071911633010
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Pada era sekarang ini, pemisahan kekuasaan cenderung disalahgunakan olh oknum tertentu
yang tak bertanggung jawab sehingga merugikan bangsa dan negara, salah satunya yaitu kasus
korupsi yang melanda Indonesia dan menjadi masalah yang serius bagi Indonesia sejak dulu, kasus
yang paling menghebohkan salah satunya yaitu kasus dari Ketua MK Akhil Mukhtar yang
ditangkap oleh KPK bersamaan dengan Hambit Bintih yang merupakan Bupati Gunung Mas
Kalimantan Tengah dan Chairunnisa yang juga merupakan salah satu anggota DPR. Mereka
ditangkap karena terkait sengketa perihal masalah pilkada di Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan
Tengah. Penyebab terjadinya kasus korupsi yaitu dikarenakan adanya kesempatan suap menyuap
demi kekuasaan seperti halnya yang terjadi di banyak kasus dalam lembaga legislative, eksekutif,
dan yudikatif di Indonesia. Akibatnya, terdakwah Hambit Bintih dihukum 4 tahun penjara,
bersama Akhil Muchtar dan juga Choirunnisa. Tidak hanya itu, karena kasus ini, banyak juga pihak
yang dirugikan oleh mereka. Tentunya, terjadinya kasus ini tidak luput dari kesadaran masyarakat
Indonesia mengenai pentingnya menaati aturan dalam negaranya. Perbuatan mereka tidak sesuai
dengan apa yang seharusnya dilakukan, yaitu memberantas korupsi, kolusi, dan nepotisme. Hambit
Bintih, selaku pejabat pemerintahan malah tidak memberi contoh yang baik dalam menegakkan
hukum yang bebas dan berkeadilan.
Selanjutnya yaitu penyalahgunaan kekuasaan dilembaga yudikatif. Tidak jauh beda dari
lembaga legislatif dan eksekutif, sebagai lembaga penegak hukum, lembaga yudikatif pun tidak
lepas dari godaan korupsi sudah banyak hakim-hakim nakal yang tertangkap oleh KPK. Ini bisa
dilihat dari fenomena jual beli keputusan yang sering dilakukan oleh para penegak hukum. Ini
membuktikan bahwa orang seputih apapun akan tergoda memanfaatkan kekuasaannya untuk
kepentingan pribadi walaupun ia penegak hukum sekalipun
Perlu ditekankan sekali lagi, bahwa Indonesia menganut sistem pemerintahan yang dikemukakan
oleh Montesquieu, atau yang biasa disebut dengan teori trias politika,yaitu merupakan pemisahan
kekuasaan negara menjadi 3, yaitu eksekutif (pelaksanana Undang – Undang), Legislatif (pembuat
Undang – Undang), dan Yudikatif (pengawas pelaksanaan Undang – Undang). Setiap lembaga
negara tersebut memiliki tugas dan wewenangnya masing – masing yang wajib dilaksanakan demi
terciptanya kondisi pemerintahan yang teratur dan stabil. Dibalik kasus itu semua seharusnya
lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif dapat menjalankan tugas dan wewenangnya dengan
baik bukan memanfaatkan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi. Pemerintah seharusnya
bertindak tegas terhadap orang-orang yang menyelewengakan kekuasaan tersebut, kalau perlu
berikan hukuman yang seberat-beratnya. karena pada dasarnya lembaga
eksekutif,legislatif,yudikatif merupakan contoh atau panutan bagi masyarakat. Jika lembaganya
saja bermasalah bagaimana dengan rakyatnya di negeri ini.
Kita sebagai masyarakat harus lebih selektif lagi untuk memilih anggota legislatif maupun
eksekutif agar pejabat yang duduk di kursi tersebut tidak menyalahgunaakan kekuasaan yang ia
miliki, sehingga mereka yang menjadi perwakilan rakyat dapat mewujudkan aspirasi rakyat. serta
kita harus menjalankan aturan-aturan hukum yang berlaku, agar tidak terjadi penyelewengan.