;
b. Pelaksana Kewilayahan; dan
C. Pelaksana Teknis.

(2) Perang~~.t Oesa berkedudukan sebagai unsur pembantu Kepala Desa


"'
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.
(3) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat oleh
Kepala Desa.

(4) Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Perangkat Desa


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggungjawab kepada Kepala
Desa.

Pasal5

(1) Sekretariat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a,
dipimpin oleh Sekretaris Desa dibantu oleh Kepala Urusan yang bertugas
membantu Kepala Desa dalam bidang administrasi pemerintahan.

(2) Sekretariat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling banYak 3
(tiga) hidang urusan.

Pasal6

(1) Pelaksana Kewilayahan se bagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)


huruf b, merupakan unsur pembantu Kepala Desa sebagai satuan tugas
kewilayahan.

(2) Pelaksana Kewilayahan sebagamana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan


oleh Kepala Dusun dengan memperhatikan kondisi sosial masyarakat
setempat yang ditetapkan oleh Kepala Desa.

(3) Jumlah Pelaksana Kewilayahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


ditentukan secara proporsional antara pelaksana kewilayahan yang
dibutuhkan dan kemampuan keuangan Desa.

Pasal 7

(1) Pelaksana Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c,
merupakan unsur pembantu Kepala Desa sebagai pelaksana tugas
operasional.

(2) Pelaksana Telqlis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling banyak 3
(tiga) seksi.
Pasa18

Ketentuan mengenai Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa


diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB V
PENGANGKATAN PERANGKAT DESA

Bagian Kesatu
Persyaratan Calon Perangkat Desa

Pasal9

(1) Perangkat Desa diangkat dari warga Desa yang memenuhi persyaratan
sebagai berikut:

a. b~rt.aqwa k~pada Tuhau Yaug Maha Esa;

b. setia dan taat kepada Pancasiladan Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945;

c. tidak pernah terlibat dalam suatu kegiatan yang mengkhianati Negara


Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945;

d. berpendidikan paling rendah Sekalah Menengah Atas atau yang


sederajat;

e. berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun dan paling tinggi 45


(empat puluh lima) tahun terhitung pada saat pendaftaran;

f. terdaftar sebagai penduduk Desa dan bertempat tinggal di Desa


paling kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran;

g. sehat jasmani dan rohani;

h. berkelakuan baik, jujur, dan adil;

i. tidak sedang menjalankan pidana penjara atau kurungan berdasarkan


putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;

j. tidak pemah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan


dengan ancaman hukuman paling singkat 5 (lima) tahun; dan

k. tidak terlibat narkoba.

7
(2) Dalam h~ bakal calon Perangkat Desa tidak ada yang memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, maka
persyaratan pendiq.ikan diturunkan menjadi Sekolah Menengah Pertama
.. atau yang sederajat.

Bagian Kedua
Mekanisme Pengangkatan

Pasal10

(1) Pengangkatan Perangkat Desa dilaksanakan dengan mekanismesebagai


berikut:
a. Kepala Desa dapat membentuk tim yang terdiri dari seorang ketua,
seorang sekretaris dan minimal seorang anggota;
b. Kepala Desa melakukan penjaringan dan penyaringan atau seleksi
calon Perangkat Desa yang dilakukan oleh tim.
c. pelaksanaan penjaringan dan penyaringan bakal calon Perangkat Desa
dilaksanakan paling lama 2 (dua) bulan setelah jabatan perangkat
desa kosong atau diberhentikan;

o.
d. hasil penjaringan dan penyaringan bakal calon masing-masing jabatan
Perangkat Desa sekurang-kurangnya 2 (dua) orang calon dan
dikonsultasikan oleh Kepala Desa kepada Camat;
e. apabila bakal calon Perangkat Desa kurang dari 2 (dua) orang calon
maka dilakukan perpanjangan penjaringan dan penyaringan;
f. Camat memberikan rekomendasi tertulis terhadap calon Perangkat
Desa selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari keIja;
g. rekomendasi yang diberikan Camat berupa' persetujuan atau
penolakan berdasarkan persyarata;n yang ditentukan;
h. dalam hal Camat memberikan persetujuan, Kepala Desa menerbitkan
Keputusan Kepala Desa tentang Pengangkatan Perangkat Desa; dan
1. dalam hal rekomendasi Camat berisi penolakan, Kepala Desa
melakukan penjaringan dan penyaringan kembali calon Perangkat
Desa.

(2) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan Perangkat Desa maka tugas
perangkat. desa yang kosong dilaksanakan oleh Pelaksana Tugas yang
memiliki posisi jabatan dan unsur yang sarna.
(3) Pelaksana Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh
Kepala Desa dengan Surat Perintab Tugas yang tembusannya
disampaikan kepada Bupati melalui Camat paling lambat 7 (tujuh) hari
terhitung sejak tanggal surat penugasan.

(4) Pengisian jabatan Perangkat Desa yang kosong selambat-lambatnya


~ 2 (dua) bulan sejak Perangkat Desa yang bersangkuta,n berhenti.

Pasalll

(1) Pegawai Negeri Sipil yang akan diangkat menjadi Sekretaris Desa harus
mendapatkan izin tertu1is dari Pejabat Pembina Kepegawaian.

(2) Oalam hal Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ~yat (l)
terpilih dan diangkat menjadi Sekretaris Desa, dibebaskan semen tara dari
jabat;annya selama menjadi Sekretaris Desa tanpa kehilangan hak sebagai
Pegawai Negeri Sipil.

Pasal12

(1) Perangkat Desa yang mencalonkan diri dalam pemilihan Perangkat Desa
diberi cuti terhitung sejak yang bersangkutan terdaftar sebagai bakal
calon Perangkat Desa sampai dengan selesainya pelaksanaan penetapan
calon terpilih.
(2) Tugas Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirangkap
oleh Perangkat Desa lainnya yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala
Desa.

Bagian Ketiga
Pembentukan Panitia

Pasal13

(1)· Untuk melaksanakan penjaringan dan penyaringan calon Perangkat


Desa, Kepala Desa membentuk Panitia yang ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Desa.
(2) Panitia penjaringan dan penyaringan calon Perangkat Desa sebagaimana
diInaksud pada ayat (1) terdiri dari Perangkat Desa.
(3) Panitia penjaringan dan penyaringan calon Perangkat Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), minimal 3 (tiga) orang dengan susunan terdiri
dari:
a. ketua;
b. sekretaris; dan
c. anggota;

(4) Dalam melaksanakan tugasnya, panitia penjaringan dan penyaringan


calon Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bertanggung
jawab kepada Kepala Desa.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penjaringan dan penyaringan
calon Perangkat Desa diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal14

(1) Dalam hal terjadi kekosongan seluruh perangkat desa maka panitia
penjaringan dan penyaringan perangkat desadilaksanakan oleh
Kecamatan.

(2) Panitia penjaringan d~ penyaringan calon Perangkat Desa sebagaimana


dimaksud .pada ayat (1) ditetapkan oleh Camat minimal 5 (lima) orang
terdiri dari:
a. ketua;
b. sekretaris;dan
c. anggQta;
(3) Dalam melaksanakan tugasnya, Panitia penJanngan dan penyaringan
atau seleksi calon Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
bertanggung jawab kepada Camat.

Bagian Keempat
Pemberhentian Perangkat Desa

Pasal15

(1) Perangkat Desa berhenti karena:

a. meninggal dunia;

h. permintaan sendiri; dan

c. diberhentikan.

1Q
(2) Perangkat Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf G karena:

a. usia telah genap 60 (enam puluh) tahun;

b. berhalangan tetap;

c. tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai Perangkat Desa; dan

d. melanggar larangan sebagai Perangkat Desa.

Pasal16

Pemberhentian Perangkat Desa dilaksanakan dengan mekanisme sebagai


berikut:

a. Kepala Desa . melakukan konsultasi dengan Camat mengenai


pemberhentian Perangkat Desa;

b. Camat memberikan rekomendasi tertulis yang memuat mengenai


pemberhentian Perangkat Desa yang dikonsultasikan dengan Kepala Desa;
dan

c. rekomendasi tertulis Camat dijadikan dasar oleh Kepala Desa dalam


pemberhentian Perangkat Desa dengan Keputusan Kepala Desa.

Bagian Kelima
Larangan Perangkat Desa

Pasal17

Perangkat Desa dilarang:


a. merugikan kepentingan umum;
b. membuat keputusan yang menguntungkan diri sendiri, anggota keluarga,
pihak lain, dan I atau golongan tertentu;
c. menyalahgunakan wewenang, tugas, hak, dan/atau kewajibannya;
d. menjadi pengedar/pengguna narkotika, dan psikotropika dan zat adiktif
lainnya;
e. melakukan tindakan diskriminatif terhadap warga dan I atau golongan
masyarakat tertentu;
f. melalrukan tindakan meresahkan sekelompok masyarakat tertentu;
g. melakukan, kolusi, korupsi, dan nepotisme, menenma uang, barang
" dan/atau jasa dari piha,k lain yang dapat mempengaruhi keputusan ata\l
tindakan yang akan dilakukannya;
h. menjadi pengurus partai politik;
i. menjadi anggota danl atau pengurus organisasi terlarang;
j. merangkap jabatan sebagai ketua dan/atau anggota Badan
Permusyawaratan Desa, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia, Dewan Perwakilan Daerah Repuhlik Indonesia, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi atal,l Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota, dan jabatan lain yang' ditentukan dalam peraturan
perundangan-undangan;
k. ikut serta dan I atau terlibat dalam kampanye pemilihan umum dan I atau
pemilihan kepala daerah;
l.melanggar sumpahljanji jabatan; dan
m. tidak masuk keIja tanpa alasan yangjelas.

Pasal18

(1) Perangkat Desa yang melanggar larangan sebagaimana dimaksu~ dalam


Pasal 17 dikenai sanksi administratif berupa teguran lisan dan I atau
teguran tertulis.

(2) Dalam hal sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dilaksanakan, dilakukan tindakan pemberhentian sementara dan dapat
dilanjutkan dengan pemberhentian.

Pasal19

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengangkatan dan pemberhentian


Perangkat Desa dan penjatuhan sanksi administrasi diatur dengan Peraturan
Bupati.

12
BABVI
KESEJAHTERAAN PERANGKAT DESA

Pasal20

{I} Penghasilan Tetap Perangkat Desa dianggarkan dalam APBDesa yang


bersl,lmber dari ADD.

(2) PenghasilM Tetap ~ebagaimana dimaksud pada ayat (l) ditetapkan


dengan P~raturan Bupati.

Pasal21

(1) Selain menerima Penghasilan Tetap sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 20, Perangkat Desa menerima jaminan kesehatan dan dapat
menerima tunjangan tambahan penghasilan dan penerimaan lainnya yang
sah dengan memperhatikan masa keIja dan jabatan perangkat desa.

(2) Jaminan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari
APBDesa dan sumber lain yang sah.

(3) Tunjangan tambahan penghasilan dan penenmaan lainnya yang sah


sebagaimana dimaksud pada ayat (I) bersumber dari APBDesa.

(4) Besaran jaminan kesehatan dan tunjangan tambahan penghasilan


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Bupati.

BAB VIII
PENINGKATAN KAPASITAS PERANGKAT DESA

.. Pasal22

(1) Perangkat Desa yang telah diangkat dengan Keputusan Kepala Desa wajib
mengikuti pelatihan awal masa tugas: dan program-program pelatihan
yang dilaksanakan oleh Pemerintah, Pem~rintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten, dan Pemerintah Desa.

•. (2) Biaya pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan pada:
a. Ariggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi;
c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten;
d. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; dan
e. sumber lain yang sah.

BABIX
PEMBIAYAAN

Pasal23

(1) Biaya pelaksanaan penjaringan dan penyaringan calon Perangkat Desa


sebagaimana dimaksud dalam Pasal13 dibebankan pada APBDesa.

(2) Biaya peliikaanaan penjaringan dan penyaringan calon Perangkat Oeaa


sebagaimE,Ula dimaksud dalam Pasal 14 dibebankan pada Anggaran
Pendapatan da,n Belanja Daerah.

BABX
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal24

(1) Perangkat Desa yang sudah ada pada saat Peraturan Daerah ini
diberlakukan tetap menjalankan tugas sampai dengan masa jabatannya
berakhir.
(2) Perangkat Desa yang diangkat dengan keputusan Kepala Desa yang tidak
sesuai dengan Peraturan Daerah ini wajib disesuaikan dengan Peraturan
i
Daerah ini paling lama 6 (enam) bulan.

14
(3) Sekretaris Desa yangherstatus sebagai Pegf;lwai Negeri Sipil tetap
menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan pelundang-
undangan.

BABXI
KETENTUANPENUTUP

Pasa125

Pada saat Peraturan Daerah in.i mulai berlaku:

a. Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 10 Tahun 2006 tentang


Pedoman Pembentukan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemcrintah
Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Dairi Tahun 2006 Nomor 10,
Tambahan Lemba,ran Daerah Kabupaten Dam Nomor 108);
b. Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 18 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa (Lembaran
Daerah Kabupaten Dairi Tahun 2006 Nomor 18, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Dairi Nomor 116)

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasa126

Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah ini harns ditetapkan paling lama


4 (empat) bulan sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.

15
Pasa127

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Oaerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Dairi.

Ditetapkan di Sidikalang
pada tanggal19 September 2016

BUPATI DAIRI,

ttd.

KRA. JOHNNY SITOHANG ADINEGORO

Diundangkan di Sidikalang
Eel-da tanggal 19 September 2016

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN DAIRI,

ttd.

SEBASTIANUS TINAMBUNAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAIRI TAHUN 2016 NOMOR 2

NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI, PROVINSI SUMATERA


UTARA: (65/2016).

NIP. 19701022 199803 1 006

16
PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIR!

NOMOR 2 TAHUN 2016

TENTANG

PERANGKAT DESA

I. UMUM
Peraturan Daerah ini merupakan pengaturan lebih lanjut ketentuan
Pasal 50 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan
ketentuan Pasal 70 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang
Perubahan A~s Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
da,n Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 83 Thun 2015 tentang Perangkat
Desa sehingga dalam rangka mengoptimalkan penyelenggaraan Pemerintahan
Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa,
dan pemberdayaan masyarakat Desa. Kepala Desa mengangkat Perangkat
Desa yang berkedudukan sebagai unsur penlbantu Kepala Desa, Perangkat
Desa terdiri dari Sekretaris Desa, Pe1aksana kewilayahan, dan Pelaksana
teknis. Sekretariat Desa dipimpin oleh Sekretaris Desa dibantu oleh unsur staf
sekretariat yang bertugas membantu Kepala Desa dalam bidang administrasi
pemerintahan, kemudian pelaksana kewilayahan merupakan unsur pembantu
Kepala Desa sebagai satuan tugas· kewilayahan dan jumlah pelaksana
kewilayahan ditentukan secara proporsional antara pelaksana kewilayahan
yang dibutuhkan dan kemampuan keuangan Desa serta dengan pelaksana
teknis merupakan unsur pembantu Kepala Desa sebagai pelaksana tugas
operasional.

Untuk diangkat menjadi Perangkat Desa hams memenuhi persyaratan


dan lutus seleksi, mekanisme pengangkatan Perangkat Desa yang dilakukan
oleh Kepala Desa melalui tahapan yaitu penjaringan dan penyaringan,
selanjutnya Kepala Desa membentuk Panitia untuk melakukan seleksi
tC?rhadap calon Perangkat Desa didalam pengisian jabatan sebagai Sekretaris
Desa, Kepala Urusan, Kepala Seksi dan Pelaksana kewilayahan, disamping itu
Kepala Desa dapat mengangkat unsur star untuk membantu Sekretaris Desa.

17
Kemudian Perangkat Desa dalam me1aksanakan tugasnya menerima
penghasilan tetap, tunjangan, dan penerimaan lain yang sab sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, selain itu perangkat desa juga
memperoleh jaminan kesehatan. Dengan demikian beradasarkan peraturan
daerah ini Pemerintah Kabupaten Dairi perlu melakukai1 penataan kembali
terhadap pengisian jabatan sebagai Perangkat Desa, Sehingga dapat memenuhi
mnmtan masyarakat dalam memberikan pelayanan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan perekonomian Desa.

II. PASAL DEM! PASAL

Pasall

Cukup jelas.

Pasa12

Cukup jelas.

Pasal3

Cukup jelas.

Pasal4

Cukup jelas.

Pasal5

Cukup jelas.

Pasa16

Cukup jelas.

Pasa17

Cukup jelas.

Pasa18
Cukup jelas.

Pasal9
Ayat (1)
Hurufa
Cukup jelas.
Hurufb

Cukup jelas.

Hurufc

Cukup jelas.

Hurufd

Yang dimaksud "sederajat Sekolah Menengah Atas" adalah


Sekolah Menengah Kejuruan, Madrasah Aliyah, Ujian
Persamaan Lanjutan setingkat Sekolah Menengah Atas yang
diselenggarakan oleh Pemerintah atau diakui keberadaannya
oleh Pemerintah.

Hurufe

Cukup je1as.

Huruff

Yang dimaksud dengan "paling kurang 1 (satu) tahun sebelum


pendaftaran" adalah tidak terdapat catatan· mutasi atau
kepindahan data kependudukan atas diri seseorang selama 1
(satu) tahun terakhir di desa yang bersangkutan, yang
dibuktikan dengan Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk.

Hurufg

CUkup jelas.

Hurufh

Cukup jelas.

Hurufi

Cukup jelas.

Hurufj

Cukup jelas.

Hurufk

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

19
Pasal10
Ayat (1)

Hurufa

Cukup jelas.

Hurufb

Cukup jelas.

Hurufc

Cukup jelas.

Hurufd

Cukup jelas.

Hurufe

Cukup jelas.

Huruff

Yang dimaksud dengan rekomendasi tertulis dari Camat adalah


bahwa yang berhak direkomendasikan Camat hanyalah
berdasarkan persyaratan.

Hurufg

Cukup j elas.

Hurufh

Cukup jelas.

Hurufi

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

2Q
Pasa111

Ayat (1)

Yang dirnaksud dengan "Pejabat Pembina Kepegawaian" adalah


p~jabat yang be.rwe.nang me.ngangkat, me.mindahkan dm1
memberhentikan Pegawai Negeri SipU berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasa112

Cukup jelas.

Pasa113

Cukup jelas.

Pasa114

CUkup jelas.

Pasa,115

Cukup jelas.

Pasa116

Cukup jelas.

Pasal17

Hurufa

Cukup jelas.

Hurufb

Cukup jelas.

Hurufc

Cukup jelas.

Hurufd

Cukup jelas.
Hurufe

Cukup jelas.

Huruff

Cukup jelas.

Hurufg

Cukup jelas.

Hurufh

Cukup jelas.

Hurufi

Cukup jelas.

Hurufj

Cukup jelas.

Hurufk

Yang dimaksud dengan ikut serta dan/atau terlibat dalam


kampanye pemilihan umum dan I atau pemilihan Kepala Daerah
adalah Perangkat Desa dilarang sebagai tim kampanye salah
satu partai politik dan menjadi juru kampanye.

Hurufl

Cukup jelas.

Hurufm

·Cukup jelas.

Pasal18

Cukup jelas.

Pasal19

Cukup jelas.

Pa~a,120

Cukup jelas.
Pasal21

Cukup jelas.

Pasal22
"

Cukup jelas.
-;;
Pasa123

Cukup jelas.

Pasa124

Cukup jelas.

Pasa125

Cukup jelas.

~asa126

Cukup jelas.

Pasa127

Cukup jelas.

~, TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAIRI NOMOR 179

23
BUPATI DAIRI
PROVINSI SUMATERA UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI


NOMOR 3 TAHUN 2016

TENTANG

PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN


BADAN USAHA MILIK DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI DAIRI,

Menimbang: a. bahwa dalam rangka menggali sumber pendapatan asH

desa, untuk menumbuh kembangkan perekonomian,

meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa yang

berazaskan pada nilai-nilai kekeluargaan dan

kegotongroyongan, pemerintah desa dapat membentuk

Badan Usaha Milik Desa sesuai dengan kebutuhan dan

potensi desa;

b. bahwa untuk mengatur pembentukan dan pengelolaan

Badan Usaha Milik Desa, perlu diatur dalam satu

pedoman;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan

Daerah tentang Pedoman Pembentukan dan Pengelolaan

Badan Usaha Milik Desa;

1
Mengingat 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1964 tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4

Tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Dairi

dengan mengubah Undang-Undang Nomor 7 Drt. Tahun

1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten di

Provinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1964 Nomor 9) menjadi Undang-Undang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1964 Nomor

96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

2689);

3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha

Mikro, Keeil dan Menengah (Lembaran Negara Repu blik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4866);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4438);

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

Tambahan Lembaran Negara. Republik Indonesia Nomor

5234);

2
6. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

(Lembaran Negara Repl,lblik Indonesia Tabun 2014 NomQr

7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5495);

7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana

telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Peruba,han Kedua

Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lemharan Negara

Republik Indonesia Nomor 5539), sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun

2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor

43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Uridang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5717);

3
9. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal

dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,

Penguru~an, Pengelolaan dan Pembubaran Badan Usaha

Milik Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015

Nomor 296);

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015

tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DAIRI

dan

BUPATI DAIRI

MEMUTUSKAN :

Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN


DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kabupaten Dairi.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara

pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan daerah otonom.

4
3. Bupati adalah Bupati Dairi.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Dairi yang selanjutnya

disingkat DPRD Kabupaten Dairi adalah lembaga petwakilan rakyat

daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan


Daerah.

5. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai Perangkat Daerah

Kabupaten Dairi.

. Q. Camat adalah pemimpin kecamatan yang berada di bawah dan

bertanggl,lngjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

7. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah

yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,

kepentihgan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat,

hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam

sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

8. Kepala Desa adalah pejabat Pemerintah Desa yang mempunyai

kewenangan tugas dan kewajiban untuk menyelenggarakan rumah

tangga desanya dan melaksanakan tugas dari Pemerintah dan Pemerintah

Daerah.

9. Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUM Desa adalah

badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh

Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan

Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha

lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.

10. Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asH Desa,

dibeli atau diperoleh atas beban APBDesa atau perolehan hak lainnya

yang sah.

5
11. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Pemerintahan Negara

Kes.atuan Repu blik Indonesia.

12. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu Perangkat Desa sebagai

unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.

13. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah

lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya

merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah

dan ditetapkan secara demokratis.

14. Musyawarah Desa adalah musyawarah antara BPD, Pemerintah Desa,

dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh BPD untuk

menyepakati hal yang bersifat strategis.

15. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan

oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama BPD.

16. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disebut APBDes

adalah rencana keuangan tahunan pemerintah desa yang dibahas dan

disetujui bersama oleh pemerintah desa dan BPD yang ditetapkan dengan

Peraturan Desa.

17. Kekayaan Desa adalah segala kekayaan dan sumber penghasilan desa

yang bersangkutan.

18. Permodalan BUM Desa adalah permodalan yang berasal dari kekayaan

desa yang dipisahkan, dana masyarakat desa dan sumber lain yang sah.

19. Usaha Desa adalah jenis usaha yang berupa pelayanan ekonomi desa
I

seperti usaha jasa, penyaluran sembilan bahan pokok, perdagangan


,
peralatan dan kebutuhan pertanian, perdagangan hasil pertanian,

persewaan, serta industri dan kerajinan rakyat.

6
20. Penasehat adalah organ pengelola yang bertugas melakukan pengawasan

dan memberikan pertimbangan, nasehat kepada pelaksana operasional

dalam menjalankan kegiatan pengelolaan l,lsaha desa berdasarkan

anggaran dasar dan anggaran rumah tangga BUM Desa.

21. Pihak lain adalah instansi, lembaga, badan hukum dan perorangan di

luar pemerintah Desa.

22. Pelaksana Operasional BUM Desa adalah struktur organisasi inti dalam

hal menjalankan manajemen BUM Desa hasH musyawarah desa.

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal2

Maksud dari penyusunan Peraturan Daerah ini adalah sebagai pedoman bagi

Pemerintah Desa dalam Plenyusun Peraturan Desa tentang Pembentukan dan

Pengelolaan BUM Desa.

Pasal3

Tujuan dari pembentukan Peraturan Daerah ini adalah :

a. agar tercipta keseragaman penyusunan produk hukum dalam bentuk

Peraturan Desa tentang Pembentukan dan Pengelolaan BUM Desa di

setiap Desa; dan

b. untuk mengefektifkan pengelolaan BUM Desa.

7
BABIII
RUANG LINGKUP

;; Pasa14

Ruang lingkup yang diatur dalam Peraturan Daerah ini meliputi :

a. pembentukan dan kedudukan BUM Desa;

b. maksud, tujuan dan sasaran pembentukan BUM Desa;

c. bentuk, keanggotaaan dan organisasi BUM Desa;

d. pengangkatan dan pemberhentian pelaksana operasional dan pengawas

BUM Desa;

e. alokasi hasil usaha BUM Desa;

f. masa bhakti pelaksana operasional dan pengawas;

g. mekanisme pengelolaan, pertanggungjawaban dan pelaporan;

h. audit;

i. modal BUM Desa;

~
j. ketjasama BUM Desa antar desa;

k. pembubaran BUM Desa; dan


;;

1. pembinaan dan pengawasan.

BABIV
PEMBENTUKAN DAN KEDUDUKAN BUM DESA

Pasal5

(1) . Desa dapat mendirikan BUM Desa berdasarkan Peraturan Desa tentang

Pembentukan dan Pengelolaan BUM Desa.

(2) Desa dapat mendirikan BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dengan mempertimbangkan :

a. inisiatif Pemerintah Desa danj atau masyarakat Desa;

8
b. potensi usaha ekonomi Desa;

c. sumber daya alarn di Desa;

d. suinber daya manusia yang marnpu mengelola BUM Desa; dan


• e. penyertaan modal dari Pemerintah Desa dalarn bentuk pembiayaan
~,
dan kekayaan Desa yang diserahkan untuk dikelola sebagai bagian

dari usaha BUM Desa.

Pasal6

(1) BUM Desa merupakan badan usaha milik desa yang independen dan

struktumya terpisah dari Pemerintah Desa serta merupakan bina

manfaat :J.<:erja Kepala Desa dalam hal peningkatan sumber pendapatan

-asli desa dan membantu Pemerintah Desa dalam pembangunan di bidang

perekonomian, yang berkedudukan di Desa.

(2)
. - Pelaksana Operasional BUM Desa bertanggungjawab langsung kepada
Kepala Desa.

BABV
MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN PEMBENTUKAN BUM DESA

Bagian Kesatu
Maksud Pembentukan BUM Desa

Pasa17

Pembentukan BUM Desa dimaksudkan sebagai upaya menampung seluruh

kegiatan di bidang ekonomi danl atau pelayanan umum yang dikelola oleh

Desa dan I atau kerja sarna antar Desa .


. -

9
Bagian Kedua
Tujuan Pembentukan BUM Desa

Pasa18

Pembentukan BUM Desa bertujuan antara lain:

a. meningkatkan perekonomian Desa;

b. mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan Desa;

c. meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi

Desa;

d. mengembangkan rencana keIja sama usaha antar desa dan/atau dengan

pihak ketiga;

e. menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan

layanan umum warga;

f. membuka lapangan keIja;

g. meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan

umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Desa; dan

h. meningkatkan Pendapatan Asli Desa dalam rangka meningkatkan

kemampuan pemerintah Desa dalam penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan serta pelayanan masyarakat.

Bagian Ketiga
Sasaran Pembentukan BUM Desa

Pasa19

Pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat melalui BUM Desa mempunyru

sasaran:

a. terpenuhinya pelayanan masyarakat desa dalam mengembangkan usaha

prod uktif; dan


.

10
b. tersedianya media beragam usaha dalam menunjang perekonomian dan

kebutuhan masyarakat desa.

BAB VI
BENTUK, KEANGGOTAAN DAN ORGANISASI BUM DESA

Bagian Kesatu
Bentuk Organisasi BUM Desa

Pasal 10

(1) BUM Desa dapat terdiri dari unit-unit usaha yang berbadan hukum.

(2) Unit usaha yang berbadan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat berupa lembaga bisnis sosial, penyewaan, perantara, perdagangan,

keuangan, dan usaha bersama yang kepemilikan sahamnya berasal dari

BUM Desa dan masyarakat.

(3) Dalam hal BUM Desa tidak mempunyai unit-unit usaha yang berbadan

hukum, bentuk organisasi BUM Desa didasarkan pada Peraturan Desa

ten tang Pembentukan BUM Desa.

Pasal 11

BUM Desa dapat membentuk unit usaha meliputi :

a. perseroan terbatas sebagai persekutuan modal, dibentuk berdasarkan

perjanjian dan melakukan kegiatan usaha dengan modal sebagian besar

dimiliki oleh BUM Desa sesuai dengan peraturan perundang-undangan

tentang Perseroan Terbatas; dan

b. lembaga keuangan mikro dengan andil BUM Desa sebesar 60% (enam

puluh perseratus) sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang

lembaga keuangan.

11
Pasal 12

(1) BUM Desa dapat menjalankan bisnis sosial (social business) sederhana

yang memberikan pelayanan umum (serving) kepada masyarakat dengan

memperoleh keuntungan finansial.

(2) Unit usaha dalam BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

memanfaatkan sumber daya lokal dan teknologi tepat guna, meliputi:

a. air minum Desa;

b. usaha listrik Desa;

c. lumbung pangan; dan

d. sumber daya lokal dan teknologi tepat guna lainnya.

(3) Ketentuan mengenai pemanfaatan sumber daya lokal dan teknologi tepat

guna sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Desa.

Pasal 13

e1) BUM Desa dapat menjalankan bisnis penyewaan (renting) barang untuk

melayani kebutuhan masyarakat Desa dan ditujukan untuk memperoleh

Pendapatan Asli Desa.

(2) Unit usaha dalam BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat menjalankan kegiatan usaha penyewaan meliputi:

a. alat transportasi;

b. perkakas pesta;

c. gedung pertemuan;

d. rumah toko;

e. tanah milik BUM Desa; dan

f. barang sewaan lainnya.

12
Pasal14

(1) BUM Desa dapat menjalankan usaha perantara (brokering) yang

memberikan jasa pelayanan kepada warga.

(2) Unit usaha dalam BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

menjalankan kegiatan usaha perantara yang meliputi:

a. jasa pembayaran listrik;

b. pasar Desa untuk memasarkan produk yang dihasilkan masyarakat;

dan

c. jasa pelayanan lainnya.

Pasal15

(1) BUM Desa dapat menjalankan bisnis yang berproduksi dan/atau

berdagang (trading) barang-barang tertentu untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat maupun dipasarkan pada skala pasar yang lebih luas.

(2) Unit usaha dalam BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

menjalankan kegiatan perdagangan (trading) meliputi:

a. pabrik es;

b. pabrik asap cair;

c. hasil pertanian;

d. sarana produksi pertanian;

e. sumur bekas tambang; dan

f. kegiatan bisnis produktif lainnya.

Pasal 16

(1) BUM Desa dapat menjalankan bisnis keuangan (financial business) yang

memenuhi kebutuhan usaha-usaha skala mikro yang dijalankan oleh

pelaku usaha ekonomi Desa.

13
· (2) Unit usaha dalam BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

memberikan akses kredit dan peminjaman yang mudah diakses oleh

masyarakat Desa.

;.: Pasal 17

(1) BUM Desa dapat menjalankan usaha bersama (holding) sebagai induk

dari unit-unit usaha yang dikembangkan masyarakat Desa baik dalam


skala lokal Desa maupun kawasan perdesaan.

(2) Unit-unit usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berdiri

sendiri yang diatur dan dikelola seeara sinergis oleh BUM Desa agar

tumbuh menjadi usaha bersama.

(3) Unit usaha dalam BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

menjalankan kegiatan usaha bersama meliputi:

a. pengembangan kapal Desa berskala besar untuk mengorganisasi

nelayan keeil agar usahanya menjadi lebih ekspansif;

b. desa wisata yang mengorganisir rangkaian jenis usaha dari kelompok

masyarakat; dan

e. kegia~an usaha bersama yang mengkonsolidasikan jenis usaha lokal

lainnya.

Bagian Kedua
Keanggotaan BUM Desa

Pasal 18

(1) Jumlah anggota BUM Desa ditentukan berdasarkan domisili atau

komunitas masyarakat yang ada ,9.i wilayah desa tanpa terkeeuali.


~ ~.

~.

14
(2) Keanggota8.11 BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

seluruh masyarakat dan aparatur Pemerintahan Desa yang berada di

wilayah desa di Kabupaten Dairi yang sewaktu-waktu dapat ditambah

atau berkurang sesuai perkembangan keanggotaan BUM Desa.

Bagian Ketiga
Organisasi BUM Desa

Pasal19

(1) Organisasi BUM Desa terdiri dad komposisi sebagai berikut:

a. penasehat;

b. pelaksana operasional BUM Desa; dan

c. pengawas BUM Desa;

(2) Penasehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a secara ex-officio

dijabat oleh kepala Desa yang bersangkutan.

~ (3) Pelaksana Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

terdiri dari:

a. direktur; dan

b. bagian.

(4) Pengawas sebagaimaria dimaksud pada ayat (1) huruf c mewakili

kepentingan masyarakat dengan susunan kepengurusan terdiri dari :

a. ketua merangkap anggota;

b. sekretaris merangkap anggota; dan

c. 1 (satu) orang anggota.

(5) Untuk menentukan susunan kepengurusan Pengawas sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) dilakukan mela1ui Rapat Umum Pengawas.

;; (6) Organisasi BUM Desa dengan seluruh komposisinya secara struktur

terpisah dari struktur Pemerintah Desa.

15
(7) Organisasi BUM Desa dengan seluruh komposisinya diangkat dru1.

diberhentikan oleh Kepala Desa atas nama masyarakat dari hasil

musyawarah des.a.

Bagian Keempat
Hak, Kewajiban dan Wewenang Pengurus BUM Desa

Paragraf 1
Hak

Pasal20

Pengurus BUM Desa berhak mendapat penghasilan berdasarkan Anggaran

Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUM Desa.

Paragraf2
Kewajiban

Pasal21

(1) Penasehat berkewajiban:

a. memberikan nasihat kepada Pelaksana Operasional dalam

melaksanakan pengelolaan BUM Desa;

b. memberikan saran dan pendapat mengenai masalah yang dianggap

penting bagi pengelolaan BUM Desai dan

c. mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengelolaan BUM Desa.

(2) Pelaksana Operasional berkewajiban:

a. melaksanakan dan mengembangkan BUM Desa agar menjadi

lembaga yang melayani kebutuhan ekonomi dan I atau pelayanan

umum masyarakat Desa;

b. menggali dan memanfaatkan potensi usaha ekonomi Desa untuk

meningkatkan Pendapatan AsH Desai dan

16
c. melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga perekonomian Desa

lainnya.

(3) Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (4) mempunyai

kewajiban menyelenggarakan Rapat Umum untuk membahas kinerja

BUM Desa sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.

Paragraf 3

Wewenang

Pasal22

(1) Penasehat berwenang untuk :

a. meminta penjelasan dari Pelaksana Operasional mengenai persoalan

yang .menyangku t pengelolaan usaha Desa; dan

b. meli:p.dungi usaha Desa terhadap hal-hal yang dapat menurunkan

kineIja BUM Desa.

(2) Pelaksana Operasional berwenang untuk :

a. membuat laporan keuangan seluruh unit-unit usaha BUM Desa

setiap bulan;

b. membuat laporan perkembangan kegiatan unit-unit usaha BUM

Desa setiap bulan;

c. memberikan laporan perkembangan unit-unit usaha BUM Desa

kepada masyarakat Desa melalui Musyawarah Desa sekurang-

kurangnya 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun.

(3) Pengawas berwenang untuk :

a. pemilihan dan pengangkatan pengurus sebagaimana dimaksud

dalam Pasal19 ayat (4);

17
b. penetapan kebijakan pengembangan kegiatan usaha dari BUM Desa;
dan

c. pelaksanaan pemantauan. dan evaluasi terhadap kinetja Pelaksana

Operasional.

BAS VII
PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN
PELAKSANA OPERASIONAL DAN PENGAWAS BUM DESA

Pasal23

Persyaratan pengangkatan Pelaksana Operasional organisasi BUM Desa

adalah :

a. masyarakat Desa yang memiliki jiwa wirausaha;

b. berusia minimal 25 (dua puluh lima) tahun dan. maksimal 60 (enam

puluh) tahun;

<;. berdomisili atau bertempat tinggal di wilayah desa tersebut sekurang-

kurangnya 2 (dua) tahun;

d. pendidikan minimal Sekolah Menengah Atas atau sederajat;

e. memiliki pengalaman di bidang usaha dan' pengembangan sistem

perekonomian;

f. sehat jasmani dan rohani serta tidak terlibat narkoba.

Pasa124

Persyaratan untuk dapat diangkat menjadi Pengawas:

a. masyarakat Desa yang memiliki jiwa wirausaha;

~ b. berusia minimal 45 (empat puluh lima) tahun dan maksimal

60 (enam puluh) tahun;

18
c. berdomisili atau bertempat tinggal di wilayah desa tersebut sekurang-

kurangnya 2 (dua) tahun;

d. pendidikan minimal Sekolah Menengah Atas atau sederajat;

e. memiliki pengalaman di bidang kepengawasan;

f. sehatjasmani dan rohani serta tidak terlibat narkoba.

Pasal25

(1) Pemberhentian dan penggantian Pengawas, Pelaksana Operasional

Organisasi BUM Desa adalah disebabkan:

a. meninggal dunia;

b. telah berakhir masa bhaktinya;

c. mengundurkan diri;

d. tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik sehingga menghambat

perkembangan kineIja BUM Desa;

e. terlibat kasus pidana dan telah ditetapkan sebagai tersangka.


i

(2) Dalam hal terjadi pemberhentian dan penggantian Pengawas danjatau

Pelaksana Operasional BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a, huruf c, huruf d dan huruf e dilakukan pengangkatan Pengawas

dan/atau Pelaksana Operasional Antar Waktu melalui Musyawarah Desa

sampai berakhimya sisa masa bhakti.

BAB VIII
ALOKASI HASIL USAHA BUM DESA

Pasal26
(1) HasH usaha BUM Desa merupakan pendapatan yang diperoleh dati hasil
transaksi dikurangi dengan pengeluaran biaya dan kewajiban pada pihak
lain, serta penyusutan atas barang-barang inventaris dalam 1 (satu)

tahun buku.

19
(2) Pembagian hasil usaha BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Anggaran Dasar

dan Anggaran Rumah Tangga BUM Desa.

(3) Alokasi pembagian hasil usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat dikelola melalui sistem akuntansi sederhana.

BABIX
MASA BHAKTI PELAKSANA OPERASIONAL DAN PENGAWAS

Pasa127

(1) Masa bhakti Pelaksana Operasional dan Pengawas BUM Desa adalah

selama 5 (lima) tahun.

(2) Masa bhakti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhitung sejak ta11ggal

pengangkatan dan penetapannya berdasarkan Surat Keputusan Kepala

Desa.

(3) Pelaksana Operasional dan Pengawas yang telah habis masa bhaktinya

dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa bhakti berikutnya

dengan cara dimusyawarahkan.

BABX
MEKANISME PENGELOLAAN,
PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPO~N

Bagian Kesatu
Pengelolaan

Pasal28

(1) BUM Desa dikelola oleh Pengurus secara transparan, akuntabel,

partisipatif, berkelanjutan dan akseptabel.

20
(2) Kepala Oesa selaku Penasehat melakukan evaluasi kinerja Pelaksana

Operasional Organisasi BUM Desa sekurang-kurangnya 1 (satu) kali

dalam setahun.

Bagian Kedua
Pertanggungjawaban

Pasa129
\

(1) Pelaksana Operasional melaporkan pertanggungjawaban pelaksanaan

BUM Desa kepada Kepala Desa selaku Penasehat.

(2) BPD melakukan pengawasan terhadap kineIja Pemerintah Desa dalam

membina pengelolaan BUM Desa.

(3) Pemerintah Desa mempertanggun~awabkan tugas pembinaan terhadap

BUM Desa kepada BPD yang disampaikan melalui Musyawarah Desa.

(4) Selain kewajiban dimaksud pada ayat (1), Pelaksana Operasional wajib

menyampaikan informasi perkembangan usaha kepada masyarakat desa

melalui forum musyawarah desa sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam

setahun, yang disaksikan oleh Camat sebagai Wakil Pemerintah Daerah.

Bagian Ketiga
Pelaporan

Pasal30

( 1) Pelaksana Operasional wajib menyampaikan laporan kepada Penasehat.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari laporan berkala

dan laporan pertanggungjawaban.

21
(3) Laporan berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat
perkembangan usaha BUM Desa sekurang-kurangnya tentang laporan
keuangan semester.

(4) Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri


dari Laporan Pertanggungjawaban Tahunan dan Laporan

Pertanggungjawaban Akhir Masa Bhakti.

(5) Laporan Pertanggungjawaban Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat


(4) mengenai laporan pengelolaan BUM Desa.

(6) Apabila Laporan Pertanggungjawaban Tahunan sebagaimana dimaksud

pada ayat (4) ditolak, maka laporan dikembalikan untuk disempurnakan

selambat-lambatnya 1 (satu) bulan terhitung dari tanggal jatuh tempo

dipertanggungjawabkan.

(7) Apabila laporan yang telah disempurnakan belum dapat diterima, dapat

dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk dilakukan audit sampai

dengan pemberhentian Pelaksana Operasional.

(8) Apabila Laporan Pertanggungjawaban Tahunan yang telah disampaikan

oleh Pelaksana Operasional kepada Penasehat lebih dari 14 (empat belas)


hari tidak memberi pendapat, maka laporan dianggap diterima.

BABXI
AUDIT

Pasa131

( 1) Audit keuangan BUM Desa dapat dilakukan apabila dipandang perlu.

(2) Pelaksanaan audit keuangan BUM Desa dilakukan oleh akuntan publik

dan/ atau Inspektorat Kabupaten.

22
BAB XII
MODAL BUM DESA

Pasa132

(1) Modal aW'al BUM Desa bersumber dari APBDesa.

(2) Modal BUM Desa terdiri atas:

a. penyertaan modal Desa;

b. penyertaan modal masyarakat Desa; dan

c. di luar penyertaan modal desa dan penyertaaan modal masyarakat desa

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasa133

(1) Penyertaan modal Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2)

huruf a terdiri atas:

a. hibah dari pihak swasta, lembaga so sial ekonomi kemasyarakatan

dan/ atau lembaga donor yang disalurkan melalui mekanisme APBDesa;

b. bantuan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah

i Daerah Kabupaten yang disalurkan melalui mekanisme APBDesa;

c. kerjasama usaha dari pihak swasta, lernbaga sosial ekonorni

kemasyarakatan dan/atau lembaga donor yang dipastikan sebagai

kekayaan kolektif Desa dan disalurkan melalui rnekanisme APBDesa;

d. aset Desa yang diserahkan kepada BUM Desa sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan tentang Aset Desa.

(2) Penyertaan modal rnasyarakat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32

ayat (2) huruf b berasal dari tabungan masyarakat dan/atau simpanan

masyarakat.

23
BAB XIII
KERJASAMA BUM DESA ANTAR DESA

Pasal34

(1) BUM Desa dapat melakukan kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih.

(2) Kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih dapat dilakukan dalam satu
kecamatan atau antar kecamatan dalam satu kabupaten.

(3) Kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih harus mendapat persetujuan
masing-masing Pemerintah Desa.

Pasa135

(1) Kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih dibuat dalam naskah

perjanjian kerjasama.

(2) Naskah perjanjian kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih paling
sedikit memuat:

a. subjek kerjasama;

b. objek kerjasama;
,.
c. jangka waktu;
..
d. hak dan kewajiban;

e. pendanaan;
f. keadaan memaksa;
g. pengalihan aset; dan

h. penyelesaian perselisihan.

(3) Naskah perjanjian kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih ditetapkan

oleh Pelaksana Operasional dari masing-masing BUM Desa yang bekerjasma.

Pasal36

(1) Kegiatan kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih

dipertanggungjawabkan kepada Desa masing-masing sebagai pemilik BUM

Desa.

24
(2) Dalam hal kegiatan kerjasruna dilaksanakan antar unit usaha BUM Desa

yang berbadan hukum, diatur sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan tentang Perseroan Terbatas dan Lembaga Keuangan Milrro.

BAB XIV
PEMBUBARAN BUM DESA

Pasal37

Pembubaran BUM Desa dilakukan melalui Musyawarah Desa dengan

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. kerugian yang dialami BUM Desa menjadi beban BUM Desa;


'"b. BUM Desa tidak dapat menutupi kerugian dengan aset dan kekayaan yang

dimiJikinya;dan

c. dinyatakan pailit sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-

undangan mengenai kepailitan.

BABXV
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Bagian Kesatu
Pembinaan

Pasa138

(1) Pemerintah Daerah melakukan pembinaan terhadap Pengurus BUM·

Desa.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam

bentuk monitoring, evaluasi dan pelatihan teknis terhadap Pengurus

. BUM Desa oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

25
Bagian Kedua
Pengawasan .

Pasal39

Pemerintah Daerah melakukan pengawasan melalui Inpektorat Kabupaten.

BAB XVI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasa140

(1) Bagi Desa yang telah memiliki dan menetapkan Peraturan Desa tentang

BUM Desa
. sebelum ketentuan dalam Peraturan
. Daerah ini diterbitkan

maka harus segera menyesuaikan dengan Peraturan Daerah ini paling

lambat 1 (satu) tahun sejak diundangkan.

(2) Seluruh modal yang berasal dati bantuan pemerintah dan pihak lainnya

yang telah diterima harus dicatat oleh pemerintah desa yang selanjutnya

menjadi kekayaan desa.

BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal41

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah

Kabupaten Dairi Nomor 16 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pembentukan dan

Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Dairi

Tahurt 2006 Nomor 16, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Dairi Nomor

114) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

26
Pasal 42

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan

Daerah ini dalam Lembaran Daerah Kabupaten Dairi .

Ditetapkan di Sidikalang

pada tanggal 19 September 2016

BUPATI DAIRI,

ttd.

KRA. JOHNNY SITOHANG ADINEGORO

Diundangkan di Sidikalang

pada tanggal 19 September 2016

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN DAIRI,

ttd .

SEBASTIANUS TINAMBUNAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAIRI TAHUN 2016 NOMOR 3

NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI, PROVINSI SUMATERA

UTARA: (66/2016).

27
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI
NOMOR 3 TAHUN 2016
TENTANG
PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN
BADAN USAHA MILIK DESA

1. UMUM

Berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Desa,

Pernbangunan Daerah Tertinggal dan Transrnigrasi Nomor 4 tahun 2014

tentang Pend irian , Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan

Usaha Milik .Desa, ditegaskan bahwa dalam upaya menampung seluruh

kegiatan di bidang ekonorni dan/ atau keIjasama antar Desa untuk

peningkatan pendapatan Desa, Pemerintah Desa dapat mendirikan Badan

Usaha Milik Desa yang pembentukannya harus memperhatikan potensi dan

kebutuhan yang dimiliki Desa, serta dapat meningkatkan kesejahteraan

ekonorni seternpat. Pendirian atau pernbentukan' BUM Desa rnerupakan hal

yang bersifat strategis. Pelaksanaan tahapan Musyawarah Desa dapat

dielaborasi kaitannya dengan pembentukan BUM Desa secara partisipatif,

dernokratis, transparan dan akuntabel dengan berdasarkan kepada hak dan

kewajiban masyarakat.

BUM Desa merupakan lembaga perekonomian di Desa yang memiliki

peranan penting dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat Desa dan

pemerintah Desa. Dengan demikian kegiatan ekonomi BUM Desa secara ideal

merupakan bagian dari usaha peningkatan ekonomi lokal dan regional dalam

lingkup perekonomian nasional. Sejalan dengan hal tersebut, dalam

perkembangannya pengaturan ten tang Pembentukan dan Pengelolaan BUM

28
Desa harus diatur tersendiri melalui Peraturan Des.a yang merujuk kepada

peraturan-peraturan di atasnya.

Dalam rangka mendukung tujuan tersebut diperlukan adanya upaya .

peningkatan dan pemanfaatn BUM Desa secara optimal dan terus-menerus,

serta dibutuhkan adanya kreativitas dari Pemerintah Desa dan masyarakat

desa demi pengembangan lembaga perekonomian Desa secara berkelanjutan.

Berkaitan dengan hal tersebut, agar Desa mempunyai pedoman dalam

l!lembentuk dan mengelola BUM Desa serta agar tercipta keseragaman

penyusunan produk hukum dalam bentuk Peraturan Desa dan mengefektifkan

pengelolaan potensi serta kekayaan desa melalui BUM Desa, perlu

menetapkan Peraturan Daerah tentang Pedoman Pembentukan dan

Pengelolaan BUM Desa.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasall

Cukup jelas.

J.:>asal2

Cukup jel~s.

Pasal3

Cukup jelas.

Pasa14

Cukup jelas.

Pasal5

Cukup jelas.

Pasa16

Cukup jelas.

" Pasa! 7

Cukup jelas.

29
Pasa18

Cukup jelas.

Pasa19

Cukup jelas.

Pasa110

Cukup jelas.

Pasalll

Hurufa

yang dimaksud dengan "perseroan terbatas" adalah badan usaha

yang berbentuk badan hukum yang merupakan persekutuan

modal, didirikan berdasarkan perjanjian, dan melakukan kegiatan

usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham.

Hurufb

yang dimaksud dengan ((lembaga keuangan mikro" adalah lembaga

keuangan non bank yang didirikan dengan tujuan untuk

membantu pengembangan usah-usaha keeil menengah dengan

pemberian pinjaman modal.

Pasa112

Cukup jelas.

Pasa113

Cukup jelas.

Pasa114

Cukup jelas.

Pasal15

Cukupjelas.

Pasa116

Cukup jelas.

30
Pasal17

Cukup jelas.

Pasal18

Cukup jelas.

Pasal19

Ayat (1)

CukUp jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas .

.Ayat (3)

"Bagian" yang dimaksud sekurang-kurangnya terdiri dari bagian.

administrasi, bagian keuangan dan bagian> sumber daya manusia

serta bagian unit-unit usaha. Yang disesuaikan dengan kebutuhan

dan kemampuan keuangan BUM Desa serta kondisi sosial budaya

masyarakat setempat.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Pasal20

Cukup jelas.

Pasa121
,. ....
Cukup jelas.

31
Pasal22

Cukup jelas.

Pasal23

Hurufa

Cukup jelas.

Hurufb

Cukup jelas.

Hurufc

Cukup jelas.

Hurufd

Cuku p jelas.

Hurufe

Yang dimaksud dengan memiliki pengalaman di bidang usaha dan

pengembangan sistem perekonomian dibuktikan dengan surat

rekomendasi pengalaman kerja di bidang ekonomi dan I atau surat

keterangan dari Kepala Desa danl atau instansi terkait ten tang

" pengalaman di bidang usaha dan pengembangan sistem

perekonomian.

Huruff

"8ehat jasmani dan rohani serta tidak terlibat narkoba" yang


dibuktikan dengan surat keterangan dari Rumah Sakit Umum
Daerah.

Pasal24
0-

Hurufa

Cukup jelas.

Hurufb

Cukup jelas.

32
Hurufc

Cukup jelas.

Hurufd

Cukup jelas.

Hurufe

Yang dimaksud dengan memiliki pengalaman di bidang

kepengawasan adalah pemah bekerja di hidang kepengawasan

minimal di desa yang dibuktikan dengan surat rekomendasi

pengalaman di bidang kepengawasan dan atau surat keterangan

dari Kepala Desa dan/ atau instansi terkait.

Huruff

"S e hat jasmani dan rohani serta tidak terlibat narkoba" yang
dibuktikan dengan surat keterangan dati Rumah Sakit Umum
Daerah.
",'

Pasal25

Cukup jelas.

Pasal26

Cukup jelas.

Pasal27

Cukup jelas.

Pasal28

Ayat (1)

yang dimaksud dengan "transparan" adalah mekanisme

pengelolaan kegiatan BUM Desa yang dilakukan secara jujur,

dan terbuka sehingga perkembangannya dapat diketahui,

diikuti, dipantau, diawasi dan dievaluasi secara

bertanggungjawab oleh masyarakat Desa.

33
yang dimaksud dengan "akuntabel" adalah mekanisme

pengelolaan kegiatan BUM Desa yang menggunakan pola

pencatatan dan pembukuan secara cermat dengan mengikuti

kaidah dan peraturan yang berlaku sehingga dapat

dipertanggungjawabkan kepada pihak yang berwenang dan

masyarakat.

yang dimaksud dengan "partisipatif' adalah keterlibatan

masyaral<at Desa secara aktif mulai dari proses perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan dan keberlangsungan kegiatan usaha

BUM Desa.

yang dimaksud dengan "berkelanjutan" adalah proses

pengelolaan kegiatan yang harus memberikan hasil, manfaat

dan nilai tambah kepada Desa, yang semakin hari semakin baik

dan meningkat.

yang dimaksud dengan "akseptabel" adalah kemampuan

membuat keputusan dalam menjalankan kegiatan usaha harus

didasarkan pada adanya kesepakatan para pihak yang terlibat

sehingga memperoleh pengakuan yang kuat.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal29

Cuku p jelas.

Pasa130

Cukup jelas.

34
Pasal31
Ayat (1)

Audit yang dilakukan apabila ada indikasi penyimpangan

dalam pengelolaan BUM Oesa atau karena adanya permintaan.


Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal32

Cukup jelas.
Pasa133

Cukup jelas.

Pasa134

C~ln1p je1as.

Pasa135

Pasa136

Cukup jelas.

Pasa137

Cuk\1.p jelas.
Pasa138

Yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah adalah Pejabat yang

ditunjuk dan diberi wewenang melakukan pembinaan terhadap

BUM Desa atau yang membidano!:


• _. __ •• , _. _
oi Pemberdayaan
,_,_ ,,_, __,, ____
'ow _ Masyarakat .
••• _ _ • • ••••_ _ _ __ . . . ___ • _____ • __ "0- •• _ _ _ • • • • • • . • _'" •.•. .

Ayat (2)

Cukup jelas.

Cukup jelas.

35
Pasal39

Cukup jelas.

Pasal40

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

yang dimaksud dengan modal yang berasal dari pemerin tah

adalah dana bantuan pemerintah melalui kegiatan UPK-PNPM

Mandiri Perdesaan, yang sudah berakhir tahun 2014.

Pasa141

Cukup jelas.

Pasa142

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAIRI NOMOR 180

36
( SALINAN )

BUPATI DAIRI
PROVINSI SUMATERA UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI


NOMOR 4 TAHUN 2016

TENTANG

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
KABUPATEN DAIRI TAHUN ANGGARAN 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI DAIRI,

Menimbang a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 320


ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor
9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, Kepala Daerah menyampaikan rancangan
Perda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD
kepada DPRD dengan dilampiri laporan keuangan yang
telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan paling
lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran.
berakhir;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a perlu membentuk Peraturan
Daerah tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten
Dairi Tahun Anggaran 2015;

Mengingat 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1964
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1964 tentang
Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Dairi
dengan mengubah Undang-Undang Nomor 7 Drt.
Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom
Kabupaten di Propinsi Sumatera Utara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1964 Nomor 9)
menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia - Tahun 1964 Nomor 96, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2689);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 No.5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengdolaan dan Tanggungjawab
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);-
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 246,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5589);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang
Sistem Informasi Keuangan Daerah sebagaimana telah
diu bah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun
2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 110, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5155);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia-
Nomor 4578);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5165);
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagaimana telah diu bah beberapa kali terakhir

-2-
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21
Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun
2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah
Daerah;
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun
2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik
Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 547);
14. Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 08 Tahun
2008 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Dairi Tahun
2008 Nomor 08, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Dairi Daerah Nomor 130);
15. Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 09 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Tahun .
Anggaran 2008 (Lembaran Daerah Kabupaten Dairi
Tahun 2008 Nomor 09, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Dairi Nomor 131);
16. Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 10 Tahun
2008 tentang Penambahan Penyertaan Modal Daerah
pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta
Nciho Kabupaten Daerah Tingkat II Dairi (Lembaran·
Daerah Kabupaten Dairi Tahun 2008 Nomor 10,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Dairi Nomor
132);
17. Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 11 Tahun
2008 tentang Penambahan Penyertaan Modal Daerah
pada PT Bank Sumut (Lembaran Daerah Kabupaten
Dairi Tahun 2008 Nomor 11, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Dairi Nomor 133);
18. Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 03 Tahun
2009 tentang Perusahaan Daerah Pasar Kabupaten
Dairi (Lembaran Daerah Kabupaten Dairi Tahun 2009
Nomor 03, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Dairi Nomor 148);
19. Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 14 Tahun
. 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Kabupaten Dairi Tahun Anggaran 2015 (Lembaran
Daerah Kabupaten Dairi Tahun 2014 Nomor 14);
20. Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 5 Tahun
2015 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Kabupaten Dairi Tahun Anggaran 2015
(Lembaran Daerah Kabupaten Dairi Tahun 2015
Nomor 5);
Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DAIRI


dan
BUPATI DAIRI

MEMUTUSKAN :

Menetapkan PERATURAN DAERAH TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN


PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
DAERAH KABUPATEN DAIRI TAHUN ANGGARAN 2015.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Dairi.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai un sur penyelenggara·
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom.
3. Bupati adalah Bupati Dairi.
4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disebut APBD
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan
disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD serta ditetapkan
dengan Peraturan Daerah.
5. Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah adalah laporan tahunan Pemerintah Daerah atas pelaksanaan
APBD yang dibahas bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD serta
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
6. Pendapatan-LO adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai
penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan·
tidak perlu dibayar kembali.
7. Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah
yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang menjadi hak Pemerintah Daerah, dan tidak perlu
dibayar kembali oleh Pemerintah Daerah.
8. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode
pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau
konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
9. Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum Daerah yang
mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah.
10. Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitas
pelaporan darijkepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan
dan dana bagi hasil
11. Surplus/defisit adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan daerah dan
belanja daerah.

·4·
12. Surplus/ defisit-LO adalah selisih antara pendapatan-LO dan beban selama
satu periode pelaporan, setelah diperhitungkan surplus/ defisit dari kegiatan
non operasional dan pos luar biasa.
13. Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/ atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran
berikutnya. .
14. Sisa Lebih Pembiayaan Ariggaran yang selanjutnya disebut SiLPA adalah
selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu
periode anggaran. .
15. Saldo Anggaran Lebih adalah akumulasi Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran/
Sisa Kurang Pembiayaan Anggaran tahun-tahun anggaran sebelumnya dan
tahun berjalan serta penyesuaian lain yang diperkenankan
16. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah
menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari .
pihak lain sehingga daerah dibebani kewajiban untuk membayar kembali.
17. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah .
Daerah dan/ atau hak Pemerintah Daerah Kabupaten Dairi yang dapat
dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya
berdasarkan peraturan perundang-undangan at an akibat lainnya yang sah.
18. Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar pemerintah daerah
dan/ atau kewajiban Pemerintah Daerah Kabupaten Dairi yang dapat dinilai
denganuang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan
peraturan perundang-undangan atau akibat lainnya yang sah.
19. Laporan realisasi anggaran adalah penyajian informasi realisasi
pendapatan, belanja, transfer, surplus/ defisit dan pembiayaan yang
masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode.
20. Neraca adalah penyajian posisi keuangan pemerintah daerah mengenai
aset, kewajiban dan ekuitas dana pada tanggal tertentu yang
+ mencantumkan pos-pos : kas dan setara kas, investasi jangka pendek,.
piutang pajak dan bukan pajak, persediaan, investasi jangka panjang, aset
tetap, kewajiban jangka pendek, kewajiban jangka panjang dan ekuitas
dana.
21. Laporan arus kas adalah penyajian informasi penerimaan dan pengeluaran
kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas
operasi, aktivitas investasi, aktivitas pendanaan dan aktivitas transitoris.
22. Laporan operasional adalah penyajian informasi mengenai seluruh kegiatan·
operasional keuangan entitas akuntansi dan entitas pelaporan yang
tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban dan surplus/defisit operasional
dari suatu entitas yang penyajiannya disandingkan dengan periode
sebelumnya.
23. Laporan· saldo anggaran lebih adalah penyajian informasi mengenai
perubahan akumulasi saldo SiLPA atau SiKPA pada tahun pelaporan dan
penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.
24. Laporan perubahan ekuitas adalah penyajian informasi mengenai
perubahan nilai ekuitas pada tahun pelaporan dan penyajiannya
disandingkan dengan periode sebelumnya.
25. Catatan atas laporan keuangan adalah penyajian informasi tentang
penjelasan pos-pos Laporan Keuangan dalam rangka pengungkapan yang
memadai.

-5-
BAB II
PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

Pasal 2

(1) Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja


Daerah berupa laporan keuangan memuat :
a. laporan realisasi anggaran;
O. neraca;
c. laporan arus kas;
d. laporan operasional;
e. laporan saldo anggaran lebih;
f. laporan perubahan ekuitas; dan
g. catatan atas laporan keuangan .

(2) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri dengan
laporan kinerja dan ikhtisar laporan keuangan Badan Usaha Milik
Daerah/Perusahaan Daerah.

Pasal 3

Laporan realisasi anggaran se bagaimana dimaksud dalam Pasal 2 per 3 1


Desember Tahun 2015 dengan rincian sebagai berikut :
a. pendapatan-LRA Rp. 889.613.804.786,21
b. belanja Rp. (802.219.254 .314,52)
b. transfer Rp. (65.774.254.500,00)
surplus/ (defisit) Rp. 21.620.295.971,69
c. pembiayaan
- penenmaan Rp. 75.920.334.604,90
- pengeluaran Rp . (3.268. 724.888,2~
pembiayaan neto Rp. 72.651.609.716,68
d. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Rp. '94.271 .905.688,37

Pasal 4

Uraian laporan realisasi anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3


sebagai berikut :
(1) Selisih anggaran dengan realisasi pendapatan sejumlah
Rp. (17.399 .752. 631,79) dengan rincian sebagai berikut :
a. anggaran pendapatan-LRA setelah perubahan Rp. 907.013.557.418,00
b. realisasi Rp. 889.613 .804.786,21
selisih lebih/(kurang) Rp. (17.399.752 .631 ,79)

(2) $elisih anggaran dengan realisasi belanja sejumlah


Rp. (123.098.194.863,48) dengan rincian sebagai berikut :
a. anggaran belanja setelah perubahan Rp. 925.317.449.178,00
b. realisasi Rp. 802 .219.254.314,52
selisih lebih/(kurang) Rp.(123.098.194 .863,48)

-6-
, (3) Selisih anggaran dengan realisasi transfer sejumlah
Rp. (198.345.750,00) dengan rincian sebagai berikut :
a. anggaran belanja setelah perubahan Rp. 65.972 .600.250 ,00
b. realisasi R 65 .774 .254 .500,00
.!:92.:
selisih lebih/ (kurang) Rp. (198 .345.750 ,00)
(4) Selisih anggaran dengan realisasi surplus / defisi t sejumlah
Rp. 105.896.787.981,69 dengan rincian sebagai berikut :
a. surplus/ defisit setelah perubahan Rp. (84.276.492.010,00)
b . realisasi Rp. 21.620 .295.971,69
selisih lebih/ (kurang) Rp . 105.896.787.981,69

(5) Selisih anggaran dengan realisasi penerimaan pembiayaan sejumlah


Rp. (11.656.157.405,10) dengan rincian sebagai berikut :
a. anggaran penerimaan pembiayaan Rp. 87.576.492 .010,00
setelah perubahan
b. realisasi Rp. 75.920 .334.604,90
selisih lebih/ (kurang) Rp. (11.656.157.405,10)

(6) Selisih anggaran dengan realisasi pengeluaran pembiayaan sejumlah


Rp. (31.275.111,78) dengan rincian sebagai berikut
a. anggaran pengeluaran pembiayaan Rp. 3.300.000.000,00
setelah peru bah an
b. realisasi :. ;R;.c,P:. :. ._ _--:3: :. ;.:.:2:,.: :6:,.: :8. :. .;7:....:2:!..4~
. .. : : 8. : : 8. : : 8J..!,2=2
selisih lebih/ (kurang) Rp. (31.275.111 ,78)

(7) Selisih anggaran dengan realisasi pembiayaan neto sejumlah


Rp. (11.624.882.293,32) dengan rincian sebagai berikut
a. anggaran pembiayan neto Rp. 84.276.492.010,00
setelah perubahan
b. realisasi Rp. 72.651.609.716,68
selisih lebih/ (kurang) Rp. (11.624 .882.293,32)

Pasal 5

Neraca sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 per 31 Desember Tahun 2015


dengan rincian sebagai berikut :
a. jumlah aset Rp. 1.697.871.314.268,36
b. jumlah kewajiban Rp. 8.221.348.741,76
c. jumlah ekuitas dana Rp. 1.689 .649.965 .526,60

Pasal 6

Laporan arus kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 untuk tahun yang
berakhir sampai dengan 31 Desember Tahun 2015 dengan rincian sebagai
berikut:
a . saldo awal kas per 1 Januari tahun 2015 Rp. 75.797.482.962,48
b. arus kas dari aktivitas operasi Rp. 201.330.288 . 181,69
. c. arus kas dari aktivitas investasi Rp . (181. 709. 992.210,00)
d. arus kas dari aktivitas pendanaan Rp. (1.268.724.888,22)
e. arus kas dari aktivitas transitoris Rp. 0,00
f. saldo akhir kas di BUD jKas Daerah Rp. 94.146.058.375,95

·7·
g. saldo akhir kas di bendahara pengeluaran Rp. 125.847.312,42
. h. saldo akhir kas lainnya di bendahara Rp. 1.166.149.207,94
pengeluaran
1. saldo akhir kas di bendahara penerimaan Rp. 90.947.674,00
J. saldo akhir kas di bendahara dana BOS Rp. 1.235.783.020,00
k. saldo akhir kas per 31 Desember Tahun 2015 Rp. 96.764.785.590,31

Pasal 7

Laporan operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 untuk tahun yang


berakhir sampai dengan 31 Desember Tahun 2015 dengan rincian sebagai
berikut:
a. surplus/ defisit kegiatan operasional
- pendapatan-LO Rp. 975.995.973.348,09
- beban operasi Rp. (844.547.456.995,13)
surplus/ defisit kegiatan operasional Rp. 131.448.516.352,36
b. surplus/ defisit kegiatan non operasional Rp. 106.656.464,00
c. pos luar biasa Rp. (2.456.251.000,00)
d. surplus/ defisit-LO Rp. 129.098.921.816,36

Pasal 8

Laporan saldo anggaran lebih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 untuk


tahun yang berakhir sampai dengan 31 Desember Tahun 2015 dengan rincian
'.' sebagai berikut:
a. saldo anggaran lebih awal Rp. 75.920.334.604,90
O. penggunaan SAL sebagai penerimaan Rp. (75.920.334.604,90)
pembiayaan tahun berjalan
c. sis a lebih/kurang pembiayaan anggaran Rp. 94.271.905.688,37
d. koreksi kesalahan pembukuan tahun Rp. 0,00
sebelumnya
e. saldo anggaran lebih akhir Rp. 94.271.905.688,37

Pasal 9

Laporan perubahan ekuitas sebagaimana dimaksud dalam Pasa12 untuk tahun


yang berakhir sampai dengan 31 Desember Tahun 2015 dengan rincian sebagai
berikut:
a. ekuitas per 31 Desember 2014 Rp. 2.044.175.304.599,85
b. surplus/ defisit-LO Rp. 129.098.921.816,36
'c. koreksi ekuitas akibat perubahan kebijakan Rp. (482.070.527.194,17)
akuntansi
c. koreksi ekuitas lainnya Rp. (1.553.733.695,44)
e. ekuitas akhir per 31 Desember 2015 Rp. 1.689.649.965.526,60

Pasal 10

Catatan atas laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 untuk


~Tahun Anggaran 2014 memuat informasi baik secara kuantitatif atas pas-pas
Laporan Keuangan.

-8-
Pasal 11

Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 tercantum dalam lampiran Peraturan
Daerah ini, terdiri dari :
a. J..ampiran I Laporan Realisasi Anggaran.
Lampiran 1. 1 Ringkasan ·laporan realisasi anggaran menurut urusan
pemerin tahan daerah dan organisasi;
Lampiran 1.2 Rincian laporan realisasi· anggaran menurut Urusan
pemerintahan daerah,organisasi, pendapatan, belanja dan
pembiayaan;
Lampiran 1.3 Rekapitulasi realisasi anggaran belanja daerah menurut
urusan pemerintahan daerah, organisasi, program dan
kegiatan;
Lampiran 1.4 Rekapitulasi realisasi anggaran belanja .daerah untuk
keselarasan dan keterpaduan urusan pemerintahan daerah
dan fungsi dalam kerangka pengelolaan keuangan negara; _
Lampiran 1.5 Daftar jumlah pegawai berdasarkan golongan dan jabatan;
Lampiran 1.6 Daftar piutang daerah;
Lampiran 1.7 Daftar penyertaan modal (investasi) daerah;
Lampiran 1.8 Daftar realisasi penambahan dan pen~rangan aset tetap
daerah;
Lampiran 1.9 Daftar realisasi pena~~bahan dan ·p~ngurangan aset lainnya;
Lampiran 1.10: Daftar kegiatan-kegiatan yang belum diselesaikan sampal
akhir tahun dan.· dianggarkan kembali dalam tahun
anggaran berikutnya;
Lampiran 1. 11 : Daftar dana cadangan daerah ; dan
Lampiran 1.12: Daftar pinjaman daerah dan obligasi daerah.
b. Lampiran II Neraca
c. Lampiran III Laporan Arus Kas
d. Lampiran IV Laporan Operasional
e. Lampiran V Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
f. Lampiran VI Laporan Perubahan Ekuitas
g. Lampiran VII Catatan atas Laporan Keuangan

Pasal 12

Lampiran laporan keuangan sebagaiinana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2)


terdiri dari:
a. laporan kinerja tercantum dalam lampiran IX Peraturan Daerah inL
b. Ikhtisar Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Daerah/Perusahaan Daerah
tercantum dalam lampiran VIII Peraturan Daerah ini.

Pasal13

Bupati Dairi menetapkan Peraturan Bupati ~entang Penjabaran


Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
sebagai rincian lebih lanjut dari Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran
T Pendapatan dan Belanja Daerah.

-9-
BAS III
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 14

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Dairi.

Ditetapkan di Sidikalang
pada tanggal 29 September 2016

SUPATI DAIRI ,

ttd .

KRA. JOHNNY SITOHANG ADINEGORO

Diundangkan di Sidikalang
pada tanggal 29 September 2016

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN DAIRI,

ttd.

SEBASTIANUS TINAMBUNAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAIRI TAHUN 2016 NOM OR 4

-10-
BUPATI DAIRI
PROVINSI SUMATERA UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI


NOMOR 5 TAHUN 2016

TENTANG

PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH


TAHUN ANGGARAN 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI DAIRI,

Menimbang a. bahwa dengan adanya perkembangan yang tidak sesuai dengan


asumSl Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Tahun Anggaran 2016,keadaan yang menyebabkan
pergeseran antar unit organisasi, antara kegiatan dan antar jenis
belanja, keadaan yang menyebabkan Sisa Lebih Tahun Anggaran
sebelumnya harus digunakan untuk pembiayaan dalam tahun
anggaran berjalan, perlu dilakukan Perubahan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan" sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, periu membentuk Peraturan Daerah tentang
Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun
Anggaran 2016;

Mengingat 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1964 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Dairi
dengan mengubah Undang-Undang Nomor 7 Drt. Tahun 1956
ten tang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten di Propinsi
'" Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1964 Nomor 9) menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara

./{\
'.
Republik Indonesia Tahun 1964 Nomor 96, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2689 );
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia
;
Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lemharan Negara Republik
Indonesia Nomor 3851);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tamhahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
6. Vndang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
8. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
I' dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049);
9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5589);
10.Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4575);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 ten tang Sistem
Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4576) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2010 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005
tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 110, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5155);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual
Pada Pemerintah Daerah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 1425);
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2015 tentang
. Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Tahun Anggaran 2016 (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 903);
16. Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 08 Tahun 2008
tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten
Dairi (Lembaran Daerah Kabupaten Dairi Tahun 2008 Nomor
08, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Dairi Nomor 130);
p,

3
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DAIRI
dan
BUPATI DAIRI

MEMUTUSKAN :

Menetapkan PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN


PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016.

Pasal 1

Dalam Peraturan. Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Dairi.
2. Bupati adalah Bupati Dairi.
3. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara pemerintah.
'daerah yang memimpin pelaksanaan unsur pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
4. Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disebut
Perubahan APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang'
dibahas bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Dairi serta ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
5. 'Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah.
i 6. Pengeluaran Daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah.
7. Pendapatan Daerah adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih.
8. Belanja Daerah adalah kewajiban Pemerintah Daerah yang diakui sebagai.
pengurang nilai kekayaan bersih.
9." Surplus Anggaran adalah selisih lebih antara pendapatan daerah dan belanja
daerah.
10. Defisit Anggaran adalah selisih kurang antara pendapatan daerah dan belanja
daerah.
11. Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali
danl atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
12. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang disebut
SILPA adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama
satu periode anggaran. tz,

4
13. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima
sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain
sehingga daerah dibebani kewajiban untuk membayar kembali.
14. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada pemerintah
daerah dan/atau hak pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang sebagai
• akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-
undangan atan akibat lainnya yang sah.
~.

15. Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar pemerintah daerah
danl atau kewajiban pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang
berdasarkan peraturan perundang-undangan, perjanjian, atau berdasarkan sebab
lainnya yang sah.

Pasal 2

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 semula sejumlah
Rp. 1.113.493.269.000,00 berkurang sejumlah Rp. 31.183.451.889,00 sehingga
menjadi Rp. 1.082.309.817.111,00 dengan rincian sebagai berikut;

a. Pendapatan
1. semula Rp. 1.098.793.269.000,00
2. bertambah/ (berkurang) RQ. (101.382.636.949 137)
Jumlah p~ndapatan setelah perubahan Rp. 997.410.632.050,63
'.
-

b. Belanja
;-

1. semula Rp. 1.113.493.269.000,00


2. bertambahl (berkurang) RQ. (31.183.451.889 100)
Jumlah belanja setelah perubahan Rp. 1.082.309.817.111,00
Surplus/ (Defisit) Setelah Perubahan (Rp. 84.899.185.060,37)

c. Pembiayaan
1. Penerimaan
a) semula Rp. 18.000.000.000,00
b) bertambah/ (berkurang) RQ. 89.040.487.060 1 37
Jumlah penerimaan sete1ah perubahan Rp. 107.040.487.060,37

2. Pengeluaran
a) semula Rp. 3.300.000.000,00
b) bertambah/ (berkurang) R!2. 18.841.302.000 100
Jumlah pengeluaran setelah perubahan RQ. 22.141.302.000 1 00
;;-
Jumlah pembiayaan neUo
setelah perubahan (1 - 2) Rp. 84.899.185.060,37
;,
3. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
Tahun Berkenaan setelah perubahan Rp. 0,00
tz.
5
Pasal 3

. (1) P(::ndapatan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal2 huruf a ten:liri dari :
a. Pendapatan AsH Daerah
1. semula Rp. 75.647.999.000,00
;;.
2. bertambahf (berkurang) RQ. {. 9.803.668.661,37)
.
Jumlah Pendapatan AsH Daerah
setelah peru bahan Rp. 65.844.330.338,63
~"

O. Dana Perimbangan
1. semula Rp. 749.041.585.000,00
2. bertambah/ (berkurang) RQ. { 5.606.127 .694,OO}
Jumlah Dana Perimbangan
setelah perubahan Rp. 743.435.457.306,00

c. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah


1. semula Rp. 274.103.685.000,00
2. bertambahJ (berkurang) RJ2. (85.972.840.594,OO}
Jumlah Lain-lain Pendapatan Daerah
Yang Sah setelah peru bahan Rp. 188.130.844.406,00

(2)Pendapatan AsH Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari
jenis pendapatan :
a. Pajak Daerah
1. semul~ Rp. 8.766.000.000,00
2. bertambahf (berkurang) RQ. 500.000.000,00
Jumlah Pajak Daerah setelah perubahan Rp. 9.266.000.000,00
,b. Retribusi Daerah
1. semula Rp. 45.717.493.000,00
2. bertambah/ (berkurang) RQ. (15.550.933.000,00}
Jumlah Retribusi Daerah setelah perubahan Rp. 30.166.560.000,00

c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan


1. semula Rp. 7.026.751.000,00
2. bertambahf (berkurang) R12· 3.003.019.338,63
Jumlah HasH pengelolaan kekayaan Daerah
yang dipisahkan setelah perubahan Rp. 10.029.770.338,63

d. Lain-lain Pendapatan AsH Daerah yang sah


1. semula Rp. 14.137.755.000,00
2. bertambahf (berkurang) R12· 2.244.245.000,00
Jumlah Lain-lain Pendapatan AsH Daerah
yang sah sete1ah peru bah an Rp. . 16.382.000.000,00
;
t

./1\
(3) Dana Perimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari jenis
pendapatan :
a. Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak
1. semula Rp. 24.500.000.000,00
2. bertambah/ (berkurang) Rp. ! 4.746.789.000,OQl
Jumlah Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak .
setelah perubahan Rp. 19.753.211.000,00

.- b. Dana Alokasi Umum


1. semula Rp. 623.702.235.000,00
2. bertambah/ (berkurang) Rp. (67.758.101.244,00)
Jumlah Dana Alokasi Umum
setelah peru bahan Rp. 555.944.133.756,00

c. Dana Alokasi Khusus


1. semula Rp. 100.839.350.000,00
2. bertambahf (berkurang) Rp. 66.898.762.550,00
Jumlah Dana Alokasi Khusus
setelah perubahan Rp. 167.738.112.550,00

(4) Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c terdiri dari jenis pendapatan :
a. Hibah
1. semula Rp. 1.250.000.000,00
2. bertambahf (berkurang) Rp. . 16.478.442.000,00
Jumlah Hibah setelah perubahan Rp. 17.728.442.000,00

b. Dana Darurat
1. semula Rp. 0,00
2. bertambah/ (berkurang) Rp. 0,00
Jumlah Dana Darurat setelah perubahan Rp. 0,00

,c. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya
1. semula Rp. 13.500.000.000,00
2. bertam bah / (berkurang) Rp. 13.872.405.406 200
Jumlah Dana Bagi HasH Pajak dari Provinsi
dan Pemerintah Daerah Lainnya
setelah perubahan Rp. 27.372.405.406,00

d. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus


1. semula Rp. 120.383.237.000,00
2. bertambah/ (berkurang) (Rp. 120.383.237.000 2 00)
Jumlah Dana Penyesuaian dan Otonomi
Khusus setelah perubahan Rp. 0,00 ~

7
~. Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya
1. semula Rp. 0,00
2. bertambah/ (berkurang) RP.. 4.059.549.000 100
Jumlah Bantuan Keuangan dari Provinsi
atau Pemerintah Daerah Lainnya
setelah Peru bahan Rp.
. 4.059.549.000,00

f. Dana Alokasi Desa



1. semula Rp. 98.210.643.000,00
2. bertam bah / (berkurang) RQ. 0 100
Jumlah Dana Alokasi Desa
setelah Peru oahan Rp. 98.210.643.000,00

.~. Dana Insentif Daerah


1. semula Rp. 40.759.805.000,00
2. bertambah / (berkurang) RQ. 0 100
Jumlah Dana Insentif Daerah
setelah Peru bahan Rp. 40.759.805.000,00

Pasal 4

(1) Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b terdiri dari :
a. Belanja Tidak Langsung
1. semula Rp. 690.506.983.000,00
2. bertambah/ (berkurang) RQ. (47.478.102.410 100)
i'
Jumlah Belanja Tidak Langsung
setelah perubahan Rp. 643.028.880.590,00

b. Belanja Langsung
1. semula Rp. 422.986.286.000,00
2. bertambahj(berkurang) Rp.. 16.294.650.521 1 00
Jumlah Belanja Langsung setelah perubahan Rp. 439.280.936.521,00

(2) Belanja Tidak Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari
jenis belanja :
a. Belanja Pegawai
1. semula Rp. 548.620.983.000,00
2. bertambah/ (berkurang) Rp. (42.546.370.910,00)
Jumlah Belanja Pegawai setelah perubahan Rp. 506.074.612.090,00
b. Belanja Bunga
1. semula Rp. 555.000.000,00 .
2. bertam bah j (berkurang) =R=p,,-._--'(0..;:;3-",,5..::;.0.:-:;.0;,.,::0;,.,::0;...:..,.0::..,;0:::..;0=-z.•.;::..00.;:..L)
Jumlah Belanja Bunga setelah perubaban Rp. 205.000.000,00 t?
8
,c. Belanja Subsidi
1. sernula Rp. 0,00
2. bertarnbah / (berkurang) RQ. 0 1 00
Jurnlah Belanja S~bsidi setelah perubahan Rp. 0,00
d. Be1anja Hibah
1. sernula Rp. 2.340.000.000,00
2. bertarnbah/ (berkurang) RQ. 1.919.000.000 100
Jurnlah Belanja Hibah setelah perubahan Rp. 4.259.000.000,00
e. Belanja Bantuan Sosial
1. sernula Rp. 460.000.000,00
2. bertarnbah/ (berkurang) RQ. (460.000.000 100)
Jurnlah Belanja Bantuan Sosial
setelah perubahan Rp. 0,00

f. BelanjaBagi Hasil Kepada Provinsi/Kab/Kota dan Pemerintahan Desa


1. sernula Rp. 0,00
2. bertarnbah/ (berkurang) Rp. 0,00
Jurnlah Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/
Kab / Kota dan Pern. Desa setelah perubahan Rp. 0,00
'g. Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, Pemerintahan .
Desa dan Partai Politik
1. sernula Rp. 134.531.000.000,00
2. bertarnbah/ (berkurang) Rp. ( 7.040.731.500,00)
Jurnlah Belanja Bantuan Keuangan kepada
Provinsi/kab/Kota dan Pemerintahan Desa
setelah perubahan Rp. 127.490.268.500,00

h. Belanja Tidak Terduga


1. sernula Rp. 4.000.000.000,00
2. bertambah/ (berkurang) Rp. 1.000.000.000,00
Jumlah Belanja Tidak Terduga
setelah perubahan Rp. 5.000.000.000,00

(3) Belanja Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari

jenis belanja :
a. Belanja Pegawai
1. semula Rp. 18.494.674.500,00
2. bertambah/ (berkurang) Rp. (295.145.000,00)
Jumlah Belanja Pegawai setelah
perubahan Rp. 18.199.529.500,00

.9
b. Belanja Barang dan Jasa
1. semula Rp. 178.431.675.500,00
2. bertambah/ (berkurang) Rp. 750.96~.760tOO
Jumlah Belanja Barang dan Jasa
setelah perubahan Rp. 179.182.644.260,00

c. Belanja Modal
1. semula Rp.226.059.936.000,00
2. bertambah/ (berkurang) Rp. 15.838.826.761,00
Jumlah Belanja Modal setelah perubahan Rp.241.898.762.761,00

Pasa15

(1) - Pembiayaan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasa12 huruf c terdiri dari·
jenis pembiayaan :
a. Penerimaan Pembiayaan
1. semula Rp. 18.000.000.000,00
2. bertambah/ (berkurang) Rp. 89.040.487.060,37
Jumlah Penerimaan Pembiayaan
setelah perubahan Rp. 107.040.487.060,37
b. Pengeluaran Pembiayaan
1. semula Rp. 3.300.000.000,00
2. bertambah/ (berkurang) Rp. 18.841.302.000,00
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan
setelah peru bahan Rp. 22.141.302.000,00

(2) Penerimaan Pembiayaan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
terdiri dad jenis pembiayaan :
a. SILPA Tahun Anggaran sebelumnya
1. semula Rp. 18.000.000.000,00
2. bertambah/ (berkurang) Rp. 76.271.905.688 137
JUl11:lah SILPA setelah perubahan Rp. 94.271.905.688,37
b. Pencairan Dana Cadangan
1. semul§ Rp. 0,00
2. bertambah/ (berkurang) Rp. 0100
Jumlah Pencairan Dana Cadangan
setelah perubahan Rp. 0,00

.• \1
10-
c. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
1. semula Rp. 0,00
2. bertambah / (berkurang) RQ. 0 1 00
Jumlah Penjualan Kekayaan Daerah
Yang Dipisahkan setelah perubahan Rp. 0,00

.. d. Penerimaan Pinjaman Daerah


1. semula Rp. 0,00
• 2. bertambah / (berkurang) RQ. 0 1 00
Jumlah Penerimaan Pinjaman Daerah
setelah perubahan Rp. 0,00

e. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman


1. semula Rp. 0,00
2. bertam bah / (berkurang) RQ. 0 1 00
Jumlah Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
setelah perubahan Rp. 0,00

f. Penerimaan Piutang Daerah


1. semula Rp. 0,00
2. bertambah / (berkurang) Rp. 12.768.581.372 100
Jumlah Penerimaan Piutang Daerah
setelah perubahan Rp. 12.768.581.372,00

(3) Pengeluaran Pembiayaan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
terdiri dari jenis pembiayaan :
" a. Pembentukan Dana Cadangan
1. semula Rp. 0,00
2. bertambah/ (berkurang) Rp. 0 1 00
Jumlah Pembentukan Dana Cadangan
setelah peru bahan Rp. 0,00

b. Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah


1. semula Rp. 2.000.000.000,00
2. bertambahf (berkurang) Rp. 18.841.302.000 100
Jumlah Penyertaan Modal setelah perubahan Rp. 20.841.302.000,00
c. Pembayaran Pokok U tang
1. semula Rp. 1.300.000.000,00
2. bertambah/ (berkurang) Rp. 0 1 00
i-

Jumlah Pembayaran Pokok Utang


setelah perubahan Rp. 1.300.000.000,00

11
d. Pemberian Pinjaman Daerah
1. semula Rp. 0,00
2. bertambahf (berkurang) Rp. 0,00
Jumlah Pemberian Pinjaman Daerah
setelah perubahan Rp. 0,00

Pasal6
i

Uniian lebih lanjut Perubahan APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,


tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dad
Peraturan Daerah ini, terdiri dari :
a. Lampiran I ; Ringkasan Perubahan APBD;
b. Lampiran II : Ringkasan . Perubahan APBD menurut Urusan Pemerintahan
Daerah dan Organisasi Satuan Kerja Perangkat Daerah;
c. Lampiran III : Rincian Perubahan APBD menurut Urusan Pemerintahan
Daerah, Organisasi Satuan Kerja Perangkat Daerah, Pendapatan
Belanja dan Pembiayaan;
d. Lampiran IV : Rekapitulasi Perubahan Belanja menurut Urusan Pemerintahan
Daerah, Organisasi Satuan Kerja Perangkat Daerah, Program
dan Kegiatan;
e. Lampiran V : Rekapitulasi Perubahan Belanja untuk Keselarasan dan
Keterpaduan Urusan Pemerintahan Daerah dan Fungsi dalam
Kerangka:Pengelolaan Keuangan Negara;
f. Lampiran VI : Daftar Perubahan Jumlah Pegawai Per Golongan dan Per
Jabatan;
g. Lampiran VII : Daftar Kegiatan-kegiatan Tahun Anggaran sebelumnya yang
diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam Tahun Anggaran
ini; dan
h. Lampiran VIII : Daftar Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah.

Pasal7

Bupati menetapkan Peraturan Bupati tentang Penjabaran Perubahan APBD sebagai


landasan operasional pelaksanaan Peraturan Daerah ini.

12
Pasal8

Per~turan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah


ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Dairi.

Ditetapkan di Sidikalang
pada tanggal abtio ber ;) ou,
I PARA
iSEKDA j
KAOIS
' ----t-~--i

iSEKRETAPJS
KABID

Diundangkan di Sidikalang 1_
pada tanggal (, o~ -k" o'oer d-O l)O

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN DAIRI,

SEBASTIA US TINAMBUNAN
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAIRI TAHUN 2016 NOM OR

13
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI
NOMOR TAHUN 2016

TENTANG
PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN 2016

1. UMUM

Pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimarta telah ditetapkan dalam


Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentangPemerintahan Daerah sebagaimana
telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, yang diikuti dengan Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah sebagaimana diatur dalam Undang-
Un dang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah .
Pusat dan Pemerintahan Daerah serta penyelenggaraan pemerintahan utamanya
aspek pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor
58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, diharapkan terdapat
keseimbangan yang lebih transparan dan akuntabel dalam mewujudkan
pelaksanaan otonomi daerah secara optimal.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 ten tang Perubahan Kedua
atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun
2015 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun
Anggaran 2016, mengamanatkan bahwa Perubahan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten Dairi Tahun Anggaran 2016 dilakukan yang didahului
dengan Perubahan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang ditetapkan dengan
Peraturan Bupati Dairi Nomor 12 Tahun 2016 tentang Perubahan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah Kabupaten Dairi Tahun 2016 yang kemudian dituangkan kedalam
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran (KUPA) dan Prioritas Plafon Anggaran
Sementara (PPAS) Perubahan APBD Kabupaten Dairi Tahun Anggaran 2016.

Kondisi yang menyebabkan terjadinya perubahan dimaksud adalah perkembangan


yang tidak sesuai dengan asumsi Ke bij akan Umum Anggaran (KU A), keadaan yang
menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran dan keadaan yang
menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan.
Penyesuaian asumsi tersebut meliputi asumsi pendapatan, belanja dan pembiayaan
daerah yang berimplikasi pada struktur APBD Kabupaten Dairi Tahun Anggaran
2016.

Dari shsi pendapatan, penyesuaian perlu dilakukan karena terdapat pengurangan


pendapatan daerah. Perubahan asumsi pendapatan yang berasal dari pos Pendapatan
AsH Daerah dilakukan un tuk menyesuaikan terhadap koreksi (pengurangan)
penerimaan retribusi pelayanan kesehatan BPJS, penambahan hasH pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan dan penambahan lain-lain pendapatan asli daerah
yang sah dan adanya asumsi penambahan penerimaan pendapatan asH daerah yang k
sah serta adanya asumsi penambahan penerimaan dari pajak daerah. l
14
Perubahan terhadap Dana Perimbangan dilakukan untuk menyesuaikan terhadap
pengurangan dana bagi hasil pajakjbagi hasil bukan pajak, pengurangan DAK Fisik,
penambahan dan pengurangan DAK Non Fisik serta penundaan penyaluran DAU dari
Pemerintah Pusat.

Perubahan terhadap pos Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah perlu dilakukan
untuk menyesuaikan terhadap Bantuan Keuangan dari Provinsi yang diterima setelah
APBD Kabupaten Dairi Tahun Anggaran 2016 ditetapkan dan adanya penambahan
Dana 8agi Hasil Pajak dari Provinsi.

Pengurangan pendapatan daerah dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016


diharapkan tidak'mengganggu pelayanan kepada masyarakat dan ekonomi daerah,
beberapa langkah yang ditempuh adalah rasionalisasi Belanja Pegawai, Belanja
Bunga, Belanja' Bantuan Sosial pada pos Belanja Tidak Langsung, pengurangan
Perjalanan Dinas Kepala Daerah, pengurangan pengadaan mobil dinas camat, serta
efisiensi kegiatan SKPD.

Dalam rangka mendukung kelancaran penyelenggaraan fungsi pemerintahan,


pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan, maka perubahan kebijakan anggaran
belanja daerah dialokasikan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah yaitu urusan wajib dan urusan pilihan melalui penyelenggaraan
u~san 'pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dalam bentuk
peningkatan pelayanan dasar, fasilitas sosial dan fasilitas umurn yang layak dan juga'
untuk mendukung pelaksanaan program pemerintah yang ada di daerah.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal1
Cukup jelas.

Pasa12
Cukup jelas.

Pasa13
Cukup jelas.

Pasa14
Cukup jelas.

Pasa15
Cukup jelas.

Pasa16
Cukup jelas.

Pasal7
Cukup jelas.

Pasa18
Cukup jelas.

TAM BAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAIRI NOMOR '1. S 1

15

)(0
BUPATI DAIRI
PROVINSI SUMATERA UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI


NOM OR 6TAHUN 2016

TENTANG

PENYERTAAN MODAL NON KAS PEMERINTAH DAERAH


KEPADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA NCIHO
KABUPATEN DAIRI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI DAIRI,

Menimbang: bahwa untuk memenuhi ketentuan Pasa! 3 ayat (2) Peraturan


Menteri Dalam Negeri Nomor 48 Tahun 2016 tentang
Pedoman Penerimaan Hibah dari Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Daerah, dan Penyertaan Modal Pemerintah
Daerah kepada Perusahaan Daerah Air Minum, dalam Rangka
Penyelesaian Hutang Perusahaan Daerah Air Minum kepada
Pemerintah Pusat Secara Non Kas, perlu membentuk
Peraturan Daerah tentang Penyertaan Modal Non Kas
Pemerintah Daerah kepada Perusahaan Daerah Air Minum
Tirta Nciho Kabupaten Dairi;

Mengingat 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1964 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1964 tentang Pembentukan
Daerah Tingkat II Dairi dengan mengubah Undang-
Undang Nomor 7 Drt. Tahun 1956 tentang Pembentukan
Daerah Otonom Kabupaten di Propinsi Sumatera Utara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1964 Nomor
~,., . 9) menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1964 Nomor 96, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2689);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);

I
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik .
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran'
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana"
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang
Investasi Pemerintah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 14 , Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4812);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1984
tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan
Perusahaan Daerah di Lingkungan Pemerintah Daerah;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2012
tentang Pedoman Pengelolaan Investasi Pemerintah
Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 754);
12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 31jPMK05j2016
tentang Tata Cara Penyelesaian Piutang Negara Yang
Bersumber Dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri,
Rekening Dana Investasi, Dan Rekening Pembangunan
Daerah Pada Perusahaan Daerah Air Minum (Berita,
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 280);
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 48 Tahun 2016
tentang Pedoman Penerimaan Hibah dari Pemerintah
Pusat kepada Pemerintah Daerah, dan Penyertaan Modal
Pemerintah Daerah kepada Perusahaan Daerah Air
Minum, dalam Rangka Penyelesaian Hutang Perusahaan
Daerah Air Minum kepada Pemerintah Pusat Secara Non
Kas (Berita Negara Republik' Indonesia Tahun 2016
Nomor 1101);

2
14. Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2008 tentang Pokok-
Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah
Kabupaten Dairi Tahun 2008 Nomor 08, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Dairi Nomor 130);
15. Peraturan Daerah Nomor 30 Tahun 2000 tentang
-; .. Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan
Daerah Air Minum Tirta Nciho (Lembaran Daerah
Kabupaten Dairi Nomor 30 Seri : D Nomor 20, Tambahan.
OJ
Lembaran Daerah Kabupaten Dairi Nomor 30);
16. Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 31 Tahun 2000 .
tentang Pengelolaan Air Minum (Lembaran Daerah
Kabupaten Dairi Nomor 31 Seri : B Nomor 7, Tambahan.
Lembaran Daerah Kabupaten Dairi Nomor 31);
17. Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 32 Tahun 2000
tentang Kepengurusan Perusahaan Daerah Air Minum
Tirta Nciho (Lembaran Daerah Kabupaten Dairi Nomor 32
Seri : D Nomor 21, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Dairi Nomor 32);

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DAIRI
dan
BUPATI DAIRI

MEMUTUSKAN :

Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG PENYERTAAN MODAL NON


KAS PEMERINTAH DAERAH KEPADA PERUSAHAAN
DAERAH AIR MINUM TIRTA NCIHO KABUPATEN DAIRl.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan:


1. Daerah adalah Kabupaten Dairi.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
3. Bupati adalah Bupati Dairi.
4. Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Nciho, yang selanjutnya disebut
PDAM Tirta Nciho adalah Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Nciho
Kabupaten Dairi.
5. Penyertaan Modal Non Kas Pemerintah Daerah adalah bentuk investasi
pemerintah daerah secara non kas pada PDAM Tirta Nciho.

3
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN

Bagian Kesatu
Maksud

Pasa12

Maksud ditetapkannya Peraturan Daerah ini adalah untuk investasi


Pemerinta,h Daerah kepada PDAM Tirta Nciho secara non kas,

Bagian Kedua
Tujuan

Pasa13

Tujuan ditetapkannya Peraturan Daerah ini adalah untuk penyelesaian


hutang PDAM Tirta Nciho kepada Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud
dalam Surat Perjanjian Pinjaman Nomor RDA-108/DP3/1993 tanggal 19
Februari 1993 dan SLA-997 /DP3/ 1997 tanggal 18 November 1997 dengan
jumlah hutang pokok dan non pokok sebesar Rp.16,478,442.000,OO (enam
belas milyar empat ratus tujuh puluh delapan juta empat ratus empat puluh
dua ribu rupiah) sesuai dengan surat Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor: S-36/MK.7/2016 tang gal 23 Agustus 2016 perihal Penetapan
Pemberian Hibah Daerah Dalam Bentuk Non Kas Kepada Pemerintah
Daerah Dalam Rangka Penyelesaian Piutang Negara pada PDAM.

BABIII
PENYERTAAN MODAL NON KAS

Pasa14

Penyertaan Modal Non Kas Pemerintah Daerah pada PDAM Tirta Nciho
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 sebagai penambahan penyertaan
modal secara non kas Tahun 2016.

4
BABIV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal5

Peraturan Daerah ini berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah 1111 dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kabupaten Dairi.

Ditetapkan di Sidikalang
pada tanggal 11 November 2016

BUPATI DAIRI,

ttd.

KRA. JOHNNY SITOHANG ADINEGORO

Diundangkan di Sidikalang
pada tanggal 11 November 2016

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN DAIRI,

ttd.

SEBASTIANUS TINAMBUNAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAIRI TAHUN 2016 NOM OR 6


NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI, PROPINSI SUMATERA
UTARA: (174/2016) .

uai dengan aslinya


~~~~LAN HUKUM,

5
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI
NOMOR TAHUN 2016
.- TENTANG
PENYERTMN MODAL NON KAS PEMERINTAH DAERAH
KEPADA PERUSAHMN DAERAH AIR MINUM TIRTA NCIHO
KABUPATEN DAIRI
I. UMUM
Penyertaan modal Pemerin tah Daerah adalah pengalihan kepemilikan
barang milik daerah yang semula merupakan kekayaan yang tidak
dipisahkan menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk diperhitungkan
sebagai modal/ saham daerah pada PDAM Tirta Nciho Kabupaten Dairi.

Sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Keuangan Nomor


31/PMK05/2016 tentang Tata Cara Penyelesaian Piutang Negara Yang
Bersumber Dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri, Rekening Dana Investasi,
Dan Rekening Pembangunan Daerah Pada Perusahaan Daerah Air Minum
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 280) dan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 48 Tahun 2016 tentang Pedoman Penerimaan
Hibah dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah, dan Penyertaan
Modal Pemerintah Daerah kepada Perusahaan Daerah Air Minum, Dalam
Rangka Penyelesaiaan Hutang Perusahaan Daerah Air Minum. kepada
Pemerintah Pusat Secara Non Kas, Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
kepada Perusahaan Daerah Air Minum dilakukan dalam rangka
penyelesaian hutang Perusahaan Daerah Air Minum kepada Pemerintah
Pusat secara non kas.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL


Pasa11
Cukupje1as
Pasa12
Cukupjelas
Pasa13
Cukup jelas
Pasal4 -
Cukup jelas
Pasa15
Cukupjelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAIRI NOMOR 182

Anda mungkin juga menyukai