Anda di halaman 1dari 135

I.

Pengertian Beton
Beton adalah campuran dari semen Portland, air, agregat seperti pasir, krikil /batu
pecah yang kemudian dituang, dicetak lalu didiamkan akan mengeras seperti batuan.

Biasanya dipercayai bahwa beton mengering setelah pencampuran dan peletakan.


Sebenarnya, beton tidak menjadi padat karena air menguap, tetapi semen berhidrasi,
mengelem komponen lainnya bersama dan akhirnya membentuk material seperti-batu.
Beton digunakan untuk membuat perkerasan jalan, struktur bangunan, fondasi, jalan,
jembatan penyeberangan, struktur parkiran, dasar untuk pagar/gerbang, dan semen dalam
bata atau tembok blok. Nama lama untuk beton adalah batu cair.

Beton yang sudah keras dapat dianggap sebagai batu tiruan. Dengan rongga-rongga
antara butiran yang besar (agregat kasar, kerikil atau batu pecah) diisi oleh butiran yang
lebih kecil (agregat halus, pasir) dan pori-pori antara agregat halus ini diisi oleh semen dan
air (pasta semen). Pasta semen ini selain mengisi pori-pori diantara butiran-butiran agregat
halus jugabersifat sebagai perekat/pengikat dalam proses pengerasan. Sehingga butiran-
butiran agregat saling terekat dengan kuat dan terbentuklah suatu massa yang
kompak/padat

Dalam perkembangannya banyak ditemukan beton baru hasil modifikasi,


seperti beton ringan, beton semprot (eng: shotcrete),beton fiber, beton berkekuatan
tinggi, beton berkekuatan sangat tinggi, beton mampat sendiri (eng: self compacted
concrete) dll. Saat ini beton merupakan bahan bangunan yang paling banyak dipakai di
dunia.

Sejarah

Penggunaan beton dan bahan-bahan vulkanik seperti abu pozzolan sebagai


pembentuknya telah dimulai sejak zaman Yunani dan Romawi bahkan mungkin
sebelumnya. Dengan campuran kapur, pozzolan, dan batu apung, bangsa Romawi banyak
membangun infrastruktur seperti akuaduk, bangunan, drainase dan lain-lain. Di Indonesia

1
penggunaan yang serupa bisa dilihat pada beberapa bangunan kuno yang tersisa. Benteng
Indrapatra di Aceh yang dibangun pada abad ke-7 oleh kerajaan Lamuri, bahan
bangunannya berupa kapur, tanah liat, dan batu gunung. Orang Mesir telah menemukan
sebelumnya bahwa dengan memakai aditif debu vulkanik mampu meningkatkan kuat tekan
beton.

Penggunaan beton secara masif diawali pada permulaan abad 19 dan merupakan
awal era beton bertulang. Pada tahun 1801, F.Coignet menerbitkan tulisannya mengenai
prinsip-prinsip konstruksi dengan meninjau kelembaban bahan beton terhadap taruknya.
Pada tahun 1850, J.L. Lambot untuk pertama kalinya membuat kapal kecil dari bahan
semen untuk dipamerkan dalam Expo tahun 1855 di Paris. J.Moiner, seorang ahli taman
dari Prancis mematenkan rangka metal sebagai tulangan beton untuk mengatasi taruknya
yang digunakan untuk tanamannya. Pada tahun 1886, Koenen menerbitkan tulisan
mengenai teori dan perancangan struktur beton. C.A.P Turner mengembangkan pelat slab
tanpa balok tahun 1906.

Menurut George Winter, 1993

Beton adalah suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan membuat
suatu campuran yaitu semen, pasir, kerikil dan air untuk membuat campuran tersebut
menjadi keras dalam cetakan sesuai dengan bentuk dan dimensi struktur yang diinginkan.
Kumpulan material tersebut terdiri dari agregat yang halus dan kasar. Semen dan air
berinteraksi secara kimiawi untuk mengikat partikel-partikel agregat tersebut menjadi
suatu massa padat.

Menurut Nawy, 1985

Beton dihasilkan dari sekumpulan interaksi mekanis dan kimia sejumlah material
pembentuknya. DPU-LPMB memberikan definisi tentang beton sebagai campuran antara
semen portland atau semen hidrolik yang lainnya, agregat halus, agregat kasar dan
air,dengan atau tanpa bahan tambahan membentuk massa padat (SK.SNI T-15-1990-03:1).

2
II. Fungsi beton pada bangunan
Beton memiliki sifat yang kuat terhadap gaya tekan namun lemah terhadap
gaya tarik. Oleh karena itu, beton dapat mengalami retak jika beban yang dipikulnya
menimbulkan tegangan tarik yang melebihi kuat tariknya.
Jika sebuah balok beton (tanpa tulangan) ditumpu oleh tumpuan sederhana (sendi dan rol),
dan di atas balok tersebut bekerja beban terpusat P serta beban merata q, maka akan timbul
momen luar sehingga balok akan melengkung ke bawah.

Pada
balok yang melengkung ke bawah akibat beban luar ini pada dasarnya ditahan oleh kopel
gaya-gaya dalam yang berupa tegangan tekan dan tarik. Jadi pada serat-serat balok bagian
tepi atas akan menahan tegangan tekan, dan semakin ke bawah tegangan tersebut akan
semakin kecil. Sebaliknya, pada serat-serat bagian tepi bawah akan menahan tegangan
tarik, dan semakin ke atas tegangan tariknya akan semakin kecil pula.

Pada tengah bentang (garis netral) , serat-serat beton tidak mengalami tegangan
sama sekali (tegangan tekan dan tarik = 0).

Jika beban diatas balok terlalu besar maka garis netral bagian bawah akan
mengalami tegangan tarik cukup besar yang dapat mengakibatkan retak pada beton pada
bagian bawah.Keadaan ini terjadi terutama pada daerah beton yang momennya besar, yaitu
pada lapangan/tengah bentang.

3
Fungsi utama beton pada bangunan yaitu untuk:

1. Menahan beban/gaya tekan


2. Digunakan pada konstruksi yang memiliki beban/gaya tekan yang cukup tinggi.
3. Sebagai bahan pengisi pada struktur balok, kolom, plat lantai, sloof, dll.
4. Menutup baja tulangan agar tidak berkarat

III. Kelebihan dan kekurangan beton


 Kelebihan beton
1. Harganya relative murah
Karena menggunakan bahan-bahan dasar dari bahan local, kecuali
semen Portland. Hanya untuk daerah tertentu yang sulit mendapatkan pasir
atau kerikil mungkin harga beton agak mahal.
2. Berkekuatan tekan yang tinggi
Dalam kondisi lingkungan yang extreme, beton memiliki sifat tahan
terhadap pengkaratan dan pembusukan. Bila dibuat dengan cara yang baik,
kuat tekannya dapat sama dengan batuan alami.
3. Mudah diangkut dan dicetak
Beton segar dapat mudah diangkut dan dicetak dalam bentuk apapun
dan ukuran seberapapun tergantung keinginan. Cetakan dapat pula dipakai
ulang beberapa kali sehingga secara ekonomi menjadi murah.
4. Tahan aus dan tahan kebakaran
Beton tahan terhadap api sehinggan biaya perawatannya termasuk rendah
5. Kemudahan pengolahannya
 Beton segar dapat disemprotkan dipermukaan beton lama yang retak
maupun diisikan ke dalam retakan beton dalam proses perbaikan
 Beton segar dapat dipompakan sehingga memungkinkan untuk
dituang pada tempat-tempat yang posisinya sulit

4
6. Kuat untuk struktur berat
Kuat tekannya yang tinggi mengakibatkan jika dikombinasikan
dengan baja tulangan (yang kuat tariknya tinggi) dapat dikatakan mampu
dibuat untuk struktur berat. Beton dan baja boleh dikatakan mempunyai
koefisien muai yang hampir sama. Saat ini beton banyak dipakai untuk
pondasi, dinding, jalan raya, landasan udara, gedung, penampung air,
pelabuhan, bendungan, jembatan, dan lain sebagainya.

 Kekurangan beton
1. Kuat tarik rendah
Beton memiliki kuat tarik yang rendah. Sehingga mudah retak. Oleh
karena itu perlu diberi baja tulangan, atau tulangan kasa(meshes).
2. Sulit untuk kedap air secara sempurna
Beton sulit untuk kedapp air secara sempurna, sehingga selalu dapat
dimasuki air dan air yang membawa kandungan garam dapat merusakkan
beton.
3. Bersifat getas
Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan di
detail secara seksama agar setelah dikompositkan dengan baja tulangan
menjadi bersifat daktail, terutama pada struktur tahan gempa.
4. Beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang jika
basah.
Sehingga dilatasi (constraction joint) perlu diadakan pada beton
yang panjang/lebar untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan
pengembangan beton.
5. Beton keras mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu
Sehingga perlu dibuat dilatasi (expansion joint) untuk mencegah
terjadinya retak-retak akibat perubahan suhu.

5
IV. Bahan bahan yang digunakan untuk beton dan fungsinya
Pada umumnya beton terdiri dari ± 15 % semen, ± 8 % air, ± 3 % udara, selebihnya
pasir dan kerikil. Campuran tersebut setelah mengeras mempunyai sifat yang berbeda-
beda, tergantung pada cara pembuatannya. Perbandingan campuran, cara pencampuran,
cara mengangkut, cara mencetak, cara memadatkan, dan sebagainya akan mempengaruhi
sifat-sifat beton.(Wuryati Samekto, 2001).

Bahan yang digunakan meliputi pasir, memiliki butiran 0,15 mm-4,8 mm. krikil,
memiliki butiran lebih besar 4,8mm-80mm dan untuk beton normal maksimum 40 mm.

Fungsi pasir dan krikil pada beton sebagai bahan pengisi kadarnya 65-85% volume
beton

Pasir dan krikil dibedakan dua macam, yaitu alami dan batu pecah/ split.

A. Semen Portland
1. Pengertian
Adalah bahan pengikat hidrolis yang diperoleh dengan penggilingan halus
klingker dan gips terdiri dari senyawa-senyawa kalsium silica, alumina, dan besi
bila dicampur dengan air akan mengikat dan mengeras (membatu) bila direndam
dalam air tidak akan larut

2. Fungsi semen
a. Bahan pengikat agregat (pasir dan krikil)
b. Mengisi rongga-rongga antar butiran pasir
c. Kadar semen pada beton ±10%

6
3. Bahan baku pc
a. Batu kapur : CaCO₃ : 60 – 65 %
b. Pasir silica : SiO₂ : 17 – 25%
c. Tanah liat/tanah tawas : AL₂O₃ :3–8%
d. Pasir besi : Fe₂O₃ : 0,5 – 6%
4. Pembuatan
a. Basah & kering
 Bahan baku digiling jadi bubur (umpan) → cara basah
 Bahan baku digiling cara kering jadi tepung → cara kering
b. Pembakaran
 Suhu 105°C : air menguap, batu kapur kering oven
 Suhu 350°C : air secara kimia hilang, berwarna kemerah-
merahan
 Suhu 800°C : terjadi kalsinasi, tepung kapur CaCO3 –
cao (kapur tohor)
 Suhu 1350-1550°C : terjadi sintering/pelelehan, namun tidak
semua caco3 berkalsinasi menjadi cao
c. Pendinginan sampai suhu 60°C → diperoleh klingker
d. Penggilingan bersama gips/kalsium sulfat CaSO₄ (2 – 4%) untuk
mengatur pengikatan, penggilingan sampai halus

5. Sifat-sifat semen
Klingker terdiri dari oksida-oksida (hasil analisa semen)
 Oksida kapur : CaO
 Oksida silica : SiO₂
 Oksida alumina : AL₂O₃
 Oksida besi : Fe₂O₃
 Oksida magnesia : MgO
 Oksida sulfur : SO₃
 Oksida soda/potas : Na₂O + K₂O

7
Oksida-oksida ini berinteraksi/bersenyawa satu dengan yang lainnya : sehingga
membentuk senyawa yang disebut senyawa klingker yaitu:

a. Trikalsium Silikat (C₃S) atau 3 CaO Si₂O₂


b. Dikalsium Silikat (C₂S) atau 2 CaO Si₂O₂
c. Trikalsium Aluminat (C₃A) atau 3 CaO AL₂O₃
d. Tetra Kalsium Aluminoferid (C₄AF) atau 4 CaO AL₂O₃ Fe₂O₃

 Sifat C₃S dan C₂S kalau bereaksi dengan air akan terjadi mengikat dan
mengeras dan mengeluarkan panas hidrasi, C₃S lebih cepat mengikat dan
mengeras dibanding C₂S
Senyawa C₂S lambat pertumbuhan mengikat dan mengeras tetapi
mempunyai sifat tahan terhadap serangan kimia
 Senyawa C₃A sangat cepat bereaksi dengan air sehingga cepat mengeras
dan memberi kekuatan pada semen. Senyawa ini juga mengeluarkan panas
hidrasi yang lebih tinggi, sehingga pada semen yang mempunyai kadar
C₃S dan C₃A kadar yang tinggi semen akan mempunyai kekuatan awal
yang tinggi, kadar C₃A yang tinggi akan memperlemah terhadap
ketahanan terhadap senyawa sulfat
 Senyawa C₄AF kurang berpengaruh terhadap senyawa semen terutama
pada pegikatan, pengaruhnya berada pada proses pengerasan.
 Senyawa semen dengan air
Empat senyawa semen diatas bila dicampur air akan mengikat dan
mengeras serta mengeluarkan panas yang disebut panas hidrasi semen
sebesar 50°C - 60°C tergantung besarnya kadar senyawa semen tersebut
diatas.

8
6. Sifat fisik semen
a. Pengikatan semen (pengikatan awal dan akhir)
Pada pengerasan semen dikenal dengan adanya waktu pengikatan awal
(initial setting) dan waktu pengikatan akhir (fnal setting). Waktu
pengikatan awal dihitung sejak semen tercampur dengan air hingga
mengeras. Pengikatan awal untuk semua jenis semen harus diantara 60-
120 menit.
b. Kehalusan semen (analisa ayak dan pesawat Blaine)
Semakin halus semen, maka permukaan butirannya akan semakin luas,
sehingga persenyawaannya dengan air akan semakin cepat dan
membutuhkan air dalam jumlah yang besar pula.
c. Berat jenis semen
Berat jenis semen pada umumnya berkisar 3,15 kg/liter
d. Kekuatan semen
e. Kekal bentuk semen
Pasta semen yang dibuat dalam bentuk tertentu dan bentuknya tidak
berubah pada waktu mengeras, maka semen tersebut mempunyai sifat
kekal bentuk.
f. Pengaruh suhu
Pengikatan semen berlangsung dengan baik pada suhu 35°C dan berjalan
dengan lambat pada suhu dibawah 15°C.
g. Pengerasan awal palsu
Gips yang terurai lebih dulu dapat menimbulkan efek pengerasan palsi,
seolah-olah semen tersesuai mulai mengeras tetapi pengaruhnya terhadap
sifat semen tidak berubah. Pengerasan palsi biasanya terjadi jika semen
mengeras kurang dari 60 menit.

9
7. Jenis-jenis semen

Semen dibedakan menjdi 2 kelompok yaitu :

a. Semen non-hidrolik
Semen non-hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam
air, akan tetapi dapat mengeras di udara. Contoh utama adalah kapur.

b. Semen hidrolik
Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan
mengeras didalam air. Contoh :
1. Kapur hidrolik, sebagian besar (65%-75%) bahan kapur
hidrolik terbuat dari batugamping, yaitu kalsium karbonat
berserta bahan pengikutnya berupa silika, alumina, magnesia,
dan oksida besi.
2. Semen pozollan, sejenis bahan yang mengandung silisium atau
aluminium, yang tidak mempunyai sifat penyemenan.
Butirannya halus dan dapat bereaksi dengan kalsium
hidroksida pada suhu ruang serta membentuk senyawa-
senyawa yang mempunyai sifat-sifat semen.
3. Semen terak, semen hidrolik yang sebagian besar terdiri dari
suatu campuran seragam serta kuat dari terak tanur kapur
tinggi dan kapur tohor. Sekitar 60% beratnya berasal terak
tanur tinggi. Campuran ini biasanya tidak dibakar. Jenis semen
terak ada dua yaitu: a. bahan yang dapat digunakan sebagai
kombinasi portland cement dalam pembuatan beton dan
sebagai kombinasi kapur dalam pembuatan adukan tembok, b.
bahan yang mengandung bahan pembantu berupa udara, yang
digunakan seperti halnya jenis pertama.
4. Semen alam, dihasilkan melalui pembakaran batu kapur yang
mengandung lempung pada suhu lebih rendah dari suhu

10
pengerasan. Hasil pembakaran kemudian digiling menjadi
serbuk halus. Semen alam dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. semen alam yang digunakan bersama-sama dengan portland
cement dalam suatu konstruksi,
b. semen alam yang telah dibubuhi bahan pembantu, yaitu
udara yang ungsinya sama dengan jenis pertama.
5. Semen portland, bahan konstruksi yang paling banyak
digunakan dalam pekerjaan beton. Semen portland adalah
semen hirolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang
terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya
mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai
bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan
utamanya.
6. Semen portland pozollan, campuran semen portland dan
bahan-bahan yang bersifat pozollan seperti terak tanur tinggi
dan hasil residu.
7. Semen putih, semen portland yang kadar oksida besinya
rendah, kurang dari 0,5%.
8. Semen alumnia, dihasilkan melalui pembakaran batu kapur
dan bauksit yang telah digiling halus pada temperatur 16000C.
Hasil pembakaran tersebut berbentuk klinker dan selanjutnya
dihaluskan hingga menyerupai bubuk. Jadilah semen alumnia
yang berwarna abu-abu.

Jenis-jenis semen portland dapat diperoleh dengan mengadakan variasi-variasi


dalam proporsi relatif dari komponen-komponen senyawa kimia serta derajat
kehalusan penggilingan bahan klinkernya. Sesuai dengan pemeakaiannya semen
portland dibedakan menjadi lima type (jenis), yakni;

11
Type I
Semen portland jenenis umum (normal portland cement), yaitu jenis semen
portland untuk penggunaan dalam kontruksi beton secara umum tidak memerlukan
sifat-sifat khusus. Misalnya untuk pembuatan trotoar, urung-urung, pasangan bata,
dan sebagainya.

Type II
Semen jenis umum dengan perubahan-perubahan (modified portland
cement). Semen ini memiliki panas hidrasi lebih rendah dan keluarnya panas lebih
lambat daripada semen jenis I. Jenis ini digunakan untuk bangunan tebal tebal
seperti pilar dengan ukuran besar, tumpuan dan dinding tanah tanah tebal, dan
sebagainya retak-retak pengerasan. Jenis ini juga dapat digunakan untuk bangunan-
bangunan drainase di tempat yang memiliki sulfat agak tinggi.

Type III
Semen portland dengan kekuatan awal tinggi (hogh-early-strength-portland-
cement). Jenis ini memperoleh kekuatan besar delam waktu singkat, sehingga dapat
digunakan untuk perbaikan bangunan-bangunan beton yang perlu segara digunakan
atau yang acuannya perlu segera dilepas.

Type IV
Semen portland dengan panas hidrasi yang rendah (low-heat portland-
cement). Jenis ini merupakan jenis khusus untuk penggunaan yag memerlukan
panas hidrasi serendah-rendahnya. Kekuatannya tumbuh lambat. Jenis ini
digunakan untuk bangunan beton massa seperti bendungan-bendungan garavitasi
besar.

12
Type V
Semen portland tahan sulfat (sulfate-resisting portland cement). Jenis ini
merupakan jenis khusus yag maksudnya hanya untuk penggunaan pada bangunan-
bangunan yang kena sulfat, seperti di tanah atau air tang tinggi kadar alkalinya.
Pengerasan berjalan lebih lambat daripada semen portlan biasa.

B. Agregat
Agregat menempati 65-85% volum total dari beton, sifat-sifatnya sangat mempengaruhi
kualitas beton. Agregat yang baik seharusnya mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1. Keras dan kuat
2. Bersih
3. Tahan lama
4. Masa jenis tinggi
5. Butir bulat
6. Distribusi ukuran butir yang cocok.

(Tata Surdia, 2005)

Agregat dapat diperoleh dari proses pelapukan dan abrasi atau pemecahan massa
batuan induk yang lebih besar. Oleh karena itu, sifat agregat tergantung dari sifat batuan
induk. Sifat-sifat tersebut diantaranya, komposisi kimia dan mineral, klasifikasi
petrografik , berat jenis kekerasan (hardness), kekuatan, stabilitas fisika dan kimia,
sstruktur pori, warna dan lain-lain. Namun, ada juga sifat agregat yang tidak bergantung
dari sifat batuan induk, yaitu ukuran dan bentuk partikel, tekstur dan absorbs permukaan.

Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam atau
agregat buatan (artificial aggregates). Secara umum agregat dapat dibedakan berdasarkan
ukurannya, yaitu agregat kasar dan agregat halus. Batasan antara agregat halus dan
agregat kasar yaitu 4,80 mm (British Standard) atau 4,75 (Standar ASTM). Agregat kasar
adalah batuan yang ukuran butirannya lebih besar dari 4,8- mm(4,75 mm). Agregat
dengan ukuran lebih besar dari 4,80- 40 mm disebut kerikil beton yang lebih dari 40 mm
disebut kerikil kasar.

13
Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih kecil dari
40 mm. Agregat yang ukurannya lebih besar dari 40 mm digunakan untuk pekerjaan sipil
lainnya, misalnya untuk pekerjaan jalan, tanggul-tanggul penahan tanah, bronjong atau
bendungan, dan lainnya. Agregat halus biasanya dinamakan pasir dan agregat kasar
dinamakan kerikil, split, batu pecah, kricak dan lainnya.

B.1. Agregat kasar


Jenis agregat kasar yang umum adalah:
1. Batu pecah alami : bahan ini dapat dari cadas atau batu pecah alami yang
digali batu ini dapat berasal dari gunung api, jenis sedimen, atau jenis
metamorf. Meskipun dapar menghasilkan kekuatan yang tinggi terhadap
beton, batu pecah kurang memberikan kemudahan pengerjaan dan
pengecoran dibandingkan dengan jenis agregat kasar lainnya.
2. Kerikil alami : kerikil didapat dari proses alami, yaitu dari pengikisan tepi
maupun dasar sungai oleh air sungai yang mengalir. Kerikil memberikan
kekuatan yang lebih rendah dari pada batu pecah, tetapi memberikan
kemudahan pengerjaan yang lebh tinggi.
3. Agregat kasar buatan : terutama berupa slag atau shale yang biasa
digunakan untuk beton berbobot ringan. Biasanya merupakan hasil dari
proses lain seperti blast-furnance dan lain.lain
4. Agregat untuk perlindungan nuklir dan berbobot berat : dengan adanya
tuntutan yang spesifik pada zaman atau sekarang ini, juga untuk pelindung
dari radiasi nuklir sebagai akibat dari semakin banyaknya pembangkit atom
dan stasium tenaga nuklir, maka perlu adanya beton yang dapat melindungi
dari sinar x, sinar gamma, dan neutron.

14
 Syarat – syarat mutu agregat kasar
1. Kadar lumpur maksimum 1%
2. Kekerasan
a. Dengan batang tembaga, maksimum 20% berat
b. Ke-ausan dengan Los Angeles maksimum 50% berat
c. Kehancuran dengan bejana Rudolf yang hancur lolos ayakan
2mm maksimum 32%
3. Kadar yang pipih, lonjong maksimum 20% berat
4. Memiliki ke-kekalan bentuk
a. Diuji dengan larutan SaO4 yang larut maksimum 12%
b. Diuji dengan MgSO4 yang larut maksimum 10%
 Data-data krikil yang harus diketahui untuk merancang campuran
beton, adalah:
1) Berat jenis SSD
2) Penyerapan SSD
3) Bobot isi
4) Butiran terbesar: 10 mm, 20 mm, 40 mm
5) Jenis krikil (alami atau pecah)

B.2 Agregat halus


Agregat halus atau pasir adalah material yang dapat lolos dari saringan nomor 4,
yaitu saringan yang setiap 1 inchi panjang mempunyai 4 lubang. Material yang kasar dari
ukuran ini digolongkan sebagai agregat yang kasar atau koral (George Winter, 1993)

Ukurannya bervariasi antara ukuran No. 4 dan No. 100 saringan Standar Amerika.
Agregat halus yang baik harus bebas organic, lempung, partikel, yang lebih kecil dari
saringan No. 100, atau bahan-bahan lain yang dapat merusak campuran beton. Variasi
ukuran dalam suatu campuran harus mempunyai gradasi yang baik, yang sesuai dengan
standar analisis saringan dari ASTM ( American Society of Testing and Materials)

15
 Syarat – syarat mutu pasir:
1. Kadar lumpur kecil/tidak ada
Kadar lumpur memiliki angka maksimum 5%. Jika melewati batas maka
berpengaruh pada beton:
a. Mengurangi kelekatan antara semen dan pasir/krikil
b. Memerlukan banyak air
c. Beton menjadi susut
d. Beton akan terjadi retak retak rambut

2. Tidak mengandung zat organic


Zat organic ialah zat-zat kimia yang menyatu dengan pasir yang terjadi adanya
lumpur-lumpur organic dari sisa-sisa nabati dan hewani. Pengaruhnya pada
beton:
a. Menghambat waktu ikat
b. Mengurangi kekuatan beton

Cara menghilangkannya adalah diuji secara kimiawi dengan larutan NaOH


kadarnya 3% dilihat cairan di atas permukaan pasir warnanya tidak lebih gelap
dari warna standar.

3. Gradasi pasir harus baik


a. Angka kehalusan butir menurut Abrams: 2,2 – 3,2
b. Kadar butiran yang lolos ayakan 0,9 mm lebih besar dari 15% berat
c. Gradasi masuk dalam zone 1 - 4
4. Keras
Kekerasan diuji dengan bejana Los Angeles mempunyai indeks kekerasan
maksimum 2,2
5. Ke-kekalan bentuk
Pasir memiliki ke-kekalann bentuk sebagai berikut:
a. Diuji dengan NaSO4 yang larut maksimum 12%
b. Diuji dengan MgSO4 yang larut maksimum 10%

16
Data pasir yang harus diketahui untuk merancang campuran beton, meliputi:

a. Berat jenis
b. Bobot isi
c. Gradasi
d. Jenis (alami atau pecah)

C. Air
 Syarat – syarat mutu air:
1. Air harus bersih dari kotoran
2. Tidak mengandung lumpur, minyak, dan benda-benda terapung yang dapat dilihat
secara visual
3. Tidak mengandung garam-garam yang larut dan dapat merusak beton, misalkan:
a. Asam-asam/zat organic yang lebih dari 15 gr/liter
b. Kandungan chlorida tidak lebih dari 500 ppm, untuk beton pratekan tidak
boleh lebih dari 50 ppm
c. Senyawa sulfat tidak lebih dari 1000 ppm
4. Kekuatan tekan bila dibuat campuran air dan semen, dibandingkan dengan air dan
air suling tidak lebih dari 90%

 Fungsi air:
1. Sebagai bahan persenyawaan semen
2. Sebagai air pengaduk pada pembuatan beton (workability)
3. Sebagai pemeliharaan (curing) pada waktu beton masih basah

17
V. Syarat syarat mutu bahan beton dan pengaruhnya apabila
tidak memenuhi syarat jika digunakan untuk beton

Syarat Mutu Semen :


1. Semen harus memenuhi salah satu dari ketentuan berikut:
a. SNI 15-2049-1994, Semen portland.
b. “Spesifikasi semen blended hidrolis” (ASTM C 595 ), kecuali tipe S
dan SA yang tidak diperuntukkan sebagai unsur pengikat utama
struktur beton.
c. " Spesifikasi semen hidrolis ekspansif" (ASTM C 845).
2. Semen yang digunakan pada pekerjaan konstruksi harus sesuai dengan
semen yang digunakan pada perancangan proporsi campuran.

Syarat Mutu Air Menurut British Standard (BS.3148-80)

Berikut ini adalah kriteria yang harus dipenuhi oleh air yang akan digunakan
sebagai campuran beton. Jika ketentuan-ketentuan di bawah ini tidak terpenuhi,
sebaiknya air tidak digunakan untuk membuat campuran beton. Syarat-syarat
tersebut antara lain:

1. Garam-garam anorganik
Konsetrasi garam-garam tersebut hingga 500 ppm dalam campuran beton
masih diijinkan.
2. NaCl dan Sulfat
Konsentrasi NaCl atau garam dapur sebesar 20000 ppm pada umumnya
masih diijinkan.
3. Air asam
Penggunaan air dengan pH diatas 3,00 harus dihindarkan.
4. Air biasa
Konsetrasi basa lebih tinggi dari 0,5% berat semen akan
mempengaruhikekuatan beton.

18
5. Air gula
Apabila kadar gula dalam campuran dinaikkan hingga mencapai 0,2% dari
berat semen, maka waktu pengikatan biasanya akan semakin cepat. Gula
sebanyak 0,25% akan mempengaruhi kekuatan beton
6. Minyak
Minyak mineral atau minyak tanah dengan kosentrasi lebih dari 2%
beratsemen dapat mengurangi kekuatan beton hingga 20%.
7. Rumput laut
Rumput laut yang tercampur dalam air campuran beton. Dapat
menyebabkanberkurangnya kekuatan beton secara signifikan.
8. Zat-zat organik, lanau dan bahan-bahan terapung
Kira-kira 2000 ppm lempung yang terapung atau bahan-bahan halus yang
berasal dari batuan diijinkan dalam campuran.
9. Pencemaran limbah industri atau air limbah
Air yang tercemar limbah sebelum dipakai harus dianalisis
kandunganpengotornya dan diuji untuk mengetahui pengikatannya dan
kekuatan tekan betonnya.

Syarat-syarat air untuk campuran beton sesuai standar PBI 1971/NI-2 pasal 3.6,
yaitu :

1. Tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari 2


gram/liter.
2. Tidak mengandung garam-garam yang merusak beton (asam, zat organik,
dll)lebih dari 15 gram/liter.
3. Tidak mengandung Klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.

19
Syarat Mutu Agregat :

a. Agregat Halus (pasir)


Syarat-syarat agregat halus sesuai standar PBI 1971/NI-2 pasal 3.3, yaitu harus
memenuhi hal-hal sebagai berikut :

1) Agregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir
agregat halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh
cuaca, seperti terik matahari atau hujan.
2) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan
terhadap berat kering). Lumpur adalah bagian yang dapat melalui saringan
0,063 mm. Bila kadar lumpur melampaui batas 5% maka agregat harus
dicuci dahulu sebelum digunakan pada campuran.
3) Agregat halus tidak boleh mengandung zat organik terlalu banyak yang
harus dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams-Harder (dengan
larutan NaOH). Agregat halus yang tidak memenuhi percobaan ini juga
dapat dipakai asalkan kuat tekan adukan beton agregat tersebut pada umur
7 dan 28 hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan adukan yang sama tetapi
dicuci dengan larutan 3% NaOH yang kemudian dicuci bersih dengan air,
pada umur yang sama.
4) Agregat halus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam dan melewati
ayakan sebesar 4,75 mm.
5) Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat halus untuk semua mutu
beton, kecuali dengan petunjuk lembaga pemeriksaan bahan yang diakui.

20
Tabel 1.Persyaratan Gradasi Agregat Halus ASTM C. 33-97
(Sumber : Concrete Technology, Neville & Brooks, 1987)
Ukuran Saringan Persentase Lolos
(mm) Saringan (%)
9,5 100
4,75 95-100
2,36 80-100
1,18 55-85
0,60 25-60
0,30 10-30
0,15 2-10

b. Agregat Kasar (kerikil)


Syarat-syarat untuk agregat kasar sesuai standar PBI 1971/NI-2 pasal 3.4 , yaitu
:

1) Agregat kasar harus terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tidak
berpori. Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat
dipakai apabila jumlah butir-butir tersebut tidak melebihi dari 20 % berat
agregat seluruhnya. Butir-butir agregat kasar tersebut harus bersifat kekal
artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca.
2) Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan
dari berat kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian
yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur melebihi 1%
maka agregat harus dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan.
3) Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton,
seperti zat reaktif alkali.
4) Keausan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan mesin Los Angelos
dengan syarat-syarat tertentu.
5) Agregat kasar terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan
tidak melewati saringan 5 mm.

21
6) Besar butiran agregat maksimal tidak boleh lebih dari 1/5 jarak terkecil
antar bidang-bidang samping dari cetakan, 1/3 dari tebal plat, atau 3/4 dari
jarak bersih minimal antara batang-batang atas berkas tulangan.

Tabel 2.Persyaratan Gradasi Agregat Kasar ASTM C. 33-84

(Sumber : Concrete Technology, Neville & Brooks, 1987)


Ukuran Persentase Lolos Saringan (%)
Saringan(mm)
50 100
38 95-100
19 35-70
9,5 10-30
4,75 0- 5

Syarat Mutu Bahan Tambah :

1. Beton yang pembuatannya menggunakan jenis – jenis bahan tambah


harus memenuhi ASTM C.494, Standard Spesification for Chemical
Admixtures for Concrete.
2. Produsen bahan tambah harus menyatakan secara tertulis bahwa
bahan yang disediakan untuk suatu pekerjaan beton adalah sama
dengan bahan yang diujikan antuk memenuhi persyaratan mutu.
3. Produsen bahan tambah yang akan dipakai untuk beton pra – tekan
harus menyatakan secara tertulis kadar klorida di dalam bahan tambah
tersebut dan kadar klorida yang sudah ditambahkan selama
pembuatannya
Para pelaksana konstruksi perlu ekstra hati-hati, karena saat ini telah dan
harus mengunakan standar perencanaan berdasarkan SNI. Sedangkan aplikasi
sampai saat ini hampir semua Bestek atau Recana Kerja dan Syarat-Syarat

22
(RKS), masih mengunakan mutu beton dengan “K” (karakteristik). Jadi
jangan coba, sesekali memesan mutu beton K-300 apabila di RKS tercantum
mutu beton fc’ 30 Mpa karena bisa menimbulkan kegagalan struktur bangunan
beton bertulang.

Contoh perhitungan mutu beton fc’ 30 Mpa, menjadi “K”. Misalkan mutu
beton di RKS 30 Mpa, maka kita dapat menghitung dengan konversi benda uji
kubus ke silinder, yakni berkisar 0,83 dan konversi satuan Mpa ke kg/cm2,
yakni sama dengan 10. Jadi mutu beton adalah sama dengan 30*10/0,83 = 361
kg/cm2.
Sebagai catatan tambahan. Tingkat kekuatan dari suatu mutu beton
dikatakan dicapai dengan memuaskan bila persyaratan berikut terpenuhi :
(i). Nilai rata-rata dari semua pasangan hasil benda uji yang masing masing
terdiri dari empat hasil uji kuat tekan tidak kurang dari (fc’ + 0,82 S). (ii).
Tidak satupun dari hasil uji tekan (rata-rata dari dua silinder) mempunyai nilai
dibawah 0,85 fc’.

VI. Sifat-sifat beton yang masih segar atau sudah keras


Beton segar yang baik adalah beton segar yang dapat diaduk, dapat diangkut, dapat
dituang, dapat dipadatkan, tidak ada kecenderungan untuk terjadi segregasi ( pemisahan
kerikil dari adukan) maupun bleeding (pemisahan air dan semen dari adukan).

Beton keras yang baik adalah beton yang kuat, tahan lama / awet, kedap air, tahan
aus, dan sedikit mengalami perubahan volume (kembang susutnya kecil).

23
A. Beton Segar / Beton Masih Basah
Ada 2 hal yang harus dipenuhi ketika membuat beton:
 Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu lama oleh beton yang
mengeras, seperti kekuatan, keawetan, dan kestabilan volume; dan
 Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu pendek ketika beton
dalam kondisi plastis (workability) atau kemudahan pengerjaan tanpa
adanya bleeding dan segregation.

Walaupun begitu adalah penting untuk mendapatkan beberapa dari sifat


workabilitas karena penting untuk control kualitas. Pengukuran workabilitas
yang telah dikembangkan antara lain:

1) Slump test
2) Compaction test
3) Flow test
4) Remoulding test
5) Mixer test

Parameter-parameter yang paling mempengaruhi kekuatan beton adalah:

1. Workability (Kemudahan Pengerjaan Beton Segar)

Kemudahan dapat dilihat dari nilai slump yang identik dengan tingkat
keplastisan beton, semakin mudah pengerjaannya. Terjadinya workability ialah
saat beton dikerjakan.
a. Kadar air pengaduk
Jumlah air pecampur, semakin banyak air semakin medah untuk dikerjakan

24
b. Faktor Air Semen

Faktor air dan semen adalah perbandingan antara berat air dibandingkan
dengan berat semen

Semakin tinggi pernabdingan campuran air dan semen maka beton


malah semakin jelek. Untuk meningkatkan mutu beton maka anda harus
mengurangi perbandingan air dan semen.

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛


𝐹𝐴𝑆 =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛
Dimana berat jenis air adalah 1 kg/liter, dan berat jenis semen adalah 3150
kg/m3(disyaratkan ASTM)

Jika FAS tetap, semakin banyak semen semakin berarti semakin banyak
kebutuhan air sehingga keplastisannya-pun akan lebih tinggi.

Dalam perencanaan campuran adukan beton, nilai faktor air semen dapat
anda tetapkan dengan salah satu cara dari 2 cara berikut :

1) Cara Pertama :
Berdasarkan jenis semen yang dipakai dan kuat tekan rata-rata perlu
pada umur beton tertentu, nilai faktor air semen dapat ditetapkan
dengan mengacu pada Grafik hubungan antara kuat tekan beton dan
faktor air semen di atas.
Langkah penetapannya dapat dilakukan dengan cara berikut :
a) Pada sumbu vertical tetapkan nilai fcr’, lalu Tarik ke kanan
sampai memotong kurva yang sesuai
b) Dari titik potong tersebut tariklah garis ke bawah, maka akan
ditemukan nilai FAS (Faktor Air Semen)

25
2) Cara Kedua :
Berdasarkan jenis semen yang dipakai, jenis agregat kasar, dan
kuat tekan rata-rata perlu pada umur beton tertentu, ditetapkan nilai
faktor air semen dengan cara :

26
1. Lihat tabel perkiraan kuat tekan beton di bawah, dengan data
jenis semen, jenis agregat kasar, dan umur beton yang
dikehendaki, dibaca perkiraan kuat tekan rata-rata perlu
seandainya dipakai fas = 0,50.
2. Pada grafik di bawah, buatlah titik A dengan nilai fas = 0,50
(sebagai absis) dan kuat tekan rata-rata perlu yang diperoleh
dari tabel (sebagai ordinat). Pada titik A tersebut kemudian
dibuat grafik baru yang bentuknya sama dengan 2 grafik yang
sudah ada di dekatnya, selanjutnya ditarik garis mendatar dari
sumbu tegak (ordinat) di kiri pada kuat tekan rata-rata perlu
memotong grafik baru tersebut. Dari titik potong itu kemudian
ditarik garis ke bawah sampai memotong sumbu mendatar
(absis) dan dapat dibaca nilai faktor-air-semen yang dicari.

KUAT TEKAN BETON / UMUR


JENIS SEMEN JENIS AGREGAT KASAR
3 7 28 91

Alami (kerikil) 17 23 33 40
I, II, V
Buatan (batu pecah) 19 27 37 45

Alami (kerikil) 21 28 38 44
III
Buatan (batu pecah) 25 33 44 48

Tabel Perkiraan kuat tekan beton (Mpa) dengan fas = 0,50

27
c. Gradasi agregat

Gradasi campuran pasir-krikil


Bila gradasi sesuai dengan standar akan mudah
dikerjakan. Gradasi perlu dihitung agar agregat campurannya
memenuhi standar.

d. Kadar agregat halus


e. Bahan tambah (admixture)
f. Butiran maximum
Butir maksimum besar akan tampak lebih encer

g. Cara pemadatan dan alat pemadat

2. Kohesifnes
Yaitu, sifat-sifat untuk saling melekat.
Terjadinya: saat bahan-bahan beton dicampur dengan air terutama semennya.
Dipengaruhi oleh:
a. Kehalusan semen
b. Kadar air pengaduk
c. Permukaan agregat

3. Setting time
Adalah sifat beton-semen waktu mengikat dan mengeras.
Terjadinya: saat beton dicampur dengan air kemudian didiamkan
Dipengaruhi oleh:
a. Jenis semen yang digunakan
b. Faktor air semen
c. Suhu lingkungan
d. Bahan tambah (admixture)

28
4. Bleeding
Kecendrungan Air untuk naik kepermukaan pada beton yang baru dipadatkan
dinamakan Bleeding. Air yang naik ini membawa semen dan butir-butir halus pasir,
yang pada saat beton mengeras nantinya akan membentuk selaput (laitance).
Terjadinya: saat beton sedang dipadatkan
Dipengaruhi oleh:
a. Cara pemadatan beton
b. Kadar air yang digunakan
c. Bahan tambah (admixture)

Bleeding ini dapat dikurangi dengan cara :

a. Memberi lebih banyak semen


b. Menggunakan air sedikit mungkin
c. Menggunakan butir halus lebih banyak
d. Memasukkan sedikit udara dalam adukan untuk beton khusus

5. Segregasi
Yaitu, kecenderungan butir butir kasar untuk lepas dari campuran beton.

Hal ini akan menyebabkan sarang kerikil yang pada akhirnya akan
menyebabkan keropos pada beton. segregasi ini disebabkan oleh beberapa hal.
pertama, campuran kurus atau kurang semen. kedua, banyak air. ketiga, besar ukuran
agregat maksimum lebih dari 40 mm. keempat, permukaan butir agregat; semakin
kasar permukaan butir agregat, semakin mudah terjadi segregasi.
Terjadinya: saat beton segar dituangkan dan dipadatkan.

29
Dipengaruhi oleh:
a. Tinggi jatuh penuangan
b. Sifat-sifat agregat
c. Kadar agregat kasar
d. Bahan tambah (admixture)

Segregasi agregat dapat dikurangi dengan cara :

a. Memperbanyak jumlah semen Portland


b. Mengurangi jumlah air
c. Memperkecil ukuran butir maksimum
d. Tinggi jatuh saat penuangan kurang dari 1 meter

Pengujian Beton Segar

Pecobaan slump dilakukan untuk mengetahui tingkat kemudahan pengerjaan. Percoban ini
dilakukan dengan alat berbentuk kerucut terpancung, yang daimeter atasnya 10cm dan
dimeter bawahnya 20cm dan tinggi 30cm, dilengkapi dengan kuping untuk mengangkat
beton segar dan tongkat pemadat diameter 16 mm sepanjang minimal 60 cm.

Test Sifat Beton Segar

Langkah percobaan adalah sebagai berikut.

30
(1) Siapkan alat-alat slump,termaksud centong untuk memasukan semen.

(2) Bagi folumenya menjadi masing-masing 1/3 Volume.

(3) Jika dihitung, tinggi lapisan 1/3 pertama + 7 cm, tinggi nlapisan kedua + 9
dan sisanya menjadi tinggi lapisan kedua.

(4) Masukkan beton dengan centong secara hati-hati setinggi 1/3 Volume (jangan
sampai alat slump bergerak).

(5) padatkan lapisan tersebut dengan tongkat pemadat dengan menusuk-nusuk


sebanyak 25 kali.

(6) lakukan hal yang sama untuk lapisan kedua dan ketiga.

(7) Biarkan selama 60 detik setelah lapisan terakkhir dikerjakan.

(8) Angkat alat slump secara hati-hati (jangan sampai miring) hingga mengenai
sisi beton segar.

(9) Letakkan alat slump di sisi beton segar.

(10)Ukur rata-rata tinggi slump, diukur dari tinggi permukaan alat sampai tinggi
permukaan beton yang jatuh.

Ada tiga jenis slump yaitu slum sejati, slum geser dan slump runtuh.

31
Dalam pemeriksaan slump beton biasanya akan didapat 3 jenis slump,
yaitu slump sejati (murni), slump geser, dan slump runtuh. Slump sejati dijumpai
pada beton yang kohesi.

Slump runtuh biasanya terjadi karena betonnya sangat encer, pada


umumnya menunjukkan beton yang mutunya jelek dan sering sekali terjadi akibat
segresi dari dari bahan – bahan campurannya. Jika nilai slump yang kita dapatkan
sesuai dengan nilai slump rencana maka beton tersebut dapat dikerjakan dengan
mudah.

Kekentalan campuran beton sangat mempengaruhi mutu bangunan yang


akan dibuat. Artinya kelebihan air pada campuran dapat mengakibatkan bleeding,
sedangkan bila kekurangan air pada campuran dapat mengakibatkan segresi.

Kekentalan campuran beton yang menyimpang dari rencana masih diperkenankan


dengan syarat :

• Beton dapat dikerjakan dengan baik.

• Tidak terjadi pemisahan adukan.

Agar adukan mudah dikerjakan, maka diperlukan penambahan air tetapi


tidak perlu banyak sesuai dengan jumlah semen minimum dan nilai FAS.

Untuk mencegah penggunaan adukan beton yang terlalu encer atau kental,
dianjurkan untuk menggunakan nilai – nilai slump seperti pada tabel dibawah ini :

32
Uraian Slump (cm)
Maximum Minimum
• Dinding plat pondasi dan pondasi telapak bertulang. 12,5 5,0
• Pondasi telapak tidak bertulang, konstruksi dibawah 9,0 2,5
tanah.
• Plat, balok, kolom dan dinding. 15,0 7,5
• Pengerasan jalan. 7,5 5,0
• Pembetonan massal. 7,5 2,5

B. Beton Keras
Sifat-sifat beton keras yang penting adalah kekuatan karakteristik, kekuatan
tekan, tegangan dan regangan, susut dan rangkak, reaksi terhadap temperatur, keawetan
dan kekedapan terhadap air . Dari semua sifat tersebut yang terpenting adalah kekuatan
tekan beton karena merupakan gambaran dari mutu beton yang ada kaitannya dengan
strukturt beton. Berbagai test uji kekuatan dilakukan pada beton keras ini antara lain:
1. Uji kekuatan tekan (compression test);
2. Uji kekuatan lentur;
3. Uji kekuatan tarik belah (spillting tensile test);
4. Uji lekatan antara beton dan tulangan; dan
5. Uji Modulus Elastisitas dan lain sebagainya.

Sifat – sifat mekanis beton keras adalah :

A. Sifat jangka pendek atau sesaat


1. Kekuatan tekan beton
Untuk mengetahui sifat kuat tekan beton, dilakukan dengan pengujian sampel
beton di laboratorium terhadap benda uji beton dalam bentuk kubus atau silinder.

33
Kuat tekan beton dinyatakan :

𝑃 𝑘𝑔
𝐹𝐶 = ( , 𝑀𝑃𝑎)
𝐴 𝑐𝑚2
Dalam struktur beton, kuat beton dinyatakan kuat tekan yang
dipersyaratkan:
𝐹𝐶ˈ = 𝐹𝐶𝑅 − 𝐾. 𝑆
FCR = kuat tekan rata-rata
K = angka konstanta tetapan dari statistic, K nilainya = 1,64
S = standar defiasi
√∑(𝐹𝐶−𝐹𝐶𝑅)²
S= 𝑘𝑔/𝑐𝑚²
𝑁−1

Faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton


1) Faktor air semen
2) Kepadatan
3) Umur beton
4) Suhu
5) Jenis semen
6) Jumlah semen
7) Jenis agregat
8) Jenis bahan tambah/admixture
9) Kuat tekan beton dipengaruhi oleh :
10) Perbandingan air semen dan tingkat pemadatannya.
11) jenis semen dan kualitasnya .
12) Jenis dan lekak – lekuk bidang permukaan agregat.
13) Umur (pada keadaan normal kekuatan bertambah sesuai dengan
umurnya).
14) Suhu (kecepatan pengerasan beton bertambah dengan bertambahnya
suhu).
15) Efisiensi dan perawatan.

34
2. Kekuatan tarik beton
Kekuatan tarik beton berkisar 1⁄18 kuat desak beton pada waktu umurnya
masih muda dan berkisar seperduapuluh sesudahnya. Kekuatan tarik biasanya
tidak diperhitungkan di dalam perencanaan bangunan beton. Kuat tarik
merupakan bagian penting di dalam menahan retak – retak akibat perubahan kadar
air dan suhu.

3. Kekuatan geser beton


Di dalam praktek, kekuatan geser beton selalu diikuti oleh kekuatan desak
dan tarik oleh lenturan bahkan di dalam pengujian tidak mungkin menghilangkan
elemen lentur.

B. Sifat jangka panjang

1. Rangkak
Rangkak adalah penambahan terhadap waktu akibat beton yang bekerja.
Faktor – faktor yang mempengaruhi rangkak adalah:
a. Kekuatan
Rangkak dikurangi bila kenaikan kekuatan semakin besar
b. Perbandingan campuran
Bila fas dan volume pasta semen berkurrang maka rangkak berkurang
c. Agregat
d. Rangkak bertambah bila agregat makin halus
e. Perawatan
f. Umur
g. Kecepatan rangkak berkurang sejalan dengan umur beton

35
2. Susut

Susut adalah berkurangnya volume elemen beton karena terjadi kehilangan uap
air ketika terjadi penguapan. Faktor – faktor yang mempengaruhi besarnya susut
adalah :

a. Agregat sebagai penahan susut pasta semen


b. Faktor air semen (semakin besar fas semakin besar pula efek susut
c. Ukuran elemen beton (kelajuan dan besarnya susut akan berkurang bila
volume elemen betonnya semakin besar)
d. Kondisi lingkungan
e. Banyaknya penulangan
f. Bahan tambahan

Pengujian beton keras dilakukan setelah masa perawatan contoh uji yang
caranya dapat mengikuti SK.SNI.T-16-1991-03. SK.SNI.M-08-1991-03.
Memberikan tata cara pengujian untuk kuat tekan. Pengujian kuat geser tertuang
dalam SK.SNI.M-09-1991-03, sedangkan pengujian nilai modulus harus sesuai
dengan SK.SNI.M-11-1991-03. Benda uji yang digunakan dapat berupa silinder,
balok ataupun kubus dengan ukuran sesuai dengan yang disyaratkan.

VII. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu beton

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu beton adalah sebagai berikut:

1. Faktor Air Semen


2. Kepadatan
3. Umur Beton
4. Suhu
5. Jenis Semen
6. Jumlah Semen
7. Jenis Agregat
8. Jenis Admixture

36
Kekuatan beton yang utama adalah kuat tekannya. Nilai kuat tekan beton
meningkat sejalan dengan peningkatan umurnya dan pada umur 28 hari, beton mencapai
kekuatan maksimal. Nilai kuat tekan beton diukur dengan membuat benda uji berbentuk
silinder atau kubus. Pembacaan kuat tekan pada benda uji kubus dan silinder relatif
berbeda. Perbandingan kuat tekan silinder dan kubus menurut ISO Standard 3893 – 1977
disajikan pada tabel.

Tabel Perbandingan Kuat Tekan antara Silinder dan Kubus

Kuat tekan
silinder 2 4 6 8 10 12 16 20 25 30 35 40 45 50
(Mpa)
Kuat tekan
kubus
2.5 5 7.5 10 12.5 15 20 25 30 35 40 45 50 55

(Mpa)

Pada umumnya, beton mencapai kuat tekan 70% pada umur 7 hari, dan pada umur
14 hari, kekuatannya mencapai 85 – 90% dari kuat tekan beton umur 28 hari. Pengukuran
kuat tekan beton didasarkan pada SK SNI M14-1989-F (SNI 03-1974-1990). Pembebanan
pada pengujian kuat tekan termasuk pembebanan statik monotorik dengan menggunakan
Compressive Test. Beban yang bekerja akan terdistribusi secara kontinue melalui titik
berat.

f'cr = P / A

f'cr = kuat tekan beton rata-rata

P = beban

A = luas penampang

37
Kuat tarik beton berkisar seperdelapan belas kuat tekannya pada umur masih muda
dan berkisar seperduapuluh pada umur sesudahnya. Nilai kuat tekan dan tarik bahan beton
tidak berbanding lurus. Suatu perkiraan kasar dapat dipakai bahwa nilai kuat tarik bahan
beton normal hanya berkisar antara 9% - 15% dari kuat tekannya. Nilai pendekatan yang
diperoleh dari hasil pengujian berulangkali mencapai kekuatan 0.50 – 0.60 kali √f’c,
sehingga untuk beton normal digunakan nilai 0,57 √f’c.

Pengamatan kuat tarik beton khususnya pada beton bertulang sangat penting pada
penentuan kemungkinan pencegahan keretakan akibat susut dan perubahan panas. Sedang
untuk beton tidak bertulang, hasil pengujian ini dimanfaatkan dalam perencanaan
konstruksi jalan raya dan lapangan terbang serta untuk beton prategang.

Cara yang digunakan untuk mengukur kuat tarik beton adalah dengan pengujian
kuat tarik belah sesuai SK SNI M-60-1990-03 (SNI 03-2492-1991). Spesimen yang
digunakan adalah silinder dan ditekan oleh dua plat paralel pada arah diameternya.

Kuat tarik belah dihitung dengan rumus :

f'ct = 2P/π LD..........................(4)

Dimana : fct = kuat tarik belah (Mpa)

P = beban uji maksimum (N)

L = Panjang benda uji (mm)

D = Diameter benda uji (mm)

38
Tabel perbandingan kekuatan tekan beton berbagai umur

Umur Beton 3 7 14 21 28 90 365


Semen 0,4 0,65 0,88 0,95 1 1,2 1,35
Biasa/Normal
Semen 0,55 0,75 0,90 0,95 1 1,15 1,20
Kekutan
Awal Tinggi

VIII. Rancangan campuran beton


1. Acuan rancangan adukan beton di indonesia

b. SNI 03-2834-2000 : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal


c. SNI 2847:2013 : Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung
Contoh :

No Uraian Keterangan
1 Kuat tekan berdasar kekuatan mekanik 30 Mpa
yang di syaratkan umur 28 hari (f’c)
2 Kuat tekan berdasar keawetan yang 35 Mpa
disyaratkan pada umur 28 hari (f’c)
3 Deviasi standar (s) Tidak Diketahui
4 Nilai tambah (m) 8,3 Mpa
5 Kuat tekan rata-rata yang di rencanakan 43,3 Mpa
(f’α)
6 Jenis semen Semen Portland
Pozzolan
7 Jenis agregat (kasar atau halus) Batu Pecah dan Alami
8 Faktor air semen 0,40

39
9 Faktor air semen maksimum 0,40
10 Faktor air semen yang di gunakan 0,40
11 Nilai slump 100mm
12 Ukuran maksimum agregat 20mm
13 Kebutuhan air 205 liter
14 Kebutuhan semen portland 512,5 kg
15 Daerah garadasi agregat halus 2
16 Persentase berat agregat halus terhadap 40%
agregat campuran
17 Berat jenis agregat campuran 2,60
18 Berat jenis beton 2380 kg/m³
19 Kebutuhan agregat 1662,5 kg/m³
20 Kebutuhan agregat halus 665 kg/m³
21 Kebutuhan agregat kasar 997,5 kg/m³
Kesimpulan Kondisi Agregat Jenuh-Kering Muka (SSD)
Volume Berat beton Air Semen Agregat Agregat
Halus Kasar
1m³ 2380 kg 185 ltr 512,5 kg 665 kg 997,5 kg

2. Tahapan Perhitungan Rancang Campur Beton Normal

a. Kuat tekan karakteristik beton yang di syaratkan (f’c)


 Berdasarkan kebutuhan kekuatan mekanik beton yang di persyaratkan
 Berdasarkan persyaratan keawetan/durabilitas yang sesuai dengan kondisi
lingkungan dimana struktur akan di bangun.

40
Persyaratan Keawetan menurut SNI 2847:2013

41
42
Perolehan Data :

a) Pasir
1) Kadar lumpur = 1,67 %.
2) Kadar air SSD = 2,71 %.
3) Berat jenis SSD = 2,83 gram/ml
4) Bobot isi gembur = 1,51
5) MKB = 3,57 (masuk zona II)
6) Kadar zat organic = no 1
b) Kerikil Alami
1) Berat jenis SSD = 2,68 gram/mL.
2) Bobot isi gembur = 1,44
3) Persen bag. Lemah = 26,17 %
4) Bentuk = 34,525 %
c) PC
1) Bobot isi = 1,056
2) Kehalusan = 4,11 %
3) Berat Jenis = 3,19 gram/mL
Langkah Kerja Mix Design Beton (Adukan Beton)

1) Penetapan kuat tekan beton yang disyaratkan (f’c) pada umur 28 hari. F’c = 20
MPa.
2) Penetapan deviasi standar (sd)
Deviasi standar ditetapkan berdasarkan tingkat mutu pengendalian pelaksanaan
pencampuran beton. Makin baik mutu pelaksanaan makin kecil nilai deviasi standarnya.

No Tingkat pengendalian mutu pekerjaan MPa

1 Memuaskan 2,8

2 Sangat baik 3,5

3 Baik 4,2

43
4 Cukup 5,6

5 Jelek 7,0

6 Sangat jelek 8,4

3) Penghitungan nilai tambah (margin) (M)


Jika nilai tambah ini sudah ditetapkan sebesar 12 Mpa maka langsung ke langkah
selanjutnya. Jika nilai tambah dihitung berdasarkan nilai deviasi standar maka dilakukan
dengan rumus :
M = k . sd
= 1,64 . 4,2
= 6,89 MPa
4) Menetapakan kuat tekan rata-rata yang direncanakan
Kuat tekan beton rata-rata yang direncanakan diperoleh dengan rumus

f’cr = f’c + M

= 20 + 6,89
= 26,89 MPa
5) Penentuan jenis semen portland.
Ditetapkan = Tipe 1
6) Penetapan jenis agregat.
Agregat halus = Alami
Agregat Kasar = Alami

7) Penetapan faktor air-semen dengan berdasarkan jenis semen yang dipakai dan kuat
tekan rata-rata silinder beton yang direncanakn pada umur 28 hari menggunakan grafik 7.8.
Fas = 0,55

44
Grafik 7.8 Hubungan Fas dengan F’cr
8) Penetapan faktor air-semen maksimum
Agar beton yang diperoleh tidak cepat rusak misalnya, maka perlu ditetapkan
nilai faktor air-semen maksimum. Penetapan dilakukan dengan tabel 7.12. Jika nilai
faktor air-semen (fas) ini lebih tinggi daripada nilai faktor air-semen (fas) dari
langkah 7, maka nilai fas yang digunakan adalah nilai pada langkah 7.(yang nilainya
lebih kecil). (Tetap 0,55)
Tabel 7.12 Persyaratan fas maksimum untuk berbagai jenis pembetonan
Jenis pembetonan fas maksimum

Beton di dalam ruang bangunan


a. Keadaan keliling non- 0,60
korosif 0,52

45
b. Keadaan sekeliling korosif,
disebabkan oleh kondensasi atau
uap korosi
Beton di luar ruangan
a. Tidak terlindung air hujan 0,55
dan terik matahari langsung
b. Terlindung dari hujan dan 0,60
terik matahari langsung
Beton yang masuk ke dalam tanah
a. Mengalami keadaan basah 0,55
dan kering berganti-ganti
b. Mendapat pengaruh sulfat Ditentukan
dan alkali tanah dengan
persyaratan
khusus

Beton yang selalu berhubungan Ditentukan


dengan air tanah/payau/laut dengan
persyaratan
khusus

9) Penentuan nilai slump


Penentuan nilai slam dilakukan dengan memperhatikan pelaksanaan pembuatan,
pengangkutan, penuangan, pemadatan dan jenis strukturnya.

Ditetapkan : Slump = 100 mm

10) Penetapan besar butir agregat maksimum.


Ditetapkan : 40 mm

11) Penetapan jumlah air per meter kubik beton berdasarkan ukuran maksimum
agregat, jenis agregat, dan slam yang diinginkan, lihat tabel 7.14.

46
Tabel 7.14 Kebutuhan air per meter kubik beton (liter)
Besar Slump (mm)
ukuran Jenis
0- 10- 30- 60-
maksimum batuan
10 30 60 120
(mm)
Alami 150 180 205 225
Batu 180 205 230 250
pecah
10
135 160 180 195
Alami 170 190 210 225
Batu
20
pecah 115 140 160 175
155 175 190 205
Alami
40
Batu
pecah

Dalam Tabel 7.14 Apabila agregat halus dan agregat kasar yang dipakai kenis yang
berbeda, maka jumlah air dapat diperoleh dengan rumus
A = 0,67 Ah + 0,33 Ak
A = Jumlah air (liter/m3)
Ah = jumlah air yang diperlukan menurut jenis agregat halus
Ak = jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat kasar
Karena agregat halus dan agregat kasar jenisnya sama, maka jumlah air tidak perlu dihitung
menggunakan rumus diatas. Kebutuhan air= 175 lt/m3
12) Penghitungan berat semen yang diperlukan
Berat semen dapat dilakukan dengan cara membagi jumlah air per meter kubik yang
diperlukan dengan fas yang didapat.
175 : 0,55 = 318,18 kg/m3
13) Kebutuhan semen minimum

47
Kebutuhan semen minimum ditetapkan dengan tabel 7.15. Kebutuhan semen minimum
ditetapkan untuk menghindarkan beton dari kerusakan akibat lingkungan khusus misalnya
korosi, air, air payau, dan air laut.
Tabel 7.15 Kebutuhan semen minimum untuk pembetonan dengan lingkungan khusus
Semen minimum

Jenis pembetonan (kg/m3 beton)

Beton di dalam ruang bangunan


c. Keadaan keliling non- 275
korosif 325
d. Keadaan sekeliling
korosif, disebabkan oleh
kondensasi atau uap korosi
Beton di luar ruangan
c. Tidak terlindung air 325
hujan dan terik matahari
langsung 275
d. Terlindung dari hujan
dan terik matahari langsung
Beton yang masuk ke dalam
tanah 325
c. Mengalami keadaan
basah dan kering berganti-ganti Ditentukan dengan
d. Mendapat pengaruh persyaratan khusus
sulfat dan alkali tanah
Beton yang selalu berhubungan Ditentukan dengan
dengan air tanah/payau/laut persyaratan khusus

48
14) Penyesuaian kebutuhan semen. Bila kebutuhan semen yang diperoleh pada langkah
12 ternyata lebih sedikit daripada kebutuhan semen minimum (langkah 13), maka
kebutuhan semen dipakai yang langkah 13 (yang nilainya lebih besar). Dipakai 325 kg/m3.
15) Penyesuaian jumlah air atau factor air semen : jika jumlah semen ada perubahan
akibat langkah 14, maka nilai fas berubah, dan hitung ulang.
325 x 0,55 = 178,75 lt/m3
16) Penentuan daerah gradasi agregat halus. Zone 2
17) Perbandingan agregat halus dan agregat kasar
Nilai banding dibutuhkan untuk memperoleh gradasi agregat campuran yang baik. Pada
langkah ini dicari nilai banding antara berat agregat halus dan berat agregat
campuran.penetapan dilakukan dengan memperhatikan besar butir maksimum agregat
kasar, nilai slam, fas, dan daerah gradasi agregat halus. Lihat grafik pada Gambar 7.10.c

Gambar 7.10.c. Grafik presentase agregat halus terhadap agregat keseluruhan untuk
ukuran butir max 40 mm
(Kardiyono Tjokrodimuljo,1996)
Presentase agregat halus ; (32,5 + 40,5) : 2 = 36,5 %
18) Berat jenis agregat campuran
Berat jenis agregat campuran dihitung dengan rumus

49
𝑷 𝑲
BJ camp = 𝟏𝟎𝟎 𝒃𝒋 𝒂𝒈𝒓𝒆𝒈𝒂𝒕 𝒉𝒂𝒍𝒖𝒔 + 𝟏𝟎𝟎
𝒃𝒋 𝒂𝒈𝒓𝒆𝒈𝒂𝒕 𝒌𝒂𝒔𝒂𝒓

= 0,365 x 2,83 + 0,635 x 2,68


= 2,73
19) Penentuan berat jenis beton
Dengan selesainya pencarian berat jenis campuran, maka didapat berat jenis beton dengan
melihat pada Gambar 7.11.

Gambar 7.11 Grafik penentuan berat jenis beton.


(Kardiyono Tjokrodimuljo,1996)
Diperoleh BJ Beton = 2473 kg/m3
20) Kebutuhan berat agregat campuran
Dihitung berdasarkan pengurangan berat beton permeter kubik oleh berat semen dan air.
2473 - (325 + 178,75) = 1969,25 kg

21) Kebutuhan berat agregat halus yang diperlukan


Cara menghitung kebutuhan agregat halus adalah mengalikan kebutuhan agregat campuran
dengan presentase berat agregat halus.
1969,25 x 0,365 = 718,78 kg

50
22) Kebutuhan berat agregat kasar yang diperlukan
Cara menghitung kebutuhan agregat kasar adalah mengalikan kebutuhan agregat campuran
dengan presentase berat agregat kasar.
1969,25 x 0,635 = 1250,47 kg

FOLMULIR PERANCANGAN ADUKAN BETON

N Uraian Hasil
o

1. Kuat tekan yang disyaratkan pada umur 28 hari 20


Mpa

2. Deviasi standar (sd) 4,2


Mpa

3. Nilai tambah (m) 6,89


Mpa

4. Kuat tekan rata-rata yang direncanakan 26,89


Mpa

5. Jenis semen Tipe I

6. Jenis agregat kasar alami

Jenis agregat halus alami

7. Faktor air semen (Gambar 7.8) 0,55

8. Faktor air semen maksimum (Tabel 7.12) 0,55

—> Dipakai fas yang rendah

9. Nilai slump 100


mm

51
1 Ukuran maksimum agregat kasar 40
0. mm

1 Kebutuhan air (Tabel 7.12) 175


1. Kg/m3

1 Kebutuhan semen Portland (langkah (11) : (8)) 318,1


2. 8 Kg

1 Kebutuhan semen portland minimum (Tabel 4) 325


3. Kg

1 Dipakai kebutuhan semen Portland 325


4. Kg

1 Penyesuaian jumlah air atau fas (langkah 14 x langkah 8) 178,7


5. 5 lt/m3

1 Daerah gradasi agregat halus Zone


6. 2

1 Persen agregat halus terhadap campuran (Gb.7.10) 36,5


7. %

1 Berat jenis agregat campuran


2,73
8.

1 Berat jenis beton (Gambar 7.11) 2473


9. Kg/m3

2 Kebutuhan agregat (langkah (19) – (11) –(14)) 1969


0. Kg

2 Kebutuhan agregat halus (langkah (17)*(20)) 718,7


1. 8 Kg

2 Kebutuhan agregat kasar (langkah (20) - (21)) 1250,


2. 47 Kg

52
Berat Air Seme Agreg Agreg

Volum Total n at at
(Kg/L
e Halus Kasar
(Kg/m t) (Kg)
3
) (Kg) (Kg)

1m3 2473 178,7 325 718,7 1250,


5 8 47

1
aduka 78,62 5,68 10,33 22,85 39,76
n

Kebutuhan PC, air, pasir dan kerikil ( untuk 1 adukan = 6 silinder) yaitu :

Tinggi (t) silinder = 30 cm

Diameter silinder = 15 cm

Volume silinder =  r² t

= 3,14 x 7,52 x 30

= 5298,75 cm3

= m3

Kebutuhan 6 silinder = 6 x 0,00529875 m³

= 0,0317925 m³

Jadi volume 1 adukan = 6 silinder untuk kebutuhan Pc, air, pasir dan kerikil adalah
0,0317925 m³

Bahan Adukan Kebutuhan (kg)

Seman Portland 0,0317925 x 325 = 11,23

Air 0,0317925 x 178,7 = 5,852

53
Pasir 0,0317925 x 718,78 = 20,20

Kerikil 0,0317925 x 1250,47 = 37,538

Berat Beton ∑ Kebutuhan = 78,62

IX. Proses pembuatan beton dan pengendalian mutunya

A. Proses Pembuatan
Sebelum Pengecoran
Pengujian Material
Sebelum pengecoran, dilakuakn terlebih dahulu penyiapan material dan
pengjian sebagian material (terutama material utama, yaitu : semenportland,
air, agregat halus dan agregat kasar) serta bahan tambahan yang digunakan.
Pengujian tersebut adalah :
Semen Portland
 Berat jenis semen
 Kehalusan semen
 Konsistensi normall
 Waktu ikat/setting time
 Berat isi semen
Air
 pH
 sifat – sifat air
Agregat Kasar dan Agregat Halus
 Berat Jenis dan penyerapan agregat kasar
 Berat jenis dan penyerapan agregat halus
 Berat isi agregat
 Kadar organic agregat
 Kadar lumpur Agregat

54
 Kadar air agregat
 Bulking faktor
Persiapan silica fume
Sebelum digunakan untuk pengecoran, silica fume yang telah disipakan
sesuai takarandicampur dengan air sampai berbentuk slurry, dengan metode
pencampuran mekanis menggunakan mixer, pencampuran tersebut dilakukan
sampai benar – benar tercampur merata tanpa adanya gumpalan – gumpalan.
Persiapan air
Air yang digunakan bersuhu 27o C, setelah dipersiapkan sesuai kebutuhan,
kemudian kami tambahkan superplasticizer dan kemudian diaduk sampai merata
(homogen).
Persiapan agregat
Meskipun kadar lumpur dalam agregat memenuhi syarat, masih perlu
pencucian secara konvensional dengan mengaduk pasir didalam wadah besar berisi
air supaya kadar lumpurnya hilang, kemudian ditiriskan, dilakukan selam 3 kali
berturut-turut, pencucian tersebut dilakukan setelah diadakan pengujian kadar
lumpur. Agregat hasil pengujian didiamkan sampai SSD baru kemudian diadakan
pengjian (agregat) yang lainnya.
Karena agregat yang dipersiapkan dipilih (dibeli) secara acak mak perlu
dilakukan penggabungan agregat, disamping untuk mendapatkan gradasi yang baik
(well graded), juga untuk memenuhi criteria zona 1, seperti yang tertera dalam mix
design. Untuk analisa gradasi agregat halus dan agregat kasar diperlakukan
menurut gradasi ASTM C-33-78. Untuk penggabungannya dilakukan dengan
metode Road Note Number 4 (RN-4)

Selama Pengecoran (Pembuatan Beton)


Pembuatan beton dilakukan didalam ruangan yang terlindung dari panas
matahari secara langsung. Pengdukannya menggunakan mesin pengaduk (mixer),
bertenaga listrik. Bahan-bahan dimasukkan kedalam mesin pengaduk agregat halus
dan semen Putih secara bersamaan, dan diaduk selama 5 menit dengan tujuan agar
terjadi agregat tercampur secara homogeny dan merata.

55
Kemudian ditambahkan silica fume yang berbentuk slurry, dan diaduk selama
5 menit. Setelah seluruh bahan-bahan kering tercampur secara homogeny, mulai
menambahkan secara bertahap agregat kasar berturut-turut air yang telah dicampur
dengan superplasticizer dimasukkan kemudian diaduk selama 15 menit.
Setelah menjadi campuran beton, adukan tersebut dituang ke wadah yang
kemudian di masukkan kedalam cetakan silinder, tiap pemasukan 10 cm ditumbuk
dengan besi penumbuk selama 25 kali secara merata hal tersebut dilakukan sampai
cetakan benda uji terisi penuh, pengecoran benda uji tersebut dilakukan pada meja
penggetar (vibrator).

Setelah pengecoran
Setelah 1 hari (24 jam) benda uji tersebut dikeluarkan dari cetakan dan
kemudian direndam dalam air tawar yang bersih bersuhu 27oC (sama dengan air
yang digunakan dalam pengecoran), meskipun terjadi fluktuasi suhu air antara
malam hari dan siang hari tetapi sangat kecil, berkisar 1 sampai 2oC, di malam dan
pagi hari cenderung lebih dingin daripada siang hari.

B. Pengendalian Mutu

Agregat Kasar & Halus

Gambar 1. Batas gradasi dalam daerah gradasi agregat kasar

56
Tabel 1
Analisa Saringan Agregat Kasar

Ø Berat Berat Material Persentase


(Diameter Saringan Saringan Tertahan (%)
Saringan) (gram) + (gram)
Material
(gram)
19 459,7 954,9 495,2 15,3
9,5 537,8 1146,4 608,6 18,9
4,75 430,6 1432,1 1001,5 31,0
2,34 410,9 1042,1 631,2 19,6
1,18 408,6 699,8 291,2 9,0
0,6 334,0 529,4 195,4 6,1
0,3 403,6 406,9 3,3 0,1
0,15 379,0 379,0 0,0 0,0
pan 434,9 434,9 0,0 0,0
Jumlah 3226,4

Tabel 2
Analisa Saringan Agregat Halus
Ø Berat Berat Material Persentase
(Diameter Saringan Saringan Tertahan (%)
Saringan) (gram) + (gram)
Material
(gram)
19
9,5 537,8 537,8 0,0 0,0
4,75 430,6 430,6 0,0 0,0

57
2,34 410,9 433,6 22,7 1,3
1,18 408,6 857,5 448,9 25,1
0,6 334,0 1021,6 687,6 38,5
0,3 403,6 804,5 400,9 22,4
0,15 379,0 568,0 189,0 10,6
pan 434,9 472,2 37,3 2,1
Jumlah 1786,4

Tabel 3.
Perhitungan analisa saringan agregat kasar
Ø Tertahan Total komulatif
(Diameter Gram % Tertahan Lolos %
Saringan)
38,10 0,0 0,0 0 100
19,0 495,2 15,3 15,3 84,7
9,5 608,6 18,9 34,2 65,8
4,75 1001,5 31,0 65,2 34,8
2,34 631,1 19,6 84,8 15,2
1,18 291,2 9,0 93,8 6,2
0,6 195,4 6,1 99,9 0,1
0,3 3,3 0,1 100 0
0,15 0,0 0,0 100 0
pan 0,0 0,0 100 0
3226,3 100,0

58
Tabel 4.
Perhitungan analisa saringan gabungan

Ø Agregat Halus Agregat Kasar Gabung Spesifika


Lolos Lolos Lolos Lolos an si
100% 45% 100% 55% 45%+55
%
38,10 100 45 100 55 100 100
19,0 100 45 84,7 46,5 91,5 45-75
9,5 100 45 65,8 36,2 81,2 35-60
4,75 100 45 34,8 19,1 64,1 25-45
2,34 98,73 44,4 15,2 8,35 52,35 18-40
1,18 73,6 33,1 6,2 3,4 36,5 14-35
0,6 35,11 15,8 0,1 0,05 15,85 8-30
0,3 12,67 5,7 0 0 5,7 4-17
0,15 2,09 0,9 0 0 0,9 0-6
pan 0 0 0 0 0 0

Gambar 2. Batas Gradasi Dalam Daerah Gradasi Agregat Halus

59
Semen

Untuk semen tidak diadakan pemeriksaan lagi, karena semua ketentuan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah telah dipenuhi oleh pabrik. Oleh karena itu yang terpenting
ialah pada waktu penyimpanan. Di tempat penyimpanan semen, semen disimpan dengan
memakai alas yang terbuat dari papan, sehingga semen tidak berhubungan langsung
dengan lantai.

Air

Air yang digunakan pada pembuatan beton ialah yang dapat diminum. Yang
dimaksud di sini adalah air yang tidak mengandung minyak, lumpur dan bahan-bahan
kimia yang dapat merusak kekuatan beton. Sebelum digunakan air terlebih dahulu
diperiksa di laboratorium baru kemudian bisa digunakan.

PENGENDALIAN PROPORSI

CAMPURAN

Didapat hasil dari mix design K-400, dengan uji kubus 15x15x15 cm, slump on site 14 cm

– 16 cm. Maksimum agregat kasar ± 30 mm.

PENCAMPURAN BETON

Sebelum pencampuran, bahan-bahan pembuat beton ditimbang sesuai dengan mix


design. Kemudian bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam mixer dengan urutan
sebagai berikut :

1. Memasukan air kurang lebih 10 % air campuran.


2. Memasukan agregat kasar.

60
3. Memasukan agregat halus.
4. Memasukan semen.
5. Memasukan air sisa yang kurang lebih 10 % air campuran, karena pada waktu
memasukan bahan-bahan kering air dimasukkan sedikit demi sedikit.

6. Bahan additive dimasukkan di lokasi pembangunan.

PENGANGKUTAN BETON

Pengangkutan dikerjakan dengan menggunakan truk mixer dan selama dalam


perjalanan mixer diputar dengan RPM 400. Lama perjalanan dari pabrik ke lokasi
pembangunan kurang lebih 20 menit sedangkan adukan beton harus dicor dalam waktu 1
jam setelah pengadukan dengan air dimulai, jadi untuk lamanya pengangkutan memenuhi
ketentuan dari PBI’71. Untuk menghindari panas yang tinggi dan penguapan maka
pengangkutan dilaksanakan pada malam hari.

PENGADUKAN BETON

Pengadukan dikerjakan dengan memakai mixer dan lamanya pengadukan


tergantung dari kapasitas mixer.

Tabel 5

Pengadukan Beton

61
Setelah selesai pengadukan, adukan beton memperlihatkan susunan dan warna yang
merata dan pekerjaan ini diawasi oleh seorang ahli.

PENAMBAHAN ADDITIVE

Additive yang digunakan adalah Rheobuild 716 dan penambahan additive dikerjakan
m3
di lokasi. Banyaknya additive sesuai dengan mix design yaitu 2.3 l/ . Setelah additive
dimasukkan, mixer diputar kembali dengan RPM 2300 selama kurang lebih 1.5 menit
karena syarat pengadukan menurut PBI’71 paling sedikit 1.5 menit.

PENGUJIAN BETON

Pengujian Slump

Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan beton, pada adukan beton dilakukan


terlebih dahulu pengujian slump. Ini dilakukan untuk menjamin agar nilai air-semen tetap
sesuai rencana. Nilai slump yang diambil adalah 14 cm – 16 cm. Setelah diukur dan nilai
slump memenuhi untuk kemudian dibuat benda uji kubus beton.

Control Chart Untuk Slump Test

Upper Control Limit = 160 mm Lower Control Limit = 140 mm

Target Value = (160 + 140) : 2 = 150 mm Upper Warning Limit = 160 – ( 160 x 5 %) =
152 mm
Lower Warning Limit = 140 + (140 x 5 %) = 147 mm

62
Gambar 3. Control Chart Slump Test

Pembuatan Dan Pemeriksaan Benda Uji

Pada pembangunan rumah susun ini dibuat benda uji dengan ukuran kubus
15x15x15 cm. Benda uji kubus beton ini dibuat untuk umur 14 jam, untuk umur 4 hari,
untuk umur 7 hari, dan umur beton 28 hari. Di sini diambil sampel benda uji untuk umur
14 jam, karena cetakan direncanakan akan dibuka bila sudah mencapai waktu 14 jam. Ini
dikarenakan pihak pelaksana menggunakan cetakan kubus di mana cetakan harus
dibongkar dalam waktu 14 jam.
Untuk mendapatkan mutu beton yang baik, pihak pelaksana merubah Tbk Ijin
untuk umur beton 14 jam dari 13.330% menjadi 25%. Dan untuk mendapatkan kekuatan
25% dari K-400 ini ditambahkan additives Rhebuild 716.
Selain dari itu additives ini juga berfungsi untuk memudahkan pekerjaan. Analisa
karakteristik beton periode pengecoran bulan Januari 1996.
Control Chart Untuk Kuat Tekan Beton K-400

Upper Control Limit = 400 + 2.46 x 70 = 572.2 kg/ cm2


Lower Control Limit = 400 + 0.82 x 70 = 457.4 kg/ cm2
Target Value = 400 + 1.64 x 70 = 514.8 kg/
Upper Warning Limit = 572.2 – (572.2 x 5 %) = 543.59 kg/ cm2
Lower Warning Limit = 457.4 + (457.4 x 5 %) = 480.27 kg/cm2

63
Control Chart Kuat Tekan Beton K-400

Menentukan Deviasi Standar Berdasarkan Data Hasil Uji Kekuatan Tekan


Dari hasil pengujian beton dapat ditentukan deviasi standar baru, yang
mencerminkan kondisi lapangan sesungguhnya.
Diketahui: S = 30.23 kg/cm2
Upper Control Limit = 400 + 2.46 x 30.23 = 474.3658 kg/ cm2
Lower Control Limit = 400 + 0.82 x 30.23 = 424.7886 kg/cm2
Target Value = 400 + 1.64 x 30.23 =
449.5772 kg/ cm2
Upper Warning Limit = 474.3658 – (474.3658 x 5 %) = 450.64751 kg/ cm2
Lower Warning Limit = 424.7886 + (424.7886 x 5 %) = 446.02803 kg/cm2

Gambar 5. Control Chart Kuat Tekan Beton K-400

64
Pembahasan Pekerjaan Beton Seluruhnya

Control charts menunjukkan bahwa strategi penetapan mutu yang sudah ada, apakah
menggunakan mutu yang lebih tinggi atau lebih rendah.
Control charts hasil pengujian beton dari Proyek Bangunan Rumah Susun
menunjukkan bahwa sebagian besar hasil pengujian beton untuk kekuatan tekan berada di
atas Lower Control Limit.
Pada pengujian Slump terlihat secara visual nilai Slump lebih besar, tapi pada
pengujian kuat tekan menunjukkan sebagian besar hasil pengujian beton berada di atas
Lower Control Limit, jadi untuk hasil pengujian ini bahwa pengecoran masih bisa
diteruskan, tapi untuk pekerjaan selanjutnya harus ada perbaikan.

Perbaikan yang harus dilakukan:


Untuk pembetonan berikutnya dilihat dari control chart Slump test di mana hasil
uji yang didapat berada di atas Upper Control Limit, dan dilihat pada Control Chart kuat
tekan hasil uji yang didapat cenderung berada di bawah Target Value, jadi kelihatan sekali
bahwa campuran beton ini kelebihan air. Maka pada proporsi campuran beton berikutnya
harus diubah dengan mengambil water/cement ratio yang lebih kecil dari sebelumnya.

PENGECORAN
Pengecoran ini dilaksanakan pada malam hari. Karena kalau pada siang hari suhu
cukup tinggi dan dikhawatirkan terjadi keretakan akibat dari penguapan dan pengerasan
yang terlalu cepat.
Dari truk mixer spesi beton dituangkan dahulu dalam bucked untuk selanjutnya
diangkat dengan menggunakan crane ke tempat yang akan dicor. Pada waktu penuangan
beton ini diusahakan sedekat mungkin dengan tempat yang akan dicor untuk menghindari
tinggi jatuh yang terlalu jauh yang akan menyebabkan segregasi spesi beton. Ini disebabkan
karena bahan-bahan yang terberat dan terbesar akan jatuh ke bawah lebih dahulu,
selanjutnya kerikil dan kemudian pasir dan akhirnya pasta semen yang akan jatuh dalam
cetakan. Pencampuran sebelumnya yang baik akan terpengaruh dan kualitas beton akan
berkurang bahkan buruk sekali.

65
PEMADATAN
Untuk menghilangkan udara yang terdapat antara dinding dan spesi beton juga di
dalam campuran beton itu sendiri dilakukan pemadatan. Karena kalau tidak dilakukan
maka udara akan membentuk ruang kosong dalam beton. Ruang kosong itu sangat
merugikan bagi kualitas beton, selain
kekuatannya berkurang hasil cornya akan buruk dan berongga.
Metode pemadatan yang dilakukan adalah dengan tangan dan jarum penggetar.
Metode pemadatan dengan tangan yaitu dengan cara menusuk-nusuk dengan sepotong
kayu atau batang lain. Sedangkan metoda dengan jarum getar yaitu pemadatan dengan
menggunakan alat mekanis yang disebut jarum penggetar atau vibrator.
Para pekerja yang melakukan pekerjaan ini dibekali cara-cara praktis untuk
mengetahui cukup tidaknya pemadatan. Pengambilan keputusan apakah telah atau belum
cukup pemadatan yang dilakukan ialah dengan menggunakan indera penglihatan dan
pendengaran. Untuk indera penglihatan dapat dilihat keluarnya gelembung-gelembung
udara yang besar kemudian disertai gelembung-gelembung yang kecil. Juga dapat dilihat
pada permukaan beton akan mulai bersinar akibat cukupnya air akibat bleeding. Pada
indera pendengaran digunakan untuk memeriksa frekuensi dari alat penggetar. Alat
penggetar yang berada di luar beton akan mengeluarkan suara yang nyaring berfrekuensi
tinggi, tetapi begitu dimasukkan dalam campuran beton maka suaranya menjadi rendah dan
frekuensinya rendah pula, kemudian lambat laun suaranya akan meninggi dan mencapai
frekuensi yang konstan, bila hal ini terjadi maka pemadatan sudah cukup.

PERAWATAN BETON
Untuk menjaga supaya permukaan beton tidak retak maka sewaktu beton mengeras
perlu perawatan. Tindakan ini diambil setelah penuangan, agar mendapat situasi
pengerasan yang optimal sehingga menghasilkan mutu beton yang sesuai dengan yang
diharapkan. Fungsi utama dari perawatan ini adalah :

1. Menghindarkan kehilangan zat cair yang banyak ketika pengerasan beton pada jam-jam
awal.

66
2. Menghindarkan kebanyakan penguapan air dari beton pada pengerasan beton pada suhu
yang tinggi.

3. Menghindarkan perbedaan temperatur dalam beton yang mengakibatkan rengat-


rengat atau retakan pada beton. Tindakan- tindakan yang diambil oleh pelaksana untuk
menanggulangi kehilangan zat cair (air) persis setelah penuangan adalah dengan
menyemprot/memerciki dengan air pada permukaan beton atau bila suhu sangat tinggi
ditutupi dengan goni basah.
Hasil dari control chart harus selalu dievaluasi, adanya indikasi penyimpangan mutu
harus segera ditindak lanjuti dengan perbaikan agar kesalahan jangan berlanjut terus
sampai akhirnya berakibat penolakan

X. Bahan Tambah Beton


A. Pengertian Bahan Tambah Beton

Bahan tambah (admixture) adalah bahan-bahan yang ditambahkan ke


dalam campuran beton pada saat atau selama pencampuran beton berlangsung.
Fungsi bahan ini adalah mengubah sifat-sifat beton agar menjadi lebih cocok
untuk pekerjaan tertentu, atau untuk menghemat biaya.

Menurut ASTMC.125-1995:61, “Standard Definition of Terminology


Relating to Concrete and Concrete Agregates” dan dalam ACI SP-19,
“Cement and Concrete Terminology”, admixture didefinisikan sebagai
material selain air, agregat dan semen hidrolik yang dicampur dengan beton
atau mortar yang ditambahkan sebelum atau selama pengadukan berlangsung,
bahan tambah digunakan untuk memodifikasi sifat dan karakteristik dari beton
misalnya untuk kemudahan pengerjaan atau untuk lain yaitu penghematan
energy. Di Indonesia bahan tambah telah banyak digunakan. Bahan tambah
yang digunakan harus memenuhi ketentuan yang diberikan SNI. Untuk bahan
kimia, harus memenuhi ASTM C.494, “Standard Spesification for Chemical
Admixture for Concrete”

67
Tujuan penggunaan bahan tambah menurut manual of concrete practice dalam
admixture and concrete adalah :

Memodifikasi beton segar, mortar dan grouting

 Menghambat dan mengurangi panas selama proses pengerasan awal


(beton muda)
 Mempercepat laja pengembangan kekuatan beton pada umur muda
 Menambah kekuatan beton
 Menambah sifat keawetan beton, ketahanan dari gangguan luar
termasuk serangan garam-garam sulfat
 Mengurangi kapilaritas air
 Mengurangi sifat permeabilitas
 Mengontrol pengembangan yang disebabkan oleh reaksi alkali dari
alkali termasuk alkali dalam agregat
 Menghasilkan struktur beton yang baik
 Menghasilkan warna tertentu pada beton atau mortar

B. Tujuan Penggunaan Bahan Tambah

Tujuan penggunaan bahan tambah (admixture) untuk campuran pada beton


Berdasarkan tujuan yang diharapkan yaitu :

a) Water Reduction (zat kimia untuk mengurangi penggunaan air pada


beton)
Hal ini dimaksudkan agar diperoleh adukan dengan nilai fas yang
tetap dengan kekentalan yang sama atau dengan fas tetap, tapi
didapatkan adukan beton yang lebih encer. Hal ini dimaksudkan agar
diperoleh kuat tekan yang lebih tinggi, dengan tidak mengurangi
kekentalannya, atau diperoleh beton dengan kuat tekan yang sama, tapi
adukan dibuat menjadi lebih encer agar lebih memudahkan dalam
penuangan.

68
b) Retarder (zat kimia untuk memperlambat proses ikatan campuran
beton)
Biasanya diperlukan untuk beton yang tidak dibuat dilokasi
penuangan beton. Proses pengikatan campuran beton sekitar 1 jam.
Sehingga apabila sejak beton dicampur sampai penuangan memerlukan
waktu lebih dari 1 jam, maka perlu ditambahkan zat kimia ini. Zat
tambahan ini diantarannya berupa gula, sucrose, sodium gluconate,
glucose, citric acid, dan tartaric acid.

c) Accelerators (zat kimia untuk mempercepat ikatan dan pengerasan


campuran beton)
Diperlukan untuk mempercepat proses pekerjaan konstruksi beton,
pencampuran beton dilakukan di tempat atau dekat dengan
penuangannya. Zat tambahan yang digunakan adalah CaCl2, Ca(NO3)2
dan NaNO3. Namun demikian, lebih dianjurkan menggunakan yang
nitrat, karena penggunaan khlorida dapat mempercepat terjadinya karat
pada penulangan.
Pada kenyataan di lapangan terkadang diperlukan kondisi
kombinasi dari ketiga perilaku penambahan zat kimia tersebut yaitu
untuk mengurangi penggunaan air dan memperlambat proses ikatan
campuran beton, atau untuk mengurangi air dan mempercapat waktu
pengikatan serta pengerasan campuran beton.

C. Jenis-Jenis Bahan Tambah Beton


Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan
menjadi dua yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi (chemical admixture) dan
bahan tambah yang bersifat mineral (additive).
Admixture ditambahkan saat pengadukan dan atau saat pelaksanaan
pengecoran (placing), sehingga lebih banyak digunakan untuk memperbaiki kinerja
pelaksanaan. Sedangkan additive bersifat mineral ditambahkan pada saat

69
pengadukan dilaksanakan, lebih bersifat penyemenan lebih banyak digunakan
untuk memperbaiki kinerja kekuatannya.

1. Bahan Tambah Kimia (Admixture)


Menurut ASTM C.494 dan Pedoman Beton 1989 SKBI.1.4.53.1989,
jenis bahan tambah kimia dibedakan menjadi tujuh tipe bahan tambah. Pada
dasarnya suatu bahan tambah harus mampu memperlihatkan komposisi dan
unjuk kerja yang sama sepanjang waktu pengerjaan selama bahan tersebut
digunakan dalam campuran beton sesuai dengan pemilihan proporsi
betonnya (PB, 1989: 12)

a. Tipe A “Water-Reducing Admixtures”


Water-Reducing Admixtures adalah bahan tambah yang mengurangi air
pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan
konsistensi tertentu. Water-Reducing Admixtures digunakan antara lain
untuk dengan tidak mengurangi kadar air semen dan nilai slump untuk
memproduksi beton dengan nilai perbandingan atau rasio faktor air
semen (wer) yang rendah. Bahan tambah pengurang air dapat berasal
dari bahan organic ataupun campuran anorganik untuk beton tanpa
udara (non-air-entrained) atau dengan udara dalam hal mengurangi
kandungan air campuran. Selain itu bahan tambah ini dapat digunakan
untuk memodifikasi waktu pengikatan beton atau mortar sebagai
dampak perubahan faktor air semen. Komposisi dari campuran bahan
tambah ini diklasifikasikan secara umum menjadi 5 kelas :
1) Asam lignosulfonic dan kandungan garam-garam.
2) Modifikasi dan turunan asam lignosulfonic dan kandungan
garam-garam.
3) Hydroxylated carboxylic acids dan kandungan garamnya.
4) Modifikasi hydroxylated carboxylic acids dan kandungan
garam-garamnya.

70
5) Material lain seperti:
a. Material inorganik seperti seng, garam-garam, barak, posfat,
klorida.
b. Asam amino dan turunannya.
c. Karbonhidrat, polisakarin, dan gula asam.
d. Campuran polimer, seperti eter, turunan, melamic, naptan,
silicon,hidrokarbon-sulfat.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan bahan


tambah ini adalah air yang dibutuhkan, kandungan air, konsistensi,
bleeding, dan kehilangan air pada saat beton segar, laju pengerasan,
kekuatan tekan, dan lentur, ketahanan terhadap perubahan volume, susut
pada saat pengeringan. Berdasarkan hal tersebut, menjadi hal penting
untuk melakukan pengujian sebelum pelaksanaan pencampuran
terhadap bahan tambah tersebut.

b. Tipe B “Retarding Admixtures”


Retarding Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk
menghambat waktu pengikatan beton. Penggunanya untuk menunda
waktu pengikatan beton ( setting time) misalnya karena kondisi cuaca
yang panas, atau memperpanjang waktu untuk pemadatan untuk
menghindari cold joints dan menghindari dampak penurunan saat beton
segar pada saat pengecoran dilaksanakan.
c. Tipe C “Accelerating Admixtures”
Accelearting Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi
untuk mempercepat pengikatan dan pengembangan kekuatan awal
beton. Bahan ini digunakan untuk mengurangi lamanya waktu
pengeringan (hidrasi), dan mempercepat pencapaian kekuatan
beton. Secara umum, kelompok bahan tambah ini dibagi menjadi tiga :
1) Larutan garam organik
2) Larutan campuran organic
3) Material miscellaneous

71
d. Tipe D “Water Reducing and Retarding Amixtures”
Water Reducing and Retarding Admixtures adalah bahan tambah
yang berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang
diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu dan
menghambat pengikatan awal.
e. Tipe E “Water Reducing and Accelerating Admixtures”
Water Reducing and Accelerating Admixtures adalah bahan
tambah yang berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur
yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu
dan mempercepat pengikatan awal.
f. Tipe F “Water Reducing, High Range Admixtures”
Water Reducing, High Range Admixtures adalah bahan tambah
yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang
diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi
tertentu,sebanyak 12 % atau lebih.
g. Tipe G “Water Reducing, High Range Retarding Admixtures”
Water Reducing, High Range Retarding Admixtures adalah
bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur
yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi
tertentu, sebanyak 12% atau lebih dan juga untuk menghambat
pengikatan beton.

2. Bahan Tambah Mineral (Additive)


Bahan tambah mineral ini merupakan bahan tambah yang
dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja beton. Bahan tambah mineral ini
cenderung bersifat penyemenan. Beberapa bahan tambah mineral ini adalah
pozzolan, fly ash, slag, dan silica fume. Beberapa keuntungan penggunaan
bahan tambah mineral ini antara lain (Cain, 1994: 500-508):
a. Memperbaiki kinerja workability
b. Mengurangi panas hidrasi
c. Mengurangi biaya pekerjaan beton

72
d. Mempertinggi daya tahan terhadap serangan sulfat
e. Mempertinggi daya tahan terhadap serangan reaksi alkali-
silika
f. Mempertinggi usia beton
g. Mempertinggi kekuatan tekan beton
h. Mempertinggi keawetan beton
i. Mengurangi penyusutan
j. Mengurangi porositas dan daya serap air dalam beton.

1) Abu Terbang Batu Bara (fly ash)


Menurut ASTM C.168, abu terbang didefinisikan sebagai
butiran halus hasil residu pembakaran batu bara atau bubuk batu
bara. Abu terbang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu abu terbang
yang normal yang dihasilkan dari pembakaran batu bara antrasit
atau batu bara bitomius dan abu terbang kelas C yang dihasilkan dari
batu bara kelas lignite atau subbitemeus. Abu terbang kelas C
kemungkinan mengandung kapur (lime) lebih dari 10% beratnya.
Kandungan kimia abu terbang tercantum dalam table 3.3 (ASTM
C.618-95)

2) Slag
Slag merupakan hasil residu pembakaran tanur tinggi.
Definisi slag menurtu ASTM C.989 “standard specification for
ground granulated blast furnance slag for use in concrete and
mortar” adalah produk non metal yang merupakan material
berbentuk halus, granular hasil pembakaran yang kemudian
didinginkan, misalnya dengan mencelupkannya kedalam air.
Keuntungan menggunakan slag dalam campuran beton adalah
sebagai berikut (Levis, 1982):

73
 Mempertinggi kekuatan beton, karena kecenderungan
lambatnya kenaikan kuat tekan
 Menaikkan ratio antara kelenturan dan kuat tekan
 Mengurangi variasi kuat tekan
 Mempertinggi ketahanan terhadap sulfat dalam air laut
 Mengurangi serangan alkali silica
 Mengurangi panas hidrasi dan menurunkan suhu
 Memperbaiki penyelesaian akhir dan memberi warna cerah
pada beton
 Memperbaiki keawetan karena pengaruh perubahan volume
 Mengurangi porositas dan serangan klorida

3) Silica fume
Menurut ASTM C.1240-95 “specification for silica fume for
use in hydraulic cement concrete and mortar”, silica fume adalah
material pozzolan yang halus, dimana komposisi silica lebih banyak
yang dihasilkan dari tanur tinggi atau sisa produksi silicon atau alloy
besi silicon (dikenal dengan gabungan antara microsilika dengan
silica fume)
Penggunaan silica fume dalam campuran beton dimaksudkan
untuk menghasilkan, beton dengan kekuatan tekan yang tinggi.
Misal: untuk kolom struktur, dinding geser, pre-cast atau beton pra
tegang dan beberapa keperluan lainnya. Kriteria beton berkekuatan
tinggi sekitar 50-70 Mpa pada umur 28 hari. Penggunaan silica fume
berkisar 0-30%, untuk memperbaiki karakteristik kekuatan dan
keawetan beton dengan factor air semen sebesar 0.34 dan 0.28
dengan atau tanpa superplastisizer dan nilai slump 50 mm
(Yogendran, et al, 1987)

74
4) Penghalus gradasi (finely devided mineral admixtures)
Bahan ini merupakan mineral yang dipakai untuk
memperhalus perbedaan-perbedaan pada campuran beton dengan
memberikan ukuran yang tidak ada atau kurang dalam agregat,
selain itu juga dapat dipergunakan untuk menaikkan mutu beton
yang akan dibuat. Kegunaan lainnya adalah mengurangi
permeabilitas atau ekspansi dan juga mengurangi biaya produksi
beton. Contoh bahan ini adalah kapur hidrolis, semen slag, fly ash
pozzolan alam yang sudah menjadi kapur atau mentah.

Bahan tambah lainnya

1. Air entraining
Bahan tambah ini membentuk gelembung-gelembung udara
berdiameter 1 mm atau lebih kecil didalam beton atau mortar selama
pencampuran, dengan maksud mempermudah pengerjaan beton pada saat
pengecoran dan menambahkan ketahanan awal beton
2. Beton tanpa slump
Beton tanpa slump didefinisikan sebagai beton yang mempunyai slump
sebesar 1 inch (25,4 mm) atau kurang, sesaat setelah pencampuran.
Pemilihan bahan tambah ini tergantung pada sifat-sifat beton yang diingikan
terjadi, seperti sifat plastisnya, waktu pengikatan dan pencapaian
kekuatan, efek beku-cair, kekuatan dan harga dari beton tersebut.
2. Polimer
Ini adalah produk bahan tambah yang baru yang dapat menghasilkan
kekuatan tekan beton yang tinggi sekitar 15.000 psi (1.000psi = 6,9 Mpa)
atau lebih, dan kekuatan belah tariknya sekitar 1.500 Psi atau lebih. Beton
dengan kekuatan tinggi ini biasanya diproduksi dengan menggunakan
polimer dengan cara:
1) Memodifikasi sifat beton dengan mengurangi air dilapangan atau
2) Menjenuhkan dan memancarkannya pada temperature yang sangat
tinggi di laboratorium.

75
3. Bahan pembantu untuk mengeraskan permukaan beton (hardener concrete)
Permukaan beton yang harus menanggung beban-beban yang berat
dan hidup serta selalu dalam keadaan berputar atau berpindah-pindah,
seperti lantai untuk bengkel-bengkel alat-alat berat ( heavy equipment), dan
lainnya. Pembebanan ini akan menyebabkan pengausan pada permukaan
beton, yang seiring dengan bertambahnya waktu akan menyebabkan
rusaknya permukaan beton tersebut. Untuk menghindari hal ini dapat
digunakan dua jenis bahan untuk mengeraskan beton, yaitu:
1) Agregat beton terbuat dari bahan kimia, dan
2) Agregat metalik, terdiri dari butiran-butiran yang halus.
4. Bahan pembantu kedap air ( water proofing)
Jika beton terletak di dalam air atau berada di dekat permukaan air
tanah (misalnya beton yang digunakan pada pembuatan tunnel) maka beton
tersebut tidak boleh mengalami rembesan sehingga harus diusahakan agar
kedap air. Salah satu bahan yang dapat digunakan adalah bahan yang
mempunyai partikel-partikel halus dan gradasi yang menerus dalam
pencampuran beton. Bahan-bahan semacam itu akan mengurangi
permeabilitas air.
5. Bahan tambah pemberi warna
Beton yang diexpose permukaanya biasanya memerlukan
keindahan bahan yang digunakan untuk member warna pada permukaan
beton ini cat (coating), yang dilapiskan setelah pengerjaan beton selesai.
Cara lainnya adalah menambahkan bahan warna, misalnya oker masih
segar. Bahan-bahan ini biasanya dicampurkan dalam suatu adukan yang
mutunya terjamin baik. Cara ini merupakan cara yang terbaik. Selain itu
dapat pemberian warna dapat pula dilakukan dengan cara menamburkan
pasir silika atau agregat metalik selagi permukaan beton dalam keadaan
segar.

76
6. Bahan tambah untuk memperkuat ikatan beton lama dangan beton baru
(bonding agent for concrete)
Penuangan beton segar di atas permukaan beton lama sering
mengalami kesulitan dalam pengikatan (penyatuaanya). Untuk
mengatasinya, perlu ditambahkan suatu bahan tambah agar terjadi ikatan
yang menyatu antara permukaan yang lama dengan permukaan yang baru
jenis bahan tambah tersebut biasanya disebut bonding agent yang
merupakan larutan polimer.

XI. Beton mutu tinggi


Sesuai dengan perkembangan teknologi beton yang demikian pesat, ternyata
kriteria beton mutu tinggi juga selalu berubah sesuai dengan kemajuan tingkat mutu
yang berhasil dicapai. Pada tahun 1950an, beton dengan kuat tekan 30 MPa sudah
dikategorikan sebagai beton mutu tinggi. Pada tahun 1960an hingga awal 1970an,
kriterianya lebih lazim menjadi 40 MPa. Saat ini, disebut mutu tinggi untuk kuat
tekan diatas 50 MPa, dan 80 MPa sebagai beton mutu sangat tinggi, sedangkan 120
MPa bisa dikategorikan sebagai beton bermutu ultra tinggi (Supartono, 1998).

A. Faktor yang berpengaruh terhadap mutu dan keawetan beton

Pada umumnya, terutama bila berhubungan dengan tuntutan mutu


dan keawetan yang tinggi, ada beberapa faktor utama yang bisa menentukan
keberhasilan pengadaan beton bermutu tinggi, diantaranya adalah :

a. Faktor air semen (fas, w/c) yang rendah.

b. Kualitas agregat halus (pasir).

c. Kualitas agregat kasar (batu pecah/koral).

d. Penggunaan admixture dan aditif mineral dalam kadar yang tepat.

e. Prosedur yang benar dan cermat pada keseluruhan proses


produksi beton.

77
f. Pengawasan dan pengendalian yang ketat pada keseluruhan
prosedur dan mutu pelaksanaan, yang didukung oleh koordinasi
operasional yang optimal.

B. Faktor air semen


Faktor air semen (fas, w/c) adalah angka yang menunjukan
perbandingan antara berat air dan berat semen. Pada beton mutu tinggi dan
sangat tinggi, pengertian w/c bisa diartikan sebagai water to cementitious
ratio, yaitu rasio berat air terhadap berat total semen dan aditif cementitious,
yang umumnya ditambahkan pada campuran beton mutu tinggi. Faktor air
semen yang rendah, merupakan faktor yang paling menentukan dalam
menghasilkan beton mutu tinggi, dengan tujuan untuk mengurangi
seminimal mungkin porositas beton yang dihasilkan. Dengan demikian
semakin besar volume faktor air-semen (fas) semakin rendah kuat tekan
betonnya, seperti tampak pada
Gambar 1.

Pemadatan dengan Vibrator


Pemadatan dengan tangan

Pemadatan penuh

Tidak cukup padat

Rasio wc/
Gambar 1. Hubungan antara kuat tekan dan fas (w/c) (Neville
A.M., 1981)

78
Dari gambar 1 tampak bahwa idealnya semakin rendah fas kekuatan
beton semakin tinggi, akan tetapi karena kesulitan pemadatan maka
dibawah fas tertentu (sekitar 0,30) kekuatan beton menjadi lebih rendah,
karena betonnya kurang padat akibat kesulitan pemadatan. Untuk mengatasi
kesulitan pemadatan dapat digunakan alat getar (vibrator) atau dengan
bahan kimia tambahan (chemical admixture) yang bersifat menambah
kemudahan pengerjaan (Tjokrodimuljo, 1992). Untuk membuat beton
bermutu tinggi faktor air semen yang dipergunakan antara 0,28 sampai
dengan 0,38. Sedangkan untuk beton bermutu sangat tinggi faktor air
semen yang dipergunakan lebih kecil dari 0,2 (Jianxin Ma dan Jorg Dietz,
2002).

C. Kualitas agregat halus (pasir)

Kualitas agregat halus yang dapat menghasilkan beton


mutu tinggi adalah :

a. Berbentuk bulat.

b. Tekstur halus (smooth texture).

c. Modulus kehalusan (fineness modulus), menurut hasil penelitian


menunjukan bahwa pasir dengan modulus kehalusan 2,5 s/d 3,0
pada umumnya akan menghasilkan beton mutu tinggi (dengan
fas yang rendah) yang mempunyai kuat tekan dan workability
yang optimal (Larrard, 1990).

d. Bersih.

e. Gradasi yang baik dan teratur (diambil dari sumber yang sama).

79
D. Kualitas agregat kasar

Kualitas agregat kasar yang dapat menghasilkan beton


mutu tinggi adalah :

a. Porositas rendah.

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa porositan rendah akan


menghasilkan suatu adukan yang seragam (uniform), dalam arti
mempunyai keteraturan atau keseragaman yang baik pada mutu (kuat
tekan) maupun nilai slumpnya. Akan sangat baik bila bisa digunakan
agregat kasar dengan tingkat penyerapan air (water absorption) yang
kurang dari 1 %. Bila tidak, hal ini bisa menimbulkan kesulitan dalam
mengontrol kadar air total pada beton segar, dan bisa mengakibatkan
kekurang teraturan (irregularity) dan deviasi yang besar pada mutu
dan dan nilai slump beton yang dihasilkan. Karenanya, sensor kadar
air secara ketat pada setiap group agregat yang akan dipakai
merupakan suatu tahapan yang mutlak perlu dikerjakan.
b. Bentuk fisik agregat.

Dari beberapa penelitian menunjukan bahwa batu pecah dengan


bentuk kubikal dan tajam ternyata menghasilkan mutu beton yang
lebih baik dibandingkan dengan menggunakan kerikil bulat (Larrard,
1990). Hal ini tidak lain adalah karena bentuk kubikal dan tajam bisa
memberikan daya lekat mekanik yang lebih baik antara batuan
dengan mortar.

c. Ukuran maksimum agregat.

Dari beberapa penelitian menunjukan bahwa pemakian agregat


yang lebih kecil (< 15 mm) bisa menghasilkan mutu beton yang lebih
tinggi (Larrard, 1990). Namun pemakaian agregat kasar dengan
ukuran maksimum 25 mm masih menunjukan tingkat keberhasilan
yang baik dalam produksi beton mutu tinggi.

80
d. Bersih dan kuat tekan hancur yang tinggi.

e. Gradasi yang baik dan teratur (diambil dari sumber yang sama).

E. Penggunaan admixture dan aditif mineral dalam kadar yang tepat


Untuk menghasilkan beton dengan mutu (kuat tekan beton) tinggi
dibutuhkan Superplasticizer (high range water reducer) dan Aditif mineral
yang bersifat cementitious yaitu berupa : Abu terbang (fly ash), Pozzofume
(super fly ash), dan Mikrosilika (silicafume) dengan kadar yang tepat.
Sebab bahan admixture dan aditif jika dicampur dengan kadar yang tidak
tepat hasilnya akan sebaliknya, yaitu tidak meningkatkan kuat tekannya
akan tetapi dapat menurunkan.

Superplasticizer atau high range water reducer dalam hal ini


mutlak diperlukan karena kondisi fas yang umumnya sangat rendah pada
beton mutu tinggi atau sangat tinggi, untuk bisa mengontrol dan
menghasilkan nilai slump yang optimal pada beton segar (workable),
sehingga bisa dihasilkan kinerja pengecoran beton yang baik. Namun
dalam segala hal, penggunaan Superplasticizer perlu sesuai dengan
standard ASTM-C 494-81 tipe F.

Ketepatan dosis penambahan Superplasticizer umumnya perlu


dibuktikan dengan membuat campuran percobaan (trial mixes) dengan
beberapa variasi dosis penambahan Superplasticizer hingga mendapatkan
hasil yang optimum dalam memenuhi syarat kelecakan yang direncanakan.
Hasil penelitian penggunaan Superplasticizer (dalam hal ini digunakan
sikamen-163, produk PT. Sika Nusa Pratama), menunjukan peningkatan
nilai slump yang memuaskan pada fas yang rendah (fas = 0,28 dan nilai
slump awal = 1,5 cm), yaitu mencapai nilai slump 9,5 cm pada
pemanbahan Superplasticizer dengan dosis 1,25 %, nilai slump 12,5 cm
pada penambahan Superplasticizer dengan dosis 2 % (Supartono, 1998).

81
Mikrosilika (Silicafume) merupakan aditif yang sangat baik untuk
digunakan dalam pembuatan beton mutu tinggi dan sangat tinggi, yang
merupakan produk sampingan sebagai abu pembakaran dari proses
pembuatan silicon metal atau silicon alloy dalam tungku pembakaran
listrik. Mikrosilika ini juga bersifat pozzolan (bahan yang mempunyai
kandungan utama senyawa silika/silika dioksida dan alumina), dengan
kadar kandungan senyawa silica-dioksida (Si O2) yang sangat tinggi (> 90
%), dan ukuran butiran partikel yang sangat halus, yaitu sekitar 1/100
ukuran rata-rata partikel semen. Dengan demikian penggunaan mikrosilika
pada umumnya akan memberikan sumbangan yang lebih efektif pada
kinerja beton, terutama untuk beton bermutu sangat tinggi.

F. Prosedur yang benar dan cermat pada keseluruhan proses produksi


beton

Untuk menghasilkan beton bermutu tinggi maka dibutuhkan


prosedur yang benar dan cermat pada keseluruhan proses produksi beton
yang meliputi :

a. Uji material (material testing)


b. Sensor dan pengelompokan material (material sensor and
grouping)
c. Penakaran dan pencampuran (batching)
d. Pengadukan (mixing)
e. Pengangkutan (transporting)
f. Pengecoran (placing)
g. Perawatan (curing)

Disamping itu pengawasan dan pengendalian yang ketat pada


keseluruhan prosedur dan mutu pelaksanaan, yang didukung oleh koordinasi
operasional yang optimal.

82
G. Metode penelitian
1. Bahan atau Materi Penelitian.

a. Semen yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen


portland normal (type I) merek Nusantara kapasitas 40 kg.

b. Agregat kasar yang digunakan ialah agregat yang dipecah (split)


asal Clereng Kulon Progo.
c. Agregat halus yang digunakan ialah agregat alami asal Merapi.

d. Superplasticizer yang digunakan adalah sikamen NN type F,


produk PT. Sika Nusa Pratama.

e. Silicafume yang digunakan produk dari PT. Sika Nusa Pratama.

f. Air yang memenuhi syarat dan layak diminum dipakai sebagai


campuran beton, diambil dari tempat pelaksanaan pembuatan
benda uji.

2. Alat.
a. Mesin uji tekan beton berkapasitas maksimum 2000 KN.
b. Cetakan beton berbentuk silinder dengan ukuran diameter 150
mm dan tinggi 300 mm.
c. Saringan/ayakan, dengan ukuran 19,52 mm; 9,52; 4,75 mm;
2,36 mm; 1,18 mm; 0,60 mm; 0,30 mm; 0,15 mm.
d. Oven, digunakan untuk mengeringkan sampel dalam
pemeriksaan bahan-bahan yang akan digunakan dalam
campuran beton.
e. Timbangan, untuk mengetahui berat dari bahan-bahan penyusun
beton.
f. Mesin Los Angeles, untuk menguji tingkat keausan agregat
kasar.

83
g. Gelas ukur, untuk menakar volume air, berat jenis dan
memeriksa kadar lumpur pasir.

h. Krucut Abrams dengan ukuran diameter atas 100 3 mm,


diameter bawah 200 3 mm, tinggi 300 3 mm dan baja
penumbuk, digunakan untuk mengukur nilai slump dari beton
segar.

i. Cangkul, cethok dan talam, digunakan untuk menampung dan


menuang adukan beton ke dalam cetakan.

j. Mistar dan kaliper, digunakan untuk mengukur dimensi dari


alat-alat dan benda uji yang digunakan.

k. Stop watch, digunakan untuk mengukur waktu saat pengisian


terakhir beton yang telah diratakan dengan saat kerucut
diangkat.

3. Pelaksanaan Penelitian.

Pelaksanaan penelitian dimulai dari pemeriksaan bahan susun


hingga pengujian kuat tekan benda uji. Secara garis besar penelitian
meliputi :
(1). Pemeriksaan bahan susun agregat halus : Pemeriksaan gradasi
agregat halus (pasir), pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air
agregat kasar, Pemeriksaan kadar lumpur agregat halus,
pemeriksaan kadar air agregat halus, Pemeriksaan berat satuan
agregat halus (pasir).

(2). Pemeriksaan bahan susun agregat kasar : Pemeriksaan gradasi


agregat kasar (split), pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air
agregat kasar, pemeriksaan keausan agregat kasar, Pemeriksaan
kadar lumpur agregat kasar, Pemeriksaan kadar air agregat kasar,
dan Pemeriksaan berat satuan agregat kasar.

84
(3). Pemeriksaan bahan susun silicafume : Pemeriksaan kadar air
silicafume dan Pemeriksaan kehalusan butiran silicafume.

(4). Perancanagan bahan susun beton yang berupa : air, semen, pasir,
koral, Superplasticizer, dan Silicafume.

(5). Pengambilan benda uji beton segar, Pengujian Slump dan


Pembuatan benda uji dan perawatan.

(6). Pengujian berat jenis dan kuat tekan benda uji.

Faktor air semen (fas) dasar yang dipakai didalam penelitian


disesuaikan dengan kebutuhan hidrasi semen yaitu sebesar 0,30 (misalnya
untuk semen sebesar 750 kg maka air sebesar 225 liter). Kemudian jumlah
air dikurangi sesuai dengan besarnya kadar Superplasticizer yaitu sebesar 0
%, 0,5 %, 1 %, 1,5 %, 2 %, dan 2,5 %. Dari hasil pengujian tersebut akan
didapat kadar superplastisizer optimum. Kemudian penelitian selanjunya
hanya digunakan superplastisizer dengan kadar optimum saja. Kadar
silicafume yang dipergunakan yaitu sebesar 0%, 5%, 10% dan 15%
terhadap berat semen. Agar menghasilkan fas yang tetap maka jumlah
semen yang dipergunakan dikurangi dengan besarnya bahan tambah.

Pengujian dilakukan pada saat beton berumur 28 hari, dengan


jumlah setiap samplenya sebanyak 4 buah benda uji, maka jumlah sample
untuk pengujian awal sebanyak 6 x 4 = 24 benda uji, kemudian untuk
pengujian lanjutan sebanyak 5 x 4 = 20 benda uji sehingga jumlahnya 44
benda uji.

85
Metoda yang dipakai dalam perencanaan bahan susun beton pada
penelitian ini adalah:

Cara ”The British Mix Design Method“ yaitu perencanaan standar


yang dipakai di Indonesia oleh Departemen Pekerjaan Umum, yang
dijelaskan dengan rinci pada buku Standar SK.SNI.03-

2834-1992 dengan judul “Tata Cara dan Pembuatan Rencana Campuran


Beton Normal”.

4. Cara Analisis.

Hasil nilai kuat tekan beton yang dihasilkan pada pengujian beton
normal dipakai sebagai acuan/pembanding terhadap hasil nilai kuat
tekan beton yang telah diberi bahan tambah superplastiziser maupun
silicafume. Kemudian dibuat grafik hubungan antara kadar
superplastiziser maupun silicafume terhadap kuat tekannya, dari hasil
tersebut akan diketahui pada kadar berapa persen sehingga
menghasilkan kuat tekan beton optimum. Begitu juga terhadap
silicafume, pada kadar silicafume berapa persen sehingga dapat
menghasilkan kuat tekan beton optimum. Dari hasil tersebut akan
didapat proporsi campuran bahan pembentuk beton yang menghasilkan
kuat tekan yang paling optimum.

Disamping itu diuji juga nilai slump baik pada beton normal maupun
beton yang diberi bahan tambah superplastiziser maupun silicafume.
Kemudian dibuat grafik hubungan antara nilai slump terhadap kuat
tekannya. Dari hasil tersebut akan diketahui kinerja beton mutu tinggi
terhadap nilai slump nya.

86
H. Hasil dan pembahasan
A. Pemeriksaaan Bahan Susun.

Bahan susun yang dipergunakan meliputi : agregat kasar (koral),


agregat halus (pasir), semen, air, superplastisizer, dan silicafume. Dari
hasil pengujian pasir di laboratorium didapat : modulus halus butir
sebesar 3,35 dan termasuk gradasi untuk daerah no. 1, berat jenis pasir
kering/curah sebesar 2,64 gr/cm3, kadar air pada kondisi SSD sebesar 1
%, berat satuan pada kondisi kering muka (SSD) sebesar 1,26 gr/cm³,
dan kadar lumpur sebesar 0,5 %.

Hasil pengujian koral didapat : berat jenis kering sebesar 2,65


gr/cm3, berat jenis kering muka (SSD) sebesar 2,67 gr/cm3, penyerapan
air dalam kondisi kering sebesar 0,86 %, kadar lumpur sebesar 0,62 %,
kadar air agregat kasar SSD rata-rata sebesar 0,89 %, berat satuan batu
SSD sebesar 1,43 gr/cm³, keausan agregat kasar sebesar 42,57 %. Hasil
pengujian silicafume didapat : Berat jenis sebesar 1,28 gr/cm³, kadar air
sebesar 1,47%. Butiran yang lolos menembus saringan no.100 (0,15
mm) adalah sebesar 82,5 %. Secara umum dari hasil pengujian bahan
susun tersebut memenuhi syarat untuk pembuatan beton.

B. Hasil Perencanaan Campuran Beton

Kuat tekan beton tanpa superplastisizer direncanakan sebesar 42


MPa, dengan fas sebesar 0,3. Dengan adanya bahan tambah
superplastisizer maka fas akan menurun, sehingga diharapkan kuat
tekannya lebih besar dari yang direncanakan, dengan menurunnya fas
maka akan menghasilkan kuat tekan yang lebih besar. Berdasarkan
metode SK-SNI 03-2834-1992, kebutuhan bahan susun untuk setiap
meter kubik beton disajikan dalam Tabel 1. Dari Tabel 1 tersebut
diharapkan menghasilkan kadar superplastisizer optimum terhadap kuat
tekannya.

87
Tabel 1. Kebutuhan bahan susun beton tanpa silicafume tiap 1 meter
kubik
Kadar Volume Berat Berat Berat
Superplastiziser Air Superplastiziser Semen Pasir Koral Fas
(%) (liter) (liter) (kg) (kg) ( kg )
0.0% 0.5% 0 750 764.40 705.60 0.30
1.0% 1.5% 225.00 8.44 750 764.40 705.60 0.29
2.0% 0.28
16.88 25.31 750 764.40 705.60
2.5% 216.56 0.27
33.75 750 764.40 705.60
0.26
42.19 750 764.40 705.60
208.13 0.24
750 764.40 705.60

199.69

191.25

182.81

Setelah diadakan uji kuat tekan beton sebagaimana dibahas pada


11.d, didapat kuat tekan optimum sebesar 2%, sehingga pembuatan
benda uji berikutnya dipergunakan kadar superplastiziser sebesar 2%,
dengan kadar silicafume bervariasi sebesar 0%, 5%, 10%, 15%, dan
20% terhadap berat semen.

88
C. Hasil Uji Slump Beton Segar

Setiap benda uji diadakan 2 kali pengujian slump, kemudian


dari 2 kali pengujian ini diambil nilai slump rata-rata. Hasil uji slump
tanpa menggunakan silicafume disajikan dalam Tabel 3. Kemudian
hasil uji slump dengan menggunakan silicafume sebesar 2% disajikan
dalam Tabel 4.

Table 3. hasil uji slump beton segar tanpap silicafume

Kadar Volume Berat Berat Berat Slump


Superplastiziser Air Superplastiziser Semen Pasir Koral Slump rata-
rata
(%) (liter) (liter) (kg) (kg) (kg) (cm) ( cm )

0.0% 225.00 0 750 764.40 705.60 2.30 2.25


2.20
0.5% 216.56 8.44 750 764.40 705.60 6.50 6.80
7.10
1.0% 208.13 16.88 750 764.40 705.60 8.90 9.10
9.30
1.5% 199.69 25.31 750 764.40 705.60 9.70 9.80
9.90
2.0% 191.25 33.75 750 764.40 705.60 12.70 12.90
13.10
2.5% 182.81 42.19 750 764.40 705.60 13.20 13.60
14.00

89
Table 4. hasil uji slump beton segar dengan kadar superplastisizer 2%

Kadar Kadar Volume Berat Berat Berat Slump


Silicafume Superplastiziser Air Superplastiziser Silacafume Semen Pasir Koral Slump rata-
(%) (%) (liter) (liter) (kg) (kg) (kg) (kg) (cm) rata
( cm )
0.0% 2.0% 33.75 - 764.40 705.60 12.70 12.90
191.25 750.00 13.10
5.0% 2.0% 33.75 37.50 764.40 705.60
11.50 11.35

10.0% 2.0% 33.75 75.00 764.40 705.60 11.20


191.25 712.50
9.10 9.20
15.0% 2.0% 33.75 112.50 764.40 705.60 9.30

191.25 675.00 764.40 705.60 8.20 8.15


20.0% 2.0% 33.75 150.00
8.10
7.90 7.85
191.25 637.50
7.80

191.25 600.00

Dari Tabel 3. didapat bahwa semakin besar kadar superplastisizer


semakin meningkat nilai slump-nya. Hal tersebut sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Supartono (1998), yang mengatakan bahwa
semakin besar kadar superplastisizer maka nilai slump akan semakin
meningkat. Hal tersebut dikarenakan dengan semakin besar kadar
superplastisizer maka beton akan semakin lecak (mudah dikerjakan).
Dari Tabel 4. didapat bahwa semakin besar kadar silicafume
semakin menurun nilai slump-nya. Hal tersebut diakibatkan karena
silicafume lebih banyak menyerap air jika dibandingkan dengan semen,
sehingga adukan menjadi lebih kering yang kemudian mempengaruhi nilai

90
slump beton segar menjadi semakin rendah sesuai dengan kadar silicafume
yang ditambahkan.

d. Pengaruh Kadar Superplastisizer Terhadap Kuat Tekan Beton

Hasil uji kuat tekan beton tanpa menggunakan silicafume disajikan


selengkapnya pada Tabel 5, atau dapat digambarkan grafiknya sebagaimana
tergambar pada Gambar 2, dan hasil persamaannya sebagaimana ditulis
pada persamaan 1.

fc’ = -26231 SP2 + 1047,3 SP + 40,9 . . . . . . . . . . . . . . . . .


(1)

dimana fc’ adalah kuat tekan beton (MPa) dan SP adalah superplastisizer
(%).

Tabel 5. Hasil Uji Kuat Tekan Beton Umur 28 hari Tanpa Silicafum.e
Kadar Beban fc'
Superplastiziser Diameter Luas Maksimum fc' rata-rata
(%) (cm) (cm2) (kN) (MPa) ( MPa )
0.0% 15.09 178.91 67220 37.57
0.0% 14.99 176.55 68900 39.03
0.0% 14.92 174.91 73790 42.19 39.94
0.0% 14.99 176.55 72350 40.98
0.5% 15.01 177.02 91920 51.93
0.5% 15.00 176.79 80350 45.45
0.5% 14.98 176.31 85030 48.23 47.94
0.5% 14.97 176.08 81300 46.17
1.0% 14.98 176.31 69590 39.47
1.0% 14.98 176.31 89250 50.62
1.0% 15.02 177.26 87340 49.27 47.29
1.0% 15.02 177.26 88250 49.79

91
1.5% 15.00 176.79 91670 51.85
1.5% 14.99 176.55 92080 52.16
1.5% 14.98 176.31 79340 45.00 49.90
1.5% 15.06 178.20 90140 50.58
2.0% 15.04 177.73 96900 54.52
2.0% 15.02 177.26 94790 53.48
2.0% 15.00 176.79 87230 49.34 52.30
2.0% 15.00 176.79 91670 51.85
2.5% 15.03 177.49 90700 51.10
2.5% 14.99 176.55 90500 51.26
2.5% 14.98 176.31 89450 50.73 50.51
2.5% 14.98 176.31 86300 48.95

Pengaruh superplastisizer terhadap kuat tekan


55

53

51

49

47 y = -21793x2 + 991,07x + 40,489


R 2 = 0,4151
45

43

41

39

37

35
0.0% 0.5% 1.0% 1.5% 2.0% 2.5%

Kadar Superplastisizer

Gambar 2. Pengaruh kadar superplastisizer terhadap kuat tekan beton.

92
Dari gambar 2 tersebut terlihat bahwa semakin besar kadar
superplastisizer semakin besar kuat tekannya, namun sampai dengan kadar
2 % kuat tekan beton semakin kecil. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa kuat tekan optimum didapat pada kadar superplastisizer 2%, dan
berdasarkan persamaan 1 didapat nilai kuat tekan beton optimum sebesar
51,35 MPa, dengan slump sebesar 12,90 cm (berdasarkan Tabel 3).
Berdasarkan Tabel 3 Perbadingan berat bahan susun beton tanpa silicafume
dengan kadar superplastisizer 2%, yaitu sebesar = 1 superplastisizer : 5,67
air : 22,22 semen : 22,65 pasir : 20,91 koral.

e. Pengaruh Kadar Silicafume Terhadap Kuat Tekan Beton

Hasil uji kuat tekan beton pada umur 28 hari dengan kadar
superplastisizer sebesar 2%, dan kadar silicafume bervariasi disajikan
selengkapnya pada Tabel 6, atau dapat digambarkan grafiknya sebagaimana
tergambar pada Gambar 3, dan persamaannya sebagaimana ditulis pada
persamaan 2.

fc’ = -1161,8 SC2 + 235,23 SC + 53,15. . . . . . . . . . . . . . . .


. (2)

dimana fc’ adalah kuat tekan beton (MPa) dan SC adalah silicafume (%).

93
Tabel 6. Hasil Uji Kuat Tekan Beton
Umur 28 hari dengan kadar
superplastisizer 2 % dan Silicafume
bervariasi

Kadar Beban fc'


Silicafume Diameter Luas Maksimum fc' rata-rata
(%) (cm) (cm2) (kN) (MPa) ( MPa
)
0% 15.04 96900 54.52
177.73
0% 15.02 94790 53.48
177.26
0% 15.00 87230 49.34 52.30
176.79
0% 15.00 91670 51.85
176.79
5% 15.00 109200 61.77
176.79
5% 14.97 108100 61.39
176.08
5% 15.00 117250 66.32 63.64
176.79
5% 15.00 115050 65.08
176.79
10% 15.00 120500 68.16
176.79
10% 14.97 122950 69.83
176.08
10% 15.04 113050 63.61 65.32
177.73

94
10% 15.01 105670 59.69
177.02
15% 14.94 99930 56.98
175.37
15% 14.97 118650 67.38
176.08
15% 14.97 100850 57.28 60.32
176.08
15% 15.00 105450 59.65
176.79
20% 14.97 94110 53.45
176.08
20% 15.02 99540 56.16
177.26
20% 15.00 95470 54.00 54.67
176.79
20% 14.99 97260 55.09
176.55

Dari gambar 3 tersebut terlihat bahwa semakin besar kadar


silicafume semakin besar kuat tekannya, namun sampai dengan kadar 10%
kuat tekan beton semakin kecil. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa kuat tekan optimum didapat pada kadar silicafume 10%, dan
berdasarkan persamaan 2 didapat nilai kuat tekan optimum sebesar 65,06
MPa, dengan slump sebesar 9,20 cm (berdasarkan Tabel 4).

Berdasarkan Tabel 4 Perbadingan berat bahan susun beton dengan


kadar superplastisizer 2% dan silicafume 10%, yaitu sebesar = 1
superplastisizer : 5,67 air : 2,22 silicafume : 20 semen : 22,65 pasir : 20,91
koral.

95
Pengaruh silicafume terhadap kuat tekan
75
y = -1161.8x 2 + 235.23x + 53.156
R2 = 0.6986
70

65

60

55

50

45
0.0% 2.5% 5.0% 7.5% 10.0% 12.5% 15.0% 17.5 % 20.0%
Kadar Silicafume

Gambar 3. Pengaruh kadar silicafume terhadap kuat tekan beton.

XII. Beton serat


 BETON SERAT
Banyak sifat-sifat beton yang dapat diperbaiki dengan penambahan serat,
diantaranya adalah dengan meningkatkan : daktilitas, ketahanan impact, kuat tarik
dan lentur, ketahanan terhadap kelelahan, ketahanan terhadap pengaruh susutan,
ketahanan abrasi, ketahanan terhadap pecahan atau fragmentasi, ketahanan
terhadap pengelupasan.
Serat merupakan bahan tambah yang dapat digunakan untuk memperbaiki
sifat-sifat mekanik beton antara lain adalah:
A. Serat baja
Kelebihan serat ini adalah kekuatan dan modusnya yang tinggi, tetapi serat ini juga
mempunyai kelemahan yaitu sangat korosif. Hal ini akan sangat terasa bila ada
sebagian serat yang tidak terlindungi/tertutup beton.

96
Ada beberapa jenis fiber baja yang biasa digunakan (Soroushian dan Bayashi, 1991)
1) Bentuk fiber baja (steel fiber shapes)
a. Lurus (straight)
b. Berkait (hooked)
c. Bergelombang (crimped)
d. Double duo form
e. Ordinary duo form
f. Bundle (paddled)
g. Kedua ujung ditekuk (irregular)
h. Tidak teratur (irregular)
i. Bergerigi (idented)
2) Penampang fiber baja (steel fiber cross section)
a. Lingkaran atau kawat (round atau wire)
b. Persegi atau lembaran (rectangular atau sheet)
c. Tidak teratur atau bentuk dilelehkan (irregular atau melt extract)
3) Fiber dilekatkan bersama dalam satu ikatan (fiber glued together into a
bundle)
B. Serat polypropelene
Adalah salah satu jenis serat plastic. Sifat serat ini adalah tidak menyerap air semen,
modulus elastisitas rendah, mudah terbakar, kurang tahan lama, dan titik lelehnya yang
rendah.
C. Serat kaca
Sifat serat ini adalah berat jenisnya rendah, modulus elastisitas kecil dan kurang tahan
terhadap pengaruh alkali.
D. Serat asbestos
Ditinjau dari harganya serat ini relative murah. Kelebihan lainnya adalah tahan
terhadap panas, sehingga sering digunakan untuk membuat asbes lembaran, pipa
maupun genteng.
E. Serat Kevlar
Serat ini mempunyai modulus elastisitas dan kuat tarik yang tinggi, tetapi harganya
mahal sehingga jarang digunakan.

97
F. Serat karbon
Serat ini juga relative mahal. Serat ini sering dipakai untuk beton yang harus
mempunyai ketahanan terhadap retak yang tinggi.
G. Serat kawat
Serat ini banyak tersedia di Indonesia dan harganya yang murah

Menurut penelitian Briggs (1974) bahwa batas maksimal yang masih


memungkinkan untuk dilakukan pengadukan dengan mudah pada adukan beton serat
adalah penggunaan serat dengan aspel rasio (l/d < 100). Pembatasan nilai l/d tersebut
didukung dengan usaha-usaha untuk meningkatkan kuat lekat serat dengan membuat serat
dari berbagai macam konfigurasi, seperti bentuk spiral, berkait, bertakik-takik atau
bentuk-bentuk yang lain untuk meningkatkan kuat lekat serat.

Penambahan serat pada adukan beton dapat menimbulkan masalah pada fiber
dispersion dan kelecakan (workability) adukan. Fiber dispersion dapat diatasi dengan
memberikan bahan tambah berupa superplasticizer ataupun dengan meminimalkan
diameter agregat maksimum. Sedangkan pada workability adukan beton dapat dilakukan
dengan modifikasi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kelecakan adukan beton
yaitu nilai faktor air semen (fas), jumlah dan kehalusan butiran semen, gradasi campuran
pasir dan keriki, tipe butoran agregat, diameter agregat maksimum serta bahan tambah.

 BETON BERSERAT KAWAT

Dalam ACI Comette 544 dikatakan bahwa smeua material yang terbuat dari
baja/besi yang berbentuk fisik kecil/pipih dan panjang dapat dimanfaatkan sebagai
serat pada beton. Dalam ACI Comitte 544 secara umum fiber baja panjangnya
antara 0,5 inch (12,77 mm) sampai 2,5 inch (63,57 mm) dengan diameter antara
0,017 inch (0,45 mm) sampai 0,04 inch (1,0 mm).

Pengaruh penambahan filter local (yang berupa potongan kawat yang


murah harganya dan banyak tersedia di Indonesia) ke dalam adukan beton
mengenai daktilitas, kuat desak dan impact resistance beton fiber yang dihasilkan.
Tiga jenis kawat local yaitu kawat baja, kawat bendrat, dan kawat biasa yang
berdiameter ± 1 mm dipotong dengan panjang ± 6 cm dan dijadikan sebagai fiber.

98
Konsentrasi fiber yang diteliti adalah 0,5% dan 1,0%. Diameter kerikil maksimal
yang dipakai adalah 2 cm karena akan mempermudah penyebaran fiber kawat
bendrat secara merata dalam adukan beton. Faktor air semen 0,55. Dari hasil
penelitian terhadap benda-benda uji disimpulkan dengan adanya serat pada beton
dapat mencegah retak-retak rambut menjadi retakan yang lebih besar. Dengan
penambahan serat pada adukan beton ternyata dapat meningkatkan ketahanan
terhadap daktilitas, beban kejut (impact test resistance) dan kuat desak.

Beton serat yang menggunakan kawat bendrat berbentuk lurus dan berkait
ke dalam campuran beton. Kemudian beton diuji kuat desak, kuat lentur, kuat tarik
dan pengujian balok beton. Sebagai bahan susun beton dipakai batu pecah dengan
ukuran agregat maksimal 20mm, kawat bendrat diameter ±1 mm dipotong dengan
ujungnya dibuat berkait (hooked fiber) dan panjang 60 mm, faktor air semen 0,55
dan volume fiber (Vf) 0,7% volume adukan. Dengan berat jenis kawat bendrat 6,68
gr/cm³, maka berat yang harus ditambahkan ke dalam 1 m³ adukan beton
(dibulatkan) 50 kg. Untuk balok beton bertulang dengan ukuran 15 x 25 x 180 cm
dengan kandungan fiber 0,25% ; 0,5% ; 0,75% dan 1,00% dari volume beton dan
dengan menggunakan aspek rasio sekitar 60-70 akan memberikan hasil yang
optimal. Penambahan hooked fiber ke dalam adukan beton dapat menurunkan
workability sehingga beton menjadi sulit dikerjakan. Kuat tarik, kuat desak, kuat
lentur meningkat setelah diberi hooked fiber untuk kandungan fiber yang optimal
0,75 (Leksono, Suhendro dan Sulistyo.1995)

Penelitian yang dilakukan Sudarmoko, pengaruh aspek rasio serat (nilai


banding panjang dan diameter serat) yang dinyatakan panjang serat , terhadap sifat-
sifat structural adukan beton yang mengandung serat yang meliputi kuat tekan, kuat
tarik dan modulus elastis. Dengan panjang serat kawat bendrat 60, 80, dan 100 mm
dengan konsentrasi serat 1% dari volume adukan disimpulkan hasil terbaik
ditunjukkan oleh beton serat dengan panjang serat 80 mm merupakan nilai yang
optimal untuk ditambahkan pada adukan beton ditinjau dari sudut peningkatan kuat
tarik, dan kuat tekan sedang pada pengujian modulus elastis panjang serat 100 mm
memberi hasil yang terkesan tetap dengan nilai yang tidak terlalu menyimpang dari

99
benda uji dengan panjang serat 80 mm sehingga dapat disimpulkan bahwa panjang
80 mm adalah panjang serat yang optimal. (Sudarmoko, 1993)

 Variabel Beton Berserat

Dalam pembuatan atau perencanaan beton berserat ada beberapa variable yang
berpengaruh terhadap beton berserat yang dihasilkan, diantaranya :

a. Fiber Aspect Ratio


Fiber aspect ratio adalah perbandingan antar panjang fiber ( l ) dan diameter
(d). dari penelitian terdahulu (Sudarmoko) penggunaan aspek rasio serat
yang tinggi akan mengakibatkan terjadi balling effect, yaitu penggumpalan
serat membentuk suatu bola serat dimana serat tidak tersebar merata. Oleh
karena itu disarankan penggunaan serat dengan aspek rasio rendah (l/d
<50), tetapi bila panjang fiber terlalu pendek pengaruh fiber akan kurang
signifikan.

b. Fiber Volume Fraction


Yaitu volume fiber yang ditambahkan pada setiap satuan volume beton.
Tiap jenis fiber mempunya prosentase volume optimal yang dapat
memperbaiki sifat-sifat beton berserat.

c. Mutu Beton
Berbeda dengan beton mutuu normal, penambahan serat fiber pada beton
mutu dimana prosentase airnya lebih sedikit dibandingkan beton mutu
normal dimungkinkan terjadinya tingkat workability yang rendah. Hal ini
akan menyulitkan pengerjaan di lapangan bila tidak diantisipasi.
Penambahan additive tertentu akan menjadikan beton berserat akan lebih
mudah dikerjakan.

100
d. Bentuk Permukaan Fiber
Daya lekat (bond) antara fiber dan beton sangat berpengaruh terhadap
kualitas beton fiber. Makin besar lekatannya maka sifat-sifat mekanik beton
akan semakin baik. Tegangan beton akan ditransfer dari beton ke serat
melalui lekatan tersebut sampai beton mengalami retak-retak. Semakin
kasar permukaan fiber maka lekatannya akan makin kuat, sehingga pada
fiber baja dikembangkan bentuk-bentuk penampang yang bervariasi.

e. Metode/Cara Pencampuran
Penyebaran fiber pada adukan beton tergantung cara/teknik
pencampurannya. Ada dua cara pencampuran kering dan pencampuran
basah yang keduanya boleh dilakukan tergantung pada jenis fiber yang
digunakan. Pencampuran kering adalah dengan mencampurkan fiber pada
beton sebelum dituang air. Sebaliknya pencampuran basah fiber
dicampurkan setelah adukan beton dituang air.

 Perilaku Mekanik Beton Berserat

Beton sangat tidak tahan terhadap tarik, sehingga pada perencanaan elemen
struktur daerah tarik beton dipasang tulangan. Pada kondisi beban normal dimana
keretakan beton belum terjadi maka elemen struktur akan tetap stabil. Tetapi pada
beban yang besar kadang-kadang akan terjadi keretakan pada daerah tarik. Bila
lebar / dalam retak cukup besar maka tulangan akan menjadi tidak terlindung,
sehingga terjadi kontak dengan udara. Akibatnya korosi akan segera terjadi. Yang
dalam proses waktu tertentu akan mengurangi kekuatan struktur balok tersebut.
Penambahan fiber pada beton diantaranya adalah untuk mengatasi masalah
diatas. Fiber pada beton akan berfungsi sebagai tulangan mikro yang disebarkan
secara merata dengan orientasi acak, sehingga dapat mencegah atau mengurangi
terjadinya retakan-retakan beton akibat pembebanan maupun panas hidrasi.

101
Penambahan fiber akan mengakibatkan penambahan kekuatan lentur beton.
Bila dibandingkan dengan penambahan kuat tekan dan tarik umumnya
penambahan kuat lentur lebih besar prosentasenya (Ananta A,2005).
Penambahan kuat lentur tersebut diebabkan karena beton berserat terdapat
tulangan mikro berupa serat fiber sehingga beton akan menjadi lebih lentur.
Pada penelitian ini fiber yang akan digunakan adalah fiber kawat galvanis
dengan diameter 1 mm panjang kawat 60 mm, 75 mm dan 90 mm. dengan
demikian secara berturut-turut aspek rasio menjadi 60,75, dan 90. Perbandingan
volume fiber diambil 2% berat semen. Fiber kawat ujungnya dibuat berkait
dengan cara ditekuk.
Dengan bentuk berkait diharapkan mampu meningkatkan ikatan antar fiber
kawat dan mortar.

XIII. Beton pracetak


A. Pengertian Beton Pracetak

Beton Pracetak / Precast Beton adalah beton pra - cetak yang di buat dicetakan
dengan ukuran yang sudah ditentukan atau disesuaikan dengan aplikasi kerja sehingga
bisa menghemat biaya dan efisien waktu.
Precast Concrete / Beton pracetak adalah suatu metode percetakan komponen
secara mekanisasi dalam pabrik atau workshop dengan memberi waktu pengerasan dan
mendapatkan kekuatan sebelum dipasang.
Precast Concrete atau Beton pra-cetak menunjukkan bahwa komponen struktur
beton tersebut : tidak dicetak atau dicor ditempat komponen tersebut akan dipasang.
Biasanya ditempat lain, dimana proses pengecoran dan curing-nya dapat dilakukan
dengan baik dan mudah. Jadi komponen beton pra-cetak dipasang sebagai komponen
jadi, tinggal disambung dengan bagian struktur lainnya menjadi struktur utuh yang
terintegrasi.

102
Karena proses pengecorannya di tempat khusus (bengkel frabrikasi), maka
mutunya dapat terjaga dengan baik. Tetapi agar dapat menghasilkan keuntungan, maka
beton pra-cetak hanya akan diproduksi jika jumlah bentuk typical-nya mencapai angka
minimum tertentu, sehingga tercapai break-event-point-nya. Bentuk typical yang
dimaksud adalah bentuk-bentuk yang repetitif, dalam jumlah besar.

B. Keunggulan Menggunakan Beton Pracetak


 Memudahkan pekerjaan struktur maupun finishing
 Menghemat biaya pekerjaan bangunan sampai dengan 30 % di banding
dengan cara konvensional / manual karena tidak ada pekerjaan ulang
 Beton precast sebelum bangunan didirikan sudah bisa dilihat bentuk atau
designnya.
 Bentuk dan ukuran sudah pasti, lebih ringan dan rapi
 Dengan Precast beton tidak perlu memakai begisting lagi
 Bisa di bentuk sesuai design yang kita inginkan

C. Permasalahan Umum pada Pengembangan Sistem Pracetak

Ada 5 masalah utama dalam pengembangan system pracetak :


1. Kerjasama dengan perencana di bidang lain yang terkait, terutama dengan pihak
arsitektur dan mekanikal/elektrikal/plumbing.
2. Sistem ini relative baru
3. Kurang tersosialisasikan jenisnya, produk dan kemampuan system pracetak yang
telah ada.
4. Keandalan sambungan antarkomponen untuk system pracetak terhadap beban
gempa yang selalu menjadi kenyataan
5. Belum adanya pedoman perencanaan khusus mengenai tata cara analisis,
perencanaan serta tingkat kendala khusus untuk system pracetak yang dapat
dijadikan pedoman bagi pelaku konstruksi.

103
D. Sistem Pracetak Beton
Pada pembangunan struktur dengan bahan beton dikenal 3 (tiga) metode
pembangunan yang umum dilakukan, yaitu system konvensional, system formwork
dan system pracetak.

Sistem konversional adalah metode yang menggunakan bahan tradisional kayu dan
triplek sebagai formwork dan perancah, serta pengecoran beton di tempat. Sistem
formwork sudah melangkah lebih maju dari system konversional dengan digunakannya
system formwork dan perancah dari bahan metal. Sistem formwork yang telah masuk
di Indonesia, antara lain System Outinord dan Mivan. Sistem Outinord menggunakan
bahan baja sedangkan Sistem Mivan menggunakan bahan alumunium.

Pada system pracetak, seluruh komponen bangunan dapat difabrikasi lalu dipasang
di lapangan. Proses pembuatan komponen dapat dilakukan dengan kontrol kualitas
yang baik.

E. Sistem Koneksi

E.1 Sambungan
Pada umumnya sambungan – sambungan bisa dikelompokkan sebagai berikut:
1. Sambungan yang pada pemasangan harus langsung menerima beban ( biasanya
beban vertical ) akibat beban sendiri dari komponen .
2. Sambungan yang pada keadaan akhir akan harus menerima beban-beban yang
selama pemasangan diterima oleh pendukung pembantu.
3. Sambungan pada mana tidak ada persyaratan ilmu gaya tapi harus memenuhi
persyaratan lain seperti : kekedapan air, kekedapan suara.
4. Sambungan-sambungan tanpa persyaratan konstruktif dan semata-mata
menyerdiakan ruang gerak untuk pemasangan .

104
E.2 Ikatan
Cara mengikatkan atau melekatkan suatu komponen terhadap bagian
komponen konstuksi yang lain secara prinsip dibedakan sebagai berikut :

a. Ikatan Cor ( In Situ Concrete Joint )


Penyaluran gaya dilakukan lewat beton yang dicorkan
 Diperlukan penunjang / pendukung pembantu selama pemasangan sampai
beton cor mengeras
 Penyetelan berlangsung dengan bantuan adanya penunjang / pendukung
pembantu. Toleransi penyusutan ‘ diserap ‘ oleh Coran Beton.

b. Ikatan Terapan
Cara menghubungkan komponen satu dengan yang lain secara “lego”
(permainan balok susun anak-anak) disebut Iaktan Terapan.
Dimulai dengan cara hubungan “ PELETAKAN “, kemudian
berkembang menjadi “ Saling Menggigit “.

Proses pemasangan dimungkinkan tanpa adanya pendukung /


penunjang pembantu.

c. Ikatan Baja
Bahan pengikat yang dipakai : Plat baja dan Angkur. Sistem ikatan ini
dapat dibedakan sebagai berikut :
 Menyambung dengan cara di las ( Welded Steel )
 Menyambung dengan Baut / Mur / Ulir ( Corbel Steel )

105
Catatan :

a. Harga dari profil baja sebagai pengikat tinggi


b. Mungkin dilaksanakan tanpa pendukung / penunjang
c. Harus dilindungi dari : korosi, api dan bahan kimia. Dengan Mortar / In
Situ concrete Joint sebagai pelindung / Finishing ikatan.

d. Ikatan Tegangan
Merupakan perkembangan lebih jauh dari ikatan baja dengan
memasukan unsure Post Tensioning dalam system koneksi.
 Memerlukan penunjang / pendukung Bantu selama pemasangan
 Perlu tempat / ruang yang relatuf besar untuk Post Tensioning
 Angker cukup mahal

E.3 Simpul
Merupakan kunci dalam struktur yang memakai komponen pra – cetak dan
merupakan tempat pertemuan antara 2 atau lebih komponen struktur
Secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut :

 Simpul Primer
Pertemuan yang menghubungkan kolom dengan balok dan juga terhadap
plat lantai. Disisni beban dari plat akan diteruskan ke pendukung-
pendukung vertical.

 Simpul Pertemuan Kolom


Pertemuan dimana beban-beban vertical dan sesewaktu momen-momen
juga disalurkan.

106
 Simpul Penyalur Sekunder-Primer ( Pelat Balok )
Untuk menyalurkan beban vertical

 Simpul Pendukung sesama Plat / dengan Balok dan Kolom


Untuk menyalurkan beban horizontal dalam bentuk tegangan tekan – tarik
dan geser

 Simpul yang Mampu Menahan Momen


Yang secara statis bisa membentuk komponen pendukung tapi oleh alasan
tertentu.

Misal : Transportasi dibuat terdiri dari 2 atau lebih bagian

F. Pembuatan Beton Pracetak


Proses produksi/pabrikasi beton pracetak dapat dibagi menjadi tiga tahapan
berurutan yaitu :
 Tahap Design

Proses perencanaan suatu produk secara umum merupakan kombinasi dari


ketajaman melihat peluang, kemampuan teknis, kemampuan pemasaran.
Persyaratan utama adalah struktur harus memenuhi syarat kekuatan, kekakuan dan
kestabilan pada masa layannya.

 Tahap Produksi

Beberapa item pekerjaan yang harus dimonitor pada tahap produksi :


a. Kelengkapan dari perintah kerja dan gambar produk
b. Mutu dari bahan baku
c. Mutu dari cetakan
d. Mutu atau kekuatan beton
e. Penempatan dan pemadatan beton
f. Ukuran produk

107
g. Posisi pemasangan
h. Perawatan beton
i. Pemindahan, penyimpanan dan transportasi produk
j. Pencatatan ( record keeping )

 Tahap produksi terdiri dari :

a. Persiapan
b. Pabrikasi tulangan dan cetakan
c. Penakaran dan pencampuran beton
d. Penuangan dan pengecoran beton
e. Transportasi beton segar
f. Pemadatan beton
g. Finishing / repairing beton
h. Curing beton

 Tahap Pascaproduksi

Terdiri dari tahap penanganan ( handling ), penyimpanan ( storage ),


penumpukan ( stacking ), pengiriman ( transport dan tahap pemasangan di lapangan
( site erection )

Yang perlu diperhatikan dalam system transportasi adalah :


 Spesifikasi alat transport : lebar, tinggi, beban maks, dimensi elemen
 Route transport : jarak, lebar jalan, kepadatan lalu lintas, ruang bebas bawah
jembatan, perijinan dariinstansi yang berwenang.

Pemilihan alat angkut dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :


 Macam komponennya : linier atau plat
 Ketinggian alat angkat : berhubungan dengan ketinggian bangunan yang akan
dibangun

108
 Berat komponen : berdasarkan beban maksimum
 Kondisi local : pencapaian lokasi dan topografi
Menurut tempat pembuatan beton pracetak dibagi 2 yaitu :
 Dicor di tempat disebut Cast In Situ
 Dicor di pabrik

Menurut perlakuan terhadap bajanya dibagi 2 yaitu :


 Beton pracetak biasa
 Beton prategang pracetak

Ada 2 prinsip yang berbeda pada beton prategang ;


 Pre-tensioned Prestressed Concrete
 Post-tensioned Prestressed Concrete

Metode Membangun dengan Konstruksi Precast

a. Serangkaian kegiatan yang dilakukan pada proses produksi adalah :

1. Pembuatan rangka tulangan

2. pembuatan cetakan

3. Pembuatan campuran beton

4. Pengecoran beton

5. Perawatan ( curing)

6. Penyempurnaan akhir

7. Penyimpanan

109
b. Transportasi Dan alat angkut

Transportasi adalah pengangkatan elemen pracetak dari pabrik ke lokasi


pemasangan. Sistem transportasi berpengaruh terhadap waktu, efisiensi konstruksi
dan biaya transport.

Yang perlu diperhatikan dalam system transportasi adalah :


 Spesifikasi alat transport
 Ronte transport
 Perijinan
Alat angkat yaitu memindahkan elemen dari tempat penumpukan ke posisi
penyambungan ( perakitan ).

Peralatan angkat untuk memasang beton pracetak dapat dikategorikan sebagai


berikut :

1. Keran mobile

2. Keran teleskopis

3. keran menara

4. Keran portal

110
c. Pelaksanaan Konstruksi ( Ereksi )

Metode dan jenis pelaksanaan konstruksi precast diantaranya adalah :

a) Dirakit per elemen

b) Lift – Slab system

Adalah pengikatan elemen lantai ke kolom dengan menggunakan dongkrak


hidrolis.

Prinsip konstruksinya sebagai berikut :


 Lantai menggunakan plat-plat beton bertulang yang dicor pada lantai bawah
 Kolom merupakan penyalur beban vertical dapat sebagai elemen pracetak atau cor
di tempat.
 Setelah lantai cukup kuat dapat diangkat satu persatu dengan dongkrak hidrolis.
c) Slip – Form System

Pada system ini beton dituangkan diatas cetakan baja yang dapat bergerak
memanjat ke atas mengikuti penambahan ketinggian dinding yang bersangkutan.

d) Push – Up / Jack – Block System

Pada system ini lantai teratas atap di cor terlebih dalu kemudian diangkat ke atas
dengan hidranlic – jack yang dipasang di bawah elemen pendukung vertical.

e) Box System

Konstruksi menggunakan dimensional berupa modul-modul kubus beton.

111
XIV. Teknologi pelaksanaan konstruksi beton
Bangunan adalah sebagai lingkungan buatan maka untuk mempercepat proses
pembuatan suatu bangunan dibutuhkan suatu cara metode yang disebut dengan metode
konstruksi.

Metode konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan pelaksanaan konstruksi yang


mengikuti prosedur serta telah dirancang sesuai dengan pengetahuan atau standar yang
telah diuji cobakan. Cara atau metode tersebut tidak terlepas dari penggunaan teknologi
sebagai pendukung dan mempercepat proses pembuatan suatu bangunan, agar kegiatan
pembangunan dapat berjalan sebagai mana mestinya sesuai dengan yang diharapkan dan
lebih ekonomis dalam biaya pemakaian bahan, misalnya bahan bangunan yang umum
dipakai pada struktur bangunan gedung adalah beton dan baja, kemajuan teknologi pada
proses pembuatan baja dan beton berdampak pada peningkatan kekuatan kedua bahan ini
yaitu beton dan baja seperti pembuatan kabel baja bermutu tinggi yang selanjutnya
digunakan dalam peningkatan teknologi beton pratekan yang lebih ekonomis.

Berkaitan dengan bangunan sebagi lingkungan buatan, teknologi dibutuhkan agar


berbagai kegiatan pembangunan dapat berjalan secara efisien dan efektif. Juga dengan
teknologi akan didapat produk yang lebih berkualitas atau lebih sesuai dengan kebutuhan
pemakai bangunan dan lebih ekonomis dalam biaya pemakaian bahan dan sebagainya.

Dalam inovasi teknologi pelaksanaan pembangunan adalah aspek metoda konstruksi


yaitu adalah rangkaian kegiatan dan urutan kegiatan membangun yang dipadukan dengan
persyaratan kontrak (gambar, spesifikasi, jadwal penyelesaian), ketersediaan tenaga kerja
dan kondisi lingkungan yang dipilih (seperti cuaca, kondisi tanah, dan lain-lain).

Berbagai aspek yang mempengaruhi metode konstruksi dapat digambarkan dalam


gambar berikut

112
Inovasi Teknologi

METODE KONSTRUKSI
Syarat dalam SERANGKAIAN KEGIATAN Lingkungan dan kondisi
kontrak proyek. SD terbatas
MEMBANGUN

Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi

Metoda konstruksi merupakan suat aspek inovasi teknologi yang dibutuhkan/disyaratkan


oleh persyaratan kontrak. Metoda konstruksi yang dipilih harus disesuaikan dengan berbagai
kondisi lingkungan proyek. Metode konstruksi dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya.

Misal untuk menguraikan metoda konstruksi pada pembuatan pondasi dan caasting yard
(tempat fabrikasi) sampai dnegan pemasangan pondasi, perlu dipertimbangkan seluruh aspek
kegiatan sejak dipersiapkan sampai dengan pemasangannya, antara lain:

a) Kegiatan ditempat pembuatan (Fabrikasi)


 Penyiapan lahan
 Penyiapan peralatan
 Penyiapan pembuatannya
 Penyiapan pengangkutannya

113
b) Kegiatan transportasi
 Penyiapan alat transportasi
 Penyiapan dari alat transportasi ke lokasi pelaksanaan
c) Kegiatan di lokasi pelaksanaan
 Penyiapan tempat
 Penyiapan peralatan untuk pemasangan/penurunan
 Penyiapan pengawasan pelaksanaan
 Dan seterusnya

Berbagai perkembangan teknologi konstruksi antara lain:

1) Teknologi bahan
Bahan bangunan yang umum dipakai pada struktur bangunan gedung adalah beton
dan baja, kemajuan teknologi pada proses pembuatan baja dan beton berdampak
pada peningkatan kekuatan bahan beton dan baja. Missal contoh pembuatan kabel
baja bermutu tinggi, yang selanjutnya digunakan dalam peningkatan teknologi
beton pratekan yang lebih ekonomis.

2) Teknologi desain
Dengan adanya perangkat computer yang makin canggih berdampak pada metode
desain yang lebih cepat dan bervariasi, sehingga dapat membuat berbagai
alternative desain yang lebih baik dalam waktu yang singkat, demikian pula dalam
bahan-bahan miniature tahap perancangan arsitektual, lebih dapat memuaskan
pengguna rancangan dengan berbagai variasi warna dan bentuk rancangan.

3) Metoda konstruksi
Dengan adaya bahan-bahan baru yang lebih baik dan kemajuan teknologi dalam
peralatan lebih sempurna, menyebabkan jadwal dan biaya pelaksanaan dapat lebih
memenuhi persyaratan kontrak.

114
 SISTEM STRUKTUR PADA GEDUNG
Sistem struktur dasar dengan analisa perhitungan yang lebih sederhana
1. Macam-macam system struktur
Tanggung jawab atas kriteria-kriteria fungsional dalam proses
desain bangunan gedung ada pada para arsitektur. Hal ini dikarenakan
bangunan gedung mempunyai fungsi sebagai tempat berbagai kegiatan
manusia seperti kegiatan perbankan, kegiatan pendidikan dan lain-lain.
Dalam perkembangannya dengan semakin sempitnya lahan, maka
gedung dibangun secara vertical atau berlantai banyak, sehingga
inovasi teknologi konstruksi termasuk metode konstruksi sangat
mempengaruhi arsitek bangunan maupun sistem strukturnya, dalam arti
bahwa kriteria fungsional pada proses desain bagi arsitektur
berhubungan erat dengan proses perhitungan analisa struktir yang telah
terpilih.
Sistem struktur pada bangunan dapat merupakan sistem struktur
padat (solid) panel ataupuun box, pelat berlipat, rangka, dll. Dengan
analisa perhitungan sebagai satu kesatuan (analisa perhitungan yang
lebih sederhana.

2. Sistem struktur gedung dan jembatan


Sistem struktur pada beberapa jenis bangunan pada umumnya di bagi
2 yaitu sistem struktur atas dan sistem struktur bawah
a. Sistem struktur bawah
 Pondasi
 Pengkal/pilar untuk jembatan
 Tembok penahan tanah untuk basement untuk gedung
 Lantai basement untuk gedung

115
b. Sistem struktur atas
 Kolom yang di cor ditempat karena teknologi sambungan
pracetak yang ada di Indonesia belum memungkinkan
megatasi permasalahan beban lateral akibat gempa yang
besar untuk gedung
 Balok di cor ditempat/ pracetak/ pratekan
 Bangunan atas jembatan, rangka, baja, rangka beton, dll
 Pelat lantai/ atap di cor ditempat/ pracetak/ pratekan

 METODA KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG


Metoda konstruksi dalam bangunan gedung dibagi dua bagian yaitu:
1. Metoda Bottom-Up
Metoda ini sering digunakan pada bangunan gedung berlantai banyak
yaitu metoda konstruksi pekerjaan proyek konstruksi yang dimulai dari
bawah ke atas dimulai dari pondasi, basement dan lantai berikutnya.
Contohnya pekerjaan pondasi sampai ke atas yaitu pekerjaan lantai
sampai pekerjaan atap.
Urutan kegiatan pelaksaaan membangun dengan metoda Bottom-Up
adalah:
 Tahap 1 : pekerjaan persiapan pengaturan arus transportasi
 Tahap 2 : penggalian tanah
 Tahap 3 : pembuatan pondasi
 Tahap 4 : pembuatan dinding penahan tanah
 Tahap 5 : pembuatan kolom diteruskan pembuatan lantai dan
balok lantai diatas kolom tersebut secara berulang hingga lantai
keatas sampai atap.

116
2. Metoda Top-Down
Biasanya metoda ini digunakan pada proyek konstruksi yang
mempunyai ruang bebas yang terbatas akibat adanya bangunan gedung
yang telah ada dilokasi pembangunan dalam hal ini rentannya galian
basement terhadap bahaya longsor apabila dilaksanakan dengan metoda
Bottom-Up.

 PERALATAN KERJA
Selain bahan bangunan, untuk pelaksanaan proyek ini juga diperlukan
adanya peralatan kerja sebagai sarana untuk membantu dan memudahkan
pelaksanaan pekerjaan. Berikut contoh alat pekerjaan yang digunakan untuk
konstruksi bangunan:
1. Bar bender

Bar Bender adalah alat yang digunakan untuk membengkokkan baja


tulangan dalam berbagai macam sudut sesuai dengan perencanaan.

Cara kerja alat ini adalah baja yang akan dibengkokkan dimasukkan
di antara poros tekan dan poros pembengkok kemudian diatur sudutnya
sesuai dengan sudut bengkok yang diinginkan dan panjang
pembengkokkannya. Ujung tulangan pada poros pembengkok dipegang
dengan kunci pembengkok. Kemudian pedal ditekan sehingga roda
pembengkok akan berputar sesuai dengan sudut dan pembengkokkan
yang diinginkan. Bar bender dapat mengatur sudut pembengkokan
tulangan dengan mudah dan rapi.

Bar bender pada ‘tempat penulis kerja praktek’ mempunyai batas


pembengkokkan besi tulangan maksimal diameter besi 32mm.

Pada penggunaanya harus diperhatikan keadaan sekitar karena


banyaknya aktifitas para pekerja lain yang sering melewati area
pembengkokan besi atau bar bender, hal ini dikarenakan penempatan

117
lokasi yang di dekatkan dengan generator set. Karena pernah terjadi
kecelakaan kerja pada saat tulangan besi di bengkokkan dan disaat itu
pula terdapat pekerja lain yang melintasi area tersebut.

Gambar 1.1 Bar Bender

Spesifikasi Alat :

Type : Takeda Machinery Co. Ltd.

Kapasitas : semua dimensi tulangan (maks. D32 mm)

2. Bar cutter

Bar cutter yaitu alat pemotong baja tulangan sesuai ukuran yang
diinginkan. Pada proyek ini digunakan bar cutter listrik. Keuntungan
dari bar cutter listrik dibandingkan bar cutter manual adalah bar cutter
listrik dapat memotong besi tulangan dengan diameter besar dan
dengan mutu baja cukup tinggi, disamping itu juga dapat
mempersingkat waktu pengerjaan. Bar cutter yang dibahas saat ini

118
mempunyai dimensi tulangan maksimal untuk pemotongan yaitu
dimensi maksimal dengan diameter besi tulangan 32mm.

Cara kerja dari alat ini yaitu baja yang akan dipotong dimasukkan
ke dalam gigi bar cutter, kemudian pedal pengendali dipijak, dan dalam
hitungan detik baja tulangan akan terpotong. Pemotongan untuk baja
tulangan yang mempunyai diameter besar dilakukan satu persatu.
Sedangkan untuk baja yang diameternya lebih kecil, pemotongan dapat
dilakukan beberapa buah sekaligus sesuai dengan kapasitas dari alat.

Pengoperasian pada alat ini juga memerlukan perhatian khusus


dikarenakan apabila operator tidak memperhatikan penggunaan bar
cutter maka dapat membahayakan keselamatan kerja.

Gambar 2.1 Bar Cutter

Spesifikasi Alat :
Type : Toyo Kensetsu (sumber tenaga listrik)
Kapasitas : semua dimensi tulangan (maks. D32 mm)
Oleh : Chairil Nizar

119
3. Concrete vibrator

Concrete vibrator adalah alat yang berfungsi untuk menggetarkan


beton pada saat pengecoran agar beton dapat mengisi seluruh ruangan
dan tidak terdapat rongga-rongga udara diantara beton yang dapat
membuat beton keropos. Concrete vibrator digerakkan oleh mesin
listrik dan mempunyai lengan sepanjang beberapa meter untuk dapat
menggetarkan beton di tempat yang agak jauh.

Alat ini digunakan sebagai pemadat pada saat pengecoran yang


sedang berlangsung, baik pada kolom, shear wall/core wall pelat lantai
maupun balok dengan cara menggetarkannya. Hal ini untuk
menghindari adanya gelembung-gelembung udara yang terjadi pada
saat pengecoran yang dapat menyebabkan pengeroposan pada beton
sehingga mengurangi kekuatan struktur beton itu sendiri. Terutama
untuk volume pengecoran yang besar, alat ini sangat penting.
Penggunaannya tidak boleh miring dan terlalu lama pada satu tempat
saja serta tidak boleh mengenai tulangan yang akan menyebabkan
bergesernya letak tulangan.

120
Gambar 3.1 Concrete Vibrator
Spesifikasi Alat :
Type : Electric Concrete Vibrator
Kapasitas : Ø 2,5”
oleh: Chairil Nizar

4. Concrete pump truck


Concrete pump truck adalah truk yang dilengkapi dengan pompa
dan lengan (boom) untuk memompa campuran beton ready mix ke
tempat-tempat yang sulit dijangkau. Untuk pengecoran lantai yang
lebih tinggi dari panjang lengan concrete pump truck dapat dilakukan
dengan cara disambung dengan pipa secara vertikal sehingga mencapai
ketinggian yang diinginkan, pipa dan lengan ini dapat dipasang
kombinasi vertikal dan horisontal atau miring. Sehingga pemompaan
merupakan cara yang fleksibel pada lokasi yang sulit untuk
memindahkan campuran beton ke sembarang tempat pada bidang
pengecoran. Resiko segregasi sangat kecil dan merupakan cara yang
paling cepat dibandingkan dengan pembawaan material beton dengan
cara lainnya. Dalam penggunaan alat ini perlu diperhatikan nilai slump

121
dari campuran beton yang akan dipompa. Sebab jika nilai slump terlalu
kecil maka kerja pompa akan menjadi berat. Slump adalah pengujian
untuk mengetahui kadar air beton / kelecakan beton dengan
menggunakan kerucut abrams

5. Concrete bucket dan pipa tremie

Concrete bucket adalah tempat pengangkutan beton dari truck


mixer concrete sampai ke tempat pengecoran. Setelah dilakukan
pengetesan slump dan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan,
maka beton dari truck mixer concrete dituangkan kedalam Concrete
bucket, kemudian pengangkutan dilakukan dengan bantuan tower
crane. Dalam pengerjaannya dibutuhkan satu orang sebagai operator
concrete bucket yang bertugas untuk membuka atau mengunci agar cor-
an beton tidak tumpah pada saat dibawa ke area pengecoran dengan
tower crane. Concrete bucket yang digunakan pada proyek ini
mempunyai kapasitas sebesar 0,8 m3 dan berat concrete bucket adalah
300 kg. Pada proyek ini, pengecoran dengan concrete bucket hanya
untuk pengecoran kolom, shear wall/core wall.

Pipa tremie adalah pipa yang digunakan untuk mengatur tinggi


jatuh beton pada saat pengecoran. Pipa tremie biasa dipasang pada
ujung bawah concrete bucket sehingga beton yang keluar dari concrete
bucket tidak langsung jatuh dan menumbuk lokasi pengecoran.
Usahakan sedekat mungkin antara pipa tremie dengan permukaan beton
lama, hal ini dilakukan untuk menghindari agregat kasar, terlepas dari
adukan beton. Pipa tremie yang digunakan pada proyek ini adalah jenis
hoist tremie pipe dengan diameter 8”.

122
Gambar 5.1 Pengecoran Menggunakan Concrete Bucket dan Pipa
Tremie

Spesifikasi Alat :
Kapasitas : 0,8 m3

6. Theodolite

Theodolite digunakan untuk menentukan titik as bangunan,


ketegaklurusan bangunan, menentukan elevasi bangunan, dan membuat
sudut-sudut bangunan. Theodolite digunakan pada awal pelaksanaan
proyek untuk menentukan peil dasar bangunan dan menentukan as-as
bangunan. Setelah itu digunakan untuk penentuan as kolom, balok, core
wall/shear wall, plat lantai dan lain-lain. Cara kerja alat ini adalah
dengan mengatur nuvo dan unting-unting di bawah theodolite.
Kemudian menetapkan salah satu titik sebagai acuan. Setelah itu,
menembak titik-titik yang lain dengan patokan titik awal yang
ditetapkan tadi. Theodolite dapat mengecek kondisi dalam arah
vertikal, juga untuk menentukan ketinggian suatu titik. Obyek
theodolite dalam hal ini antara lain as-as bangunan, titik penggalian,

123
dan elevasi-elevasi/ peil-peil bangunan. Untuk keperluan pekerjaan
struktur diperlukan keakuratan dibawah 1 mm pada jarak tidak melebihi
30 meter. Dalam penggunaannya, theodolite didirikan pada tripod (kaki
tiga).

Gambar 6.1 Detail dan Penggunaan Theodolite untuk Marking As


Bangunan

Spesifikasi Alat :
Type : Topcon DT-200 Series (Digital Theodolite)
Kapasitas : 300 m

Oleh : Chairil nizar

124
7. Waterpass

Waterpass digunakan untuk menentukan elevasi/ peil untuk lantai,


balok, dan lain-lain yang membutuhkan elevasi berdasarkan ketinggian
titik yang diketahui. Alat ini digunakan untuk mengecek ketinggian
penulangan agar tidak melebihi tinggi rencana dan mengecek ketebalan
lantai saat pengecoran, sehingga lantai yang dihasilkan dapat datar.
Selain itu juga dapat digunakan untuk pembuatan tanda/marking pada
kolom/dinding sebagai acuan pekerjaan lain, seperti acuan untuk
pekerjaan dinding panel precast, serta dapat digunakan dalam
pengecekan settlement bangunan. Untuk keperluan pekerjaan struktur
diperlukan keakuratan dibawah 1 mm pada jarak tidak melebihi 30
meter. Dalam penggunaannya, waterpass didirikan pada tripod (kaki
tiga).

125
Gambar 7.1 Detail dan Penggunaan Waterpass/Auto Level untuk
Pengecekan Elevasi Tulangan

Spesifikasi Alat :
Type : Topcon AT-G6
Kapasitas : 300 m

8. dump truck
Berbentuk seperti mobil pada umumnya namun dibuat lebih besar
dengan bak dibelakngnya sehingga dapat digunakan untuk
pengangkutan bahan bangunan dari pabrik menuju lokasi proyek
bangunan atau sebaliknya. pada proyek skala besar akan banyak kita

126
temui dump truck, penggunaan paling padat terjadi pada pekerjaan
galian tanah yang apabila lokasi proyek berada diperkotaan maka harus
memperhatikan peraturan transportasi dan kebersihan jalan raya,
misalnya untuk daerah Jakarta untuk wilayah tertentu hanya
mengizinkan dump truck beroperasi di malam hari, oleh karena itu pada
proyek gedung bertingkat tinggi ditengah kota yang sedang melakukan
pekerjaan galian tanah menjadi sangat sibuk dimalam hari dan kosong
disaat siang. sebelum meninggalkan area proyek perlu pekerjaan
pembersihan truck terlebih dahulu dengan menyediakan tempat khusus
cuci ban truck karena jika tidak dilakukan maka siap-siap untuk
dipanggil dan diminta pertanggungjawaban dinas pertamanan
pemerintah kota setempat.

9. Tower crane
Hampir semua proyek gedung bertingkat tinggi menggunakan alat
ini, fungsi utamanya adalah sebagai alat lalu lintas material dari bawah
menuju atas atau sebaliknya, misalnya digunakan saat melakukan
pekerjaan pengecoran beton dengan cara mengangkat beton dengan
bucket dari truck mixer menuju area pengecoran, fungsi lainya
misalnya untuk mpbilisasi besi tulangan ke area pekerjaan. penggunaan
TC ini perlu direncanakan dengan baik dari sisi penempatan, pondasi
TC dan pengaturan jadwal penggunaan alat sehingga tower crane dapat
terpakai secara maksimal.

10. Excavator / back hoe


Alat berat untuk proyek bangunan yang sering digunakan lainya
adalah excavator yang berfungsi untuk penggalian dan pengerukan
tanah, setiap proyek yang berhubungan dengan tanah akan banyak
berhubungan dengan alat ini misalnya pembuatan sungai, pembuatan
lantai basement gedung, cutting fill jalan raya dll.

127
11. Mobil crane
Fungsinya sama dengan tower crane namun jenis alat berat ini
bersifat mobile atau bisa berpindah tempat sehingga tidak memerlukan
pondasi khusus.

XV. Besi beton


A. Pengertian Besi Beton
Besi beton merupakan besi yang digunakan untuk penulangan konstruksi beton
atau yang lebih dikenal sebagai beton bertulang. Beton bertulang yang mengandung
batang tulangan dan direncanakan berdasarkan anggapan bahwa bahan tersebut bekerja
sama dalam memikul gaya-gaya. Beton bertulang bersifat unik dimana dua jenis bahan
yaitu besi tulangan dan beton dipakai secara bersamaan. Tulangan menyediakan gaya
tarik yang tidak dimiliki beton dan mampu menahan gaya tekan.
Besi beton, biasa disebut besi tulang beton (BTB) adalah salah satu material
pembentuk beton struktur. Kualitas dan kuantitas besi beton yang dipakai berbanding
lurus dengan dimensi beton. Artinya, semakin besar dimensi beton, ukuran dan jumlah
besi beton yang dipakai juga semakin besar. Namun dalam pelaksanaannya di projek,
sering ditemukan pemakaian besi beton yang tidak sesuai dengan standar SNI. Dalam
bahasa lapangan disebut besi ukuran banci (non SNI/ non full), artinya lebih kecil dari
standar mutu SNI yang ditetapkan. Alasan klisenya adalah penekanan cost. Masih
adanya besi beton dengan ukuran banci di pasar sangat berkaitan dengan hukum
pasar: demand and supply.

Standar Nasional Indonesia (disingkat SNI) adalah satu-satunya standar yang


berlaku secara nasional di Indonesia. SNI dirumuskan oleh Panitia Teknis dan
ditetapkan oleh BSN (Badan Standarisasi Nasional). Besi beton SNI memiliki standar
kekuatan tertentu. Besi beton polos standar kekuatannya sering disebut sebagai BJTP
24, sedangkan untuk besi beton ulir standar kekuatannya bertingkat mulai dari BJTS
30, 35 dan 40.

128
Besi beton/ besi tulang beton/ BTB adalah salah satu produk yang beredar di
pasar yang memiliki toleransi dalam dimensi. Artinya ada selisih marking diameter
antara besi beton yang beredar dengan diameter besi beton riel. Misalnya besi beton 8
KS Cilegon memiliki toleransi 0,1. Maka diameter riel dari besi beton ini lebih kecil
0,1 mm dari markingnya, atau diameter rielnya hanya 7,9 mm. Panjang standar seluruh
besi beton adalah 12 meter, kecuali besi beton tarikan (tidak memiliki marking)
memiliki panjang kurang dari 12 m.

Besi beton adalah produk yang bisa diukur (measurable). Dimensi diameter dan
panjangnya jelas. Pada realitanya, toleransi yang lebih “lebar” lagi justru banyak
ditemukan di pasar dalam negeri karena besi beton jenis itu memiliki pangsa pasar
(market share) sendiri. Hal ini menjelaskan bahwa pangsa pasar besi beton terbentuk
karena struktur pasar itu sendiri. Secara garis besar, ada 2 pangsa pasar yang terbentuk
yaitu pangsa pasar (properti) pribadi dan pangsa pasar (properti) non-pribadi. Untuk
pribadi, toleransi bisa diterima karena alasan menekan cost dan biasanya struktur
bangunan relatif tidak berat (rumah tinggal atau lainnya). Sedangkan pangsa pasar non-
pribadi adalah projek-projek swasta berstruktur berat (high rise building) dan bangunan
pemerintah. Secara umum mereka sangat concern dengan kualitas SNI karena
perhitungan struktur dan spesifikasi teknik telah ditetapkan konsultan perencana
profesional yang ditunjuk.

B. Fungsi Besi Beton


Sejak tahun 1950 konstruksi konstruksi besi beton mulai digunakan sebagai
elemen utama dalam pembangunan gedung tinggi. Karena pengetahuan manusia
tentang perilaku beton bertulang yang terbatas, terutama mengenai nonlinearitas
material beton itu sendiri, pada awal abad ke-20 kebanyakan gedung tinggi di Amerika
menggunakan baja profil sebagai elemen struktur utamanya. Baru pada 1950-an
konstruksi beton mulai ikut berperan dalam konstruksi gedung tinggi.
Di Indonesia sendiri, besi beton lebih sering digunakan untuk pembangunan
gedung, karena bahan ini lebih mudah didapat sehingga dirasakan lebih ekonomis
dibanding konstruksi lainnya. Besi beton atau beton bertulang boleh jadi merupakan

129
bahan konstruksi yang paling penting karena digunakan dalam berbagai bentuk untuk
hampir semua struktur baik besar maupun kecil seperti bangunan, jembatan, perkerasan
jalan, bendungan, dinding pebahan tanah, terowongan, jembatan yang melintasi
lembah (viaduct), drainase, fasilitas irigasi, tangki dan sebagainya.
Khusus untuk bangunan gedung bertingkat tinggi, besi beton digunakan untuk struktur
kolom, balok, dinding, plat, besi poer dan sloof. Sukses beton bertulang sebagai bahan
konstruksi yang universal karena banyaknya kelebihan yang dimilikinya. Kelebihan
tersebut antara lain :
Memiliki kuat tekan yang relatif lebih tinggi dibandingkan kebanyakan bahan lain.
Memiliki ketahanan yang tinggi terhadap api dan air, bahkan memiliki struktur terbaik
untuk bangunan yang banyak bersentuhan dengan air. Pada peristiwa kebakaran
dengan intesitas rata-rata, batang-batang struktur dengan ketebalan penutup beton yang
memadai sebagai pelindung tulangan hanya mengalami kerusakan pada permukaannya
saja tanpa mengalami keruntuhan.
Struktur beton bertulang sangat kokoh.
Tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi.
Dibandingkan dengan bahan lain, memiliki usia layan yang sangat panjang. Dalam
kondisi-kondisi normal, struktur beton bertulang dapat digunakan sampai kapanpun
tanpa kehilangan kemampuannya untuk menahan beban. Ini dapat dijelaskan dari
kenyataan bahwa kekuatannya tidak berkurang dengan berjalannya waktu bahkan
semakin lama semakin bertambah dalam hitungan tahun, karena lamanya proses
pemadatan semen.
Merupakan satu-satunya bahan yang ekonomis untuk pondasi tapak, dinding basement,
tiang tumpuan jembatan, dan bangunan-bangunan semacam itu.
Dapat dirakit menjadi bentuk yang sangat beragam mulai dari plat, balok dan kolom
yang sederhana sampai menjadi atap kubah dan cangkang besar.
Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi beton bertulang lebih
rendah bila dibandingkan dengan bahan lain seperti baja struktur.

130
C. Macam Besi Beton
1. Besi beton polos (plain bar)
Besi beton disebut Baja Tulangan dikarenakan fungsinya sebagai
rangka utama penyusun struktur bangunan sehingga besi beton menjadi
bahan primer dalam suatu pembangunan pondasi tapak, dinding
basement, tiang tumpuan jembatan, dan bangunan-bangunan
sebagainya. Istilah lain dari Besi Beton Polos adalah Roun Bar
dikarenakan permukaannya yang polos.
Standart kekuatan besi beton polos yaitu BJTP 24 dan ukuran
standart SNI yaitu full ukurannya. Meski demikian, pada ukuran
aktualnya tetap saja mempunyai toleransi misalnya besi beton Merek
KS yang disebut ukuran full tetap saja ada toleransi 0,1mm . sebagai
Contoh besi besi beton ukuran 10mm (Merek KS) ukuran nyatanya
9,9mm namun demikian produk KS pada saat ini tetap menjadi
primadona pasar dikarenakan kuwalitas dan ukuran No. 1 di Indonesia
dan mempunyai harga yang paling tinggi dibandingkan produk yang
lainnya. Pada umumnya spesifikasi material besi beton adalah SS400
ASTM A 615, 706 ; DIN 488 ; JIS G 3112 NFA 35015/16 ; SNI 07
2052

Kandungan kimia besi beton (Chemical Composition) KS 10mm


C 16 %, Si 19 %,Mn 52%,P 1,2%,S 0,9%,Ni 2%,Cr 2% ,V 0 %
Mecanical Properties Besi Beton
Batas Ulur = 29,96 kg/mm
Kuat Tarik = 43,85 kg/mm
Regang = 30 %
Berat Besi Beton Polos (Round Bar)
Ukuran Kg
6mm = 2,66
8mm = 4,74
10mm = 7,4

131
12mm = 10,7
16mm = 19
19mm = 26,76
22mm = 35,76
25mm = 46,2
32mm = 35,72

2. Besi beton ulir (deformed bar)


Besi beton ulir sesuai dengan namanya mempunya bentuk fisik
dan permukaan yang di bercorak spiral hal tersebut bertujuan untuk
lebih menyatukan antara elemen bahan bangunan dengan rangka yang
disusun oleh besi beton tersebut. Besi beton populer digunakan untuk
gedung-gedung di Amerika yaitu pada awal abad ke-20 sedangkan di
Indonesia dbanyak digunakan pada tahun 1950-an. Mengingat
penggunaaan rangka baja tulangan besi beton memiliki banyak
keunggulan baik dari segi kekuatan bangunan ,lebih ekonomis dan
efesien

Tulangan ulir, yang diberi ulir melalui proses rol pada


permukaannya (polanya berbeda tergantung dari pabrik pembuatnya)
untuk mendapatkan ikatan (bonding) yang lebih baik antara tulangan
dan beton yang digunakan pada hampir semua aplikasi dibandingkan
dengan tulangan polos dengan luas penampang sama. Bentuk ulir
berupa sirip meningkatkan daya lekat guna menahan gerakan dari
batang secara relatif terhadap beton.

Tulangan polos (BJTD) jarang digunakan kecuali untuk


membungkus tulangan longitudinal (sengkang atau spiral) yang diberi
kait pada ujungnya, terutama pada kolom.
Standart kekuatan besi beton Ulir yaitu TS 35 dan TS 40 atau BJTD 35
dan BJTD 40 dan ukuran standart SNI yaitu full ukurannya. Meski
demikian, pada ukuran aktualnya tetap saja mempunyai toleransi

132
misalnya besi beton Merek KS yang disebut ukuran full tetap saja ada
toleransi 0,1mm . sebagai Contoh besi besi beton ukuran 10mm (Merek
KS) ukuran nyatanya 9,9mm namun demikian produk KS pada saat ini
tetap menjadi primadona pasar dikarenakan kuwalitas dan ukuran No.
1 di Indonesia dan mempunyai harga yang paling tinggi dibandingkan
produk yang lainnya. Pada umumnya spesifikasi material besi beton
adalah ASTM A 615, 706 ; DIN 488 ; JIS G 3112 NFA 35015/16 ; SNI
07 2052
Kandungan kimia besi beton (Chemical Composition) KS 10mm
C 16 %, Si 19 %,Mn 52%,P 1,2%,S 0,9%,Ni 2%,Cr 2% ,V 0 %
Mecanical Properties Besi Beton
Batas Ulur = 29,96 kg/mm
Kuat Tarik = 43,85 kg/mm
Regang = 30 %
Tabel Berat Besi Beton Ulir (Deformed Bar)
Ukuran Kg
10mm = 7,4
13mm = 12,5
16mm = 19
19mm = 26,76
22mm = 35,76
25mm = 46,2
32mm = 35,72

133
Daftar Pustaka
Sumber dari internet:

http://bahan-tekniksipil.blogspot.com/2012/06/teknologi-beton.html

http://yoppyinfo.blogspot.com/2009/10/teknologi-beton-semen.html

http://www.slideshare.net/indahsamad/teknologi-beton-mutu-tinggi

http://21perubahan93.blogspot.com/

http://21perubahan93.blogspot.com/2013/03/sifat-dan-karakteristik-yang-dibutuhkan.html

https://www.google.com/search?q=faktor+air+semen&ie=utf-8&oe=utf-8

http://belajarsipil.blogspot.com/2012/09/penetapan-nilai-faktor-air-semen.html

https://www.google.com/search?q=admixture+beton&ie=utf-8&oe=utf-8

https://khedanta.wordpress.com/2012/06/11/bahan-tambah-untuk-campuran-beton/

http://rumahdangriya.blogspot.com/2011/07/perencanaan-campuran-beton-atau.html

http://lauwtjunnji.weebly.com/pbi--sni--sampling-beton-dan-pengujian.html

http://civilresearch.blogspot.com/2011/01/sifat-sifat-beton-catatan-kuliah.html

https://www.google.co.id/webhp?sourceid=chrome-instant&ion=1&espv=2&ie=UTF-
8#q=Syarat+syarat+mutu+beton

http://studistruktur.blogspot.com/2008/12/sifat-bahan-beton.html

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30255/4/Chapter%20II.pdf

https://www.google.co.id/?gws_rd=ssl#q=makalah+penelitian+perusahaan+beton

http://daniaactivity.blogspot.com/2014/01/makalah-observasi.html

http://www.distrodoc.com/205433-desain-komponen-beton-pracetak-untuk-fasade-bangunan-tinggi

http://kontruksibangunan-kb1.blogspot.com/2013/03/jenis-jenis-beton-dalam-konstruksi.html

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=10&cad=rja&uact=8&ved=0CFM
QFjAJ&url=http%3A%2F%2Fkontruksibangunan-kb1.blogspot.com%2F2013%2F03%2Fjenis-jenis-beton-
dalam-
konstruksi.html&ei=onNuVeKJBciLuwTIx4LwAQ&usg=AFQjCNHrrLV93FjPPXdTTb4dYjfBk4tshQ&bvm=bv.
94911696,d.c2E

http://www.academia.edu/4836726/Beton_adalah_suatu_campuran_yang_terdiri_dari_pasir

134
http://kampus-sipil.blogspot.com/2012/12/penerapan-besi-beton-bertulang-pada.html

http://www.ilmusipil.com/concrete-bucket-dan-pipa-tremie

http://www.academia.edu/4324662/METODE_PELAKSANAAN_KONSTRUKSI_BANGUNAN_GEDUNG_MA
NAJEMEN_TEMPAT_PEMBANGUNAN

http://widilesmana19061993.blogspot.com/2013/12/beton-mutu-tinggi.html

http://andykasipil.blogspot.com/2012_01_01_archive.html

http://helmizulmar.blogspot.com/2012/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html

http://www.slideshare.net/cakagha1307/sni-20dt-209100082007beton

http://blog-tekniksipil.blogspot.com/2011_01_01_archive.html

135

Anda mungkin juga menyukai