A. Pengertian
Cidera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa perdarahan
interstitial dalam subtansi otak tanpa diikuti terputusnya kontiunitas otak (Hudak, dkk.2013).
Cidera kepala (terbuka dan tertutup) terdiri dari fraktur tengkorak cranial serebri, contusio
(memar) dan perdarahan serebral (subarakhanial), subdural, epidural, intraserebral(batang otak).
Trauma primer terjadi karena benturan langsung atau tidak langsung(akselerasi atau deselarasi
otak). (Hudak,dkk. 2013).
B. Etiologi / Penyebab
a. Trauma Tajam
Trauma tajam oleh benda tajam: menyebabkan cedera setempat dan menimbulkan cedera lokal.
Kerusakan lokal meliputi constusio serebral, hematom serebral, kerusakan otak sekunder
yang disebabkan perluasan masa lesi, pergeseran otak atau hernia.
b. Trauma Tumpul
Trauma tumpul oleh benda tumpul dan menyebabkan cedera menyeluruh (difusi).
Kerusakannya menyebar secara luas dan terjadi dalam 4 bentuk : cidera akson, kerusakan otak
hipoksia, pembengkakan otak menyebar, hemoragi kecil yang multiple pada otak koma karena
terjadi cedera menyebar pada hemisfer cerebral, batang otak atau keduannya. Akibat trauma
tergantung pada:
Kekuatan benturan : parahnya kerusakan
Akselerasi dan dekelerasi
Cup dan kontra cup:
Cup: kerusakan pada daerah dekat yang terbentur.
Kontra cup: kerusakan cedera berlawanan pada sisi desakan benturan.
C. Patofisiologi
Cidera kepala terjadi karena beberapa hal diantanya karena terjatuh, dipukul, kecelakaan dan
trauma saat lahir yang bisa mengakibatkan terjadinya gangguan pada seluruh sistem dalam tubuh.
Bila trauma ekstra kranial akan dapat menyebabkan adanya leserasi pada kulit kepala selanjutnya
bisa perdarahan karena mengenai pembuluh darah. Karena perdarahan yang terjadi terus –
menerus dapat menyebabkan hipoksia sehingga tekanan intra kranial akan meningkat.
Namun bila trauma mengenai tulang kepala akan meneyebabkan robekan dan
terjadi perdarahan juga. Cidera kepala intra kranial dapat mengakibatkan laserasi,
perdarahan dan kerusakan jaringan otak bahkan bisa terjadi kerusakan susunan syaraf
kranial tertama motorik yang mengakibatkan terjadinya gangguan dalam mobilitas.
D. Manifestasi Klinis
1. Cedera kepala ringan – sedang
Disorientasi ringan
Amnesia post traumatik
Hilang memori sesaat
Sakit kepala
Mual dan muntah
Vertigo dalam perubahan posisi
Gangguan pendengaran
2. Cedera kepala sedang – berat
Oedema pulmo
Kejang
Infeksi
Gangguan akibat syaraf kranial
E. Klasifikasi
a. Berdasarkan keparahan cedera:
1) Cedera Kepala Ringan (CKR)
Tidak ada fraktur tengkorak.
Tidak ada kontusio serebri, hematom.
GCS: 13-15
Dapat terjadi kehilangan kesadaran <30menit.
2) Cedera Kepala Sedang (CKS)
Kehilangan kesadaran (amnesia) > 30 menit tapi < 24jam.
Muntah-muntah.
GCS: 9-12
Dapat mengalami fraktur tengkorak, disorientasi ringan(binggung).
3) Cedera Kepala Berat (CKB)
GCS: 3-8
Hilang kesadaran.
Adanya kontusio serebri, laserasi atau hematoma intra kranial.
b. Menurut Jenis Cedera:
Cedera kepala terbuka dapat menyebabkan fraktur pada tulang tengkorak dan
jaringan otak.
Cedera kepala tertutup dapat disamakan dengan keluhan geger otak ringan dan
oedema serebral yang luas.
F. Komplikasi.
a. Epilepsi Pasca Trauma
Epilepsi pasca trauma adalah suatu kelainan dimana kejang terjadi beberapa waktu
setelah otak mengalami cidera karena benturan dikepala. Kejang bisa saja baru terjadi
beberapa tahun kemudiansetelah terjadinya cedera. Obat-obat anti kejang (misalnya
fentolin, danvalport) biasanya dapat mengatasi kejang pasca trauma.
b. Afasia
Afasia adalah hilangnya kemampuan untuk menggunakan bahsakarena terjadinya
cedera pada area bahasa diotak. Penderita tidak mampu memahami atau
mengekspresikan kata-kata.
c. Amnesia
Amnesia adalah hilangnya sebagian atau seluruh kemampuan untuk mengingat
peristiwa yang baru saja terjadi atau peristiwa yang sudah lama berlalu. Penyebabnya
masih belum dapat sepenuhnya dimengerti.
d. Diabetes Insipidus
Disebabkan oleh kerusakan traumatik pada tangkai hipofisi, menyebabkan
pengehentian sekresi hormon antidiuretik.
e. Kejang Pasca TraumaDapat segera terjadi dalam 24 jam pertama, dini ( minggu
pertama) atau lanjut (setelah satu minggu). Kejang segera tidak merupakan predisposisi
untuk kejang lanjut; kejang dini menunjukkan risiko yang meningkat untuk kejang
lanjut dan pasien harus dipertahankan dengan antikonvulsan.
G. Penatalaksanaan.
a. Pedoman resusitasi dan penilain awal
Menilai jaln nafas: bersihkan jalan nafas dan debris.
Menilai sirkulasi: frekuensi denyut jantung, tekanan darah.
Obati kejang: kejang konvolsi dapat terjadi dan harus diobati.
b. Pedoman penatalaksanaan
Foto tulang belakang, kolar servikal.
Cairan IV (Nacl 0,9%).
CT-SCAN
Pada pasien dengan GCS kurang, hiperventilasi, manitol 20%.
c. Penatalaksanaan khusus cedera kepala ringan Pasien umumnya dapat dipulangkan
kerumah tanpa pemeriksaan CT-Scan bila pemeriksaan pemeriksaan neurologis dalam
batas normal,foto servikal normal.
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Diagnostik
X-ray atau CT Scan
Hematom serebral
Edema serebral
Perdarahan intrakranial
Fraktur tulang tengkorak
MRI : Dengan atau tanpa menggunakan kontras.
EEG : Memperlihatkan keberadaan atau perkembanganyagelombang patologis.
PET (Positron Emission Tomography): Menunjukkanperubahan aktivitas
metabolisme.
Angiografi Serebral: Menunjukkan kelainan sirkulasiserebral.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Elektrolit Serum: Cedera kepala dapat dihubungkan dengan gangguan regulasi
natrium, retensi Na berakhir dapat beberapa hari, diikuti dengan diuresis Na.
Hematologi : Leukosit, Hb, albumin, protein serum,globulin.
CSS: Mmenentukan kemungkinan adanya perdarahan subarakhnoid ( warna,
komposisi, dan tekanan).
Kadar Antikonvulsan Darah: Untuk mengetahui tingkat terapi yang cukup efektif
mengatasi kejang.
Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume II. Edisi 8.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan dan Masalah
Kolaborasi. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Doenges, M.E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Hudak dan Gallo. 1996. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Volume II. Edisi 6.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Marion Johnson, dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. Mosby.
Mc. Closkey dan Buleccheck. 2000. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. Mosby.
NANDA. 2005. Nursing Diagnosis: Definition and Classification. Philadelphia: North
American Nursing Diagnosis Association.